Anda di halaman 1dari 14

KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

BAB 1 PENDAHULUAN

l. LATAR BELAKANG
1.1. DASAR HUKUM
Peraturan Perundangan-undangan yang relevan untul< dijadikan referensi dalam
melaksanakan sub kegiatan ini, antara lain:

1. Undang-Undang Nornor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nornor 4725);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;


3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Peraturan Pernerintah Nomor 10 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang
Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;

5. Peraturan Pernerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian


Peta Rencana Tata Ruang;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;

8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan,


Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi;

9. Peraturan Menteri ATR/BPN No. 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kernbali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang;
10. Peraturan Menteri ATR/BPN No. 14 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyusunan Basis
Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota,
serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No. 6 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar;

1
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

12. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 4 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018 — 2038; dan
13. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 48 Tahun 2021 Tentang Satu Data Indonesia
Tingkat Kabupaten Sumedang.

1.2. GAMBARAN UMUM


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pada
pasal 11 ayat (2), mengamanatkan bahwa Pernerintah Daerah Kabupaten, dalam hal ini
Kabupaten Sumedang, berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah Kabupaten
yang meliputi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Pemanfaatan Ruang Wilayah
Kabupaten, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten. Lebih lanjut lagi
pentingnya peran peta telah diformalkan secara legal, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial. Menurut undang-undang ini, peta clari suatu
daerah ataupun wilayah diperlukan untuk mencapai ketepatan penunjukkan ruang sesuai
dengan cita-cita pembangunan nasional. Peta memiliki peran strategis sebagai media penyaji
dan media visualisasi bagi dokumen-dokumen perencanaan daerah. Dengan demikian peran
peta menjadi sangat strategis untuk menjaga konsistensi perkembangan pembangunan agar
ada keserasian perkembangan dengan wilayah sekitarnya secara keseluruhan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus direncanakan
berdasarkan data baik spasial dan nonspasial serta informasi lainnya yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah
mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan di daerah harus berdasarkan pada data
dan informasi, termasuk data dan informasi spasial, serta Pernerintah Daerah harus
membangun sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional.

Peta yang digunakan sebagai acuan dasar dalam penyusunan rencana pembangunan
daerah sangatlah penting perannya, terutama dałam usaha menghasilkan dokumen
perencanaan yang benar-benar dapat digunakan sebagai pegangan/operasional (Dokumen
RTRW, Rencana Rinci, RTBL, RTRK) ataupun basis pembangunan wilayah, arahan-arahan
pembangunan sektoral wilayah, sehingga peran dan fungsi wilayah dikembangkan sesuai
dengan daya dukung dan kondisi alarn, geografis, serta segala potensi daya alam yang
dikandungnya.

2
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

Peta adalah gambaran dua dimensi dari suatu daerah dan wilayah yang merupakan
representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi. Peta
merupakan warna bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan serta
merupakan sumber informasi bagi para perencana dałam pengambil keputusan pada
tahapan pembangunan. Peta juga merupakan visualisasi ataupun penggambaran dua
dimensi dari suatu daerah atau wilayah. Dengan suatu peta, gambaran dua dimensi yang
berkaitan dengan letak, posisi ataupun keterkaitan ruang suatu objek terhadap objek
lainnya. Dengan demikian pemahaman manusia terhadap suatu ruang dari suatu daerah
ataupun wilayah akan menjadi lebih baik, sedemikian sehingga kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan ataupun dialokasikan pada suatu ruang dapat direncanakan terlebih dahulu.
Dengan adanya perencanaan pemanfaatan ataupun pengalokasian ruang secara baik, maka
konflik-konflik penguasaan ruang ciapał dihindari. Dan terlebih clari iłu konflik yang
mengarah pada permasalahan yang lebin besar dapat dicegah dan diredam.

Berbagai informasi tentang kondisi dan perkembangan pemanfaatan ruang yang


tersebar di seluruh daerah pada saat ini semakin terasa diperlukan keakuratannya dengan
kondisi terkini. Hal ini diperlukan agar perencanaan pembangunan menjadi lebih baik, karena
data-data yang diperlukan diolah dengan menggunakan teknologi terkini sehingga proses
pengambilan, editing, updating serta pencarian data yang diperlukan dałam perencanaan
dilakukan dengan lebih cepat, akurat serta dapat dipercaya. Dalam penggunaan data citra
satelit pengguna pada umumnya selalu melihat tingkat kedetailan resolusi yang disediakan
citra yang mencakup : a.) resolusi spasial, b.) resolusi spektral, c.) resolusi radiometrik dan d.)
resolusi temporal. Hal ini sangat bermanfaat bagi Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mengelola potensi, memetakan sumber daya alarn yang ada di wilayahnya dan atau
identifikasi kondisi sumber daya guna kepentingan manajemen. Peta/citra tematik
merupakan salah satu sumber informasi penting untuk mendukung pengembangan dan
pembangunan di suatu wilayah. Salah satu contoh untuk penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang secara umurn meliputi unsur dan informasi yang harus digambarkan serta ditampilkan.

Untulą mondulłung pangambangan cuatu wilavah cangat dinarlllkan pemutakhiran


data informasi yang akurat dan dapat dipercaya kebenarannya karena kemungkinan ada
beberapa perubahan guna lahan eksiting di lapangan. Oleh karena iłu, perlu dibuat suatu
pemutakhiran peta hasil interpretasi citra satelit yang sangat rinci. Pemutakhiran peta dasar
tersebut dibuat melalui survey pengukuran lapangan agar peta yang dimutakhirkan dapat

3
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

menggunakan data dan informasi terbaru sesuai kondisi eksiting di lapangan dan produk peta
dasar RDTR yang dikeluarkan telah memenuhi standar untuk menguatkan akurasi data awal.

Sesuai dengan Undang-Undang Nornor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


tujuan dari penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah Nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional dengan:

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;


b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alarn dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pernanfaatan ruang.
Undang-Undang Nornor 11 Tahun 2020 Pasal 14 Ayat 2 menyebutkan bahwa
Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai
standar.

Kecamatan Darrnaraja terdiri dari 12 (dua belas) desa dengan luas kecamatan
sebesar 5.403 Ha. Kondisi permukaan Kecamatan Darmaraja berupa lahan datar sehingga
banyak investor yang menanamkan modalnya di Kecamatan ini. Seperti banyaknya provider
telepon genggam yang menempatkan BTS-nya berada di Kecamatan ini. Kecamatan
Darmaraja juga termasuk wilayah yang cukup strategis, dengan terlewatinya oleh kendaraan-
kendaraan dari dan menuju beberapa kota. Jumlah penduduk Kecamatan Darmaraja pada
tahun 2020 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah 37.343 jiwa. Kecamatan
Darrnaraja dilewati jalur lalu lintas alternatif yang menghubungkan Kabupaten Sumedang
dengan Limbangan Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya serta jalur Selatan Jawa.
Untuk mendukung pengembangan suatu wilayah sangat diperlukan informasi yang
akurat dan dapat dipercaya kebenarannya. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu peta hasil
interpretasi citra satelit yang sangat rinci. Ketersediaan peta dasar tersebut dibuat melalu
survey pengukuran lapangan agar peta yang dibuat dapat menggunakan data dan informasi
terbaru sesuai kondisi eksisting di lapangan.

Dalam Perda No.4 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Sumedang 20182038,
Kecamatan Darmaraja termasuk ke dalam Pusat Pelayanan Lingkungan yang berfungsi
sebagai : a. Pusat pemerintahan Desa; b. Pusat permukiman; c. Pusat pengolahan pertanian;

4
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

d. Pusat koleksi dan distribusi; dan e. Jasa dan pelayanan social ekonomi skala lingkungan.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Nornor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, Dan
Penerbitan Persetujuan Substansi
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang
maka perlu dilakukan pemutakhiran peta dasar sebagai dokumen pendukung Materi Teknis
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Darmaraja.

Hal ini dikarenakan perlunya penyesuaian dokumen materi teknis dengan peraturan
terbaru, sehingga perlu dilaksanakan pula kegiatan Penyusunan Revisi Rencana Detail Tata
Ruang Darmaraja yang dilengkapi dengan peta dasar dan dokumen naskah akademik.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1. MAKSUD KEGIATAN
Maksud dari sub kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen pendukung materi teknis
RDTR Kecamatan Darmaraja yang sesuai dengan kaidah teknis penataan ruang.

1.2.2. TUJUAN KEGIATAN


Tujuan dari Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penyusunan RRTR Kabupaten/Kota
Pekerjaan Pemutakhiran Peta Dasar Darmaraja Tahun Anggaran 2022 Kabupaten Sumedang
adalah :
1. Tersedianya data dasar dalam pemetaan dengan menggunakan standar yang berlaku;
2. Pemutakhiran data pemetaan yang faktual;
3. Sebagai dasar penyusunan RDTR dan penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang.

1.3. KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN


1.3.1 URAIAN KEGIATAN
Lingkup Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penyusunan RRTR Kabupaten/Kota
Pekerjaan Pemutakhiran Peta Dasar Darmaraja Tahun Anggaran 2022 Kabupaten Sumedang
yaitu melakukan pemutakhiran data spatial/Peta Dasar RDTR untuk wilayah Kecamatan
Darmaraja.

1.3.2 STANDAR UMUM KEGIATAN

5
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

Yang menjadi Standar Urnum dalam Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi
Penyusunan RRTR Kabupaten/Kota Pekerjaan Pemutakhiran Peta Dasar Darmaraja Tahun
Anggaran 2022 Kabupaten Sumedang adalah Norma, Standar, Pedoman dan

Manual (NYM) vang dlkeluarkan oleh Kernenrerian arau lemhaea yant terkìit (nadan

Informasi Geospasial, Kementerian PUPR, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, dll) dan juga
beberapa Standar Nasional Indonesia, Selain itu produk yang dibuat minimal memiliki standar
sebagai berikut :

1. Titik referensi GCP adalah titik ordo 1 BIG seperti yang terletak di
Kabupaten
Majalengka dengan koordinat 06.830820, E 108.20639 0

2. Pembuatan dan Pemutakhiran Peta menggunakan kaidah-kaidah Sistem


Informasi Geografis dan peraturan yang berlaku mengenai ketelitian peta;

3. Dalam penyempurnaan dan pemutakhiran Peta menggunakan aplikasi GIS seperti Arc
View, Arc Gis dengan format .shp, dwg/dxf, dan MapPackage serta dibuat
Geodotabase nya dengan format .gdb;

4. Peta dan gambar dicetak berwarna;

5. Softcopy laporan selain dibuat dengan format .doc/docx/ppt dll juga dibuat dengan
format .pdf.; dan

6. Penyajian softcopy peta menggunakan format .mxd, .gdb dan .mpk.

1.4 METODA PEMETAAN


Spesifikasi Teknis untuk Data dasar dan Citra Satelit yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :

A. Pengadaan Data Dasar


Data dasar berupa peta merupakan Peta Topografi atau Peta Rupabumi Indonesia
diharuskan mengacu pada Peta Dasar Nasional dengan norma yang sesuai dengan
Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang

Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang.

B. Pengadaan Citra Satelit

6
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

Spesifikasi citra satelit yang digunakan sebagai bahan dasar dalam Sub Kegiatan
Koordinasi dan Sinkronisasi Penyusunan RRTR Kabupaten/Kota Pekerjaan
Pemutakhiran Peta Dasar Darmaraja Tahun Anggaran 2022 adalah dengan waktu
akusisi data maksimal 2 (dua) Tahun terakhir.

• Umum

• Resolusi maksimum untuk mendapatkan peta skala 1 : 5.000


adalah min 0,6 Meter.

• Citra satelit yang diadakan tidak ditentukan, yang penting memenuhi


seluruh koordinat Kecamatan Darmaraja Sumedang. Format GeoTiff 16 bit
dan belum terkoreksi.
Keaslian Data

• Data citra satelit dari Lembaga Pemerintah disertai surat keterangan Data
citra satelit asli dari pihak Vendor Data dengan disertai lisensi untuk Client.

• Kualitas Data
Dengan liputan awan kurang dari 200/0 di luar critical area.
Data citra terlihat dengan tidak ada Hase serta unsur-unsur di permukaan bumi
yang berdiameter 2 kali resolusi terlihat jelas.

• Sudut Off-Nadir kurang dari 200.


Informasi Orbit

• Informasi orbit harus dapat dibaca oleh software yang akan digunakan
untuk proses orthorektifikasi.

• File informasi orbit ini terdapat dalam metafile/headerfile dan harus sesuai
dengan file citranya.

• Cakupan Wilayah

Data citra satelit minimal harus mencakup seluruh liputan wilayah


yang telah ditentukan.

Pengolahan Citra Satelit

7
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

A. Pembacaan Data Citra Satelit dan Orbit


Data mentah (Raw Data) dari citra satelit harus mampu dibaca oleh perangkat
lunak (software) yang digunakan untuk melakukan orthorektifikasi.
B. Identifikasi Titik Ikat Tanah (GCP) pada Citra Satelit
Titik kontrol harus dapat teridentifikasi dengan jelas dan benar. Kesalahan yang
masih diperbolehkan adalah maksimum 2 pixel. Sebagian dari GCP digunakan
sebagai ICP (Independent Check Point) dengan kesalahan maksimum 2 pixel.

Pengadaan titik GCP dapat dilakukan dengan cara :

• Image to Ground
Image to Vektor

• Image to Image
C. Orthorektifikasi
D. Image Enhancement

8
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR JA TIGEDE

C. Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan ini disebut juga dengan pre-processing, tahapannya adalah sebagai
berikut :

A. Rejoining
B. Identifikasi dan pengukuran titik kontrol tanah (ground control point)
C. Identifikasi/komplesi data lapangan
Pembuatan Model Permukaan Dijital
A. Resampling
B. Sistem Proyeksi
Digital On Screen
Editing dan Kartografi
A. Text Entry
Data-data hasil clari komplesi lapangan disatukan ke dalam peta 1 : 10.000 dengan
aturan sesuai dengan standar peta 1 : 5.000

B. Edge Matching

D. Garis Kontur
Garis kontur yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Interval kontur indeks untuk Skala 1:5.000 adalah 10 meter;

2. Interval kontur selang untuk Skala 1 :5.000 adalah 2,5 meter;


3. Untuk daerah relatif datar diberi garis kontur bantu dengan interval setengan dari
interval kontur selang;
4. Garis kontur tidak saling berpotongan;

5. Garis kontur tidak terputus, kecuali untuk kontur bantu;


6. Garis kontur dengan elevasi yang sama tidak memotong sungai yang sama

lebih dari satu kali;


7. Garis kontur tidak memotong garis tepi perairan (danau, empang, air rawa, dan
pantai);
8. Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan sungai maupun anak sungai maka
pola kontur cenderung menjorok ke arah hulu;

9
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

9. Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan garis punggung bukit, maka pola
kontur cenderung menjorok ke arah hilir.

E. Survei kelengkapan Lapangan


Survei kelengkapan lapangan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Melakukan pengumpulan nama rupabumi;
b. Verifikasi penutup lahan dan unsur rupabumi lainnya.
Sedangkan kelengkapan lapangan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Surat perijinan lapangan, meliputi surat jalan/surey dari pemberi pekerjaan

2. Peta
3. Peralatan GPS ( Geodetik dan Handheld Map)
4. Formulir lapangan, meliputi :
a. Formulir toponimi
b. Formulir cek lapangan
5. Formulir verifikasi penutup lahan

6. Kamera Digital
Setelah semua hal ini dipersiapkan, maka dilakukan perter-nuan antara pelaksana
pekerjaan dan pemberi pekerjaan untuk membahas persiapan lapangan sekaligus
persetujuan. Pengumpulan nama rupabumi untuk obyek yang berupa fasilitas urnum
dan sosial dilaksanakan dengan mencatat nama dan data atributnya pada formulir
toponimi dan merekam posisi obyek menggunakan GPS Mapping untuk mendapatkan
posisi yang akurat. Keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan survey kelengkapan
lapangan, dapat melihat juknis survey kelengkapan lapangan dan entry data.

Entry Data Lapangan


Kegiatan entry data lapangan merupakan kegiatan memasukkan dan mengolah seluruh
data yang telah didapatkan dari hasil survey lapangan dan toponimi ke dalam atribut
peta. Proses entry data lapangan, hasil survey lapangan tersebut digabungkan untuk
melengkapi peta manuskrip digital yang dihasilkan dari tahapan ini, dapat melihat juknis
dan survey kelengkapan lapangan dan entry data.

10
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

G. Edgematching dan Penyelarasan Data


Proses Edgematching dilakukan antar lembar citra yang bersebelahan agar
mendapatkan data yang berkesinambungan antar satu dengan yang Iain. Apabila
lembar peta yang bersebelahan berada pada pekerjaan paket yang Iain, maka
edgematching juga harus dilakukan antar paket pekerjaan dengan melakukan koordinasi
dengan pelaksanaan paket yang bersangkutan.

Penyelarasan data merupakan proses menyatukan dan menggabungkan (marge)


segmen-segmen garis maupun poigon yang masih merupakan satu unsur yang sama
menjadi satu segmen/bagian. Contoh unsur sungai dengan nama yang sama harus
merupakan satu bagian dari hulu dan berakhir di muara, tidak boleh terputus.
Penggabungan data dilakukan dengan menggabungkan semua nomor lembar peta (NLP)
dalam satu paket pekerjaan dengan tema yang sama sehingga menjadi satu file
gabungan per tema. Data gabungan ini menggunakan sistem koordinat geografis.

H. Validasi Topologi
Analisis spasial akan dapat dilakukan jika hubungan (relasi) antar unsur rupabumi dapat
didefinisikan dengan membangun topologi. Hasil akhir dari pekerjaan ini harus betul-
betul menjamin bahwa data yang dihasilkan benar-benar bersih (clean) baik dari aspek
geometri maupin atribut serta bebas dari kesalahankesalahan topologi (free topological
errors). Keterangan Iebih lanjut mengenai ini, dapat melihat juknis validasi topologi.

Cluster toleransi yang digunakan menggunakan standar (default) dari perangkat lunak
GIS. Adapun aturan topologi yang digunakan adalah .

Tabel 1
Aturan Topologi
Aturan Topologi Point Line Polygon
Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada posisi V'

yang sama (must not overlap)


Ujung satu garis harus snap dengan garis lain sehingga
tidak ada garis yang undershoot maupun overshoot
(must not have dangles)
Tidak ada perpotongan pada garis itu sendiri (Must not
self-intersect)

11
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

Tidak ada duplikasi garis berbeda pada posisi yang sama


dengan garis itu sendiri (Must not self-overlap)
Tidal( ada area kosong pada suatu polygon (Must not
have gaps)
Tidak ada beberapa objek yang direpresentasikan dalam
satu record (Must be single part)
Tidak ada objek yang lebih kecil dari batas toleransi yang v'
ditetapkan berdasarkan skala (Must be longer than
cluster tolerance)
Tidak ada garis berbeda yang berpotongan (Must not
intersect)
Tidak ada titik yang bertampalan pada posisi yang sama V'

ataupun dengan titik itu sendiri (Must be disjoint)


Digitasi Peta Citra
Proses digitasi untuk membentuk data vektor dari data citra pada proses digitasi
dilakukan interpretasi terhadap objek-objek yang nampak dalam Citra Satelit :

1. Unsur perairan menggambarkan jaringan sungai dan drainase, garis tepi perairan
yaitu garis batas daratan dan air yang menggenang (tepi danau/Situ, garis tepi
rawa dan garis tepi empang); segmen garis sungai harus terhubung satu dengan
yang lainnya membentuk satu jairngan yang bermuara pada satu titik, aliran sungai
harus mengikuti kesesuaian kontur.

2. Unsur gedung dan bangunan gedung dan bangunan didigitasi satu persatu
berdasarkan kenampakan atapnya, gedung dan bangunan berhimpitan dan
atapnya saling menyatu dianggap satu blok rumah, gedung dan bangunan diberi
simbol dan nama, gedung dan bangunan yang tidak terdapat pada informasi tepi
hanya diberi nama tanpa simbol, batas persil tanah dibuat sesuai kebutuhan.

12
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

JA

3. Jaringan jalan harus didigitasi dalam dua bentuk. Pertama sebagai dua garis sejajar
(jika lebar > 2.5 m) sehingga membentuk blok jalan. Kedua sebagai garis tungggal
pada porosnya, poros jalan digunakan untuk menggambarkan jaringan utilitas
beserta dengan atributnya.
4. Survai kelengkapan lapangan melakukan verifikasi penutupan lahan/hasil
interprestasi citra, pengecekan data atas administrasi, pengecekan unsur nama
geografis (unsur perairan, nama desa, kampung/permukiman, perumahan, bangunan
pernerintah, fasilitas urnum, fasilitas sosial, dan lainlain) dan pendetailan dari peta
Rupa Burni.

J. Pembuatan Daftar Nama Rupabumi (Gasetir)


Gasetir adalah daftar nama geografis yang dilengkapi dengan informasi tentang jenis
unsur, posisi dan lokasi dalam wilayah administratif, serta informasi lain yang diperlukan.
Prosedur pembuatan gasetir dapat dilihat pada juknis pernbuatan gasetir.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Penyajian laporan Teknis Pemutakhiran Peta Dasar Darmaraja Kabupaten Sumedang ini dibagi
dalam Tiga bab yang dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenali latar belakang, maksud dan tujuan, kegiatan
yang akan dilaksanakan, Metoda pemetaan serta sistematika pembahasan.

BAB 2 PENDEKATAN, METODOLOGI, & PROGRAM KERJA


Pada bab ini membahas tentang pendekatan pelaksanaan pekerjaan, pendekatan
teknis, organisasi dan penugasan personil, hubungan kerja, pelaksanaan pekerjaan,
metodologi pelaksanaan pekerjaan, tahapan kegiatan serta jadwal kegiatan.

13
KAK PEMUTAKHIRAN PETA DASAR DARMARAJA

BAB 3 HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada bab ini membahas dan menyajikan hasill pelaksanaan kegiatan Pemutakhiran
Peta Dasar Darmaraja.

14

Anda mungkin juga menyukai