Anda di halaman 1dari 51

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

KEBIJAKAN DAN PERIZINAN DI BIDANG


WARALABA

KETENTUAN UMUM

1. Pertanyaan : Adakah peraturan khusus yang mengatur


tentang penyelengaraan Waralaba?
Jawaban : Kegiatan Penyelengaraan Waralaba diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007
Tentang Waralaba (PP 42/2007), Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Resiko (PP 5/2021) dan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 71 Tahun 2019 tentang
Penyelengaraan Waralaba (Permendag
71/2019).
2. Pertanyaan : Apakah franchise dan waralaba berbeda?
Jawaban : Waralaba dan franchise merupakan istilah yang
memiliki kesamaan arti
3. Pertanyaan : Jelaskan yang dimaksud dengan waralaba?
Jawaban : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh
orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan
dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian Waralaba
4. Pertanyaan : Apakah perbedaan antara Waralaba dengan
Business Opportunity atau Peluang Usaha?
Jawaban : Business opportunity atau peluang usaha adalah
1
konsep kemitraan yang telah mengadopsi
sebagian konsep waralaba namun belum
memenuhi keseluruhan dari kriteria waralaba.
5. Pertanyaan : Bagaimana suatu entitas usaha dapat disebut
sebagai Waralaba?
Jawaban : Sebuah entitas usaha dapat disebut waralaba
jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Memiliki ciri khas usaha berupa keunggulan
atau perbedaan yang tidak mudah ditiru
dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan
membuat konsumen selalu mencari ciri khas
dimaksud. Misalnya, sistem manajemen,
cara penjualan dan pelayanan, atau
penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus dari Pemberi
Waralaba;
 Terbukti sudah memberikan keuntungan
yang merujuk pada pengalaman Pemberi
Waralaba yang telah dimiliki paling sedikit 5
(lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat
bisnis untuk mengatasi masalah-masalah
dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti
dengan masih bertahan dan berkembangnya
usaha tersebut dengan menguntungkan.
 Memiliki standar atas pelayanan dan barang
dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat
secara tertulis yaitu Standard Operational
Procedure (SOP);
 Mudah diajarkan dan diaplikasikan yaitu
mudah diduplikasi sehingga Penerima
Waralaba yang belum memiliki pengalaman
atau pengetahuan mengenai usaha sejenis
dapat melaksanakannya dengan baik sesuai
dengan bimbingan operasional dan
manajemen yang berkesinambungan yang

2
diberikan oleh Pemberi Waralaba;
 Adanya dukungan yang berkesinambungan
dari Pemberi Waralaba kepada Penerima
Waralaba secara terus menerus seperti
bimbingan operasional, pelatihan, dan
promosi; dan
 Hak Kekayaan Intelektual yang telah
terdaftar seperti merek, hak cipta, paten, dan
rahasia dagang, sudah didaftarkan dan
mempunyai sertifikat atau sedang dalam
proses pendaftaran di instansi yang
berwenang.
6. Pertanyaan : Apakah Suatu entitas usaha jika telah
memenuhi kriteria waralaba dapat
memasarkan usahanya dengan menggunakan
kata waralaba dalam program pemasarannya?
Jawaban : Orang perseorangan atau badan usaha dilarang
menggunakan istilah dan/atau nama waralaba
untuk nama dan/atau kegiatan usahanya apabila
belum Memiliki Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba atau disingkat menjadi STPW
7. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan STPW?
Jawaban : STPW adalah Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba yang merupakan bukti pendaftaran
Prospektus Penawaran Waralaba bagi Pemberi
Waralaba dan Pemberi Waralaba Lanjutan, serta
bukti pendaftaran Perjanjian Waralaba bagi
Penerima Waralaba dan Penerima Waralaba
Lanjutan yang diberikan setelah memenuhi
persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam
Peraturan Waralaba.
8. Pertanyaan : Siapa saja yang wajib memiliki STPW?
Jawaban : Pemberi Waralaba, Pemberi Waralaba Lanjutan,
Penerima Waralaba dan Penerima Waralaba
3
Lanjutan baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri wajib memiliki STPW
9. Pertanyaan : Apakah Perbedaan antara Pemberi dan
Penerima Waralaba?
Jawaban : Perbedaaan antara Pemberi dan Penerima
Waralaba yaitu:
 Pemberi Waralaba adalah: Orang
perseorangan atau Badan usaha yang
memberikan hak untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan waralaba yang
dimiliknya kepada penerima waralaba.
Pemberi Waralaba memberikan hak untuk
menduplikasikan konsep bisnis yang dimiliki
sesuai dengan Prospektus Penawaran
Waralaba disertai dengan Pembinaan
Berkala
 Penerima Waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang
diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk
memanfaatkan dan/atau menggunakan
waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
Penerima Waralaba Membayar fee
(franchise fee & royalty fee) sesuai dengan
Perjanjian Waralaba
10. Pertanyaan : Apakah pemberi waralaba dapat memiliki
lebih dari 1 penerima waralaba?
Pemberi waralaba dapat memiliki lebih dari 1
penerima waralaba yang berdasarkan perjanjian
antara pemberi waralaba dengan penerima
waralaba. Penerima waralaba harus berada pada
wilayah kerja atau usaha yang berbeda dengan
penerima waralaba lainnya.
11. Pertanyaan : Jika suatu entitas usaha telah memiliki STPW
apakah berhak menggunakan Logo
4
Waralaba?
Suatu entitas usaha yang telah memiliki STPW
wajib menggunakan logo waralaba sesuai
dengan aturan sebagai berikut:
 Pemberi dan Penerima Waralaba yang telah
memiliki STPW akan diberikan Logo secara
percuma oleh Kementerian Perdagangan.
 Permohonan tertulis Logo Waralaba
diajukan kepada Direktur Bina Usaha
Perdagangan dengan memberikan informasi
mengenai jumlah gerai Waralaba.
 Sebagai identitas gerai Waralaba Logo
Waralaba dipasang ditempat terbuka dan
mudah terlihat dikantor pusat atau setiap
gerai.
12. Pertanyaan : Bagaimana cara mendapatkan Logo
Waralaba?
Penyelenggara waralaba mengajukan
permohonan Logo Waralaba secara tertulis
kepada Direktur Bina Usaha Perdagangan
dengan memberikan keterangan paling sedikit
jumlah dan lokasi gerai/tempat usaha serta
rencana pendistribusiannya.
13. Pertanyaan : Apa fungsi Logo Waralaba?
Berfungsi untuk memberikan identitas kepada
orang perseorangan atau badan usaha yang
melakukan kegiatan usahanya dengan sistem
waralaba
14. Pertanyaan : Logo Waralaba diletakkan dimana?
Diletak atau dipasang pada tempat yang terbuka
dan mudah terlihat di:
 Kantor pusat; atau

5
 Setiap gerai waralaba

15. Pertanyaan : Bagaimana bentuk Logo waralaba?


logo digambarkan dengan bentuk kotak
16. Pertanyaan : Apa saja bentuk pembinaan Pemerintah
kepada penyelenggara waralaba?
Pembinaan dilakukan dalam bentuk antara lain :
 menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
mengenai sistem Waralaba;
 merekomendasikan Penerima Waralaba dan
Penerima Waralaba Lanjutan untuk diberikan
kemudahan memanfaatkan sarana
perpasaran, baik milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau swasta;
 Memfasilitasi dan/atau merekomendasikan
keikutsertaan Pemberi Waralaba Dalam
Negeri yang memiliki produk yang potensial
dalam pameran Waralaba, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri;
 Memfasilitasi sarana klinik bisnis untuk dapat
dimanfaatkan para penyelenggara atau calon
penyelenggara waralaba untuk berkonsultasi
mengenai permasalahan yang dihadapi;
 mengupayakan pemberian penghargaan
kepada Pemberi Waralaba berasal dari
dalam negeri yang telah berhasil
mengembangkan Waralabanya dengan baik;
dan
 memfasilitasi penyelenggara Waralaba
dalam memperoleh bantuan perkuatan
permodalan.

17. Pertanyaan : Jika suatu entitas usaha melakukan klaim


bahwa usahanya adalaha waralaba namun
6
belum memilik STPW apakah akan
mendapatkan sanksi?
Pasal 106 UU No.7/2014 Tentang Perdagangan
mengatur bahwa kegiatan usaha Perdagangan
yang tidak memiliki perizinan di bidang
Perdagangan akan dikenakan sanksi pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

KETENTUAN PERIZINAN

18. Pertanyaan : Bagaimana langkah teknis untuk


mendapatkan STPW?
Jawaban : Untuk mendapatkan STPW perusahaan dapat
mengikuti langkah sebgai berikut:
 Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)
Merupakan Surat Tanda Pendaftaran
Perizinan Berusaha Untuk Menunjang
Kegiatan Usaha.
 Pengajuan Permohonan STPW diajukan
secara online melalui laman oss.go.id.
Setelah mendapatkan NIB, pelaku usaha
dapat melanjutkan pemprosesan pemenuhan
persyaratan komitmen STPW.
 Bagi Pemberi Waralaba Luar Negeri & Dalam
Negeri, Penerima Waralaba Lanjutan Luar
Negeri dan Dalam Negeri dapat mengajukan
pemenuhan persyaratan komitmen STPW
kepada Kementerian Perdagangan secara
online melalui sipt.kemendag.go.id.
 Pemrosesan permohonan pemenuhan
persyaratan komitmen STPW bagi Penerima

7
Waralaba Dalam Negeri, Penerima Waralaba
Lanjutan Luar Negeri dan Dalam Negeri
dapat diajukan kepada Dinas yang
membidangi Perdagangan atau Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di
Kabupaten / Kota di seluruh Indonesia.
19. Pertanyaan : Apakah persyaratan teknis (komitmen) untuk
mengajukan permohonan STPW bagi pemberi
Waralaba?
Jawaban : Pemberi waralaba hanya perlu mempersiapkan
prospektus penawaran waralaba yang mengacu
pada Permendag 71/2019 lampiran I.
20. Pertanyaan : Apakah persyaratan teknis (komitmen) untuk
mengajukan permohonan STPW bagi
penerima waralaba?
Jawaban : Penerima waralaba wajib mempersiapkan dua
dokumen yaitu prospektus penawaran waralaba
yang diberikan oleh pemberi waralaba dan
perjanjian waralaba dengan mengacu pada
permendag 71/2019 lampiran II.
21. Pertanyaan : Apakah Apakah perusahaan wajib
melaporkan laporan keuangan yang sudah di
audit?
Jawaban : Kewajiban menyertakan laporan keuangan yang
telah di audit akuntan publik hanya bagi
perusahaan yang bukan tergolong usaha kecil
dan mikro berdasarkan SIUP.
22. Pertanyaan : Apakah ada contoh format prospektus
penawaran waralaba?
Jawaban : Tidak ada, tetapi isi prospektus minimal dapat
mengacu pada permendag 71/2019 lampiran I.
23. Pertanyaan : Apakah pemilik STPW wajib menyampaikan

8
kegiatan usahanya secara periodik?
Jawaban : Pemilik STPW Wajib menyampaikan laporan
kegiatan usahanya sebagaimana diatur sebagai
berikut:
 Pemberi Waralaba berasal dari dalam
negeri, Pemberi Waralaba Lanjutan berasal
dari luar negeri, Pemberi Waralaba Lanjutan
berasal dari dalam negeri dan Penerima
Waralaba berasal dari luar negeri yang
memiliki STPW, wajib menyampaikan
laporan kegiatan usaha Waralaba kepada
Direktur Bina Usaha Perdagangan
 Pelaporan disampaikan setiap tahun paling
lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya,
dengan menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam Permendag
71/2019 lampiran IV.
24. Pertanyaan : Berapa lama waktu proses pemeriksaan
dokumen pemenuhan komitmen STPW?
Jawaban : Verifikator pada Kementerian Perdagangan
memiliki waktu 2 (dua) hari kerja untuk
memverifikasi dokumen pemenuhan komitmen
STPW.
25. Pertanyaan : Adakah biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh STPW?
Jawaban : Pengurusan STPW tidak dipungut biaya atau
gratis.
26. Pertanyaan : Apakah STPW memiliki masa berlaku dan
dapat diperpanjang?
Jawaban : STPW berlaku selama perusahaan melakukan
kegiatan usaha dengan menggunakan cara
waralaba dan tidak perlu diperpanjang.
27. Pertanyaan : Apakah terdapat KBLI khusus dalam
9
pengajuan pendaftaran STPW?
Pada lampiran II PP 5 Tahun 2021 Sektor
Perdagangan, STPW merupakan Perizinan
Berusaha non-KBLI, sehingga STPW terkait
dengan seluruh KBLI.

10
11
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG DISTRIBUSI LANGSUNG

KETENTUAN UMUM

1. Pertanyaan : Adakah peraturan khusus yang mengatur


tentang Distribusi Langsung?
Jawaban : Penyelenggaraan kegiatan distribusi barang
secara langsung mengacu pada ketentuan
distribusi barang secara langsung dalam
Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (UU 7/2014) sebagaimana telah
diubah dengan Undang – Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2020),
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko (PP 5/2021) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaran Bidang Perdagangan.
2. Pertanyaan : Apakah perbedaan distribusi barang secara
langsung dengan penjualan langsung?
Jawaban : Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 11 dan
Pasal 7 angka 3 UU 7/2014, distribusi barang
secara langsung adalah kegiatan penyaluran
Barang secara langsung atau tidak langsung
kepada Konsumen, dengan menggunakan
pendistribusian khusus melalui sistem penjualan
langsung.
Berdasarkan pengaturan tersebut, penjualan
langsung merupakan cara pendistribusian barang
secara langsung.
Sistem penjualan langsung didefinisikan dalam
Pasal 1 angka 22PP 29/2022 sebagai sistem
penjualan Barang tertentu melalui jaringan

12
pemasaran yang dikembangkan oleh Penjual
Langsung yang bekerja atas dasar Komisi
dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan
kepada Konsumen di luar lokasi eceran.
3. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Single Level
Marketing dan Multi Level Marketing?
Jawaban : Penjualan Langsung dapat dilakukan secara
single level atau multi level. Yang dimaksud
dengan Single Level Marketing atau Penjualan
Langsung secara Single Level adalah penjualan
Barang tertentu yang tidak melalui jaringan
pemasaran berjenjang. Sedangkan yang
dimaksud dengan Multi Level Marketing atau
Penjualan Langsung secara Multi Level adalah
penjualan Barang tertentu melalui jaringan
pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh
Penjual Langsung yang bekerja atas dasar
Komisi
dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan
Barang kepada Konsumen.
4. Pertanyaan : Adakah persyaratan bentuk badan usaha dari
perusahaan penjualan langsung?
Jawaban : Perusahaan penjualan langsung harus badan
usaha berbentuk Perseroan Terbatas.
5. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Penjual
Langsung? Adakah perbedaan pengertiannya
dengan mitra ataupun member?
Jawaban : Penjual langsung adalah istilah yang digunakan
dalam PP 29/2021 untuk penyebutan mitra atau
member. Pasal 1 angka 20 PP 29/2021 mengatur
bahwa penjual langsung adalah orang
perseorangan atau badan usaha berbentuk
perseroan terbatas yang merupakan anggota
mandiri jaringan pemasaran atau penjualan

13
perusahaan.

6. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Hak Distribusi


Eksklusif?
Jawaban : Hak untuk mendistribusikan Barang yang hanya
dimiliki oleh hanya satu perusahaan dalam
wilayah Indonesia yang didapat dari perjanjian
secara langsung maupun tidak langsung dengan
pemilik hak Distribusi merek dagang atau dari
kepemilikan atas merek dagang.
7. Pertanyaan : Apakah 1 barang dapat dijual oleh lebih dari 1
perusahaan penjualan langsung?
Jawaban : Tidak, masing-masing perusahaan penjualan
langsung memiliki hak distribusi eksklusif atas
barang yang dijual, sehingga 1 jenis barang
hanya dapat dijual oleh 1 perusahaan penjualan
langsung di Indonesia.
8. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
dapat melakukan impor barang?
Jawaban Tidak, kegiatan usaha penjualan langsung
diklasifikasikan sebagai kegiatan eceran,
sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat
(5) PP 29/2021, kegiatan usaha eceran dan
impor barang tidak dapat dilakukan oleh entitas
usaha yang sama.
Namun demikian, importir dapat langsung
menunjuk perusahaan penjualan langsung untuk
mendistribusikan barang kepada konsumen
melalui jaringan yang dikembangkan oleh penjual
langsungnya.
9. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung atau
penjual langsung dapat menjual barang
melalui saluran distribusi barang secara tidak
langsung seperti toko, apotek, market place
14
baik online maupun offline?
Jawaban Tidak, barang yang telah dijual dengan sistem
penjualan langsung tidak dapat dijual melalui
lokasi eceran atau saluran distribusi barang
secara tidak langsung.
10. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
dapat menjual langsung kepada konsumen?
Jawaban Tidak, perusahaan penjualan langsung harus
menjual barang melalui jaringan yang
dikembangkan oleh Penjual Langsungnya.
11. Pertanyaan : Berapakah besar komisi dan/atau bonus yang
dapat diberikan perusahaan penjualan
langsung kepada penjual langsungnya?
Jawaban Jumlah Komisi dan/atau Bonus yang diberikan
kepada Penjual Langsung paling banyak 60%
(enam puluh persen) dari omzet perusahaan.
12. Pertanyaan : Apakah penjual langsung dapat memperoleh
komisi dan/atau bonus dari hasil perekrutan
downline?
Jawaban Tidak, komisi dan/atau bonus perusahaan
penjualan langsung diberikan berdasarkan hasil
kegiatan penjualan Barang yang dilakukan oleh
Penjual Langsung dan jaringannya sesuai
dengan yang diperjanjikan dalam Program
Pemasaran.
13. Pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan skema
piramida?
Jawaban Skema Piramida adalah kegiatan usaha yang
bukan dari hasil kegiatan penjualan Barang tetapi
memanfaatkan peluang keikutsertaan Penjual
Langsung untuk memperoleh imbalan atau
pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang
lain yang bergabung kemudian atau setelah
bergabungnya Penjual Langsung tersebut.
15
14. Pertanyaan : Apa saja yang menjadi kewajiban perusahaan
penjualan langsung?
Jawaban : 1. Dalam melakukan perekrutan Penjual
Langsung, Perusahaan Penjualan Langsung
wajib memberikan keterangan secara lisan
dan tertulis dengan benar kepada calon
Penjual Langsung paling sedikit mengenai:
a. identitas perusahaan;
b. mutu dan spesifikasi barang;
c. kondisi dan jaminan barang serta
memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaannya;
d. program pemasaran; dan
e. kode etik.
2. Perusahaan Penjualan Langsung dalam
melakukan kegiatan usahanya wajib:
a. memberikan alat bantu penjualan (starter
kit) kepada setiap Penjual Langsung
yang paling sedikit berisikan keterangan
mengenai Barang, Program Pemasaran
(Marketing Plan) dan kode etik;
b. memastikan kegiatan yang dilakukan
oleh Penjual Langsung sesuai dengan
Program Pemasaran (Marketing Plan)
dan kode etik;
c. mencantumkan label pada barang
dan/atau kemasan yang memuat paling
sedikit nama Perusahaan dan
keterangan bahwa Barang dijual dengan
sistem Penjualan Langsung;
d. menetapkan harga Barang yang dijual
dalam mata uang Rupiah dan berlaku
untuk Penjual Langsung dan Konsumen;
e. memberikan Komisi dan/atau Bonus
berdasarkan hasil kegiatan penjualan
Barang yang dilakukan oleh Penjual

16
Langsung dan jaringannya sesuai
dengan yang diperjanjikan;
f. memberikan tenggang waktu kepada
Konsumen untuk mengembalikan Barang
dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak Barang diterima, apabila
ternyata Barang tersebut tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian yang
ditimbulkan akibat penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan Barang
yang diperdagangkan;
h. melaksanakan pembinaan dan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan para Penjual Langsung,
agar bertindak dengan benar, jujur, dan
bertanggung jawab paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun;
i. memberikan kesempatan yang sama
kepada semua Penjual Langsung untuk
berprestasi dalam memasarkan Barang;
j. memiliki daftar Penjual Langsung yang
menjadi anggota jaringan pemasarannya
yang dilengkapi dengan data identitas
Penjual Langsung dimaksud; dan
k. menjual Barang yang telah memiliki izin
edar atau telah memenuhi ketentuan
standar mutu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
l. memastikan Penjual Langsung tidak
menjual barang melalui saluran disribusi
tidak langsung dan online market place.
3. Menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap
tahun yang disampaikan paling lambat tanggal
15 Januari.

17
15. Pertanyaan : Adakah larangan dalam penyelenggaraan
kegiatan penjualan langsung?
Jawaban : 1. Perusahaan Penjualan Langsung yang telah
memiliki perizinan berusaha di bidang
penjualan langsung dilarang:
a. menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan Barang secara tidak benar,
berbeda, atau bertentangan dengan
keadaan yang sebenarnya;
b. menawarkan Barang dengan cara
pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan, baik fisik maupun
psikis terhadap Konsumen;
c. menawarkan Barang dengan membuat
atau mencantumkan klausula baku pada
dokumen dan/atau perjanjian yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen;
d. menjual Barang yang tidak mempunyai
tanda daftar dari instansi teknis yang
berwenang, khususnya bagi Barang yang
wajib terdaftar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. menjual Barang yang tidak memenuhi
ketentuan standar mutu Barang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. menarik dan/atau mendapatkan
keuntungan melalui iuran keanggotaan atau
pendaftaran sebagai mitra usaha secara
tidak wajar;
g. menerima pendaftaran keanggotaan
sebagai Penjual Langsung dengan nama
yang sama lebih dari 1 (satu) kali;
h. membayar Komisi dan/atau Bonus dari

18
hasil iuran keanggotaan atau perekrutan
Penjual Langsung;
i. memberikan Komisi dan/atau Bonus dari
Program Pemasaran (Marketing Plan)
ketika Perusahaan tidak melakukan
penjualan Barang.
j. menjual atau memasarkan Barang yang
tercantum dalam SIUP melalui saluran
distribusi tidak langsung dan online market
place;
k. menjual langsung kepada Konsumen tanpa
melalui jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh Penjual Langsung;
l. melakukan usaha yang terkait dengan
penghimpunan dana masyarakat;
m. membentuk jaringan pemasaran dengan
menggunakan Skema Piramida;
n. menjual dan/atau memasarkan Barang
yang tidak tercantum dalam Program
Pemasaran (Marketing Plan); dan/atau
o. menjual Barang yang termasuk produk
komoditi berjangka sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau Jasa.
2. Barang yang termasuk produk komoditi
berjangka sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau Jasa dilarang
dipasarkan melalui sistem Penjualan Langsung

KETENTUAN PERIZINAN 19
15. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
harus memiliki izin tertentu?
Jawaban : Kegiatan usaha penjualan langsung
dikategorikan sebagai usaha dengan risiko tinggi,
sehingga perusahaan penjualan langsung harus
memiliki NIB dan Izin.
16. Pertanyaan : Apakah nomor KBLI dari kegiatan usaha
penjualan langsung?
Jawaban : KBLI 47999.
17. Pertanyaan : Bagaimana cara untuk mengajukan perizinan
berusaha di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Permohonan perizinan berusaha di bidang
penjualan langsung diajukan melalui portal OSS
dengan mengakses laman oss.go.id.
18. Pertanyaan : Dokumen apa saja yang diperlukan dalam
mengajukan permohonan perizinan berusaha
di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Dokumen persyaratan yang harus disiapkan
meliputi:
a. Program Pemasaran
b. Kode Etik
c. Izin edar barang atau standar mutu tertentu
apabila disyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan
d. Surat Penunjukkan Distribusi Eksklusif
19. Pertanyaan : Adakah biaya dalam pengajuan perizinan
berusaha di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Tidak ada
20. Pertanyaan : Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam

20
memverifikasi kelengkapan dan kebenaran
dokumen persyaratan perizinan berusaha di
bidang penjualan langsung?
Jawaban : 5 hari kerja
21. Pertanyaan : Apa yang menyebabkan pengajuan Surat Izin
Usaha Penjualan Langsung (SIUPL)
mengalami penolakan?
Jawaban : Penolakan yang umum terjadi adalah
perusahaan tidak menyusun Program
Pemasaran dan Kode Etik sesuai dengan
ketentuan Pasal 43 ayat (2) dan ayat (3) PP
29/2021.
Dalam ketentuan tersebut, diatur bahwa:
1. Program Pemasaran (Marketing Plan),
paling sedikit harus memuat informasi:
a. daftar dan profil Barang yang paling sedikit
meliputi gambar, harga jual, dan manfaat;
b. jenis Program Pemasaran (Marketing Plan)
yang digunakan;
c. biaya pendaftaran calon Penjual Langsung;
d. isi alat bantu penjualan (starter kit);
e. alur penjualan Barang dari Perusahaan
sampai dengan kepada Konsumen;
f. jenis, perhitungan serta jumlah Komisi
dan/atau Bonus yang diberikan kepada
seluruh Penjual Langsung yang dibuat
dalam mata uang Rupiah;
g. simulasi perhitungan Komisi dan/atau
Bonus kepada Penjual Langsung hingga
tingkat jaringan tertentu;
h. syarat dan ketentuan dalam mendapatkan
Komisi dan/atau Bonus; dan
i. jadwal pembayaran Komisi dan/atau
Bonus.
2. kode etik, paling sedikit harus memuat
21
informasi:
a. persyaratan menjadi Penjual Langsung;
b. prosedur pendaftaran Penjual Langsung;
c. masa berlaku keanggotaan Penjual
Langsung;
d. prosedur pendaftaran ulang keanggotaan;
e. hak dan kewajiban Perusahaan;
f. hak dan kewajiban Penjual Langsung;
g. program pembinaan, bantuan pelatihan,
dan/atau fasilitas yang diberikan
Perusahaan kepada Penjual Langsung;
h. ganti rugi atas Barang yang tidak sesuai
dengan kualitas dan jenis yang
diperjanjikan dan prosedurnya;
i. larangan bagi Penjual Langsung;
j. sanksi; dan
k. prosedur penyelesaian perselisihan.
22. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
dapat menjual Barang yang tidak tercantum
dalam program pemasaran atau daftar barang
sebagai lampiran izin?
Jawaban : Tidak dapat, perusahaan penjualan langsung
hanya dapat menjual barang yang tercantum
dalam program pemasaran dan daftar barang
sebagai lampiran izin.
23. Pertanyaan : Bagaimana jika perusahaan penjualan
langsung ingin mengubah daftar barang yang
tercantum dalam program pemasaran dan
lampiran izin?
Jawaban : Perusahaan dapat mengajukan perubahan
dokumen persyaratan, yaitu program pemasaran
melalui portal OSS, dengan mengakses laman
oss.go.id.
24. Pertanyaan : Apakah terdapat persyaratan
22
kewarganegaraan dalam kepengurusan
perusahaan penjualan langsung?
Jawaban : Ya, perusahaan penjualan langsung harus
mempekerjakan paling sedikit 1 orang WNI
sebagai anggota dewan direksi dan 1 orang WNI
sebagai anggota dewan komisaris.
25. Pertanyaan : Adakah masa berlaku perizinan berusaha di
bidang penjualan langsung dan kewajiban
pendaftaran ulang izin?
Jawaban : Perizinan berusaha di bidang penjualan langsung
langsung berlaku selama perusahaan melakukan
kegiatan usaha penjualan langsung dan tidak
perlu didaftar ulang.
Perusahaan penjualan langsung hanya perlu
mengajukan perubahan dokumen persyaratan
(jika ada) melalui OSS dan menyampaikan
laporan kegiatan usaha penjualan langsung
setiap tahunnya.

23
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG DISTRIBUSI TIDAK LANGSUNG

KETENTUAN UMUM

1. Pertanyaan : Apa perbedaan antara distributor dan


agen?
Jawaban : Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan,
distributor dan agen didefinisikan sebagai
berikut:
 Distributor adalah Pelaku Usaha
Distribusi yang bertindak atas namanya
sendiri dan/atau atas penunjukan dari
Produsen atau pemasok atau importir
berdasarkan perjanjian untuk
melakukan kegiatan pemasaran
Barang.
 Agen adalah Pelaku Usaha Distribusi
yang bertindak sebagai perantara untuk
dan atas nama pihak yang
menunjuknya berdasarkan perjanjian
untuk melakukan kegiatan pemasaran
Barang tanpa memiliki dan/atau
menguasai Barang yang dipasarkan.
Secara ringkas, perbedaan antara Distributor
dan Agen adalah sebagai berikut:
 Distributor:
Melakukan pembelian, penyimpanan,
penjualan dan pemasaran
Menguasai hak atas barang (terjadi
perpindahan hak kepemilikan barang
dari Produsen atau pemasok atau
25
importir ke Distributor).
Mendapatkan profit dalam bentuk
margin yang dapat ditentukan sendiri
besaran marginnya
 Agen:
Mempunyai peran sebagai perantara
dari Produsen atau pemasok atau
importir.
Melakukan pemasaran tanpa
mengalihkan hak atas barang (tidak
terjadi perpindahan hak kepemilikan
barang dari Produsen atau pemasok
atau importir ke agen);
Mendapatkan profit dalam bentuk fee
atas barang yang berhasil dijual yang
besaran fee-nya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara
prinsipal dan agen.
2. Pertanyaan : Apa perbedaan antara perkulakan dan
grosir?
Jawaban : Berdasarkan Pasal 1 Point 17 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan,
perkulakan dan grosir didefinisikan sebagai
berikut:
Grosir/Perkulakan adalah Pelaku Usaha
Distribusi yang menjual berbagai macam
Barang dalam partai besar dan tidak secara
eceran. Namun demikian lebih spesifiknya
perbedaan perkulakan dan grosir terletak
pada sistem pelayanannya. Untuk
perkulakan menggunakan sistem pelayanan
mandiri (swalayan) dan berkonsep modern
seperti lotte grosir dan indogrosir. Adapun
prosesnya yaitu pembeli mengambil sendiri
barangnya kemudian membayarnya di kasir.
26
Sedangkan grosir menggunakan sistem
pelayanan tradisional dimana ada orang
yang bertugas melayani pembeli secara
langsung dan pada umumnya berada pada
pasar rakyat.
3. Pertanyaan : Bagaimana perbedaan distribusi barang
secara langsung dan tidak langsung?
Jawaban : Berdasarkan Pasal 33 dan 34 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan,
distribusi secara tidak langsung yaitu:
 Distribusi barang secara tidak langsung
dilakukan oleh Pelaku Usaha Distribusi
dengan menggunakan rantai distribusi
yang bersifat umum, yaitu distributor
dan jaringannya serta agen dan
jaringannya; serta menggunakan rantai
distribusi waralaba. Distribusi Barang
secara tidak langsung dilakukan oleh
Pelaku Usaha Distribusi melalui
perikatan yang dapat dibuktikan dengan
adanya perjanjian, penunjukan,
dan/atau bukti transaksi secara tertulis.
 Distribusi barang secara langsung
berdasarkan Pasal 1 Point 22 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang
Perdagangan, Penjualan Langsung
adalah sistem penjualan Barang
tertentu melalui jaringan pemasaran
yang dikembangkan oleh Penjual
Langsung yang bekerja atas dasar
Komisi dan/atau Bonus berdasarkan
hasil penjualan kepada Konsumen di
luar lokasi eceran.

27
4. Pertanyaan : Bagaimana Perbedaan prinsipal produsen
dan prinsipal suplier?
Jawaban : Sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 24 tentang Perikatan
untuk Pendistribusian Barang oleh
Distributor atau Agen:
 Prinsipal produsen adalah perorangan
atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan
hukum, berstatus sebagai produsen
yang menunjuk badan usaha lain
sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal untuk
melakukan penjualan atas barang hasil
produksi dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai.
 Prinsipal supplier adalah perorangan
atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum
yang ditunjuk oleh principal produsen
untuk menunjuk badan usaha lain
sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal sesuai
kewenangan yang diberikan oleh
prinsipal produsen.
Prinsipal Supplier dapat berbentuk :
 Perusahaan perdagangan asing
(supplier) yang berada di luar negeri
 Distributor PMA yang berada di
Indonesia
 Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan Asing (P3A)
5 Pertanyaan : Apakah berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
Permendag 66/2019, dapat diartikan
28
bahwa Produsen di dalam negeri dapat
mendistribusikan barang hasil
produksinya langsung kepada Pengecer
tanpa melalui Distributor/Agen?
Jawaban : Sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2021 bahwa Distributor
wajib memiliki Perizinan Berusaha sebagai
Distributor. Terkait dokumen dan
persyaratan pendaftaran STP
Agen/Distributor mengacu pada Lampiran II
PP 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

KEGIATAN USAHA

6. Pertanyaan : Apakah distributor Penanaman Modal Asing


(PMA) boleh menjual Barang ke produsen?
Jawaban : Tidak boleh, Pasal 4 ayat 1 Permendag Nomor
24 tentang Perikatan untuk Pendistribusian
Barang oleh Distributor atau Agen,
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan, Perusahaan penanaman
modal asing harus menunjuk perusahaan
penanaman modal dalam negeri sebagai
Distributor, Distributor Tunggal, Agen atau Agen
Tunggal.
7. Pertanyaan : Apakah distributor Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) boleh menjual Barang
langsung ke produsen?
Jawaban : Boleh sepanjang barang yang dijual
diperuntukkan sebagai bahan baku atau bahan
penolong dalam proses produksi, termasuk juga
29
untuk barang modal. Ketentuan ini tidak mengikat
hanya kepada Distributor, bagi pelaku usaha
lainnya seperti Produsen dapat mendistribusikan
barang yang diperuntukkan sebagai bahan baku
atau bahan penolong atau barang modal kepada
Produsen lainnya tanpa melalui Distributor dan
jaringannya atau Agen dan jaringannya (sesuai
dengan Pasal 57 PP No. 29 Tahun 2021). Tidak
ada ketentuan yang melarang hal tersebut di
dalam aturan pendistribusian yang berlaku.
8. Pertanyaan : Apakah distributor PMA boleh menjual barang
langsung ke pengecer?
Jawaban : Tidak boleh, Pasal 4 ayat 1 Permendag Nomor
24 tentang Perikatan untuk Pendistribusian
Barang oleh Distributor atau Agen,
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan, Perusahaan penanaman
modal asing harus menunjuk perusahaan
penanaman modal dalam negeri sebagai
Distributor, Distributor Tunggal, Agen atau Agen
Tunggal.
9. Pertanyaan : Apakah distributor PMDN boleh menjual
barang langsung ke pengecer ataukah harus
melalui sub distributor?
Jawaban : Distributor PMDN dapat mendistribusikan barang
secara langsung kepada Pengecer. Penunjukan
sub distributor bersifat opsional atau tergantung
pada kebutuhan perusahaan.
10. Pertanyaan : Apakah distributor PMA dapat menjual barang
langsung ke BUMN atau instansi pemerintah
melalui lelang?
Jawaban : Tidak boleh, Pasal 4 ayat 1 Permendag Nomor
24 tentang Perikatan untuk Pendistribusian
Barang oleh Distributor atau Agen,
30
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan, Perusahaan penanaman
modal asing harus menunjuk perusahaan
penanaman modal dalam negeri sebagai
Distributor, Distributor Tunggal, Agen atau Agen
Tunggal. .
11. Pertanyaan : Apakah distributor PMDN dapat menjual
barang langsung ke BUMN atau instansi
pemerintah melalui lelang?
Jawaban : Boleh. Perusahaan BUMN atau instansi
pemerintah dapat dianggap sebagai Produsen
Jasa. Oleh karena itu, distributor PMDN dapat
menjual barang modal kepada BUMN dan
instansi pemerintah untuk membantu BUMN dan
pemerintah menghasilkan jasa pelayanan atau
jasa lainnya sesuai bidang usahanya. Hal ini
diperbolehkan karena pengecer dinilai tidak
sanggup untuk menyediakan barang dalam
jumlah banyak melalui proses lelang sesuai
dengan kebutuhan BUMN atau pemerintah. Hal
ini merupakan kebijakan diluar permendag untuk
mengakomodir kebutuhan praktek bisnis di
lapangan.
12. Pertanyaan : Jika barang dari perusahaan PMA yang
didistribusikan memerlukan pendampingan
/training dari produsen luar negeri sedangkan
distributor atau agen lokal tidak sanggup
menyediakan fasilitas tersebut, bolehkan
perusahaan PMA langsung melakukan
distribusi?
Jawaban : Dalam hal ini, Pasal 4 ayat 1 Permendag Nomor
24 tentang Perikatan untuk Pendistribusian
Barang oleh Distributor atau Agen tetap berlaku,
artinya bahwa perusahaan PMA tetap tidak
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
31
perdagangan berupa pendistribusian barang
secara langsung dan harus menunjuk
perusahaan perdagangan nasional untuk
kegiatan distribusi. Akan tetapi dalam hal
pendampingan/training atas barang yang
diperdagangkan perusahaan PMA dapat
melakukan pendampingan.
13. Pertanyaan : Apakah produsen di Dalam Negeri dapat
langsung mendistribusikan barang ke ritel
modern?
Jawaban : Produsen Dalam Negeri dan Produsen PMA di
Dalam Negeri dapat mendistribusikan barang
secara langsung kepada pengecer termasuk
dalam hal ini ritel modern. Sedangkan untuk
produsen asing yang berlokasi di luar negeri
harus menunjuk Distributor atau Agen untuk
mendistribusikan barangnya ke pengecer
termasuk ritel modern, Hal ini didasarkan pada
Pasal 7 ayat (1) Permendag Nomor 66 Tahun
2019 yang menyatakan bahwa “Produsen di
dalam negeri dapat menunjuk perusahaan
sebagai Distributor atau Agen untuk
mendistribusikan barang kepada pengecer”
Selain itu, dinyatakan pula dalam Pasal 7 ayat (2)
Permendag Nomor 66 Tahun 2019 bahwa
“Selain Produsen di dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Produsen harus
menunjuk perusahaan sebagai Distributor atau
Agen untuk mendistribusikan Barang kepada
Pengecer.” Adapun untuk produsen skala usaha
mikro dan kecil dapat menjual barang kepada
konsumen tanpa melalui Distributor atau Agen,
dan jaringannya (Pasal 23 Permendag No. 22/M-
DAG/PER/3/2016).
14. Pertanyaan : Jika perusahaan mengimpor barang jadi yang
32
belum dikemas kemudian barang dikemas
ulang dan diberi label kemudian dijual
kembali, apakah perusahaan tersebut masuk
dalam kategori distributor?
Jawaban : Perusahaan tersebut masuk dalam kategori
perusahaan industri karena dalam proses
tersebut ada penambahan nilai pada barang
meskipun hanya dalam bentuk pengemasan dan
pemberian label. Sedangkan distributor tidak
memberikan nilai tambah pada barang yang
diperdagangkan dalam kegiatan distribusinya.
15. Pertanyaan : Apakah produsen boleh merangkap sebagai
distributor?
Jawaban : Tidak diperbolehkan. Produsen dalam alur
distribusi hanya melakukan kegiatan
memproduksi Barang dan bukan merupakan
perusahaan perdagangan. Dalam melakukan
kegiatan perdagangan, Produsen harus
menunjuk perusahaan perdagangan lain dalam
bentuk Distributor atau Agen, sehingga Produsen
tidak dapat merangkap sebagai distributor.
16. Pertanyaan : Apakah pelaku usaha di bidang perdagangan
eceran (Pengecer) boleh merangkap sebagai
pedagang besar/wholesaler?
Jawaban : Pasal 55 ayat 1 PP Nomor 29 Tahun 2021
menyatakan bahwa “Produsen, Distributor, dan
Grosir/Perkulakan dilarang mendistribusikan
Barang secara eceran kepada Konsumen”.
Peraturan ini berlaku sebaliknya, artinya pelaku
usaha yang menjalankan usaha di bidang
perdagangan eceran juga dilarang menjalankan
usaha di bidang perdagangan besar.
17. Pertanyaan : Apakah importir PMA yang merangkap
sebagai distributor dapat mendistribusikan
33
Barang secara langsung kepada Pengecer?
Jawaban : Tidak boleh. Meskipun dalam Pasal 55 PP
Nomor 29 Tahun 2021 dinyatakan bahwa
importir yang merangkap sebagai distributor
dapat menjual Barang secara langsung kepada
Pengecer, namun bagi perusahaan PMA yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan tetap
berlaku Pasal 4 Permendag Nomor 24 Tahun
2021 untuk menunjuk perusahaan perdagangan
nasional sebagai agen atau distributor.
18. Pertanyaan : Apakah importir PMDN yang merangkap
sebagai distributor dapat mendistribusikan
barang secara langsung kepada Pengecer?
Jawaban : Diperbolehkan. Sesuai dengan PP Nomor 29
Tahun 2021 Pasal 55 Ayat 4 yang
mengamanatkan bahwa “Importir dilarang
mendistribusikan Barang secara langsung
kepada Pengecer kecuali bertindak sebagai
Distributor”.
19. Pertanyaan : Apakah Prinsipal dapat menunjuk lebih dari
satu agen tunggal atau distributor tunggal?
Jawaban : Prinsipal hanya dapat menunjuk satu agen
tunggal atau distributor tunggal untuk untuk
jenis barang dan/atau jasa yang sama dari suatu
merek di wilayah pemasaran tertentu untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan Pasal 7
Permendag Nomor 24 Tahun 2021. Artinya,
Prinsipal dapat menunjuk lebih dari satu Agen
Tunggal atau Distributor Tunggal sepanjang
penunjukkan tersebut diluar wilayah pemasaran
Agen Tunggal atau Distributor Tunggal yang
telah ditunjuk sebelumnya dan/atau untuk jenis
barang dan/atau jasa yang berbeda.
20. Pertanyaan : Bagaimana ketentuan perizinan importir yang
34
menjual barang hasil impornya kepada
Konsumen Antara (Produsen/Pabrik)?
Jawaban : Ketentuannya adalah sebagai berikut
a) Importir yang akan menjual produk hasil
impornya kepada Konsumen Antara wajib
memiliki Perizinan di bidang Perdagangan
sebagai Distributor dari instansi dan/atau
lembaga yang berwenang serta ada
penunjukan dari prinsipal (perjanjian
/agreement).
b) Importir PMA dalam menjual produk hasil
impornya kepada Konsumen Antara harus
menunjuk perusahaan perdagangan
nasional sebagai agen, agen tunggal,
distributor atau distributor tunggal.
21. Pertanyaan : - Apakah sama sekali tidak boleh jika suatu
pasar menjual barang eceran dan grosir
sekaligus sehingga harus ada gedung
pasar tersendiri untuk ritel, ada pasar
tersendiri utk grosir?
- Kenapa pemerintah
membuat larangan/pembatasan seperti ini.
Apa Pertimbangan yang membuat
peraturan ini ada?
- Dalam praktek sendiri bagaimana caranya
membedakan "customer"dan "business".
Contohnya ada ibu-ibu ke pasar grosir
untuk beli susu beberapa kardus, dan
Ternyata susu tersebut untuk dikonsumsi
oleh anaknya (atau orang yang tinggal di
rumahnya). Apakah jadinya (seharusnya)
pasar grosir itu sama sekali tidak boleh
menjual barang eceran (walaupun lebih
mahal) - supaya bisa betul-betul diketahui
orang yang datang kesana itu betul
pengguna akhir atau bukan.
35
Jawaban : - Grosir tidak boleh menjual eceran bertujuan
agar grosir tidak merebut pangsa pasarnya
pengecer, utk pemerataan ekonomi.
- Meskipun konsumen yang melakukan
transaksi di grosir adalah konsumen akhir,
hal ini masih diperkenankan, dengan tetap
mempertimbangkan dan menekankan bahwa
penjualan yang dilakukan oleh grosir dalam
partai besar (tidak satuan/eceran). Sehingga
tidak perlu dilakukan pengecekan apakah
pembeli tersebut bussines atau consumer,
karena larangannya hanya tidak boleh
menjual secara eceran kepada konsumen
akhir, bukan larangan menjual secara grosir
ke konsumen akhir.
22. Pertanyaan : - Mengacu pada larangan melakukan
perdagangan grosir dan eceran secara
bersamaan, mohon konfirmasinya - berarti
apabila suatu perusahaan grosir menjual
barang secara eceran (tapi dengan harga
lebih mahal), maka hal ini tidak
diperbolehkan?
- Semisal PT A melaksanakan perdagangan
grosir, dan PT B melaksanakan
perdagangan eceran. Apabila PT A dan PT
B menggunakan gedung/lokasi yang sama
(semisal, dengan cara PT A menyewakan
lahannya kepada PT B) namun kasirnya
dibedakan (satu kasir untuk PT A untuk
pembelian barang secara partai besar, dan
satu kasir terpisah untuk PT B untuk
pembelian barang secara eceran) - apakah
hal ini diperbolehkan?
- Apakah terdapat ketentuan mengenai luas
minimal pasar modern/supermarket?
Apakah luas minimal ini luas bersih area
36
belanja saja atau termasuk gudang juga?
Jawaban : - Berdasarkan Pasal 55 Ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 (PP
29/2021) tentang Penyelenggaraan Bidang
Perdagangan, Produsen, Distributor dan
Grosir/Perkulakan dilarang mendistribusikan
Barang secara eceran kepada konsumen.
- Apabila PT A sebagai perdagangan grosir dan
PT B melaksanakan perdagangan eceran
pada gedung/lokasi yang sama meskipun
dengan kasir yang berbeda dikhawatirkan
akan menimbulkan kebingungan pada
konsumen pada saat berbelanja maupun
pembayaran.
- Berdasarkan Pasal 87 ayat 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 (PP
29/2021) tentang Penyelenggaraan Bidang
Perdagangan, Grosir/Perkulakan yang
berbentuk toko dengan sistem pelayanan
mandiri, paling sedikit 2000 m2 (dua ribu
meter persegi) dan untuk Grosir/Perkulakan
koperasi yang berbentuk toko dengan system
pelayanan mandiri paling sedikit 1000 m2
(seribu meter persegi). Adapun batasan luas
lantai tersebut dikhususkan untuk area
belanja saja, tidak termasuk gudang maupun
ruang parkir.
23. Pertanyaan : - Apakah KBLI 47111 (Perdagangan Eceran
Berbagai Macam Barang yang Utamanya
Makanan, Minuman atau Tembakau di
Supermarket) mengakomodir penjualan
eceran komoditi barang yang utamanya
berupa barang elektronik (seperti hand
phone, tablet, laptop) dalam skala besar
oleh perusahaan PMA?
- Apabila tidak mengakomodir, maka KBLI
37
apa yang dapat kami gunakan?
- Kami memahami bahwasanya
berdasarkan diskresi BKPM, saat ini KBLI
perdagangan eceran pada dasarnya
tertutup seluruhnya untuk kepemilikan
asing. Namun, terdapat pengecualian
untuk KBLI 47111
(supermarket/hypermarket) dan KBLI
47191 yang saat ini dikecualikan,
sehingga terbuka untuk kepemilikan
asing. Disamping itu, menimbang
komoditas barang dari klien kami
merupakan komoditas barang elektronik,
maka kami juga tidak dapat menggunakan
KBLI 47191, hal ini karena sesuai PP
29/2021 barang di department store harus
disusun berdasarkan jenis kelamin atau
umur.
Jawaban : Sesuai dengan definisi toko swalayan dalam
Peraturan Pemerintah no 29, Toko Swalayan
adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis Barang secara eceran
yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hypermarket, ataupun grosir
yang berbentuk perkulakan. Sehingga untuk
kegiatan usaha perdagangan eceran alat
elektronik yang pelayanan nya tidak dilakukan
mandiri oleh konsumen melainkan mendapatkan
bantuan dari pelayan toko yang bukan kasir
belum dapat dikategorikan sebagai department
store atau toko swalayan.
Untuk kategori perdagangan eceran alat
elektronik dapat memilih dan menyesuaikan
kegiatan usahanya dengan beberapa KBLI
berikut atau KBLI Lainnya yang dapat saudara
sesuaikan dengan jenis kegiatan usaha yang
38
dijalankan:
a. 47414 - Perdagangan Eceran Alat
Telekomunikasi. Kelompok ini mencakup
usaha perdagangan eceran alat
telekomunikasi, seperti handphone, pesawat
telepon dan perlengkapannya lainnya.
b. 47411 - Perdagangan Eceran Komputer Dan
PerlengkapannyaKelompok ini mencakup
usaha perdagangan eceran khusus macam-
macam komputer, peralatan dan
perlengkapannya
c. 47420 - Perdagangan Eceran Khusus
Peralatan Audio dan Video di Toko
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan
eceran khusus peralatan audio dan video,
seperti radio, televisi, video, tape recorder,
audio amplifier dan cassete recorder.
Termasuk peralatan stereo dan peralatan
perekam dan pemutar CD dan DVD.

PERIZINAN DAN PENDAFTARAN

24. Pertanyaan : Apakah produsen dalam mendistribusikan


barang perlu memiliki perizinan di bidang
perdagangan?
Jawaban : Produsen tidak perlu memiliki Perizinan di bidang
Perdagangan untuk mendistribusikan barang
sesuai dengan Pasal 56 PP Nomor 29 Tahun
2021. Produsen dapat mendistribusikan barang
produksinya sendiri melalui Distributor atau Agen
tanpa perlu memiliki perizinan di bidang
Perdagangan termasuk izin usaha sebagai
Distributor.

39
25. Pertanyaan : Apakah Prinsipal Supplier (distributor PMA)
harus memiliki Surat Tanda Pendaftaran (STP)
Keagenan/Distributor?
Jawaban : Prinsipal Supplier (Distributor PMA) tidak
diperbolehkan memiliki Surat Tanda
Pendaftaran (STP) Keagenan/Distributor.
Surat Tanda Pendaftaran (STP)
Keagenan/Distributor diwajibkan bagi
perusahaan perdagangan nasional yang
berbentuk agen, agen tunggal, distributor
maupun distributor tunggal sebagaimana
diamanatkan di dalam Pasal 4 ayat (1)
Permendag Nomor 24 Tahun 2021 dimana
Perusahaan PMA harus menunjuk Perusahaan
PMDN sebagai Agen/ Agen Tunggal/ Distributor/
Distributor Tunggal. Perusahaan PMDN tersebut
yang wajib memiliki STP.
26. Pertanyaan : Apakah perjanjian yang dibuat antara
Prinsipal dengan Distributor atau Agen
diperbolehkan dalam bentuk Letter of
Appointment (LOA) atau surat penunjukan?
Jawaban : Tidak diperbolehkan. Perjanjian antara Prinsipal
dengan Distributor atau Agen harus berbentuk
agreement / perjanjian (format perjanjian
diserahkan kepada masing-masing perusahaan)
dan telah dilegalisasi oleh notaris publik.
Perjanjian yang dibuat paling sedikit memuat :
a. Nama dan alamat lengkap pihak-pihak yang
membuat perjanjian;
b. Maksud dan tujuan perjanjian;
c. Status keagenan atau kedistributoran;
d. Jenis barang yang diperjanjikan;
e. Wilayah pemasaran;
f. Hak dan kewajiban masing-masing pihak;
g. Kewenangan;
40
h. Jangka waktu perjanjian;
i. Cara-cara pengakhiran perjanjian;
j. Cara-cara penyelesaian perselisihan;
k. Hukum yang dipergunakan;
l. Tenggang waktu penyelesaian.
27. Pertanyaan : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menerbitkan STP Agen/Distributor?
Jawaban : Berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 2021,
mengamanatkan bahwa STP diterbitkan paling
lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
dinyatakannya permohonan pendaftaran secara
lengkap dan benar.
28. Pertanyaan : Apakah dengan berakhirnya perjanjian dari
distributor tunggal (sudah lewat dari 3 bulan),
prinsipal dapat menunjuk distributor baru
tanpa clean break?
Jawaban : Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
dilakukannya pemutusan perjanjian belum
tercapai penyelesaian secara tuntas (clean
break), maka sementara penyelesaian secara
tuntas tetap diusahakan, STP dinyatakan tidak
berlaku dan prinsipal dapat menunjuk agen, agen
tunggal, distributor atau distributor tunggal yang
baru. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 ayat (5)
Permendag Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Perikatan untuk Pendistribusian Barang oleh
Distributor atau Agen.
29. Pertanyaan : Apakah perusahaan yang tidak memiliki SIUP
bisa mendaftarkan Surat Tanda Pendaftaran
Agen/Distributor, dan apakah SIUP diurus di
Kementerian Perdagangan?
Jawaban : Perusahaan diwajibkan memiliki NIB dan
dinyatakan telah berlaku untuk dapat melakukan
permohonan STP Agen/Distributor sesuai
41
dengan PP Nomor 5 Tahun 2021.
30. Pertanyaan : Apakah Proses pendaftaran keagenan dapat
dilakukan manual dengan datang ke
Kementerian Perdagangan?
Jawaban : Saat ini untuk mendapatkan STP Agen dan
distributor telah dilakukan melalui sistem online
yaitu melalui /menggunakan akun OSS-RBA
yang dimiliki berdasarkan KBLI pada Perizinan
Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha
(PB-UMKU) untuk permohonan baru. Untuk
proses perpanjangan/perubahan dapat dilakukan
melalui situs sipt.kemendag.go.id menggunakan
akun OSS-RBA yang dimiliki.
31. Pertanyaan : Kapan kah harus melakukan perpanjangan
STP keagenan/distributor?
Jawaban : Apabila didalam perjanjian dagang tercantum
jangka waktu kerjasama antara Agen/Distributor
dengan Prinsipal maka STP Agen dan Distributor
di perpanjang saat jangka waktu perjanjian habis,
namun apabila di dalam perjanjian dagang tidak
disebutkan jangka waktu kerjasama antara
Agen/Distributor dengan Prinsipal maka
perpanjangan STP keagenan/distributor
dilakukan setelah 2 tahun masa STP
Agen/Distributor diterbitkan.

42
43
44
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG INFORMASI PERUSAHAAN

PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA


BERBASIS RISIKO BIDANG PERDAGANGAN UMUM

1. Pertanyaan : Peraturan apa saja yang mendasari


penyelenggaraan kegiatan usaha bidang
perdagangan umum?
Jawaban : a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang. Perdagangan
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja
c. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
Tentang. Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko
d. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan
2. Pertanyaan : Apa saja yang wajib dipenuhi oleh pelaku
usaha untuk memulai dan melakukan kegiatan
usaha?
Jawaban : Pelaku usaha wajib memenuhi:
a. persyaratan dasar perizinan berusaha,
meliputi kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang, persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung, dan sertifikat laik fungsi;
dan/atau
b. perizinan berusaha berbasis risiko.
3. Pertanyaan : Bagaimana cara pelaku usaha mendaftarkan
kegiatan usahanya?
Jawaban : Pelaku usaha mendaftarkan kegiatan usahanya
melalui Online Single Submission (OSS) secara

44
daring dengan tautan http://oss.go.id.
4. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan perizinan
berusaha berbasis risiko?
Jawaban : Perizinan berusaha berbasis risiko adalah
perizinan berusaha berdasarkan tingkat risiko
kegiatan usaha.
5. Pertanyaan : Apa saja jenis perizinan berusaha berbasis
risiko?
Jawaban : Terdapat 4 (empat) jenis perizinan berusaha
berbasis risiko, yaitu:
a. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko rendah,
maka perizinan berusaha berupa NIB
b. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko
menengah rendah, maka perizinan berusaha
berupa NIB dan sertifikat standar (pernyataan
pemenuhan standar secara mandiri)
c. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko
menengah tinggi, maka perizinan berusaha
berupa NIB dan sertifikat standar (pernyataan
pemenuhan standar secara mandiri)
d. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko tinggi,
maka perizinan berusaha berupa NIB dan
izin.
6. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan NIB?
Jawaban : Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah bukti
registrasi/pendaftaran pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas
bagi pelaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya. NIB wajib dimiliki oleh setiap pelaku
usaha. Setiap pelaku usaha hanya memiliki 1
(satu) NIB.
7. Pertanyaan : NIB berlaku sebagai apa saja?

45
Jawaban : a. Angka Pengenal Impor (API)
b. Hak akses kepabeanan
c. Pendaftaran kepesertaan pelaku usaha
untuk jaminan sosial kesehatan dan jaminan
sosial ketenagakerjaan
d. Wajib lapor ketenagakerjaan untuk periode
pertama pelaku usaha
8. Pertanyaan : Apakah ada masa berlaku dari NIB?
Jawaban : NIB berlaku selama pelaku usaha menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya.
9. Pertanyaan : Kegiatan usaha bidang perdagangan umum
masuk tingkat risiko apa?
Jawaban : Kegiatan usaha bidang perdagangan umum telah
ditetapkan masuk tingkat risiko rendah, sehingga
perizinan berusahanya berupa NIB. Adapun
kegiatan usaha bidang perdagangan umum telah
tercantum dalam Lampiran I dan II sektor
perdagangan PP 5/2021.
10. Pertanyaan : Apakah pelaku usaha bidang perdagangan
umum dapat menjalankan kegiatan usahanya
setelah memperoleh NIB?
Jawaban : Pelaku usaha dapat mengoperasionalkan/
mengkomersilkan kegiatan usahanya setelah
memperoleh NIB apabila tidak memerlukan
Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan
Usaha.
11. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Perizinan
Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha?
Jawaban Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan
Usaha (PB UMKU) adalah legalitas yang
diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
menunjang kegiatan usaha.

46
Contoh PB UMKU:
- Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)
- Surat Tanda Pendaftaran Distributor/Agen
Barang dan/atau Jasa
12. Pertanyaan : Apakah ada pembatasan kegiatan usaha/KBLI
yang boleh dipilih oleh pelaku usaha?
Jawaban Pelaku usaha sektor perdagangan hanya dapat
memilih kelompok KBLI perdagangan besar
(46xxx) atau perdagangan eceran (47xxx) saja
(tidak dapat dikombinasikan keduanya). Namun
dapat memilih lebih dari 1 KBLI dari masing-
masing kelompok KBLI perdagangan besar
(46xxx) atau perdagangan eceran (47xxx).
13. Pertanyaan : Apa perbedaan antara perdagangan besar
dan perdagangan eceran?
Jawaban Perdagangan besar:
- Penjualan kembali (tanpa perubahan teknis)
baik barang baru maupun barang bekas
kepada pengecer, industri, komersial, institusi
atau pengguna profesional, atau kepada
pedagang besar lainnya, atau yang bertindak
sebagai agen atau broker.
- Bentuk utama perdagangan besar seperti
pedagang grosir, pemborong, distributor,
eksportir, importir, asosiasi koperasi, kantor
penjualan dan kantor cabang penjualan (tetapi
bukan toko pengecer).
Perdagangan eceran
- penjualan kembali (tanpa perubahan teknis),
baik barang baru maupun bekas, utamanya
kepada masyarakat umum untuk konsumsi
atau penggunaan perorangan maupun rumah
tangga.
- Bentuk perdagangan eceran biasanya melalui
toko, departement store, kios, mail-order
47
houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang
keliling, koperasi konsumsi, rumah
pelelangan, dan lain-lain.
14. Pertanyaan : Bagaimana jika data pada perusahaan
mengalami perubahan?
Jawaban Pelaku usaha wajib melaporkan perubahan data
perusahaan melalui sistem OSS RBA.
15. Pertanyaan : Apakah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang
masih dimiliki pelaku usaha masih berlaku?
Jawaban TDP sudah tidak berlaku semenjak
diundangkannya UU 11/2020 tentang Cipta
Kerja, dimana salahsatu pengaturannya adalah
pencabutan UU 3/1982 tentang Wajib Dafatar
Usaha. Selanjutnya, pelaku usaha diwajibkan
mendaftarkan kegiatan usahanya melalui OSS
RBA.
16. Pertanyaan : Apakah SIUP yang diterbitkan oleh DPMPTSP
masih berlaku?
Jawaban Pelaku usaha yang masih memiliki SIUP yang
diterbitkan oleh DPMPTSP sebelum
diberlakukannya PP 24/2018, maka wajib
didaftarkan kegiatan usahanya melalui OSS
RBA.
17. Pertanyaan : Apakah SIUP yang diterbitkan oleh OSS
dengan status belum efektif masih dinyatakan
berlaku?
Jawaban Pelaku usaha yang masih memiliki SIUP dengan
status belum efektif, maka diharuskan untuk
memproses ulang melalui OSS RBA dengan
mengikuti ketentuan pada PP 5/2021.
18. Pertanyaan : Apakah pelaku usaha perdagangan memiliki
kewajiban melaporkan kegiatan usahanya?

48
Jawaban Dalam Lampiran II Sektor Perdagangan PP
5/2021 terdapat kewajiban bagi pelaku usaha
untuk menyampaikan laporan kegiatan usahanya
kepada pemerintah pusat setiap satu tahun
sekali.
19. Pertanyaan : Apakah masih terdapat kewajiban bagi
perusahaan untuk menyampaikan Laporan
Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP)?
Jawaban Mengingat telah ada pencabutan UU 3/1982
yang merupakan dasar hukum dari kewajiban
penyampaian LKTP sebagaimana diatur dalam
PP 24/1998 jo PP 64/1999 dan Permendag
25/2020, maka penyampaian LKTP sudah tidak
diwajibkan kepada Kementerian Perdagangan.

49

Anda mungkin juga menyukai