Anda di halaman 1dari 9

PLAGIARISM SCAN REPORT Page 1

Report Generation Date: 19-09-23

Words: 823

Characters: 6138

Excluded URL : N/A

0% 100%
Plagiarism Unique

0 8
Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked for Plagiarism

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Thalasemia merupakan penyakit genetik akibat gangguan proses pembentukan rantai hemoglobin
sel darah merah sehingga pemecahan sel darah merah lebih cepat dari normalnya (Ali et al., 2021).
Thalasemia ditandai dengan penurunan atau tidak adanya produksi hemoglobin yang menyebabkan
hemolisis kronis yang kemudian berakibat menjadi anemia berat (Salsabila et al., 2022). Secara klinik
karakteristik thalasemia di bagi dua jenis yaitu thalasemia minor dan thalasemia mayor. Thalasemia
minor ialah thalasemia pembawa sifat dan tidak berbahaya. Sedangkan Thalasemia mayor
menunjukkan gejala berat dan menahun, serta memerlukan tranfusi darah secara rutin (Rohimah
dan Puspasari, 2020).
Menurut data yang dimiliki oleh yayasan thalasemia Indonesia terjadi peningkatan jumlah kasus pada
setiap tahun yaitu jumlah penderita thalasemia dari tahun 2012 sebanyak 4.896 kasus hingga pada
tahun 2018 sebanyak 8.761 kasus. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah kasus thalasemia
di Indonesia hingga tahun 2019 yaitu sebanyak 10.531 kasus. Jumlah penderita thalasemia tertinggi
menurut provinsi yaitu daerah Jawa barat dengan jumlah sebanyak 3300 kasus (Suhada dan Artini,
2022).
Mayoritas pasien thalasemia memiliki kadar hemoglobin <10 gram/dL sehingga mengalami anemia.
Manajemen utama anemia pada pasien thalassemia adalah transfusi darah yang bertujuan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah (Rajas dan Wahid, 2020). Komponen darah yang
sering ditransfusikan pada pasien thalasemia adalah Packed Red Cell (PRC). Packed Red Cell
berasal dari Whoole Blood yang diendapkan selama penyimpanan, dengan sentrifugasi putaran
tinggi. Satu unit PRC dari 450 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-
80%. Packed Red Cell disimpan pada suhu 2°-6°C (Saraswati, 2015).
Berdasarkan lama waktu simpan darah, darah dibagi menjadi darah segar, darah baru dan darah
Page 2
simpan. Darah segar yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan,
darah baru yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor dan
darah simpan yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 hari (Rosyidah et al., 2020). Darah segar yang
baru diambil dari donor dan belum disimpan memiliki faktor pembekuan lengkap termasuk faktor
labil (faktor V dan VIII) dan fungsi eritrositnya masih baik. Sedangkan untuk darah baru, faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis dan kemampuan transportasi O2 oleh
eritrosit telah berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi) sehingga O2 sukar dilepas di jaringan (Amalia
dan Sari, 2019). Darah yang disimpan di luar tubuh (dalam kantong darah) kondisinya sangat berbeda
dengan kondisi dalam tubuh. Selama penyimpanan eritrosit akan mengalami perubahan biokimiawi
dan struktur yang akan mempengaruhi viabilitas dan fungsinya setelah transfusi. Semakin lama
darah disimpan, semakin banyak sel darah eritrosit yang dihancurkan dan semakin kecil jumlah
eritrosit yang dapat bertahan hidup serta dapat menurunkan kadar Hb karena proses hemolisis pada
eritrosit. Hilangnya daya hidup eritrosit yang disimpan dapat disebabkan oleh kekakuan membran
eritrosit dan hilangnya lipid pada eritrosit, membran menjadi kaku dan bentuknya berubah dari
cakram menjadi sferis, karena eritrosit terjadi kerusakan maka Hb dalam eritrosit akan lepas dan
masuk ke cairan disekelilingnya (plasma) sehingga terjadi proses hemolisis (Putri, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariandani et al., (2021) menyatakan bahwa nilai
rata- rata kadar hemoglobin penderita anemia aplastik sebelum ditransfusi darah donor segar
adalah 6,4 gr/dL, mengalami kenaikan menjadi 8,9 gr/dL sesudah ditransfusi dengan darah segar
dengan persentase kenaikan rata-rata 38%. Sedangkan nilai rata-rata kadar hemoglobin penderita
anameia aplastik sebelum ditransfusi darah simpan adalah 6,8 gr/dL mengalami kenaikan sesudah
transfusi menjadi 7,9 gr/dL dengan persentase 17,4%. Hal ini menunjukkan bahwa transfusi darah
menggunakan darah donor segar memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam meningkatkan
kadar hemoglobin penderita anemia aplastik dibandingkan darah donor simpan. Kedua jenis darah
ini sama-sama mampu memberikan peningkatan kadar hemoglobin pasca transfusi darah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan penelitian tentang gambaran kadar
hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah segar dan darah baru di RSUD Cilegon.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
“bagaimana gambaran kadar hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah segar dan darah
baru di RSUD Cilegon” ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah segar dan
darah baru di RSUD Cilegon.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah segar di
RSUD Cilegon.
b. Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah baru di
RSUD Cilegon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah informasi mengenai gambaran kadar Page 3
hemoglobin pasien Thalasemia dengan terapi darah segar dan darah baru di RSUD Cilegon.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Cilegon
Hasil penelitian ini bahan evaluasi sebagai landasan tindak lanjut dalam penanganan pasien
Thalasemia.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini di harapkan sebagai sumber informasi mengenai gambaran kadar hemoglobin pasien
Thalasemia dengan terapi darah segar dan darah baru di RSUD Cilegon.
c. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan refrensi penelitian selanjutnya agar bisa
lebih dikembangkan dalam pengujian lainnya khususnya mengenai gambaran kadar hemoglobin
pasien Thalasemia dengan terapi darah segar dan darah baru di RSUD Cilegon.

Congrats! Your Content is 100% Unique.


PLAGIARISM SCAN REPORT Page 1

Report Generation Date: 19-09-23

Words: 970

Characters: 7273

Excluded URL : N/A

0% 100%
Plagiarism Unique

0 49
Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked for Plagiarism

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Klasifikasi Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit hemolitik herediter yang disebabkan oleh gangguan dalam sintesis
hemoglobin di dalam sel darah merah, ditandai dengan menurunnya atau tidak adanya sintesis
salah satu rantai α, β dan atau rantai globin lain yang membentuk struktur normal molekul
hemoglobin utama pada orang dewasa (Rujito, 2019). Tubuh pasien thalasemia tidak dapat
membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah yang terdapat dalam tubuh
pasien thalasemia mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari sehingga menyebabkan
anemia (Mustofa et,al., 2020).
Berdasarkan kelainan klinis, thalasemia dibagi atas tiga pembagian utama yaitu:
1. Thalasemia Minor
Thalasemia Minor terjadi oleh karena ketidakseimbangan sintesa rantai globin-β (Rojas dan
Wahid, 2020). Thalasemia minor bisa juga disebut sebagai pembawa sifat, traits, pembawa mutan,
atau karier Talasemia (Rujito, 2019).
2. Thalasemia Mayor
Thalasemia mayor terjadi karena gen hemoglobin pada 2 alel kromosom mengalami kelainan. Gejala
thalasemia mayor secara umum muncul pada usia 7 bulan awal pertumbuhan bayi atau setidaknya
pada bawah tiga tahun (batita). Gejala awal ialah keadaan pucat pada kulit terlihat pada bagian
telapak tangan, mata bagian kelopak mata sebelah dalam, daerah perut, dan semua permukaan
kulit. thalasemia mayor menyebabkan bayi kegagalan untuk berkembang secara normal dan
menjadi semakin pucat. Beberapa masalah seperti diare, lemah, serangan demam berulang, dan
pembesaran perut progresif yang disebabkan oleh pembesaran limpa dan hati (Rujito, 2019).
3. Thalasemia intermedia
Thalasemia intermedia terjadi akibat dari kelainan pada 2 kromosom yang menurun dari ibu dan
ayahnya. Gen tersebut merupakan hasil kombinasi mutan berat dan ringan, atau mutan ringan dan Page 2
mutan ringan. Thalasemia intermedia tidak rutin dalam transfusi darahnya, terkadang hanya 3
bulan sekali, 6 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali. (Rujito, 2019).

B.Transfusi Darah Pada Pasien Thalasemia


Pengelolaan pasien thalasemia sampai saat ini yang dilakukan adalah dalam bentuk terapi suportif.
Terapi suportif adalah memberikan tata kelola agar pasien dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Terapi suportif yang diberikan disesuaikan dengan patologi utamanya yaitu pengobatan
terhadap anemia pada pasien thalasemia antara lain terapi transfusi darah(Rujito, 2019). Transfusi
darah secara teratur dapat membantu menggantikan sel-sel yang sudah mati. Transfusi ini harus
dilakukan sepanjang hidup bagi para penderita talasemia mayor dan dilakukan secara berkala
(Wibowo dan Zen, 2019).
Sebelum pasien melakukan transfusi darah, harus dilakukan pemeriksaan pre transfusi yang
bertujuan untuk menjamin keamanan darah yang akan ditransfusikan ke pasien. Dalam
pemeriksaan pre transfusi terdapat beberapa tahap pemeriksaan antara lain pemeriksaan golongan
darah ABO dan Rhesus, pemeriksaan uji silang serasi, pemeriksaan skrining antibodi dan
pemeriksaan identifikasi antibodi untuk mengetahui alloantibodi termasuk alloantibodi sistem rhesus
(Maharani dan Noviar, 2018).
C. Komponen Darah Packed Red Cell
Komponen darah yang digunakan pasien Thalasemia yaitu Packed Red Cell (PRC). Packed Red Cell
merupakan komponen darah berasal dari Whole blood yang diendapkan dan diputar dengan
sentrifugasi untuk memisahkan plasma dan eritrosit sehingga menghasilkan Packed Red Cell
dengan kadar hematokrit 70%- 80%(Wahidiyat dan Adnani, 2016).
PRC dibuat khusus di dalam kantong plastik steril khusus segera setelah donasi. Darah diputar secara
khusus dengan putaran tinggi sehingga terpisah dari komponen lainnya, lalu komponen tersebut
dipindahkan ke kantong satelit yang tersedia, sehingga jauh lebih baik dan lebih tahan lama
disimpan. Pemisahan dilakukan dalam waktu 6 sampai 18 jam dari proses pengambilan darah
(aftap) (Kemenkes, 2015).
D. Perbedaan Antara Darah Segar Dan Darah Baru
Darah segar merupakan darah yang baru yang diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Darah segar mengandung trombosit, faktor pembekuan (V dan VIII), dan fungsi
eritrosit yang masih baik. Pada darah segar fungsi eritrosit masih relatif baik, kadar 2.3 DPG masih
tinggi (Amalia dan Sari,2019).
Darah baru merupakan darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor.
Faktor pembekuan hampir habis, dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII hampir habis dan kemampuan transportasi O2 oleh
eritrosit telah berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi) sehingga O2 sukar dilepas dijaringan karena
penurunan kadar 2,3 DPG (Amalia dan Sari,2019).
E. Kadar Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transportasi karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru dan oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah (Zainudin et al.,2015).
Terdapat beberapa metode pemeriksaan hemoglobin antara lain : Page 3
1. Metode Hemoglobinometer Digital

Pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode ini memiliki prinsip kerja yaitu menghitung
kadar hemoglobin pada sampel berdasarkan perubahan potensial listrik yang terbentuk secara
singkat yang dipengaruhi oleh interaksi kimia antara sampel yang diukur dengan elektroda pada
Microcuvettes.
2. Metode Cuprisulfat

Pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode ini didasarkan pada berat jenis pada Cuprisulfat.
Berat jenis pada cuprisulfat yaitu 1,053. Penetapan kadar hemoglobin dengan metode ini dilakukan
dengan cara meneteskan pada wadah atau gelas yang berisi larutan Cuprisulfat sehingga darah
akan terbungkus tembaga proteinase, yang mencegah perubahan Berat Jenis dalam 15 detik.
Apabila darah tenggelam dalam waktu 15 detik, maka kadar hemoglobin lebih dari 12,5 gram/dL.
Apabila darah melayang dalam waktu 15 detik, maka kadar hemoglobin 12,5 gram/dL dan apabila
darah mengapung dalam waktu 15 detik, maka kadar hemoglobin kurang dari 12,5 gram/dL (Ekarini et
al., 2020).
3. Metode Sahli
Metode sahli merupakan pemeriksaan Hemoglobin yang didasarkan atas pembentukan warna
(visualisasi atau kolorimetri). Darah yang direaksikan dengan HCL akan membentuk asam hematin
dengan warna coklat, warna yang terbentuk akan disesuaikan pada standar dengan cara
diencerkan dengan menggunakan aquadest (Kusumawati, et al., 2018).

4. Metode Flow Cytometry (HematologyAnalyzer Siemen 560)


Metode Flow Cytometry (HematologyAnalyzer Siemen 560), Metode otomatis menggunakan
alathematology analyzer yang berfungsi untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam
sampel darah. Alat hematology analyzer mempunyai beberapa kelebihan yaitu efisiensi waktu,
volume sampel, dan ketepatan hasil. Pemeriksaanmenggunakan metode hematology analyzer dapat
dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu sekitar 45 detik. Sampel darah yang digunakan
ialah darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit. Hasil yang dikeluarkan alat ini biasanya
sudah melalui quality control yang dilakukan oleh intern laboratorium (Nugraha, 2015).

Congrats! Your Content is 100% Unique.


PLAGIARISM SCAN REPORT Page 1

Report Generation Date: 19-09-23

Words: 552

Characters: 4386

Excluded URL : N/A

0% 100%
Plagiarism Unique

0 28
Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked for Plagiarism

BAB III
METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan penelitian kuantitatif.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini ialah seluruh data pasien thalasemia di RSUD Cilegon tahun 2022
sebanyak 43 pasien.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien thalasemia yang melakukan transfusi darah
menggunakan darah segar dan darah baru sebanyak 43 pasien. Teknik dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Cilegon yang beralamatkan di Jalan. Kapten. Piere Tendean
No.KM.3, Panggung Rawi, Kec. Jombang, Kota Cilegon, Banten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2023.
D. Langkah Penelitian
1. Penyerahan pembutan surat permohonan izin pengambilan data di RSUD Cilegon kepada
Akademi Bakti Kemanusiaan PMI.
2. Setelah surat dibuatkan oleh Institusi Akademi Bakti Kemanusiaan PMI, selanjutnya penyerahan surat
permohonan izin pengambilan data diberikan kepada bagian komite diklat di RSUD Cilegon.
3. Setelah mendapatkan persetujuan, dilakukan pengambilan data terkait kadar hemoglobin pada
pasien thalasemia di RSUD Cilegon. Page 2
4. Data dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan Microsoft excel.
5. Menganalisis hasil pengolahan data dan pembuatan kesimpulan.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah terapi darah berupa darah segar dan darah baru
sedangkan variabel independent nya adalah kadar hemoglobin.
F.Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diambil dari
bagian laboratorium dan bank dara RSUD Cilegon meliputi data pasien thalasemia yang melakukan
transfusi darah dan melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin di RSUD Cilegon dari januari 2022
sampai desember 2022. Kemudian data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan data
dan analisa data.
2. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh penulis kemudian dipindahkan kedalam worksheet excel, kemudian
selanjutnya data diolah menggunakan Microsoft Excel.
3. Analisa Data
Setelah melalui proses pengolahan data, analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa
univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi
beberapa karakteristik pasien thalasemia.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dengan uji statistik. Pengujiannya dengan Uji normalitas dan uji Homogenitas yang digunakan
untuk memastikan sebuah data hasil pengukuran dalam penelitian ini apakah berdistribusi normal
atau tidak. Data hasil pengukuran menggunakan skala nominal/rasio yang akan dianalisis dengan
teknik statistik harus memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas. Teknik yang digunakan
untuk menguji normalitas yaitu uji Shapiro Wilk. Penerapan uji Shapiro Wilk bahwa jika hasil memiliki
nilai lebih besar 5% atau 0.05 maka data berdistribusi normal. Sedangkan Uji homogenitas dikatakan
varian data sama apabila nilai signifikansi lebih besar dari 5% (>0,05). Pada penelitian ini uji
parametric yang digunakan yaitu uji Paired Sample t Test.
G. Etika Penelitian
1. Beneficience
Beneficience artinya memberikan keuntungan pada obyek penelitian. Pada penelitian ini RSUD
Cilegon diberikan keuntungan terkait data perbedaan kadar hemoglonbin pasien thalasemia yang
menggunakan darah baru dan darah segar.
2. Confidentially
Confidentially artinya Menjaga kerahasiaan. Dalam hal ini semua data terkait dengan data
pasien thalasemia di RSUD Cilegon menggunakan inisial dan hanya digunakan untuk penelitian.
3. Justice
Justice artinya tindakan memberikan keadilan. Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel secara
convenience yaitu memilih sampel berdasarkan keinginan peneliti sehingga semua pasien Page 3
Thalasemia tahun 2022 di RSUD Cilegon mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel penelitian.

Congrats! Your Content is 100% Unique.

Anda mungkin juga menyukai