PEMETAAN LAHAN
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Studi Sarjana Teknik Sipil
Asisten Laboratorium:
Dea Zulianti Aripin
NIM. 2411.211.118
Disusun oleh:
Ninda Angraina
NIM. 2250.031.015
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan, sehingga Laporan Praktikum Pemetaan Lahan Terapan ini
dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai bagian dari persyaratan
akademik untuk menyelesaikan studi Sarjana Strata S1 di Jurusan Teknik Sipil.
Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Untuk itu penulis
berterimakasih antara kepada :
1. Ronni I S Rono Hadinagoro, Ir., M.T., selaku ketua program studi teknik sipil.
2. Hanafi, S.T., M.T., selaku kepala laboratorium.
3. Firdan Rizki P, selaku koordinator laboratorium.
4. Viona Silva Z, S.T., selaku asisten laboratorium.
5. Devi Affina, S.T., selaku asisten laboratorium.
6. Tiara Denisa P, S.T., selaku asisten laboratorium.
7. Rafi Irvana, selaku asisten laboratorium.
8. Siti Muthmainnah A, selaku asisten laboratorium.
9. Dea Zulianti, selaku asisten laboratorium.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan,
baik dalam hal tata bahasa maupun susunan kalimat. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas tugas
laporan ini. Akhir kata, penulis ingin menyampaikan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
Melalui pemetaan lahan, kita dapat memahami topografi, penggunaan lahan, dan
distribusi objek-objek di suatu wilayah. Dengan teknologi pemetaan modern,
seperti citra satelit dan sistem informasi geografis, praktik pemetaan lahan dapat
dilakukan dengan efisien dan akurat, memberikan kontribusi yang sangat berharga
dalam pengambilan keputusan dan perencanaan berkelanjutan.
Fokus utama adalah mendapatkan data pengukuran yang akurat dan berkualitas,
dengan mempertimbangkan efisiensi biaya, ketepatan waktu, dan kepatuhan
terhadap spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penggunaan
metode pengukuran yang sesuai dan peralatan ukur yang tepat, seperti Theodolite
dan Waterpass, serta pemanfaatan teknologi seperti Total Station, menjadi kunci
untuk menghasilkan data yang dapat dipertanggung jawabkan dalam konteks
proyek konstruksi.
Gambar 1. 1 Waterpass
sumber : google
Penjelasan gambar :
1. Nivo Kotak
Nivo Kotak untuk mengetahui kestabilan waterpass.
2. Lensa Objektif
Lensa Objektif untuk melihat objek yang akan dibidik.
3. Sekrup Penggerak Halus Horisontal
Sekrup Penggerak Halus Horisontal untuk menggerakan waterpass secara
halus pada bidang horisontal.
4. 3 Sekrup Levelling
3 Sekrup Levelling untuk medatarkan atau menstabilkan waterpass.
3 Skala Gerakan Sudut Horisontal
Skala Gerakan Sudut Horisontal untuk mengetahui besar gerakan sudut
horisontal.
4 Sekrup Fokus Lensa Objektif
Sekrup Fokus Lensa Objektif untuk memfokuskan Lensa okuler.
5 Sekrup Fokus Lensa Okuler
Sekrup Fokus Lensa Okuler Untuk memfokuskan Lensa okuler.
6 Lensa Okuler
Lensa Okuler untuk melihat alat yang akan dibidik.
1.4.2 Theodolite
Theodolite adalah suatu alat yang digunkan untuk mengukur jarak dan sudut, baik
sudut vertical maupun horizontal. Sudut vertical adalah sudut yang diukur pada
skala tegak lurus. Sedangkan sudut Horizontal adalah sudut yang diukur pada skala
mendatar yang dibentuk oleh dua titik polygon, sudut yang terbaca merupakan nilai
dimana theodolite itu ditempatkan.
Gambar 1. 2 Theodolite
sumber : google
Penjelasan gambar :
1. Pegangan Theodolite
Pegangan Theodolite Sebagai pegangan ketika theodolite dipindahkan.
2. Sekrup Fokus Lensa Okuler
Sekrup Fokus Lensa Okuler untuk memfokuskan lensa okuler.
3. Lensa Okuler
Lensa Okuler untuk melihat alat yang akan dibidik.
4. Sekrup Pengunci Vertikal
Sekrup Pengunci Vertikal untuk mengunci lensa okuler agar tidak bergerak.
5. Sekrup Penggerak Halus Vertikal
Sekrup Penggerak Halus Vertikal untuk menggerakan theodolite secara
halus pada bidang vertikal.
6. Nivo Tabung
Nivo Tabung untuk memeriksa tingkat datar pada sumbu horizontal
1.4.4 Statif/Tripod
Statif/tripod berfungsi sebagai penyangga Theodolite/Waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya
runcing. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan
keadaan tanah tempat alat itu berdiri.
Gambar 1. 4 Statif/tripod
sumber : google
Penjelasan gambar :
1. Kepala Statif/Tripod
Kepala Statif/Tripod sebagai tempat untuk waterpass atau theodolite, dan
terdapat sekrup pengunci agar waterpass atau theodolite tidak jatuh.
2. Sekrup Penyetel
Sekrup Penyetel untuk mengatur ketinggian statif.
3. Kaki Statif/Tripod
Kaki Statif/Tripod untuk menyangga statif/tripod
1.4.5 Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran, dan hasilnya
digunakan sebagai patokan utama dalam pengukuran yang dikenal sebagai sudut
azimuth.
Gambar 1. 5 Kompas
sumber : google
1.4.6 Payung
Payung digunakan agar alat Theodolite dan Waterpass tidak terkena sinar matahari
langsung.
Gambar 1. 6 Payung
sumber : Google
1. Metode sipat datar optis adalah proses penetuan ketinggian dari sejumlah
titik atau pengukuran perbedaan elevasi.
2. Pengukuran metode barometris Pengukuran barometris pada prinsipinya
adalah mengukur beda tekanan atmosfer.
3. Metode pengukuran trigonometris Pengukuran kerangka dasar vertikal
metode trigonometris pada prinsipinya adalah perolehan beda tinggi melalui
jarak langsung teropong terhadap beda tinggi alat, sudut vertikal serta tinggi
garis bidik yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur.
2. Polygon tertutup
Polygon tertutup adalah suatu polygon dimana titik awal dan titik akhirnya
mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga polygon ini adalah suatu
rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, polygon dibedakan menjadi : yang
berfungsi sebagai titik – titik pertolongan untuk mengambil detail lapangan.
a. Polygon untuk kepentingan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik –
titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
b. Polygon yang berfungsi sebagai titik – titik pertolongan untuk mengambil
detail lapangan.
BAB 2
WATERPASS POLYGON TERBUKA
DATA PENGAMATAN
Bacaan Benang (dm) Jarak (dm) Beda
Titik Belakang Muka Tinggi (m) Tinggi
Belakan
Muka
Total
Stand yang Atas Atas Titik
g
dibidik Tengah Tengah (-) (+) (m)
Bawah Bawah
A 14,150 13,690
1 13,975 13,470 35 44 79 0,051 685,000
B 13,800 13,250
B 14,900 14,190
2 14,660 14,085 48 21 69 0,057 685,051
C 14,420 13,980
C 14,120 14,900
3 13,865 14,660 51 48 99 -0,080 685,108
D 13,610 14,420
D 14,650 14,490
4 14,380 14,295 54 39 93 0,008 685,029
E 14,110 14,100
E 14,980 15,010
5 14,850 14,865 26 29 55 -0,001 685,037
F 14,720 14,720
F 14,690 15,850
6 13,970 15,635 144 43 187 -0,167 685,036
G 13,250 15,420
G 15,020 14,580
7 14,835 14,405 37 35 72 0,043 684,869
H 14,650 14,230
Keterangan:
BBT = Bacaan Benang Tengah Belakang
BBa = Bacaan Benang Atas
BBb = Bacaan Benang Bawah
Perhitungan:
14,15+13,8
BBTAB =
2
= 13,975 dm
14,9+14,42
BBTBC =
2
= 14,660 dm
14,12+13,61
BBTCD =
2
= 13,865 dm
14,65+14,11
BBTDE =
2
= 14,380 dm
14,98+14,72
BBTEF =
2
= 14,850 dm
14,69+13,25
BBTFG =
2
= 13,970 dm
15,02+14,65
BBTGH =
2
= 14,835 dm
Keterangan:
BBT = Bacaan Benang Tengah Muka
BBa = Bacaan Benang Atas
BBb = Bacaan Benang Bawah
Perhitungan:
13,69+13,25
BBTAB =
2
= 13,470 dm
14,19+13,98
BBTBC =
2
= 14,085 dm
14,9+14,42
BBTCD =
2
= 14,660 dm
14,49+14,1
BBTDE =
2
= 14,295 dm
15,01+14,72
BBTEF =
2
= 14,865 dm
15,85+15,42
BBTFG =
2
= 15,635 dm
14,58+14,23
BBTGH =
2
= 14,405 dm
b. Jarak Muka
Rumus :
dM = (BMA-BMB) x 100
Keterangan :
dM = Jarak Muka
BMA = Bacaan Benang Muka Atas
BMB = Bacaan Benang Muka Bawah
Perhitungan :
dMAB = (BMA-BMB) x 100
= (13,69-13,25) x 100
= 44 dm
dMBC = (BMA-BMB) x 100
= (14,19-13,98) x 100
= 21 dm
dMCD = (BMA-BMB) x 100
= (14,90-14,42) x 100
= 48 dm
dMDE = (BMA-BMB) x 100
= (14,49-14,10) x 100
= 39 dm
dMEF = (BMA-BMB) x 100
= (15,01-14,72) x 100
= 29 dm
dMFG = (BMA-BMB) x 100
= (15,85-15,42) x 100
= 43 dm
dMGH = (BMA-BMB) x 100
= (14,58-14,23) x 100
= 35 dm
c. Jarak Total
Rumus :
d = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
Keterangan :
D = Jarak Total
BMA = Bacaan Benang Muka Atas
BMB = Bacaan Benang Muka Bawah
BBA = Bacaan Benang Belakang Atas
BBB = Bacaan Benang Belakang Bawah
Perhitungan :
dAB = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,15-13,80) x 100 + (13,69-13,25) x 100
= 79 dm
dBC = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,90-14,42) x 100 + (14,19-13,98) x 100
= 69 dm
dCD = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,12-13,61) x 100 + (14,90-14,42) x 100
= 99 dm
dDE = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,65-14,11) x 100 + (14,49-14,10) x 100
= 93 dm
dEF = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,98-14,72) x 100 + (15,01-14,72) x100
= 55 dm
dFG = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,69-13,25) x 100 + (15,85-15,42) x100
= 187 dm
dGH = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (15,020-14,65) x 100 + (14,58-14,23) x 100
= 72 dm
Keterangan :
∆H = Beda Elevasi
BBt = Bacaan Benang Tengah Belakang
BMt = Bacaan Benang Tegah Muka
Perhitungan :
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HAB =
10
(13,975−13,470)
=
10
= 0,051 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HBC =
10
(14,660−14,085)
=
10
= 0,057 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HCD =
10
(13,865−14,660)
=
10
= -0,080 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HDE =
10
(14,380−14,295)
=
10
= 0,008 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HEF =
10
(14,850−14,865)
=
10
= -0,001 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HFG =
10
(13,970−15,635)
=
10
= -0,167 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HGH =
10
(14,835−14,405)
=
10
= 0,043 m
2.5.4 Menghitung Tinggi Titik
Menghitung tinggi titik sebagai berikut:
Tinggi titik A = 685
Tinggi titik B = 685 + 0,051
= 685,051 m
Tinggi titik C = 685,051 + 0,057
= 685,108 m
Tinggi titik D = 685,108 + (-0,080)
= 685,029 m
Tinggi titik E = 685,029 + 0,008
= 685,037 m
Tinggi titik F = 685,037 + (-0,001)
= 685,036 m
Tinggi titik G = 685,036 + (-0,167)
= 684,869 m
Tinggi titik H = 684,869 + (0,043)
= 684,912 m
2.7 Kesimpulan
Hasil dari pengukuran elevasi dengan waterpass metode polygon terbuka yang di
lakukan pada 7 titik yang telah ditentukan pada ssat praktikum. Dari hasil
pengukuran tersebut didapatkan nilai perbedaan ketinggian atau elevasi pada setiap
titik yang dituju, yaitu:
Titik A = 685 mdpl
Titik B = 685,051 mdpl
Titik C = 685,108 mdpl
Titik D = 685,029 mdpl
Titik E = 685,037 mdpl
Titik F = 685,035 mdpl
Titik G = 684,869 mdpl
Titik H = 684,912 mdpl
BAB 3
WATERPASS POLYGON TERTUTUP
Keterangan:
BBT = Bacaan Benang Tengah
BBa = Bacaan Benang Atas
BBb = Bacaan Benang Bawah
Perhitungan:
13,450+13,130
BBTAB =
2
= 13,290 dm
14,950+14,510
BBTBC =
2
= 14,730 dm
13,190+12,800
BBTCD =
2
= 12,995 dm
13,450+12,950
BBTDE =
2
= 13,200 dm
12,720+12,380
BBTEF =
2
= 12,550 dm
13,300+13,120
BBTFG =
2
= 13,210 dm
12,780+12,230
BBTGH =
2
= 12,505 dm
12,920+12,620
BBTHA’ =
2
= 12,770 dm
Keterangan:
BBT = Bacaan Benang Tengah
BBa = Bacaan Benang Atas
BBb = Bacaan Benang Bawah
Perhitungan:
13,310+13,000
BBTAB =
2
= 13,155 dm
13,200+12,980
BBTBC =
2
= 13,090 dm
13,720+13,220
BBTCD =
2
= 13,470 dm
13,500+13,180
BBTDE =
2
= 13,340 dm
14,130+13,800
BBTEF =
2
= 13,965 dm
113,120+12,880
BBTFG =
2
= 13,000 dm
12,870+12,580
BBTGH =
2
= 12,725 dm
12,800+12,570
BBTHA’ =
2
= 12,685 dm
2. Jarak Muka
Rumus :
dM = (BMA-BMB) x 100
Keterangan :
dM = Jarak Muka
BMA = Bacaan Benang Muka Atas
BMB = Bacaan Benang Muka Bawah
Perhitungan :
dMAB = (BMA-BMB) x 100
= (13,310-13,000) x 100
= 31 dm
dMBC = (BMA-BMB) x 100
= (13,200-12,980) x 100
= 22 dm
dMCD = (BMA-BMB) x 100
= (13,720-13,220) x 100
= 50 dm
dMDE = (BMA-BMB) x 100
= (13,500-13,180) x 100
= 32 dm
dMEF = (BMA-BMB) x 100
= (14,130-13,800) x 100
= 33 dm
dMFG = (BMA-BMB) x 100
= (13,120-12,880) x 100
= 24 dm
3. Jarak Total
Rumus :
D = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
Keterangan :
D = Jarak Total
BMA = Bacaan Benang Muka Atas
BMB = Bacaan Benang Muka Bawah
BBA = Bacaan Benang Belakang Atas
BBB = Bacaan Benang Belakang Bawah
Perhitungan :
dAB = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (13,450-13,130) x 100 + (13,310-13,000) x 100)
= 63 dm
dBC = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (14,950-14,510) x 100 + (13,200-12,980) x 100)
= 66 dm
dCD = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (13,190-12,800) x 100 + (13,720-13,220) x 100)
= 89 dm
dDE = (BBA-BBB) x 100) + (BMA-BMB) x 100)
= (13,450-12,950) x 100 + (13,500-13,180) x 100)
= 82 dm
Keterangan :
∆H = Beda Elevasi
BBt = Bacaan Benang Tengah Belakang
BMt = Bacaan Benang Tegah Muka
Perhitungan :
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HAB =
10
(13,290−13,155)
=
10
= 0,013 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HBC =
10
(14,730−13,090)
=
10
= 0,164 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HCD =
10
(12,995−13,470)
=
10
= -0,048 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HDE =
10
(13,200−13,340)
=
10
= -0,014 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HEF =
10
(12,550−13,965)
=
10
= -0,142 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HFG =
10
(13,210−13,00)
=
10
= 0,021 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HGH =
10
(12,505−12,725)
=
10
= -0,022 m
(𝐵𝐵𝑡−𝐵𝑀𝑡)
∆HHA’ =
10
(12,770−12,685)
=
10
= 0,008 m
Perhitungan :
Σh (+) = 0,013 + 0,164+0,021+0,008
= 0,207
Σh (-) = │-0,048 + (-0,014)+ (-0,142)+(-0,022)│
= 0,225
Σhp = Σh (+) – Σh (-)
= 0,207 – 0,225
= -0,018
Σh = Σh (+) + Σh (-)
= 0,207 + 0,225
= 0,432
e = Σhp= -0,018
−e
k =
Σh
−(−0,018)
=
0,432
= 0,042
kCD = k x │∆HCD│
= 0,042 x │-0,048 │
= 0,002
kDE = k x │∆HDE│
= 0,042 x │-0,014 │
= 0,001
kEF = k x │∆HEF│
= 0,042 x │ -0,142│
= 0,006
kFG = k x │∆HFG│
= 0,042 x │ 0,021 │
= 0,001
kGH = k x │∆HGH│
= 0,042 x │ -0,022 │
= 0,001
kHA’ = k x │∆HHA’│
= 0,042 x │ 0,008│
= 0,000
3.7 Kesimpulan
Hasil dari pengukuran elevasi dengan waterpass metode polygon tertutup yang di
lakukan pada 8 titik yang telah ditentukan pada ssat praktikum. Dari hasil
pengukuran tersebut didapatkan nilai perbedaan ketinggian atau elevasi pada setiap
titik yang dituju, yaitu:
Titik A = 685 mdpl
Titik B = 685,014 mdpl
Titik C = 685,185 mdpl
Titik D = 685,139 mdpl
Titik E = 685,126 mdpl
Titik F = 684,990 mdpl
Titik G = 685,012 mdpl
Titik H = 684,991 mdpl
Titik A’ = 685 mdpl
BAB 4
THEODOLITE POLYGON TERBUKA
4.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan memiliki pemahaman
mendalam terkait peralatan dan langkah-langkah penggunaan theodolite. Selain itu,
praktikan diharapkan dapat mengenali konsep sudut azimuth dan mengukur sudut
antara titik-titik dalam suatu bidang menggunakan polygon terbuka. Praktikan juga
diarahkan untuk plotting setiap titik yang diukur, serta menghitung koordinat titik-
titik tersebut pada sebuah kertas dengan menggunakan diagram kartesius.
DATA PENGAMATAN
Bacaan Sudut
Titik Tinjau Jarak
Stand [X°Y’Z”]
(d)
α β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 181°12’40’’ 7,9
B B–A–C 168°29’15’’ 6,9
C C–B–D 236°34’25’’ 9,9
D D–C–E 143°04’00’’ 9,3
E E–D–F 219°38’45’’ 5,5
F F–E–G 138°19’50’’ 18,7
G G–H G–F–H 231°00’45’’ 226°29’30’’ 7,2
H
Keterangan :
β̅i = Sudut Beta Yang Dikoreksi
Fα = Jumlah Kesalahan Sudut
n = Banyaknya Sudut β
Perhitungan :
1
β̅B = βB + x Fα
6
1
β̅D = βD + x Fα
6
2. Selisih Ordinat
Rumus :
∆y = dx cos αi
Keterangan :
∆y = Selisih Ordinat
dy = Jarak Total
αi = Sudut Azimuth
Perhitungan :
∆yAB = dAB cos αAB
= 7,9 cos 181° 12’ 40”
= -7,898 m
∆yBC = dBC cos αBC
= 6,9 cos 169° 13’ 58,33”
= -6,779 m
∆yCD = dCD cos αCD
= 9,9 cos 225° 20’ 26,66”
= -6,959 m
∆yDE = dDE cos αDE
= 9,3 cos 187° 56’29,99”
= -9,211 m
∆yEF = dEF cos αEF
= 5,5 cos 227° 07’ 18,32”
= -3,742 m
∆yFG = dFG cos αFG
= 18,7 cos 184° 59’11,65”
= -18,629 m
∆yGH = dGH cos αGH
= 7,2 cos 231° 00’ 44,98”
= -4,530 m
Xa = 0,000
Xb = Xa + ∆xAB
= 0,000 + (-0,167)
= -0,167
Xc = Xb + ∆xBC
= -0,167 + 1,289
= 1,122
Xd = Xc + ∆xCD
= 1,122 + (-7,042)
= -5,920
Xe = Xd + ∆xDE
= -5,920 + (-1,285)
= -7,205
Xf = Xe + ∆xEF
= -7,205 + (-4,030)
= -11,235
Xg = Xf + ∆xFG
= -11,235 + (-1,625)
= -12,860
Xh = Xg + ∆xGH
= -12,860 + (-5,596)
= -18,456
2. Koordinat Ordinat
Rumus :
Yi = Yi-1 + ∆yi
Keterangan :
Yi = Koordinat Ordinat
Yi-1 = Koordinat Yang Ditinjau
∆yi = Selisih Ordinat
Perhitungan :
Ya = 0,000
Yb = Ya + ∆yAB
= 0 + (-7,898)
= -7,898
Yc = Yb + ∆yBC
= -7,898 + (-6,779)
= -14,677
Yd = Yc + ∆yCD
= -14,677 + (-6,959)
= -21,636
Ye = Yd + ∆yDE
= -21,636 + (-9,211)
= -30,847
Yf = Ye + ∆yEF
= -30,847 + (-3,742)
= -34,589
Yg = Yf + ∆yFG
= -34,589 + (-18,629)
= -53,218
Yh = Yg + ∆yGH
= -53,218 + (-4,530)
= -57,7
4.7 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran theodolite pada polygon terbuka dengan menggunakan 8 titik
tinjau, akan diperoleh bacaan sudut pada setiap titik tinjau di suatu lahan. Hasil
pengukuran ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai koordinat dari
masing-masing titik, sehingga dapat dilakukan pemetaan atau penentuan posisi
relatif antar titik-titik tersebut. Nilai koordinat (X,Y) adalah sebagai Berikut:
Koordinat A = (0,000 ; 0,000)
Koordinat B = (-0,167 ; -7,898)
Koordinat C = (1,122 ; -14,677)
Koordinat D = (-5,920 ; -21,636)
Koordinat E = (-7,205 ; -30,847)
Koordinat F = (-11,235 ; -34,589)
Koordinat G = (-12,860 ; -53,218)
Koordinat H = (-18,456 ; -57,748)
BAB 5
THEODOLITE POLYGON TERTUTUP
5.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan memiliki pemahaman
mendalam terkait peralatan dan langkah-langkah penggunaan theodolite. Selain itu,
praktikan diharapkan dapat mengenali konsep sudut azimuth dan mengukur sudut
antara titik-titik dalam suatu bidang menggunakan polygon tertutup. Praktikan juga
diarahkan untuk plotting setiap titik yang diukur, serta menghitung koordinat titik-
titik tersebut pada sebuah kertas dengan menggunakan diagram kartesius.
DATA PENGAMATAN
Bacaan Sudut
Titik Tinjau Jarak
Stand [X°Y’Z”]
(d)
α β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 57º 09’45” 6,3
B B–A–C 272º 28’40” 6,6
C C–B–D 243º 28’00” 8,9
D D–C–E 180º 33’10” 8,2
E E–D–F 259º 23’45” 6,7
F F–E–G 274º 35’25” 4,2
G G–F–H 189º 03’50” 8,4
H H–A H–G–A 45°57’30” 179º 10’30” 5,3
Keterangan :
β̅i = Sudut Beta Yang Dikoreksi
Fα = Jumlah Kesalahan Sudut
n = Banyaknya Sudut β
Perhitungan :
1
β̅B = βB + x Fα
7
1
β̅D = βD + x Fα
7
Perhitungan :
αAB = 57º 09’45”
αBC = αAB + β̅B - (n x 180°)
= 57º 09’45” +273º 55’ 0,71” - (1 x 180°)
= 151° 04’ 45,71”
αCD = αBC + β̅C - (n x 180°)
= 151° 04’ 45,71” + 244º 54’ 20,71” - (1 x 180°)
= 215° 59’ 6,42”
αDE = ΑCD + β̅D - (n x 180°)
= 215° 59’ 6,42” + 181º 59’ 30,71” - (1 x 180°)
= 217° 58’ 37,13”
αEF = αDE + β̅E - (n x 180°)
= 217° 58’ 37,13” + 260º 50’ 5,71”- (1 x 180°)
= 298° 48’ 42,84”
αFG = αEF + β̅F - (n x 180°)
= 298° 48’ 42,84”+ 276º 01’ 45,71”- (1 x 180°) - 360°
= 34º 50’ 28,55”
αGH = αFG + β̅G - (n x 180°)
= 34º 50’ 28,55”+ 190º 30’ 10,71”- (1 x 180°)
= 45° 20’ 39,26”
αHA = αGH + β̅H - (n x 180°)
= 45° 20’ 39,26”+ 180º 36’ 50,71”- (1 x 180°)
= 45° 57’ 29,97”
Keterangan :
∆x = Selisih Absis
dx = Jarak Total
αi = Sudut Azimuth
Perhitungan :
∆xAB = dAB sin αAB
= 6,3 sin 57º 09’45”
= 5,293 m
∆xBC = dBC sin αBC
= 6,6 sin 151° 04’ 45,71”
= 3,192 m
∆xCD = dCD sin αCD
= 8,9 sin 215° 59’ 6,42”
= -5,229 m
∆xDE = dDE sin αDE
= 8,2 sin 217° 58’ 37,13”
= -5,046 m
∆xEF = dEF sin αEF
= 6,7 sin 298° 48’ 42,84”
= -5,871 m
∆xFG = dFG sin αFG
= 4,2 sin 34º 50’ 28,55”
= 2,399 m
∆xGH = dGH sin αGH
= 8,4 sin 45° 20’ 39,26”
= 5,975 m
∆xHA = dHA sin αHA
= 5,3 sin 45° 57’ 29,97”
= 3,810 m
1. Selisih Absis
Rumus :
Δx̅ = ∆X + 𝑑
x fx
∑𝑑
Keterangan :
∆X = Selisih Absis
∑d = Jumlah Jarak
d = Jarak
fx = Kesalahan Absis
Δ AB = ∆XAB + 𝑑𝐴𝐵 x fx
∑𝑑
= 4,771
Δ BC = ∆XBC + 𝑑𝐵𝐶 x fx
∑𝑑
= 2,645
Δ CD = ∆XCD + 𝑑𝐶𝐷 x fx
∑𝑑
= -5,966
Δ DE = ∆XDE + 𝑑𝐷𝐸 x fx
∑𝑑
= -5,725
Δ EF = ∆XEF + 𝑑𝐸𝐹 x fx
∑𝑑
= -6,426
Δ FG = ∆XFG + 𝑑𝐹𝐺 x fx
∑𝑑
= 2,051
Δ GH = ∆XGH + 𝑑𝐺𝐻 x fx
∑𝑑
= 5,279
Δ HA = ∆XHA + 𝑑𝐻𝐴 x fx
∑𝑑
= 3,371
2. Selisih Ordinat
Rumus :
Δy̅ = ∆Y + 𝑑
x fy
∑𝑑
Keterangan :
∆y = Selisih Absis
∑d = Jumlah Jarak
d = Jarak
fY = Kesalahan Absis
Δ AB = ∆YAB + 𝑑𝐴𝐵 x fy
∑𝑑
= 3,389
Δ BC = ∆YBC + 𝑑𝐵𝐶 x fy
∑𝑑
= -5,806
Δ CD = ∆YCD + 𝑑𝐶𝐷 x fy
∑𝑑
= -7,241
Δ DE = ∆YDE + 𝑑𝐷𝐸 x fy
∑𝑑
= -6,500
Δ EF = ∆YEF + 𝑑𝐸𝐹 x fy
∑𝑑
= 3,200
Δ FG = ∆YFG + 𝑑𝐹𝐺 x fy
∑𝑑
= 3,429
Δ GH = ∆YGH + 𝑑𝐺𝐻 x fy
∑𝑑
= 5,868
Δ HA = ∆XHA + 𝑑𝐻𝐴 x fy
∑𝑑
= 3,661
5.5.8 Menghitung Koordinat Absis dan Ordinat
Menghitung koordinat absis dan ordinat adalah sebagai berikut:
1. Koordinat Absis
Rumus :
Xi = Xi-1 + ∆xi
Keterangan :
Xi = Koordinat Absis
Xi-1 = Koordinat Yang Ditinjau
∆xi = Selisih Absis
Perhitungan :
Xa = 0,000
Xb = Xa + ∆xAB
= 0,000 + 4,771
= 4,771
Xc = Xb + ∆xBC
= 4,771 + 2,645
= 7,416
Xd = Xc + ∆xCD
= 7,416 + (-5,966)
= 1,450
Xe = Xd + ∆xDE
= 1,450 + (-5,725)
= -4,275
Xf = Xe + ∆xEF
= -4,275 + (-6,426)
= -10,701
Xg = Xf + ∆xFG
= -10,701 + 2,051
= -8,650
Xh = Xg + ∆xGH
= -8,650 + 5,279
= -3,371
Xa = Xa + ∆xHA
= -3,371 + 3,371
= 0,000
2. Koordinat Ordinat
Rumus :
Yi = Yi-1 + ∆yi
Keterangan :
Yi = Koordinat Ordinat
Yi-1 = Koordinat Yang Ditinjau
∆yi = Selisih Ordinat
Perhitungan :
Ya = 0,000
Yb = Ya + ∆yAB
= 0 + 3,389
= 3,389
Yc = Yb + ∆yBC
= 3,389 + (-5,806)
= -2,417
Yd = Yc + ∆yCD
= -2,417 + (-7,241)
= -9,658
Ye = Yd + ∆yDE
= -9,658 + (-6,300)
= -16,158
Yf = Ye + ∆yEF
= -16,158 + 3,200
= -12,958
Yg = Yf + ∆yFG
= -12,958 + 3,429
= -9,529
Yh = Yg + ∆yGH
= -9,529 + 5,868
= -3,661
Ya = Yh + ∆yHA
= -3,661 + 3,661
= 0,000
5.7 Kesimpulan
Dari hasil Pengukuran theodolite poligon tertutup akan didapatkan bacaan sudut
disetiap titik tinjau pada suatu lahan. Pengukuran dilakukan dengan 8 titik tinjau.
Dari hasil pengukuran didapat nilai koordinat (X : Y), yaitu :
Koordinat A = (0,000 ; 0,000)
Koordinat B = (4,771 ; 3,389)
Koordinat C = (7,416 ; -2,417)
Koordinat D = (1,450 ; -9,658)
Koordinat E = (-4,275 ; -16,158)
Koordinat F = (-10,701 ; -12,958)
Koordinat G = (-8,650 ; -9,529)
Koordinat H = (-3,371 ; -3,661)
Koordinat A’ = (0,000 ; 0,0
Lampiran A
Lampiran A1 : Form Data Pengamatan Waterpass Polygon Terbuka
Lampiran A2 : Hasil Pengamatan Waterpass Polygon Terbuka
Lampiran B
Lampiran B1 : Form Data Pengamatan Waterpass Polygon Tertutup
Lampiran B2 : Hasil Pengamatan Waterpass Polygon Tertutup
Lampiran C
Lampiran C1 : Form Data Pengamatan Theodolite Polygon Terbuka
Lampiran C2 : Hasil Pengamatan Theodolite Polygon Terbuka
Lampiran D
Lampiran D1 : Form Data Pengamatan Theodolite Polygon Tertutup
Lampiran D2 : Hasil Pengamatan Theodolite Polygon Tertutup
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D