2. Kegiatan : Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Primer dan Sekunder pada Daerah Irigasi yang Luasnya di Bawah 1000 Ha dalam 1 (Satu) Daerah Kabupaten/Kota 3. Sub Kegiatan : Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Permukaan 4. Nama Paket Pekerjaan : Belanja Pemeliharaan Bangunan Air-Bangunan Air Irigasi-Bangunan Pembawa Irigasi Pemeliharaan Daerah Irigasi Jeru 5. Nilai Total Pagu : Rp120.000.000,00 6. Nilai Total HPS : Rp119.983.895,90 7. Jangka Waktu Pelaksanaan : Pelaksanaan pekerjaan dengan jangka waktu pekerjaan selama 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung dari keluarnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) 8. Sumber Dana : DBH Pajak/Bukan Pajak APBD Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2023 9. Lingkup Pekerjaan : Rincian lingkup pekerjaan sebagai berikut : Dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai yang tertuang dalam dokumen kontrak, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah a. Melakukan koordinasi dengan direksi pekerjaan antara lain : Mempersiapkan gambar kerja (Shop Drawing) yang telah disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas pekerjaan. Mempersiapkan jadwal rencana kerja (time Schedule). Jadwal rencana kerja yang dimaksud adalah jadwal pelaksanaan masing masing item pekerjaan yang disesuaikan dengan kebutuhan bahan, material, alat dan tenaga kerja. Jadwal rencana kerja ini harus dibuat sebelum pelaksanaan pekerjaan (selambat-lambatnya 3 hari setelah diterbitkan Kontrak) dan dilaporkan secara detail kepada pihak Direksi maupun Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Mempersiapkan surat menyurat (Administrasi) terkait pemberitahuan pelaksanaan pekerjaan yang diserahkan kepada Direksi, Konsultan Pengawas, Kepala Desa, Kecamatan dan instansi lain yang berhubungan dengan rencana pekerjaan. Mempersiapkan administrasi terkait sistem pelaporan (Buku Tamu, Laporan Harian, Laporan Bulanan, Laporan Kemajuan Pekerjaan (MC-0 dan MC-100) dan Laporan Dokumentasi) Koordinasi dengan Direksi dan Konsultan Pengawas terkait rencana kerja sehingga diharapkan kendala selama pelaksanaan pekerjaan dilapangan dapat diatasi. b. Mempersiapkan Mobilisasi/Demobilisasi peralatan dan pekerja untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. c. Mempersiapkan Direksi Keet dan gudang logistik untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan. d. Mempersiapkan tim pengukuran untuk menunjang pekerjaan konstruksi yang membutuhkan ketelitian dalam hal penentuan elevasi dan Stake Out pekerjaan, diantaranya : Tenaga pengukuran (Juru Ukur dan tenaga ukur pembantu) Peralatan ukur (Theodolite, Waterpass, GPS dan peralatan ukur lainnya) Patok ukur sebagai titik acuan dan titik bantu pelaksanaan Pengukuran ini nantinya dilaksanakan sebelum, selama dan setelah pekerjaan selesai sehingga dicapai konstruksi yang sesuai dengan desain perencanaan. e. Pembersihan lokasi pekerjaan, termasuk diantaranya adalah : Pembersihan dari rumput, tanaman liar dan sampah Pembersihan pohon dan akar pohon (sesuai petunjuk Direksi) Pembersihan Sedimen dan material sisa bongkaran f. Mempersiapkan jalan masuk atau menggunakan fasilitas sarana sekitar proyek guna proses kelancaran keluar-masuk material ke lokasi proyek. g. Penempatan material /alat-alat pembantu pekerja disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak boleh mengganggu arus lalu lintas masyarakat sekitar. h. Menyediakan / membuat papan nama proyek sesuai dengan ukuran dan ketentuan yang disepakati oleh Direksi Pekerjaan. Pemasangan Papan Nama Proyek ini harus dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dan ditempatkan di sekitar lokasi pekerjaan (sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan). I. PEKERJAAN PENDAHULUAN 1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) a. Kesehatan Perlu diperhatikan kesehatan para pekerja khususnya dan masyarakat lingkungan proyek pada umumnya jangan sampai timbul adanya penyakit menular dan penyakit- penyakit lainnya yang sangat berbahaya yang akan menghambat pelaksanaan proyek. b. Keselamatan Kerja Alat-alat Bantu untuk pengaman dan peralatan lainnya perlu disediakan oleh Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Untuk penanganan awal bila terjadi kecelakan kerja disediakan pula kotak P3K dan obat- obatan untuk keperluan penanganan darurat. 2. Pekerjaan Uitzet Pekerjaan uitzet ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran awal/acuan selama pelaksanaan pekerjaan. Uitzet ini harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan, Konsultan pengawas dan atau Konsultan Perencana pekerjaan. Adapun pekerjaan Uitzet ini diantaranya adalah Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan tim pengukuran (Pekerja, Juru Ukur dan Pembantu Juru Ukur) dan perlengkapan (Theodolite, Waterpass dan GPS) selama pelaksanaan uitzet ini. Kontraktor Pelaksana pekerjaan harus membuat titik titik patok ukur hasil pengukuran (Stake Out) gambar kerja sesuai arahan Direksi Pekerjaan dan Konsultan Pengawas. Pengukuran dan pemrofilan saluran/bangunan irigasi dilakukan dengan memasang patok Bouwplank yang ditanam kedalam tanah menggunakan kayu keras ukuran 5/7 cm. Jarak patok dari sisi galian minimal 1,00 m dan jarak patok satu dengan patok lainnya maksimal 2,00 m. Papan bouwplank menggunakan kayu kelas II ukuran 2/20 cm dan bidang sebelah atas harus diserut/diketam sampai rata. Penentuan tinggi bouwplank disesuaikan dengan elevasi rencana dan harus disetujui oleh Direksi. Pemasangan bouwplank harus siku-siku 90°. Untuk mendapatkan garis horisontal bouwplank yang maksimal, pemasangan bouwplank dapat dilakukan dengan menggunakan selang air atau pesawat ukur seperti waterpass dan theodolite. Untuk pekerjaan pemrofilan tanah bisa menggunakan jarak minimal 25 meter ataupun menyesuaikan dengan rencana desain konstruksi yang akan dibangun. Foto Dokumentasi selama kegiatan Uitzet ini diambil minimal 3 Foto setiap memperlihatkan keadaan sebelum mulai pekerjaan, keadaan dalam tahap pelaksanaan dan keadaan telah selesai. Foto – foto pada tiap patok diambil searah dengan aliran air dan dalam kondisi latar belakang yang sama. Ketiga gambar diletakkan dalam album dengan tanggal pengambilan dan disertai dengan penjelasan. Album diserahkan sejumlah yang ditetapkan oleh direksi. Semua hal yang terkait dengan perubahan ataupun tidak adanya perubahan hasil pekerjaan Uitzet ini harus tertuang dalam dokumen Laporan Pekerjaan (Laporan MC-0). Laporan MC-0 ini berisikan Laporan Perhitungan Biaya, Laporan Perhitungan Volume, Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Foto Pekerjaan 0%, Kurva S, dan lampiran lainnya yang diperlukan di dalam pelaksanaan. Laporan Pekerjaan (Laporan MC-0) harus segera diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. 3. Pekerjaan Dewatering a. Pekerjaan Kistdam Fungsi dari Kisdam ini adalah untuk mengalihkan aliran air supaya mempermudah pekerjaan pembuatan Bendung dan Bangunan Air lainnya, tidak mengganggu kelancaran air irigasi dan untuk menghasilkan mutu/kualitas pekerjaan yang baik. Berikut ini merupakan beberapa ketentuan teknis dalam pelaksanaan pekerjaan Kistdam, di antaranya : Pekerjaan Kistdam termasuk pekerjaan yang dilaksanakan sebelum melaksanakan item pekerjaan yang lainnya. Pekerjaan Kistdam ini harus mengupayakan kondisi daerah pelaksanaan pekerjaan tidak tergenang air yang dapat mengurangi mutu pekerjaan. Kistdam dibuat dari material Karung plastik / Bagor 25 kg yang diisi pasir pasang di dalamnya serta di ikat di ujung karung. Kisdam ini dipasang mulai bagian hulu sampai hilir bendung dengan membagi bentang lebar bendung menjadi 2 tahap pelaksanaan konstruksi (sisi kiri dan sisi kanan bendung). Pemasangan Kisdam ini diperkuat dengan pemancangan kayu balok/bambu dengan jarak setiap 30 cm untuk menjaga stabilitas kisdam. Untuk pembuatan kisdam saluran harus mengacu pada elevasi muka dengan menggunakan terpal plastik yang sebelumnya telah dipasang sesek bambu. Setelah dilakukan pengukuran maka tiang bambu ditancapkan berjarak 1 meter dari galian paling tepi (galian pondasi). Bambu ditancapkan dengan jarak yang telah disesuaikan dengan lebar sesek bambu. Pada bagian luar sesek ditutup dengan terpal plastik yang diikatkan dengan sesek bambu, ini dimaksudkan untuk menahan rembesan air yang dapat mengakibatkan terganggunya pekerjaan galian dan seterusnya. Pada bagian bawah terpal plastik ditimbun dengan tanah untuk mengurangi rembesan dari bawah. Untuk memperkuat pada bagian batang bambu diberi sekur untuk menahan dari arus air ataupun tekanan air. Pekerjaan Kistdam harus mempertimbangkan kebutuhan air irigasi, sehingga jaringan irigasi masih bisa digunakan untuk mengalirkan air irigasi. Apabila dalam hal pelaksanaan pekerjaan Kistdam ini nantinya akan mengganggu aliran air yang masuk ke dalam jaringan irigasi, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan harus berkoordinasi dengan Direksi dan Pengawas Konsultan. Apabila air masih menggenang dalam kisdam yang telah dibuat maka harus dlakukan pemompaan air keluar (dewatering). Apabila pekerjaan kistdam telah selesai, maka kondisi aliran air harus dikembalikan sebagaimana mestinya (dilakukan pembersihan) atau sesuai petunjuk Direksi. Pembongkaran kisdam segera dilakukan jika telah dianggap selesai dan tidak menggangu pekerjaan. Pada akhir pekerjaan kisdam dapat dibongkar atau diratakan agar tidak menggangu kelancaran air. Rencana pelaksanaan Kistdam harus mendapat persetujuan dari pihak Direksi dan Pengawas Pekerjaan. 4. Langsir Material ke Lokasi Pekerjaan Adapun untuk melangsir material bahan menggunakan arco, gerobak atau pun sepeda motor tergantung kondisi / medan jalan yang dilalui dari stok material ketitik lokasi pekerjaan. II. PEKERJAAN TANAH 1. Galian tanah biasa Pada pekerjaan galian dilakukan secara manual yang dikerjakan oleh beberapa pekerja. Langkah – langkah pengerjaannya adalah : Membuat profil/acuan (papan ataupun kayu balok) hasil pengukuran/rencana gambar dibantu dengan peralatan ukur sesuai dengan hasil pengukuran elevasi/dimensi konstruksi. Profil/acuan ini nantinya digunakan sebagai petunjuk untuk galian tanah yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi. Alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tanah galian, dikarenakan sebagian galian terdiri dari lumpur maka dibuat alat semacam serok yang dilubangi. Ini dimaksudkan agar air tidak ikut terbawa saat dilakukan penggalian. Menggali dengan mengikuti arah aliran sedikit demi sedikit sampai terkumpul ditempat yang dianggap bebas. Hasil galian dibuang ke samping letak galian dan diusahakan tidak mengganggu pekerjaan lainnya atau tidak masuk kembali ke dalam galian. Pekerjaan menggali dikerjakan sampai pada ukuran yang direcanakan. 2. Galian tanah berbatu Terdapat lapisan tanah berbatu untuk konstruksi bawah bangunan bendung (Dam). Dalam proses penggaliannya tidak bisa menggunakan alat manual biasa (cangkul, skop dll), maka diperlukan alat mekanis yang mampu memecah lapisan batu tersebut. Alat yang digunakan adalah Jack Hammer. Fungsi alat ini memecah lapisan batu yang ada di bawah konstruksi bendung (Dam). Setelah proses pembuatan profil/acuan untuk pekerjaan galian, maka lapisan tanah berbatu ini dihancurkan menggunakan Jack Hammer. Proses penggaliannya antara lain : Membuat profil/acuan (papan ataupun kayu balok) hasil pengukuran/rencana gambar dibantu dengan peralatan ukur sesuai dengan hasil pengukuran elevasi/dimensi konstruksi. Profil/acuan ini nantinya digunakan sebagai petunjuk untuk galian tanah berbatu yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi. Melakukan pengurasan (dewatering) dilokasi dengan cara manual maupun dengan alat bantu. Proses ini dilakukan untuk mempermudah dalam memperkirakan keperluan dimensi galian konstruksi yang direncanakan. Alat Jack Hammer memulai penghancuran tanah berbatu pada satu sisi bendung, dengan kedalaman sesuai dengan kebutuhan konstruksi yang direncanakan. Setelah satu sisi bendung tadi selesai digali maka proses penggalian dilanjutkan ke arah sisi yang lain dengan berpedoman pada hasil profil/acuan konstruksi yang direncanakan. Pengangkutan hasil galian tanah berbatu keluar dari lokasi pekerjaan. 3. Timbunan Tanah Untuk pekerjaan dengan volume tanah relatif kecil maka pekerjaan timbunan dilaksanakan dengan peralatan manual. Timbunan adalah pekerjaan urugan kembali material yang di gali sebelumnya. Hasil timbunan dirapikan dengan cangkul dan dipadatkan dengan alat yang tersedia sesuai dengan gambar. III. PEKERJAAN PASANGAN 1. Pasangan Batu Dengan Mortar Jenis PC-PP, Mortar tipe N dengan mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC:4 PP (Menggunakan Molen) Sebagian besar konstruksi bendung/saluran yang direncanakan merupakan konstruksi yang terbuat dari Pasangan Batu. Untuk memulai pekerjaan pasangan batu yang dimaksud tersebut maka ada beberapa hal yang harus dilaksanakan diantarannya adalah a. Acuan/Profil Sebelum pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan maka dibuat dulu acuan/profil saluran/bangunan air yang akan dibangun. Acuan/profil tersebut berupa kemiringan saluran dan alur saluran/bangunan air. Pembuatan acuan/profil ini sebisa mungkin memudahkan selama pelaksanaan. Acuan/profil ini dibuat paling tidak setiap jarak 5 meter. Selain itu untuk mempermudah pekerjaan maka setiap titik acuan/profil ditarik benang (lot) agar saluran/bangunan air mempunyai permukaan yang lurus. b. Bahan Material Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu dengan campuran 1 PC:4 PP, maka bahan bahan yang harus disiapkan diantaranya adalah batu kali, semen (portland cement), pasir pasang dan air. Standart material dan tata cara pelaksanaannya harus mengikuti Aturan Standart Nasional Indonesia (SNI) atau yang tertuang dalam Dokumen Spesifikasi Teknis. Bahan bahan campuran (Batu kali, Semen, Pasir pasang dan Air) harus diletakkan sedekat mungkin (yang memungkinkan) dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan c. Campuran Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu (1 m3) dengan campuran 1 PC : 4 PP dengan menggunakan Concrete Mixer, maka harus dibuat mortar campuran sesuai dengan komposisi sebagai berikut: Pasir Pasang Kebutuhan Pasir Pasang untuk tiap (1 m3) pasangan batu kali adalah 0,52 m3. Portland Cemen (PC) Kebutuhan Portland Cemen untuk tiap (1 m3) pasangan batu kali adalah 163 Kg (4,075 Zak). Air Kebutuhan air dalam campuran ini sesuai yang disyaratkan oleh Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI-03-2834-2000) yaitu berkisar antara 0,4 – 0,6 dengan melihat kondisi material pasir pasang. d. Konstruksi Sebelum pemasangan batu kali, maka perlu diperhatikan penempatan batu kali. Penempatan batu kali yang tepat, akan mengurangi langsiran batu kali yang berulang. Maka setiap pelaksana lapangan harus memberi sketsa penempatan batu kali. Pembongkaran batu kali dari truk tidak harus dibongkar di satu tempat, tetapi bisa bisa beberapa tempat, tergantung sket penempatan batu kali. Penempatan pembongkaran batu kali yang tepat adalah tugas logistik lapangan, dengan berdasar sketsa dari pelaksana. Batuan untuk konstruksi pasangan batu kali harus berbentuk seragam dengan dimensi batu pecah 0,2 x 0,2 x 0,25 cm, atau dengan berat maksimum 25 Kg. Batuan harus kondisi pecah, hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan sentuh antar batu kali, dan lekatan antara spesi dengan permukaan batu pecah menjadi kuat dan stabil. Batu belah harus bebas dari kotoran tanah, dan jangan batu yang porous atau secara visual kelihatan berongga. Penataan batu diusahakan saling menutup sisi batu dengan jarak antar batu 2 - 3 cm. Penataan batu ini harus rapi dan diisi dengan campuran mortar 1 PC : 4 PP. Pengisian mortar harus padat dan tidak boleh ada rongga antar batu yang tidak terisi mortar. Apabila ada rongga antar batu yang dirasa terlalu besar maka disarankan diisi dengan pecahan batu kecil dan diperkuat dengan mortar. Harapannya agar konstruksi batu kali ini padat dan saling terjadi ikatan antar batu. 2. Siaran dengan mortar jenis PC-PP tipe M, fc'=17,2 MP ( setara 1 PC : 2 PP ) Semua pekerjaan batu muka yang kelihatan harus disiar, adukan untuk siaran 1 Pc : 2 Psr, kecuali ditentukan lain oleh Direksi. Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan di antara batu muka harus dikorek sebelum adukan mengeras (atau dibetel untuk pasangan lama). Pekerjaan siaran dapat dibagi atas : a. Siaran tenggelam (masuk ke dalam ± 1 cm dari permukaan batu) b. Siaran rata (rata dengan permukaan batu) c. Siaran timbul (timbul 1 cm, lebar tidak kurang 2 cm) Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan siar harus siar tenggelam. Tahapan pelaksanaan pekerjaan siaran adalah sebagai berikut : a. Penyiapan material dan peralatan diusahakan dekat dengan lokasi pekerjaan. b. Material yang dipakai adalah : pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua kotoran yang bersifat organic dan dengan kandungan lumpur tanah tidak melebihi persyaratan, air yang dipakai adalah air yang bersih dan tidak mengandung lumpur. c. Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir, spesi diaduk dengan molen/kotak adukan untuk mendapatkan hasil yang homogen. d. Pasir dimasukkan ke dalam molen/kotak adukan terlebih dahulu kemudian semen dengan perbandingan tersebut di atas dan diaduk sampai pasir dan semen bercampur. Setelah dirasa sudah campur baru diberi air bersih secukupnya sesuai kebutuhan spesi dengan posisi molen masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang/ campuran semen, pasir dan air merata, adukan spesi dituang ke kotak tempat spesi. e. Spesi dibawa ke tempat pasang siaran dimana tukang dan pembantu tukang sudah siap ditempat. f. Sebelum spesi dipasang terlebih dahulu semua bidang sambungan diantara batu muka harus dikorek. Apabila bidang yang dikorek terlalu kering maka terlebih dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi baru. g. Siaran dibentuk sesuai lekukan sambungan dan dirapikan sehingga terlihat indah. h. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel dibersihkan dan dibuang. i. Setelah pekerjaan pekerjaan selesai, Penyedia Jasa memberitahukan kepada Direksi dan Konsultan Pengawas untuk diadakan pengukuran pekerjaan tersebut apakah sesuai dengan rencana kerja, spesifikasi dan RAB. j. Apabila Direksi menyatakan sudah sesuai dengan rencana kerja, spesifikasi dan RAB, maka kami melanjutkan pekerjaan ke tahap selanjutnya. 3. Plesteran tebal 1,5 cm, dengan mortar tipe S, fc' = 12,5 Mpa ( setara 1 PC : 3 PP ) Plesteran 1 : 3 ; Tebal 15 mm Pekerjaan plesteran akan dilaksanakan setelah pasangan batu selesai dan atau sedang berlangsung dimana telah memasuki pertengahan atau akhir dari pekerjaan pasangan batu, adukan yang digunakan adalah campuran 1 : 3 dimana terdiri dari komposisi 1 semen dan 3 pasir pasangan, sebelum pelaksanaan dimulai maka permukaan yang akan diplester dibersihkan terlebih dahulu baik dari kotoran lumpur maupun kotoran non organik lainnya karena bila dikotori oleh kotoran maka akan mengurangi daya rekat dari pasangan plesteran tersebut. Pekerjaan ini akan dikerjakan oleh tukang- tukang yang telah berpengalaman dan akan dikerjakan sesuai dengan gambar rencana. Plesteran ini berfungsi agar air tidak merembes atau meresap kepasangan batu gunung. 4. Bronjong Kawat pabrikasi Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi lapangan dan harus mendapat petunjuk dan persetujuan pihak Direksi. Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang keras dan tahan lama dengan ukuran 20 cm – 30 cm dapat berupa batu kali atau batu gunung, dimana batu pipih dan panjang tidak boleh dipakai. a. Pelaksanaan Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk mencegah kerusakan lapisan saringan. Sebelum batu diisikan, bronjong ditegangkan sampai bentuk yang diinginkan. b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya diletakkan dalam keadaan kosong, diisi dengan batu sampai penuh dan kemudian ditutup. c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekat- sekatnya harus diikat dengan kawat dengan mutu yang sama. Bronjong ditempatkan diatas filter yang terbuat dari ijuk sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar apabila diperlukan dilapangan. d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama, tidak rusak dan pecah oleh air. Ukuran batu minimum tidak boleh lebih kecil dari 16 cm atau persetujuan direksi, dengan ukuran batu rata-rata berbentuk sama yang dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong. e. Semua bagian tepi dari bronjong dan panel, harus terikat rapat pada kawat sisi panel dan terikat secara mekanikal atau petunjuk Direksi, hal untuk menjaga terlepasnya anyaman, diameter kawat pengikat yang menghubungkan antara sisi panel untuk perakitan, pemasangan, berdiameter minimal 2 mm. f. Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang didekatnya. g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong yang ditempatkan pada setiap 2 (dua) lapisan akan disusun bergiliran seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk Direksi. IV. PEKERJAAN BETON 1. Beton mutu, f’c = 14,5 MPa (K175), slump (12±2) cm, w/c = 0,66 (Menggunakan Molen) Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175 maka ada beberapa hal yang harus dilaksanakan diantarannya adalah a. Acuan/Profil Sebelum pekerjaan Beton Mutu K-175 maka dibuat dulu acuan/profil saluran/bangunan air yang akan dibangun. Acuan/profil tersebut digunakan untuk menentukan dimensi/ukuran yang akan menggunakan campuran Beton Mutu K-175. Pembuatan acuan/profil ini sebisa mungkin memudahkan selama pelaksanaan. Acuan/profil ini dibuat paling tidak setiap jarak 5 meter. Selain itu untuk mempermudah pekerjaan maka setiap titik acuan/profil ditarik benang (lot) agar saluran/bangunan air mempunyai permukaan yang lurus. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaaannya disarankan menggunakan Begisting dari papan dan kayu. Begisting dipasang berdasarkan acuan/profil yang sudah ditentukan sebelumnya dengan melakukan pengecekan posisi dan elevasi dasar lahan dengan menggunakan waterpass dan theodolith, tarik benang antar patok untuk menentukan as dan batas lantai kerja. Pemasangan Begisting harus diperkuat dengan Skoor dari kayu/papan. Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton cukup keras dan kuat menahan beban sendiri minimal umur beton 2 hari (beton nonstruktur) dan 27 hari (beton struktural). b. Bahan Material Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175, maka bahan bahan yang harus disiapkan diantaranya adalah Semen (Porland Cement) Pasir Cor Kerikil Air Standart material dan tata cara pelaksanaannya harus mengikuti Aturan Standart Nasional Indonesia (SNI) atau yang tertuang dalam Dokumen Spesifikasi Teknis. Bahan bahan campuran (Semen, Pasir Cor, Kerikil dan Air) harus diletakkan sedekat mungkin (yang memungkinkan) dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan c. Campuran Untuk melaksanakan pekerjaan Beton Mutu K-175 (1 m3), maka harus dibuat mortar campuran sesuai dengan komposisi sebagai berikut : Portland Cemen (PC) Kebutuhan Portland Cemen untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-175 adalah 326 Kg (8,15 Zak). Pasir Cor Kebutuhan Pasir Cor untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K- 175 adalah 760 Kg. Kerikil Kebutuhan Kerikil untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-175 adalah 1029 Kg. Air Kebutuhan air untuk tiap (1 m3) Beton Mutu K-175 adalah 215 Liter. Proses pencampuran adalah dengan menyiapkan Pasir Cor, Kerikil, Semen dan Air sesuai dengan volume (takaran) yang disyaratkan dengan cara manual. Pasir Cor dihampar dalam kotak adukan, kemudian Kerikil dan Portland Cement dihampar diatas Pasir Pasang tadi. Setelah proses penghamparan selesai kemudian dilakukan pengadukan secara merata mulai dari atas sampai bawah campuran. Apabila dirasa sudah tercampur secara merata antara campuran tadi, maka ditambahkan air sesuai dengan kebutuhan yang disyaratkan. Apabila mortar Beton K-175 sudah dirasakan tercampur merata (monolit), maka mortar Beton K-175 tadi siap untuk digunakan. d. Konstruksi Hal yang perlu diperiksa dengan Direksi dan Konsultan Pengawas sebelum Mortar Beton K-175 dituangkan (dicor) adalah sebagai berikut : Bentuk dan ukuran bekisting yang disesuaikan dengan gambar kerja Bekisting yang dibuat sudah kuat, tidak goyang dan tidak bocor Semua perkuatan ( perancah / sekur ) sudah sesuai dengan shop drawing Pembesian sudah sesuai gambar kerja Permukaan bekisting telah diberi minyak Beton decking telah terpasang dan cukup Permukaan bekisting telah dibersihkan dari segala kotoran ( kayu, potongan besi, bendrat, paku dll ) Semua perlengkapan cor sudah siap dan dalam kondisi baik ( concrete vibrator, alat bantu ) Terpal, payung dan jas hujan dipersiapkan untuk mengantisipasi hujan Semua pekerja harus memakai pelindung diri ( helm, sarung tangan, sepatu ) Pengambilan benda uji untuk test beton perlu dipersiapkan Pada proses pelaksanaan pekerjaan, bagian pekerjaan yang terdapat konstruksi Beton Mutu K-175 harus dipastikan sesuai dengan gambar bestek/gambar kerja. Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan konstruksi, diperlukan koordinasi dengan Direksi dan Konsultan Pengawas terkait rencana pekerjaan Beton Mutu K-175. Selain itu selama pelaksanaan konstruksi Beton Mutu K-175 maka pelaksana harus bertanggung jawab dalam perawatan beton (curing) selama minimal 10 hari dengan menggunakan penutup karung goni dan dibasahi terus menerus. 2. Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir Pekerjaan pembesian memegang peran penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur bangunan/saluran. a. Penyimpanan Besi Penyimpanan besi harus pada ruang tertutup dan tidak lembab agar besi tidak mudah berkarat. Apabila disimpan ditempat terbuka harus dilindungi dengan terpal atau plastik. Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah, Oleh karena itu harus diganjal dengan balok beton/kayu dengan ketinggian minimal 20 cm. Penyimpanan besi harus dihindarkan dari air, kotoran, minyak dan zat yang bersifat asam. b. Perakitan tulangan Untuk perakitan tulangan yang dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pengecoran sesegera mungkin dilakukan. Cara perakitan tulangan : Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari gambar detail desain. Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan, dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada desain konstruksi yang akan dibuat. Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan sesuai dengan gambar bestek dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas. Besi beton dipotong sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui Direksi/ Engineer. Besi beton dipasang setelah bekisting bagian sampingnya dan lantai kerja mongering. Pengikatan besi beton menggunakan kawat baja (bendrat) di setiap persimpangan tulangan. Beton decking / beton tahu dipasang di beberapa tempat untuk menjamin tebal selimut beton. Pengecekan posisi, dimensi, jumlah dan tipe tulangan harus dilakukan beserta begisting yang sudah dipasang secara kuat. c. Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan: Hasil rakitan tulangan dapat dipasang dan diletakkan secara manual dilokasi struktur yang dimaksud. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar struktur yang akan dicor. Hal ini bisa menggunakan beton tahu ataupun beton decking. Untuk lokasi yang pengecoran yang tidak dimungkinkan menggunakan beton tahu/beton decking maka sebaiknya menggunakan batu disetiap ujung tulangan, agar tulangan tidak mengalami karat. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan pengecoran. 3. Bekisting lantai beton biasa dengan multiflex 12 mm atau 18 mm (TP) Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting: Supaya hasil cetakan beton menjadi kuat dan presisi maka perlu diperkuat dengan kayu balok agar nantinya tidak mengalami lendutan Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass. Papan cetakan tidak boleh bocor Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak. Kayu kaso/balok digunakan untuk memperkuat papan multiplex agar tidak mengalami keretakan. V. PEKERJAAN BETON 1. Baja konstruksi yang berupa plat dan profil serta baut, keling, dan washer harus baik, baru dari pabrik yang resmi dan setaraf dengan S.t dan U.st.36-1. Besi ruang harus bebas cacat / retak. Baut dan keling yang tersentuh air harus digalvanisir. Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih dan kawat las menggunakan “Unimatic” 6000 (AC- DC) dengan kekuatan tarik 4.760 kg/cm2 atau type yang sama. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. 2. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada permukaan plat sehingga pada waktu selesai mengelas jarak antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm. Bagian batang / palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua sisi sehingga tidak ada air yang bocor. 3. Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang, tangkai ulir, gear dan material lain yang dibutuhkan. Semua bagian dari pintu harus cocok dengan gambar kontrak. 4. Setelah memasang rangka, semua harus ditambah kuat pada bangunan dengan baut berjangkar, dan semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus di isi mortar 1:4 sampai Direksi Pekerjaan menganggap cukup. 5. Semua pembuatan pintu harus sedemikian hingga pintu bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut anggapan Direksi Pekerjaan Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai standart industri untuk memudahkan perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi yang ada digambar adalah minimum, dalam pembuatan harus dilebihi ukurannya.