(ENREKANG - TORAJA)
SKRIPSI
OLEH
ILHAM YUNUS
45 13 041 216
(ENREKANG TORAJA)”
dan petunjuk serta kerja sama dari berbagai pihak, baik pada tahap
penulis.
iii
2. Ibu DR. Hamsina, ST, MSi sebagai Dekan Fakultas Teknik
penulis.
ini.
iv
Akhir kata, semoga usulan penelitian ini ada manfaatnya,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua dalam rangka
itulah kritik dan saran yang sifatnya mendidik dan dukungan yang
Penulis
Ilham Yunus
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
b. Kecepatan Rencana.............................................. II - 6
f. Jarak Pandang.................................................... II - 10
vi
2.2 Penentuan Alinyemen......................................................... II - 24
b. Superelevasi ....................................................... II - 32
vii
4.3. Analisa Perhitungan Geometrik Pada setiap Ruas............. IV - 3
viii
DAFTAR TABEL
Rata - Rata
Henti Minimum
Lengkung Peralihan
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
dengan adanya lalu lintas dan angkutan jalansebagai bagian dari sistem
hal tersebut perlu perencanaan geometrik jalan yang dititik beratkan pada
struktur yang aman dan tingkat keselamatan yang tinggi yang di berikan
Laju pertumbuhan lalu lintas jalan raya sering kali tidak sesuai dengan
I-1
pertumbuhan kendaraan, bisa menimbulkan masalah baru. Untuk
kelandaian jalan yang tidak sesuai pedoman dari aspek jalan yang
Namun ada sebuah lokasi yang menjadi perhatian saya yaitu ruas jalan
akibatkan karena tikungan jalan dan R yang tidak sesuai ada beberapa
tikungan yang ada pada ruas jalan tersebut sering terjadi kecelakaan.
I-2
berkunjung ke daerah toraja, dan salah satu akses kedaerah tersebut
TORAJA) “
A. Maksud Penulisan
Toraja.
B. Tujuan Penulisan
sebagai berikut :
I-3
1. Lokasi Penelitian Ruas Jalan jalan Enrekang - Toraja KM.
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini disajikan dalam lima bab
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
I-4
relevan untuk mendapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan
Bab ini membahas tentang hasil desain geometrik jalan yang telah
I-5
gBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Umum
dimana bentuk dan ukuran yang nyata dari suatu jalan yang direncanakan
struktur yang aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan
yang diharapkan.
II - 1
Perencanaan konstruksi jalan raya membutuhkan data – data
jalan raya, karena data ini memberikan gambaran yang sebenarnya dari
kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini akan dibangun. Dengan
adanya data - data ini, kita dapat menentukan geometrik dan tebal
desain suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain yang telah
- Jalan Arteri
ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
II - 2
- Jalan Kolektor
- Jalan Lokal
- Jalan Lingkungan
II - 3
- Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus
- Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
- Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
serta jalan umum dalam jaringan jalan sekunder dalam suatu wilayah
kabupaten.
- Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
II - 4
- Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
jalan.
a. Kendaraan Rencana
as.
II - 5
Tabel 2.2 Dimensi Kendaraan Rencana
b. Kecepatan rencana
c. Cuaca.
diijinkan.
II - 6
Tabel 2.3 Kecepatan Rencana (V R) Sesuai Klasifikasi Dan Kelas
Jalan
perkotaan
II - 7
c. Satuan Mobil Penumpang ( SMP )
dalam hal kapasitas jalan, dimana setiap mobil penumpang memiliki satu
SMP. SMP untuk jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat
dilihat pada tabel 2.6. Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku Manual
II - 8
d. Volume lalu lintas
melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam,
menit). Volume lalu lintas dalam SMP ini menunjukkan besarnya jumlah
Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut. Dari Lalu
(LHR)
pada sepanjang ruas jalan yang direncanakan. Hasil dari pengukuran ini
II - 9
digunakan dalam perencanaan geometrik. Pengukuran peta topografi
yakni:
b. Pengukuran situasi selebar kiri kanan right of way dari jalan yang
f. Jarak pandang
II - 10
dengan aman (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
1997).
II - 11
g. Gaya Sentrifugal
radial keluar dari lajur jalannya, berarah tegak lurus terhadap gaya
pengemudi.
Dimana :
m = massa = G/g
G = berat kendaraan
a = percepatan sentrifugal
sumbu lajur jalannya, maka perlu adanya gaya yang dapat mengimbangi
II - 12
1. Gaya Gesekan Meintang (Fs) Antara Ban Kendaraan Dan
Permukaan Jalan
timbul antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan yang
rendah.
desain
II - 13
Keadaan lingkungan, perkotaan (urban) atau luar kota (rural).
harus diperhatikan, arus pejalan kaki, arus lalu lintas yang lebih
adanya kendaraan yang ditarik oleh hewan atau kendaraan tak bermesin,
Untuk daerah yang licin akibat sering turun hujan atau kabut
0.04, 0.06, 0.08, 0.10, dan 0.12. Indonesia pada saat ini umumnya
II - 14
mengambil nilai 0,08 dan 0,10. Bina Marga (luar kota) menganjurkan
0,24.
(superelevasi)
Jalan yang berada di daerah yang sering turun hujan, berkabut, atau
II - 15
Keadaan medan, seperti datar, berbukit-bukit atau pegunungan. Di
lengkung.
direncanakan.
II - 16
Gambar 2.2 Korelasi antara derajat lengkung (D)dan radius langkung (R)
Dari persamaan :
+ = ........................................................ ( 2 )
oleh nilai e dan f serta nilai kecepatan rencana yang ditetapkan. Ini berarti
direncanakan untuk satu nilai kecepatan rencana yang dipilih pada satu
II - 17
mempergunakan radius minimum yang menghasilkan lengkung tertajam
R min = ....................................... ( 3 )
(
II - 18
Tabel 2.10. Besarnya R minimum dan D Maksimum Untuk Beberapa
Kecepatan Rencana
kemiringan melintang jalan. Tetapi agar air hujan yang jatuh di atas
II - 19
disebut sebagai kemiringan melintang normal. Besarnya kemiringan
melintang normal ini sangat tergantung dari jenis lapis permukaan yang
yang bisa dirembesi oleh air harus mempunyai kemiringan lintang jalan
6. Landai Relatif
II - 20
Menurut Bina Marga Menurut AASHTO
( . ) ( )
Dimana :
E = superelevasi m/m
pencapaian kemiringan untuk jalan 3 lajur adalah 1,2 kali dari panjang
jalan 2 lajur, dan untuk jalan 6 lajur panjang pencapaian yang diperlukan
II - 21
Tabel 2.11. Nilai Kelandaian Realtif Maksimum Berdasarkan Empiris
m ≥ m maks m ≥ m maks
( . ) ( )
II - 22
Gambar 2.3. Landai Relatif Maksimum Berdasarkan Bina Marga
AASHTO dan 3 detik menurut Bina Marga (luar kota) yang berguna
II - 23
d. Bentuk tikungan.
Keterangan :
perkerasan 2 x 3,75 m
V = kecepatan rencana,km/jam
LS = 0,022
II - 24
superelevasi oleh kerena itu gaya yg bekerja adalah gaya sentrifugal dan
dan sebaliknya hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan yang
lebar perkerasan di lakukan pada tepi dalam saja atau dibagi sama pada
kedua sisi lengkung panjang pencapaian pelebaran dalam hal ini sesuai
misalnya :
II - 25
sementara untuk digunakan sewaktu- waktu pada saat darurat
pasang tanda lalu lintas pada kedua sisi lengkung cembung tersebut
lurus bidang datar peta (trase). Trase jalan biasa disebut situasi jalan,
1999).
bagian jalan, yaitu bagian lurus dan bagian lengkung. Umumnya tikungan
II - 26
a. Jenis – jenis tikungan
Full circle adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu
tikungan) yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil
Lengkung Peralihan
II - 27
Gambar 2.4. Tikungan Full Circle
Keterangan :
TC =Tangen Circle
CT =Circle Tangen
Ls = 0 ................................................... ( 4 )
Tc = Rc tan(0,5 ) ............................................. ( 5 )
II - 28
( / )
Ec = /
.............................................. ( 6)
Ec = Tc tan1/4 .............................................. ( 7 )
Lc = Rc ( ) ......................... ( 8 )
Lc = 0,01745 Rc ( ) .............. ( 9 )
Lc = Rc ( ) ......................... ( 10 )
Syarat Pemakaian :
Rc > Rmin
b. ∆C = 0
c. Lc = 20
II - 29
maksimum yang telah ditentukan.
ditentukan berdasarkan :
Ketentuan dan rumus yang digunakan untuk jenis tikungan ini adalah
sebagai berikut :
Qs = ½ β ..............................................,,,,,,,..............,............. ( 19)
Ls = ....................................................................,............ ( 20 )
= − (1− ) ...........................................,............ ( 21 )
= − − sin ........................................,,,,,,,......... ( 22 )
L= 2 Ls ........................................,,,,,,,........ ( 23 )
II - 30
=( + ) 1 − .....................................,,,......... ( 24 )
2
=( + ) 1 + ...............................................,,,... ( 25 )
2
Keterangan:
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus pada garis tangen (m).
Syarat Pemakaian :
Pada lengkun spiral – spiral sudut spiral harus sama dengan ½ sudut
β dan Lc=0. Radius minimum untuk jenis lengkung spiral – spiral adalah
II - 31
3. Tikungan Spiral - Circle – Spiral
= ............................................................................. (11)
= −2 ........................................................................ (12)
= 2 ................................................................... (13)
= +2 .......................................................................... (14)
II - 32
= − − ..................................................... (16)
=( + ) 1 − .................................................. (17)
2
Keterangan :
TC = Tangen Circle
Δ = Sudut lengkungan
busur lingkaran
syarat Pemakaian :
b. ∆C > 0
c. Lc > 20
II - 33
mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol ( pada
tentukan oleh panjang busur lingkaran yang terjadi. Hal ini sangat
b. Superelevasi
II - 34
1. Tikungan Full Circle
II - 35
2. Tikungan spiral - spiral
dipakai.
II - 36
3. Tikungan spiral – circle - spiral
II - 37
(superelevasi) pada bagian lengkung.
5) Superelevasi tidak diperlukan jika radius (R) cukup besar, untuk itu
cukup lereng luar diputar sebesar lereng normal (LP), atau bahkan
II - 38
Gambar 2.10. Diagram Superelevasi pada Tikungan Tipe S - C - S
II - 39
e. Kebebasan samping pada tikungan.
obyek- obyek penghalang sejauh E (m), diukur dari garis tengah lajur
jarak pandang
d. Penentuan stationing
II - 40
dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu tempat.
(Sukirman, 1999).
II - 41
Sistem penomoran jalan pada tikungan dapat dilihat pada gambar 2.11.
Sta SC
Gambar 2.11 Sistem Penomoran Jalan
a. Bagian Peralihan
II - 42
Tabel 2.14 Panjang Minimum Bagian Peralihan
melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini
dalam keadaan naik dan bermuatan penuh (untuk itu truk digunakan
konstruksi jalan, biaya penggunaan kendaraan dan jumlah lalu lintas. Jika
vertikal yang merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus.
II - 43
1999).
- Keadaan medan.
- Fungsi jalan.
a. Landai Maksimum
II - 44
Tabel 2.15 Panjang Kritis pada Kelandaian
c. Jalur Pendakian
atau lebih untuk jalan yang kecepatan rencana 100 km/jam atau
II - 45
d. Lengkung Vertikal
kondisi normal.
II - 46
Tabel 2.16 Panjang Kritis pada Kelandaian
II - 47
Tabel 2.17 Tabel Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan
superelevasi Yang Dibutuhkan
II - 48
Tabel 2.18. Besaran p* dan k*
II - 49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III - 1
3.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
umum wilayah karakteristik kondisi fisik dasar dan sumber daya alam,
Enrekang – Toraja.
Beberapa aspek yang dibahas dalam sub bahasan ini, diuraikan sebagai
berikut.
III - 2
kabupaten Enrekang - Toraja menjadi suatu dasar dalam tahapan
akan berimplikasi dan pergerakan lalu – lintas pada suatu daerah. Dalam
pembahasan ini ada beberapa gambar kondisi existing dan aspek yang
dataran, Jalan ini mempunyai 1 jajur dan 2 lajur dengan lebar jalan 6m.
Jalan ini merupakan jalur lintas nasional yang cukup potensial untuk
Enrekang dan Toraja , pada umumnya geometrik ruas jalan ini adalah
III - 3
banyak kecelakaan, dikarenakan jarak pandang, radius tikungan,
yang tidak sesuai pedoman dari aspek jalan yang berlaku, dan lain
Dalam kajian teknis ini kami akan melakukan analisa data tentang
(black spot), adapun rekayasa lalu lintas disini bertujuan untuk mencegah
dan mengurangi kecelakaan pada segmen ini akan kami sesuaikan dari
Bts Enrekang – Toraja yang pada saat ini belum dari kata sempurna.
Selain itu juga untuk pengembangan jangka panjang jaringan jalan dalam
rangka mengakomodir kenaikan lalu lintas. Berikut peta dan foto yang
III - 4
Peta Lokasi Proyek Enrekang - Toraja
LOKASI
PERENCANAAN
GEOMETRIK
JALAN
III - 5
Gambar 3.3. Foto Kondisi Geometrik KM. 249+000 – KM. 249+600
Sumber : Survey Lapangan
III - 6
Gambar 3.6. Foto Kondisi Geometrik KM. 254+900 – KM. 255+200
Sumber : Survey Lapangan
III - 7
Gambar 3.9. Foto Kondisi Geometrik KM. 255+600 – KM. 256+000
Sumber : Survey Lapangan
III - 8
Gambar 3.12. Foto Kondisi Geometrik KM. 279+050 – KM. 279+400
Sumber : Survey Lapangan
III - 9
3.3 METODOLOGI PENELITIAN
Enrekang – Toraja.
ini secara garis besar bertumpuh pada tahapan kegiatan yang dapat di
1. Survey Pendahuluan
2. Pengumpulan Data
III - 10
3.4.1 SURVEI PENDAHULUAN
berikut :
instansi yang terkait seperti Polres, Dinas PU, Dinas Kesbangpol, dan
DISHUB setempat.
III - 11
Adapun data yang diperlukan antara lain :
2. LHRT (P2JN)
meliputi :
setempat, jalur.
III - 12
III - 13
4.3 Analisa Perhitungan Geometrik Pada Setiap Ruas
4.3.1 Analisa KM.249+000 - KM. 249+350
A. Koordinat tiap titik :
X Y Z
- Titik A = 9619425.425 , 822613.522 493.584
- Titik P1 = 9619551.428 , 822620.250 500.126
- Titik B = 9619806.934 , 822537.800 485.908
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9619551.43 - 9619425.425 )2 + ( 822613.522 - 822620.250 )2
2
= √ ( 126.003 ) + ( -6.73 )2
= √ 15876.756 + 45.2660
= √ 15922.02
= 126.18
- Jarak P1-P2
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9619806.93 - 9619551.428 )2 + ( 822620.250 - 822537.800 )2
2
= √ ( 255.506 ) + ( 82.45 )2
= √ 65283.316 + 6798.002
= √ 72081.32
= 268.48
β1 = 195 o
X1 - X2
Ǿ1 = act tag
Y1 - Y2
Y2 - Y3
Ǿ2 = act tag
X2 - X3
β1 = Ǿ1 - Ǿ2 + 90 o
= 86.94 - -17.88 + 90 o
= 195 o
IV - 1
C. Perhitungan Aligment Horizontal
Ls x 90 ………………………………………………
Ѳs =
πR
45 x 90 4050 °
= = = 7.21
3.1 x 179.00 562.06
Ѳc = β - 2 x Ѳs
= # - 2 x 7.21 = 6.59 °
Ѳc …………………………………………
Lc = x 2πR
360
6.59
= x 2 x 3.14 x 179
360
= 20.57 m > 20 m ( memenuhi )
L = Lc + 2 Ls ……………………………………………
= 20.57 + 2 x #
= 110.57 m
Untuk nilai k*
Ѳs = 7.00 = 0.4997130
Ѳs = 7.21 = 0.4996966
Ѳs = 7.50 = 0.4996732
p = P* x Ls
= 0.0105830 x 45 = 0.4762 m
k = k* x Ls
= 0.4996966 x 45 = 22.486348 m
R + p
Es = - R
cos β / 2
179 + 0.48
= - 179
cos 21 / 2
179.48
= - 179
0.98
= 3.53 m
Ts = ( R + P ) tg ½ β1 + k
= ( 179 + 0.48 ) x tg ½ 21 + 22.49
= 55.75 m
L = 2 Ls + Lc + 2 Ts
= 2 x 45 + 20.57 + 2 x 55.75
= 110.57 m < 111.50 m ( memenuhi )
Ls²
Xs = Ls ( 1 - )
40 x R²
2025
= 45 ( 1 - ) = 44.929 m
40 x 32041.00
Ls²
Ys =
6 x R
2025
= = 1.89 m
6 x 179
S-C-S
NO P1
VR 50 Km/jam
Es 3.53 m
Ts 55.75 m
L 110.57 m
Lc 20.57 m
e 0.069
Ls 45 m
P 0.4762 m
K 22.486 m
4.3 Analisa Perhitungan Geometrik Pada Setiap Ruas
4.3.1 Analisa KM. 254+900 - KM. 255+200
A. Koordinat tiap titik :
X Y Z
- Titik A = 9620061.008 , 815686.170 602.578
- Titik P1 = 9620166.454 , 815729.899 605.864
- Titik B = 9620296.766 , 815730.838 606.525
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9620166.45 - 9620061.008 )2 + ( 815686.170 - 815729.899 )2
2
= √( 105.446 ) +( -43.73 )2
= √ 11118.859 + 1912.2254
= √ 13031.08
= 114.15
- Jarak P1-P2
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9620296.77 - 9620166.454 )2 + ( 815729.899 - 815730.838 )2
2
= √ ( 130.312 ) + ( -0.94 )2
= √ 16981.217 + 0.882
= √ 16982.10
= 130.32
β1 = 157 o
X1 - X2
Ǿ1 = act tag
Y1 - Y2
Y2 - Y3
Ǿ2 = act tag
X2 - X3
β1 = Ǿ1 - Ǿ2 + 90 o
= 67.48 - 0.41 + 90 o
= 157 o
IV - 4
C. Perhitungan Aligment Horizontal
Ls x 90 ………………………………………
Ѳs =
πR
45 x 90 4050 °
= = = 7.21
3.14 x 179.00 562.06
Ѳc = β - 2 x Ѳs
= 22 - 2 x 7.21 = 7.59 °
Ѳc ………………………………………
Lc = x 2πR
360
7.59
= x 2 x 3.14 x 179
360
= 23.70 m > 20 m ( memenuhi )
L = Lc + 2 Ls ……………………………………………
= 23.70 + 2 x #
= 113.70 m
Untuk nilai k*
Ѳs = 7.00 = 0.4997130
Ѳs = 7.21 = 0.4996966
Ѳs = 7.50 = 0.4996732
IV - 6
p = P* x Ls
= 0.0105830 x 45 = 0.4762 m
k = k* x Ls
= 0.4996966 x 45 = 22.486348 m
R + p
Es = - R
cos β / 2
179 + 0.48
= - 179
cos 22 / 2
179.48
= - 179
0.98
= 3.84 m
Ts = ( R + P ) tg ½ β1 + k
= ( 179 + 0.48 ) x tg ½ 22 + 22.49
= 57.37 m
L = 2 Ls + Lc + 2 Ts
= 2 x 45 + 23.70 + 2 x 57.37
= 113.70 m < 114.75 m ( memenuhi )
Ls²
Xs = Ls ( 1 - )
40 x R²
2025
= 45 ( 1 - ) = 44.929 m
40 x 32041.00
Ls²
Ys =
6 x R
2025
= = 1.89 m
6 x 179
S-C-S
NO P1
VR 50 Km/jam
Es 3.84 m
Ts 57.37 m
L 113.70 m
Lc 23.70 m
e 0.069
Ls 45 m
P 0.4762 m
K 22.486 m
IV - 6
4.3 Analisa Perhitungan Geometrik Pada Setiap Ruas
4.3.1 Analisa KM.249+000 - KM. 249+350
A. Koordinat tiap titik :
X Y Z
- Titik A = 9618310.322 , 813927.617 629.295
- Titik P1 = 9618303.033 , 813999.133 635
- Titik B = 9618388.645 , 814083.297 639.563
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9618303.03 - 9618310.322 )2 + ( 813927.617 - 813999.133 )2
2
= √ ( -7.289 ) + ( -71.52 )2
= √ 53.130 + 5114.5383
= √ 5167.67
= 71.89
- Jarak P1-P2
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9618388.65 - 9618303.033 )2 + ( 813999.133 - 814083.297 )2
2
= √ ( 85.612 ) + ( -84.16 )2
= √ 7329.415 + 7083.579
= √ 14412.99
= 120.05
β1 = 40 o
X1 - X2
Ǿ1 = act tag
Y1 - Y2
Y2 - Y3
Ǿ2 = act tag
X2 - X3
β1 = Ǿ1 - Ǿ2 + 90 o
= -5.82 - 44.51 + 90 o
= 40 o
C. Perhitungan Aligment Horizontal
Ls x # ………………………………………………………………………
Ѳs =
πR
50 x 90 4500 °
= = = 15.09
3.14 x 95.00 298.3
Ѳc = β - 2 x Ѳs
= 59 - 2 x 15.09 = 28.83 °
Ѳc ………………………………………………………………………
Lc = x 2πR
360
28.83
= x 2 x 3.14 x 95
360
= 47.78 m > 20 m ( memenuhi )
L = Lc + 2 Ls ………………………………………………………………………
= 47.78 + 2 x 50
= 147.78 m
Untuk nilai k*
Ѳs = 7.00 = 0.4997130
Ѳs = 15.09 = 0.4990694
Ѳs = 7.50 = 0.4996732
p = P* x Ls
= 0.0222484 x 50 = 1.1124 m
k = k* x Ls
= 0.4990694 x 50 = 24.953470 m
R + p
Es = - R
cos β / 2
95 + 1.11
= - 95
cos 59 / 2
96.11
= - 95
0.87
= 15.43 m
Ts = ( R + P ) tg ½ β1 + k
= ( 95 + 1.11 ) x tg ½ 59 + 24.95
= 79.33 m
L = 2 Ls + Lc + 2 Ts
= 2 x # + 47.78 + 2 x 79.33
= 147.78 m < 158.66 m ( memenuhi )
Ls²
Xs = Ls ( 1 - )
40 x R²
2500
= 50 ( 1 - ) = 49.654 m
40 x 9025.00
Ls²
Ys =
6 x R
2500
= = 4.39 m
6 x 95
S-C-S
NO P1
VR 50 Km/jam
Es 15.43 m
Ts 79.33 m
L 147.78 m
Lc 47.78 m
e 0.091
Ls 50 m
P 1.1124 m
K 24.953 m
4.3 Analisa Perhitungan Geometrik Pada Setiap Ruas
4.3.1 Analisa KM. 279+050 - KM. 279+400
A. Koordinat tiap titik :
X Y Z
- Titik A = 9637449.231 , 820077.627 832.627
- Titik P1 = 9637524.625 , 820182.461 843.461
- Titik B = 9637449.231 , 820077.627 833.463
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9637524.63 - 9637449.231 )2 + ( 820077.627 - 820182.461 )2
= √ ( 75.394 ) + ( -104.83 )2
2
= √ 5684.255 + 10990.1676
= √ 16674.42
= 129.13
- Jarak P1-P2
D = √ ( Δ x^2 + Dy^2 )
= √ ( 9637449.23 - 9637524.625 )2 + ( 820182.461 - 820077.627 )2
= √ ( -75.394 )2 + ( 104.83 )2
= √ 5684.255 + 10990.168
= √ 16674.42
= 129.13
β1 = 71 o
X1 - X2
Ǿ1 = act tag
Y1 - Y2
Y2 - Y3
Ǿ2 = act tag
X2 - X3
β1 = Ǿ1 - Ǿ2 + 90 o
= 35.72 - 54.28 + 90 o
= 71 o
IV - 13
C. Perhitungan Aligment Horizontal
Ls x # ………………………………………………………………………
Ѳs =
πR
45 x 90 4050 °
= = = 8.11
3.14 x 159.00 499.26
Ѳc = β - 2 x Ѳs
= # - 2 x 8.11 = 13.78 °
Ѳc ………………………………………………………………………
Lc = x 2πR
360
13.78
= x 2 x 3.14 x 159
360
= 38.21 m > 20 m ( memenuhi )
L = Lc + 2 Ls ………………………………………………………………………
= 38.21 + 2 x #
= 128.21 m
Untuk nilai k*
Ѳs = 7.00 = 0.4997130
Ѳs = 8.11 = 0.4996245
Ѳs = 7.50 = 0.4996732
IV - 15
p = P* x Ls
= 0.0119248 x 45 = 0.5366 m
k = k* x Ls
= 0.4996245 x 45 = 22.483102 m
R + p
Es = - R
cos β / 2
159 + 0.54
= - 159
cos 30 / 2
159.54
= - 159
0.97
= 6.16 m
Ts = ( R + P ) tg ½ β1 + k
= ( 159 + 0.54 ) x tg ½ 30 + 22.48
= 65.23 m
L = 2 Ls + Lc + 2 Ts
= 2 x # + 38.21 + 2 x 65.23
= 128.21 m < 130.46 m ( memenuhi )
Ls²
Xs = Ls ( 1 - )
40 x R²
2025
= # ( 1 - ) = 44.910 m
40 x 25281.00
Ls²
Ys =
6 x R
2025
= = 2.12 m
6 x 159
S-C-S
NO P1
VR 50 Km/jam
Es 6.16 m
Ts 65.23 m
L 128.21 m
Lc 38.21 m
e 0.074
Ls 45 m
P 0.5366 m
K 22.483 m
IV - 15
BAB V
5.1. Kesimpulan
diantara :
dengan metode tarif tetap (flat) dan metode tarif progresif dihitung
2.966.400
V-1
3. Sistem penarikan biaya progresif diperoleh hasil keuntungan yang
5.2. Saran
nantinya.
perbelanjaan yang saat ini masih belum berjalan dengan efisien, untuk
V-2