Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 2:

1. M. Fadhil Mahendra

2. Muhammad Rafian Azim

3. M. Subhan An-Nizami

4. Syarif Hidayatullah

TUNISIA

Tunisia adalah negara kecil yang terletak di kawasan Afrika Utara. Tunisia
merupakan negara Islam dengan 99,4% warganya beragama muslim. Negara yang
bersebelahan dengan Al-Jazair dan Libya ini pernah dijajah oleh prancis selama
kurang lebih 75 tahun.

Pertengahan abad ke-7 Uqba bin Nafi r.a., seorang sahabat Rasulullah SAW,
masuk Tunisia bersama pasukannya. Tahun 647 M pasukan Uqbah r.a. berhasil
menaklukkan Sbeitla (Sufetula) yang menandai bermulanya era Arab-Islam di
Tunisia. 13 tahun kemudian, yaitu pada tahun 670 M (50 H ) Uqbah r.a. berhasil
menaklukkan kota Kairouan dan kemudian menjadikannya sebagai ibukota
pemerintahan dan pusat penyebaran Islam di wilayah Afrika Utara. Pada 698 M,
pasukan Islam di bawah pimpinan Hassan bin an-Nu’man dan Musa bin Nashr
berhasil menaklukkan Carthage. Islam kemudian berkembang pesat di Tunisia.
Bahkan pada tahun 711 M –masa keemasan Dinasti Umawiyah– agama Islam telah
tersebar ke daratan Eropa dengan berhasil menaklukkan Andalusia di Spanyol dan
kawasan Iberia di sekitarnya. Pada tahun 748 M, Dinasti Umawiyah digantikan oleh
Dinasti Abbasiah. Peristiwa ini menyebabkan Tunisia terlepas dari pengawasan pusat
kekhalifahan, namun kemudian dapat dikuasai lagi oleh Dinasti Abbasiah pada tahun
767 M. Pada tahun 800 M, Ibrahim Ibn Aghlab ditunjuk sebagai Gubernur Afrika
Utara yang berkedudukan di Kairouan. Pada masa ini, Mesjid Agung Ezzitouna
didirikan di kota Tunis.
Masa-masa selanjutnya adalah era kejayaan peradaban Islam di Tunisia dan
kawasan Arab Maghribi. Dinasti Aghlabiah (767-910), Fatimiah (910-973), Ziridiah
(973-1062), Almohad (1159-1228) dan Hafsiah (1230-1574) silih berganti memegang
tampuk kekuasaan di Tunisia, hingga masuknya Tunisia dalam wilayah Khilafah
Utsmaniah (1574-1591). Di masa Khilafah Utsmaniah ini, Tunisia menjadi wilayah
otonom di bawah pemerintahan Dinasti Dey (1591-1659), Mouradi (1659-1705) dan
Huseini (1705 –1957). Karena itulah, Kairouan dan Mahdia kini menjadi kota tujuan
wisata sejarah Islam terpenting di Tunisia, selain Masjid Ezzitouna di kota Tunis. Di
Kairouan dan Mahdia, kita bisa mengunjungi masjid-masjid tua, benteng, makam
para ulama serta istana sisa peninggalan peradaban Islam.

ALJAZAIR

Aljazair merupakan negara di benua Afrika yang berbentuk republik. Mayoritas


penduduknya beragama islam dengan persentase 99,1% dari keseluruhan
penduduknya. Secara historis, Aljazair memiliki sejarah yang cukup panjang;
mengalami pasang surut peradaban. Sejak 40 SM, daerah ini telah diperintah oleh
Bangsa Romawi; tahun 429 – 534 dikuasai oleh Vandals; dan tahun 534 – 690 di
bawah kekuasaan Bizantium (Romawi Timur) yang beragama Nasrani.

Islam masuk ke negeri ini pada akhir abad ke-7 M, pada masa Khilafah Bani
Umayah sekitar abad 682 M. Diawali dari Tunisia, tentara Islam terus berdakwah dan
berjihad, bergerak ke arah Barat. Mereka membebaskan sejumlah bangsa Barbar
seperti Aljazair, Maroko, Libya, dan wilayah Magribi dari penjajahan bangsa
Romawi, untuk hidup dalam naungan Islam yang damai.

Dalam sejarahnya, Aljazair beberapa kali mengalami peralihan kekuasaan.


Pertama kali Aljazair berada dalam kekuasaan Dinasti Ziyanid dari tahun 1236.
Selanjutnya di bawah tampuk dinasti Islam Ustmaniyah dari tahun 1516. Setelah itu
masuk penjajahan Prancis dari tahun 1830. Setelah dijajah selama 150 tahun lebih,
pada 1954, Front Pembebasan Nasional (FLN) yang didukung penuh rakyat Aljazair
melancarkan perang gerilya.
Dalam kurun waktu 1830 – 1848, Aljazair beralih dari kekuasaan Turki ke
kekuasaan penjajah Perancis yang berlangsung secara bertahap. Tahapan tersebut
dimulai pada 5 Juli 1830 ketika Perancis datang menaklukkan Bey Husein, Gubernur
di propinsi Oran, meskipun kedatangan Perancis pada awalnya untuk membebaskan
para Misinaris Kristen yang ditangkap oleh penguasa Turki. Legitimasi terhadap
kolonialisme Perancis ditandai dengan penandatangan suatu kapitulasi yang isi
pokoknya adalah jaminan terhadap rakyat Aljazair untuk menjalankan agamanya dan
penghargaan atas tradisi rakyat Aljazair, terutama untuk tetap mempergunakan bahasa
Arab dan Berber.

Sejak awal penentangan terhadap kolonialisme ini Islam memainkan peran yang
menonjol. Hal ini dapat dilihat dari perjuangan para tokoh Muslim lewat organisasi-
organisasi sosial menentang Perancis.

Bersamaan dengan kemunduran Dunia Islam, penjajah Prancis masuk ke wilayah


ini. Genderang jihad pun diserukan untuk mengusir penjajah. Perlawanan demi
perlawanan terus berlanjut sampai kemudia Prancis harus mengakui kemerdekaan
Aljazair pada tahun 1962. Namun, seperti pada negeri-negeri Islam lain, kemerdekaan
ini menjadi semu, karena kemudian yang berkuasa di Aljazair adalah agen-agen
Prancis sendiri. Aljazair kemudian menjadi negara sekuler dengan sistem republik
yang dipimpin oleh boneka dan kader-kader binaan Prancis.

Dengan menjadi negara sekuler, Aljazair menjadi negara yang sangat bergantung
pada Prancis; terjerat dalam sistem sekuler yang hanya menguntungkan negara asing
dan para penguasa sekuler.

Kondisi menyedihkan akibat sistem sekuler ini mendorong munculnya gerakan-


gerakan Islam yang menyerukan kembali ke jalan Islam. Sistem sekuler dianggap
telah gagal dan jalan yang menyelamatkan hanyalah Islam. “Islam adalah Solusi”,
demikian opini dibangun oleh gerakan-gerakan Islam di Aljazair.

Anda mungkin juga menyukai