KETENTUAN UMUM
2
diberikan oleh Pemberi Waralaba;
Adanya dukungan yang berkesinambungan
dari Pemberi Waralaba kepada Penerima
Waralaba secara terus menerus seperti
bimbingan operasional, pelatihan, dan
promosi; dan
Hak Kekayaan Intelektual yang telah
terdaftar seperti merek, hak cipta, paten, dan
rahasia dagang, sudah didaftarkan dan
mempunyai sertifikat atau sedang dalam
proses pendaftaran di instansi yang
berwenang.
6. Pertanyaan : Apakah Suatu entitas usaha jika telah
memenuhi kriteria waralaba dapat
memasarkan usahanya dengan menggunakan
kata waralaba dalam program pemasarannya?
Jawaban : Orang perseorangan atau badan usaha dilarang
menggunakan istilah dan/atau nama waralaba
untuk nama dan/atau kegiatan usahanya apabila
belum Memiliki Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba atau disingkat menjadi STPW
7. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan STPW?
Jawaban : STPW adalah Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba yang merupakan bukti pendaftaran
Prospektus Penawaran Waralaba bagi Pemberi
Waralaba dan Pemberi Waralaba Lanjutan, serta
bukti pendaftaran Perjanjian Waralaba bagi
Penerima Waralaba dan Penerima Waralaba
Lanjutan yang diberikan setelah memenuhi
persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam
Peraturan Waralaba.
8. Pertanyaan : Siapa saja yang wajib memiliki STPW?
Jawaban : Pemberi Waralaba, Pemberi Waralaba Lanjutan,
Penerima Waralaba dan Penerima Waralaba
3
Lanjutan baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri wajib memiliki STPW
9. Pertanyaan : Apakah Perbedaan antara Pemberi dan
Penerima Waralaba?
Jawaban : Perbedaaan antara Pemberi dan Penerima
Waralaba yaitu:
Pemberi Waralaba adalah: Orang
perseorangan atau Badan usaha yang
memberikan hak untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan waralaba yang
dimiliknya kepada penerima waralaba.
Pemberi Waralaba memberikan hak untuk
menduplikasikan konsep bisnis yang dimiliki
sesuai dengan Prospektus Penawaran
Waralaba disertai dengan Pembinaan
Berkala
Penerima Waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang
diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk
memanfaatkan dan/atau menggunakan
waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
Penerima Waralaba Membayar fee
(franchise fee & royalty fee) sesuai dengan
Perjanjian Waralaba
10. Pertanyaan : Apakah pemberi waralaba dapat memiliki
lebih dari 1 penerima waralaba?
Pemberi waralaba dapat memiliki lebih dari 1
penerima waralaba yang berdasarkan perjanjian
antara pemberi waralaba dengan penerima
waralaba. Penerima waralaba harus berada pada
wilayah kerja atau usaha yang berbeda dengan
penerima waralaba lainnya.
11. Pertanyaan : Jika suatu entitas usaha telah memiliki STPW
apakah berhak menggunakan Logo
4
Waralaba?
Suatu entitas usaha yang telah memiliki STPW
wajib menggunakan logo waralaba sesuai
dengan aturan sebagai berikut:
Pemberi dan Penerima Waralaba yang telah
memiliki STPW akan diberikan Logo secara
percuma oleh Kementerian Perdagangan.
Permohonan tertulis Logo Waralaba
diajukan kepada Direktur Bina Usaha
Perdagangan dengan memberikan informasi
mengenai jumlah gerai Waralaba.
Sebagai identitas gerai Waralaba Logo
Waralaba dipasang ditempat terbuka dan
mudah terlihat dikantor pusat atau setiap
gerai.
12. Pertanyaan : Bagaimana cara mendapatkan Logo
Waralaba?
Penyelenggara waralaba mengajukan
permohonan Logo Waralaba secara tertulis
kepada Direktur Bina Usaha Perdagangan
dengan memberikan keterangan paling sedikit
jumlah dan lokasi gerai/tempat usaha serta
rencana pendistribusiannya.
13. Pertanyaan : Apa fungsi Logo Waralaba?
Berfungsi untuk memberikan identitas kepada
orang perseorangan atau badan usaha yang
melakukan kegiatan usahanya dengan sistem
waralaba
14. Pertanyaan : Logo Waralaba diletakkan dimana?
Diletak atau dipasang pada tempat yang terbuka
dan mudah terlihat di:
Kantor pusat; atau
5
Setiap gerai waralaba
KETENTUAN PERIZINAN
7
Waralaba Dalam Negeri, Penerima Waralaba
Lanjutan Luar Negeri dan Dalam Negeri
dapat diajukan kepada Dinas yang
membidangi Perdagangan atau Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di
Kabupaten / Kota di seluruh Indonesia.
19. Pertanyaan : Apakah persyaratan teknis (komitmen) untuk
mengajukan permohonan STPW bagi pemberi
Waralaba?
Jawaban : Pemberi waralaba hanya perlu mempersiapkan
prospektus penawaran waralaba yang mengacu
pada Permendag 71/2019 lampiran I.
20. Pertanyaan : Apakah persyaratan teknis (komitmen) untuk
mengajukan permohonan STPW bagi
penerima waralaba?
Jawaban : Penerima waralaba wajib mempersiapkan dua
dokumen yaitu prospektus penawaran waralaba
yang diberikan oleh pemberi waralaba dan
perjanjian waralaba dengan mengacu pada
permendag 71/2019 lampiran II.
21. Pertanyaan : Apakah Apakah perusahaan wajib
melaporkan laporan keuangan yang sudah di
audit?
Jawaban : Kewajiban menyertakan laporan keuangan yang
telah di audit akuntan publik hanya bagi
perusahaan yang bukan tergolong usaha kecil
dan mikro berdasarkan SIUP.
22. Pertanyaan : Apakah ada contoh format prospektus
penawaran waralaba?
Jawaban : Tidak ada, tetapi isi prospektus minimal dapat
mengacu pada permendag 71/2019 lampiran I.
23. Pertanyaan : Apakah pemilik STPW wajib menyampaikan
8
kegiatan usahanya secara periodik?
Jawaban : Pemilik STPW Wajib menyampaikan laporan
kegiatan usahanya sebagaimana diatur sebagai
berikut:
Pemberi Waralaba berasal dari dalam
negeri, Pemberi Waralaba Lanjutan berasal
dari luar negeri, Pemberi Waralaba Lanjutan
berasal dari dalam negeri dan Penerima
Waralaba berasal dari luar negeri yang
memiliki STPW, wajib menyampaikan
laporan kegiatan usaha Waralaba kepada
Direktur Bina Usaha Perdagangan
Pelaporan disampaikan setiap tahun paling
lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya,
dengan menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam Permendag
71/2019 lampiran IV.
24. Pertanyaan : Berapa lama waktu proses pemeriksaan
dokumen pemenuhan komitmen STPW?
Jawaban : Verifikator pada Kementerian Perdagangan
memiliki waktu 2 (dua) hari kerja untuk
memverifikasi dokumen pemenuhan komitmen
STPW.
25. Pertanyaan : Adakah biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh STPW?
Jawaban : Pengurusan STPW tidak dipungut biaya atau
gratis.
26. Pertanyaan : Apakah STPW memiliki masa berlaku dan
dapat diperpanjang?
Jawaban : STPW berlaku selama perusahaan melakukan
kegiatan usaha dengan menggunakan cara
waralaba dan tidak perlu diperpanjang.
27. Pertanyaan : Apakah terdapat KBLI khusus dalam
9
pengajuan pendaftaran STPW?
Pada lampiran II PP 5 Tahun 2021 Sektor
Perdagangan, STPW merupakan Perizinan
Berusaha non-KBLI, sehingga STPW terkait
dengan seluruh KBLI.
10
11
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG DISTRIBUSI LANGSUNG
KETENTUAN UMUM
12
pemasaran yang dikembangkan oleh Penjual
Langsung yang bekerja atas dasar Komisi
dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan
kepada Konsumen di luar lokasi eceran.
3. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Single Level
Marketing dan Multi Level Marketing?
Jawaban : Penjualan Langsung dapat dilakukan secara
single level atau multi level. Yang dimaksud
dengan Single Level Marketing atau Penjualan
Langsung secara Single Level adalah penjualan
Barang tertentu yang tidak melalui jaringan
pemasaran berjenjang. Sedangkan yang
dimaksud dengan Multi Level Marketing atau
Penjualan Langsung secara Multi Level adalah
penjualan Barang tertentu melalui jaringan
pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh
Penjual Langsung yang bekerja atas dasar
Komisi
dan/atau Bonus berdasarkan hasil penjualan
Barang kepada Konsumen.
4. Pertanyaan : Adakah persyaratan bentuk badan usaha dari
perusahaan penjualan langsung?
Jawaban : Perusahaan penjualan langsung harus badan
usaha berbentuk Perseroan Terbatas.
5. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Penjual
Langsung? Adakah perbedaan pengertiannya
dengan mitra ataupun member?
Jawaban : Penjual langsung adalah istilah yang digunakan
dalam PP 29/2021 untuk penyebutan mitra atau
member. Pasal 1 angka 20 PP 29/2021 mengatur
bahwa penjual langsung adalah orang
perseorangan atau badan usaha berbentuk
perseroan terbatas yang merupakan anggota
mandiri jaringan pemasaran atau penjualan
13
perusahaan.
16
Langsung dan jaringannya sesuai
dengan yang diperjanjikan;
f. memberikan tenggang waktu kepada
Konsumen untuk mengembalikan Barang
dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak Barang diterima, apabila
ternyata Barang tersebut tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian yang
ditimbulkan akibat penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan Barang
yang diperdagangkan;
h. melaksanakan pembinaan dan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan para Penjual Langsung,
agar bertindak dengan benar, jujur, dan
bertanggung jawab paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun;
i. memberikan kesempatan yang sama
kepada semua Penjual Langsung untuk
berprestasi dalam memasarkan Barang;
j. memiliki daftar Penjual Langsung yang
menjadi anggota jaringan pemasarannya
yang dilengkapi dengan data identitas
Penjual Langsung dimaksud; dan
k. menjual Barang yang telah memiliki izin
edar atau telah memenuhi ketentuan
standar mutu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
l. memastikan Penjual Langsung tidak
menjual barang melalui saluran disribusi
tidak langsung dan online market place.
3. Menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap
tahun yang disampaikan paling lambat tanggal
15 Januari.
17
15. Pertanyaan : Adakah larangan dalam penyelenggaraan
kegiatan penjualan langsung?
Jawaban : 1. Perusahaan Penjualan Langsung yang telah
memiliki perizinan berusaha di bidang
penjualan langsung dilarang:
a. menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan Barang secara tidak benar,
berbeda, atau bertentangan dengan
keadaan yang sebenarnya;
b. menawarkan Barang dengan cara
pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan, baik fisik maupun
psikis terhadap Konsumen;
c. menawarkan Barang dengan membuat
atau mencantumkan klausula baku pada
dokumen dan/atau perjanjian yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen;
d. menjual Barang yang tidak mempunyai
tanda daftar dari instansi teknis yang
berwenang, khususnya bagi Barang yang
wajib terdaftar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. menjual Barang yang tidak memenuhi
ketentuan standar mutu Barang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. menarik dan/atau mendapatkan
keuntungan melalui iuran keanggotaan atau
pendaftaran sebagai mitra usaha secara
tidak wajar;
g. menerima pendaftaran keanggotaan
sebagai Penjual Langsung dengan nama
yang sama lebih dari 1 (satu) kali;
h. membayar Komisi dan/atau Bonus dari
18
hasil iuran keanggotaan atau perekrutan
Penjual Langsung;
i. memberikan Komisi dan/atau Bonus dari
Program Pemasaran (Marketing Plan)
ketika Perusahaan tidak melakukan
penjualan Barang.
j. menjual atau memasarkan Barang yang
tercantum dalam SIUP melalui saluran
distribusi tidak langsung dan online market
place;
k. menjual langsung kepada Konsumen tanpa
melalui jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh Penjual Langsung;
l. melakukan usaha yang terkait dengan
penghimpunan dana masyarakat;
m. membentuk jaringan pemasaran dengan
menggunakan Skema Piramida;
n. menjual dan/atau memasarkan Barang
yang tidak tercantum dalam Program
Pemasaran (Marketing Plan); dan/atau
o. menjual Barang yang termasuk produk
komoditi berjangka sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau Jasa.
2. Barang yang termasuk produk komoditi
berjangka sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau Jasa dilarang
dipasarkan melalui sistem Penjualan Langsung
KETENTUAN PERIZINAN 19
15. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
harus memiliki izin tertentu?
Jawaban : Kegiatan usaha penjualan langsung
dikategorikan sebagai usaha dengan risiko tinggi,
sehingga perusahaan penjualan langsung harus
memiliki NIB dan Izin.
16. Pertanyaan : Apakah nomor KBLI dari kegiatan usaha
penjualan langsung?
Jawaban : KBLI 47999.
17. Pertanyaan : Bagaimana cara untuk mengajukan perizinan
berusaha di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Permohonan perizinan berusaha di bidang
penjualan langsung diajukan melalui portal OSS
dengan mengakses laman oss.go.id.
18. Pertanyaan : Dokumen apa saja yang diperlukan dalam
mengajukan permohonan perizinan berusaha
di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Dokumen persyaratan yang harus disiapkan
meliputi:
a. Program Pemasaran
b. Kode Etik
c. Izin edar barang atau standar mutu tertentu
apabila disyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan
d. Surat Penunjukkan Distribusi Eksklusif
19. Pertanyaan : Adakah biaya dalam pengajuan perizinan
berusaha di bidang penjualan langsung?
Jawaban : Tidak ada
20. Pertanyaan : Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam
20
memverifikasi kelengkapan dan kebenaran
dokumen persyaratan perizinan berusaha di
bidang penjualan langsung?
Jawaban : 5 hari kerja
21. Pertanyaan : Apa yang menyebabkan pengajuan Surat Izin
Usaha Penjualan Langsung (SIUPL)
mengalami penolakan?
Jawaban : Penolakan yang umum terjadi adalah
perusahaan tidak menyusun Program
Pemasaran dan Kode Etik sesuai dengan
ketentuan Pasal 43 ayat (2) dan ayat (3) PP
29/2021.
Dalam ketentuan tersebut, diatur bahwa:
1. Program Pemasaran (Marketing Plan),
paling sedikit harus memuat informasi:
a. daftar dan profil Barang yang paling sedikit
meliputi gambar, harga jual, dan manfaat;
b. jenis Program Pemasaran (Marketing Plan)
yang digunakan;
c. biaya pendaftaran calon Penjual Langsung;
d. isi alat bantu penjualan (starter kit);
e. alur penjualan Barang dari Perusahaan
sampai dengan kepada Konsumen;
f. jenis, perhitungan serta jumlah Komisi
dan/atau Bonus yang diberikan kepada
seluruh Penjual Langsung yang dibuat
dalam mata uang Rupiah;
g. simulasi perhitungan Komisi dan/atau
Bonus kepada Penjual Langsung hingga
tingkat jaringan tertentu;
h. syarat dan ketentuan dalam mendapatkan
Komisi dan/atau Bonus; dan
i. jadwal pembayaran Komisi dan/atau
Bonus.
2. kode etik, paling sedikit harus memuat
21
informasi:
a. persyaratan menjadi Penjual Langsung;
b. prosedur pendaftaran Penjual Langsung;
c. masa berlaku keanggotaan Penjual
Langsung;
d. prosedur pendaftaran ulang keanggotaan;
e. hak dan kewajiban Perusahaan;
f. hak dan kewajiban Penjual Langsung;
g. program pembinaan, bantuan pelatihan,
dan/atau fasilitas yang diberikan
Perusahaan kepada Penjual Langsung;
h. ganti rugi atas Barang yang tidak sesuai
dengan kualitas dan jenis yang
diperjanjikan dan prosedurnya;
i. larangan bagi Penjual Langsung;
j. sanksi; dan
k. prosedur penyelesaian perselisihan.
22. Pertanyaan : Apakah perusahaan penjualan langsung
dapat menjual Barang yang tidak tercantum
dalam program pemasaran atau daftar barang
sebagai lampiran izin?
Jawaban : Tidak dapat, perusahaan penjualan langsung
hanya dapat menjual barang yang tercantum
dalam program pemasaran dan daftar barang
sebagai lampiran izin.
23. Pertanyaan : Bagaimana jika perusahaan penjualan
langsung ingin mengubah daftar barang yang
tercantum dalam program pemasaran dan
lampiran izin?
Jawaban : Perusahaan dapat mengajukan perubahan
dokumen persyaratan, yaitu program pemasaran
melalui portal OSS, dengan mengakses laman
oss.go.id.
24. Pertanyaan : Apakah terdapat persyaratan
22
kewarganegaraan dalam kepengurusan
perusahaan penjualan langsung?
Jawaban : Ya, perusahaan penjualan langsung harus
mempekerjakan paling sedikit 1 orang WNI
sebagai anggota dewan direksi dan 1 orang WNI
sebagai anggota dewan komisaris.
25. Pertanyaan : Adakah masa berlaku perizinan berusaha di
bidang penjualan langsung dan kewajiban
pendaftaran ulang izin?
Jawaban : Perizinan berusaha di bidang penjualan langsung
langsung berlaku selama perusahaan melakukan
kegiatan usaha penjualan langsung dan tidak
perlu didaftar ulang.
Perusahaan penjualan langsung hanya perlu
mengajukan perubahan dokumen persyaratan
(jika ada) melalui OSS dan menyampaikan
laporan kegiatan usaha penjualan langsung
setiap tahunnya.
23
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG DISTRIBUSI TIDAK LANGSUNG
KETENTUAN UMUM
27
4. Pertanyaan : Bagaimana Perbedaan prinsipal produsen
dan prinsipal suplier?
Jawaban : Sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 24 tentang Perikatan
untuk Pendistribusian Barang oleh
Distributor atau Agen:
Prinsipal produsen adalah perorangan
atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan
hukum, berstatus sebagai produsen
yang menunjuk badan usaha lain
sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal untuk
melakukan penjualan atas barang hasil
produksi dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai.
Prinsipal supplier adalah perorangan
atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum
yang ditunjuk oleh principal produsen
untuk menunjuk badan usaha lain
sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal sesuai
kewenangan yang diberikan oleh
prinsipal produsen.
Prinsipal Supplier dapat berbentuk :
Perusahaan perdagangan asing
(supplier) yang berada di luar negeri
Distributor PMA yang berada di
Indonesia
Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan Asing (P3A)
5 Pertanyaan : Apakah berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
Permendag 66/2019, dapat diartikan
28
bahwa Produsen di dalam negeri dapat
mendistribusikan barang hasil
produksinya langsung kepada Pengecer
tanpa melalui Distributor/Agen?
Jawaban : Sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2021 bahwa Distributor
wajib memiliki Perizinan Berusaha sebagai
Distributor. Terkait dokumen dan
persyaratan pendaftaran STP
Agen/Distributor mengacu pada Lampiran II
PP 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
KEGIATAN USAHA
39
25. Pertanyaan : Apakah Prinsipal Supplier (distributor PMA)
harus memiliki Surat Tanda Pendaftaran (STP)
Keagenan/Distributor?
Jawaban : Prinsipal Supplier (Distributor PMA) tidak
diperbolehkan memiliki Surat Tanda
Pendaftaran (STP) Keagenan/Distributor.
Surat Tanda Pendaftaran (STP)
Keagenan/Distributor diwajibkan bagi
perusahaan perdagangan nasional yang
berbentuk agen, agen tunggal, distributor
maupun distributor tunggal sebagaimana
diamanatkan di dalam Pasal 4 ayat (1)
Permendag Nomor 24 Tahun 2021 dimana
Perusahaan PMA harus menunjuk Perusahaan
PMDN sebagai Agen/ Agen Tunggal/ Distributor/
Distributor Tunggal. Perusahaan PMDN tersebut
yang wajib memiliki STP.
26. Pertanyaan : Apakah perjanjian yang dibuat antara
Prinsipal dengan Distributor atau Agen
diperbolehkan dalam bentuk Letter of
Appointment (LOA) atau surat penunjukan?
Jawaban : Tidak diperbolehkan. Perjanjian antara Prinsipal
dengan Distributor atau Agen harus berbentuk
agreement / perjanjian (format perjanjian
diserahkan kepada masing-masing perusahaan)
dan telah dilegalisasi oleh notaris publik.
Perjanjian yang dibuat paling sedikit memuat :
a. Nama dan alamat lengkap pihak-pihak yang
membuat perjanjian;
b. Maksud dan tujuan perjanjian;
c. Status keagenan atau kedistributoran;
d. Jenis barang yang diperjanjikan;
e. Wilayah pemasaran;
f. Hak dan kewajiban masing-masing pihak;
g. Kewenangan;
40
h. Jangka waktu perjanjian;
i. Cara-cara pengakhiran perjanjian;
j. Cara-cara penyelesaian perselisihan;
k. Hukum yang dipergunakan;
l. Tenggang waktu penyelesaian.
27. Pertanyaan : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menerbitkan STP Agen/Distributor?
Jawaban : Berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 2021,
mengamanatkan bahwa STP diterbitkan paling
lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
dinyatakannya permohonan pendaftaran secara
lengkap dan benar.
28. Pertanyaan : Apakah dengan berakhirnya perjanjian dari
distributor tunggal (sudah lewat dari 3 bulan),
prinsipal dapat menunjuk distributor baru
tanpa clean break?
Jawaban : Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
dilakukannya pemutusan perjanjian belum
tercapai penyelesaian secara tuntas (clean
break), maka sementara penyelesaian secara
tuntas tetap diusahakan, STP dinyatakan tidak
berlaku dan prinsipal dapat menunjuk agen, agen
tunggal, distributor atau distributor tunggal yang
baru. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 ayat (5)
Permendag Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Perikatan untuk Pendistribusian Barang oleh
Distributor atau Agen.
29. Pertanyaan : Apakah perusahaan yang tidak memiliki SIUP
bisa mendaftarkan Surat Tanda Pendaftaran
Agen/Distributor, dan apakah SIUP diurus di
Kementerian Perdagangan?
Jawaban : Perusahaan diwajibkan memiliki NIB dan
dinyatakan telah berlaku untuk dapat melakukan
permohonan STP Agen/Distributor sesuai
41
dengan PP Nomor 5 Tahun 2021.
30. Pertanyaan : Apakah Proses pendaftaran keagenan dapat
dilakukan manual dengan datang ke
Kementerian Perdagangan?
Jawaban : Saat ini untuk mendapatkan STP Agen dan
distributor telah dilakukan melalui sistem online
yaitu melalui /menggunakan akun OSS-RBA
yang dimiliki berdasarkan KBLI pada Perizinan
Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha
(PB-UMKU) untuk permohonan baru. Untuk
proses perpanjangan/perubahan dapat dilakukan
melalui situs sipt.kemendag.go.id menggunakan
akun OSS-RBA yang dimiliki.
31. Pertanyaan : Kapan kah harus melakukan perpanjangan
STP keagenan/distributor?
Jawaban : Apabila didalam perjanjian dagang tercantum
jangka waktu kerjasama antara Agen/Distributor
dengan Prinsipal maka STP Agen dan Distributor
di perpanjang saat jangka waktu perjanjian habis,
namun apabila di dalam perjanjian dagang tidak
disebutkan jangka waktu kerjasama antara
Agen/Distributor dengan Prinsipal maka
perpanjangan STP keagenan/distributor
dilakukan setelah 2 tahun masa STP
Agen/Distributor diterbitkan.
42
43
44
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KEBIJAKAN DI BIDANG INFORMASI PERUSAHAAN
44
daring dengan tautan http://oss.go.id.
4. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan perizinan
berusaha berbasis risiko?
Jawaban : Perizinan berusaha berbasis risiko adalah
perizinan berusaha berdasarkan tingkat risiko
kegiatan usaha.
5. Pertanyaan : Apa saja jenis perizinan berusaha berbasis
risiko?
Jawaban : Terdapat 4 (empat) jenis perizinan berusaha
berbasis risiko, yaitu:
a. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko rendah,
maka perizinan berusaha berupa NIB
b. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko
menengah rendah, maka perizinan berusaha
berupa NIB dan sertifikat standar (pernyataan
pemenuhan standar secara mandiri)
c. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko
menengah tinggi, maka perizinan berusaha
berupa NIB dan sertifikat standar (pernyataan
pemenuhan standar secara mandiri)
d. Kegiatan usaha dengan tingkat risiko tinggi,
maka perizinan berusaha berupa NIB dan
izin.
6. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan NIB?
Jawaban : Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah bukti
registrasi/pendaftaran pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas
bagi pelaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya. NIB wajib dimiliki oleh setiap pelaku
usaha. Setiap pelaku usaha hanya memiliki 1
(satu) NIB.
7. Pertanyaan : NIB berlaku sebagai apa saja?
45
Jawaban : a. Angka Pengenal Impor (API)
b. Hak akses kepabeanan
c. Pendaftaran kepesertaan pelaku usaha
untuk jaminan sosial kesehatan dan jaminan
sosial ketenagakerjaan
d. Wajib lapor ketenagakerjaan untuk periode
pertama pelaku usaha
8. Pertanyaan : Apakah ada masa berlaku dari NIB?
Jawaban : NIB berlaku selama pelaku usaha menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya.
9. Pertanyaan : Kegiatan usaha bidang perdagangan umum
masuk tingkat risiko apa?
Jawaban : Kegiatan usaha bidang perdagangan umum telah
ditetapkan masuk tingkat risiko rendah, sehingga
perizinan berusahanya berupa NIB. Adapun
kegiatan usaha bidang perdagangan umum telah
tercantum dalam Lampiran I dan II sektor
perdagangan PP 5/2021.
10. Pertanyaan : Apakah pelaku usaha bidang perdagangan
umum dapat menjalankan kegiatan usahanya
setelah memperoleh NIB?
Jawaban : Pelaku usaha dapat mengoperasionalkan/
mengkomersilkan kegiatan usahanya setelah
memperoleh NIB apabila tidak memerlukan
Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan
Usaha.
11. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Perizinan
Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha?
Jawaban Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan
Usaha (PB UMKU) adalah legalitas yang
diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
menunjang kegiatan usaha.
46
Contoh PB UMKU:
- Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)
- Surat Tanda Pendaftaran Distributor/Agen
Barang dan/atau Jasa
12. Pertanyaan : Apakah ada pembatasan kegiatan usaha/KBLI
yang boleh dipilih oleh pelaku usaha?
Jawaban Pelaku usaha sektor perdagangan hanya dapat
memilih kelompok KBLI perdagangan besar
(46xxx) atau perdagangan eceran (47xxx) saja
(tidak dapat dikombinasikan keduanya). Namun
dapat memilih lebih dari 1 KBLI dari masing-
masing kelompok KBLI perdagangan besar
(46xxx) atau perdagangan eceran (47xxx).
13. Pertanyaan : Apa perbedaan antara perdagangan besar
dan perdagangan eceran?
Jawaban Perdagangan besar:
- Penjualan kembali (tanpa perubahan teknis)
baik barang baru maupun barang bekas
kepada pengecer, industri, komersial, institusi
atau pengguna profesional, atau kepada
pedagang besar lainnya, atau yang bertindak
sebagai agen atau broker.
- Bentuk utama perdagangan besar seperti
pedagang grosir, pemborong, distributor,
eksportir, importir, asosiasi koperasi, kantor
penjualan dan kantor cabang penjualan (tetapi
bukan toko pengecer).
Perdagangan eceran
- penjualan kembali (tanpa perubahan teknis),
baik barang baru maupun bekas, utamanya
kepada masyarakat umum untuk konsumsi
atau penggunaan perorangan maupun rumah
tangga.
- Bentuk perdagangan eceran biasanya melalui
toko, departement store, kios, mail-order
47
houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang
keliling, koperasi konsumsi, rumah
pelelangan, dan lain-lain.
14. Pertanyaan : Bagaimana jika data pada perusahaan
mengalami perubahan?
Jawaban Pelaku usaha wajib melaporkan perubahan data
perusahaan melalui sistem OSS RBA.
15. Pertanyaan : Apakah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang
masih dimiliki pelaku usaha masih berlaku?
Jawaban TDP sudah tidak berlaku semenjak
diundangkannya UU 11/2020 tentang Cipta
Kerja, dimana salahsatu pengaturannya adalah
pencabutan UU 3/1982 tentang Wajib Dafatar
Usaha. Selanjutnya, pelaku usaha diwajibkan
mendaftarkan kegiatan usahanya melalui OSS
RBA.
16. Pertanyaan : Apakah SIUP yang diterbitkan oleh DPMPTSP
masih berlaku?
Jawaban Pelaku usaha yang masih memiliki SIUP yang
diterbitkan oleh DPMPTSP sebelum
diberlakukannya PP 24/2018, maka wajib
didaftarkan kegiatan usahanya melalui OSS
RBA.
17. Pertanyaan : Apakah SIUP yang diterbitkan oleh OSS
dengan status belum efektif masih dinyatakan
berlaku?
Jawaban Pelaku usaha yang masih memiliki SIUP dengan
status belum efektif, maka diharuskan untuk
memproses ulang melalui OSS RBA dengan
mengikuti ketentuan pada PP 5/2021.
18. Pertanyaan : Apakah pelaku usaha perdagangan memiliki
kewajiban melaporkan kegiatan usahanya?
48
Jawaban Dalam Lampiran II Sektor Perdagangan PP
5/2021 terdapat kewajiban bagi pelaku usaha
untuk menyampaikan laporan kegiatan usahanya
kepada pemerintah pusat setiap satu tahun
sekali.
19. Pertanyaan : Apakah masih terdapat kewajiban bagi
perusahaan untuk menyampaikan Laporan
Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP)?
Jawaban Mengingat telah ada pencabutan UU 3/1982
yang merupakan dasar hukum dari kewajiban
penyampaian LKTP sebagaimana diatur dalam
PP 24/1998 jo PP 64/1999 dan Permendag
25/2020, maka penyampaian LKTP sudah tidak
diwajibkan kepada Kementerian Perdagangan.
49