Anda di halaman 1dari 5

Penjajahan Perancis Terhadap Suriah Tahun 1920-1946 M

Syahrani Marwah Hakim_074

Bangsa Eropa yang seiring waktunya telah membawa mereka terhadap kekuatan yang
sampai bisa berkuasa di segala penjuru dunia. Dimana justru Islam berangsur mengalami
keruntuhannya, dengan jatuh di tangan para penjajah. Saat itu, banyak wilayah-wilayah muslim
yang berada di bawah cengkaraman penjajah Eropa, berdasarkan peta penjajahan dunia islam
secara kasar sudah dimulai sekitar tahun 1920an.1 Kemudian ketika terjadinya Perang Dunia ke-1
dan ke-2, dunia Arab mengalami banyak dinamika yang begitu banyak dan cepat terjadi.
Sehingga akhirnya, telah menentukan geopolitik kawasan Asia Barat dan Afrika Utara. Yang
kemudian, Suriah telah menjadi bagian kerajaan Arab yang diproklamasikan tepatnya pada 8
Maret 1920 M. Sebelum huru-hara terjadinya PD II, semenjak itu Suriah telah menjadi Incaran
dari kolonialisme Eropa yang nantinya wilayah Suriah akan diambil alih diatas kekuasaan
Prancis yang telah memiliki ambisi untuk menanamkan pengaruhnya di utara Semenanjung
Arab. Akhirnya, kemenangan ditangan Eropa telah membuat Prancis berhasil mendapat bagian
wilayah kekuasaannya, kemudian pada bulan Juli 1922 LBB telah menyetujui teks Mandat
Prancis untuk wilayah Suriah dan Lebanon.

Pembahasan
Suriah dalam masa perkembangannya, dahulu merupakan bagian wilayah dari
Utsmaniyah yang berpusat di Istanbul, Turki. Selain itu, Suriah merupakan wilayah yang
termasuk dalam peradaban paling tertua di dunia. Etnis Suriah merupakan etnis dari keturunan
Semit dimana terdapat 90% masyarakat muslim dengan 74% Sunni dan 16% terdiri dari
kelompok muslim lainnya termasuk Alawi, Syiah, dan Druze. Selain itu, terdapat juga 10%
masyarakat Kristen dan ada juga komunitas kecil Yahudi Suriah. 2 Kemudian Suriah pun telah
diproklamasikan menjadi kerajaan Arab dibawah pimpinan kekuasaan Faysal yang berasal dari
keluarga Hasimiah berdasarkan hasil kongres pada bulan Maret 1920 M. Namun sayangnya
kekusaannya tersebut tidaklah berlangsung lama hanya beberapa bulan saja bertahan, setelah
kekalahan yang dialami oleh Kesultanan Utsmaniyah di Perang Dunia I. Kemudian Inggris dan
Perancis datang dan mulai menjarah di wilayah sana, berdasarkan perjanjian rahasia diantara
kedua diplomat Eropa yaitu Sykes (Inggris) dan Picot (Perancis) yang dibuat pada 16 Mei 1916
sebelum peperangan, mengenai pembagian wilayah Timur Tengah jika sekutu antara Inggris dan
Perancis memperoleh keberhasilan dalam mengalahkan Kesultanan Utsmaniyah. Perancis telah
berhasil mengambil alih bagian di wilayah Utsmaniyah di Mediteranium Timur yang saat ini
dikenal sebagai Suriah dan Lebanon. Setelah itu, pada 14 Juli 1920 Jendral Gouraud
mengeluarkan ultimatum untuk Faysal dengan memberikannya dua pilihan yakni antara
menyerah atau turun dari tahtanya. Kemudian dengan menyadari bahwa kekuatannya tidaklah
1
Hasan Asari. Sejarah Islam Modern (Agama dalam Negosiasi Historis Sejak abad XIX). Perdana Publishing. Cet, 1.
Juni 2019
2
U.S. Departement of State. Catatan Latar Belakang: Suriah. Archive. 20 Januari 2001.
sebanding dan tak akan menguntungkan maka Faisal memilih untuk bekerjasama. Berbeda
dengan menteri muda perang yaitu Youssef al-Azmeh, ia menolak dalam mematuhinya.
Semenjak itu, akhirnya terjadi bentrokkan antara pasukan Arab Suriah dengan tentara Syam
Prancis di bawah Jendral Mariano Goybet pada 24 Juli 1920 yang terjadi di dekat Khan
Maysalun di Pegunungan Anti-Lebanon, yang letaknya berada tepat di barat Damaskus yang
jauhnya sekitar 25 kilometer. Pertempuran yang akhirnya terjadi dan dikenal sebagai
Pertempuran Maysalun (perang antar Prancis dan Suriah). Dengan hasil akhir dimenangkan oleh
Perancis dalan kurun waktu kurang dari sehari dan telah menewaskan Azmeh beserta tentara
Ssuriah lainnya
Perancis yang menuntut Suriah untuk menerima mandat yang telah ditulis di london tepat
pada 24 Juli 1922 agar berada dibawah kependudukkan Perancis, akhirnya ecara resmi Suriah
bisa berada di bawah mandat Perancis. Setelah teks mandat Perancis untuk Suriah dan Lebanon
disetujui oleh Liga Bangsa-Bangsa pada bulan Juli 2019. Dimana mandat tersebut memberikan
tanggung jawab untuk Perancis dalam membentuk dan mengendalikan pemerintahan,
mengembangkan sumber daya negara, dan mempersiapkannya untuk pemerintahan sendiri. 3
Kemudian yang seharusnya mempersiapkan kemerdekaan bagi Suriah. Perancis menggunakan
kekuasaannya tersebut dengan menciptakan suasana penindasan, terutama yang dirasakan oleh
kaum terdidik dan kelompok menengah ke-atas. Kemudian, membatasi akses mereka sebagai
masyarakat Suriah dalam memperoleh informasi, membatasi aktivitas politik, dan membatasi
juga hak-hak sipil. Bahkan malas mempersiapkan konstitusi untuk dijadikan sebagai kerangka
kehidupan bagi masyarakat di Suriah.4 Namun disisi lain, pemerintahan wajib Perancis tetap
melakukan banyak pengerjaan dalam hal konstruktif seperti dibangunnya jalan untuk
meningkatkan perencanaan kota dan fasilitas kota, kepemilikan lahan direformasi bertempat di
beberapa kabupaten, dan pertanian agar mendapat dorongan. Setelah, kemunculan Perancis di
atas kekuasaan Suriah sendiri, kedatangannya telah memicu konflik antar persaudaraan di
Suriah.
Dengan keberadaannya perbedaan konsepsi diantara Perancis dengan Suriah secara
tersirat, membuat sulitnya persiapan agar Suriah bisa memiliki pemerintahannya sendiri. Di
Suriah terdapat banyak dari anggota kelompok minoritas dan sebagian kelompok kecil dari
kelompok yan mayoritas menginginkan agar Perancis tetap berada disana untuk membantu
dalam membangun masyarakat serta pemerintahan yang modern. Namun, disisi lain penduduk
perkotaan, dan terkhusus kaum elit yang terpelajar menolak jika terus berada dibawah mandat
Perancis. Kemudian berharap menginginkan agar suriah bisa merdeka dan jika bisa ingin bisa
memasukkan Lebanon, Palestina, dan Transyordania, kemudian juga distrik Druze dan Alawite.
Kemudian pada tahun 1925 terjadi sebuah pemberontakkan di Jabal Druze, itu terjadi dakibatkan
oleh pejabat wajib Perancis yang senantiasa berusaha untuk mengganggu tradisi dan hirearki
suku Jabal ad-Duruz. Ketika tahun 1923 Kapten Carbillet, dari Perancis yang terpilih sebagai
3
Hamidé, Abdul-Rahman , Ochsenwald, William L. , Hourani, Albert Habib , Commins, David Dean , Gadd, Cyril John
, Salibi, Kamal Suleiman , Scullard, Howard Hayes , Polk, William Roe , Irvine, Verity Elizabeth dan Smith, Charles
Gordon. "Suriah". Ensiklopedia Britannica , 8 September 2023, https://www.britannica.com/place/Syria. Diakses 11
September 2023.
4
Muhammad Faqhry Ghafur. Problematika Kekuatan Politik Islam di Yaman, Suriah, dan Aljazair. PT. Dunia Pustaka
Jaya. Januari 2016.
gurbernur disana kemudian memperkenalkan administratif dan sosial modern yang memicu
kemarahan dari penduduk. Karena, perlakuan yang sewenang-wenang tersebut telah banyak
menimbulkan keluhan Druze, tak hanya itu penahanan pimpinan Druze di bulan Juli 1925 juga
telah ikut memicu peberontakan yang dilakukan secara besar-besaran. Pemberontakan tersebut
dipimpin oleh Sultan al-Atrash, tepat di bulan Agustus Druze berhasil mengalahkan Perancis.
Setelah itu, di bulan September mereka bergabung dengan nasionalis suriah dari Partai Rakyat
atas permohonan agar rekan senegaranya bisa bergabung dalam pemberontakkan.
Pemberontakan pun sampai di Damaskus, namun ketika disana Peran mengebom kota itu,
ketidakpuasan druze pun terus bertambah hingga sampai ke Lebanon selatan. Pemberontakan
yang kemudian terjadi sepanjang tahun 1926 Perancis sekali lagi memeranginya dengan
pengeboman Damaskus yang kali ini telah berhasil, hingga sampai pada tahun 1927 sebagian
masalah tersebut bisa mulai mereda. Setelah itu, dibawah kendali Perancis Jabal ad-Duruz lebih
ketat lagi pengendaliannya, dimana disana pejabat tinggi tak lagi dipilih akan tetapi ditunjuk dan
pastinya yang sering ditunjuk tersebut ialah orang Perancis.
Pada tahun 1928 telah di adakan pemilihan untuk Konstituen Perakitan, dimana kaum
nasionalis memenangkan pemilu tersebut hingga bisa menjabat sebagai pemerintahan baru.
Mereka merancang sebuah konstitusi, sayangnya rancangan tersebut tak spenuhnya diterimah
oleh komisaris tinggi, sebab konstitusi tersebut yang menyatakan kesatuan geografis Suriah
kemudain secara eksplisit telah tidak menjaga posisi kendali Perancis. Sampai di bulan Mei 1930
komisaris tinggi telah membubarkan majelis dan merubah konstitusi. Namun, terjadi kegagalan
dalam negosiasi perjanjian antar Perancis dan Suriah, tapi situasi tersebut dapat diubah dengan
kemunculan pemerintahan Front Populer di Perancis pada tahun 1936. Tuntunan yang mendesak
kemerdekaan terhadap Perancis yang tak tercapai, akhirnya perjanjian Perancis-Suriah tersebut
telah berhasil tertandatangani pada tahun 1936 menjamin kemerdekaan suriah dan memenuhi
tuntunan nasionalis untuk memulihkan kembali distrik Druze dan Alawi di Suriah. 5 Parlemen
terpilih saat itu, ialah pimpinan Blok Hashim al-Atasi yang terpilih sebagai presiden republik
kemudian pemerintahan nasionalis pun mulai menjabat. Kemudian, sebelum akhir tahum 1936
pemerintah Suriah meretafasi perjanjian sebelumnya kepada Perancis. Namun, kurang dari tiga
tahun kemudian kabinet Blok Nasional terpaksa harus mengundurkan diri, yang kemudian
menyebabkan Alawi dan Druze memberontak. Mengizinkan Perancis untuk menyerahkan
sanack (distruk) Alexandreta di Suriah ke Turki, karena alasan strategis untuk menuruti tuntutan
dari Turki. Kemudian pada tahun1937 pun akhirnya distrik tersebut telah diberi nama Turki
Hatay, dan resmi diberikan status otonom pada tahun1939 untuk dimasukkan ke Turki. Sehingga,
sampai pada akhirnya memang Perancis tidak ingin pernah untuk meretafasi perjanjian tahun
1936.
Kemudian Perancis yang terlibat di dalam Perang Dunia II pada 1940 mereka mengalami
keterpurukan dan dengan jatuhnya Perancis tersebut. Suriah kemudian berada dibawah kendali
Pemerintahan Vichy sampai Inggris dan Perancis merdeka, menyerbu kembali pada bulan Juli
1941. Dimana Suriah telah memproklamirkan kemerdekaannya kembali pada tahun 1941,
kemudian di tanggal 27 September 1941 Perancis pun memproklamirkanya berdasarkan dalam
5
Britannica, Editor Ensiklopedia. "Blok Nasional". Ensiklopedia Britannica , 4 September 2019,
https://www.britannica.com/topic/National-Bloc. Diakses 12 September 2023.
surat Mandat, bagi kemerdekaan dan kedaulatan negara Suriah, proklamasi tersebut menyatakan
“Kemerdekaan dan kedaulatan Suriah dan Lebanon tidak akan memengaruhi situasi yudiris yang
dihasilkan dari UU Mandat”. Setelah itu, pada tahun 1945 terjadi protes atas lambatnya
penarikan mundur Perancis, menanggapi hal tersebut Perancis menanggapinya dengan artileri.
Upaya menghentikan kemerdekaan, Perancis pun mendudukki parlemen Suriah pada bulan Mei
1945 dan memutuskan aliran listrik di Damaskus. Kemudian saat melatih senjata mereka di kota
tua Damaskus, Perancis telah membunuh 400 warga suriah dan menghancurkan ratusan rumah.
Namun, berkat berbagai tekanan yang terus diluncurkan oleh kelompok nasionalis Suriah, telah
berhasil memaksa Perancis untuk mundur dan mengevakuasi pasukannya pada bulan April 1946.
Akhirnya deklarasi atas kemerdekaan Suriah pun dinyatakan sebagaai negara merdeka pada 17
April 1946.6

6
Khairisa Ferida. Sejarah Awal Suriah. Okezone. Sabtu, 18 Agustus 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Ghafur, Muhammad Fakhry. Basyar, M. Hamdan. Mashad, Dhurorudin. Kartini, Indriana. Dan
Wahyudhi, Nostalgiawan. Problematika Kekuatan Politik Islam di Yaman, suriah, dan
Aljazair. PT. Dunia Pustaka Jaya. Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai