Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“MODERNISME DI AFRIKA UTARA”


Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Umat Islam masa Modern
Dosen Pengampu :
Fatiyah, S.Hum., M.A

Disusun Oleh :
Tsalis Fahmi (22101020077)
Muhammad Kiki Aditia Anyarta (22101020081)
Choirunnisa Endriyansafitri (22101020095)

PROGRAM STUDI SAJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSIATAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, hidayah
dan kesempatan yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan dan inspirasi selama penyusunan makalah ini. Penulis tahu
bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah dengan
tulus memberikan saran dan masukan kepada kami.
Makalah ini telah dipersiapkan sebaik mungkin dan penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis berharap dapat menerima kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar kualitas makalah dapat ditingkatkan di masa yang
akan datang. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat
bagi pembaca dan dapat menjadi tambahan yang bermanfaat bagi bidang ilmu terkait.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAG
Afrika Utara, sebagai wilayah yang subur dan strategis, menjadi saksi dari perjalanan
agama Islam ke daratannya pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Dengan restu Khalifah, Amru
bin Ash memimpin pasukan untuk membebaskan Mesir dari penguasa Romawi pada tahun 19 H
(640 M). Keberhasilan ini mengokohkan keberadaan Islam di wilayah tersebut, yang selanjutnya
mengalami ekspansi melalui pemerintahan Bani Umaiyyah di bawah kepemimpinan Muawiyah
bin Sufyan.
Pada masa itu, Islam terus meluas ke berbagai wilayah seperti Spanyol, Syiria, Palestina,
Semenanjung Arab, Iraq, Persia, Afganistan, dan sejumlah daerah di Asia Tengah. Di Afrika
Utara, Uqbah bin Nafi memimpin pasukan Islam yang berhasil menduduki Qairawan,
menjadikannya pusat penting. Ekspansi ini mengukuhkan Islam sebagai agama yang kuat dan
eksis di seluruh wilayah tersebut.
Gerakan Islamisasi di Afrika Utara, terutama melalui para pedagang dan mubaligh sufi,
mempertahankan tradisi ekspedisi-persuasif yang tangguh. Kesuksesan Islam di Afrika Utara
tidak hanya mencakup aspek agama, tetapi juga menciptakan landasan bagi perkembangan sosial,
politik, dan ekonomi di wilayah ini.
Modernisme di Aljazair, Tunisia, Maroko, dan Libya menjadi bagian dari evolusi panjang
ini. Aljazair, setelah mengalami penjajahan Prancis, mengalami perubahan mendalam setelah
meraih kemerdekaan pada 1962. Modernisme di sini mencerminkan upaya untuk merumuskan
kembali identitas nasional, mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan konsep-konsep
modern.
Tunisia, dengan warisan Islam yang kuat, menjadi tempat di mana modernisme
bersentuhan dengan tradisi lokal. Maroko, menunjukkan integrasi antara warisan lokal dan
pengaruh global dalam modernisme. Libya, dengan perubahan politik pada abad ke-20,
mengalami masukan modernisme dalam upaya membentuk identitas nasional yang baru.
Pemimpin seperti Muammar Gaddafi memainkan peran penting, sementara masyarakat Libya
merespons pengaruh global dengan dinamika antara tradisi dan modernitas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana masuknya modernisme di Aljazair?
2. Bagaimana masuknya modernisme di Tunisia?
3. Bagaimana masuknya modernisme di Maroko?
4. Bagaimana masuknya modernisme di Libya?

BAB II
MODERNISASI DI ALJAZAIR, TUNISIA, MAROKO DAN LIBYA
A. MODERNISME DI ALJAZAIR
Aljaair merupakan negara terkemuka di Afrika Utara, Negara yang memiliki nama resmi
al-Juhuriyyah al-Jazirah ad-Dimukratiyyah ash-Sha’biyah dalam Bahasa Arab atau Republique
Algeriance Democratiue et Populaire dalam Bahasa Prancis. Negara ini berbatasan dengan
Maroko di sebelah barat, Laut Tengah di sebelah utara, Maroko di sebelah barat, Mauritania di
barat daya, mali dan Burkina Fasoo di atau Afrika Utara di sebelah Selatan serta Libya dan
Tunisia di bagian timur. Aljazair, sebuah republik dengan luas wilayah 2.381.741 km2 dan
penduduk 25.880.000 jiwa (berdasarkan sensus 1991), memiliki dua bahasa resmi, Arab dan
Prancis. Islam adalah agama resmi dengan 99,1% penganut, mayoritas mengikuti mazhab
Maliki.
Aljazair, sebagai wilayah bersejarah, telah melihat kedatangan berbagai bangsa asing yang
memainkan peran signifikan dalam perjalanan sejarahnya. Pada milenium pertama sebelum
Masehi, bangsa Phoenicia, atau yang dikenal sebagai Funisia, memegang kendali atas Aljazair
pada sekitar tahun 1000 SM. Kemudian, pada tahun 146 SM, Kekaisaran Romawi turut merajai
wilayah ini.
Pergantian penguasa di Aljazair terus berlanjut, dan pada tahun 682 Masehi, orang-orang
Arab, di bawah kepemimpinan Bani Umayyah, memulai ekspansi mereka. Dengan bantuan suku
Berber, mereka berhasil menaklukkan Spanyol, membawa masuknya ajaran agama Islam ke
Aljazair, yang terus berlanjut hingga saat ini.1
Pada tahun 1152, Dinasti al-Muwahhidun, yang dipimpin oleh Abdul Mu’min bin Ali dari
suku Zahata di Aljazair, menguasai wilayah ini. Kepemimpinan Abdul Mu’min terfokus pada
penyebarluasan tradisi ajaran Islam Muwahidiyyah ke seluruh kabilah di Maghrib. Upayanya
juga melibatkan penghapusan ajaran yang telah disebarkan oleh kelompok Murabbitun
sebelumnya.
Pada tahun 1525, Aljazair berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani melalui Khayruddin
dan Aruj, yang dikenal dengan julukan Barbarossa. Kedua saudara ini memerdekakan Aljazair
dari cengkaraman Spanyol, menjadikan wilayah ini sebagai bagian dari wilayah Turki Utsmani.
Selama pemerintahan Turki Utsmani.

1
Syaiful Anam, “SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ALJAZAIR,” Jurnal Pendidikan Islam 1 (2019): 81–111.
Pada tahun 1830 Aljazair beralih dari kekuasaan Turki ke penjajahan Perancis. Perancis
awalnya datang pada 5 Juli 1830 untuk membebaskan para misionaris Kristen yang ditangkap
oleh penguasa Turki, tetapi akhirnya menaklukkan Aljazair secara bertahap. Penandatanganan
kapitulasi oleh Perancis menjamin kebebasan beragama dan penghargaan terhadap tradisi
Aljazair, terutama dalam penggunaan bahasa Arab dan Berber.2
Namun pada tahun 1832 di Aljazair terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Abdul
Qadir. Abdul Qadir mendeklarasikan diri sebagai pemimpin orang-orang Arab, memperjuangkan
ide untuk mengaplikasikan hukum Islam di Aljazair dan melawan aksi kolonial Prancis, namun
pasuka mereka kemudian di hancurkan oleh Prancis, akibat pemberontakan ini, wilayah Aljazair
menjadi milik sepenuhnya oleh Negara Prancis.3 Perjuangan rakyat Aljazair untuk kemerdekaan
semakin intens pada tahun 1954 setelah Perancis melakukan tindakan sewenang-wenang pada
perayaan kemenangan sekutu dalam Perang Dunia II pada tahun 1945. Tindakan brutal Perancis,
termasuk pembunuhan, pemusnahan, dan penghancuran, menjadi pemicu untuk memulai
revolusi besar pada tahun 1954.
Islam memainkan peran sentral dalam perlawanan terhadap kolonialisme Perancis,
terutama melalui gerakan al-Ulama al-Muslimin yang didirikan pada Mei 1931. Para ulama
berupaya melenyapkan praktik bid'ah dan memperkuat persatuan Muslimin, memainkan peran
kunci dalam perjuangan menuju kemerdekaan Aljazair.
Perlawanan rakyat Aljazair terhadap penjajahan Perancis memuncak pada tahun 1962
ketika mereka berhasil meraih kemerdekaan setelah mengorbankan lebih dari 1,5 juta orang
syuhada. Setelah kemerdekaan, Aljazair mengumumkan tujuan menciptakan masyarakat sosialis,
yang diikuti dengan kepergian sebagian besar penduduk Eropa. Pada 25 September 1962, Ferhat
Abbas terpilih menjadi presiden dari pemerintahan provinsional, dengan Ahmed Ben Bella
sebagai perdana menteri.
Pada 1990-an, Aljazair dilanda perang saudara penuh kekerasan dan berkepanjangan
setelah militer menghalangi Partai Politik Islam. Lebih dari 200.000 orang terbunuh. Perang
kemudian berakhir dengan di cetuskannya perjanjian damai oleh Presiden Bouteflika pada tahun
2005 dan mempertahankan kekuasaanya selama 14 tahun berikutnya.4
B. MODERNISME DI TUNISIA
Tunisia adalah negara merdeka yang terletak di ujung Utara benua Afrika yang
berhadapan dengan benua eropa ( wilayah selatan Italia ) yang dipisahkan dengan laut
Mediterania. Tunisia memiliki letak yang strategis dan geografis sebagai penghubung antara

2
Muliati, “Islam Di Afrika Masa Modern,” Istiqra’ 04, no. 01 (2016): 41–43.
3
Anam, “SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ALJAZAIR.” Jurnal Pendidikan Islam 1 (2019): 81–111
4
Chryshna, Mahatma. “Gonggongan itu Akhirnya Menggema di Aljazair.” Bloger Pantau Media (2019):
https://app.komp.as/g1ykMLVuY3FxViqx5
Eropa dan Afrika. Serta bagian Timur dan bagian Barat dunia Arab. Nama negara Tunisia adalah
republic of Tunisia atau Al jumhuriyah at- tunisiyah. 5
Pada abad ke -18, eropa mengalami renaisance, yaitu dimana negara -negara eropa
melakukan imperialisme dan kapitalisme di dunia barat dan dunia Islam salah satunya Tunisia.
Dan dalam hal ini Prancis memanfaatkan keadaan untuk menginvasi Tunisia. Pada tahun 1820
Tunisia mengalami keterpurukan dan hala yang tidak menguntungkan bagi rakyatnya. Bangsa
eropa yaitu Pranci memberikan keyakinan atau dorongan untuk Tunisia bahwa Islam
membutuhkan pembaharuan. Pada tahun 1881 Muhammad Sadiq Baai menandatangani
perjanjian dengan jendral beriar yang membuat Tunisia berada di kekuasaan Prancis.6
Saat Prancis mengambil alih kekuasaan Tunisia, Prancis mendirikan lembaga yudisial yaitu
tetap menggunakan sistem syariah untuk orang Tunisia, Prancis juga membangun infrastruktur
seperti jalan raya, pelabuhan, rel kereta dan pertambangan. Dalam penerapan hukum pada Islam,
yaitu hukum administrasi yang menyebabkan diskriminasi terhadap muslim di Tunisia. Hal ini
membuat para ulama Tunisia bertentangan karena Prancis mengikuti urusan pendidikan Islam di
Tunisia.
Pada tahun 1930 Tunisia melakukan perkembangan dibidang pendidikan dan budaya, dan
di tahun 1896 mendirikan khalduniyah sekolah untuk menyongsong pendidikan zaituna dengan
unsur yang modern. Dalam lembaga yang dibentuk melahirkan pemuda yang semangat untuk
modernisasi kepada masyarakat Tunisia.
Pada tahun 20 Maret 1956, Prancis mengakui kemerdekaan Tunisia, dan pada masa
pemerintahan habib bourgaiuba melakukan terobosan kontroversi dengan membuat undang-
undang status pribadi yang dianggap menggantikan kedudukan hukum Al Qur’an dalam
beberapa bidang seperti pernikahan, perceraian, dan hak asuh anak.
Setelah Tunisia merdeka, yang dipimpin oleh habib bourgaiuba yang memerintah tahun
1957-1987. Tunisia mengalami perubahan yang mengarah ke kemajuan yang bersifat
westernisasi dan modernisasi, reformasi sosial yang mengarah ke bidang pendidikan. Pada tahun
1960 pemerintah Tunisia mempraktekkan sistem kebijakan sosialis, tapi kembali ke liberalisme
dengan memperhatikan keterlibatan negara pada sektor substansial ekonomi.7
Pada masa bourgaiuba Tunisia mengenal program baru bagi pembangunan yaitu
“destourian socialicm” merupakan ideologi bangsa yang sosialis tapi berlawanan dengan
komunisme. Program ini terdapat pada aspek sosial dan ekonomi, yang mana bourgaiuba
menaruh perempuan ke sekolah sekolah dan menyamaratakan derajat wanita dan laki-laki.

C. MODERNISME DI MAROKO
5
Jurnal adabiyah Vol. XII Nomor 2 (2012)
6
Rahmawati. Hal. 17
7
Rahmawati. 2012, “Dunia Islam Di Era Modern Pada Masa Tunisia”. Jurnal Adabiyah, Vol XII, No 2 hal. 17.
Maroko merupakan negara Kerajaan Islam yang terletak di Afrika Utara dengan
berbatasan negara Aljazair di Timur, Samudra Atlantik di Barat, Gibraltar di Utara, dan di
Tenggara dengan Sahara Barat. Maroko telah menjadi bagian penting dari dunia Islam, semenjak
penaklukan yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah.
Dalam perjalanan sejarahnya, Maroko telah banyak beralih kekuasaan, mulai dari Dinasti
Umayyah, yang seterusnya digantikan oleh Dinasti Idrisiyyah hingga Dinasti Murabitun dan
Muwahhidun.
Seiring berjalannya waktu, Maroko dipimpin oleh Abdul Aziz bin Hassan pada tahun
1894-1908 M, pada masanya ia meminta Prancis untuk melakukan infiltrasi ke negaranya pada
tahun 1901-1904. Selanjutnya, setelah tahun 1908 Maroko dipimpin oleh Abdul Hafiz, ia juga
meminta bantuan kepada Prancis dalam meredam pemberontakan rakyat Maroko. Pada tanggal
30 Maret 1921 M, Maroko menjadi negara protektorat Prancis melalui perjanjian Fez yang
ditanda tangani oleh pemimpin kedua negara. Namun, hal ini ditentang oleh kaum elit tradisional
yang menginginkan kemerdekaan atas dasar nasionalisme Islam.
Untuk mendirikan negara Maroko modern, maka pada tahun 1930-an banyak berdiri
partai atau organisasi di Maroko. Seperti terbentuk partai front nasional tahun 1930 M di Rabat,
dan juga pada tahun 1932 lahir komite Aksi Maroko partai nasionalis pertama di Maroko.
Selanjutnya pada tahun 1934 muncul partai Istiqlal yang dipimpin oleh Allal al-Fazi, yang
menuntut kemerdekaan penuh bagi Maroko dengan bentuk pemerintahan konstitusional. Yang
mana pada waktu itu, Maroko masih menjadi negara protektorat Prancis dibawah pimpinan
Sultan Muhammad V.
Maroko modern, baru merdeka dari negara protektorat Prancis pada tanggal 2 Maret 1956
dengan bentuk negara Kerajaan Maroko dan dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Selanjutnya, agama Islam menjadi agama Mayoritas di Maroko. Dalam kehidupan sehari-
hari hukum Islam yang berlaku di Maroko kebanyakan adalah fiqih Mazhab Maliki, terutama
dalam hukum keluarga (al-ahwal Asyakhsiyah). Dalam hukum pidana dan perdata kerajaan ini
mengikuti hukum modern, tetapi tidak lepas dari pengaruh Mazhab Maliki.
Raja adalah Amirulmukminin, bahkan khalifah Allah SWT, yang dipilih oleh majelis
ulama melalui baiat. Kekuasaan raja tidak bersifat absolut, karena ada konstitusi. Ada juga
majelis perwakilan (Majelis al-Nuwwab) yang dipilih melalui pemilihan umum. Selain itu, ada
Majelis al-Mutsyiar (dewan penasehat).8
Raja Maroko saat ini adalah Muhammad VI yang telah berkuasa dari tahun 1999 M.
Dengan sikap modernisnya, ia memperkenalkan Maroko terhadap liberalisasi ekonomi dan
sosial.
D. MODERNISME DI LIBYA

8
Azhar Nur, Sejarah Islam di Maroko, Jurnal Adabiyah Vol. 11 Nomor 1/2011, hlm. 128-131.
Libya merupakan sebuah negara yang terletak dikawasan Afrika. Negara ini berbatasan
dengan laut Tengah di Utara, Mesir di Timur, Sudan di Tenggara, Chada dan Niger di Selatan,
serta Aljazair dan Tunisia di Barat.
Pada mulanya, Libya termasuk dalam wilayah kekuasaan Turki Usmani. Hal ini bermula
pada tahun 1517 M ketika pasukan Turki Usmani dapat menduduki wilayah Cyrenaica.
Seterusnya, menduduki Tripolitania pada tahun 1551. Wilayah ini di kelola oleh Gubernur
Tripoli, yang mendirikan Dinsati Qaramli pada tahun 1711 M dan berakhir pada tahun 1835 M.
Setelah itu, wilayah ini di Kelola langsung oleh pejabat dari ibukota Turki Usmani,
Konstantinopel.
Selama masa kekuasaan Turki Usmani di Libya, hal terpenting bagi masyarakat Libya,
adalah terbentuknya Tarekat Sanusiyyah pada tahun 1837 M, sebuah Ordo Islam atau
persaudaraan Islam yang menyebarkan bentuk Islam puritan, yang memberikan pengajaran dan
bantuan materi kepada masyarakat sehingga menciptakan rasa persatuan di antara mereka. 9
Tarekat Sanusiyyah juga berperan penting dalam membawa kemerdekaan negara Libya.
Memasuki abad ke-20, Libya pernah ditaklukan oleh imperialisme Barat, yaitu Italia.
Dimana pada tahun 1911 M Italia dapat menaklukan wilayah Tripolitania dan Cyrenaica, serta
mengakhiri kekuasaan Turki Usmani di Libya. Namun, kekuasaan Italia atas Tripolitania dan
Cyrenaica belum sepenuhnya berhasil, karena mereka mendapatkan perlawanan dari Tarekat
Sanusiyyah yang mengklaim bahwa mereka adalah pewaris dari pemerintahan Turki Usmani.
Sehingga sempat terjadinya konfrontasi antara pasukan Italia dan pengikut Sanusiyyah.
Setelah perang dunia I, Italia baru dapat menguasai wilayah Tripolitania sepenuhnya
dengan mengalahkan oposisi lokal yang ada disana. Seterusnya, Italia benar-benar dapat
menguasai keseluruhan wilayah Libya setelah terjadinya peperangan sengit di Cyrenaica yang
berlangsung dari tahun 1923 M sampai 1932 M. Hal ini ditandai dengan adanya perampasan
tanah dan penjajahan disana. Selain itu, para pemuka Tarekat Sanusiyah juga dipaksa keluar dan
menjalani pengasingan.
Pada tahun 1934 M, wilayah Cyrenaica dan Tripolitania disatukan oleh Italia, yang
menjadi cikal bakal negara Libya modern. Pada tahun 1951 M, terbentuklah negara Libya
modern dengan PBB mengakui kemerdekaan negara tersebut.10
Pada awal berdirinya negara Libya, bentuk negara ini adalah federasi yang bercirikan
monarki dimana kepala negara dipimpin oleh raja. Raja pertama negara Libya adalah Amir Idris
yang merupakan pemimpin dari Tarekat Sanusiyah. Selama 17 tahun masa kepemimpinannya
Libya cenderung tidak berkembang serta mendapat banyak kritik dari masyarakat. Selain itu, ia
juga lebih mementingkan keluarganya dan kelompoknya serta kepentingan basis kekuasaannya
9
Britannica, Sejarah Libya, diakses pada 27 Februari 2024,
https://www.britannica.com/place/Libya/History.
10
Rifai Shodiq Fathoni, Sejarah Libya Modern Abad XIX-XX, Wawasan Sejarah, 12 Juni 2016, diakses 27
Februari 2024, https://wawasansejarah.com/sejarah-libya-modern/
di Cyrenaica dibandingkan pembelaannya teradap rakyat banyak. Hal inilah yang memicu
terjadinya pemberontakan yang dikomandoi oleh Muammar Khadafi bersama pasukan perwira
muda militer Libya dan kelompok ini bernama Dewan Komando Revolusi. Pemerintahan Raja
Amir Idris dapat digulingkan oleh Dewan Komando Revolusi pada tanggal 1 September 1969 M,
selanjutnya dipilihlah Muammar Khadafi sebagai pemimpin negara Libya yang baru.11
Pada awal pemerintahan Muammar Khadafi, berdasarkan undang-undang Jamahiriyah
bentuk pemerintahan negara Libya diubah dari Kerajaan menjadi Republik. Seterusnya,
kekuasaan eksekutif dan legislatif dijalankan oleh kongres rakyat umum yang melakukan sidang
beberapa kali dalam setahun. Selain itu, pemerintahan Khadafi juga menggunakan kalender Arab
di Libya, pelarangan peredaran dan penggunaan alkohol, serta penutupan bar dan klub malam.
Pada masa Muammar Khadafi pula, pemerintah memiliki peran sentral dalam
membangun perekonomian negara. Upaya yang dilakukan oleh rezim Khadafi adalah dengan
menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang ada di negara tersebut. Contohnya yaitu
menasionalisasi perusahaan minyak Shell pada tahun 1974 M. sebelum itu, Libya juga telah
menasionalisasi seluruh bank asing, termasuk Arab Bank, Banco di Roma, dan Barclay’s Bank
pada tahun 1969 M.12
Selanjutnya dalam bidang pendidikan Khadafi melakukan penyesuaian kurikulum
sekolah dan universitas dengan Teori Internasional Ketiga (sosialisme Islam, nasionalisme Arab,
nasionalisme Afrika, dan demokrasi langsung) yang tercantum dalam Buku Hijau dan menjadi
bacaan wajib bagi seluruh pelajar Libya.
Pemerintahan Khadafi berakhir pada tahun 2011 ketika rakyat Libya melakukan revolusi.
Hal ini dipicu oleh kebijakan yang dilakukan Muammar Khadafi yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuasaannya. Dimana rakyat tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam
partai politik maupun organisasi yang hal ini melanggar hak-hak sebagai warga negara. 13 Pasca
pemerintahan Muammar Khadafi berakhir Libya sering mengalami konflik internal.

11
Tri Lestari, dkk, Asal Usul Modernisme di Afrika Utara, UIN Sunan Kalijaga, 2022, hlm. 14-15.
12
Nuzul Hasby, Sejarah dan Geopolitik Negara Libya, Universitas Sumatera Utara, Juni 2023, hlm. 4.
13
Adinda Afriyenti, Humaidi, Muammar Khadafi: Kepemimpinannya dari Awal Kudeta Tak Berdarah
Hingga Revolusi Berdarah di Libya (1969-2011). PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, Vol. 1, No. 1,
Maret 2019. Hlm. 50.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada tahun 1830, Aljazair beralih dari kekuasaan Turki ke penjajahan Perancis. Awalnya,
Perancis datang untuk membebaskan para misionaris Kristen, namun akhirnya menaklukkan
Aljazair. Pada 1832, pemberontakan oleh Abdul Qadir yang memperjuangkan hukum Islam di
Aljazair dihancurkan oleh Prancis. Kemerdekaan Aljazair tercapai pada tahun 1962 setelah
perjuangan panjang dan perang saudara. Pada 1990-an, negara ini dilanda perang saudara brutal
yang berakhir dengan perjanjian damai pada 2005, dipimpin oleh Presiden Bouteflika yang
memegang kekuasaan selama 14 tahun berikutnya.
Tunisia, dengan letak strategis di ujung Utara Afrika, berperan sebagai penghubung Eropa
dan Afrika. Setelah mengalami imperialisme Prancis pada 1881, Tunisia bertransformasi dengan
reformasi sosial dan pendidikan pada 1930-an. Pada 1956, Tunisia merdeka dan Habib
Bourguiba memimpin dengan kontroversial menggantikan hukum Islam dengan undang-undang.
Kondisi ini membawa Tunisia menuju westernisasi dan modernisasi.
Maroko, sebagai kerajaan Islam di Afrika Utara, mengalami berbagai dinasti dan
penjajahan Prancis pada 1912. Perjuangan menuju kemerdekaan mencapai puncaknya pada
1956. Maroko modern terbentuk dengan Islam sebagai mayoritas dan pemerintahan yang
menciptakan keseimbangan antara hukum Islam dan modernitas. Raja Muhammad VI
memperkenalkan reformasi ekonomi dan sosial pada masa pemerintahannya sejak 1999.
Libya, setelah penaklukan Italia pada 1911, memperoleh kemerdekaan pada 1951 dengan
bentuk monarki. Muammar Gaddafi berkuasa sejak 1969, mengubah Libya menjadi Jamahiriya
dan menasionalisasi industri serta pendidikan dengan pengaruh Islam. Pemerintahan Gaddafi
berakhir pada 2011 setelah revolusi, dan Libya mengalami konflik internal.
B. SARAN
Modernisasi di Afrika Utara memiliki Sejarah dan pergolakan politik yang kompleks jika
di bahas secara menyeluruh. Kesalahan dalam penelitian ini berada pada fokus pembahasan para
pemakalah yang berfokus pada politik dan konflik, tidak begitu menyoroti modernisasi terhadap
bidang lain karena keterbatasan waktu dan referensi. Oleh karena itu, tim pembuat makalah
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah ini dengan cara memperbaiki dan
mengambangkan penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Syaiful. “SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ALJAZAIR.” Jurnal Pendidikan
Islam 1 (2019): 81–111.
Muliati. “Islam Di Afrika Masa Modern.” Istiqra’ 04, no. 01 (2016): 41–43.
Chryshna, Mahatma. “Gonggongan itu Akhirnya Menggema di Aljazair.” Bloger Pantau Media
(2019): https://app.komp.as/g1ykMLVuY3FxViqx5
Azhar Nur, Sejarah Islam di Maroko, Jurnal Adabiyah Vol. 11 Nomor 1/2011, hlm. 128-131.
Britannica, Sejarah Libya, diakses pada 27 Februari 2024,
https://www.britannica.com/place/Libya/History.
Rifai Shodiq Fathoni, Sejarah Libya Modern Abad XIX-XX, Wawasan Sejarah, 12 Juni 2016,
diakses 27 Februari 2024, https://wawasansejarah.com/sejarah-libya-modern/
Tri Lestari, dkk, Asal Usul Modernisme di Afrika Utara, UIN Sunan Kalijaga, 2022, hlm. 14-
15.
Nuzul Hasby, Sejarah dan Geopolitik Negara Libya, Universitas Sumatera Utara, Juni 2023,
hlm. 4.
Adinda Afriyenti, Humaidi, Muammar Khadafi: Kepemimpinannya dari Awal Kudeta Tak
Berdarah Hingga Revolusi Berdarah di Libya (1969-2011). PERIODE: Jurnal Sejarah dan
Pendidikan Sejarah, Vol. 1, No. 1, Maret 2019. Hlm. 50.
Rahmawati. 2012, “Dunia Islam Di Era Modern Pada Masa Tunisia”. Jurnal Adabiyah, Vol XII,
No 2 hal. 17.
Jurnal adabiyah Vol. XII Nomor 2 (2012)

Anda mungkin juga menyukai