Anda di halaman 1dari 2

Saat Amerika Serikat (AS) melindungi Israel secara besar-besaran bahkan dengan mengerahkan dua

kapal induknya dalam melawan Hamas di Gaza baru-baru ini, Tiongkok pun kembali menegaskan
dukungannya untuk negara Palestina Merdeka.

Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi lantas menegaskan bahwa dukungan Tiongkok untuk negara
Palestina merdeka adalah jalan keluar dari konflik di Israel dan Gaza. Dalam percakapan telepon
dengan rekannya dari Iran, Wang Yi menggambarkan Tiongkok sebagai perantara perdamaian.

Ia mengatakan Tiongkok akan berdiri di sisi perdamaian dan keadilan serta mendukung rakyat
Palestina dalam upaya mereka untuk menjaga hak-hak nasional mereka. Inilah alasan mendasar
mengapa situasi di Palestina dan Israel berkembang hingga saat ini, lantaran hak rakyat Palestina
untuk bernegara telah lama tertahan.

Lantas apa yang mendasari Tiongkok begitu peduli terhadap nasib Palestina? Dan bagaimana upaya
Tiongkok dalam mendukung Palestina selama ini?.

BUMPER

Kita tau bahwa Amerika Serikat (AS) telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi Israel. Tentu
hal ini mendapat kecaman dari banyak negara, khususnya Tiongkok yang menjunjung perdamaian
dan keadilan. Bagi Tiongkok mendukung Palestina sama seperti mendukung keadilan, karena
Palestina selama ini diperlakukan tidak adil dengan ditahannya hak rakyat Palestina untuk bernegara.

Hal itulah yang mendasari Tiongkok, untuk berani mengambil sikap tegas mendukung Palestina

Duta Besar Tiongkok untuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Zhang Jun dalam pernyataanya di
komunitas internasional tentang rencana aneksasi Israel pada tahun 2020 lalu menegaskan,
Tiongkok sangat prihatin dengan laporan rencana pencaplokan sebagian wilayah Palestina yang
diduduki Israel. Menurutnya, rencana semacam itu akan melanggar hukum internasional dan resolusi
PBB yang relevan serta mengganggu solusi dua negara.

Zhang kemudian mendesak pihak terkait untuk menahan diri dan tidakmengambil tindakan sepihak,
serta melakukan yang terbaik untuk mengurangi konflik dan ketegangan.

Zhang Jun juga mengatakan, Presiden Tiongkok Xi Jinping saat itu telah berbicara dengan Presiden
Palestina Mahmoud Abbas bahwa Tiongkok sebagai "teman tulus rakyat Palestina" mendukung
seruan Palestina untuk negosiasi yang dimediasi internasional dan bersedia mempertimbangkan
untuk mengambil bagian di dalamnya.

Makanya saat konflik antara Israel dan Palestina kembali meletus pada tahun 2021, Tiongkok kembali
membuktikan upayanya mendukung Palestina. Dimana, Pemerintah Tiongkok mengecam tindakan
pemerintah AS yang "mengabaikan penderitaan" rakyat Palestina, setelah Washington sempat
memblokir rencana pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas konflik antara Israel-
Palestina.

Saat itu, AS yang menjadi perisai diplomatik Israel di PBB, memblokir sesi sidang Dewan Keamanan
PBB yang semula dijadwalkan pada 14 Mei 2021 ditengah pertumpahan darah yang terus terjadi di
Gaza. Namun, berkat upaya kuat Tiongkok dan negara lainnya, membuat pemerintah AS akhirnya
setuju sehingga sesi sidang Dewan Keamanan pun dapat dilaksanakan pada 16 Mei 2021.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok saat itu, Hua Chunying mengatakan bahwa AS secara
sepihak menghalangi Dewan Keamanan untuk berbicara tentang krisis di Gaza, sehingga AS bisa
dikatakan berdiri disisi berlawanan dari komunitas internasional.
Disamping itu, Zhao Lijian selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada saat itu juga
menyatakan Tiongkok sebagai ketua bergilir dari Dewan Keamanan PBB mendorong gencatan senjata
dan penyaluran bantuan kemanusiaan. Namun, pemblokiran oleh 'satu negara' telah mencegah
Dewan Keamanan PBB berbicara dengan satu suara.

Zhao kemudian menyerukan kepada AS untuk memikul tanggung jawabnya dan mengambil posisi
yang tidak memihak untuk mendukung dewan dan memainkan perannya dalam meredakan situasi
dan membangun kembali kepercayaan sebagai solusi politik.

Dikesempatan itu Zhao juga menegaskan, Israel harus menahan diri, dan secara efektif mematuhi
resolusi PBB yang relevan. menghormati status quo bersejarah atas Yerusalem sebagai situs suci
keagamaan.

Meski Israel telah mendapat kecaman dari komunitas internasional, nyatanya hal itu tidak membuat
AS beralih dari tindakannya melindungi Israel selama ini. Buktinya sudah tiga kali AS mengambil hak
veto untuk menghentikan upaya dewan keamanan PBB menyikapi konflik Israel-Palestina.

Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pertama yang dilaksanakan pada 10-12 Mei 2021
misalnya, AS mengambil sikap untuk menghentikan upaya tersebut. Kemudian pada pertemuan
darurat Dewan Keamanan PBB yang kedua kalinya pada 13 Mei 2021, juga tidak ada keputusan
bersama semua anggota Dewan Keamanan PBB terkait konflik Israel-Palestina.

Pada pertemuan kedua tersebut sebetulnya 14 dari 15 anggota dewan mendukung adopsi deklarasi
bersama untuk mengurangi ketegangan antara Israel dan Palestina. Namun, AS yang merupakan
sekutu dekat Israel menentang hal itu. AS menilai Dewan Keamanan PBB cukup mengeluarkan
sebuah pernyataan keprihatinan. Menurutnya, deklarasi bersama itu "kontraproduktif".

Lantaran tidak mendapatkan suara bulat, akhirnya tiga negara anggota Dewan Keamanan PBB yakni
Tunisia, Norwegia, dan Tiongkok meminta agar pertemuan darurat kembali digelar. Tujuan dari
pertemuan baru tersebut sebetulnya untuk mencoba berkontribusi pada perdamaian dan agar
Dewan Keamanan dapat mengekspresikan dirinya dan menyerukan gencatan senjata.

Namun lagi-lagi, pada pertemuan ketiga yang digelar pada 16-17 Mei 2021 kembali menemui jalan
buntu. Pasalnya AS kembali memblokir diadopsinya pernyataan gabungan Dewan Keamanan PBB
yang menyerukan penghentian kekerasan antara Israel dan Palestina.

Pemblokiran oleh AS dalam forum Dewan Keamanan PBB ini pun memicu digelarnya serangkaian sesi
tertutup darurat yang baru pada 18 Mei 2021. Sedangkan draf yang telah disusun oleh Tiongkok,
Tunisia, dan Norwegia yang diserahkan pada pertemuan ketiga untuk disetujui 15 negara anggota
Dewan Keamanan PBB akhirnya dimentahkan oleh AS.

Oleh karena itu, kegagalan PBB sebagai akibat dari veto AS inilah yang mendorong Tiongkok
menyediakan diri menjadi tuan rumah perundingan damai antara Palestina dan Israel. Tawaran
Tiongkok itu jelas menegaskan keseriusannya untuk menjadi mediator penting dalam isu Palestina-
Israel.

Jika Tiongkok dapat mewujudkan perundingan damai itu, maka dinamika perdamaian antara
Palestina-Israel menjadi semakin menarik. Lantaran pelaksanaan perundingan itu menunjukkan
bahwa Israel bersedia duduk semeja dengan Palestina. Sehingga AS mau tidak mau harus menerima
peran Tiongkok sebagai mediator perdamaian kedua pihak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai