A. Katabolisme
Katabolisme adalah proses pemecahan nutrisi dari makanan menjadi gula,
asam amino, dan asam lemak, yang kemudian digunakan sebagai sumber
energi oleh tubuh melalui glikolisis.
B. Anabolisme
Anabolisme adalah proses tubuh memperbarui sel dan memperbaiki
dengan menggunakan energi dari katabolisme. Kelebihan kalori disimpan
sebagai lemak jika asupan melebihi kebutuhan.
Keseimbangan energi terjadi saat asupan energi dari makanan sebanding dengan
penggunaan energi melalui aktivitas fisik. Asupan energi berlebihan menyebabkan
penumpukan lemak dan obesitas, sedangkan penggunaan energi berlebihan dapat
menyebabkan kekurangan berat badan. Faktor-faktor yang memengaruhi
keseimbangan energi termasuk intensitas dan durasi aktivitas fisik.
Karbohidrat adalah sumber energi utama untuk tubuh, menghasilkan 4 kalori per
gram. Kebutuhan kalori manusia rata-rata adalah 1.200-2.000 kalori, dan 45-60%
kalori tersebut seharusnya berasal dari karbohidrat. Namun, di Indonesia, rata-rata
konsumsi karbohidrat mencapai 70-80%, yang dapat menyebabkan penimbunan
lemak. Karbohidrat memiliki Indeks Glikemik (IG) yang menunjukkan
pengaruhnya terhadap gula darah. Karbohidrat dengan IG tinggi, seperti roti,
jagung, dan kentang, dapat meningkatkan gula darah lebih cepat. Sebaliknya,
karbohidrat dengan IG rendah, seperti gandum dan beras merah, memberi rasa
kenyang lebih lama dan dapat membantu mengontrol nafsu makan.
BMR (Basal Metabolic Rate) adalah kebutuhan energi minimum tubuh untuk
fungsi vital. BMR berbeda untuk setiap orang, dipengaruhi oleh faktor fisik dan
lingkungan. Pada wanita hamil, BMR bisa meningkat 15-20% terutama pada
triwulan terakhir. Selama kehamilan, terjadi perubahan dalam keseimbangan asam
basa dan peningkatan kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin dan persiapan
laktasi.
Tubuh manusia terdiri sebagian besar dari air, dengan komposisi air dalam tubuh
dewasa sekitar 60%. Bayi dan anak-anak memiliki lebih tinggi, 70-80%.
Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting untuk menjaga kesehatan
tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena. Gangguan keseimbangan cairan atau elektrolit bisa
mengakibatkan masalah seperti dehidrasi, gangguan natrium, kalium, atau
kalsium. Ini adalah bagian vital dari fisiologi homeostasis.
Cairan Tubuh
Total body water (TBW) dalam tubuh bergantung pada faktor usia, berat badan,
jenis kelamin, dan tingkat obesitas. Bayi memiliki sekitar 80% berat badan dalam
bentuk air karena pertumbuhan cepat dan tingginya metabolisme mereka. Pada
orang dewasa, TBW adalah sekitar 60% berat badan untuk laki-laki muda dan
50% untuk perempuan muda. Total body water pada perempuan cenderung lebih
sedikit karena lemak subkutannya memiliki sedikit air. Obesitas dapat mengurangi
TBW menjadi sekitar 25-30% dari berat badan. Pada orang di atas 65 tahun, TBW
mungkin mencapai 40-50% berat badan. TBW terdistribusi di sebagian besar
dalam otot, kulit, organ, dan darah. Bayi, lansia, dan orang obesitas lebih rentan
terhadap kehilangan air seperti melalui berkeringat, demam, diare, dan muntah.
Cairan intrasel (CIS) adalah cairan yang ada di dalam sel. Perubahan volume
cairan intraselular dikendalikan oleh membran sel yang permeabel terhadap air
dan molekul tertentu. Pompa natrium-kalium yang bergantung pada ATP
menghasilkan gradien ion natrium dan kalium, sehingga ion kalium
berkonsentrasi tinggi dalam sel. Selain itu, konsentrasi protein dalam sel juga
tinggi.
Pergerakan cairan antar kompartemen tubuh melibatkan distribusi air dalam dan
di luar sel. Tekanan osmotik, yang terkait dengan konsentrasi zat terlarut total,
memengaruhi pergerakan air antara sel dan cairan ekstrasel (CES). Pergerakan air
normalnya terjadi tanpa penarikan atau pengeluaran yang signifikan.
Antara plasma dan cairan interstisial, pergerakan cairan terjadi melalui kapiler,
diatur oleh tekanan hidrostatik dan osmotik, seperti yang dijelaskan dalam
hipotesis Starling-Landis. Perbedaan tekanan ini membantu menjaga volume
plasma dan sirkulasi cairan jaringan secara kontinu.
Protein dalam plasma memiliki berat molekul yang besar, sehingga mereka tidak
dapat meninggalkan ruang intravaskular, menciptakan tekanan osmotik efektif
yang menjaga pergerakan cairan antara plasma dan cairan ekstraselular
interstisial.
1. Cairan intraselular (CIS) adalah cairan yang berada di dalam sel tubuh. Ini
sekitar 40% dari total cairan tubuh dan ada di dalam miliaran sel tubuh.
2. Cairan ekstraselular (CES) terdiri dari seluruh cairan tubuh di luar sel. Ini
mencakup:
- Cairan interstisial, yang berada di antara sel-sel jaringan.
- Plasma, yang ada dalam pembuluh darah.
- Cairan limfe, yang ada dalam sistem limfatik.
- Cairan transselular, yang berada di tempat-tempat seperti cairan
serebrospinalis atau cairan dalam mata.
Cairan ekstraseluler juga disebut sebagai lingkungan internal tubuh, dan
komposisinya diatur dengan cermat untuk mendukung fungsi sel. Sel mengambil
nutrisi dan oksigen serta membuang sisa metabolisme mereka melalui cairan
ekstraseluler. Homeostasis adalah mekanisme yang menjaga kestabilan
lingkungan ini agar sel-sel tetap hidup dengan baik.
Pusat minum di otak mengatur rasa haus dan kebiasaan minum. Tubuh kehilangan
air melalui urine, pernapasan, feses, dan keringat, dengan ginjal memiliki
kehilangan air terbesar. Hormon antidiuretik (ADH) mengatur reabsorpsi air dari
ginjal dan jumlah urin yang diekskresikan, membantu menjaga keseimbangan
cairan.
1. Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler dan berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot. Konsentrasi
normal natrium adalah 135-148 mEq/L.
2. Kalium (K) utamanya ada dalam cairan intrasel dan memengaruhi fungsi sel.
Konsentrasi normal kalium adalah 3,5-5,5 mEq/L.
3. Kalsium (Ca) berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, serta terlibat dalam
regulasi neuro-muskular dan fungsi jantung. Konsentrasi normal kalsium adalah
8,5-10,5 mg/dL.
4. Magnesium (Mg) berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, dan fungsi
jantung. Sumber magnesium adalah makanan seperti sayuran hijau. Konsentrasi
magnesium dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Fosfor (PO) penting dalam metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat, serta
berhubungan dengan regulasi asam basa dan kalsium. Konsentrasi fosfor
berkaitan dengan kadar kalsium dan pengaturan oleh hormon paratiroid.
6. Klorida (Cl) adalah anion utama dalam cairan ekstraseluler dan berperan dalam
regulasi asam basa, volume darah, dan bufer pertukaran oksigen.
1. Osmosis dan Tekanan Osmotik: Osmosis adalah gerakan air dari daerah dengan
konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi
melalui membran semipermeabel. Tekanan osmotik adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh partikel zat terlarut dalam larutan. Keseimbangan osmotik
penting dalam menjaga volume sel.
2. Difusi: Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, mengikuti gradien konsentrasi. Difusi
melalui membran sel dapat terjadi secara sederhana tanpa melibatkan protein
pembawa atau dengan bantuan protein pembawa.
4. Kohesi Pelarut: Kohesi pelarut adalah gaya yang membuat pelarut menarik
molekul zat terlarut ketika bergerak dalam satu arah. Ini terjadi dalam aliran
massa cairan.
Edema adalah penumpukan cairan di dalam cairan interstitiel di atas jumlah yang
biasa, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Tekanan darah kapiler yang meningkat: Ini bisa terjadi karena vena terbendung
atau arteriola berdilatasi, yang mengakibatkan darah diperas ke dalam jaringan
interstisial.
5. Ginjal gagal membuang air: Gagal ginjal bisa menyebabkan penumpukan air
dalam tubuh karena ginjal tidak dapat membuang air dengan baik.
Edema dapat memiliki efek klinis, seperti pembengkakan di area yang terkena.
Edema paru juga bisa terjadi jika cairan terkumpul di paru-paru, yang bisa sangat
berbahaya. Terapi diuretik (obat yang meningkatkan pengeluaran air) bisa
digunakan untuk mengatasi edema tergantung pada penyebabnya.
Keseimbangan asam-basa adalah upaya tubuh untuk menjaga kadar ion hidrogen
pada tingkat yang tepat. Asam dapat dihasilkan dalam metabolisme normal, dan
keseimbangan asam-basa adalah penting untuk fungsi seluler yang sehat.
2. Alkalosis: Ini terjadi ketika pH darah meningkat karena penurunan ion hidrogen
dalam darah. Alkalosis juga bisa bersifat metabolik atau respiratorik.
Keseimbangan asam-basa adalah kunci untuk menjaga fungsi tubuh yang optimal,
dan gangguan dalam keseimbangan ini dapat memiliki konsekuensi klinis yang
signifikan. Dalam beberapa kasus, terapi medis mungkin diperlukan untuk
mengatasi masalah keseimbangan asam-basa.