Anda di halaman 1dari 7

Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th.

2014

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN


DAGING IKAN LAYANG (Decapterus sp.) PADA PEMBUATAN ABON
[Utilization of Inflorescence of Banana (Musa Paradisiaca) With The Addition Of Scad Fish
(Decapterus sp) on Making Abon]

Yuannita Aida 1), Ch. F. Mamuaja2), A. T. Agustin3)


1)
Politeknik Gorontalo, Gorontalo
2)
Program Studi Ilmu Pangan, Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
3)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado

ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of the concentration ratio of the shredded fish and
inflorescence of banana organoleptic value and self-life this product. This research are
carried out in three formulas, A1(75% inflorescence of banana : 25% shredded of fish), A2
(50% inflorescence of banana : 50% shredded of fish), and A3 (25% inflorescence of banana
: 75% shredded of fish formula. Which are analysis at sensory evaluation to obtain the most
preferred formula. Data analysis using a 3x3 factorial completely randomized design and
repeat 3x. treatment was tested by using Annova 0,05 p. The result showed that the most
preferred formula is was the formula A2. After 14 days storage in room temperature, the
scores of TPC is 24.83 x 102, TBA is 0.3247 mg malonaldehid/100 g samples and pH 5.68.
Storage up to 14 days, the formula A2 still has a good quality, based on the value of the TPC,
TBA, and the pH is still according to standards set.
Keywords:shredded fish, inflorescence of banana, sensory evaluation, rancidity

PENDAHULUAN memiliki nilai ekonomis rendah, selain itu


ikan layang juga memiliki kandungan gizi
Jantung pisang oleh masyarakat yang tinggi khususnya asam lemak omega
dimanfaatkan sebagai olahan sayur, 3 yaitu sekitar 10.9g/100g (Lembaga Gizi
padahal disamping harganya yang murah Departemen Kesehatan RI dalam Mile,
jantung pisang memiliki banyak manfaat 2008). Namun ikan ini kurang diminati
bagi kesehatan, khususnya bagi yang ingin oleh masyarakat dibanding ikan laut
menjalankan program diet, karena jantung lainnya, selama ini ikan layang hanya
pisang mengandung serat tinggi dan hanya diolah secara sederhana yaitu dengan
sedikit lemak. Namun, selain dari serat digoreng atau dibakar saja, sehingga ada
yang tinggi kandungan gizi pada jantung kemungkinan ikan layang dimanfaatkan
pisang termasuk rendah, khususnya sebagai produk lain untuk meningkatkan
protein. Protein dalam jantung pisang nilai ekonomisnya.
sangat sedikit, sehingga dalam
pengolahannya perlu penambahan bahan Pembuatan abon jantung pisang
lain yang mengandung gizi yang tinggi. diharapkan dapat meningkatkan
Salah satunya cara meningkatkan nilai gizi keanekaragaman/diversifikasi pangan.
dari olahan jantung pisang yaitu dengan Selain itu dengan penambahan daging ikan
penambahan ikan. Layang pada pembuatan jantung pisang,
dapat memberikan variasi rasa dari abon
Ikan layang merupakan ikan laut dan menambah nilai gizi dari abon jantung
yang banyak dijumpai di pasar – pasar pisang. Berdasarkan uraian di atas, maka
tradisional di Daerah Sulawesi Utara dan dilakukan penelitian mengenai formulasi

20
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

yang tepat antara jantung pisang dengan Rancangan percobaan yang digunakan
daging ikan Layang terhadap tingkat untuk penelitian ini ialah rancangan acak
kesukaan abon dan daya simpannya, serta lengkap faktorial 3 x 3 dengan 3 kali
kandungan gizi berdasarkan formulasi ulangan. Faktor perlakuan yang diberikan
dengan tingkat kesukaan terbaik. terdiri dari 2 faktor yaitu:

METODOLOGI 1) Perbandingan konsentrasi jantung


pisang dan konsentrasi ikan (A), yang
Bahan dan Alat terdiri dari 3 subfaktor yaitu:
A1: 75gr jantung pisang : 25gr daging ikan
Bahan yang digunakan adalah
A2: 50gr jantung pisang : 50gr daging ikan
jantung pisang berumur ± 8 minggu
A3: 25gr jantung pisang : 75gr daging ikan
diperoleh dari pasar tradisional Kecamatan
Semua formula dilakukan uji
Tuminting Kota Manado, sedangkan Ikan
organoleptik, meliputi rasa, bau, tekstur
Layang diperoleh dari pasar Bersehati,
dan warna dengan uji hedonik sesuai SNI
Kota Manado. Adapun bahan tambahan
01-2346-2006 tentang petunjuk pengujian
untuk pembuatan abon yaitu : santan
organoleptik dan atau sensori. Penilaian
kelapa, bawang merah, bawang putih,
menggunakan skor 1 sampai 5 dengan
minyak kelapa, sereh, gula merah, cabe
kriteria tidak suka (1), kurang suka (2),
dan garam diperoleh dari supermarket
netral (3), suka (4), sangat suka (5) dengan
terdekat. Selain itu digunakan pula bahan-
jumlah panelis 20 orang.
bahan kimia untuk analisis.
2) Lama penyimpanan pada suhu ruang,
Alat yang digunakan dalam yang terdiri dari 3 subfaktor yaitu:
penelitian ini adalah alat-alat untuk H1 : penyimpanan 0 hari
pengolahan abon dan alat untuk analisis. H2 : penyimpanan 7 hari
H3 : penyimpanan 14 hari
Metode Mutu abon yang disimpan diuji
dengan parameter-parameter sebagai
Pembuatan abon (Modifikasi Santosa) berikut: Total Volatile Base Nitrogen
Jantung pisang dibersihkan dengan (TVBN), Total Barbiuturic Acid (TBA),
mengeluarkan bagian yang tidak bisa Total Plate Count (TPC) dan pH
dimakan kemudian dicuci, diiris-iris halus
dan direbus sampai matang. Ikan disiangi HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian dicuci bersih dengan air dan
dikukus sampai matang. Ikan yang sudah Uji Tingkat Kesukaan (Organoleptik)
matang, kemudian disuwir-suwir Rasa
dagingnya sampai menjadi serat-serat. Hasi uji organoleptik terhadap rasa
Jantung pisang dan daging ikan abon jantung pisang dengan 3 formula,
dicampur sampai homogen, kemudian diperoleh bahwa tingkat kesukaan panelis
ditumis dengan santan dan bumbu (untuk terhadap rasa abon berkisar 3.40 – 4.20
100gr jantung pisang: santan kelapa 50ml, yaitu netral sampai suka. Hasil uji
bawang merah 3 gr, bawang putih 5gr, kesukaan abon jantung pisang dapat dilihat
sereh 1 batang, gula merah 20gr, cabe 3gr) pada tabel 1. didapatkan bahwa
yang telah dihaluskan dan digoreng sampai perbandingan jantung pisang dan ikan
matang. Abon yang telah matang memberikan pengaruh nyata terhadap
kemudian dipres untuk mengeluarkan tingkat kesukaan rasa dari abon (P<0.05).
kandungan minyak pada saat digoreng. Formula yang memiliki tingkat kesukaan
Abon siap diuji. rasa tertinggi adalah formula A2 yaitu 50gr
jantung pisang dan 50gr ikan sebesar 4.20.
Hal ini disebabkan karena komposisi

21
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

jantung pisang dan ikan yang seimbang permukaan abon terendam dalam minyak
tidak munculnya rasa ikan yang dominan panas sehingga pemanasan lebih merata.
dibanding formula A3 sehingga bumbu- Proses penggorengan dalam minyak yang
bumbu terasa jelas di lidah. sedikit bisa menyebabkan tekstur abon
tidak renyah/garing.
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Rasa
Abon Warna

Tingkat Kesukaan Penggorengan dan pengovenan


No. Formula Rasa berpengaruh terhadap warna dari abon
(Rata-rata) jantung pisang yang dihasilkan (coklat)
(Winarno, 1993) Perubahan warna tersebut
1 A1 3.40 disebabkan oleh adanya reaksi browning
non enzimatik (reaksi pencoklatan karena
2 A2 4.20 oksidasi) (Winarno, 1993).
3 A3 3.95 Hasi uji organoleptik terhadap rasa
abon jantung pisang dengan 3 formula,
Dari hasil analisa sidik ragam diperoleh bahwa tingkat kesukaan panelis
Tekstur terhadap warna abon berkisar 3.40 – 4.20
yaitu netral sampai suka. Hasil uji
Untuk produk yang digoreng, kesukaan abon jantung pisang dapat dilihat
kerenyahan menandakan kesegaran dan pada tabel 3.
kualitas tinggi. Makanan yang renyah Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Warna
sebaiknya keras, mudah digigit, dan Abon
memberikan suara garing (Moreira et al.,
1999). Tingkat kesukaan terhadap tekstur
abon dapat dilihat pada tabel 2. No. Formula Tingkat Kesukaan
Warna (Rata-rata)
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Tekstur
Abon 1 A1 3.25
2 A2 4.25
No. Formula Tingkat Kesukaan 3 A3 4.30
Tekstur (Rata-rata)
Dari hasil analisa sidik ragam
1 A1 3,80 didapatkan bahwa perbandingan jantung
2 A2 4,10 pisang dan ikan berpengaruh sangat nyata
(P<0.01) terhadap warna abon. Dimana
3 A3 4 terdapat perbedaan nilai yang cukup jauh
antara formula A1 (3.25) dengan formula
Dari hasil analisa sidik ragam A2 (4.25) dan A3 (4.30).
didapatkan perbandingan jantung pisang Warna abon pada formula A1 yaitu
dan ikan tidak memberikan pengaruh nyata coklat gelap yang disebabkan karena
terhadap tekstur abon. Karena proses banyaknya konsentrasi jantung pisang
pengolahannya sama untuk masing-masing pada abon sedangkan warna formula A2
formula yaitu digoreng. Tekstur abon dan A3 yaitu coklat keemasan. Konsentrasi
sangat dipengaruhi oleh proses jantung pisang yang lebih banyak pada
penggorengan. Dalam penelitian ini proses abon menyebabkan abon lebih cepat
penggorengan abon dilakukan dengan gosong yang menyebabkan warna abon
metode deep frying dimana seluruh menjadi lebih gelap. Perbedaan warna

22
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

pada saat penggorengan bisa disebabkan umur simpan dan keamanan produk
oleh perbedaan panas yang masuk ke pangan. Nilai TPC abon dapat dilihat pada
bahan. Menurut Ketaren (2008), intensitas Gambar 1. Gambar 1. Diagram Nilai TPC
warna tergantung dari lama, suhu dan Abon pada Beberapa Waktu Penyimpanan
komposisi kimia permukaan bahan. Berdasarkan hasil pengujian kadar
TPC pada abon selama penyimpanan pada
Bau/Aroma suhu ruang, menunjukkkan bahwa kadar
TPC dengan formulasi A1 (perbandingan
Menurut Winarno (2008), aroma
konsentrasi jantung pisang 25% : daging
makanan umumnya menentukan kelezatan
ikan 75%) memiliki nilai yang paling
bahan makanan dan banyak berhubungan
rendah diantara formulasi A2 dan A3,
dengan indra penciuman. Dari hasil
dimana kadar TPC semakin meningkat
analisa organoleptik yang dilakukan
dengan semakin lamanya penyimpanan.
terhadap bau/aroma abon jantung pisang
Nilai TPC dari abon jantung pisang
diperoleh kisaran nilai yaitu antara 3.90-
masih tergolong rendah sampai dengan
4.05. Hasil uji organoleptik terhadap
penyimpanan hari ke 14 jika dibandingkan
bau/aroma abon dapat dilihat pada tabel 4.
dengan batasan maksimal syarat mutu
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Bau Abon abon menurut SNI tahun 1995 yaitu maks.
5x104 koloni/g. Pada penyimpanan 0 hari
TPC berkisar antara 9.0 – 37.0 x 102
No. Formula Tingkat Kesukaan koloni/gram bahan, sedangkan pada
Bau (Rata-rata) penyimpanan 7 hari, nilai TPC berkisar
14.1 – 34.5 x 102 koloni/gram bahan dan
1 A1 3.90 pada penyimpanan 14 hari nilai TPC
meningkat menjadi 31.0 – 48.9 x 102
2 A2 4.05
koloni/gram bahan.
3 A3 3.9
4890
TPC (Koloni/gram sampel)

Dari hasil analisa sidik ragam


didapatkan bahwa perbandingan jantung 3900
3350 3450
pisang dan ikan tidak memberikan 3100
pengaruh nyata terhadap bau/aroma abon.
1410
Abon jantung pisang dengan penambahan
ikan yang dihasilkan hanya sedikit 90 200 370
memiliki bau khas ikan, aroma dominan
berasal dari bumbu-bumbu yang A1 A2 A3
digunakan yang terdiri dari bawang putih FORMULA
dan bawang merah, sereh dan jahe selain
itu juga dapat berasal dari santan yang H1 H2 H3
menyebabkan aroma gurih.
Peningkatan nilai TPC diduga karena
Uji Daya Simpan adanya penambahan ikan pada abon,
karena dapat dilihat dari hasil analisa
1. TPC
bahwa penambahan konsentrasi ikan
Total Plate Count (TPC) merupakan
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
metoda pendugaan jumlah
TPC abon. Formula A1 dengan
mikroorganisme secara keseluruhan dalam
penambahan ikan yang paling sedikit
suatu bahan. Mutu mikrobiologi penting
memiliki nilai TPC paling rendah,
diperhatikan karena jumlah mikroba yang
sedangkan formula A3 dengan konsentrasi
terdapat pada sampel dapat mempengaruhi
ikan tertinggi memiliki nilai TPC tertinggi,

23
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

hal ini disebabkan karena daging ikan terjadi pada suhu kamar, pada proses
mengandung banyak nutrien yang pengolahan suhu tinggi, serta
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk penyimpanan pada suhu tinggi. Menurut
tumbuh dan berkembang biak. Ma’ruf (1990), malonaldehid dari oksidasi
2. TBA lemak bersifat tidak stabil dan sangat
Nilai TBA (Asam Tiobarbiturat) reaktif terhadap protein dan asam amino.
digunakan untuk menentukan adanya Pengukuran malonaldehid telah digunakan
ketengikan yang terjadi pada suatu produk sebagai indikator kerusakan oksidatif asam
pangan. Nilai TBA rata-rata abon jantung lemak tidak jenuh pada sel yang
pisang selama penyimpanan dapat dilihat menyebabkan perubahan struktural dan
pada Gambar 2. fungsi (Handayani, 2005).

0.81705 Meskipun terjadi kenaikan nilai


TBA selama proses penyimpanan namun
TBA (mg Malonaldehid/100

nilai TBA yang diperoleh masih dalam


standar yang aman untuk dikonsumsi,
0.3939 0.3666 0.3627
0.3096 0.2808
0.2979 karena rata-rata nilai TBA yang diperoleh
0.2067
0.2033 masih di bawah SNI 01-2352-1991 tentang
gram

penentuan angka asam tiobarbiturat,


produk pangan yang kualitasnya masih
A1 A2 A3 baik mempunyai nilai TBA kurang dari
FORMULA 3 mg malonaldehid/ kg sampel.
H1 H2 H3
3. pH
Gambar 2. Diagram Nilai TBA Abon pada Rata – rata nilai pH abon jantung
beberapa Waktu Penyimpanan pisang yang diperoleh sampai
Dari gambar di atas dapat dilihat penyimpanan hari ke 14 yaitu berkisar
bahwa semakin lama waktu penyimpanan antara 5.41 – 5.79. Nilai pH yang
semakin tinggi nilai TBA dari abon diperoleh ini masih dapat dikategorikan
jantung pisang. Nilai TBA terendah dari 3 baik karena menurut Ruello dalam
formula selama penyimpanan sampai hari Hidayati (2002) nilai pH suatu produk
ke 14 sebesar 0.2680 mg masih dikategorikan baik bila mempunyai
malonaldehid/100g bahan diperoleh dari nilai ± 7.5.
formula A1 dan diikuti berturut – turut Nilai pH abon jantung pisang
oleh A2 dan A3. selama penyimpanan dapat dilihat pada
Dari hasil analisa sidik ragam Gambar 3.
terdapat pengaruh yang sangat nyata dari
penambahan ikan terhadap nilai TBA
5.75 5.795
5.74
abon. Dimana, semakin banyak ikan yang 5.685 5.705 5.64
5.61 5.595
ditambahkan semakin tinggi nilai TBA
pH

abon. Hal ini dapat dilihat dengan 5.41


tingginya nilai TBA dari formula A3 (25%
jantung pisang : 75% daging ikan). Hal ini A1 A2 A3
disebabkan karena ikan mengandung
FORMULA
protein, asam lemak dan asam amino yang
cukup tinggi yang memungkinkan
H1 H2 H3
terjadinya oksidasi pada proses pengolahan
dan selama penyimpanan. Menurut
Ketaren (2005), proses oksidasi dapat Gambar 3. Diagram Perubahan Nilai pH
Abon Jantung Pisang

24
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

Dari diagram di atas dapat dilihat [BSN] Badan Standardisasi Nasional.


bahwa nilai pH selama penyimpanan 1995. Standar Mutu Abon. SNI
semakin lama semakin meningkat. Dari 01-3707-1995. Jakarta: Badan
hasil analisa sidik ragam diperoleh bahwa Standardisasi Nasional.
perlakuan perbandingan jantung pisang
dan ikan serta lama penyimpanan Chamidah, A., Tjahyono, A. Dan Rosidi,
memberikan pengaruh yang sangat nyata D. 2000. Penggunaan Metode
terhadap nilai pH abon, namun interaksi Pengasapan Cair dalam
antara dua faktor tersebut tidak Pengembangan Ikan Bandeng
berpengaruh nyata terhadap nilai pH abon. Asap Tradisional. Jurnal Ilmu-
Meningkatnya nilai pH diduga ilmu Teknik, Volume 12 No. 1
karena kandungan protein dalam ikan.
Chamidah (2002) menyatakan bahwa Handayani, C. A. 2005. Pembuatan
selama penyimpanan terjadi penguraian Tepung Kedelai Kaya Isoflavin
protein menjadi senyawa basa antara lain Melalui Ekstraksi Asetonitril
amoniak. Menurut Zakaria dalam dan Hidrolisis Bromelin, Serta
Kaparang (2013) bila jumlah asam lebih Evaluasi Nilai Gizi Proteinnya
banyak dari amoniak maka nilai pH Secara Biologis. Sekolah
rendah, dan sebaliknya jika amoniak lebih pascasarjana, IPB
besar maka nilai pH akan naik.
Hidayati, D.S. 2002. Pengaruh Substistusi
Tepung Tempe terhadap Daya
KESIMPULAN Awet Nugget Ikan Tuna
Abon jantung pisang dengan formulasi
(Thunnus sp.). SKRIPSI. Fakltas
A2 (50% jantung pisang : 50% daging
Perikanan dan Ilm Kelautan.
ikan) memberikan nilai organoleptik yang
Institut Pertanian Bogor
baik dengan tingkat penerimaan rasa 4.20,
tekstur 4.10, warna 4.25 dan bau/aroma Kaparang, R., 2013. Penentuan Mutu Ikan
4.05 yang memakai skala penilaian 1-5. Tandipang (Dussumieria acuta
Abon yang dihasilkan masih memiliki C.V) Asap Kering selama
mutu yang baik sampai penyimpanan 14 Penyimpanan Suhu Kamar.
hari dengan nilai rata-rata TPC 24.83 x 102 Jurnal Media Teknologi Hasil
, TBA 0.3247 dan pH 5.68 berdasarkan Perikanan. Vol. 1, NoI.
standar yang telah ditetapkan.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak
UCAPAN TERIMA KASIH Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta : UI -Press.
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Ma’ruf, W.F. 1990. Florescent Product
Tinggi yang telah memberikan beasiswa sebagai Alternatif Pengukuran
selama studi sampai tahap penelitian ini. Autooksidasi Asam Lemak Tak
Jenuh pada Hasil Perikanan.
DAFTAR PUSTAKA Media Edisi II, Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. Mile L. 2008. Penggunaan Es Air Kelapa
2006. Standar Nasional Terhadap Daya Awet Ikan
Indonesia Petunjuk Pengujian Layang (Decapteruss
Organoleptik dan atau Sensori macrosoma) dan Ikan Kakap
(SNI 01-2346-2006). Merah (Lutjanus sp.). Tesis.
Teknologi Industri Hasil Laut,
Program Pascasarjana.
UNSRAT. Manado
25
Hasil Penelitian J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 1 Th. 2014

Moreira, R.G., M.E.C. Perez. & M.A. of Banana. SKRIPSI. UNIKA


Barrufet. (1999). Deep Fat Soegijapranata. Semarang
Frying: Fundamentals and
Applications. Aspen Publishers, Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan
Inc. Maryland. Gizi edisi terbaru, Bogor M-
brio press
Santosa, E.Z.____.Abon Nabati Berbasis
Jantung Pisang (Vegetable Winarno, F.G. 1993. Pangan (Gizi,
Floss Based on Inflorescence Teknologi dan Konsumen).
Gramedia Pustaka Utama

26

Anda mungkin juga menyukai