Anda di halaman 1dari 3

Pemerintah Tiongkok akhirnya menerbitkan visa untuk semua kategori bagi pelaku perjalanan asing

mulai 15 Maret 2023. Pihak Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan, kebijakan ini
bertujuan memperluas perjalanan lintas batas. https://www.youtube.com/watch?v=lnZoBcbXh7I
(Durasi: 00.20-00.35)

Dimulainya kembali penerbitan visa untuk turis menandai dorongan yang lebih luas dari Beijing
untuk menormalkan perjalanan dua arah antara Tiongkok dan dunia, setelah sebelumnya mencabut
imbauan kepada warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri pada bulan
Januari.

Daerah-daerah di Tiongkok yang tidak memerlukan visa sebelum pandemi akan kembali bebas visa.
Seperti misalnya Hainan, yang menjadi tujuan favorit bagi orang Rusia, selain itu bebas visa untuk
orang asing dari Hong Kong dan Makau ke provinsi paling makmur di Tiongkok, Guangdong juga akan
dilanjutkan. Lantas seperti apa manfaat dan keuntungan pariwisata bagi Tiongkok? Adakah
kepentingan politik Tiongkok didalamnya?. https://jatim.antaranews.com/rilis-pers/3440910/china-
akan-longgarkan-kebijakan-visa-dan-kunjungan (SS paragraf 1 - 4)

BUMPER

Pariwisata tentu menjadi semakin penting bagi Tiongkok baik sebagai sumber pendapatan maupun
sarana untuk meningkatkan citra internasionalnya. Bahkan manfaat ekonomi dari pariwisata juga
sangat besar bagi Tiongkok. https://www.youtube.com/watch?v=lnZoBcbXh7I (Durasi: 00.45-01.00)

Lihat saja, pada tahun lalu Tiongkok menempati peringkat kedua di dunia untuk kontribusi perjalanan
dan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 814,1 miliar dollar. Sedangkan pada
tahun 2018, Tiongkok juga menempati peringkat yang sama dengan kontribusi Produk Domestik
Bruto 1,5 triliun dollar, dan berkontribusi terhadap lapangan kerja Tiongkok sebesar 79,9 juta
pekerjaan, angka ini menduduki peringkat pertama di dunia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_China Pariwisata di Tiongkok (SS paragraf 2)

Nah, kemudian pada tahun yang sama, Tiongkok juga menginvestasikan 155 miliar dollar untuk
infrastruktur pariwisatanya, jumlah ini kedua terbesar setelah Amerika Serikat itu artinya, secara
keseluruhan pariwisata telah menyumbang 11 persen dari total PDB Tiongkok pada tahun 2018.
https://chinapower.csis.org/tourism/ Apakah Tiongkok Menarik Pengunjung Asing? (SS pragrf “155”)

Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia memproyeksikan bahwa pada tahun 2028 nanti, ekonomi
Tiongkok akan mendapat manfaat dari perjalanan dan pariwisata lebih banyak daripada negara mana
pun, bahkan Tiongkok kini telah menjadi salah satu pasar wisata outbound terbesar di dunia.

Menurut Euromonitor International, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang lebih tinggi di
negara-negara Asia terdekat akan membantu Tiongkok menjadi tujuan wisata nomor satu dunia pada
tahun 2030 nanti. https://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_China (SS pragrf 1, gausa judul & gmbr)

Selain itu, pemerintah Tiongkok juga diketahui telah melakukan upaya bersama untuk menarik orang
asing datang ke Tiongkok. Itulah mengapa, sejak mengamankan tawaran menjadi tuan rumah
Olimpiade tahun 2008 di Beijing, Tiongkok terus menekankan pariwisata sebagai prioritas
nasionalnya.

Dan memang, Beijing akhirnya memenangkan tender untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim
Dingin tahun 2022 lalu. Itu berarti, Tiongkok telah mengamankan tawaran Olimpiade Musim Dingin
tersebut sesuai dengan rencana lima tahun Dewan Negara untuk pengembangan pariwisata yang
dirilis pada tahun 2016 silam. Dalam rencana lima tahun tersebut tercantum, pariwisata olahraga
musim dingin sebagai bagian penting untuk meningkatkan pendapatan pariwisata sekitar 1 triliun
dollar pada tahun 2020.
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20150731181706-178-69398/beijing-jadi-tuan-rumah-
olimpiade-musim-dingin-2022 (SS paragraf 1 - 3)

Oleh karena jumlah pengunjung asing ke Tiongkok terus meningkat, maka investasi Tiongkok dalam
pariwisata domestik kemungkinan besar juga akan meningkat. Karena itu, pada tahun 2028
diperkirakan bahwa Tiongkok akan menginvestasikan hampir 310 miliar dollar untuk pariwisata.
Investasi tersebut bahkan melampaui pengeluaran AS yang diproyeksikan hanya sebesar 303 miliar
dollar. https://chinapower.csis.org/tourism/ (SS paragraf “310”, gak usah judul & gambar)

Dan tidak hanya itu, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berwisata ke Tiongkok
nyatanya juga sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan Tiongkok yang berwisata ke luar negeri.
Selain Hong Kong, Makau, dan Taiwan yang merupakan salah satu tujuan utama wisatawan Tiongkok.
Para wisatawan tersebut, sebagian besar melakukan perjalanan ke destinasi di Asia. Bahkan AS juga
tidak luput menjadi tujuan utama bagi wisatawan Tiongkok.

Menurut Administrasi Perdagangan Internasional AS, sekitar tiga juta pengunjung Tiongkok
melakukan perjalanan ke AS pada tahun 2018. Hal ini menjadikan Tiongkok sebagai sumber
wisatawan terbesar kelima bagi AS pada tahun itu setelah Kanada, Meksiko, Inggris , dan Jepang.
https://chinapower.csis.org/tourism/ (SS pragraf “8.4” & 1 pragraf dibawa, gausa judul & gambar)

Wisatawan Tiongkok juga menghabiskan rata-rata lebih dari 11.500 dollar per orang di AS pada tahun
2018, secara total, wisatawan Tiongkok menghabiskan 34,6 miliar dollar di AS pada tahun 2018,
Sebagian besar turis Tiongkok menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang mewah kelas
atas, karena wisatawan Tiongkok rata-rata menghabiskan 10 persen lebih banyak anggaran
perjalanan mereka untuk berbelanja dibandingan wisatawan lainnya.

Contoh lain misalnya di Prancis, wisatawan Tiongkok di Prancis berduyun-duyun mencari merek
terkenal seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Dior. rata-rata turis Tiongkok menghabiskan sekitar 1.000
euro. Di Prancis. Itulah sebabnya, Tiongkok telah muncul sebagai pemain utama di pasar barang
mewah internasional seiring meningkatnya pariwisata outbound.
https://chinapower.csis.org/tourism/ (SS pragraf “1,0” & 1 pragraf dibawa, gausa judul & gambar)

Banyak analis percaya bahwa tren ini mungkin akan berubah. McKinsey misalnya menemukan dalam
surveinya pada tahun 2018, meskipun 19 persen wisatawan Tiongkok lebih suka berbelanja saat
liburan, namun persentase wisatawan Tiongkok yang lebih tinggi yakni 20 persen malah
menempatkan tamasya sebagai prioritas utama mereka.

Kepentingan Tiongkok yang meningkat dalam pariwisata internasional, dan dampak finansial dari
wisatawan Tiongkok nyatanya telah memberikan kesempatan kepada pemerintah Tiongkok untuk
secara tidak langsung mempengaruhi politik internasional. Seperti pada tahun 2006 misalnya,
dimana pemerintah Tiongkok meluncurkan kampanye iklan nasional untuk mendidik wisatawan
Tiongkok tentang perilaku yang sesuai saat berada di luar negeri.
https://www.beritasatu.com/asia/117210/china-luncurkan-kampanye-perilaku-bagi-warganya#! (SS
paragraf 1 – 3)

Kampanye itu berupa “buku panduan perilaku wisatawan yang beradab” yang menguraikan panduan
untuk perilaku yang dapat diterima, seperti berpakaian dengan pantas dan lain sebagainya. Selain
itu, Administrasi Pariwisata Nasional Tiongkok juga mengeluarkan pedoman pada tahun 2013 yang
mengingatkan wisatawan Tiongkok untuk menjadi wisatawan yang “beradab”.
Hal itu mengisyaratkan, jika pemerintah Tiongkok telah secara aktif berupaya memengaruhi perilaku
wisatawan dalam upaya meningkatkan persepsi tentang Tiongkok. Seperti yang terjadi pada tahun
2008, dimana Tiongkok berupaya untuk meningkatkan hubungan lintas-selat dan memperkuat
ekonomi Taiwan yang melemah, pemerintah Tiongkok lantas secara aktif mendorong wisatawan
Tiongkok untuk mengunjungi Taiwan ketika Kuomintang kembali berkuasa. https:// /a/pariwisata-
taiwan-dan-hubungan-bilateral-dengan-china/2829240.html (SS paragraf 1 - 3)

Pengalaman Tiongkok seperti inilah yang mengindikasikan secara jelas bahwa Tiongkok ternyata
menggunakan pariwisata sebagai bentuk soft power yang dapat diterima secara luas, tidak hanya
demi kepentingan ekonomi melainkan juga kepentingan politik.

Anda mungkin juga menyukai