Anda di halaman 1dari 7

Faktor Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Barat 

Pada abad imperialisme, kawasan Asia Barat merupakan kawasan yangsangat menarik perhatian bagi
negara-negara barat. Negara-negara barat yangmempunyai jajahan di kawasan Asia Barat adalah Inggris
dan Perancis. Inggrismempunyai tanah jajahan yang paling luas di kawasan Asia Barat.
Tujuankedatangan Inggris ke wilayah tersebut demi kepentingan politik, militer danekonomi. Bagi
Inggris kawasan tersebut sangat berguna bagi negaranya demimenghubungkan wilayah jajahannya di
Asia Selatan dengan negara induknya.Begitu juga dengan Perancis. Negara ini menjajah kawasan Asia
Barat denganmenduduki daerah-daerah yang strategis guna memenuhi kepentingannya sebagainegara
penjajah. Selain itu, Perancis mempunyai kepentingan lain dikawasantersebut yakni mempunyai
kepentingan dalam hal ekonomi, politik, militer dansosial budaya. Itu sebabnya negara Perancis
melakukan imperialisme ke kawasanAsia Barat.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa Asia Barat dijadikan sebagaidaerah jajahan oleh negara-
negara Barat, yaitu:
1. Geopolitik
Asia Barat terletak pada pertemuan Benua Eropa, Asia dan Afrika.Sehingga, kawasan ini merupakan
pintu masuk utama menuju ke tigaBenua tersebut. Selain itu, kawasan Asia Barat berbatasan dengan
LautTengah, Laut Merah, Laut Hitam, Laut Kaspia, Teluk Parsi dan SamudraHindia. Dikawasan Asia Barat
juga terdapat jalur-jalur perairan yangsangat strategis yaitu Selat Boshporus, Selat Darnella, Terusan
Suez, SelatEl-Mandeb dan Selat Hormuz. Sehingga, kawasan tersebut letaknya sangatstrategis.
2. Sumber Daya Alam
Kawasan Asia Barat sangat kaya akan kandungan alamnya,terutama minyak. Minyak merupakan sumber
energi utama bagi industry dunia, terutama negara Barat, yang belum bisa digantikan oleh sumberenergi
lainnya. Oleh karena itu, dengan ditemukannya sumber daya alamyang melimpah di kawsan Asia Barat
menyebabkan banyak orang-
orang barat yang ingin menguasai kawasan tersebut terutama Inggris danPerancis.
3. Jalur Strategis
Daya tarik Asia Barat yang telah dipaparkan di atas menjadisemakin kuat dengan dibukanya Terusan
Suez pada tahun 1869. Dengandibukanya Terusan Suez, maka lalu lintas di sepanjang Laut Tengah
danLaut Merah menjadi semakin ramai. Sehingga, mengakibatkan kawasantersebut semakin menjadi
strategis dan semakin menarik perhatian BangsaBarat untuk menguasai daerah tersebut.
4. Revolusi Industri
Dengan dijadikannya negara Eropa menjadi negara Industri,mengakibatkan adanya perkembangan baru
di negara Eropa pada abadke-19 yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan baru. Seperti bahanmentah,
bahan bakar, tempat-tempat untuk memudahkan pengawasanaktifitas dagangnya. Sehingga banyak
negara-negara barat mengambil bahan-bahan industri dari wilayah Asia Barat.
5. Faktor Ideologi
Wilayah tersebut merupakan tempat lahirrnya agama-agama besardunia. Seperti, Yahudi, Nasrani dan
Islam. Sehingga, mengakibatkanadanya persoalan agama yang bisa menjadi sumber konflik
lewatintervensi Asing. Seperti halnya Perancis yang sering mengklaim
sebagai pembela gereja Kristen Latin dan Manorit untuk menguasai Syiria danLebanon
Selain alasan itu ada juga faktor-faktor yang menjadi penyebabimperialisme barat di dunia Islam pada
abad ke-19, diantaranya :

 1. Faktor Internal

a.Politik umat Islam yang sedang mengalami kemunduran sejak abad ke-17. Penguasa Turki Usmani yang
wilayahnya cukup luas tidakdidukung oleh kemajuan bidang ekonomi, sains dan teknologisehingga tidak
mampu mempertahankan kekuasaan politiknya. 

b.Ekonomi dunia Islam mengalami kemunduran akibat besarnya biayaanggaran militer untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan yang luas.

c.Pemikiran tradisional yang berkembang di dunia Islam.

2.Faktor Eksternal

a.Ekonomi Barat mengalami kemajuan 

b. Politik atau penguasaan wilayah akan memudahkan penguasa kolonialmelakukan hubungan dagang
atau monopoli

c. Pemikiran rasional berkembang di wilayah Barat yang berasal daridunia Islam yang berada di Spanyol
dan Sisilia.

Proses kedatangan bangsa Barat pada umumnya adalah disebabkan olehdaya tarik dari Timur
Tengah tersebut. Dapat dikatakan bahwa kedatangan bangsaBarat di Timur Tengah melalui jalan perang,
dalam arti bahwa bangsa Barat lebihmelakukan penjajahan di negara-negara anggota Timur Tengah
dengan alasan bahwa negara-negara jajahannya tersebut merupakan sumber daya yangmempunyai
banyak manfaat untuk mereka. Seperti halnya Inggris dan Perancis,mereka menguasai negara
jajahannya di Timur Tengah dengan tujuan untukkepentingan politik, ekonomi, dan militernya.Perancis
merasa perlu untuk memutuskan jalur hubungan antara Inggris diBarat dan India ditimur. Oleh karena
itu, pintu gerbang menuju India, yaitu Mesir,harus segera berada di bawah kekuasaannya. Untuk
maksud tersebut akhirnyaMesir dapat ditaklukan pada tahun 1798 M. Alasan lain yaitu, negara-negara
di wilayah Asia Barat seperti Turki, Syiria, Hijaz, dan timur jauh, dijadikan sebagai daerah pendistribusian
barang dagangan oleh negara Perancis. Itulah mengapa Perancis datang melakukan praktik imperialisme
di wilayah Asia Barat.6 Dengan menguasai negara jajahannya maka bangsa Barat banyak mendapat
manfaat dan hasil yang mereka dapat adalah misalnya, mereka dapat meguasai tambang minyak dari
berbagai negara dari penghasil minyak tersebut, selain itu mereka dapat memperluas daerah atau
negara jajahannya. Bangsa Barat yang berhasil menguasai negara Timur Tengah yaitu Inggris dengan
negara yang berhasil dikuasai adalah Irak, Yordania, Palestina, Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab,
dan Yaman. Sedangkan jajahan Perancis di Timur Tengah adalah Suriah dan Libanon.

. Imperialisme Bangsa Eropa di Asia Barat

Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa
terkemuka, Inggris dan Perancis, yang memang sudah bersaing. Inggris terlebih dahulu menanamkan
pengaruhnya di India. Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat
dan India di Timur. Oleh karena itu pintu gerbang ke India, yaitu Mesir harus berada di bawah
kekuasaannya. Mesir dapat ditaklukkan Perancis tahun 1987M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir
adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga
dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur
jauh Persaingan antara Inggris dan Perancis di Timur Tengah memang sudah lama dan terus
berlangsung. Persaingan ini terlihat dari penaklukkan wilayah Islam di Timur Tengah dan Afrika, yakni:

1820 : Oman dan Qatar, oleh Inggris 1830-1857 : Aljazair, oleh Perancis 1839 : Aden, oleh Inggris 1881-
1883 : Tunisia, oleh Perancis 1882 : Mesir, oleh Inggris 1898 : Sudan, oleh Inggris 1900 : Chad, oleh
Perancis 1920 : Irak menjadi Protektorat Inggris 1920 : Syiria dan Lebanon di bawah mandat Perancis

Dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir di abad ke-19, Inggris wilayahnya sudah bertambah hingga
mencakup 5 juta mil persegi dan penduduk sebanyak 88 juta jiwa. Pada tahun 1900 M, wilayahnya
meliputi seperlima dari luas dunia, dan memerintah 400 juta jiwa. Sedangkan imperium Perancis
berkembang dari 700 ribu menjadi 8 juta mil persegi dan penduduk dari 5 juta jiwa menjadi 52 juta jiwa

1. Arab Saudi
Sejak tahun 1517 hingga 1917 kerajaan Ottoman Turki menguasai Arab termasuk wilayah yang
saat ini menjadi Lebanon, Syria dan Palestina. Pada abad ke-19 M, banyak wilayah pesisir Jazirah
Arab yang jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1820 M, Oman dan Qatar berada di bawah
penguasaan dan perlindungan Inggris. Kemudian pada tahun 1839 M, Aden diduduki Inggris.
Sementara itu, kekuatan Rusia mulai menggerogoti wilayah-wilayah Muslim di Asia Tengah,
terutama setelah negara ini berhasil mengalahkan Kerajaan Turki Usmani yang berakhir dengan
perjanjian San Stefano. Selama perang dunia ke I (1914-1918), Turki menjadi sekutu Jerman.
Ketika Jerman dan Turki kalah, pada tahun 1916 kontrol atas wilayah kekuasaan kerajaan
Ottoman dilimpahkan pada Inggris (British Mandate) dan Perancis (France Mandate) dibawah
perjanjian Sykes-Picot Agreement, yang membagi Arab menjadi beberapa wilayah. Lebanon dan
Syria dibawah kekuasaan Perancis (France mandate) sementara Irak dan Palestina termasuk
wilayah yang saat ini dikenal dengan negara Jordan dibawah kekuasaan Inggris (British
Mandate).Imperialisme yang dilakukan oleh barat adalah dengan menggunakan taktik adu
domba untuk memecah belah. Seperti yang terjadi pada tahun 1915, Husayn, Syarif Makkah,
mengadakan perjanjian rahasia dengan Inggris untuk mengorbankan pemberontakan Arab
melawan imperium Usmani di Syria dan Arabia. Dengan bantuan Inggris, Syarif Husayn berharap
dapat menggulingkan Usmani dan menjadi Raja bagi sebuah negara Arab. Ambisinya ini
didasarkan pada prestise keagamaannya sebagai seorang Syarif, atau keturunan Nabi, dan
sebagai penjaga dua kota Suci Islam, serta didasarkan pada persekongkolan lama untuk
menjadikan dirinya sebagai khalifah baru bagi dunia Islam. Dengan hati-hati Husayn menggalang
sintimen nasional dan kebahasaan Arab dengan mengembangkan al-fatat, sebuah perkumpulan
rahasia di Damascus, yang mendekat kepadanya untuk menyalurkan kepentingannya terhadap
sebuah negara Arab merdeka yang bersekutu dengan Inggris. Sebaliknya pihak Inggris
memandang bahwasanya Husayn harus didukung baik secara militer maupun secara politik
Ketika kerajaan Ottoman Turki masih meguasai kerajaan Arab dan Palestina, Husayn Bin Ali
bekerja sama dengan Inggris untuk melakukan revolusi besar di Arab demi mengalahkan Turki.
Tahun 1915 terjadilah korespondensi antara Henry MacMahon dan Hussein bin Ali seorang raja
Hejaz dan pemegang kunci kota suci Mekah Hussein bin Ali dari Bani Hashim/Hashemite bagian
dari suku Quraisy yang pada zaman nabi Muhammad merupakan suku terbesar dan terkuat di
Arab. Saat itu Hussein bin Ali meminta wilayah Arab termasuk Palestina untuk jadi miliknya
karena dia berambisi memperluas kerajaan Hejaz. (Sekarang Saudi Arabia) hingga ke Syria
apalagi saat itu penguasa Syria, Faisal masih anaknya sendiri.Pada tahun 1915 Hussein bin Ali
melakukan korespondensi yang membahas tentang rencana yang akan dilakukan Inggris
terhadap wilayah Arab yang dulu dikuasai oleh Ottoman Turki. Upaya Arab untuk membangun
sebuah negara merdeka digagalkan oleh kekuasaan Eropa. Orang Inggris tidak benar-benar
berkomitmen pada Husayn. Ternyata interpretasi Hussein bin Ali dan Henry macMahon atas
janji pemerintah Inggris terhadap bangsa Arab itu berbeda. Hussein mengira bahwa Palestina
adalah termasuk wilayah yang akan diberikan Inggris kepada Arab. Tapi pemerintah Inggris
menyangkal dan menyatakan bahwa semua wilayah yang akan dikembalikan tidak termasuk
Palestina. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa wilayah yang bukan murni Arab tidak
termasuk dalam perjanjian itu. Inggris menganggap bahwa Palestina bukan murni Arab
walaupun saat itu mayoritas penduduk Palestina bangsa Arab. Hal ini membuat Arab Palestina
merasa dikhianati oleh Inggris. Dengan kesepakatan Sykes-Picot dengan Perancis (1916), Inggris
berjanji untuk membagi-bagi Arab di dekat timur menjadi dua zona pemerintahan kolonial
langsung dan dua bidang pengaruh. Kemudian pada 1917, dengan deklarasi Balfour, mereka
berjanji untuk mendirikan sebuah rumah nasional Yahudi di Palestina. Menanggapi protes
Husayn, Inggris raya meyakinkan dia bahwa politik serta hak-hak sipil dan agama bangsa arab
akan dilindungi, dan dalam deklarasi-deklarasi lain yang berjanji akan membantu pembentukan
negara-negara merdeka berdasarkan persetujuan pemerintah. Pada konferensi San Remo pada
bulan April 1920, Inggris dan Prancis tetap saja memecah belah dunia Arab sesuai dengan
kesepakatan Sykes-Picot. Sekutu menciptakan empat negara yang bergantung - Irak, Suriah,
Libanon, dan Palestina. Prancis mengambil alih Lebanon dan Siria dan mengusir Faysal dari
damaskus; Inggris mengambil alih Irak dan Palestina.
2. Syria merupakan contoh utama bagi politik generasional dan konflik ideologis di tengah
masyarakat Arab. Di Syria pihak Perancis berusaha melestarikan tatanan sosial yang ada,
membangun jalan-jalan dan jaringan komunikasi, dan membangun infrastruktur administrasi
bagi negara modern. Pihak Perancis berusaha memacu proses sedentarisasi warga Badu‟i, yang
telah berlangsung pada akhir abad 19 di bawah penguasaan Usmani, memperluas wilayah
pertanian sebagai ganti pastoralisme, dan memindahkan warga badui menjadi petani dan para
kepala suku menjadi tuan tanah. Setelah Perang Dunia I masyarakat badui terkepung oleh
negara, warga pemukim, jalan-jalan, dan oleh investasi besar pedagang-pedagang kota dan
kepala suku dalam program reklamasi dan pengolahan tanah pertanian. 13 Untuk menopang
administrasi yang efektif, dan untuk menghalangi perkembangan gerakan kemerdekaan, pihak
Perancis juga membagi Syria menjadi beberapa wilayah etnis dan wilayah agama. Lebanon
dijadikan sebagai sebuah negara yang mandiri. Latakia, mayoritas penduduknya merupakan
petani miskin pengikut setia Alawi yang didominasi oleh tuan tanah Sunni, dijadikan sebagai
wilayah administratif yang mandiri. Kalangan Alawiyah pada umumnya merupakan komunitas
petani miskin yang hidup di Syria Utara. Wilayah Druze di bagian selatan Syria, dan wilayah
Jazirah, dataran rendah di bagian utara Syria dan wilayah Euphrat, diberi hak otonomi regional.
Alexandretta mendapatkan posisi khusus disebabkan penduduknya yang minoritas Turki, dan
direbut oleh Turki pada tahun 1939. 14 Dengan demikian, Perancis telah membentuk framework
sebuah negara Syria modern bahkan kemudian memaksakan pembagian etnis dan agama negeri
ini sehingga menjadi hambatan laten bagi pembentukan sebuah masyarakat nasional yang
secara sosial bersifat kohesif yang memungkinkan menjalankan sebuah rezim merdeka.
Meskipun elite domestik Syria berjuang untuk membentuk sebuah rezim parlementer dan
berusaha terlihat dalam pemerintahan negeri ini, namun perjuangan mereka untuk meraih
kemerdekaan dihalangi oleh pemerintahan dan kebijakan Perancis yang berubah-ubah. Pada
umumnya masyarakat Syria terbagi kedalam tiga kalangan yaitu kalangan minoritas Alawiyah,
Ismailiyah, dan dari minoritas Kristen.
3. Lebanon
Prancis bermaksud untuk menghancurkan Kerajaan Turki Usmani, kendati begitu, sekalipun
Kerajaan Turki Usmani dalam kondisi kemunduran tampaknya Prancis masih berpikir dua kali
jika harus secara langsung berhadapan di antara keduanya. Oleh karena itu, sambil menunggu
saat-saat yang paling dramatis dari kehancurannya, Prancis ini berusaha menanamkan
pengaruhnya dan melakukan usaha-usaha intervensi terhadap persoalanpersoalan yang
dihadapi masyarakat Lebanon dan Syria.15 Keinginan Prancis untuk menanamkan pengaruhnya
semakin terbuka manakala dalam kasus di Lebanon yang keberadaan masyarakatnya terdiri atas
50% penduduk Muslim dan 50% penduduk Kristen Maronith. Selain itu keinginan Prancis untuk
melakukan intervensi terhadap persoalan Lebanon dan Syria didukung oleh kenyataan bahwa
selama Lebanon dan Syria masih sebagai provinsi dari Kerajaan Turki Usmani, kalangan
masyarakat Arab yang tinggal di kedua tempat itu merasakan adanya perbedaan kultur yang
tidak bisa memungkinkan untuk bisa bergabung dengan Kerajaan Turki Usmani. Dari kenyataan
ini, Prancis dalam upaya menghancurkan Kerajaan Turki Usmani secara tidak langsung mulai
melibatkan diri dalam setiap persoalan yang muncul di kedua provinsi tersebut sehingga
membuat penguasa dari Kerajaan Turki Usmani tidak berdaya. Hal ini jelas terlihat pada tahun
1858 M ketika penduduk Kristen Maronith melakukan pemberontakan yang menimbulkan huru-
hara hebat, tetapi pemerintah Turki Usmani tidak bertindak. Dengan alasan ini, kemudian
Prancis melakukan intervensinya dengan mendorong Lebanon menjadi pemerintahan otonom di
bawah seorang Gubernur Usmani yang beragama Kristen. Gubernur itu diangkat oleh Sultan
Turki Usmani , tetapi terlebih dahulu harus disetujuti negara-negara Eropa, dalam hal ini Prancis
dan Inggris. 16 Dalam beberapa hal Lebanon mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda.
Di sini tidak banyak terjadi pergolakan antara beberapa generasi atau antara elite militer tuan
tanah dan intelegensia, sebagaimana antara komunitas konvesional. Lebanon, sebagaimana
Syria, merupakan negara bentukan Perancis. Meskipun dalam sejarah yang panjang pihak
Perancis sangat dekat dengan warga Maroniyah, Perancis tidak membentuk negara yang Khas
Kristen. Selain beberapa provinsi Lebanon yang lama, ditambahkan beberapa distrik baru,
termasuk Tripoli, Sidon, Biqa‟, dan Lebanon Selatan untuk meningkatkan luas wilayah negeri ini
dan untuk meningkatkan provinsi warga Muslim. Semula Lebanon diperintah oleh Komisaris
Tinggi Perancis, tetapi pada tahun 1926 sebuah konstitusi baru membagi kekuasaan antara
beberapa komunitas agama besar. Konstitusi ini menetapkan jabatan presiden, sebuah
kementrian negara, sebuah legislature yang bersifat dua dewan. (bicameral), yang mana kursi
yang tersedia didistribusikan dalam skala 6:5 bagi pihak Kristen dan Muslim.
4. Irak
Sejak tahun 1683-1918, Irak berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani. Karena Turki Utsmani
terlibat Perang Dunia I, maka secara tidak langsung Irak terkena dampak yang sangat besar,
terutama akibat keklahan melawan Inggris dan sekutu-sekutunya. Sebagai akibat perjanjian dari
kekalahan Perang Dunia I, Irak akhirnya diambil alih oleh pemerintah Inggris.18 Ketika Inggris
menaklukkan Iraq tahun 1917, mereka memerintah Iraq sebagai sebuah koloni sebagaimana
model koloni di India. Pada tahun 1920, sebuah pemberontakan yang dilancarkan pejabat dan
tuan tanah Usmani, kalangan pemuka agama Sunni dan Syiah, dan sejumlah kelompok
kesukuan, memaksa pihak Inggris untuk menampung (memasukkan) kalangan elite Iraq. Pada
tahun itu pula Liga Bangsa-Bangsa memberi mandat pada Inggris untuk membantu menyusun
sebuah monarki konstitusional di bawah kepemimpinan raja Fayshal bin Husayn. Perjanjian
Inggris-Iraq tahun 1922 memberikan hak kepada Inggris untuk menguasai militer, keuangan,
peradilan dan urusan luar negeri. Pada tahun 1930, sebuah perjanjian baru secara hukum
mengantarkan Iraq pada kemerdekaan namun sebaliknya mengantarkan pihak Inggris
melanjutkan dominasinya dalam urusan luar negeri dan kemiliteran.19 Tahun 1932 Liga Bangs-
Bangsa mmengakhiri mandat pada Inggris dan mengakui kemerdekaan atas Irak. Raja Faisal I
terbunuh tahun 1933 dan digantikan oleh anaknya, Ghazi bin Faisal. Akibat kecelakaan ia
digantikan oleh anaknya yang masih berusia 3 tahun, kemudian dimbil alih pamnnya sebagai
raja Faisal II, yakni Pangeran Abdullah sampai tahun 1953. Akhirnya ia menjadi penguasa penuh
sampai tahun 1958. Meskipun Irak sudah merdeka tahun 1932, tetapi Irak masih berada di
bawah kendali Inggris sampai 1958. Para administrator Inggris membantu menciptakan
infrastuktur bagi sebuah negara modern. Pihak Inggris mengkonsolidasikan sistem pertanahan
Usmani dengan memanfaatkan para syaikh (kepala) kampung dan kesukuan untuk menangani
pengumpulan pajak dan organisasi kaum buruh. Di bawah pemerintahan monarki ini, Iraq
diperintah oleh sebuah koalisi kecil terdiri dari tuan tanah pedalaman, kepala suku, ulama,
pemuka agama Syiah, dan pejabat militer, yang disebut belakang ini termasuk para pejabat Turki
yang terdidik di Istanbul, pejabat Syarifian yang mengabdi kepada raja Fayshal sebelum datang
ke Iraq, dan sejumlah warga Iraq yang berpendidikan di akademi militer Baghdad. Sekalipun
demikian elite ini sangat rentan, mudah dipecah belah. Antara tahun 1936 dan 1941 terjadi
serangkaian kup militer, dan Perang Dunia I mengakibatkan pertempuran sengit antara pihak
pro-Inggris dan proJerman. Pada tahun 1941 Rasyid Ali al-Gaylani 20 merebut pemerintahan
selaras dengan kebijakan pro-Jerman, namun tentara Inggris merebut negeri ini. Sejak itu
sampai tahun 1958 Raja memerintah dua persen dari para pemilik tanah yang mencapai 66
persen dari seluruh tanah, sekalipun melalui kolaborasi dengan perdana menterinya, yakni Nuri
al-Sa‟id, dan dengan tuan tanah minoritas. Atas nama nasionalisme Arab, elite ini sebagian
besar dari kalangan Sunni, memerintah masyarakat umum yang separo dari mereka warga Syiah
dan seperempatnya warga Kurdi.
5. Transyordan
Negara modern Yordania pertama kali muncul pada tahun 1921 sebagai emirat (kerajaan atau
keamiran) Transyordan yang didorong oleh pemerintahan Inggris untuk melepaskan diri dari
kesultanan Turki Utsmani. Jauh sebelum orang-orang Turki Utsmani menguasai wilayah ini,
Yordan adalah daerah tua yang sudah diduduki oleh bangsa-bangsa penguasa tua secara
bergantian seperti Assyria, Chaldea, Mesir, dan Persia, kemudian oleh Alexander Agung tahun
336-323 SM. Dilanjutkan oleh orang- orang Romawi tahun 36 SM sampai pada tahun 636 M oleh
tentara Islam masa pemerintahan Umar bn Khathab dilanjutkan oleh Dinasti Amawiyah I
Damaskus dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad hingga 1258 M. Kemudian warisan kekhalifahan
akhirnya dipegang oleh kesultanan Utsmaniyah.Hingga penghujung Perang Dunia I wilayah ini
merupakan bagian dari Suriah yang lebih besar, yang berada di bawah kekuasaan Utsmaniyah.
Setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1918 pada Perang Dunia I, Sekutu membagi
Timur Tengah menjadi kawasan-kawasan di bawah kekuasaan mereka. Transyordan dan
Palestina berada dalam mandat dan perwalian Inggris. Pada 1946, Transyordan mencapai
kemerdekaannya untuk kemudian menjadikan Kerajaan Hasyimiyah Yordania sebagai
pemerintahannya, dengan Pangeran Abdullah ibn Al-Hussein sebagai raja pertamanya (1921-
1951). Pada tahun 1948, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memotongmotong Palestina,
kemudian dimulailah Perang Arab-Israel. Bagian Palestina yang berada dibawah kekuasaan Arab
pada akhir perang masuk ke wilayah Yordania, sebagiannya tetap berada pada negara Israel
sekarang. Setelah terjadi pembunuhan atas Raja Abdullah pada 1951, Raja Talal ibn Abdullah
sebagai putranya, mengambil alih dan berkuasa hampir selama setahun dan kemudian
menyerahkan kekuasaan pada putranya Raja Hussein ibn Talal. Raja Hussein berkuasa selama
hampir 37 tahun dan meninggal dunia karena sakit pada tahun 1999. Kemudian ia digantikan
oleh putranya, Raja „Abd Allah ibn Hussein yang ada sekarang.Pada 1967 tentara Israel
menduduki tepi Barat Yordan. Setelah pendudukan yang berkepanjangan. Pada Juli 1981
Yordania secara formal memperkuat ikatan hukum dan administratif dengan penduduknya di
Tepi Barat Sungai Yordan, dan pada 1989 pemerintahan menyelenggarakan pemilihan parlemen
yang hanya mengikutsertakan penduduk Tepi Barat tersebut. Transyordan lebih menonjol
sebagai negara pembentukan Inggris di banding Iraq. Ia merupakan negara yang paling “aneh” di
antara negara negara baru yang ada, lantaran tidak adanya unsur kesejarahan propinsi atau
komunitas lokal. Semula ia dimaksudkan sebagai bagian dari Palestina, tetapi pada tahun 1922
pihak Inggris mengizinkan Amir Abdullah, saudara laki-laki Fayshal, mendirikan sebuah
pemerintahan.

https://www.academia.edu/42568277/IMPERIALISME_INGGRIS_DAN_PERANCIS_DI_ASIA_BARAT_SIRIA
_LEBANON_YORDANIA_IRAK_DAN_SAUDI_ARABIA

Anda mungkin juga menyukai