Anda di halaman 1dari 2

Akhir-akhir ini, di berbagai media kita dapati informasi yang tidak pernah ada habisnya mengenai

konflik Israel-Hamas Palestina. Belakangan, konflik ini sampai memicu negara-negara besar terutama
Amerika Serikat (AS) dan Barat untuk mengirimkan kapal perang mereka guna membantu Israel.

Dan biasanya jika disitu ada AS, maka Tiongkok pun tidak akan luput dari perhatian berbagai media
terutama media Barat, yang kita tau tujuannya untuk melakukan propaganda terhadap apa yang
dilakukan Tiongkok.

Seperti pemberitaan baru-baru ini, terkait pengerahan kapal perang Tiongkok di Timur Tengah.
Media Barat lantas menyebutkan bahwa pengerahan kapal perang Tiongkok dipicu oleh
berlangsungnya konflik antara Israel dan Hamas. Lantas benarkah demikian?.

BUMPER

Belum lama ini, hampir banyak media terutama yang mengambil sumber dari berbagai media Barat
memberitakan tentang pengerahan kapal perang Tiongkok di Timur Tengah, yang disebabkan oleh
perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

Padahal, kata para analis Tiongkok bahwa pengerahan kapal perang Tiongkok di Timur Tengah adalah
bagian dari misi pengawalan rutin dan kunjungan persahabatan Tiongkok ke wilayah tersebut, bukan
merupakan campur tangan dalam konflik Israel-Palestina saat ini.

Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di AS, Liu Pengyu menyerukan agar diakhirinya hype yang tidak
berdasar mengenai pengerahan kapal perang Tiongkok ke Timur Tengah di tengah konflik Israel-
Palestina. Komentar Liu muncul setelah beberapa media Barat memberitakan Tiongkok mengirim
enam kapal perang ke Timur Tengah bulan lalu.

Militer Tiongkok lantas menjelaskan bahwa kapal perusak berpeluru kendali Zibo, fregat berpeluru
kendali Jingzhou, dan kapal pengisian ulang komprehensif Qiandaohu merupakan gugus tugas
pengawal angkatan laut Tiongkok ke-44 yang berkunjung ke Kuwait selama lima hari.

Sedangkan, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) mengungkapkan bahwa kapal
perusak berpeluru kendali Urumqi, fregat berpeluru kendali Linyi, dan kapal pengisian ulang
komprehensif Dongpinghu yang merupakan gugus tugas pengawalan angkatan laut Tiongkok ke-45
mengambil alih misi pengawalan dari angkatan laut ke-44 di Teluk Aden dan perairan Somalia.

Sehingga jelas, bahwa keenam kapal perang Tiongkok tersebut hanya melakukan praktik rutin untuk
misi pengawalan, dengan demikian, hal ini tidak ada hubungannya dengan konflik Palestina-Israel
yang sedang berlangsung.

Misi pengawalan Angkatan Laut PLA di wilayah tersebut, juga memungkinkan Tiongkok untuk
bereaksi dengan cepat terhadap setiap keadaan darurat yang mungkin timbul. Misalnya, evakuasi
warga negara Tiongkok di Sudan awal tahun ini. Artinya, kapal-kapal militer Tiongkok tersebut bisa
saja terlibat dalam tugas evakuasi jika terjadi situasi apa pun.

Makanya, meski konflik Israel-Palestina sedang memanas kapal militer Tiongkok tidak begitu khawatir
dikarenakan Tiongkok tidak memiliki rencana segera untuk mengevakuasi warganya dari Israel. Ketika
dicek, ternyata menurut Kedutaan Tiongkok di Israel bahwa Hainan Airlines milik Tiongkok masih
mengoperasikan dua penerbangan per minggu dari Tel Aviv ke Shenzhen saat ini.

Meski demikian, media asing masih saja mengaitkan operasi militer rutin Tiongkok di Timur Tengah
dengan peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut. Mereka sampai menyebutkan bahwa
AS mengirim sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan batalion sistem rudal
pertahanan udara Patriot tambahan ke Timur Tengah.
AS juga diketahui telah mengirimkan sejumlah besar kekuatan angkatan laut ke Timur Tengah
termasuk dua kapal induk, kapal pendukungnya, dan sekitar 2.000 marinir. Menteri Pertahanan AS
Lloyd Austin mengatakan bahwa dirinya telah memerintahkan kelompok penyerang dari kapal induk
Ford untuk berlayar ke wilayah timur Laut Tengah untuk bersiap-siap membantu Israel.

Inilah yang berbeda antara AS dan Tiongkok, dimana AS seringkali menggunakan kekuatan militernya
untuk terlibat atau ikut campur tangan dalam menyelesaikan perselisihan internasional, apalagi yang
berkonflik adalah Israel yang notabene sekutu dekat bahkan anak emasnya di Timur Tengah.

Sedangkan Tiongkok tidak seperti AS, sebagaimana yang dikatakan seorang profesor Institut Studi
Timur Tengah di Universitas Studi Internasional Shanghai, Ding Long bahwasanya Tiongkok tidak akan
pernah memilih campur tangan militer dalam menyelesaikan perselisihan internasional.

Makanya, dari perbedaan tersebut kita bisa menilai bahwa media asing dan politisi Barat yang
menuduh Tiongkok tidak mengutuk Hamas, dan juga memutarbalikkan fakta terkait operasi militer
rutin Tiongkok di wilayah tersebut hanya sebuah propaganda.

Menurut Ding Long, propaganda tersebut adalah sebuah taktik yang mereka gunakan untuk
melibatkan Tiongkok lebih dalam terkait konflik, sehingga dapat mencoreng peran Beijing dalam
negosiasi mengenai Hamas.

Itulah sebabnya, utusan khusus pemerintah Tiongkok untuk masalah Timur Tengah, Zhai Jun bertemu
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul-Gheit agar menyerukan “gencatan senjata segera dan
penyelamatan kemanusiaan harus dilakukan.”

Zhai Jun mengatakan, Tiongkok sangat sedih dengan banyaknya korban sipil dan memburuknya
situasi kemanusiaan akibat konflik tersebut, serta sangat prihatin dengan kemungkinan eskalasi
konflik lebih lanjut yang bisa saja terjadi.

Apa yang telah diupayakan Tiogkok untuk melakukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di
Jalur Gaza, menurut Ding Long telah diterima oleh komunitas internasional. Sementara tindakan AS
yang memicu konflik dan kegagalan untuk mengekang naluri balas dendam Israel, kata Din Long
justru membuat upaya internasional untuk meredakan perang menjadi frustrasi.

Karena yang ditakutkan, apabila kekuatan militer regional seperti Hizbullah di Lebanon akan
menggunakan operasi darat Israel sebagai alasan untuk terlibat dalam konflik, sehingga memicu
dampak buruk ke wilayah yang lebih luas jika skenario seperti itu terjadi. Makanya kata Ding Long,
kehadiran AS di kawasan ini justru semakin menambah ketegangan yang sudah meningkat.

Setidaknya itu pula yang telah dikatakan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Lloyd
Austin bahwasanya perang Israel-Hamas akan meningkat jika kekuatan militer regional terlibat.
Namun, AS sepertinya amnesia bahwa justru ketegangan yang selama ini terus meningkat di Timur
Tengah atau kawasan lainnya sebenarnya dipicu atau disebabkan oleh dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai