Anda di halaman 1dari 7

KECEMASAN

Paper ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Para Atletik

Dosen Pengampu: PR. Dwi Astuti, S. Psi, M. Psi, Psikolog

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Devika Atikah Faradyla (201960052) Devie Prastiyana C. (201960125)

Nur Faizatin (201960075) Mahmudah Ulya W. (201960127)

Afiq Azzahro (201960081) Chindi Nurul F. (201960132)

Laila Nafi'ah (201960087) Hapsari Riswanda W. (201960141)

Nur Yanti (201960113) Nita afiana (201960148)

Siti Hamidah (201960117) Rafla Nur Aghnia Rizka (201960152)

Zam-zam Linggar T. (201960118) Catharine Nabila (201960157)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022/2023
A. KECEMASAN

Kecemasan adalah salah satu gejala psikologi yang identik dengan perasaan
negatif. Kecemasan dapat timbul kapan saja dan salah satu penyebab terjadinya
kecemasan adalah ketegangan yang berlebihan yang berlangsung lama (Jannah,
2016). Cox (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan menghadapi pertandingan
merupakan keadaan distress yang dialami oleh atlet sebagai kondisi emosi negative
yang harus meningkat sejalan dengan penilaian atlet atas situasi pertandingan
resmi. Gunarsa (2008) merumuskan kecemasan sebagai suatu ketegangan mental
yang menyebabkan gangguan tubuh seperti kelelahan, merasa tidak berdaya dalam
keadaan was-was terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas.
Anshel (dalam Satiadarma, 2010) mendefinisikan kecemasan olahraga
sebagai perasaan atlet bahwa sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak
menyenangkan akan terjadi. Menurut Kesuma dan Jannah (2015) mendefinisikan
kecemasan olahraga sebagai reaksi emosi negative atlet terhadap keadaan tegang
dalam menilai situasi pertandingan, yang ditandai dengan perasaan khawatir, was-
was, dan disertai dengan peningkatan rangsangan sistem faal tubuh, sehingga
menyebabkan atlet merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena
senantiasa berada dalam keadaan yang dipersepsi mengancam. Dikehidupan sehari-
hari kecemasan sering menggambarkan situasi yang dinyatakan dengan istilah
ketakutan, keprihatinan, dan juga kegelisahan (Ozen, 2018).
Perbedaan tingkat kecemasan juga dialami menurut jenis kelamin antara
laki-laki dan wanita. Berkaitan dengan kecemasan laki-laki dan wanita
(Myers,1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan
ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki, karena laki-laki lebih bisa
eksploratif dan aktif dibandingkan wanita yang lebih sensitif, laki juga memiliki rasa
lebih rileks dibandingkan wanita. (Smith,1968) mengungkapkan bahwa wanita
lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan seperti mudah
mengeluarkan air mata, kurang sabar dan merasa mudah cemas daripada laki-laki.
(Leary, 1983) menyatakan bahwa wanita memiliki skor tingkat kecemasan lebih
tinggi daripada laki-laki.
Spielberger (Gunarsa, 2008) membagi kecemasan menjadi dua, yaitu state
anxiety dan trait anxiety. Hustada (2010) mengemukakan bahwa kecemasan dibagi
menjadi dua kategori yaitu State anxiety dan Trait anxiety
1. State anxiety adalah kecemasan yang dirasakan oleh atlet dalam
waktu tertentu, ketakutan ini terjadi tidak proposional dalam situasi tertentu, dan
sifatnya hanya sementara. Misalnya menjelang pertandingan.
2. Trait anxiety adalah kecemasan yang lebih menetap dan menyebar ke
berbagai aspek kehidupan individu.
Kecemasan ini dirasakan atlet karena atlet tersebut tergolong sebagai pencemas.
American Psychological Association (APA) menjelaskan kecemasan adalah suatu
keadaan emosi yang muncul ketika individu sedang stress, dan ditandai oleh
perasaan tegang pikiran yang mebuat individu merasa khawatir sertadisertai
respon fisik (termasuk jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah) (Fitria &
Ifdil, 2020).Woodman & Hardy (dalamSinger,dkk.,2001) menjelaskan bahwa ada
faktor lain yang mempengaruhi kecemasan bertanding pada atlet, yaitu pelatih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan atlet seperti takut gagal
sebelum bertanding, takut cedera ketika didalam lapangan, takut mendapatkan
sentuhan fisik dari lawan yang lebih kuat serta juga karena takut tidak bisa
menyelesaikan pertandingan dengan baik serta adanya rasa takut gagal dalam
bertanding hal itu yang menyebabkan adanya kecemasan dalam diri atlet
(Jannah et al., 2019). Biasanya atlet laki-laki lebih mengalami kecemasan ketika dia
mengalami cedera yang mudah kambuh, lalu juga sentuhan fisik yang lebih kuat
lawannya akan mengakibatkan dirinya merasa kalah hal itu juga biasanya juga
dialami oleh atlet perempuan ketika bertanding ataupun juga sebelum bertanding,
kecemasan ini sangatlah berpengaruh pada performa setiap atlet entah berbeda
jenis kelamin. Contohnya diawal latihan atlet laki-laki dan perempuan memiliki
kemampuan yang bagus lalu ketika dalam pertandingan yang resmi dia mengalami
kecemasan akibat dari penonton yang banyak serta atlet akan mengalami
penurunan performa ketika bertanding nanti rasa takut akan gagal menyelesaikan
pertandingan dengan baik serta rasa takut itu kan mempengaruhi mental serta
psikologi dan fisik atlet, hal itu yang dikhawatirkan atlet ketika bertanding di
pertandingan resmi (Nurdiansyah & Jannah, 2021).
Meskipun demikian, kecemasan ini dapat dikendalikan melalui stabilitas
gairah (arousal) sehingga membuat atlet mencapai prestasi maksimal. Arousal yaitu
campuran dari aktivitas fisiologis dan psikologis dalam diri seorang atlet, dan hal ini
merujuk pada intensitas dimensi motivasi pada momen tertentu (Weinberg & Goul,
2011).
Selanjutnya ada beberapa bentuk latihan yang dapat mengurangi kecemasan
yaitu self-talk, imagery, konsentrasi. Seft-talk positif berisikan pernyataan yang
positif yang bisa digunakan untuk memotivasi diri dalam meningkatkan
kemampuannya (Georgakaki & Karakasidou, 2017; Hardy et al., 2007). Ada
ungkapan menjelaskan beberapa ungkapan yang bermanfaat bagi atlet yaitu: 1)
ungkapan untuk mendorong dirinya sendiri misalnya, kerja kamu bagus, pelihara
terus untuk mencapai tujuan itu, ini kesempatan kamu untuk mendominasi; 2)
upaya untuk mengendalikan, misalnya walaupun merasakan sakit tetapi
berkonsentrasilah pada setiap gerakan, persiapkan untuk melakukan strategi; 3)
berorientasi pada tujuan, seperti pita finish sudah kelihatan sekarang perpanjang
langkah anda, dan banyak lagi contoh lainnya (Hatzigeorgiadis et al., 2009).
Imagery merupakan suatu proses didalam pikiran, dimana pengalaman
sensori disimpan didalam memori dan secara internal diulang dan dialami lagi
didalam pikiran, tanpa perlu menghadirkan stimulus eksternalnya (Role, 2013).
Latihan imagery merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa
pembayangan diri atau pengalaman didalam pikiran. Latihan imagery ini sering kali
disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan
gerakan didalam pikiran (Filgueiras et al., 2018). Hal penting disini adalah atlet
merasakan dan melihat dirinya melakukan gerakan atau bereaksi tertentu secara
benar. Namun, di dalam imagery, si atlet bukan hanya melihat gerakan dirinya
namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman, bahkan
pengecapan, untuk mengulang atau menciptakan pengalaman didalam pikirannya.
Faktor utama yang berpengaruh pada konsentrasi adalah otak, karena otak
adalah unsur dominan dalam diri manusia (Edwards et al., 2007). Kemudian
membagi faktor tersebut dalam 2 sumber, yaitu sumber dari dalam diri sendiri atlet
dan bersumber dari luar diri atlet (Syazwani et al., 2017). Sumber dari dalam diri
sendiri atlet, yaitu memikirkan pengalangan yang baru saja terjadi terutama atlet
pemula, memikirkan hasil pertandingan yang akan dicapai, gangguan fisiologis,
misalnya merasa tercekik, napas tidak beraturan berakibat pada rasa tegang otot,
dan rendahnya motivasi berprestasi. Selanjutnya sumber dari luar diri atlet,
misalnya suara yang keras yang menggangu pendengaran, serta perang urat syaraf
yang dapat meningkatkan tensi darah sehingga hilang konsentrasi.
KESIMPULAN

kecemasan menghadapi pertandingan merupakan keadaan distress yang


dialami oleh atlet sebagai kondisi emosi negative yang harus meningkat sejalan
dengan penilaian atlet atas situasi pertandingan resmi. kecemasan olahraga sebagai
perasaan atlet bahwa sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak menyenangkan akan
terjadi. perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan
laki-laki, karena laki-laki lebih bisa eksploratif dan aktif dibandingkan wanita yang
lebih sensitif, laki juga memiliki rasa lebih rileks dibandingkan wanita. Kecemasan
dibagi menjadi dua kategori yaitu State anxiety dan Trait anxiety. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kecemasan atlet seperti takut gagal sebelum bertanding,
takut cedera ketika didalam lapangan, takut mendapatkan sentuhan fisik dari lawan
yang lebih kuat serta juga karena takut tidak bisa menyelesaikan pertandingan
dengan baik serta adanya rasa takut gagal dalam bertanding hal itu yang
menyebabkan adanya kecemasan dalam diri atlet. Diantara bentuk latihan yang
dapat mengurangi kecemasan yaitu self-talk, imagery, konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nurdiansyah, E. W., & Jannah, M. (2021). Perbedaan Kecemasan Atlet Laki-Laki Dan
Perempuan Pada Mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya.
Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(9), 60–65.
Pelupessy, M. K. R., & Dimyati. (2019). Kecemasan sebagai Prediktor Prestasi pada Atlet Bulu
Tangkis Remaja. PSIKOLOGIKA: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 24(1), 93–
104. https://doi.org/10.20885/psikologi.vol24.iss1.art7
Jannah, Miftakhul. (2017). Kecemasan dan konsentrasi pada atlet panahan. Jurnal Psikologi
Teori dan Terapan, 8(1), 55-57.
Sungkowo., dkk. (2021). Tingkat kecemasan atlet renang di kolam taman ria kabupaten Demak
di masa pandemi. Journal of Sport Sciences and Fitness, 7(2), 114-115.

Anda mungkin juga menyukai