Anda di halaman 1dari 17

URAIAN SINGKAT

PEKERJAAN PAKET JASA KONSTRUKSI

1. Program : Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)


2. Kegiatan : Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Primer dan Sekunder
pada Daerah Irigasi yang Luasnya di Bawah 1000 Ha dalam 1 (Satu)
Daerah Kabupaten/Kota
3. Sub Kegiatan : Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Permukaan
4. Nama Paket Pekerjaan : Belanja Pemeliharaan Bangunan Air-Bangunan Air Irigasi-Bangunan
Pembawa Irigasi
Pemeliharaan Daerah Irigasi Jeru
5. Nilai Total Pagu : Rp120.000.000,00
6. Nilai Total HPS : Rp119.983.895,90
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : Pelaksanaan pekerjaan dengan jangka waktu pekerjaan selama 60
(Enam Puluh) hari kalender, terhitung dari keluarnya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK)
8. Sumber Dana : DBH Pajak/Bukan Pajak APBD Kabupaten Malang Tahun Anggaran
2023
9. Lingkup Pekerjaan : Rincian lingkup pekerjaan sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai yang tertuang dalam dokumen
kontrak, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum
melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah
a. Melakukan koordinasi dengan direksi pekerjaan antara lain :
 Mempersiapkan gambar kerja (Shop Drawing) yang telah
disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas pekerjaan.
 Mempersiapkan jadwal rencana kerja (time Schedule). Jadwal
rencana kerja yang dimaksud adalah jadwal pelaksanaan
masing masing item pekerjaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan bahan, material, alat dan tenaga kerja. Jadwal
rencana kerja ini harus dibuat sebelum pelaksanaan
pekerjaan (selambat-lambatnya 3 hari setelah diterbitkan
Kontrak) dan dilaporkan secara detail kepada pihak Direksi
maupun Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
 Mempersiapkan surat menyurat (Administrasi) terkait
pemberitahuan pelaksanaan pekerjaan yang diserahkan
kepada Direksi, Konsultan Pengawas, Kepala Desa,
Kecamatan dan instansi lain yang berhubungan dengan
rencana pekerjaan.
 Mempersiapkan administrasi terkait sistem pelaporan (Buku
Tamu, Laporan Harian, Laporan Bulanan, Laporan Kemajuan
Pekerjaan (MC-0 dan MC-100) dan Laporan Dokumentasi)
 Koordinasi dengan Direksi dan Konsultan Pengawas terkait
rencana kerja sehingga diharapkan kendala selama
pelaksanaan pekerjaan dilapangan dapat diatasi.
b. Mempersiapkan Mobilisasi/Demobilisasi peralatan dan pekerja
untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
c. Mempersiapkan Direksi Keet dan gudang logistik untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
d. Mempersiapkan tim pengukuran untuk menunjang pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan ketelitian dalam hal penentuan
elevasi dan Stake Out pekerjaan, diantaranya :
 Tenaga pengukuran (Juru Ukur dan tenaga ukur pembantu)
 Peralatan ukur (Theodolite, Waterpass, GPS dan peralatan
ukur lainnya)
 Patok ukur sebagai titik acuan dan titik bantu pelaksanaan
Pengukuran ini nantinya dilaksanakan sebelum, selama dan
setelah pekerjaan selesai sehingga dicapai konstruksi yang sesuai
dengan desain perencanaan.
e. Pembersihan lokasi pekerjaan, termasuk diantaranya adalah :
 Pembersihan dari rumput, tanaman liar dan sampah
 Pembersihan pohon dan akar pohon (sesuai petunjuk Direksi)
 Pembersihan Sedimen dan material sisa bongkaran
f. Mempersiapkan jalan masuk atau menggunakan fasilitas sarana
sekitar proyek guna proses kelancaran keluar-masuk material ke
lokasi proyek.
g. Penempatan material /alat-alat pembantu pekerja disesuaikan
dengan kebutuhan dan tidak boleh mengganggu arus lalu lintas
masyarakat sekitar.
h. Menyediakan / membuat papan nama proyek sesuai dengan
ukuran dan ketentuan yang disepakati oleh Direksi Pekerjaan.
Pemasangan Papan Nama Proyek ini harus dipasang sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan ditempatkan di sekitar lokasi
pekerjaan (sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan).
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Kesehatan
Perlu diperhatikan kesehatan para pekerja khususnya dan
masyarakat lingkungan proyek pada umumnya jangan
sampai timbul adanya penyakit menular dan penyakit-
penyakit lainnya yang sangat berbahaya yang akan
menghambat pelaksanaan proyek.
b. Keselamatan Kerja
Alat-alat Bantu untuk pengaman dan peralatan lainnya
perlu disediakan oleh Kontraktor yang melaksanakan
pekerjaan tersebut. Untuk penanganan awal bila terjadi
kecelakan kerja disediakan pula kotak P3K dan obat-
obatan untuk keperluan penanganan darurat.
2. Pekerjaan Uitzet
Pekerjaan uitzet ini dimaksudkan untuk melakukan
pengukuran awal/acuan selama pelaksanaan pekerjaan.
Uitzet ini harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan, Konsultan
pengawas dan atau Konsultan Perencana pekerjaan. Adapun
pekerjaan Uitzet ini diantaranya adalah
 Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan tim pengukuran
(Pekerja, Juru Ukur dan Pembantu Juru Ukur) dan
perlengkapan (Theodolite, Waterpass dan GPS) selama
pelaksanaan uitzet ini. Kontraktor Pelaksana pekerjaan
harus membuat titik titik patok ukur hasil pengukuran
(Stake Out) gambar kerja sesuai arahan Direksi Pekerjaan
dan Konsultan Pengawas.
 Pengukuran dan pemrofilan saluran/bangunan irigasi
dilakukan dengan memasang patok Bouwplank yang
ditanam kedalam tanah menggunakan kayu keras ukuran
5/7 cm. Jarak patok dari sisi galian minimal 1,00 m dan
jarak patok satu dengan patok lainnya maksimal 2,00 m.
Papan bouwplank menggunakan kayu kelas II ukuran 2/20
cm dan bidang sebelah atas harus diserut/diketam sampai
rata. Penentuan tinggi bouwplank disesuaikan dengan
elevasi rencana dan harus disetujui oleh Direksi.
Pemasangan bouwplank harus siku-siku 90°. Untuk
mendapatkan garis horisontal bouwplank yang maksimal,
pemasangan bouwplank dapat dilakukan dengan
menggunakan selang air atau pesawat ukur seperti
waterpass dan theodolite. Untuk pekerjaan pemrofilan
tanah bisa menggunakan jarak minimal 25 meter ataupun
menyesuaikan dengan rencana desain konstruksi yang
akan dibangun.
 Foto Dokumentasi selama kegiatan Uitzet ini diambil
minimal 3 Foto setiap memperlihatkan keadaan sebelum
mulai pekerjaan, keadaan dalam tahap pelaksanaan dan
keadaan telah selesai. Foto – foto pada tiap patok diambil
searah dengan aliran air dan dalam kondisi latar belakang
yang sama. Ketiga gambar diletakkan dalam album dengan
tanggal pengambilan dan disertai dengan penjelasan.
Album diserahkan sejumlah yang ditetapkan oleh direksi.
 Semua hal yang terkait dengan perubahan ataupun tidak
adanya perubahan hasil pekerjaan Uitzet ini harus
tertuang dalam dokumen Laporan Pekerjaan (Laporan
MC-0). Laporan MC-0 ini berisikan Laporan Perhitungan
Biaya, Laporan Perhitungan Volume, Gambar Rencana
Pelaksanaan Kerja, Foto Pekerjaan 0%, Kurva S, dan
lampiran lainnya yang diperlukan di dalam pelaksanaan.
Laporan Pekerjaan (Laporan MC-0) harus segera
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
3. Pekerjaan Dewatering
a. Pekerjaan Kistdam
Fungsi dari Kisdam ini adalah untuk mengalihkan aliran air
supaya mempermudah pekerjaan pembuatan Bendung
dan Bangunan Air lainnya, tidak mengganggu kelancaran
air irigasi dan untuk menghasilkan mutu/kualitas
pekerjaan yang baik. Berikut ini merupakan beberapa
ketentuan teknis dalam pelaksanaan pekerjaan Kistdam,
di antaranya :
 Pekerjaan Kistdam termasuk pekerjaan yang
dilaksanakan sebelum melaksanakan item pekerjaan
yang lainnya.
 Pekerjaan Kistdam ini harus mengupayakan kondisi
daerah pelaksanaan pekerjaan tidak tergenang air yang
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
 Kistdam dibuat dari material Karung plastik / Bagor 25
kg yang diisi pasir pasang di dalamnya serta di ikat di
ujung karung. Kisdam ini dipasang mulai bagian hulu
sampai hilir bendung dengan membagi bentang lebar
bendung menjadi 2 tahap pelaksanaan konstruksi (sisi
kiri dan sisi kanan bendung). Pemasangan Kisdam ini
diperkuat dengan pemancangan kayu balok/bambu
dengan jarak setiap 30 cm untuk menjaga stabilitas
kisdam.
 Untuk pembuatan kisdam saluran harus mengacu pada
elevasi muka dengan menggunakan terpal plastik yang
sebelumnya telah dipasang sesek bambu.
 Setelah dilakukan pengukuran maka tiang bambu
ditancapkan berjarak 1 meter dari galian paling tepi
(galian pondasi). Bambu ditancapkan dengan jarak
yang telah disesuaikan dengan lebar sesek bambu.
 Pada bagian luar sesek ditutup dengan terpal plastik
yang diikatkan dengan sesek bambu, ini dimaksudkan
untuk menahan rembesan air yang dapat
mengakibatkan terganggunya pekerjaan galian dan
seterusnya.
 Pada bagian bawah terpal plastik ditimbun dengan
tanah untuk mengurangi rembesan dari bawah.
 Untuk memperkuat pada bagian batang bambu diberi
sekur untuk menahan dari arus air ataupun tekanan
air.
 Pekerjaan Kistdam harus mempertimbangkan
kebutuhan air irigasi, sehingga jaringan irigasi masih
bisa digunakan untuk mengalirkan air irigasi. Apabila
dalam hal pelaksanaan pekerjaan Kistdam ini nantinya
akan mengganggu aliran air yang masuk ke dalam
jaringan irigasi, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan
harus berkoordinasi dengan Direksi dan Pengawas
Konsultan.
 Apabila air masih menggenang dalam kisdam yang
telah dibuat maka harus dlakukan pemompaan air
keluar (dewatering).
 Apabila pekerjaan kistdam telah selesai, maka kondisi
aliran air harus dikembalikan sebagaimana mestinya
(dilakukan pembersihan) atau sesuai petunjuk Direksi.
Pembongkaran kisdam segera dilakukan jika telah
dianggap selesai dan tidak menggangu pekerjaan. Pada
akhir pekerjaan kisdam dapat dibongkar atau diratakan
agar tidak menggangu kelancaran air.
 Rencana pelaksanaan Kistdam harus mendapat
persetujuan dari pihak Direksi dan Pengawas
Pekerjaan.
4. Langsir Material ke Lokasi Pekerjaan
Adapun untuk melangsir material bahan menggunakan arco,
gerobak atau pun sepeda motor tergantung kondisi / medan
jalan yang dilalui dari stok material ketitik lokasi pekerjaan.
II. PEKERJAAN TANAH
1. Galian tanah biasa
Pada pekerjaan galian dilakukan secara manual yang
dikerjakan oleh beberapa pekerja. Langkah – langkah
pengerjaannya adalah :
 Membuat profil/acuan (papan ataupun kayu balok)
hasil pengukuran/rencana gambar dibantu dengan
peralatan ukur sesuai dengan hasil pengukuran
elevasi/dimensi konstruksi. Profil/acuan ini nantinya
digunakan sebagai petunjuk untuk galian tanah yang
disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi.
 Alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tanah
galian, dikarenakan sebagian galian terdiri dari lumpur
maka dibuat alat semacam serok yang dilubangi. Ini
dimaksudkan agar air tidak ikut terbawa saat dilakukan
penggalian.
 Menggali dengan mengikuti arah aliran sedikit demi
sedikit sampai terkumpul ditempat yang dianggap
bebas.
 Hasil galian dibuang ke samping letak galian dan
diusahakan tidak mengganggu pekerjaan lainnya atau
tidak masuk kembali ke dalam galian.
 Pekerjaan menggali dikerjakan sampai pada ukuran
yang direcanakan.
2. Galian tanah berbatu
Terdapat lapisan tanah berbatu untuk konstruksi bawah
bangunan bendung (Dam). Dalam proses penggaliannya tidak
bisa menggunakan alat manual biasa (cangkul, skop dll),
maka diperlukan alat mekanis yang mampu memecah lapisan
batu tersebut. Alat yang digunakan adalah Jack Hammer.
Fungsi alat ini memecah lapisan batu yang ada di bawah
konstruksi bendung (Dam). Setelah proses pembuatan
profil/acuan untuk pekerjaan galian, maka lapisan tanah
berbatu ini dihancurkan menggunakan Jack Hammer. Proses
penggaliannya antara lain :
 Membuat profil/acuan (papan ataupun kayu balok) hasil
pengukuran/rencana gambar dibantu dengan peralatan
ukur sesuai dengan hasil pengukuran elevasi/dimensi
konstruksi. Profil/acuan ini nantinya digunakan sebagai
petunjuk untuk galian tanah berbatu yang disesuaikan
dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi.
 Melakukan pengurasan (dewatering) dilokasi dengan cara
manual maupun dengan alat bantu. Proses ini dilakukan
untuk mempermudah dalam memperkirakan keperluan
dimensi galian konstruksi yang direncanakan.
 Alat Jack Hammer memulai penghancuran tanah berbatu
pada satu sisi bendung, dengan kedalaman sesuai dengan
kebutuhan konstruksi yang direncanakan. Setelah satu sisi
bendung tadi selesai digali maka proses penggalian
dilanjutkan ke arah sisi yang lain dengan berpedoman
pada hasil profil/acuan konstruksi yang direncanakan.
 Pengangkutan hasil galian tanah berbatu keluar dari lokasi
pekerjaan.
3. Timbunan Tanah
Untuk pekerjaan dengan volume tanah relatif kecil maka
pekerjaan timbunan dilaksanakan dengan peralatan manual.
Timbunan adalah pekerjaan urugan kembali material yang di
gali sebelumnya. Hasil timbunan dirapikan dengan cangkul
dan dipadatkan dengan alat yang tersedia sesuai dengan
gambar.
III. PEKERJAAN PASANGAN
1. Pasangan Batu Dengan Mortar Jenis PC-PP, Mortar tipe N
dengan mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC:4 PP
(Menggunakan Molen)
Sebagian besar konstruksi bendung/saluran yang
direncanakan merupakan konstruksi yang terbuat dari
Pasangan Batu. Untuk memulai pekerjaan pasangan batu
yang dimaksud tersebut maka ada beberapa hal yang harus
dilaksanakan diantarannya adalah
a. Acuan/Profil
Sebelum pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan maka
dibuat dulu acuan/profil saluran/bangunan air yang akan
dibangun. Acuan/profil tersebut berupa kemiringan
saluran dan alur saluran/bangunan air. Pembuatan
acuan/profil ini sebisa mungkin memudahkan selama
pelaksanaan. Acuan/profil ini dibuat paling tidak setiap
jarak 5 meter. Selain itu untuk mempermudah pekerjaan
maka setiap titik acuan/profil ditarik benang (lot) agar
saluran/bangunan air mempunyai permukaan yang lurus.
b. Bahan Material
Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu dengan
campuran 1 PC:4 PP, maka bahan bahan yang harus
disiapkan diantaranya adalah batu kali, semen (portland
cement), pasir pasang dan air.
Standart material dan tata cara pelaksanaannya harus
mengikuti Aturan Standart Nasional Indonesia (SNI) atau
yang tertuang dalam Dokumen Spesifikasi Teknis. Bahan
bahan campuran (Batu kali, Semen, Pasir pasang dan Air)
harus diletakkan sedekat mungkin (yang memungkinkan)
dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan
c. Campuran
Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu (1 m3)
dengan campuran 1 PC : 4 PP dengan menggunakan
Concrete Mixer, maka harus dibuat mortar campuran
sesuai dengan komposisi sebagai berikut:
 Pasir Pasang
Kebutuhan Pasir Pasang untuk tiap (1 m3) pasangan
batu kali adalah 0,52 m3.
 Portland Cemen (PC)
Kebutuhan Portland Cemen untuk tiap (1 m3)
pasangan batu kali adalah 163 Kg (4,075 Zak).
 Air
Kebutuhan air dalam campuran ini sesuai yang
disyaratkan oleh Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI-03-2834-2000) yaitu
berkisar antara 0,4 – 0,6 dengan melihat kondisi
material pasir pasang.
d. Konstruksi
Sebelum pemasangan batu kali, maka perlu diperhatikan
penempatan batu kali. Penempatan batu kali yang tepat,
akan mengurangi langsiran batu kali yang berulang. Maka
setiap pelaksana lapangan harus memberi sketsa
penempatan batu kali. Pembongkaran batu kali dari truk
tidak harus dibongkar di satu tempat, tetapi bisa bisa
beberapa tempat, tergantung sket penempatan batu kali.
Penempatan pembongkaran batu kali yang tepat adalah
tugas logistik lapangan, dengan berdasar sketsa dari
pelaksana.
Batuan untuk konstruksi pasangan batu kali harus
berbentuk seragam dengan dimensi batu pecah 0,2 x 0,2 x
0,25 cm, atau dengan berat maksimum 25 Kg. Batuan
harus kondisi pecah, hal ini bertujuan untuk memperluas
permukaan sentuh antar batu kali, dan lekatan antara
spesi dengan permukaan batu pecah menjadi kuat dan
stabil. Batu belah harus bebas dari kotoran tanah, dan
jangan batu yang porous atau secara visual kelihatan
berongga.
Penataan batu diusahakan saling menutup sisi batu dengan
jarak antar batu 2 - 3 cm. Penataan batu ini harus rapi dan
diisi dengan campuran mortar 1 PC : 4 PP. Pengisian mortar
harus padat dan tidak boleh ada rongga antar batu yang
tidak terisi mortar. Apabila ada rongga antar batu yang
dirasa terlalu besar maka disarankan diisi dengan pecahan
batu kecil dan diperkuat dengan mortar. Harapannya agar
konstruksi batu kali ini padat dan saling terjadi ikatan antar
batu.
2. Siaran dengan mortar jenis PC-PP tipe M, fc'=17,2 MP ( setara
1 PC : 2 PP )
Semua pekerjaan batu muka yang kelihatan harus disiar,
adukan untuk siaran 1 Pc : 2 Psr, kecuali ditentukan lain oleh
Direksi. Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang
sambungan di antara batu muka harus dikorek sebelum
adukan mengeras (atau dibetel untuk pasangan lama).
Pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
a. Siaran tenggelam (masuk ke dalam ± 1 cm dari permukaan
batu)
b. Siaran rata (rata dengan permukaan batu)
c. Siaran timbul (timbul 1 cm, lebar tidak kurang 2 cm)
Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan siar harus siar
tenggelam. Tahapan pelaksanaan pekerjaan siaran adalah
sebagai berikut :
a. Penyiapan material dan peralatan diusahakan dekat
dengan lokasi pekerjaan.
b. Material yang dipakai adalah : pasir, semen, dan air.
Pasir dibersihkan dari semua kotoran yang bersifat
organic dan dengan kandungan lumpur tanah tidak
melebihi persyaratan, air yang dipakai adalah air yang
bersih dan tidak mengandung lumpur.
c. Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1
semen : 2 pasir, spesi diaduk dengan molen/kotak
adukan untuk mendapatkan hasil yang homogen.
d. Pasir dimasukkan ke dalam molen/kotak adukan
terlebih dahulu kemudian semen dengan perbandingan
tersebut di atas dan diaduk sampai pasir dan semen
bercampur. Setelah dirasa sudah campur baru diberi
air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan
posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah
matang/ campuran semen, pasir dan air merata,
adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi.
e. Spesi dibawa ke tempat pasang siaran dimana tukang
dan pembantu tukang sudah siap ditempat.
f. Sebelum spesi dipasang terlebih dahulu semua bidang
sambungan diantara batu muka harus dikorek. Apabila
bidang yang dikorek terlalu kering maka terlebih
dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih
untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara spesi lama
dengan spesi baru.
g. Siaran dibentuk sesuai lekukan sambungan dan
dirapikan sehingga terlihat indah.
h. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel
dibersihkan dan dibuang.
i. Setelah pekerjaan pekerjaan selesai, Penyedia Jasa
memberitahukan kepada Direksi dan Konsultan
Pengawas untuk diadakan pengukuran pekerjaan
tersebut apakah sesuai dengan rencana kerja,
spesifikasi dan RAB.
j. Apabila Direksi menyatakan sudah sesuai dengan
rencana kerja, spesifikasi dan RAB, maka kami
melanjutkan pekerjaan ke tahap selanjutnya.
3. Plesteran tebal 1,5 cm, dengan mortar tipe S, fc' = 12,5 Mpa (
setara 1 PC : 3 PP )
Plesteran 1 : 3 ; Tebal 15 mm Pekerjaan plesteran akan
dilaksanakan setelah pasangan batu selesai dan atau sedang
berlangsung dimana telah memasuki pertengahan atau akhir
dari pekerjaan pasangan batu, adukan yang digunakan adalah
campuran 1 : 3 dimana terdiri dari komposisi 1 semen dan 3
pasir pasangan, sebelum pelaksanaan dimulai maka
permukaan yang akan diplester dibersihkan terlebih dahulu
baik dari kotoran lumpur maupun kotoran non organik
lainnya karena bila dikotori oleh kotoran maka akan
mengurangi daya rekat dari pasangan plesteran tersebut.
Pekerjaan ini akan dikerjakan oleh tukang- tukang yang telah
berpengalaman dan akan dikerjakan sesuai dengan gambar
rencana. Plesteran ini berfungsi agar air tidak merembes atau
meresap kepasangan batu gunung.
4. Bronjong Kawat pabrikasi
Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan harus mendapat petunjuk dan persetujuan
pihak Direksi. Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang
keras dan tahan lama dengan ukuran 20 cm – 30 cm dapat
berupa batu kali atau batu gunung, dimana batu pipih dan
panjang tidak boleh dipakai.
a. Pelaksanaan Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk
mencegah kerusakan lapisan saringan. Sebelum batu
diisikan, bronjong ditegangkan sampai bentuk yang
diinginkan.
b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya
diletakkan dalam keadaan kosong, diisi dengan batu
sampai penuh dan kemudian ditutup.
c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekat-
sekatnya harus diikat dengan kawat dengan mutu yang
sama. Bronjong ditempatkan diatas filter yang terbuat dari
ijuk sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
apabila diperlukan dilapangan.
d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama,
tidak rusak dan pecah oleh air. Ukuran batu minimum
tidak boleh lebih kecil dari 16 cm atau persetujuan direksi,
dengan ukuran batu rata-rata berbentuk sama yang dapat
ditahan oleh saringan kawat bronjong.
e. Semua bagian tepi dari bronjong dan panel, harus terikat
rapat pada kawat sisi panel dan terikat secara mekanikal
atau petunjuk Direksi, hal untuk menjaga terlepasnya
anyaman, diameter kawat pengikat yang menghubungkan
antara sisi panel untuk perakitan, pemasangan,
berdiameter minimal 2 mm.
f. Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang
didekatnya.
g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong
yang ditempatkan pada setiap 2 (dua) lapisan akan
disusun bergiliran seperti yang ditunjukkan dalam gambar
atau petunjuk Direksi.
IV. PEKERJAAN BETON
1. Beton mutu, f’c = 14,5 MPa (K175), slump (12±2) cm, w/c =
0,66 (Menggunakan Molen)
Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175 maka ada
beberapa hal yang harus dilaksanakan diantarannya adalah
a. Acuan/Profil
Sebelum pekerjaan Beton Mutu K-175 maka dibuat dulu
acuan/profil saluran/bangunan air yang akan dibangun.
Acuan/profil tersebut digunakan untuk menentukan
dimensi/ukuran yang akan menggunakan campuran Beton
Mutu K-175. Pembuatan acuan/profil ini sebisa mungkin
memudahkan selama pelaksanaan. Acuan/profil ini dibuat
paling tidak setiap jarak 5 meter. Selain itu untuk
mempermudah pekerjaan maka setiap titik acuan/profil
ditarik benang (lot) agar saluran/bangunan air mempunyai
permukaan yang lurus.
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaaannya
disarankan menggunakan Begisting dari papan dan kayu.
Begisting dipasang berdasarkan acuan/profil yang sudah
ditentukan sebelumnya dengan melakukan pengecekan
posisi dan elevasi dasar lahan dengan menggunakan
waterpass dan theodolith, tarik benang antar patok untuk
menentukan as dan batas lantai kerja. Pemasangan
Begisting harus diperkuat dengan Skoor dari kayu/papan.
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton cukup
keras dan kuat menahan beban sendiri minimal umur
beton 2 hari (beton nonstruktur) dan 27 hari (beton
struktural).
b. Bahan Material
Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175, maka
bahan bahan yang harus disiapkan diantaranya adalah
 Semen (Porland Cement)
 Pasir Cor
 Kerikil
 Air
Standart material dan tata cara pelaksanaannya harus
mengikuti Aturan Standart Nasional Indonesia (SNI) atau
yang tertuang dalam Dokumen Spesifikasi Teknis. Bahan
bahan campuran (Semen, Pasir Cor, Kerikil dan Air) harus
diletakkan sedekat mungkin (yang memungkinkan)
dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan
c. Campuran
Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175 (1 m3),
maka harus dibuat mortar campuran sesuai dengan
komposisi sebagai berikut :
 Portland Cemen (PC)
Kebutuhan Portland Cemen untuk tiap (1 m3) Beton
Mutu K-175 adalah 326 Kg (8,15 Zak).
 Pasir Cor
Kebutuhan Pasir Cor untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-
175 adalah 760 Kg.
 Kerikil
Kebutuhan Kerikil untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-175
adalah 1029 Kg.
 Air
Kebutuhan air untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-175
adalah 215 Liter.
Proses pencampuran adalah dengan menyiapkan Pasir
Cor, Kerikil, Semen dan Air sesuai dengan volume
(takaran) yang disyaratkan dengan cara manual. Pasir Cor
dihampar dalam kotak adukan, kemudian Kerikil dan
Portland Cement dihampar diatas Pasir Pasang tadi.
Setelah proses penghamparan selesai kemudian dilakukan
pengadukan secara merata mulai dari atas sampai bawah
campuran. Apabila dirasa sudah tercampur secara merata
antara campuran tadi, maka ditambahkan air sesuai
dengan kebutuhan yang disyaratkan. Apabila mortar
Beton K-175 sudah dirasakan tercampur merata (monolit),
maka mortar Beton K-175 tadi siap untuk digunakan.
d. Konstruksi
Hal yang perlu diperiksa dengan Direksi dan Konsultan
Pengawas sebelum Mortar Beton K-175 dituangkan
(dicor) adalah sebagai berikut :
 Bentuk dan ukuran bekisting yang disesuaikan dengan
gambar kerja
 Bekisting yang dibuat sudah kuat, tidak goyang dan
tidak bocor
 Semua perkuatan ( perancah / sekur ) sudah sesuai
dengan shop drawing
 Pembesian sudah sesuai gambar kerja
 Permukaan bekisting telah diberi minyak
 Beton decking telah terpasang dan cukup
 Permukaan bekisting telah dibersihkan dari segala
kotoran ( kayu, potongan besi, bendrat, paku dll )
 Semua perlengkapan cor sudah siap dan dalam kondisi
baik ( concrete vibrator, alat bantu )
 Terpal, payung dan jas hujan dipersiapkan untuk
mengantisipasi hujan
 Semua pekerja harus memakai pelindung diri ( helm,
sarung tangan, sepatu )
 Pengambilan benda uji untuk test beton perlu
dipersiapkan
Pada proses pelaksanaan pekerjaan, bagian pekerjaan
yang terdapat konstruksi Beton Mutu K-175 harus
dipastikan sesuai dengan gambar bestek/gambar kerja.
Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan
konstruksi, diperlukan koordinasi dengan Direksi dan
Konsultan Pengawas terkait rencana pekerjaan Beton
Mutu K-175. Selain itu selama pelaksanaan konstruksi
Beton Mutu K-175 maka pelaksana harus bertanggung
jawab dalam perawatan beton (curing) selama minimal 10
hari dengan menggunakan penutup karung goni dan
dibasahi terus menerus.
2. Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir
Pekerjaan pembesian memegang peran penting dari aspek
kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang
penting dalam kekuatan struktur bangunan/saluran.
a. Penyimpanan Besi
 Penyimpanan besi harus pada ruang tertutup dan tidak
lembab agar besi tidak mudah berkarat. Apabila
disimpan ditempat terbuka harus dilindungi dengan
terpal atau plastik.
 Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan
tanah, Oleh karena itu harus diganjal dengan balok
beton/kayu dengan ketinggian minimal 20 cm.
 Penyimpanan besi harus dihindarkan dari air, kotoran,
minyak dan zat yang bersifat asam.
b. Perakitan tulangan
Untuk perakitan tulangan yang dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat
langsung dipasang dan proses pengecoran sesegera
mungkin dilakukan.
Cara perakitan tulangan :
 Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan
yang dapat diketahui dari gambar detail desain.
 Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang
ada pada desain konstruksi yang akan dibuat.
 Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan sesuai
dengan gambar bestek dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak terlepas.
 Besi beton dipotong sesuai dengan spesifikasi yang
telah disetujui Direksi/ Engineer.
 Besi beton dipasang setelah bekisting bagian
sampingnya dan lantai kerja mongering.
 Pengikatan besi beton menggunakan kawat baja
(bendrat) di setiap persimpangan tulangan.
 Beton decking / beton tahu dipasang di beberapa
tempat untuk menjamin tebal selimut beton.
 Pengecekan posisi, dimensi, jumlah dan tipe tulangan
harus dilakukan beserta begisting yang sudah dipasang
secara kuat.
c. Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan maka untuk pemasangan
tulangan dilakukan dengan cara manual. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
 Hasil rakitan tulangan dapat dipasang dan diletakkan
secara manual dilokasi struktur yang dimaksud.
 Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung
bersentuhan dengan dasar struktur yang akan dicor.
Hal ini bisa menggunakan beton tahu ataupun beton
decking. Untuk lokasi yang pengecoran yang tidak
dimungkinkan menggunakan beton tahu/beton
decking maka sebaiknya menggunakan batu disetiap
ujung tulangan, agar tulangan tidak mengalami karat.
 Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil,
maka dapat langsung melakukan pengecoran.
3. Bekisting lantai beton biasa dengan multiflex 12 mm atau 18
mm (TP)
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat
sementara yang digunakan untuk mencetak beton yang akan
di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
 Supaya hasil cetakan beton menjadi kuat dan presisi maka
perlu diperkuat dengan kayu balok agar nantinya tidak
mengalami lendutan
 Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk
beton yang akan di cor.
 Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang
dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan
bantuan alat waterpass.
 Papan cetakan tidak boleh bocor
 Papan-papan disambung dengan klem / penguat /
penjepit
 Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak
segaris agar tidak terjadi retak.
 Kayu kaso/balok digunakan untuk memperkuat papan
multiplex agar tidak mengalami keretakan.
V. PEKERJAAN BETON
1. Baja konstruksi yang berupa plat dan profil serta baut, keling,
dan washer harus baik, baru dari pabrik yang resmi dan
setaraf dengan S.t dan U.st.36-1. Besi ruang harus bebas
cacat / retak. Baut dan keling yang tersentuh air harus
digalvanisir. Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh
dan bersih dan kawat las menggunakan “Unimatic” 6000 (AC-
DC) dengan kekuatan tarik 4.760 kg/cm2 atau type yang
sama. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang
sempurna.
2. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat
ukuran. Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada
permukaan plat sehingga pada waktu selesai mengelas jarak
antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm. Bagian batang /
palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua
sisi sehingga tidak ada air yang bocor.
3. Pintu harus diserahkan komplit dengan segala
kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang, tangkai ulir,
gear dan material lain yang dibutuhkan. Semua bagian dari
pintu harus cocok dengan gambar kontrak.
4. Setelah memasang rangka, semua harus ditambah kuat pada
bangunan dengan baut berjangkar, dan semua rongga yang
ada antara rangka dan bangunan harus di isi mortar 1:4
sampai Direksi Pekerjaan menganggap cukup.
5. Semua pembuatan pintu harus sedemikian hingga pintu
bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut
anggapan Direksi Pekerjaan Semua bagian harus dibuat
secara presisi sesuai standart industri untuk memudahkan
perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi
yang ada digambar adalah minimum, dalam pembuatan
harus dilebihi ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai