Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN : BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT

1. Latar Belakang Kegiatan


Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) adalah tindakan untuk memberikan
pertolongan pada korban bencana atau gawat darurat guna mencegah kematian atau
kerusakan organ sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan setara sebelum
terjadinya bencana atau peristiwa gawat darurat yang terjadi. Pada kegiatan BTCLS
terdapat enam fase, yaitu: fase deteksi, fase supresi, fase pra rumah sakit, fase rumah
sakit dan fase rehabilitasi. Fase deteksi dapat diprediksi tentang frekuensi kajadian,
penyebab, korban, tempat rawan kualitas kejadian dan dampaknya. Misalnya terkait
dengan kecelakaan lalulintas, maka dapat diprediksi frekuansi kecelakaan lalu lintas,
buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai, jarangnya orang memakai safety
belt, tempat kejadian tersering di jalan raya yang padat dan sebagainya. Fase supresi
bertujuan untuk menekan agar terjadi penurunan korban gawat darurat dilakukan
dengan berbagai cara seperti perbaikan konstruksi jalan, peningkatan pengetahuan
peraturan lalulintas dan peningkatan patroli keamanan. Semantara fase pra rumah
sakit keberhasilan penanggulangan gawat darurat sangat tergantung pada adanya
kemampuan akses dari masyarakat untuk memberikan informasi pertolongan kepada
korban kecelakaan atau bencana. Sedangkan fase rumah sakit dan rehabilitasi
merupakan lanjutan dari fase-fase sebelumnya. Karena dalam fase ini merupakan suatu
pendekatan yang sistematik untuk membawa korban gawat darurat ke suatu tempat
penanganan yang definitif.
Henti Jantung (Cardiac arrest) tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung
koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang
ditangani baik dirumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites States (American
Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-
sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas
penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih
menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun.
Di Indonesia data yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kemenkes tahun 2013,
bahwa yang di diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun
2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Cardia
carrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah
atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga,
yakni segera setelah timbul keluhan (American Heart Association, 2010). Kematian otak
dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8sampai 10 menit setelah
seseorang mengalami cardia carrest. Cardia carrest dapat dipulihkan jika tertangani
segera dengan melakukan Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) atau Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap
menit yang berjalan tanpa CPR dan defibrilasi (American Heart Assosiacion, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association didapatkan data bahwa
64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat
bertahan hidup tanpa kerusakan otak.
Inti dari penangan cardia carrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan
bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut
jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian
permanen. Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang
memiliki kemampuan dalam melakukan langkah-langkah chain of survival saat cardiac
arrest terjadi. Kemampuan inilah yang bisa didapatkan oleh tenaga medis maupun non
medis di rumah sakit melalui pelatihan Basic Life Support (BLS) dan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS).
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajari dalam pelatihan ini,
peserta diharapkan bisa menyelamatkan nyawa pasien yang mengalami henti jantung
dan atau kegawatdaruratan kardiovaskuler. Peserta akan mempelajari
keterampilan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) untuk korban semua usia dan akan
berlatih CPR dalam sebuah grup. Peserta akan belajar bagaimana menggunakan Alat
Defibrilasi Eksternal otomatis (Automated external defibrillator) dan bagaimana
mengeluarkan sumbatan total pada korban. Keterampilan yang akan dipelajari dapat
mengenali kegawat daruratan henti jantung tiba-tiba dan mengetahui bagaimana
merespon korban tersebut serta melakukan tindakan lebih lanjut.
Tuntutan prasyarat dunia kerja kesehatan sebenarnya bukan hal baru.
Pengalaman empiris merupakan pelasanakan BTCLS di rumah sakit, puskesmas dan
perusahaan sangat membutuhkan. Sebagai gambaran, khususnya kecelakaan lalulintas
dan bencana alam saat ini meningkat dari peristiwa gawat darurat tersebut tidak semua
korban meninggal di tempat, tetapi justru yang terbanyak meninggal dalam perjalanan
menuju rumah sakit atau puskesmas. Hal ini terjadi karena keterampilan BTCLS ini
belum disiapkan secara baik. Untuk meminimalkan terjadinya kematian akibat
kecelakaan atau bencana alam, upaya pencegahan pasien lebih efektif dilakukan
melalui kegiatan kursus atau pelatihan/program BTCLS yang membantu keterampilan
dan pengetahuan tenaga perawat kesehatan dalam menyikapi peristiwa gawat darurat.
Alasannya, pertama frekuensi kuantitas kecelakaan lalulintas dan bencana alam yang
membutuhkan pertolongan pertama sebelum ke rumah sakit meningkat. Kedua, data
kejadian kecelakaan/peristiwa gawat darurat di lapangan selama ini tidak selamanya
orang meninggal di tempat, tetapi lebih banyak dalam perjalanan ke rumah sakit karena
kekurangan darah atau keterlambatan memberikan pertolongan pertama. Ketiga,
minimnya tenaga kesehatan yang terampil dalam menangani masalah gawat darurat.
Pelatihan BTCLS yang telah terselenggara selama 5 hari 16-20 Mei 2017 adalah
pelatihan penanganan kegawatdaruratan trauma dan kardiovaskular yang ditujukan
bagi semua perawat Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Pelatihan BTCLS
ini bertujuan untuk menyegarkan dan menambah ilmu perawat agar mampu menangani
pasien-pasien dengan kasus-kasus trauma dan kardiovaskular, sehingga dapat
menekan tingkat kecacatan maupun kematian akibat kasus trauma dan jantung.
Rangkaian pelatihan diawali dengan pre test BTCLS yang bertujuan untuk mengukur
tingkat pengetahuan peserta terkait kegawatdaruratan trauma dan kardiovaskular, serta
untuk memberikan gambaran kepada peserta tentang konten dari pelatihan BTCLS.
Pemberian materi dan praktek serta ujian evaluasi baik teori maupun praktik dilakukan
pada hari terakhir BCLS dan BTLS.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini yaitu terselenggaranya kegiatan pelatihan BTCLS bagi semua
Perawat di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Cimahi
Tujuan:
a. Basic Life Support
Tujuan dari pelatihan BLS adalah membekali petugas kesehatan agar mampu
melakukan CPR di dalam maupun di luar Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan mampu untuk :
1) Menginisiasi Rantai Penyelamatan (Chain of Survival)
2) Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) berkualitas tinggi untuk korban
dewasa, anak, dan bayi.
3) Mampu melakukan RJP dengan menggunakan Automatic External
Defibrilator (AED)
4) Memberikan bantuan nafas yang tepat baik dengan metode Mouth to
Maskmaupun Bag Valve Mask (BVM)
5) Latihan CPR 1 dan 2 orang penolong.
6) Membebaskan sumbatan jalan nafas total

b. Cardiovascular Life Support (CLS)


Tujuan dari kursus CLS ini untuk meningkatkan keberhasilan dalam menolong
korban dengan henti jantung atau kegawatdaruratan jantung melalui kerjasama tim
dalam melakukan resusitasi (Team Dynamic). Setelah menyelesaikan kursus ini
peserta diharapkan mampu untuk :
1) Mengenali dan melakukan pengelolaan sebelum adanya serangan jantung
yang kemungkinan akan menjadi henti jantung.
2) Mendemonstrasikan keterampilan dalam memberikan penanganan BLS,
termasuk memprioritaskan kompresi dada dan mengintegrasikan penggunaan
AED
3) Mengenali dan menangani gangguan jalan napas dan henti nafas.
4) Mengenali dan menangani henti jantung sampai dengan perawatan paska
henti jantung, penghentian resusitasi atau rujukan.
5) Mengenali dan menangani ACS (AcuteCoronaria Syndrom) dengan tahapan
penanganan yang tepat.
6) Mengenali dan menangani awal stroke, dengan tahapan penanganan yang
tepat.
7) Mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dalam tim resusitasi.

3. Dasar Hukum Kegiatan


a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
c. Undang Undang Nomor 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan

4. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah Perawat Puskesmas Melong Tengah dengan Jumlah 3
Orang beserta dengan Perawat Puskesmas lainnya dan Perawat yang ada di Dinas
Kesehatan Kota Cimahi.

5. Pelaksanaan Kegiatan

6. Pendanaan Kegiatan
Pendanaan Kegiatan Pelatihan BTCLS ini yaitu menggunakan dana APBD Kota Cimahi
Tahun Anggaran 2017

7. Lokasi Kegiatan
Adapun Lokasi Kegiatan Pelatihan BTCLS ini yaitu di RSGM Unjani

8. Jangka Waktu Kegiatan


Adapun jangka waktu kegiatan Pelatihan BTCLS ini yaitu dari tanggal 16 sampai
dengan tanggal 20 Mei 2017

9. Input, Output dan Outcome Kegiatan

INDIKATOR TOLOK UKUR KINERJA TARGET KINERJA

MASUKAN Dana, SDM, Waktu, Peraturan Rp. 15.000.000,- SDM 3


(INPUT) orang waktu pelaksanaan 5
Hari, UUD 1945, UU No. 36
Tahun 2009, UU No. 38
Tahun 2014
KELUARAN Meningkatnya Pengetahuan dan - Mengikuti setiap materi
(OUTPUT) Keterampilan dalam menangani dan praktek skill station
korban - Lulus ujian tulis minimal
nilai 80
- Lulus ujian skill station
ninimal nilai 80
- Mendapatkan sertifikat
pelatihan
HASIL - Peningkatan pelayanan keperawatan Korban mendapatkan
(OUTCOME) khususnya di IGD Puskesmas penanganan dan pelayanan
maupun Ruang Tindakan maksimal sesuai dengan
- Peningkatan pelayanan keperawatan SOP
dalam menangani kasus kegawatan
pada saat jaga Posko Kesehatan
maupun P3K

10. Penutup
Demikian kerangka acuan kegiatan pelatihan BTCLS ini agar pada saat pelayanan
dapat dipergunakan untuk menangani korban atau pasien dengan kegawatan serta
terhindar dari kecacatan.

Cimahi, Mei 2017


Kepala Puskesmas Melong Tengah

dr. Benky Octavianus TS


NIP 197710112010011005

Anda mungkin juga menyukai