Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN MAGANG

GAMBARAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS


PENGAWASAN KAPAL DALAM KARANTINA DI KANTOR KESEHATAN
PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui
tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbeda yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber bahaya akibat
dari aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang
sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar derajat
kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal.
Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh dua hal yaitu perilaku tidak aman (unsafe action)
dan kondisi lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions). Perilaku tidak aman
adalah perbuatan berbahaya dari manusia atau pekerja yang dilatar belakangi oleh
faktor-faktor internal seperti sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, penurunan konsentrasi, kurang adanya motivasi
kerja, kelelahan dan kejenuhan. Faktor risiko yang mempengaruhi lingkungan tidak
aman diantaranya : alat pelindung diri yang tidak efektif, pakaian kerja yang kurang
cocok, bahan-bahan yang berbahaya, dan alat atau mesin yang tidak efektif (Irzal,
2016).
Sesuai data global yang dirilis International Labour Organization (ILO), bahwa jumlah
kasus KK dan PAK di dunia mencapai 430 juta per tahun yang terdiri dari 270 juta
(62,8 %) kasus KK dan 160 juta (37,2 %) kasus PAK, dan menimbulkan kematian
sebanyak 2,78 juta orang pekerja setiap tahunnya. Berdasarkan data jumlah pekerja
yang mendapatkan manfaat program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, dari tahun 2019 s.d. 2021
tercatat berturut-turut sebanyak 210.789 orang (4.007 orang fatal), 221.740 orang
(3.410 orang fatal) dan 234.370 orang (6.552 orang fatal).
Adapun angka kecelakaan kerja yang terjadi di DKI Jakarta tertinggi berada pada
tahun 2017 yaitu sebesar 8.699 kejadian sedangkan untuk tahun 2018 sebesar 5.318
kejadian belum diperoleh data yang valid (BPJS Ketenagakerjaan, 2019).

Anda mungkin juga menyukai