Tunisia adalah Negara kecil yang terletak di kawasan Afrika Utara. Tunisia
juga merupakan Negara islam. Negara yang bersebelahan dengan Al-
jazair dan Libya ini pernah di jajah oleh Perancis kurang lebih 75 tahun.
Ibnu Khaldun, Khairuddin at-Tunisi, Muhammad Talbi, Rachid Ghannouci
adalah tokoh-tokoh islam yang berasal dari Negara ini.
Sejak saat itu perkembangan Islam di Tunisia setapak demi setapak mulai
menunjukkan hasilnya. Keyakinan-keyakinan warga setempat pada agama
dan kepercayaan dari nenek moyang mereka, termasuk budaya-budaya
jahiliyah lainnya, sedikit demi sedikit terkikis habis,. Setelah berbenturan
dengan pemahaman Islam, masyarakat mulai sadar bahwa apa yang
mereka telah lakukan selama ini adalah suatu perbuatan yang ‘bodoh’ dan
menyesatkan. Mereka merasa mendapatkan sesuatu yang lain tatkala
tatkala mereguk ‘manisnya’ Islam. Islam telah memberikan pencerahan
sekaligus menyejukkan hati dan menenteramkan jiwa mereka. Agama
Islam mendapatkan sambutan yang luar biasa.
Pada 698 M, pasukan Islam di bawah pimpinan Hassan bin an-Nu’man dan
Musa bin Nashr berhasil menaklukkan Carthage. Islam kemudian
berkembang pesat di Tunisia. Bahkan pada tahun 711 M –masa keemasan
Dinasti Umawiyah– agama Islam telah tersebar ke daratan Eropa dengan
berhasil menaklukkan Andalusia di Spanyol dan kawasan Iberia di
sekitarnya.
Afrika adalah benua terbesar ketiga di dunia setelah Asia dan Amerika, dan
kedua terbanyak penduduknya setelah Asia. Dengan luas wilayah
30.224.050 km², Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan Bumi.
Dengan ± 1.097.100 penduduk di 54 Negara benua ini merupakan tempat
bagi sepertujuh populasi dunia. Seperti Asia, Afrika merupakan daerah
yang memiliki populasi muslim besar. Dalam keanggotaan di Organisasi
Kerjasama Islam yang terdiri dari 57 negara, terdapat 27 negara Afrika.
Dari total penduduk Afrika tersebut sekitar 581 juta penduduk merupakan
muslim.[1] Meskipun demikian, terdapat beberapa negara yang Islam
menjadi minoritas agama di negara tersebut. Salah satunya adalah
Ethiopia. Minoritas muslim di Afrika terjadi melalui dua cara : tanah muslim
yang telah ditaklukan oleh kekuatan penjajah sehingga terjadi
pengurangan populasi penduduk muslim, dan migrasi Muslim ke daerah-
daerah yang kepadatan penduduk muslimnya rendah.
Bendera Ethiopia
Proses minoritas ini memunculkan dinamika umat Islam di Afrika. Setelah
kemerdekaan negara-negara Afrika, muslim sering merasa dalam keadaan
terbelakang sehingga mereka tidak dapat bersaing dengan lulusan
sekolah-sekolah Kristen. Selain itu pemerintahan negara minoritas juga
banyak melakukan intimidasi terhadap umat Islam, sehingga menyulitkan
muslim untuk berkembang.
GambaranUmumEthiopia
Simpulan
Selain alasan diatas Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari
kacamata militer maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya
subur karena terdapat sungai Nil sebagai sumber makanan. Maka dengan
restu Khalifah Umar bin Khattab dia membebaskan Mesir dari kekuasaan
Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga sekarang. Dia hanya membawa
400 orang pasukan karena sebagian besar diantaranya tersebar di Persia
dan Syria. Berkat siasat yang baik serta dukungan masyarakat yang
dibebaskannya maka ia berhasil memenangkan berbagai peperangan.
Mula-mula memasuki kota Al-Arisy dan dikota ini tidak ada perlawanan,
baru setelah memasuki Al-Farma yang merupakan pintu gerbang
memasuki Mesir mendapat perlawanan, oleh Amru bin Ash kota itu
dikepung selama 1 bulan. Setelah Al-Farma jatuh, menyusul pula kota
Bilbis, Tendonius, Ainu Syam hingga benteng Babil (istana lilin) yang
merupakan pusat pemerintahan Muqauqis. Pada saat hendak menyerbu
Babil yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan Muqauqis itu, datang
bala bantuan 4.000 orang pasukan lagi dipimpin empat panglima
kenamaan, yaitu Zubair bin Awwam, Mekdad bin Aswad, Ubadah bin Samit
dan Mukhollad sehingga menambah kekuatan pasukan muslim yang
merasa cukup kesulitan untuk menyerbu karena benteng itu dikelilingi
sungai. Akhirnya, pada tahun 22 H (642 M) pasukan Muqauqis bersedia
mengadakan perdamaian dengan Amru bi Ash yang menandai berakhirnya
kekuasaan Romawi di Mesir.
Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqba ibn-Nafi’,
sebagaimana diceriterakan oleh Ibn Abdalhakam pada tahun 667 Masehi
datang ke Sahara Tengah, dan membuka rute perdagangan ke Kanem-
Borno, Nigeria Utara, termasuk di dalamnya adalah perdagangan budak.
Pada saat itu, perdagangan budak Afrika sangat terkenal, dan
mengundang orang Barat untuk ikut ‘mencicipinya’. Rute perdagangan ini
dilanjutkan oleh anak laki-laki Uqba, yaitu Ubaidillah ibn al-Habhab sampai
ke Kerajaan Ghana karena adanya perdagangan emas, dan berlanjut
sampai dengan abad ke-11. di samping melakukan perdagangan, para
pedagang Muslim juga memperkenalkan misi utama ajaran Islam, yaitu
mengembangkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan. Dengan cara
demikian, akhirnya Islam dapat berbaur dengan masyarakat setempat.
Islam moderat yang saat ini sedang marak di seantero dunia, juga
berkembang sangat baik di Uganda. Hl ini ditandai dengan ucapan
Wakil Perdana Menteri Pertama Udanda, Jendral Moses Ali yang
mengingatkan warga Islam Uganda agar tidak melawan pemerintah.
Islam adalah agama yang penuh toleransi, cinta dan persaudaraan
serta anti kekerasan. Bila warga Islam Uganda menginginkan
kekuasaan, berjuanglah melalui partai politik yang telah diakui, hal
ini sebagaimana dilakukan oleh seorang tokoh muslim Uganda
Mohammaed Kibrige Mayanja. Jendal Moses Ali sama sekali tidak
menginginkan warga Islam Uganda menjadi teroris, suatu stereotip
yang dilekatkan pihak Barat pada warga Islam di mana saja.