Anda di halaman 1dari 96

Modul Akhlak SMPI 2

‫مادة‬
‫االداب واالخالق‬
Kelas 8

Marwan Hadidi, M.Pd.I

Blog: http://wawasankeislaman.blogspot.com
Telegram: http://t.me/wawasan_muslim

1
Modul Akhlak SMPI 2

Mukadimah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia,


baik akhlak kepada Allah, kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Beliau shallallahu 'alaihi
wa sallam pernah bersabda,

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik, niscaya perbuatan baik akan menghapusnya dan bergaullah terhadap orang lain
dengan akhlak yang baik.” (Hasan shahih, Hr. Tirmidzi)

Dengan bertakwa kepada Allah, maka akhlak manusia kepada Tuhannya menjadi baik.
dengan mengiringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka akhlak manusia kepada diri
sendiri menjadi baik, dan dengan bergaul terhadap manusia dengan akhlak yang baik, maka akhlak
seorang kepada orang lain menjadi baik. Dengan begitu, hubungannya kepada semua pihak pun
baik, sehingga ia pun dicintai oleh Allah kemudian dicintai oleh manusia. Jika sudah begitu, tentu ia
merasakan kenyamanan tinggal di mana saja dan manusia akan merasakan kehilangan jika ia pergi
meninggalkan mereka.

Untuk itulah, kami menyiapkan Modul Akhlak ini agar tujuan tersebut di atas dapat dicapai
insya Allah. Materi-materi yang ada di dalamnya, kami banyak ambil dari situs islam.aljayyash.net,
kemudian kami pilih hadits-hadits yang shahih atau hasan saja dengan bantuan software yang
kami miliki, seperti Maktabah Syamilah beberapa versi dan Mausu'ah Haditsiyyah
Mushaghgharah.

Tidak lupa pula, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman asatidzah yang
telah bersedia mengoreksi isi buku ini dan memberikan masukan, seperti Ust. Khairi As Salakiy,
Ust. M. Mirjani, dan Ust. M. Fajar Basuki, semoga Allah membalas mereka semua dengan
kebaikan.

Kami meminta kepada Allah Rabbana, karena Dia saja yang dapat mengabulkan
permintaan, agar Dia menjadikan amal kami ini ikhlas dan bermanfaat untuk anak-anak kami.
Rabbanaa taqabbal mina innaka antas samii’ul ‘alim wa tub ‘alainaainnaka antat Tawwaburr
Rahiim.

Jakarta, 11 Shafar 1432 H


16 Januari 2011 M

Marwan bin Musa

2
Modul Akhlak SMPI 2

4
3
Modul Akhlak SMPI 2

4
Modul Akhlak SMPI 2

Daftar Isi
Mukadimah………………………………………………………………………………………………………………………….... 2
Daftar Silabus.....……………………………………………………………………………………………………………………. 3
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………… 5

Semester I
Ikhlas……………………..……………………………………………………………………………………………………………… 7
Sabar…………………..………………………………………………………………………………………………………………… 13
Shidq (Jujur)………………………………………………………………………………………………………………………….. 20
Amanah……………………………………………………………………..…………………………………………………………. 28
Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua orang Tua).…………………………………………………………….. 34
Qana’ah………………….…………………………………………………………………………………………………………….. 40
Karm (Sikap Mulia) .……………………………………………………………………………………………………………… 46

Semester II
Hilm (Santun) …..……………………………………………………………………………………………………………………. 53
Rifq (Lembut) ………………………..……………………………………………………………………………………………… 59
Adil………………………………………..……………………………………………………………………………………………… 65
Malu…………….………..……………………………………………………………………………………………………………… 72
Syukur…………………….…………………………………………………………………………………………………………….. 78
Menjaga Lisan……………………………………………………………………………………………………………………….. 85
Itsar……………………………….……………………………………………………………………………………………………… 91

5
‫‪Modul Akhlak SMPI 2‬‬

‫الفصل الدراسي األَول‬

‫‪6‬‬
Modul Akhlak SMPI 2

Ikhlas

A. Apa itu Ikhlas?

Ikhlas adalah seorang muslim menjadikan


semua amalnya karena Allah subhaanahu wa
Ta’ala, yakni karena mencari keridhaan-Nya,
bukan agar dilihat dan disebut namanya. Ia
tidaklah beramal agar dilihat manusia dan agar
mereka membicarakan tentang amalnya,
memuji dan menyanjungnya.
.
B. Ikhlas wajib pada setiap amal.

Seorang muslim wajib mengikhlaskan niatnya :


dalam setiap amal yang ia lakukan agar diterima
Allah, karena Allah subhaanahu wa Ta’ala tidak
menerima amal selain yang ikhlas karena
mengharapkan wajah-Nya Ta’ala. Allah Ta’ala -
berfirman dalam kitab-Nya, “Padahal mereka
tidak disuruh kecuali agar menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Qs.     
Al Bayyinah: 5) Allah Ta’ala juga berfirman,
“Ingatlah, milik Allah-lah agama yang bersih
5    
(dari syirk).” (Qs. Az Zumar: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 3


bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima
amal selain yang ikhlas karena-Nya dan mencari :
keridhaan-Nya.” (HR. Nasa’i, dihasankan Syaikh
Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1856)

7
Modul Akhlak SMPI 2
Ikhlas merupakan sifat yang mesti ada pada
seorang muslim, baik ia pekerja, pedagang,
penuntut ilmu maupun lainnya. Pekerja (yang
ikhlas) akan bekerja dengan profesional, karena
Allah memerintahkan profesional dalam bekerja
dan memperbagusnya. Pedagang juga akan
bertakwa kepada Allah dalam berdagang, ia pun
tidak terlalu menaikkan harganya kepada orang
lain, ia hanyalah mencari keuntungan yang halal
saja selamanya, sedangkan penuntut ilmu akan
berusaha mengingat pelajarannya dan berusaha
mengambil pelajaran yang diperolehnya,
dimana niatnya adalah mencari keridhaan Allah
dan memberi manfaat kepada kaum muslimin
dengan ilmunya itu. .

C. Ikhlas adalah sifat para nabi

Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Musa


‘alaihis salam, “Dan ceritakanlah (wahai :
Muhammad kepada mereka), kisah Musa di
dalam Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia  
adalah seorang yang ikhlas dan seorang Rasul
dan Nabi.” (Qs. Maryam: 51)        

Allah ‘Azza wa Jalla juga menyifati Ibrahim,


Ishaq dan Ya’qub ‘alaihimus salam dengan sifat 51  
ikhlas. Dia berfirman, “Dan ingatlah hamba-
hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar
dan ilmu-ilmu yang tinggi.--Sesungguhnya Kami
telah mengikhlaskan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi yaitu selalu mengingatkan

8
Modul Akhlak SMPI 2
(manusia) kepada negeri akhirat.--Dan
sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-
benar termasuk orang-orang pilihan yang . 47 45
paling baik.” (Qs. Shaad: 45-47)

D. Ikhlas dalam niat

Suatu ketika beberapa orang pergi mendatangi


:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berkata, “Wahai Rasulullah, kami ingin keluar
bersamamu dalam perang Tabuk, tetapi kami
tidak memiliki perlengkapan dan senjata.”
Ketika itu, Nabi shallalhu ‘alaihi wa sallam
sendiri tidak mempunyai sesuatu yang dapat
digunakan untuk membantu mereka, maka
akhirnya Beliau memerintahkan mereka untuk
pulang. Mereka pun pulang dalam keadaan
bersedih karena tidak dapat berjihad di jalan
Allah, maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan
ayat Al Qur’an yang dibaca sampai hari Kiamat
tentang mereka, “Tidak ada dosa (karena tidak
pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah,
orang-orang yang sakit dan atas orang-orang
yang tidak memperoleh apa yang akan mereka
nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas
kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan
sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang
yang berbuat baik, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang,--Dan tidak ada (pula)
dosa atas orang-orang yang apabila mereka
datang kepadamu, agar kamu memberi mereka
kendaraan, lalu kamu berkata, "Aku tidak
91 .
memperoleh kendaraan untuk membawamu."

9
Modul Akhlak SMPI 2
lalu mereka kembali, sedangkan mata mereka
. 92
mengucurkan air mata karena kesedihan,
karena mereka tidak memperoleh apa yang
akan mereka nafkahkan.” (Qs. At Taubah: 91-
92)

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


telah berangkat perang, maka Beliau bersabda
kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya di
Madinah terdapat beberapa orang yang kita
.
tinggalkan, dimana tidaklah kita melewati bukit
maupun lembah, kecuali mereka bersama kita
(maksudnya, mendapatkan pahala seperti kita),
namun mereka terhalang oleh uzur.” (HR.
Bukhari) :

E. Ikhlas dalam beribadah -


Allah Ta’ala tidaklah menerima ketaatan dan
ibadah seseorang kecuali apabila ikhlas karena-
Nya. Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda meriwayatkan firman Allah Ta’ala
dalam hadits qudsi, “Aku adalah Tuhan yang
paling tidak membutuhkan sekutu. Barang
siapa yang mengerjakan amal dengan
.
menyekutukan yang lain bersama-Ku, maka Aku
tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, seorang muslim dalam


shalatnya menghadap Allah Rabbul ‘aalamiin, ia
mengerjakannya dengan khusyu’, tenang dan
sopan. Ia juga menjalankan puasa karena
mengharap pahala Allah, bukan agar dikatakan
orang lain, “Sesungguhnya ia rajin shalat, suka

10
Modul Akhlak SMPI 2
membersihkan hatinya, telah haji, atau rajin
.
puasa, “ bahkan yang dicari dari setiap amalnya
adalah keridhaan Allah subhaanahu wa Ta’ala.
:
F. Balasan untuk orang-orang yang ikhlas

Seorang muslim yang ikhlas akan dijauhi oleh


setan dan tidak dibisikinya, karena Allah
subhaanahu wa Ta’ala menjaga orang-orang
mukmin yang ikhlas dari gangguan setan. Kita
akan menemukan hal itu sebagaimana yang
diceritakan Al Qur’an ketika menyebutkan :
ucapan setan, “Iblis berkata, "Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
40 39
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,--kecuali hamba-hamba Engkau yang
ikhlas di antara mereka.” (Qs. Al Hijr: 39-40)       

Allah Ta’ala juga berfirman menyebutkan


        
tentang pahala orang-orang yang ikhlas dan
balasan untuk mereka di akhirat, “Kecuali
orang-orang yang bertobat dan mengadakan . 146 }    

perbaikan, dan berpegang teguh pada (agama)


Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah
bersama-sama orang yang beriman dan kelak
Allah akan memberikan kepada orang-orang
yang beriman pahala yang besar.” (Qs. An
Nisaa’: 146)

11
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini


1. Apa arti ikhlas?
2. Tulis dalil yang memerintahkan kita berbuat ikhlas dalam Al Qur’an!
3. Tulis dalil yang memerintahkan kita berbuat ikhlas dalam As Sunnah!
4. Tulis satu dalil yang menerangkan bahwa ikhlas merupakan sifat para nabi!
5. Apa balasan untuk orang yang ikhlas?

12
Modul Akhlak SMPI 2

Sabar
Sabar

Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


melewati sebuah kubur dan melihat seorang
wanita yang duduk di sampingnya sambil
menangis karena anaknya yang telah
meninggal, lalu Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah.” Wanita itu menjawab,
“Menyingkirlah dariku, sesungguhnya engkau
tidak mendapatkan musibah sepertiku.” Lalu .
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi,
sedangkan wanita itu tidak mengetahui siapa
orang itu, lalu orang-orang memberitahukan
kepadanya, bahwa sesungguhnya dia adalah
Rasulullah shalllalahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu
juga, wanita itu pergi mendatangi rumah Nabi
shalllallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta
maaf kepada Beliau dan ia berkata, “Aku belum
mengenalmu.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya
kesabaran itu pada benturan yang pertama.”
(Muttafaq ‘alaih) Maksudnya seseorang harus
bersabar di awal musibah.
.

A. Apa itu sabar?

Sabar artinya seseorang melaksanakan apa yang


diperintahkan Allah, ia pun melaksanakannya
secara sempurna dan menjauhi apa yang
dilarang-Nya, serta menerima dengan jiwa yang
ridha musibah dan penderitaan yang
menimpanya.

Seorang muslim juga menghiasi diri dengan


sabar, siap memikul berbagai penderitaan dan
tidak keluh kesah, serta tidak bersedih terhadap         
musibah yang menimpanya. Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! . 153   
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai

13
Modul Akhlak SMPI 2
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Qs. Al Baqarah: 153)
:
B. Sabar adalah akhlak para nabi
-
Para nabi Allah –semoga shalawat Allah
terlimpah kepada mereka- telah memberikan
contoh mengagumkan dalam kesabaran dan
kesiapan memikul penderitaan karena dakwah
ilallah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri


telah memikul berbagai penderitaan demi
menyebarkan agama Islam. Ketika itu, orang-
orang Quraisy menolak ajakan Beliau kepada
Islam dan mencaci-makinya serta tidak
memenuhi ajakannya, sedangkan tetangga
Beliau yang musyrik selalu menyakitinya dan
menaruh sesuatu yang membahayakan di
depan rumahnya, tetapi Beliau tidak
membalasnya kecuali dengan kesabaran yang
indah. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata menerangkan tentang kesabaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
kesiapan Beliau dalam memikul gangguan,
“Sepertinya aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyerupai seorang Nabi di
antara para nabi yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah-darah sambil beliau mengusap
darah yang mengalir dari wajahnya lalu
bersabda, "Ya Allah, ampunilah kaumku karena
mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Allah subhaanahu wa Ta’ala juga menyifati


banyak para nabi-Nya dengan sifat sabar, Dia     
berfirman,
     
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli.
Semua mereka termasuk orang-orang yang
sabar.-- Kami telah memasukkan mereka ke      
dalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka
termasuk orang-orang yang saleh.” (Terj. Qs. Al 86 85
Anbiya’: 85-86)

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang


yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-
rasul telah bersabar.” (Terj. Qs. Al Ahqaaf: 35)
35
14
Modul Akhlak SMPI 2
Para rasul yang memiliki keteguhan hati adalah
Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa
dan Nabi Muhammad ‘alaihimush shalaatu was -.
salam.
      
Allah Ta’ala juga berfirman,
34       
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)
rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka
sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan
(yang dilakukan) terhadap mereka, sampai
datang pertolongan Allah kepada mereka.”      :
(Terj. Qs. Al An’aam: 34)

Dia juga berfirman tentang Nabi-Nya Ayyub


44     
‘alaihis salam,

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub)


seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia sangat taat (kepada
Tuhannya).” (Terj. Qs. Shaad: 44)

Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang yang


banyak harta dan keluarga. Allah subhaanahu
wa Ta’ala menguji semua miliknya itu, ia pun
tertimpa berbagai penyakit, dan senantiasa
berada di tempat tidurnya dalam waktu
bertahun-tahun, harta dan anak-anaknya pun
tiada, dan tidak tersisa lagi selain istrinya yang
.
berdiri mendampinginya dengan sabar dan
mengharapkan pahala serta selalu setia
kepadanya. Ayyub percaya, bahwa hal itu
merupakan ketetapan Allah, maka lisannya
senantiasa berdzikr dan hatinya selalu
bersyukur, maka tiba saatnya Allah
memerintahkan kepadanya untuk
menghentakkan kakinya ke tanah, ia pun
melakukannya, maka Allah mengeluarkan
untuknya mata air yang sejuk airnya, dan
memerintahkan kepadanya untuk mandi dan
minum dari air itu, ia pun melakukannya, maka
Allah menghilangkan rasa sakit, penderitaan
dan sakitnya serta menggantinya dengan
     
kesehatan, penampilan yang indah dan harta
yang banyak serta menggantinya dengan anak-
anak yang saleh sebagai balasan terhadap 43     
kesabarannya. Allah subhhanahu wa Ta’ala
berfirman,

15
Modul Akhlak SMPI 2
“Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan
:
(kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai     
fikiran.” (Terj. Qs. Shaad: 43)

Keutamaan sabar 10  

Allah subhaanahu wa Ta’ala menyiapkan untuk


orang-orang yang sabar pahala yang besar dan
ampunan yang luas. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.” (Terj. Qs. Az Zumar: 10)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Tidak ada suatu pemberian kepada
.
seseorang yang lebih baik dan lebih luas
daripada kesabaran.” (Muttafaq ‘alaih)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga


bersabda, “Tidaklah menimpa seorang muslim
sebuah kelelahan, penyakit, kekhawatiran,
kesedihan, gangguan dan kegundahan bahkan :
duri yang melukainya kecuali Allah subhaanahu
wa Ta’ala akan menghapuskan dengannya
kesalahannya.” (Muttafaq ‘alaihi)

Macam-macam kesabaran

Sabar banyak macamnya, di antaranya: sabar .


dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat,
sabar terhadap penyakit, sabar terhadap
musibah, sabar terhadap kemiskinan yang
menimpa, sabar terhadap gangguan manusia,
dll.

Sabar dalam ketaatan

Seorang muslim sabar dalam menjalankan


ketaatan, karena ketaatan butuh kesungguhan   -
dan tekad yang kuat untuk melakukannya pada
waktu-waktunya dengan cara yang baik dan . 132    
senantiasa menjaganya. Allah Ta’ala berfirman
kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya.” (Terj. Qs. Thaha: 132)

16
Modul Akhlak SMPI 2
Sabar dalam menjauhi kemaksiatan

Seorang muslim melawan segala hasutan yang


membuat indah maksiat, dan hal ini tentu
membutuhkan kesabaran yang besar dan
kehendak yang kuat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang
berhijrah yang paling utama adalah orang yang
meninggalkan apa yang dilarang Allah, dan
sebaik-baik jihad adalah orang yang berjihad
melawan hawa nafsunya di jalan Allah.” (HR. .
Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 1129)

Sabar terhadap sakit

Apabila seorang muslim bersabar terhadap sakit


yang Allah berikan, maka Allah Subhaanahu wa
Ta’ala akan membalasnya dengan balasan yang
sebaik-baiknya. Demikian pula sabarnya -
seorang muslim terhadap sakitnya merupakan
sebab masuknya ia ke surga.

As Sayyidah Ummu Zufar radhiyallahu ‘anha


adalah seorang yang terkena penyakit ayan, lalu
ia meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam agar Beliau berdoa kepada Allah
memberikan kesembuhan kepadanya, maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya, “Jika kamu mau bersabar, maka
kamu akan memperoleh surga, dan jika kamu
mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar
Dia menyembuhkanmu.” Maka ia lebih memilih
sabar terhadap penyakitnya dan ia akan .
memperoleh surga di akhirat. (Muttafaq ‘alaih)

Allah Ta’ala juga berfirman dalam hadits qudsi,


“Jika Aku memberi cobaan kepada hamba-Ku
dengan (mencabut penglihatan) kedua
matanya, lalu ia bersabar, maka Aku akan
menggantikan keduanya dengan surga.” (HR.
Bukhari)

Sabar terhadap musibah


.
Seorang muslim juga bersabar terhadap
musibah yang menimpanya baik pada hartanya,
jiwanya maupun keluarganya. Nabi shallallahu
17
Modul Akhlak SMPI 2
‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala
berfirman, “Tidak ada balasan untuk hamba-Ku
yang mukmin ketika Aku mencabut orang yang ( )
dikasihinya dari penduduk dunia, lalu ia
mengharapkan pahala terhadapnya kecuali
surga.” (HR. Bukhari)

Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau


mau bersabar, maka taqdir tetap berjalan
padamu sedangkan engkau akan mendapatkan
pahala, tetapi jika engkau keluh kesah, maka
taqdir tetap berjalan kepadamu sedangkan
engkau akan mendapatkan dosa.”

Sabar terhadap kesempitan dunia

Seorang muslim bersabar terhadap sulitnya


kehidupan dan sempitnya, ia pun tidak
mengadu keadaannya selain kepada Tuhannya.
Ia memiliki panutan dan teladan, yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istri-
istrinya ummahatul mukminin. As Sayyidah
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,
bahwa pernah dua bulan secara penuh berlalu
namun tidak dimasak apa-apa di rumah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
mereka hidup dari memakan kurma dan air
saja. (Muttafaq ‘alaih)

Sabar terhadap gangguan manusia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Seorang mukmin yang bergaul
dengan manusia dan bersabar terhadap
gangguan manusia adalah lebih baik daripada
seorang muslim yang tidak bergaul dengan
manusia dan tidak bersabar terhadap
gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no.
6651)

18
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti sabar?
2. Tulis dalil dari Al Qur’an yang menyebutkan keutamaan sabar!
3. Tulis dalil dari As Sunnah yang menyebutkan keutamaan sabar!
4. Sebutkan macam-macam sabar!
5. Tuliskan dalil yang memerintahkan bersabar terhadap gangguan manusia!

19
Modul Akhlak SMPI 2

Jujur


Dikisahkan, bahwa ada seorang anak yang suka
berdusta, baik ketika serius maupun ketika
bercanda. Pernah suatu kali, ia berenang di tepi
laut dan menunjukkan dirinya bahwa ia akan
tenggelam, ia terus memanggil kawan-
kawannya sambil berkata, “Tolong aku, tolong
aku! Sesungguhnya aku akan tenggelam,” maka
kawan-kawannya segera berlari menemuinya
untuk menyelamatkannya, ketika sampai
ternyata ia malah tertawa, karena ia hanya
menipu merela, dan hal itu ia lakukan tidak
hanya sekali. Suatu kali, ketika ombak laut naik
tinggi, sedangkan anak itu hampir tenggelam,
ia pun segera memanggil untuk meminta
pertolongan kepada kawan-kawannya, tetapi
kawan-kawannya mengira bahwa ia berdusta
kepada mereka seperti biasanya sehingga
mereka pun tidak memperhatikannya lalu ada
seorang yang berlari ke arahnya dan
menyelamatkannya, kemudian anak itu berkata
kepada kawan-kawannya, “Allah telah
menghukumku karena dustaku kepada kalian,
dan setelah hari ini aku tidak akan berdusta.” 
Setelah itu anak ini pun tidak mengulangi
dustanya lagi pada waktu yang lain. 

Apa itu kejujuran?

Jujur atau benar adalah mengatakan yang benar


dan sesuainya ucapan dengan kenyataan. Allah  
subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan jujur,
Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang       
beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.” (Terj. Qs. At Taubah: 119)
}119

Kejujuran Allah Subhaanahu wa Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman, “Siapakah yang lebih 


benar perkataannya daripada Allah?” (An
Nisaa’: 122)      

20
Modul Akhlak SMPI 2
Oleh karena itu, tidak ada yang paling benar
perkataan-Nya daripada Dia.
122 :

Kejujuran para nabi 


Allah subhaanahu wa Ta’ala memuji banyak
para nabi-Nya dengan kejujuran. Dia berfirman 
tentang Nabiyullah Ibrahim, “Ceritakanlah
(wahai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam
kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang sangat membenarkan lagi     
seorang Nabi.” (Terj. Qs. Maryam: 41)
 41     
Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi Isma’il,
“Dan ceritakanlah (wahai Muhammad kepada 
mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al
Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul   
dan Nabi.” (Terj. Qs. Maryam: 54)
      
Allah Ta’ala juga berfirman tentang Idris, “Dan
ceritakanlah (wahai Muhammad kepada
mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al  54   
Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
sangat membenarkan dan seorang Nabi.” (Qs.     
Maryam: 56)
56     
Jujur juga merupakan sifat yang selalu dimiliki
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh
karena itu, kaumnya menyebut Beliau dengan
orang yang jujur lagi terpercaya. As Sayyidah
Khadijah radhiyallahu ‘anha berkata kepada
Beliau ketika wahyu (pertama kali) turun
kepada Beliau, “Sesungguhnya engkau orang
yang jujur dalam bicara.”

Macam-macam kejujuran 
Seorang muslim selalu jujur terhadap Allah,
terhadap manusia dan terhadap dirinya sendiri.

Jujur kepada Allah



Yaitu dengan mengikhlaskan semua amal
karena Allah, sehingga ia tidak riya’ maupun
sum’ah. Oleh karena itu, barang siapa yang
mengerjakan amalan, namun ia tidak
mengikhlaskan niatnya karena Allah, maka Allah
21
Modul Akhlak SMPI 2
tidak akan menerima amalnya. Seorang muslim
juga selalu berbuat ikhlas dalam semua
ketataan, yaitu dengan memberikan haknya dan
mengerjakannya sesuai yang diperintahkan.

Jujur kepada manusia

Seorang muslim tidak berdusta dalam berbicara


dengan orang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Kalian harus berlaku jujur,
karena kejujuran membawa seeorang kepada
kebaikan dan kebaikan membawa seseorang ke
surga, dan jika seseorang selalu berlaku jujur
dan terus memilih kejujuran hingga nantinya
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang shiddiq
(sangat jujur), dan jauhilah oleh kalian dusta,
karena dusta membawa seseorang kepada
perbuatan jahat dan perbuatan jahat
membawa seseorang ke neraka, dan jika
seseorang senantasa berkata dusta dan
memilih kedustaan hingga dicatat di sisi Allah
sebagai Kadzdzaab (pendusta).” (HR. Ahmad,  .
Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

Jujur terhadap diri sendiri

Seorang muslim yang jujur tidak menipu dirinya,


ia mengakui aibnya dan kesalahannya serta
memperbaikinya, ia mengetahui bahwa
kejujuran adalah jalan keselamatan. Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tinggalkanlah yang meragukanmu kepada yang
tidak meragukanmu, karena dusta adalah hal
yang meragukan, sedangkan kejujuran adalah
ketenangan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu
Hibban, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 3378)

Keutamaan jujur

Allah memuji orang-orang yang jujur; bahwa


mereka adalah orang-orang yang bertakwa dan 
sebagai penghuni surga sebagai balasan atas
kejujuran mereka. Allah Ta’ala berfirman,       
“Mereka itulah orang-orang yang benar dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al
Baqarah: 177)
 

Allah Ta’ala juga berfirman, “Allah berfirman:

22
Modul Akhlak SMPI 2
"Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka,        
bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya        
selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka
dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah          
keberuntungan yang paling besar.” (Al
Maa’idah: 119)    
Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan
selayaknya bagi setiap muslim meneladani
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
kejujuran Beliau, menjadikan jujur sebagai sifat
yang melekat padanya. Sungguh indah ucapan
seorang penyair:

Kamu harus berkata jujur meskipun kejujuran 


membakar dirimu dengan api ancaman

Dan carilah ridha Ar Rahman, karena
sesunguhnya manusia yang paling rugi adalah 
orang yang membuat murka Tuhannya dan
membuat ridha manusia

Penyair juga berkata:


Biasakanlah lisanmu berkata jujur, niscaya
kamu akan memperolehnya, 
Sesungguhnya lisan itu jika engkau biasakan 
akan menjadi biasa (berkata jujur).


Dusta

Dusta yaitu seseorang mengucapkan sebuah


perkataan yang bertentangan dengan
kebenaran dan kenyataan, ia merupakan salah
satu tanda munafik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tanda orang munafik itu tiga;
apabila berbicara berdusta, apabila berjanji
mengingkari, dan apabila dipercaya, ia
berkhianat.” (Muttafaq ‘alaih)


Orang yang berdusta tidak bisa berusaha
menutupi dustanya atau mengingkarinya,
bahkan kedustaan itu akan tampak padanya.
Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seseorang tidak
akan bisa menyembunyikan sesuatu kecuali
23
Modul Akhlak SMPI 2
akan tampak pada lisannya yang gugup dan
tampilan mukanya,”

Dan di sana tidak ada istilah dusta putih dan


dusta hitam, atau dusta kecil dan dusta besar,
semua dusta adala dibenci dan harus dijauhkan.
Seorang muslim akan dihisab terhadap dusta
yang dilakukannya dan akan diberikan hukuman
meskipun dustanya kecil. Dari Abdullah bin
‘Amir radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Suatu hari
ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk di
rumah kami, lalu ibuku berkata, “Kemarilah, aku
akan memberimu.” Maka Beliau bersabda,
“Apakah engkau tidak bermaksud
memberinya?” Ia menjawab, “Aku bermaksud
memberinya kurma.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun jika engkau
tidak memberinya sesuatu, maka akan dicatat
satu kedustaan bagimu.” (HR. Abu Dawud dan
Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 1319)

Dusta yang diperbolehkan



Di sana ada tiga keadaan yang diberikan
keringanan bagi seseorang untuk berdusta dan 
mengatakan yang tidak sesuai dengan
kenyataan, dan Allah tidak akan
menghukumnya, bahkan ia akan mendapatkan
pahala karena hal itu. Keadaan itu adalah:

Pertama, mendamaikan antara kedua pihak



yang bertengkar.

Jika kamu mengetahui bahwa dua orang


saudaramu sedang bertengkar dan kamu
berusaha untuk mendamaikan keduanya, maka
tidak mengapa bagimu untuk berkata kepada
yang pertama, “Sesungguhnya fulan
mencintaimu dan menyebut kebaikan padamu,”
dan kamu katakan kepada orang yang kedua
kata-kata seperti itu. Demikianlah, agar kedua
orang yang bertengkar kembali kepada keadaan

semula, yaitu saling cinta dan mengasihi.

Kedua, dusta terhadap musuh.

Jika seorang muslim tertawan oleh musuh dan

24
Modul Akhlak SMPI 2
mereka meminta beberapa informasi tentang
negerinya, maka hendaknya ia tidak

memberitahukan informasi yang mereka
inginkan itu, bahkan ia memberikan informasi
dusta agar tidak merugikan negerinya.

Ketiga, dalam kehidupan rumah tangga.

Sesunguhnya tidak termasuk adab Islam


seorang suami berkata kepada istrinya bahwa
dirinya jelek dan bahwa ia tidak menyukainya
serta tidak berharap kepadanya, bahkan bagi
suami hendaknya menyenangkan hati istrinya,
membuatnya ridha, menyifatinya dengan cantik
dan menerangkan kebahagiaan dirinya
dengannya meskipun dusta. Demikian pula istri
hendaknya melakukan demikian kepada
suaminya, dan hal ini tidak termasuk dusta,
bahkan pelakunya akan mendapatkan pahala
dari Allah Rabbul ‘alamin. Ibnu Syihab berkata,
“Saya tidak pernah mendengar
diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh 
manusia kecuali dalam tiga hal, yaitu; dusta
dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan
pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami
terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk 
meraih kebahagiaan atau menghindari
keburukan). (Diriwayatkan oleh Muslim)

Seorang muslim tidak berdusta ketika memuji
atau ketika bercanda

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah


memperingatkan beberapa orang munafik yang
memuji orang-orang di hadapan mereka
meskipun dengan dusta, Beliau shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kamu
melihat orang-orang yang suka memuji, maka
taburkanlah tanah ke mukanya.” (HR. Muslim)

Di sana ada pula beberapa orang yang ingin


membuat orang lain tertawa, sehingga mereka
berdusta agar orang lain tertawa. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hal itu,
Beliau bersabda, “Celaka orang yang 
menyampaikan sebuah cerita agar orang-orang
tertawa dengan berdusta, celakalah dia dan
celakalah dia.” (HR. Tirmidzi)

25
Modul Akhlak SMPI 2
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda, “Aku menjamin sebuah istana di
pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan
dusta meskipun bercanda, dan istana di bagian
atas surga bagi orang yang baik akhlaknya.” (HR.
Abu Dawud dan Adh Dhiyaa’, dihasankan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1464)

Oleh karena itulah, Abu Bakar Ash Shiddiq


radhiyallahu ‘anhu ketika mendengar ada orang
yang memujinya, ia berkata, “Ya Allah, Engkau
lebih tahu tentangku daripada diriku dan aku
lebih tahu tentang diriku daripada mereka. Ya
Allah, jadikanlah aku lebih baik daripada yang
mereka kira, ampunilah kesalahan yang ada
padaku yang tidak mereka ketahui dan
janganlah Engkau hukum aku karena apa yang
mereka ucapkan.”

26
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti jujur?
2. Apa arti dusta?
3. Apa keutamaan jujur dan sebutkan salah satu dalilnya!
4. Sebutkan tanda-tanda orang munafik!
5. Dalam keadaan bagaimana dusta diperbolehakan?

27
Modul Akhlak SMPI 2

Amanah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menaklukkan


Mekah, lalu masuk ke Masjidilharam dan
bertawaf di sekitar Ka’bah. Setelah selesai
thawaf, Beliau memanggil Utsman bin Thalhah
pembawa kunci ka’bah, lalu Beliau mengambil
kunci darinya. Selesai ka’bah dibuka, maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukinya,
kemudian berdiri di pintu ka’bah sambil
berkata, “Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah saja, Mahabenar janji-
Nya, Dia telah menolong hamba-Nya dan telah
mengalahkan pasukan bersekutu sendiri saja.”

Kemudian Beliau duduk di masjid, lalu Ali bin


Abi Thalib bangun dan berkata, “Wahai
Rasulullah, jadikanlah kami sebagai penjaga
pintu dan pemberi minum (jamaah haji). Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di
mana Utsman bin Thalhah?” Lalu orang-orang
menghadirkannya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda kepadanya, “Ambillah
kuncimu ini wahai Utsman, hari ini adalah hari
berbakti dan menepati janji.” [Sirah Ibnu
Hisyam]      

Berkenaan kisah ini, turunlah firman Allah   


Ta’ala, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya.” (Qs. An Nisaa’: 58)

Demikianlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


menolak untuk memberikan kunci itu kepada 
Ali agar ia melayani jamaah haji dan memberi
mereka minum, tetapi Beliau serahkan kepada
Utsman bin Thalhah karena mengikuti perintah
Allah untuk menyampaikan amanah kepada
orang yang berhak menerimanya.

28
Modul Akhlak SMPI 2
Apakah amanah itu?

Amanah artinya memenuhi hak dan
memeliharanya. Oleh karena itu, seorang
muslim sepatutnya memberikan hak kepada
yang berhak menerimanya, ia penuhi hak Allah
dalam beribadah, menjaga anggota badannya
dari mengerjakan perbuatan haram,
mengembalikan barang-barang titipan,…dst. 
Amanah adalah akhlak yang mulia di antara
akhlak Islam dan merupakan asas di antara
asas-asasnya. Ia juga merupakan kewajiban
agung yang dipikul manusia ketika langit, bumi
dan gunung-gunung enggan menerimanya
karena besar dan beratnya. Allah Ta’ala   
berfirman, “Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi      
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka
       
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,”
72   
(Qs. Al Ahzaab: 72)

Allah subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan



kita menunaikan amanah, Dia berfirman,  
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya.” (Qs. An Nisaa’: 58)      

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga  58


menjadikan amanah sebagai dalil yang
menunjukkan keimanan seseorang dan

bagusnya akhlaknya, Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Tidak ada iman bagi
orang yang yang tidak amanah, dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak bisa dipegang
janjinya.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7179)

Macam-macam amanah

Amanah ada banyak macamnya, di antaranya:

Amanah dalam beribadah: Termasuk amanah


adalah seorang muslim mengerjakan beban- 
beban agama, ia kerjakan kewajiban agama
yang semestinya, menjaga shalat, puasa, 
29
Modul Akhlak SMPI 2
berbakti kepada kedua orang tua dan kewajiban
lainnya yang diwajibkan kepada kita untuk
melaksanakannya karena amanah dari Allah
Rabbul ‘alamin.

Amanah dalam menjaga anggota badan:


Seorang muslim juga hendaknya mengetahui,
bahwa anggota badan semuanya adalah
amanah, ia wajib menjaganya dan tidak 
menggunakannya untuk yang membuat Allah
Subhaanahu wa Ta’ala murka. Mata adalah
amanah, maka ia wajib menundukkannya dari
yang haram, telinga juga amanah, maka ia wajib
menjauhi mendengarkan yang haram, tangan
juga amanah, kaki juga amanah, dan begitulah
seterusnya.

Amanah dalam barang-barang titipan:


Termasuk amanah adalah menjaga barang-
barang titipan dan mengembalikan kepada
pemiliknya ketika mereka memintanya seperti
keadaan semula, seperti yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap

kaum musyrik, dimana mereka meninggalkan
barang titipan mereka kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Beliau
menjaganya untuk mereka, karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal tentang
kejujurannya dan amanahnya di kalangan
penduduk Mekah. Oleh karena itulah mereka
menjuluki Beliau sebelum diutus sebagai orang
yang jujur lagi amanah, dan ketika Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dari
Mekah ke Madinah, maka Beliau
meninggalkannya kepada Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu agar ia memberikan kepada
kaum musyrik barang-barang titipan mereka
dan amanah yang mereka titipkan di sisinya.

Amanah dalam bekerja: Termasuk amanah


adalah seorang mengerjakan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya. Orang yang bekerja
memperbagus kerjaannya dan melakukannya 
dengan baik dan amanah. Demikian juga
seorang siswa mengerjakan kewajibannya dan
berusaha memperoleh ilmu dan pelajarannya,
dan ia juga meringankan beban orang tuannya.

30
Modul Akhlak SMPI 2
Demikianlah, setiap orang mengerjakan
kewajibannya dengan sungguh-sungguh dan
serius.

Amanah dalam berbicara: Termasuk amanah


adalah seseorang membiasakan diri dengan
ucapan yang serius, ia memahami kadar ucapan 
dan pentingnya. Ucapan terkadang dapat
memasukkan seseorang ke surga dan
menjadikannya sebagai orang-orang yang
bertakwa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menerangkan pentingnya suatu
kalimat dan pengaruhnya, Beliau bersabda,
“Seorang laki-laki mengatakan suatu kalimat
yang diridlai Allah, sementara ia tidak tahu
betapa besar kalimat itu, sehingga dengan
kalimat itu Allah mencatat untuknya keridhaan-
Nya sampai hari kiamat. Ada juga seorang laki-
laki mengatakan suatu kalimat yang Allah
murkai, sementara ia tidak tahu betapa besar
kalimat itu, sehingga Allah mencatat untuknya
kemurkaan-Nya sampai hari kiamat." (HR.
Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 1619)

Seorang muslim juga memilih ucapan yang baik


dan menjadikannya sebagai sarana
mendekatkan diri kepada Allah subhaanhau wa
Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dan kalimat yang baik adalah
sedekah.” (HR. Muslim)

Amanah dalam menjaga rahasia: Seorang


muslim menjaga rahasia saudaranya, ia tidak
mengkhianatinya dan tidak menyebarkan 
rahasianya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila seseorang menyampaikan
sebuah perkataan, lalu ia menoleh, maka yang
demikian itu adalah amanah.” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 486)

Amanah dalam berjual beli: seorang muslim


tidak akan menipu seorang pun, tidak ingkar
janji dan mengkhianati. Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam pernah melewati seorang laki-laki
yang menjual makanan, lalu Beliau
memasukkan tangannya ke dalam tumpukan
makanan, ternyata Beliau mendapatinya dalam

31
Modul Akhlak SMPI 2
keadaan basah, lalu Beliau bertanya kepadanya,
“Apa ini wahai pemilik makanan?” Orang itu
menjawab, “Makanan itu terkena siraman
hujan, wahai Rasulullah.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa engkau
tidak letakkan di atas makanan agar orang-
orang melihat? Barang siapa yang menipu,
maka bukan termasuk golonganku.” (HR.
Muslim)

Keutamaan amanah

Ketika manusia menjalankan amanah, maka


 
akan terwujud kebaikan pada mereka dan akan
mendapatkan kecintaan. Allah subhaanahu wa
Ta’ala telah memuji hamba-hamba-Nya yang
mukmin karena menjaga amanah, Dia 
berfirman, “Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya.” (Terj. Qs. Al Ma’aarij: 32)

Sedangkan di akhirat, maka orang-orang yang


amanah akan mendapatkan keridhaan Tuhan   
mereka dan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk 32 :   
orang-orang yang bertakwa.


32
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti amanah?
2. Sebutkan salah satu dalil yang memerintahkan bersikap amanah!
3. Berikan contoh amanah dalam beribadah!
4. Apa keutamaan amanah?
5. Tulis dalil yang menyebutkan, bahwa barang siapa yang menipu kami, maka dia bukan
golongan kami!

33
Modul Akhlak SMPI 2

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah


menceritakan kepada kita kisah tiga orang yang
terpaksa bermalam di gua, tiba-tiba ada sebuah
batu besar yang jatuh dari gunung, lalu batu itu
menutupi pintu gua, maka masing-masingnya
berdoa kepada Allah dan bertawassul kepada-
Nya dengan menyebutkan amal yang terbaik
yang mereka lakukan di dunia sehingga Allah
menghilangkan derita yang menimpa mereka.
Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya
Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang
tua yang sudah tua, dan biasanya aku
membawakan untuk keduanya susu pada setiap
malam agar keduanya minum sebelum –anak-
anakku minum. Suatu malam, aku pernah
datang terlambat kepada keduanya, lalu aku
mendapati keduanya dalam keadaan tidur. Aku
tidak suka membangunkan keduanya atau
memberikan kepada salah seorang anak-anakku
sebelum keduanya, maka aku tetap dalam
keadaan bangun, sedangkan gelas susu ada di
tanganku karena menunggu keduanya bangun
hingga tiba waktu fajar, sedangkan anak-anakku
menangis karena lapar di dekat kakiku sampai
orang tuaku bangun dan meminum susu itu. Ya
Allah, jika yang aku lakukan itu karena
mengharapkan keridhaan-Mu, maka .
singkirkanlah derita yang menimpa kami ini,
maka menyingkirlah batu itu, dan tiga orang
tersebut pun dapat keluar dari gua. (Kisah ini
disarikan dari hadits riwayat Bukhari dan
Muslim)

Apakah Birrul Walidain itu?

Birrul waalidain atau berbakti kepada kedua


orang tua artinya berbuat ihsan kepada
keduanya, menaati keduanya dan melakukan
kebaikan untuk keduanya. Allah subhaanahu wa
Ta’ala menjadikan berbakti kepada keduanya,

34
Modul Akhlak SMPI 2
berbuat ihsan kepada keduanya dan
mengerjakan amal yang membuat ridha mereka   
berdua sebagai kewajiban yang besar, bahkan
hal itu disebutkan setelah perintah menyembah       
Allah. Allah ‘Azza wa Jallan berfirman, “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu 23
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu
dengan sebaik-baiknya. “ (Qs. Al Baqarah: 23)

Berbakti kepada kedua orang tua setelah


mereka meninggal
:
Seorang muslim juga berbakti kepada kedua
orang tuanya selama mereka masih hidup dan
berbakti kepada keduanya setelah mereka mati,
yaitu dengan mendoakan rahmat dan ampunan
bagi keduanya, memenuhi pesan keduanya dan .
memuliakan kawan-kawan keduanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla
benar-benar meninggikan derajat untuk
seorang hamba yang saleh di surga, lalu ia
berkata, “Yaa Rabbi, dari mana aku
mendapatkan hal ini?” Allah berfirman, “Karena
permintaan ampunan dari anakmu untukmu.”
(Hadits hasan, HR. Ahmad)

Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga mendorong


kepada setiap muslim untuk memperbanyak
mendoakan kedua orang tuanya di sebagian  
besar waktunya. Dia berfirman, “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua        
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik
  
aku waktu kecil.” (Qs. Al Israa’: 24)

Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua :


Berbakti kepada kedua orang tua memiliki
keutamaan dan pahala yang besar di sisi Allah
Subhaanahu wa Ta’ala. Allah menjadikan
berbakti kepada kedua orang tua termasuk
amal yang paling agung dan paling dicintai-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah :
ditanya, “Amal apa yang paling dicintai Allah?”
Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Ia
35
Modul Akhlak SMPI 2
bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau menjawab,
“Berbakti kepada kedua orang tua.” Ia bertanya
lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,
“Berjihad fii sabilillah.” (Muttafaq ‘alaih)

:
Termasuk keutamaan berbakti kepada kedua
orang tua juga adalah:

1. Ridha kedua orang tua termasuk


keridhaan Allah

Seorang muslim selalu berusaha untuk


mencari ridha orang tua sehingga ia
memperoleh keridhaan Tuhannya dan
menjauhi hal yang membuat keduanya
murka sehingga Allah pun tidak murka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ridha Allah terletak pada
keridhaan orang tua dan murka Allah
terletak pada kemurkaan orang tua.”
(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3506)

2. Surga di bawah tepalak kaki ibu

Seseorang pernah datang kepada Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
berjihad, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkannya untuk
pulang dan berbakti kepada ibunya, lalu
orang itu mengulangi lagi keinginannya
untuk jihad, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkannya untuk
pulang dan berbakti kepada ibunya, dan
pada ketiga kalinya, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kasihanilah
dirimu, tetaplah dengan kakinya, karena
di situlah surga.” (HR. Ibnu Majah,
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 1248)

3. Memperoleh kedudukan mujahid

Pernah seorang laki-laki datang kepada


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
meminta izin kepada Beliau untuk
berjihad, maka Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Apakah kedua
36
Modul Akhlak SMPI 2
orang tuamu hidup?” Ia menjawab,
“Ya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Maka pada keduanya kamu
hendaknya berjihad.” (HR. Muslim)
:

Jika kedua orang tua musyrik

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah seorang yang


berbakti kepada ibunya. Ketika ia masuk Islam,
maka ibunya berkata kepadanya, “Wahai Sa’ad!
Agama apa ini yang saya lihat kamu berada di
atasnya? Kamu harus meninggalkan agamamu
ini atau saya tidak akan makan dan minum
sampai saya mati sehingga engkau akan dicela
karenaku dan disebut, “Wahai pembunuh
ibunya sendiri.” Sa’ad berkata, “Wahai ibu,
jangan kamu lakukan. Sesungguhnya aku tidak -
akan meninggalkan agamaku ini karena sesuatu
apa pun, maka ibu Sa’ad berdiam sehari-
semalam tidak makan dan tidak minum
sehingga ia merasakan kelaparan yang sangat. .
Maka Sa’ad berkata kepadanya, “Engkau harus
tahu, demi Allah, kalau sekiranya engkau
memiliki seratus nyawa, lalu keluar satu
persatu, maka aku tetap tidak akan       
meninggalkan agamaku karena sesuatu pun.
Jika engkau mau, maka silahkan makan dan jika         
engkau mau maka silahkan tidak makan. Ketika
ibunya melihat kokohnya Sa’ad di atas Islam,
maka akhirnya ia pun mau makan, dan turunlah           
firman Allah Ta’ala yang menguatkan sikapnya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk      
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka . 15
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Terj. Qs. Luqman: 15)
.

Demikianlah agama Islam memerintahkan kita


untuk berbakti kepada kedua orang tua :
meskipun keduanya sebagai orang musyrik.

Durhaka kepada kedua orang tua

37
Modul Akhlak SMPI 2
Allah Subhaanahu wa Ta’ala memperingatkan
seorang muslim terhadap sikap durhaka kepada
kedua orang tua, tidak menaatinya dan
meremehkan hak kedua serta melakukan
     
perbuatan yang tidak membuatnya ridha atau
menyakitinya meskipun dengan ucapan “Ah”     
atau dengan pandangan (yang tidak baik). Allah
Ta’ala berfirman, “Maka sekali-kali janganlah 23
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (Terj. Qs. Al Israa’: 23)

Balasan terhadap durhaka .


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
:
menggolongkan durhaka kepada kedua orang
tua termasuk dosa besar, bahkan termasuk
dosa paling besar serta menggabung antara
durhaka dengan syirik kepada Allah, Beliau
shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah aku beritahukan kepadamu dosa
paling besar, yaitu: syirk kepada Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua..dst.”
(Muttafaq ‘alaih)

38
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apakah birrul waalidain itu?
2. Bagaimanakah cara berbakti kepada kedua orang tua yang telah meninggal?
3. Sebutkan tiga keutamaan berbakti kepada kedua orang tua!
4. Bolehkah berbakti kepada orang tua jika orang tua kita non muslim?
5. Bolehkah menaati kedua orang tua jika memerintahkan berbuat maksiat? Dan sebutkan
dalilnya!

39
Modul Akhlak SMPI 2

Qanaa’ah (Menerima Apa Adanya)

Dikisahkan, bahwa ada tiga orang yang berjalan


di sebuah jalan, mereka menemukan harta
karun, lalu mereka bersepakat untuk membagi
sama rata. Sebelum mereka melakukannya,
mereka merasakan lapar yang sangat, maka
mereka mengutus salah seorang di antara
mereka ke kota untuk membawakan makanan
dan berpesan kepadanya untuk merahasiakan
(penemuan itu) agar tidak ada orang lain yang
berharap kepadanya. Di tengah perjalanan
membawakan makanan, maka terlintaslah
dalam dirinya untuk berlepas dari kedua
kawannya dan mengambil sendiri harta karun
itu, maka ia pun membeli racun dan
menaruhnya di dalam makanan. Pada saat itu
juga, kedua kawannya sepakat untuk
membunuhnya jika telah kembali agar
keduanya membagi harta karun di antara
mereka berdua saja. Saat orang itu kembali
dengan membawa makanan beracun, maka
kedua kawannya membunuhnya, lalu keduanya
duduk dan memakan makanan itu, maka

kemudian keduanya juga mati karena pengaruh
racun itu.

Demikianlah akhir kehidupan dari orang-orang


yang rakus dan akibat dari sifat rakus.

Seorang sahabat yang mulia, yaitu Hakim bin


Hizam pernah pergi kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan meminta kepada Beliau
harta, lalu Beliau memberinya, kemudian ia
meminta lagi, dan Beliau memberi lagi, dan
kemudian ia meminta lagi, maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya lagi,
kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepadanya sambil mengajarinya,
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau
dan manis (maksudnya seseorang itu cenderung
kepada harta sebagaimana ia cenderung kepada 
40
Modul Akhlak SMPI 2
buah yang manis dan lezat). Barang siapa yang
mengambilnya dengan kemurahan hati (tanpa
meminta dan tanpa tamak), maka akan
diberikan keberkahan padanya, tetapi barang
siapa yang mengambilnya dengan hati yang
tamak, maka tidak akan diberi keberkahan,
sehingga seperti orang yang makan namun
tidak kenyang, dan tangan di atas (memberi)
lebih baik daripada tangan di bawah
(menerima). (Muttafaq ‘alaihi)

Maka setelahnya Hakim berjanji kepada Nabi


shallallau ‘alaihi wa sallam untuk tidak meminta
sedikit pun harta dari seseorang sampai ia
meninggal dunia. Pernah Abu Bakar Ash Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu memintanya hadir agar
diberi bagiannya dari harta yang ada, lalu ia
menolak untuk menerima sedikit pun darinya,
dan ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjabat
sebagai khalifah, maka Umar memanggilnya
untuk diberinya harta, namun Hakim tetap
menolaknya, maka Umar berkata, “Wahai kaum 
muslimin, aku jadikan kalian sebagai saksi
terhadap Hakim, bahwa sesunggunya aku telah

menawarkan haknya yang Allah berikan 
untuknya dalam harta ghanimah ini, lalu ia
menolak untuk menerimanya.” 
Demikianlah Hakim, ia senantiasa qanaah, tidak
berharap kepada harta setelah nasihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang 
dipelajarinya, yaitu untuk tidak meminta
sesuatu kepada seseorang, sampai-sampai tidak
mengambil haknya dan hidup dari hasil kerja
dan usahanya.

Apakah Qana’ah itu?




Qana’ah artinya ridha dengan pembagian Allah
meskipun sedikit dan tidak berharap kepada
apa yang ada di tangan orang lain. Ia 
merupakan tanda kejujuran iman. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh
beruntunglah orang yang masuk Islam dan
diberikan rezeki dengan kecukupan serta
dijadikan qana’ah oleh Allah terhadap
pemberian-Nya.” (HR. Muslim)

41
Modul Akhlak SMPI 2

Qana’ah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah


seorang yang puas dengan apa yang ada
padanya, Beliau tidak meminta sesuatu pun
kepada orang lain dan tidak memperhatikan
apa yang ada pada orang lain. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mendagangkan harta As
Sayyidah Khadijah radhiyallahu ‘anha, lalu
mendapatkan keuntungan yang banyak tanpa
ada rasa tamak kepada harta itu. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidur di atas
tikar, lalu para sahabat melihatnya, sedangkan
tikar itu membekas di rusuk Beliau, maka
mereka pun ingin membuatkan untuk Beliau
kasur yang lembut agar Beliau duduk di atasnya, 
lalu Beliau bersabda, “Apa urusanku dengan
dunia. Aku di dunia ini tidak lain seperti seorang 
penunggang kendaraan yang berteduh di
bawah sebuah pohon, lalu pergi
meningalkannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu

Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
ShahihulJami’ no. 5668) 
Tidak ada qana’ah dalam mengerjakan 
kebaikan

Seorang muslim menerima apa adanya


pembagian Allah untuknya dalam hal yang
terkait dengan dunia. Adapun dalam
mengerjakan kebaikan dan dalam beramal
saleh, maka ia selalu berharap terus untuk
menambah kebaikannya sesuai dengan firman
Allah Ta’ala, “Berbekallah, karena sebaik-baik
bekal adalah takwa.” (Qs. Al Baqarah: 197)
      
Keutamaan Qana’ah

Seorang yang qana’ah akan dicintai Allah dan



dicintai manusia. Rasulullah shallalahu ‘alaihi
wa sallam pernah bersabda kepada seseorang,
“Zuhudlah kepada dunia niscaya Allah
mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang
di tangan manusia, niscaya manusia akan
mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan lainnya,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’

42
Modul Akhlak SMPI 2
no. 922)

Qana’ah juga mewujudkan kebaikan yang besar


bagi seseorang di dunia dan akhirat. Dan di
antara keutamaan qana’ah adalah:

1.Qana’ah merupakan sebab keberkahan

Qana’ah merupakan harta karun yang tidak


akan habis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memberitahukan kita bahwa ia adalah
kekayaan yang paling utama, Beliau bersabda,
“Kaya itu bukanlah banyaknya harta benda,
tetapi kaya itu adalah kepuasan jiwa.”
(Muttafaq ‘alaih)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga


bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang
pagi harinya aman, sehat jasadnya dan memiliki
makanan untuk hari itu, maka seakan-akan
dunia telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 6042)

Ketika seorang muslim merasa qana’ah dan


ridha dengan pembagian Allah untuknya, maka
ia akan menjadi manusia yang kaya, mulia di
antara mereka dan tidak hina kepada seorang
pun. Adapun tamaknya seseorang dan berharap
tambahan, maka akan menjadikannya hina
kepada manusia dan hilang kemuliannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda, “Dan ridhalah kamu kepada
pembagian Allah kepadamu, niscaya kamu akan
menjadi manusia paling kaya.” (HR. Tirmidzi dan
Ahmad, dihasankan oleh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 100)

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga


bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada
tangan di bawah. Mualailah dengan orang yang
engkau tanggung, dan sebaik-baik sedekah
adalah yang di luar kelebihan, dan barang siapa
yang berusaha menjaga dirinya, niscaya Allah
akan menjaganya dan barang siapa yang merasa
cukup, maka Allah akan mencukupkannya.” (HR.
Ahmad dan Bukhari)

2. Qana’ah merupakan jalan ke surga

43
Modul Akhlak SMPI 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menerangkan, bahwa seorang muslim yang
qanaah yang tidak meminta-minta kepada
manusia pahalanya adalah surga, Beliau
bersabda, “Siapa yang mau menjamin untukku
untuk tidak meminta sesuatu kepada manusia 
sesuatu, niscaya aku akan jamin baginya
surga?” Lalu Tsauban berkata, “Saya.” Maka 
kemudian Tsauban tidak meminta sesuatu apa
pun kepada manusia. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi
dan Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 6604)

3. Qana’ah merupakan kemuliaan bagi diri

Qana’ah menjadikan pelakunya merdeka


sehingga tidak dapat dikuasai oleh orang lain.
Adapun tamak, maka menjadikan pelakunya 
budak bagi orang lain. Ali radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Tamak adalah perbudakan yang
kekal.” Ada pula yang berkata, “Akan mulia
orang yang qana’ah dan akan hina orang
tamak.”

4. Qana’ah adalah jalan untuk memperoleh


ketenangan jiwa

Seorang muslim yang qana’ah akan hidup dalam


ketenangan, keamanan, dan ketenteraman
yang langgeng, adapun orang yang tamak, maka
ia hidup dalam keadaan gelisah dan tidak stabil
di atas suatu keadaan. Dalam hadits qudsi
disebutkan, “Wahai anak Adam, sempatkanlah
untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan
memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku 
akan menutupi kebutuhanmu. Jika engkau tidak
melakukannya, maka Aku akan memenuhi
dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
menutup kebutuhanmu.” (HR. Ibnu Majah dan
lain-lain, dishahihkan oleh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 1914)

44
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti qana’ah?
2. Berlakukah sikap qana’ah dalam mengerjakan kebaikan?
3. Apa keutamaan qana’ah? Dan sebutkan dalilnya!
4. Tuliskan dalil yang menerangkan, bahwa qana’ah itu bukan dengan banyaknya harta
benda, tetapi kaya itu adalah kepuasaan jiwa!
5. Tulis dalil bahwa qana’ah merupakan jalan ke surga!

45
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Mulia/Kedermawanan

Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah


mengirimkan kepada As Sayyidah Aisyah
radhiyallahu ‘anhaa harta yang jumlahnya
180.000 dirham, lalu Aisyah radhiyallahu ‘anhaa
mengambilnya untuk membagi-bagikan harta
itu, ia pun membagikan harta itu kepada orang-
orang sampai semuanya disedekahkannya,
padahal ketika itu ia sedang puasa, maka ia
memerintahkan budaknya untuk menyiapkan
makanan untuk ia berbuka, budaknya pun
menyiapkan roti dan minyak sambil berkata
kepada Aisyah, “Tidakkah harta yang engkau
bagikan hari ini engkau belikan daging satu
dirham untuk kita berbuka.” Demikianlah
Aisyah, ia menyedekahkan dalam jumlah besar
ini dan sampai lupa menyisakan satu dirham 
untuk ia belikan makanan untuk berbuka.

Apakah karm (sikap mulia) itu? 
Sikap mulia dipakai untuk setiap perkara yang 
terpuji berupa berbagai macam kebaikan,
kemuliaan, sikap dermawan, suka memberi dan
berinfak. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya, “Siapakah manusia paling mulia?”
Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang paling
takwa kepada Allah.” Para sahabat bertanya,
“Bukan ini pertanyaan kami kepadamu?” Beliau
menjawab, “Manusia paling mulia adalah Yusuf
nabi Allah putera Nabi Allah (Ya’qub) putera 
Nabi Allah (Ishaq) putera kekasih Allah
(Ibrahim).” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam



menyifati Yusuf ‘alaihis salam dengan karm
(mulia) karena berkumpul padanya kemuliaan
kenabian, ilmu, keindahan fisik, rasa ‘iffah
(menjaga diri), kemuliaan akhlak, sikap adil,

46
Modul Akhlak SMPI 2
kempimpinan dunia dan agama. Dia adalah
seorang nabi, putera seorang nabi dari putera

seorang nabi. 
Kemurahan Allah

Di antara sifat Allah Subhaanahu wa Ta’ala


adalah bahwa Dia Mahamulia, yakni banyak
kebaikannya, Pemurah Yang Selalu Memberi;
dimana pemberian-Nya tidak pernah habis.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Tangan
Allah selalu penuh, tidak berkurang karena
memberi, Dia Selalu memberi di malam dan
siang hari.”

Lalu Beliau bersabda, “Bagaimana menurutmu


jika ternyata Dia telah memberi sejak
diciptakan-Nya langit dan bumi, namun tidak
berkurang sama sekali apa yang ada di Tangan-
Nya?” (HR. Bukhari-Muslim)

Kemurahan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah


manusia yang paling mulia dan paling baik
nasabnya, manusia paling dermawan dan paling
pemurah dalam memberi dan berinfak. Dari
Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah
diminta untuk Islam kecuali Beliau berikan,
pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu 
Beliau berikan kepadanya kambing (yang
banyaknya hampir memenuhi) di antara dua
bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan
berkata, “Wahai kaumku masuk Islamlah,
sesungguhnya Muhammad itu jika memberi
tidak takut miskin.” (HR. Muslim)

Sebagaimana diriwayatkan pula oleh As


Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa 
orang-orang menyembelih kambing, lalu
membagi-bagikannya kepada orang-orang
miskin, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya kepada As Sayyidah Aisyah
radhiyallahu ‘anha, “Apa yang tersisa darinya?”
Ia menjawab, “Tidak tersisa selain pundaknya.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Semuanya tersisa selain 
pundaknya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh

47
Modul Akhlak SMPI 2
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi dan
Ash Shahiihah (2544))

Maksudnya, bahwa yang disedekahkan


seseorang di jalan Allah adalah yang kekal pada
hari Kiamat, dan tidak ada yang fana’ selain
yang ia pakai di dunia ini. Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam bersabda, “Tidaklah berkurang harta
seorang hamba karena bersedekah.” (HR.
Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5809) 
Macam-macam sikap mulia

Oleh karena sikap mulia itu dipakai untuk


perbuatan yang terpuji, maka ia memiliki
banyak macamnya. Di antaranya:

Sikap mulia kepada Allah

Seorang muslim adalah orang yang bersikap 


mulia kepada Allah, yaitu dengan berbuat ihsan
dalam beribadah dan menjalankan ketaatan,
mengenal Allah dengan sesungguhnya,
mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi
yang dilarang.

Sikap mulia kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam

Yaitu dengan mengikuti sunnahnya, berjalan di
atas manhajnya, mengikuti petunjuknya dan
memuliakannya.

Sikap mulia kepada diri sendiri

Oleh karena itu, seseorang tidak menghinakan


dirinya atau merendahkannya serta    
menjerumuskannya untuk mengatakan
perkataan yang buruk atau sia-sia. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifati
   
‘ibadurrahman, bahwa mereka adalah, “Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian

palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
melalui (saja) dengan menjaga kehormatan
dirinya.” (Qs. Al Furqan: 72)

48
Modul Akhlak SMPI 2
Sikap mulia kepada orang lain

Bentuk-bentuk sikap mulia kepada orang lain 


sangat banyak. Senyum di hadapan mereka
merupakan sedekah sebagaimana yang
disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ,
“Janganlah kamu meremehkan perkara yang
ma’ruf sedikit pun meskipun kamu hanya
bertemu dengan saudaramu dengan wajah
yang ceria.” (Hr. Muslim). Rasululullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Setiap persendian manusia perlu bersedekah;
setiap hari ketika matahari terbit, bersikap adil
terhadap dua orang yang bertengkar adalah
sedekah, membantu seseorang menaiki
hewannya, lalu ia angkut ke atasnya atau ia
angkut barangnya adalah sedekah, kalimat
yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang 
dia langkahkan menuju shalat adalah sedekah
dan menyingkirkan hal yang mengganggu dari
jalan adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda, “Setiap perkara ma’ruf adalah
sedekah.” (HR. Bukhari)

Sikap mulia dan berinfak untuk membantu


kebutuhan kaum muslimin.

Seorang muslim wajib berinfak untuk


membantu kebutuhan kaum muslimin.
Contohnya di waktu perang, ia harus
memperbanyak infak untuk menyiapkan
pasukan kaum muslimin. Di saat-saat krisis
pendidikan, maka ia rela mengorbankan
hartanya untuk membantu kelancaran
pendidikan. Jika di sana sedang terjadi wabah
atau penyakit misalnya, maka ia mengorbankan
hartanya sebagai bentuk peran serta mengatasi
penyakit ini. Dan jika seorang muslim

mengetahui kebutuhan saudaranya yang 
muslim di suatu negeri Islam tertentu, dimana
ia membutuhkan obat atau makanan bergizi,

maka hendaknya ia bersegera membantunya. 
Keutamaan dermawan dan sikap mulia 
1. Pahala dari sikap dermawan dan
berinfak sangat besar. Allah Subhaanahu
wa Ta'aala telah mendorong kita      

49
Modul Akhlak SMPI 2
melakukannya dalam banyak ayat di Al
        
Qur’anul Karim. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala berfirman, “Perumpamaan
         
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir   
benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada setiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 261)

2. Sikap mulia merupakah berkah bagi
harta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak ada pagi hari
yang dilalui manusia, kecuali ada dua
malaikat yang turun; yang satu berkata,
“Ya Allah, berilah ganti kepada orang
yang berinfak.” Yang satu lagi berkata,
“Ya Allah, berilah kebinasaan bagi orang 
yang bakhil.” (HR. Bukhari)
3. Sikap mulia adalah kemuliaan di dunia
dan keutamaan di akhirat, membuat
nama menjadi baik dan mengekalkan 
sebutan yang baik.
4. Sikap mulia menjadikan seseorang 
dicintai oleh keluarganya, tetangganya,
kerabatnya, dan manusia semuanya.

50
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti karm (sikap mulia)?
2. Tulis dalil yang menyebutkan tentang kemurahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala!
3. Bagaimanakah contoh sikap mulia kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?
4. Sebutkan tiga keutamaan sikap mulia!
5. Tuliskan dalil yang menerangkan, bahwa setiap hari dua malaikat turun mendoakan orang
yang berinfak!

51
‫‪Modul Akhlak SMPI 2‬‬

‫الفصل الدراسي الثَّانِي‬

‫‪52‬‬
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Santun

Setelah Thufail bin ‘Amr Ad Dausiy masuk Islam,


ia meminta izin kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam untuk pergi mendakwahi
sukunya “Daus” kepada agama Islam, lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengizinkannya. Tetapi mereka (kaumnya)
tidak mau mengikuti ajakan Thufail, maka ia
kembali kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan berkata, “Sesungguhnya Daus telah
durhaka dan enggan. Maka doakanlah
keburukan atas mereka.” Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap kiblat :
dan mengangkat kedua tangannya, lalu orang-
orang pun berkata, “Mereka (suku Daus) akan
binasa. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
akan mendoakan kecelakaan atas mereka,
sedangkan doa Beliau mustajab. Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa dengan
berkata, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada
Daus dan datangkanlah mereka.” (Muttafaq
‘alaih) Maka Thufail kembali kepada sukunya
dan mengajak mereka untuk yang kedua kalinya
kepada Islam, mereka pun semua masuk Islam. .
Demikianlah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
Beliau adalah seorang yang santun; mendoakan ***
kebaikan bagi mereka dan tidak mendoakan
keburukan.

**************

Pernah suatu malam, khalifah Umar bin Abdul


‘Aziz keluar untuk memantau rakyatnya. Ketika
itu Beliau ditemani oleh seorang polisi, maka
keduanya pun masuk masjid. Ketika itu suasana
masjid gelap, lalu Umar terjatuh mengena
seorang laki-laki yang sedang tidur, maka orang
itu mengangkat kepalanya dan berkata kepada
Umar, “Apakah kamu sudah gila?” Umar .
menjawab, “Tidak.” Polisi itu pun hendak
memukul laki-laki itu, namun Umar berkata ***

53
Modul Akhlak SMPI 2
kepadanya, “Jangan kamu lakukan. Dia
hanyalah bertanya kepadaku, “Apakah kamu
sudah gila?” Lalu aku menjawab “Tidak”.

**************

Apakah sikap santun itu?

Santun artinya mengendalikan jiwa, menahan


marah dan menjauhi sikap marah serta
membalas keburukan dengan kebaikan. Ia
bukanlah berarti seseorang ridha dengan
kehinaan atau menerima kerendahan. Ia .
hanyalah sikap tidak memperhatikan cacian
manusia dan membersihkan diri dari cacian dan
hinaan mereka.

Santunnya Allah :
Santun adalah salah satu sifat Allah. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala adalah Al Halim (Maha
Penyantun), Dia melihat kemaksiatan orang-
orang yang bermaksiat dan sikap mereka
menyelisihi perintah-Nya, maka Dia
memberikan kesempatan kepada mereka dan
tidak segera menyiksa. Dia berfirman,
“Ketahuilah, bahwa Allah Maha Pengampun 235
lagi Maha Penyantun.” (Qs. Al Baqarah: 235)

Santunnya para Nabi


:
Santun merupakan salah satu akhlak para nabi.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim
‘alaihis salam, “Sesungguhnya Ibrahim orang
yang sangat lembut hatinya lagi sangat 114
santun.” (Qs. At Taubah: 114) Dia juga
berfirman tentang Isma’il, “Maka Kami berikan
kabar gembira kepadanya dengan seorang anak
yang sangat santun.” (Qs. Ash Shaaffaat: 101)
101

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga


adalah manusia yang paling santun. Beliau tidak
sempit dadanya karena kesalahan yang
dilakukan sebagian kaum muslimin, bahkan
Beliau mengajarkan para sahabatnya untuk
mengendalikan jiwa dan menahan marah.

Keutamaan santun .
1. Santun adalah sifat yang dicintai Allah
54
Modul Akhlak SMPI 2
‘Azza wa Jalla.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda kepada salah seorang sahabat,
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua
:
sifat yang keduanya dicintai Allah; *
santun dan perlahan-lahan.” (HR.
Muslim)

2. Santun merupakan sarana untuk


memperoleh keridhaan Allah dan surga-
Nya. *
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
bersabda, “Barang siapa yang menahan
marahnya, padahal dia mampu
melampiaskannya, maka Allah ‘Azza wa
Jalla akan memanggilnya di hadapan
seluruh makhluk-Nya pada hari Kiamat, .
lalu memberikan pilihan kepadanya
untuk memilih bidadari yang ia mau.” *
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi,
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 6518)

3. Santun adalah bukti kuatnya kemauan


pelakunya dan mampunya menahan .
emosi.
*
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Orang yang kuat bukanlah 
orang yang kuat bergulat. Orang yang
kuat adalah orang yang menguasai        
dirinya ketika marah.” (HR. Muslim)
34     
4. Santun adalah sarana untuk
mengalahkan musuh dan menaklukkan
setan serta menjadikan musuh sebagai
kawan. Allah Ta’ala berfirman, “Tolaklah . *
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang *
antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi
.
teman yang sangat setia.” (Terj. Qs.
Fushshilat: 34)
5. Santun merupakan sarana untuk meraih
kecintaan manusia dan penghormatan
mereka.
6. Santun menjauhkan pelakunya dari

55
Modul Akhlak SMPI 2
jatuh ke dalam kesalahan dan tidak
memberikan kepada setan untuk
mengusai dirinya.

Marah
:
Lawan dari santun adalah marah. Marah terbagi
dua; marah yang terpuji dan marah yang .
tercela.

Marah yang terpuji adalah marah yang timbul


karena dilanggarnya salah satu larangan di
antara larangan Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dimana Beliau adalah seorang
panutan dan teladan yang baik, tidak pernah
marah selamanya kecuali jika larangan Allah .
dilanggar.

Marah yang tercela adalah marah yang


dilakukan bukan karena Allah atau sebabnya
adalah karena sesuatu yang ringan, dimana
seseorang tidak mampu menguasai dirinya,
yang terkadang urusannya mengarah kepada
akhir yang tidak terpuji. Di antara marah yang
tercela adalah seorang marah pada suatu
keadaan yang sesungguhnya ia mampu
membalas keburukan itu dengan sikap santun
dan mengendalikan jiwa.
.
Di antara keadaan yang memungkinkan
dihadapi dengan sikap santun dan pengendalian
diri adalah seperti yang dikisahkan berikut,
bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam duduk dengan para sahabatnya, maka
ada seorang yang mencela Abu Bakar, ia
menyakitinya, tetapi Abu Bakar diam, kemudian
orang itu menyakiti lagi, namun Abu Bakar
tetap diam, lalu untuk yang ketiga kalinya ia
menyakiti lagi, maka Abu Bakar pun
membalasnya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bangun (dari majlis) ketika Abu Bakar
membela diri, maka Abu Bakar berkata kepada
Beliau, “Apakah engkau marah kepadaku wahai
Rasulullah?” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
pun menerangkan, bahwa salah satu malaikat
dari langit turun mendustakan ucapannya,
tetapi ketika engkau membalas, maka setan
akhirnya yang duduk, dan aku tidak mau duduk
di majlis yang di sana setan ikut duduk. (HR.

56
Modul Akhlak SMPI 2
Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih Abi Dawud dan dalam Ash
2376
Shahiihah 2376) .
Mengobati marah

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan


beberapa sarana untuk mengobati marah. Di
antaranya:
:
1. Diam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila salah seorang *
di antara kamu marah, maka hendaknya
ia diam.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahiul Jami’ no.
693) **
2. Merubah posisi sebelumnya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kamu
marah, sedangka dia dalam keadaan
berdiri, maka hendaknya ia duduk. Jika
marahnya hilang, (maka sudah cukup).
Jika belum, maka hendaknya ia *
berbaring (berbaring di atas rusuknya
atau bersandar).” (HR. Abu Dawud dan  
Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 694)
3. Melatih jiwa untuk bersikap santun.
}      
Santun merupakan sarana terpenting
dalam mengobatinya. Allah Subhaanahu   199
wa Ta'aala memerintahkan hal itu, Dia
berfirman, “Jadilah kamu pemaaf,     
suruhlah orang lain berbuat ma’ruf dan
berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh.” (Qs. Al A’raaf: 199). Dia juga      63 }
menyifati hamba-hamba (pilihan)-Nya,
Dia berfirman, “Dan apabila orang- 37  
orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (Al Furqan:
63) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam juga bersabda, “Janganlah kamu
marah.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi).

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim .


menjadikan sikap santun sebagai akhlak yang
selalu melekat pada dirinya.

57
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa arti hilm/sikap santun?
2. Jelaskan bukti santunnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala!
3. Sebutkah tiga keutamaan santun!
4. Jelaskan tentang marah yang terpuji!
5. Sebutkan tiga cara mengobati marah!

58
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Lembut

Ada seorang Arab baduwi yang telah masuk


Islam, ia pernah datang untuk shalat di masjid
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
lalu ia berdiri di pinggir masjid dan buang air
kecil (di sana), maka para sahabat pun bangkit
dan hendak memukulnya, maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka,
“Biarkanlah dia! Tuangkanlah kepada
kencingnya seember air atau setimba air,
karena kalian diutus untuk memudahkan, bukan
diutus untuk menyusahkan. (HR. Bukhari)

Apa kelembutan itu?

Kelembutan adalah bersikap lembut dalam 


berbagai perkara dan jauh dari sikap keras dan
kasar. Allah Subhaanahu wa Ta'aala 
memerintahkan menghiasi diri dengan akhlak
lembut dalam semua perkara, Dia berfirman,
“Jadilah kamu pemaaf, suruhlah orang lain
mengerjakan yang ma’ruf dan berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh.” (Qs. Al A’raaf: 199)    

Dia juga berfirman, “Dan tidaklah sama    
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada
   
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman
        
yang sangat setia.” (Qs. Fushshilat: 34)

Lembutnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam       

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah 


manusia yang paling lembut dan paling halus.
Dari Anas bin Malik dia berkata, "Saya berjalan
bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam,

ketika itu beliau mengenakan kain (selimut)
Najran yang tebal ujungnya, lalu ada seorang
Arab badui (dusun) yang menemui Beliau.
Langsung ditariknya selendang Beliau dengan
kuat hingga saya melihat permukaan bahu
beliau membekas lantaran ujung selimut akibat
tarikan Arab badui yang kasar. Arab badui
tersebut berkata, "Wahai Muhammad berikan

59
Modul Akhlak SMPI 2
kepadaku dari harta yang diberikan Allah
kepadamu,” maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menoleh kepadanya diiringi senyum
serta menyuruh salah seorang sahabat untuk
memberikan sesuatu kepadanya." (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga


bercanda dengan Al Hasan dan Al Husain serta
mencium keduanya dan menggendong
keduanya di atas pundak Beliau.

As Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha juga


pernah menceritakan tentang lembutnya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah
diberikan dua pilihan kecuali mengambil yang
paling ringannya selama tidak ada dosa. Jika di
sana terdapat dosa, maka Beliau adalah orang
yang paling jauh darinya. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam juga tidak pernah membalas
karena dirinya sedikit pun, kecuali jika larangan
Allah dilanggar, maka Beliau pun membalasnya
karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala. (Muttafaq
‘alaih)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,


“Mudahkanlah dan jangan menyusahkan.
Berikanlah kabar gembira dan jangan membuat
orang lari.” (Muttafaq ‘alaih)

Macam-macam kelembutan

Kelembutan adalah akhlak yang agung. Tidak
ada kelembutan pada sesuatu kecuali
kelembutan akan membuatnya bagus dan
indah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya kelembutan tidak
ada pada sesuatu kecuali akan menghiasnya
dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan
menjelekkannya. “ (HR. Muslim)

Di antara bentuk sikap lembut yang wajib


dimiliki seorang muslim adalah: 
1. Lembut kepada manusia

Seorang muslim tidaklah bergaul dengan


manusia secara keras, kasar atau kaku.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
seorang sosok yang paling jauh dari sikap kasar
60
Modul Akhlak SMPI 2
dan keras. Allah Ta’ala berfirman, “Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah      
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Qs.
Ali Imran: 159)    
Seorang muslim juga tidak mencaci maki orang 
lain dan tidak mencela mereka, karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam telah
memperingatkan perbuatan itu, Beliau
bersabda, “Mencaci maki seorang muslim
adalah suatu kefasikan dan memeranginya
adalah suatu kekufuran.” (Muttafaq ‘alaih)

2. Sikap lembut kepada pembantu

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah


seorang yang lembut kepada pembantu, Beliau
memerintahkan orang yang memiliki pembantu
agar memberinya makan seperti yang ia makan,
memakai seperti yang ia pakai dan tidak
membebaninya di luar kesanggupannya. Jika ia
sampai membebani dengan sesuatu yang tidak
disanggupinya, maka ia harus membantunya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
tentang hak pembantu, “Barang siapa yang
menampar budaknya atau memukulnya, maka
kaffaratnya adalah dengan
memerdekakannya.” (HR. Muslim) Yakni
hukumnya sunah.

3. Sikap lembut kepada hewan

Islam melarang menyiksa hewan, burung dan


segala sesuatu yang memiliki ruh. Anas bin
Malik radhiyallahu 'anhu pernah lewat kepada
sekumpulan orang yang yang meletakkan ayam
di depan mereka dan menjadikannya sebagai
sasaran lemparan. Mereka pun mulai
melempari ayam itu dengan batu, maka Anas
berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
melarang hewan ditahan.” (HR. Muslim)

Maksudnya ditahan, disiksa, diikat dan


dilempari batu sampai mati. Dari sini kita
mengetahui, bahwa Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengutus Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam sebagai rahmat bagi alam semesta. 

Termasuk bersikap lembut kepada hewan

61
Modul Akhlak SMPI 2
adalah menyembelihnya dengan pisau yang
tajam agar ia tidak tersiksa. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah menetapkan berbuat ihsan terhadap
segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam
perang), maka perbaguslah cara membunuh,
dan jika kalian menyembelih, maka perbaguslah
cara menyembelih, dan hendaknya salah
seorang di antara kalian menajamkan pisaunya
dan menyegarkan hewan sembelihannya.”
(Muttafaq ‘alaih)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga
menjelaskan, bahwa Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengampuni seseorang karena ia
memberi minum anjing yang hampir mati
karena kehausan. Beliau juga menjelaskan,
bahwa ada seorang wanita yang masuk neraka,
karena ia mengurung seekor kucing, dimana ia
tidak memberinya makan dan minum sampai
akhirnya kucing itu mati.

4. Sikap lembut kepada benda mati

Seorang muslim juga bersikap lembut kepada


seala sesuatu sampai kepada benda mati, ia pun
menjaga alat-alat miliknya dan menyikapi apa
yang ada di sekelilingnya dengan lunak dan
lembut serta tidak menyiapkannya untuk binasa 
karena salah menggunakan dan meremehkan.

Keutamaan sikap lembut

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendorong


bersikap lembut, Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah Mahalembut; Dia suka
kelembutan pada segala urusan.” (Muttafaq
‘alaih)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga


bersabda, ”Sesungguhnya Allah Mahalembut,
Dia menyukai kelembutan serta memberikan
kepada kelembutan sesuatu yang tidak Dia
berikan kepada sikap keras dan memberikan
untuk kelembutan sesuatu yang tidak Dia
berikan kepada selainnya.” (HR. Muslim) 
Seorang muslim dengan kelembutan dan
kehalusannya, maka ia menjadi seorang yang

62
Modul Akhlak SMPI 2
jauh dari neraka dan termasuk penghuni surga.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah kamu aku beritahukan orang yang
haram atas neraka atau neraka diharamkan
baginya? Neraka itu diharamkan atas setiap
orang yang dekat (dengan manusia), rendah
hati, lembut, dan halus akhlaknya.” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2609)

Jika seorang muslim sudah menjadi lembut


dengan manusia, maka Allah akan bersikap
lembut kepadanya pada hari Kiamat. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa, “Ya
Allah, barang siapa yang memimpin suatu
urusan umatku, lalu ia menyusahkannya, maka
berikanlah kesusahan kepadanya. Ya Allah,
barang siapa yang memimpin suatu urusan
umatku, lalu ia bersikap lembut di dalamnya,
maka berikanlah kelembutan-Mu kepadanya.”
(HR. Muslim)

63
Modul Akhlak SMPI 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apa kelembutan itu?
2. Berikan contoh kelembutan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam!
3. Berikan contoh sikap lembut kepada manusia!
4. Berikan contoh sikap lembut kepada hewan!
5. Apa keutamaan sikap lembut? Dan sebutkan salah satu dalilnya!

64
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Adil

Ada seorang wanita yang mencuri pada saat


Fathu Makkah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam ingin menegakkan had kepadanya
dan memotong tangannya, maka keluarga
wanita itu pergi menemui Usamah bin Zaid dan
memintanya agar memberikan syafaat
(pembelaan) untuknya di hadapan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan agar Beliau
tidak memotong tangannya, sedangkan .
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat
mencintai Usamah.
:
Ketika Usamah berusaha memberikan syafaat
untuk wanita itu, maka berubahlah wajah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
Beliau bersabda kepadanya, “Apakah kamu
hendak memberikan syafaat pada salah satu di
antara had-had Allah?” Kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dan
berkhutbah kepada manusia, Beliau bersabda,
“Sesunggguhnya binasanya orang-orang
sebelum kamu adalah karena apabila orang
terhormat di tengah-tengah mereka mencuri,
maka mereka membiarkannya, dan apabila
orang yang lemah di antara mereka mencuri, ***
maka mereka tegakkan had padanya. Demi
Allah, kalau sekiranya Fathimah binti
Muhammad mencuri, maka aku akan potong
tangannya.” (HR. Bukhari)

############
:
Ada seorang dari penduduk Mesir yang datang
kepada Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu
dan berkata kepadanya, “Wahai Amirul
Mukminin, aku berlomba bersama anak ‘Amr
bin ‘Ash gubernur Mesir, lalu aku
memenangkan perlombaan, maka ia malah
memukulku dengan cambuknya, dan ia berkata
kepadaku, “Aku adalah putera dua orang
terhormat.” Maka Umar bin Khaththab menulis
surat kepada ‘Amr bin ‘Ash, isinya, “Apabila
.

65
Modul Akhlak SMPI 2
suratku ini datang kepadamu, maka hendaknya ***
kamu dan anakmu datang.” Ketika keduanya
telah hadir, maka Umar bin Khaththab
memberikan cambuk kepada orang Mesir agar
ia memukul putera ‘Amr sambil berkata,
“Pukullah anak dua orang terhormat.”

############

Di zaman Umar bin Khaththab radhiyallahu


'anhu, salah seorang dari pemuka bangsa Arab
masuk Islam dan ia pergi untuk naik haji. Ketika -
ia mengelilingi ka’bah, maka ada seseorang
yang menginjak ujung selendangnya, lalu orang
itu pun memukul wajahnya dengan keras. Maka
(orang yang dipukul ini) pergi ke Umar bin
Khaththab dan mengeluh kepadanya, lalu Umar
radhiyallahu 'anhu meminta orang yang
memukul dihadirkan. Ketika ia hadir, Umar
memerintahkan orang yang dipukul melakukan
.
qishas terhadapnya, yaitu dengan memukul ***
wajahnya seperti yang ia lakukan terhadapnya,
ia pun berkata karena heran, “Apakah saya
disamakan dengan dia dalam hal ini?” Maka
Umar berkata, “Ya, agama Islam menyamakan
antara kamu berdua.”

############

Suatu hari, Imam Ali radhiyallahu 'anhu


berselisih dengan orang Yahudi dalam hal baju
besi, maka keduanya pergi menghadap hakim,
lalu Imam Ali radhiyallahu 'anhu berkata,
“Orang Yahudi ini telah mengambil baju
besiku.” Maka orang Yahudi mengingkarinya.
Kemudian si hakim berkata kepada Imam Ali,
“Apakah kamu mempunyai saksi?” Imam Ali
berkata, “Ya.” Lalu ia membawakan anaknya,
yaitu Husain, maka Husain pun bersaksi bahwa .
baju besi itu milik bapaknya. Tetapi si hakim
berkata kepada Imam Ali, “Apakah kamu punya
saksi lagi yang lain?” Imam Ali menjawab,
“Tidak.” Maka si hakim menetapkan bahwa baju
besi itu untuk orang Yahudi karena Imam Ali
tidak punya saksi lagi selain anaknya. Lalu orang
Yahudi itu berkata, “Amirul Mukminin datang
bersamaku kepada hakim kaum muslimin, lalu
ia memberikan keputusan kepada Amirul
Mukminin dan ia pun ridha. Engkau benar demi

66
Modul Akhlak SMPI 2
Allah, wahai Amirul Mukminin! Sesungguhnya ia
adalah baju besimu yang jatuh dari untamu lalu
aku pungut. Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Maka .
Imam Ali pun memberikan baju besi itu
kepadanya karena senang dengan ***
Keislamannya.

Apakah adil itu?

Adil artinya inshaf (menyadari), memberikan


kepada seseorang haknya dan mengambil
kewajibannya.

Banyak ayat-ayat dalam Al Qur’anul Karim yang      : 
memerintahkan berlaku adil, mendorong
kepadanya dan mengajak untuk berpegang
dengannya. Allah Ta’ala berfirman, 90   
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil,
berbuat ihsan dan memberi kepada kerabat.”        
(Qs. An Nahl: 90) Dia juga berfirman, “Dan
apabila kamu memutuskan di antara manusia,
      
maka hendaklah kamu memutuskan dengan
adil.” (Qs. An Nisaa’: 58)
58  
Adl juga merupakan salah satu nama di antara
nama-nama Allah yang indah (Al ‘Adlu) dan .
salah satu sifat di antara sifat-sifat-Nya.
:
Macam-macam adil
:
Adil ada banyak macamnya, di antaranya:
-1
1. Adil antara dua pihak yang bertikai.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


merupakan cerminan orang yang
mewujudkan keadilan. Pernah ada dua
orang Anshar yang bertikai datang
kepadanya dan meminta Beliau
memutuskan di antara keduanya, maka
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
memberitahukan, bahwa orang yang
mengambil hak saudaranya sesunguhnya .
sama saja mengambil potongan api neraka,
maka kedua orang itu menangis dan saling
merelakan bagiannya untuk saudaranya.

67
Modul Akhlak SMPI 2
2. Adil dalam timbangan dan takaran.
-2
Seorang muslim memenuhi timbangan dan
takaran, ia menimbang dengan adil dan
tidak mengurangi hak manusia. Ia tidaklah
menjadi orang yang mengambil lebih
haknya ketika membeli, dan mengurangi
timbangan dan takaran ketika menjual.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam
orang yang melakukan hal itu. Allah Ta’ala
berfirman, “Celakalah orang-orang yang     
curang-- (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka       
minta dipenuhi,--Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi--Tidaklah orang-orang        
itu menyangka, bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan,-- Pada suatu :     
hari yang besar,” (Qs. Al Muthaffifin: 1-5)

3. Adil terhadap anak-anaknya


1-5

Seorang muslim juga menyamakan anak-


anaknya, sampai-sampai dalam masalah 3
mencium anaknya. Ia tidak boleh
melebihkan sebagian mereka dengan suatu
hadiah atau pemberian agar satu sama lain
tidak membenci dan agar tidak menyala api
permusuhan dan kebencian di antara .
mereka.

Nu’man bin Basyir berkata, “Bapakku


memberiku suatu pemberian. Lalu ‘Amrah
binti Rawahah (ibu Nu’man) berkata, “Aku
tidak ridha sampai engkau angkat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai saksi.”
Maka ia (bapak Nu’man) mendatangi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
berkata, “Sesungguhnya aku memberikan
kepada anakku dari ‘Amrah binti Rawahah
suatu pemberian, dan ia menyuruhku agar
engkau wahai Rasulullah sebagai saksinya.”
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Apakah engkau memberikan : -4
juga kepada semua anakmu seperti ini?” Ia
menjawab, “Tidak.” Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah dan berlaku
adillah di antara anak-anakmu.” (HR.

68
Modul Akhlak SMPI 2
Bukhari)
      
4. Adil kepada semua manusia
8       
Seorang muslim dituntut bersikap adil
kepada semua manusia, baik mereka
muslim maupun non muslim. Allah
memerintahkan agar jangan mengurangi
hak manusia. Dia berfirman, “Janganlah
kebencian kamu kepada suatu kaum .
membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena hal itu lebih dekat kepada
ketakwaan.” (Qs. Al Maa’idah: 8)

Maksudnya, janganlah kebencian dan


permusuhanmu kepada suatu kaum
membuatmu berlaku tidak adil, bahkan adil
wajib dilakukan kepada semuanya, baik
mereka kawan maupun lawan.

Keutamaan adil :
1. Adil merupakan kedudukan yang besar di sisi *
Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Dan berbuat
adillah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-       
orang yang berbuat adil.” (Qs. Al Hujurat: 9)
9
Seorang sahabat yang mulia, yaitu Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu berkata, “Amal yang
dilakukan oleh pemimpin yang adil kepada
rakyatnya sehari saja lebih utama daripada
ibadah ahli ibadah di tengah keluarganya
selama seratus tahun.” .
2. Adil merupakan keamanan bagi manusia di
*
dunia. Ada riwayat, bahwa utusan raja-raja
pernah datang untuk menghadap Umar bin
Khaththab, lalu ia menemukan Umar dalam
keadaan tidur di bawah sebuah pohon. Ia
heran, mengapa ada seorang pemerintah kaum
muslimin yang tidur tanpa penjaga, ia pun
berkata,”Engkau telah berhukum dengan adil .
sehingga engkau merasakan keamanan dan
engkau pun dapat tidur wahai Umar.” *
3. Adil adalah dasar kekuasaan -
Salah seorang gubernur pernah menulis surat
kepada Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz
radhiyallahu 'anhu, dimana ia meminta
69
Modul Akhlak SMPI 2
kepadanya harta dalam jumlah besar untuk
membangun pagar di sekeliling kota
.
pemerintahannya, maka Umar berkata *
kepadanya, ”Apa manfaatnya pagar-pagar?
Bentengilah dengan keadilan dan bersihkanlah .
jalan-jalannya dari kezaliman.”
*
4. Adil dapat memberikan keamanan bagi orang
yang lemah dan fakir serta membuatnya .
merasa mulia dan bangga (percaya diri).
*
5. Adil menyebarkan kecintaan di antara
manusia dan antara pemerintah dengan
.
rakyatnya.

6. Adil menghalangi orang zalim dari melakukan


kezaliman, orang yang rakus dari sikap
serakahnya serta memelihara hak, kepemilikan
dan harta benda.

70
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa yang dimaksud dengan adil?
2. Sebutkan dalil yang memerintahkan berlaku adil!
3. Sebutkan macam-macam adil!
4. Sebutkan tiga keutamaan adil!
5. Tuliskan ayat yang menyebutkan, bahwa Allah mencintai orang-orang yang adil!

71
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Malu

Ada seorang Anshar yang mengkritik dan


mencela saudaranya karena sifat malunya yang
tinggi, ia meminta kepadanya agar mengurangi
sifat malu itu, sedang Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam melewati keduanya dan
mendengar mereka berdua, maka Beliau
bersabda kepada orang itu (yang mencela
saudaranya), “Biarkanlah dia, sesungguhnya
malu itu bagian dari iman.” (Muttafaq ‘alaih) 
Apa malu itu?


Malu adalah jiwa merasa kecil karena aib dan
kekeliruan. Malu merupakan bagian dari
keimanan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Iman itu ada enam puluh
cabang lebih, dan malu adalah salah satu
cabang keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)

Bahkan, malu dan iman adalah dua sahabat dan


kawan yang tidak berpisah. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Malu
dan iman adalah dua hal yang sepasang. Jika
yang satu diangkat, maka yang lain akan
terangkat.” (HR. Hakim dan Baihaqi dalam Asy 
Syu’ab, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 1603)

Akhlak malu tidaklah menghalangi seorang


muslim dari berkata yang hak (benar), mencari
ilmu, beramr ma’ruf atau bernahy munkar.
Tempat-tempat ini bukanlah tempat untuk
bersikap malu, hanyasaja bagi seorang muslim
dalam melakukan semua itu disertai adab dan
hikmah (kebijaksanaan). Seorang muslim
mencari ilmu, dan ia tidak malu bertanya
terhadap hal yang tidak ia ketahui. Para sahabat
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam tentang perkara yang kecil, lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawabnya
tanpa sikap malu.

72
Modul Akhlak SMPI 2

Malu Allah ‘Azza wa Jalla

Di antara sifat Allah Ta’ala adalah bahwa Dia


malu dan suka menyembunyikan. Dia mencintai
malu dan menyembunyikan. Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla malu dan
suka menyembunyikan, Dia suka sifat malu dan
menyembunyikan kesalahan.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud dan Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1756)

Malu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah


manusia yang paling malu. Apabila Beliau tidak
suka sesuatu, maka para sahabat mengenali
Beliau pada wajahnya. Oleh karena itu, apabila
sampai kepada Beliau sesuatu yang tidak Beliau
sukai dari kaum muslimin, maka Beliau tidak
mengarahkan pembicaraan kepadanya. Beliau
tidak mengatakan, “Kenapa si fulan berbuat
begini dan begitu.” Tetapi Beliau mengatakan,
“Mengapa orang-orang melakukan ini” tanpa
menyebut nama seseorang agar tidak
membuatnya malu. Rasulullah shallallahu 'alaihi

wa sallam juga bukanlah seorang yang berbuat
keji dan berkata keji, Beliau juga tidak berteriak-
teriak di pasar.

Macam-macam malu

Malu ada banyak macamnya, di antaranya:

1. Malu kepada Allah

Seorang muslim memiliki adab terhadap Allah


Subhaanahu wa Ta'aala, ia malu kepada-Nya.
Oleh karena itu, ia pun mensyukuri nikmat
Allah, tidak mengingkari kebaikan Allah dan
karunia-Nya dan hatinya pun penuh dengan
rasa takut kepada Allah. Sedangkan dirinya
dipenuhi rasa tenang dan ta’zim kepada Allah,
ia juga tidak terang-terangan berbuat maksiat
serta tidak melakukan perbuatan buruk dan
hina, karena dia mengetahui bahwa Allah 
Subhaanahu wa Ta'aala memperhatikannya,
mendengar dan melihatnya. Allah Ta’ala
73
Modul Akhlak SMPI 2
berfirman terhadap orang-orang yang
melakukan maksiat tanpa rasa malu kepada-   
Nya, “Mereka dapat bersembunyi dari manusia,
namun mereka tidak dapat bersembunyi dari 108   
Allah.” (Qs. An Nisaa’: 108)

Seorang muslim malu kepada Tuhannya, maka


apabila ia mengerjakan suatu dosa atau
maksiat, ia pun malu kepada Allah dengan malu
yang sangat, ia segera kembali kepada
Tuhannya meminta maaf dan ampunan-Nya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Bersikap malulah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benarnya!” Maka para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
kami Al Hamdulillah merasa malu kepada
Allah.” Beliau menjawab, “Bukan itu
maksudnya. Tetapi, malu kepada Allah dengan
sebenar-benarnya adalah kamu menjaga
kepalamu dan apa yang ia terima, menjaga
perutmu dan apa yang ia kandung serta kamu
ingat kematian dan saat binasa. Barang siapa
yang menginginkan akhirat, maka ia akan
tinggalkan perhiasan kehidupan dunia. Barang
siapa yang melakukan hal itu, maka sunguh ia
telah merasa malu kepada Allah dengan
sebenar-benatnya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad,
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 935)

2. Malu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa


sallam

Seorang muslim merasa malu kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, oleh karena itu ia
konsisten di atas sunnah Beliau, menjaga apa
yang Beliau bawa berupa ajaran-ajaran yang
mudah serta berpegang dengannya.

3. Malu kepada manusia

Seorang muslim juga merasa malu dengan


manusia. Oleh karena itu, ia pun tidak
mengurangi hak yang harus ia berikan kepada
mereka, tidak mengingkari perkara ma’ruf yang
telah mereka lakukan bersamanya dan tidak
berbicara buruk dengan mereka serta tidak
membuka aibnya di depan mereka (di depan
umum). Pernah seseorang bertanya kepada

74
Modul Akhlak SMPI 2
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Wahai
Rasulullah, terhadap aurat kami, mana saja
yang perlu kami datangi dan mana saja yang
perlu kami tinggalkan?” Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, “Jagalah auratmu kecuali 
kepada istrimu dan budak yang kamu miliki.”
Orang itu berkata lagi, “Wahai Rasulullah,
(bagaimanakah) apabila suatu kaum bersama-
sama dengan yang lain?” Rasulullah shallallahu 
'alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu sanggup
agar tidak ada seorang pun yang melihat, maka
lakukanlah.” Ia bertanya lagi, “Wahai

Rasulullah, bagaimanakah jika salah seorang di
antara kami sedang sendiri?” Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Allah lebih berhak
kamu bersikap malu kepada-Nya daripada
manusia.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Hakim dan
Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 203)

Termasuk sikap malu seorang muslim adalah 
dengan menundukkan pandangannya dari yang
haram dan dari pandangan yang mengganggu 
yang menghendaki untuk menundukkan
pandangan. 

Termasuk malu juga adalah wanita muslimah
selalu berhijab dalam pakaiannya, oleh karena
itu, ia tidak memperlihatkan tubuhnya yang

diharamkan oleh Allah, ia juga menjadikan malu
sebagai cirinya dan perilakunya yang 
menunjukkan kepada kesuciannya dan
kebersihannya. Ia selalu berkata: 
Perhiasan yang selalu padaku adalah rasa malu
Merasa malu merupakan modalku

Keutamaan malu

Malu memiliki kedudukan yang agung di sisi


Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Malu mengajak
manusia mengerjakan kebaikan dan
menghindarkannya dari keburukan. Oleh karena
itulah, maka malu semuanya baik, berkah dan
bermanfaat bagi pemiliknya sebagaimana sabda

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Malu
itu tidak mendatangkan selain kebaikan.”
(Muttafaq ‘alaih) 

75
Modul Akhlak SMPI 2
Beliau juga bersabda, “Malu semuanya baik.”

Oleh karena itu, seorang muslim menjadikan 
rasa malu sebagai akhlak yang selalu melekat
padanya sehingga ia memperoleh keridhaan 
Tuhannya Subhaanahu wa Ta'aala. Seorang
penyair berkata:

Jika engkau tidak takut terhadap akibat dari


malam-malam yang berlalu

Dan kamu pun tidak merasa malu, maka


berbuatlah sekehendakmu

Demi Allah, tidak ada kebaikan dalam hidup di


dunia ketika malu telah pergi berlalu

76
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa yang dimaksud dengan malu?
2. Tuliskan dalil bahwa di antara sifat Allah adalah malu!
3. Sebutkan macam-macam malu!
4. Berikan contoh sikap malu kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala!
5. Sebutkan 2 keutamaan malu!

77
Modul Akhlak SMPI 2

Bersyukur

Dahulu ada tiga orang di kalangan Bani Israil;


orang yang sopak, orang yang berkepala botak
dan orang yang buta. Masing-masing dari
mereka berdoa kepada Allah agar Dia
menghilangkan penyakit yang menimpanya dan
agar Dia memberikan rezeki kepadanya, maka
Allah mengabulkan doa mereka dan
mengirimkan malaikat kepada orang yang
sopak, ia pun meletakkan tangannya ke atas
kulitnya, maka jadilah orang itu berkulit indah,
malaikat itu juga memberinya seekor unta
bunting yang beranak, dan unta tersebut
memiliki banyak anak sehingga orang yang
berkulit sopak pun menjadi orang yang kaya.
Lalu malaikat itu pergi menemui orang yang
berkepala botak, maka malaikat itu mengusap
kepalanya, lalu Allah menyembuhkannya,
malaikat itu juga memberikan kepadanya sapi
yang bunting kemudian beranak, sehingga ia
memiliki sejumlah sapi. Malaikat kemudian
menemui orang yang buta, lalu ia meletakan
tangannya ke matanya, maka Allah
 
menyembuhkannya, ia juga memberinya seekor
kambing dan kambing itu pun beranak,
sehingga ia memiliki sejumlah kambing. Setelah
sekian lama, malaikat itu pun datang kembali
kepada mereka untuk menguji mereka, apakah
mereka bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa
Ta'aala dan mau bersedekah kepada kaum fakir
atau tidak? Ia pun pergi menemui orang yang
berkulit sopak, demikian pula menemui orang
yang berkepala botak, tetapi mereka berdua
tidak mau memberikan barang sedikit pun dan
malah berkata kepada malaikat itu,
“Sesungguhnya kami mewarisi harta ini dari
nenek moyang kami,” maka keduanya pun
kembali seperti dahulu dan jadilah keduanya
sebagai orang yang miskin. Kemudian malaikat
itu pergi menemui orang yang buta dan

78
Modul Akhlak SMPI 2
meminta sedekah kepadanya, maka orang yang
buta ini bergembira dengannya dan berkata
kepadanya, “Dahulu aku adalah seorang yang 
buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku.
Oleh karena itu, ambillah apa yang kamu mau 
dan tinggalkan yang kamu mau.” Lalu malaikat
itu berkata kepadanya, “Allah telah ridha
kepadamu.” (Kisah ini diambil dari hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Demikianlah, orang yang buta tersebut telah


berhasil menjalani ujian, ia bersyukur kepada
Tuhannya dan mau menyedekahkan rezeki yang
Allah berikan, maka Allah menambahkan lagi
nikmat kepadanya dan memberkahinya,
sementara orang yang berkepala botak dan
yang berkulit sopak bersikap bakhil (pelit) dan
tidak mau bersyukur kepada Tuhannya, maka
Allah mencabut nikmat dari keduanya.

Diriwayatkan, bahwa ada seorang yang pergi 


kepada salah seorang ulama dan mengeluhkan
keadaan dirinya yang fakir, maka ulama itu
berkata, “Sukakah kamu, jika kamu sebagai
orang yang buta namun memiliki 10.000 
dirham?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Ulama
itu berkata lagi, “Sukakah kamu jika kamu
sebagai orang yang bisu, namun kamu memiliki
10.000 dirham?” Orang itu menjawab, “Tidak.”
Ulama itu berkata lagi, “Sukakah kamu jika
kamu sebagai orang yang gila, namun kamu
memiliki 10.000 dirham?” Orang itu menjawab,
“Tidak.” Ulama itu berkata lagi, “Sukakah kamu
jika kamu sebagai orang yang putus kedua
tangan dan kedua kakimu, namun kamu
memiliki 20.000 dirham?” Orang itu menjawab,
“Tidak.” Ulama itu berkata, “Mengapa kamu
tidak malu mengeluh kepada Tuhanmu, 
sedangkan kamu mendapatkan nikmat di sisi- 
Nya 50.000 dirham.”

Maka orang itu pun mengetahui betapa besar


nikmat Allah yang Dia limpahkan kepadanya, ia 
pun senantiasa bersyukur kepada Tuhannya,
ridha dengan keadaannya dan tidak lagi
mengeluh kepada seorang pun selama-lamanya,

79
Modul Akhlak SMPI 2
Apakah syukur itu?

Syukur artinya membalas perbuatan ihsan serta


memuji dengan pujian yang indah kepada orang
yang membawakan kebaikan dan berbuat ihsan.

Syukur para nabi 


Syukur adalah akhlak yang melekat pada diri 
para nabi Allah –semoga shalawat Allah dan
salam terlimpah kepada mereka -. Allah Ta’ala
berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam      
yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia
      
termasuk orang-orang yang mempersekutukan
(Tuhan),--(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat
Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya       
kepada jalan yang lurus.” (Qs. An Nahl: 120-
121)   
Allah ‘Azza wa Jalla juga menyifati Nabi Nuh
‘alaihis salam bahwa ia adalah seorang yang 
bersyukur, Dia berfirman, “Sesungguhnya dia
adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
(Qs. Al Israa’: 3)

Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi       
Sulaiman ‘alaihis salam, “Ia pun berkata, "Ini
termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku     
apakah aku bersyukur atau mengingkari
(nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku         
Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Qs. An Naml: 40)
       
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri
juga banyak bersyukur kepada Tuhannya, Beliau
mengajarkan kepada kita untuk mengucapkan
      
pada akhir shalat, “Ya Allah, bantulah aku untuk
mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan
memperbaiki ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu
Dawud dan Nasa’i)

Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha



menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu 
'alaihi wa sallam ketika melakukan qiyamullail
dan shalat kepada Allah Rabbul ‘alamin sampai

80
Modul Akhlak SMPI 2
bengkak kedua kakinya karena lamanya shalat
dan berdirinya, lalu ia berkata kepadanya,
“Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah,
padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu
yang dahulu dan yang akan datang?” Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab dengan
mengatakan, “Tidak pantaskah aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur.” (Muttafaq
‘alaih)

Macam-macam syukur 
1. Syukur kepada Allah.

Seorang muslim bersyukur kepada Tuhannya


atas nikmat-nikmat-Nya yang banyak yang telah
Dia limpahkan kepadanya, dan tidak ada yang
mengingkari nikmat-nikmat Allah selain orang
yang ingkar. Allah Ta’ala berfirman, “Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,     
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
(Qs. Al Baqarah: 152)
152  
Nikmat Allah kepada manusia tidak terhitung
dan tidak terhingga. Allah Ta’ala berfirman, 
“Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat
Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya.” (Qs. Ibrahim: 34)
     
Allah Ta’ala juga berfirman, “Katakanlah, "Dia-
lah yang menciptakan kamu dan menjadikan 34
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.
(tetapi) sangat sedikit kamu bersyukur.” (Qs. Al
Mulk: 23)      

Bersyukur kepada Allah terlaksana dengan


      
mengakui nikmat-nimat-Nya, menyebutnya dan
menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah.
Allah Ta’ala, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, 23 
maka hendaklah kamu siarkan.” (Qs. Adh
Dhuha: 11)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga


bersabda, “Sesungguhnya Allah ridha dengan 
seorang hamba yang sekali makan, ia memuji
Allah atau sekali minum ia memuji Allah.” (HR.
Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
11    

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga


81
Modul Akhlak SMPI 2
bersabda, “Sesungguhnya Allah senang melihat
bekas nikmat-Nya pada hamba-Nya.” (HR.
Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1887)

Umar bin Abdul ‘Aziz berkata, “Sebutlah nikmat-


nikmat itu, karena menyebutnya merupakan
sikap syukur.”

Demikian pula ridha dengan taqdir Allah


termasuk syukur. Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila anak seorang hamba
meninggal, maka Allah berfirman kepada para
malaikat-Nya, “Apakah kamu telah mencabut
nyawa anak hamba-Ku?” Mereka menjawab,

“Ya.” Allah berfirman, “Apakah kamu mencabut 
buah hatinya?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah
berfirman, “Apa yang diucapkan hamba-Ku?”
Mereka menjawab, ”Dia memuji-Mu dan
mengucapkan istirja’ (Innaa lillahi wa innaa
ilaihi raaji’un), “ maka Allah berfirman,

“Bangunkanlah untuk hamba-Ku rumah (istana)
di surga dan namailah Baitul hamdi (istana
pujian).” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, dihasankan
oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah
(1408))

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga


mengajarkan kepada kita untuk bersujud
kepada Allah dengan sujud syukur ketika kita
memperoleh sesuatu yang yang menyenangkan
atau ketika Allah melindungi kita darimusibah.

2. Bersyukur kepada kedua orang tua

Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk


bersyukur kepada kedua orang tua dan berbuat 
baik kepada mereka berdua, Dia berfirman,
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua 
orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(Qs. Luqman: 14)

Seorang muslim memberikan sikap syukur 


kepada kedua orang tuanya dengan menaati
keduanya, berbakti kepada keduanya, berbuat
baik, berusaha mencari keridhaan keduanya      
dan tidak membuat keduanya marah.
14
3. Bersyukur kepada manusia

82
Modul Akhlak SMPI 2
Seorang muslim menghargai perbuatan baik
dan mengetahui hak-hak mereka, ia pun
berterima kasih kepada mereka karena 
kebaikan yang mereka berikan kepadanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Tidaklah bersyukur kepada Allah
orang yang tidak bersyukur kepada manusia.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Hibban,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 7719)

Dan manusia yang berhak engkau berikan sikap


syukur pula adalah pendidikmu karena ia
memiliki jasa terhadapmu, dan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam sendiri mendorong kita untuk
menyampaikan ungkapan syukur kepada orang
yang telah memberikan sesuatu yang baik
kepada kita, sehingga kita ucapkan kepadanya,
“Jazaakallahu khairaa” (artinya: semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan). Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang
siapa yang telah diberikan kebaikan, lalu ia 
berkata kepada orang yang memberikan itu,
“Jazaakallahu khairaa” maka sesungguhnya ia 
telah benar-benar memuji.” (HR. Tirmidzi dan
Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 6368) 


Keutamaan sikap syukur

Apabila seorang muslim menghiasi dirinya
dengan akhlak syukur dan memuji Tuhannya,
maka sesungguhnya hal itu menjamin untuk
mendapatkan tambahan nikmat Allah di dunia,
memperoleh keridhaan-Nya dan surga-Nya
serta merasa aman dari azab-Nya di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, jika kamu
bersyukur, maka akan Aku tambahkan (nikmat-
   
Ku) kepadamu.” (Qs. Ibrahim: 7)

Al Hasan berkata, “Setiap kali kamu mensyukuri
nikmat, maka ada nikmat baru untukmu yang
lebih besar lagi karena syukur itu.”

83
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa yang dimaksud dengan syukur?
2. Sebutkan macam-macam syukur!
3. Berikan contoh sikap syukur kepada kedua orang tua!
4. Apa ucapan kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita!
5. Sebutkan keutamaan syukur!

84
Modul Akhlak SMPI 2

Menjaga Lisan

Aisyah radhiyallahu 'anha pernah duduk


bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu
Ummul Mukminin Shafiyyah binti Huyay
radhiyallahu 'anha datang, maka Aisyah berkata
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
“Cukuplah bagimu Shafiyyah ini begini dan
begitu.” Maksudnya dirinya yang pendek. Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, engkau telah mengucapkan kata-kata
yang seandainya dicampur dengan air laut,
tentu akan membuatnya keruh.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi (2/306), Al
Misykaat (4853-4857) dan Ghayatul Maram
(427)) 

Apa itu menjaga lisan?

Yang dimaksud menjaga lisan adalah seseorang 


tidak berbicara kecuali yang baik dan menjauhi
ucapan yang buruk, serta menjauhi ghibah
(menggunjing), namimah (mengadu domba),
berkata kotor dan lainnya.

Seseorang akan ditanya terhadap semua        
ucapan yang keluar dari mulutnya, karena Allah
merekamnya dan akan menghisabnya. Allah  
Ta’ala berfirman, “Tidak ada suatu ucapan pun
yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Terj.
Qs. Qaaf: 18)

Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah yang tidak


ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia,
tidak ada sesuatu pun yang berada di atas muka
bumi yang lebih butuh dipenjara lama daripada
lisan.”

Batasan-batasan dalam berbicara

Barang siapa yang ingin selamat dari keburukan


lisan, maka ia harus memperhatikan perkara

85
Modul Akhlak SMPI 2
berikut:

1. Tidak berbicara kecuali yang memberikan


manfaat baik bagi dirinya maupun orang
lain, atau untuk menghindarkan bahaya 1
darinya atau dari orang lain.
2. Hendaknya ia memilih waktu yang tepat
untuk berbicara. Ada yang mengatakan,
bahwa pada masing-masing kondisi ada 2
waktu tepat berbicara. Barang siapa yang
berbicara di saat yang tidak tepat untuk
membicarakannya, maka berarti siap keliru
dan tergelincir.
3. Hendaknya ia membatasi dalam bicara 3
dengan menyebutkan yang dapat
mewujudkan tujuan atau maksud dan yang
sesuai dengan kondisi. Barang siapa yang
tidak membatasi ucapannya sesuai
keperluan, maka pembicaraan panjang
akan dapat membosankan. Ucapan yang
baik adalah pertengahan antara sedikit
yang sangat kurang dan panjang namun
membosankan.
4. Memilih lafaz yang hendak ia sampaikan.
4
Penyair berkata,

Timbanglah ucapan jika engkau hendak


ucapkan,
5
karena yang membuka aib orang yang
cacat adalah ucapan.

5. Janganlah membuat manusia senang


dengan menggunakan ucapan yang
menimbulkan kemurkaan Allah. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang membuat manusia
6
ridha dengan kemurkaan Allah, maka Allah
akan menyerahkannya kepada manusia,
dan barang siapa yang membuat murka
manusia dengan keridhaan Allah, maka
Allah mencukupkannya dari keperluan
kepada manusia.” (HR. Tirmidzi,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 6010)
6. Tidak terus menerus mengumbar janji yang 7
tidak sanggup ia penuhi atau memberikan
ancaman yang tidak sanggup ia wujudkan.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang

86
Modul Akhlak SMPI 2
yang beriman! Mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu     
kerjakan?--Sangat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa         
yang tidak kamu kerjakan.” (Qs. Ash Shaff:
2-3)
7. Menggunakan lafaz yang mudah yang
3 2     
memberikan makna yang jelas. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 8
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai
dan paling dekat majlisnya denganku pada
hari Kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya di antara kalian, dan orang yang
paling aku benci dan paling jauh majlisnya
denganku pada hari Kiamat adalah orang
yang banyak bicara, bicara terlalu dalam
dan mutafaihiqun?” para sahabat beratnya,
“Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui
orang yang banyak bicara dan bicara terlalu
dalam, lalu apakah mutafaihiqun?” Beliau
menjawab, “Yaitu orang yang sombong.”
(HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2201)
8. Tidak berbicara kotor, keji atau buruk.
9
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Orang mukmin bukanlah orang
yang suka mencela, suka melaknat, berkata
kotor dan keji.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam
Al Adab, Ibnu Hibban dan Hakim, 10
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 5381)
9. Menyibukkan lisannya dengan selalu
dzikrullah dan tidak mengeluarkan
ucapannya kecuali yang baik.

Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu,


bahwa ada seorang laki-laki yang berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat
Islam begitu banyak bagiku, maka
beritahukanlah aku sesuatu yang dapat aku 139 3
pegang.” Beliau bersabda, Yaitu lisanmu
senantiasa basah karena dzikrullah.” (HR. 317 2
Tirmidzi dan Ibnu Majah, lihat Shahih At
Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah
2/317)

Keutamaan menjaga lisan

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah

87
Modul Akhlak SMPI 2
ditanya, “Muslim mana yang paling utama?”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Yaitu orang yang kaum muslimin
lainnya selamat dari gangguan lisan dan
tangannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Uqbah bin ‘Amir berkata, “Wahai Rasulullah, di


manakah keselamatan?” Rasulullah shallallahu 
'alaihi wa sallam bersabda, “Tahanlah lisanmu,
sempatkanlah berdiam di rumahmu dan
tangisilah dosamu.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no.
1392)

Ghibah (Menggunjing)

Ghibah adalah penyakit lisan yang paling
berbahaya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala         
melarang kita dari ghibah dan menyerupakan
orang yang menghibahi saudaranya dan
     
menyebutkan sesuatu yang tidak ia sukai dan
membicarakan aib-aibnya ketika ia tidak ada
seperti orang yang memakan daging         
saudaranya yang telah mati. Allah Ta’ala
berfirman, “Dan janganlah mencari-cari  
keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(Qs. Al Hujurat: 12)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga


memperingatkan para sahabatnya dari ghibah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Tahukah kamu apa itu ghibah?”
Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Yaitu kamu menyebutkan tentang
saudaramu apa yang tidak ia suka.” Salah
seorang sahabat bertanya, “Bagaimana
menurut engkau jika yang aku ucapkan
memang ada pada saudaraku?” Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika
ternyata yang engkau ucapkan ada pada
saudaramu, maka berarti engkau telah
menghibahnya, dan jika tidak ada, maka berarti

88
Modul Akhlak SMPI 2
engkau telah berdusta terhadapnya.” (HR.
Muslim)

Azab ghibah sangat keras dan hukumannya


sangat pedih pada hari Kiamat. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ketika
aku dimi’rajkan, maka aku melewati sebuah
kaum yang memiliki kuku dari tembaga, ia cakar
muka dan dadanya dengannya.” Aku pun
bertanya, “Siapakah mereka ini wahai Jibril?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang
yang memakan daging manusia dan mencela
kehormatan mereka.” (HR. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahiihah no. 533)

Namun di sana ada beberapa perkara yang 


dibolehkan oleh Islam untuk menyebutkan aib
orang lain, dan hal ini tidak termasuk ghibah
yang seseorang akan dihukum terhadapnya.
Beberapa perkara itu adalah:

1. Mengadukan kezaliman kepada qadhi 


atau hakim.
2. Merubah kemungkaran dan  
mengembalikan pelaku maksiat kepada
jalan yang benar.  
3. Memperingatkan kaum muslmin dari
keburukan dan menasihati mereka. 
4. Terang-terangan melakukan kefasikan
dan kebid’ahan. Jika di antara manusia

ada yang melakukan dosa secara terang-
terangan, seperti meminum khamr atau
menzalimi manusia, maka boleh
disebutkan aiab-aibnya sampai ia
berhenti dan kembali kepada Allah.
5. Meminta fatwa.
6. Mengenalkan. Jika sebagian orang tidak
mengenal kecuali dengan gelar yang 
biasa dikenal di kalangan manusia,
seperti kita katakan, “Si fulan yang
matanya kabur,” atau “Yang matanya 
juling.” Maka hal ini boleh jika
maksudnya adalah mengenali manusia,
dan tidak boleh jika maksudnya memaki
dan mencacatkannya.

Ibnu Abi Syarif mengumpulkan beberapa

89
Modul Akhlak SMPI 2
perkara itu dalam ucapannya:

Mencela bukanlah ghibah pada enam perkara;


orang yang mengadu kezaliman, orang yang 
mengenalkan, orang yang memberi peringatan,
orang yang menampakkan kefasikan, orang
yang bertanya, dan orang yang meminta
bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran.

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa yang dimaksud dengan menjaga lisan?
2. Sebutkan tiga batasan dalam berbicara!
3. Tuliskan dalil yang menyebutkan keutamaan menjaga lisan!
4. Apa hukuman bagi orang yang ghibah pada hari Kiamat?
5. Sebutkan 6 keadaan yang dikecualikan dari ghibah!

90
Modul Akhlak SMPI 2

Sikap Mengutamakan Orang Lain

Hudzaifah Al ‘Adawiy pernah pergi dalam


perang Yarmuk untuk mencari sepupunya
dengan membawa seteguk air. Setelah ia
menemukan sepupunya dalam keadaan terluka,
maka Hudzaifah berkata, ”Maukah kamu aku
beri minum?” Lalu sepupunya mengisyaratkan
tanda setuju. Sebelum ia meminumnya,
keduanya mendengar seseorang berkata,
“Aah.” Maka sepupunya mengisyaratkan
Hudzaifah kepadanya, yakni agar ia pergi
membawa seteguk air kepada orang yang
kesakitan itu, maka Hudzaifah pun pergi
kepadanya, maka ia pun menemuinya, dan
ternyata Hisyam bin Al ‘Aash. Ketika ia hendak
memberinya minum, maka keduanya
mendengar yang lain berkata, “Aah.” Maka
Hisyam pun berisyarat kepada Hudaifah agar
memberinya air, maka Hudzaifah pun pergi
menemuinya dan ketika sampai ternyata ia
telah meninggal, ia pun kembali membawa air
untuk menemui Hisyam, dan ternyata ia
mendapati Hisyam juga telah meninggal, lalu ia
kembali ke sepupunya, dan ternyata ia
mendapatinya juga telah meninggal.

Dari Sahl radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Ada


seorang wanita yang datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa
burdah yang pinggir-pinggirnya ditenun, -Sahl
berkata, “Tahukah kalian burdah itu?” Orang-
orang berkata, “Jubah,” Sahl berkata, “Ya,
wanita itu berkata, “Aku tenun burdah itu
dengan tanganku sendiri agar aku dapat
memakaikan burdah itu kepadamu,” Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengambilnya,
Beliau memang butuh, kemudian Beliau keluar
menemui kami dan dijadikannya burdah
tersebut untuk kain bawahnya, lalu dianggap
bagus oleh seseorang, ia berkata, “Pakaikanlah *
aku kain itu, sungguh bagus sekali,” lalu orang-

91
Modul Akhlak SMPI 2
orang berkata kepadanya, “Kamu ini
bagaimana, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam 
memakainya karena butuh, mengapa kamu
memintanya, padahal kamu tahu bahwa Beliau
tidak akan menolak orang yang meminta,” ia
pun berkata, “Sesungguhnya saya, demi Allah,
tidaklah meminta untuk dipakai, namun saya
memintanya agar menjadi kafan saya nanti.”
Sahl pun berkata, “Maka kain itu pun menjadi
kafannya.” (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Ada seorang laki-


laki yang datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan berkata, “Sesungguhnya
aku sedang kesusahan.” Maka Beliau membawa
kepada salah seorang istrinya dan istrinya
berkata, “Demi Allah yang mengutusmu dengan
kebenaran, aku tidak punya apa-apa selain air.”
Lalu Beliau membawa kepada istrinya yang lain,
dan istrinya yang lain mengucapkan kata-kata
yang sama dan semuanya sama-sama
mengucapkan kata-kata yang sama, yaitu,
“Tidak ada apa-apa, demi Allah yang
mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak
punya apa-apa selain air.” Maka Beliau
bersabda (kepada para sahabat), “Siapakah
yang mau menjamu orang ini pada malam ini
semoga Allah merahmatinya?” Lalu salah
seorang dari Anshar bangun dan berkata, “Saya
wahai Rasulullah,” maka ia membawanya ke
rumahnya dan laki-laki itu berkata kepada
istrinya, “Apakah kamu punya sesuatu?”      
Istrinya menjawab, “Tidak, selain makanan
untuk anak-anak kita.” Orang Anshar itu berkata 9  
(kepada istrinya), “Sibukkanlah mereka (anak-
anaknya) dengan sesuatu.” Jika tamu kita
masuk, maka padamkanlah lampu dan
tunjukkanlah kepadanya bahwa kita sedang
makan. Jika ia duduk untuk memakan, maka
bangunlah menuju lampu hingga kamu
memadamkannya. Maka mereka semua duduk
dan tamu itupun makan. Ketika pagi harinya,
orang Anshar itu mendatangi Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Allah
kagum dengan tindakan kamu berdua kepada 
tamumu pada malam ini.” (HR. Muslim) 
Terhadap kejadian ini turun firman Allah Ta’ala,

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang

92
Modul Akhlak SMPI 2
muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekali pun 
mereka dalam kesusahan. “ (Qs. Al Hasyr: 9)

Imam Nawawi berkata, “Para ulama sepakat 


tentang keutamaan itsar dalam makanan dan
lainnya dari perkara dunia dan pada 
keuntungan pribadi. Adapun ibadah, maka yang
lebih utama adalah tidak mengutamakan orang
lain padanya, karena hak di sana untuk Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, wallahu a’lam.

###############

Pernah berkumpul di hadapan Abul Hasan Al


Anthakiy lebih dari 30 orang dengan membawa
sedikit roti yang tidak cukup bagi mereka, maka
mereka potong roti itu sedikit-sedikit lalu
mereka matikan lampu dan mereka semua
duduk untuk makan. Ketika meja diangkat,
ternyata roti-roti yang ada seperti sebelumnya
tidak berkurang sedikit pun, karena masing-

masingnya mengutamakan saudaranya untuk 
makan dan mengutamakannya daripada dirinya,
sehingga mereka semua tidak makan.

Apakah itsar itu?

Itsar artinya seseorang mengutamakan


kebutuhan orang lain daripada kebutuhan 
dirinya meskipun ia butuh terhadap apa yang ia
berikan. Terkadang ada orang yang rela lapar 
agar yang lain kenyang, dan ada yang rela 
kehausan agar yang lain tidak. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
(sempurna) iman salah seorang di antara kamu
sampai ia mencintai untuk saudaranya apa     
yang ia cintai untuk dirinya.” (Muttafaq ‘alaih)

Keutamaan Itsar       

Allah memuji orang-orang yang melakukan itsar    
dan menjadikan mereka sebagai orang-orang
yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman, “Dan
mereka mengutamakan (orang-orang
 
muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun 
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah

93
Modul Akhlak SMPI 2
orang orang yang beruntung.” (Qs. Al Hasyr: 9)

Atsarah/Egois

Egois artinya mencintai dirinya dan
mengutamakannya di atas orang lain. Ia
kebalikan dari itsar, ia merupakan sifat tercela
yang dilarang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Akan ada setelahku sikap memonopoli dan
perkara-perkara yang kalian ingkari.” Maka Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa
perintahmu kepada orang yang menemuinya di
antara kami?” Beliau bersabda, “Kamu penuhi
hak yang dibebankan kepadamu dan kamu
minta kepada Allah hak kamu.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, sungguh sangat buruk orang
yang menyifati dirinya dengan egois dan
mencintai diri, dan sungguh indah orang yang
menyifati dirinya dengan itsar dan mencintai
orang lain.

94
Modul Akhlak SMPI 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Apa yang dimaksud dengan menjaga Itsar?
2. Tuliskan salah satu kisah tentang itsar!
3. Apa keutamaan itsar!
4. Apa sifat yang menjadi kebalikan dari itsar?
5. Apakah itsar berlaku pula dalam hal ibadah?

95
Modul Akhlak SMPI 2

Maraji’:
1. Al Qur’anul Karim dan Terjemahnya
2. Al Maktabatusy Syamilah
3. Al Mausu’ah Al Haditsiyyah Al Mushaghgharah (memuat Faidhul Qadir, Shahihul Jami’
dan Dha’iful Jami’) oleh Markaz Nuurul Islaam Li abhaatsil Qur’ani was Sunnah.
4. Al Jarhu wat Ta’dil oleh Abu Muhammad Abdurrahman ibnu Abi Hatim Ar Raaziy.
5. Al Kaasyif fii Ma’rifati Man Lahu Riwayah fil Kutubis Sittah oleh Abu Abdillah Muhammad
bin Ahmad Syamsuddin Adz Dzahabi.
6. Mausu’atu Ruwatil Hadits oleh Markaz Nuurul Islaam Li abhaatsil Qur’ani was Sunnah.
7. Mausu’atul Usratil Muslimah dari situs islam.aljayyash.net.
8. Subulus Salam Syarh Bulughul Maram oleh Syaikh M. bin Isma’il Ash Shan’aniy.
9. Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam oleh penyusun.
10. Dll.

Silahkan kunjungi karya tulis lain penulis di:


http://wawasankeislaman.blogspot.com

96

Anda mungkin juga menyukai