Anda di halaman 1dari 52

PEMICU 2

KELOMPOK 9

MODUL SARAF DAN JIWA


Presentasi
Kelompok 9
ANGGOTA KELOMPOK
Aditya Ari Herlambang I1011211002
Veronika Vivien Evania I1011211016
Jonathan Abelito I1011211025
Joyce Hirakawa I1011211058
Saffana Rizqi I1011211067
Muhamad Hasbi I1011211072
Muhammad Naufal I1011211073
Ulfah Nabila I1011211085
Diva Aliya Zafira I1011211090
Dimas Aldianakhi Sumarna I1011211093
PEMICU
Tn X, 47 tahun, dibawa keluarganya ke RSJ Singkawang karena sejak 2
minggu sebelum masuk RS merasa ketakutan dan tidak mau bekerja. Pasien
mengatakan ada suara dalam hatinya yang menyuruhnya untuk mati, pasien
suka melamun dan bicara sendiri. Makan, minum, dan mandi harus dipaksa.
Sebelum mengalami gangguan, pasien baru saja diPHK dari tempat bekerja.
Pasien tidak tidur selama beberapa hari dan mondar-mandir.
Ibu pasien pernah dirawat berulang kali di RSJ. Dari alloanamnesis,
autoanamnesis, dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan yang
disebabkan oleh gangguan organik, penyalahgunaan alkohol maupun obat
psikoaktif.
KLARIFIKASI DAN DEFINISI
1. ALLOANAMNESIS 2. AFEK
ALLOANAMNESIS ADALAH WAWANCARA MEDIS AFEK ADALAH POLA PERILAKU YANG
TIDAK LANGSUNG YANG DILAKUKAN OLEH DAPAT DIAMATI YANG MERUPAKAN
DOKTER KE KELUARGA PASIEN UNTUK EKSPRESI KEADAAN PERASAAN YANG
MEMBERIKAN INFORMASI APA YANG DIALAMI SECARA SUBYEKTIF (EMOSI).
SEBENARNYA SEDANG TERJADI PADA PASIEN.

3. HALUSINASI AKUSTIK 4. PSIKOAKTIF


HALUSINASI PENDENGARAN ATAU AKUSTIK PSIKOAKTIF DISEBUT PSYCHOTROPIC
ADALAH KESALAHAN DALAM MEMPRESEPSIKAN MEMBERIKAN EFEK TERHADAP JIWA;
SUARA YANG DIDENGAR OLEH ORANG DENGAN MAMPU MEMENGARUHI AKTIVITAS
GANGGUAN JIWA. SUARA TERSEBUT BISA MENTAL; TERUTAMA ISTILAH UNTUK
MENYENANGKAN, ANCAMAN, MEMBUNUH, DAN OBAT.
MERUSAK.
KLARIFIKASI DAN DEFINISI
5. WAHAM KEJAR
WAHAM KEJAR ADALAH KEYAKINAN YANG KOKOH 6. AUTOANAMNESIS
DIPERTAHANKAN TANPA BUKTI BAHWA AUTOANAMNESIS ADALAH WAWANCARA
SESEORANG SEDANG DISERANG, DITAWAN, MEDIS YANG DILAKUKAN SECARA
DITIPU, DISIKSA, ATAU ADA YANG LANGSUNG ANTARA DOKTER DAN PASIEN
BERSEKONGKOL MELAWANNYA. ITU SENDIRI. AUTOANAMNESIS,
MENGGALI INFORMASI, TANDA DAN
GEJALA LANGSUNG KEPADA PENDERITA
7. NORMOAKTIF MENGGALI GEJALA YANG ADA, KARENA
NORMOAKTIF ADALAH STATUS MENTAL YANG PENDERITA PSIKOTIK MEMILIKI INSIGHT
MENGGAMBARKAN DORONGAN YANG WAJAR YANG BURUK MENGGALI STRESSOR YANG
UNTUK BERGERAK DAN RELEVAN DENGAN DIALAMI BAGI PENDERITA NON PSIKOTIK
LINGKUNGAN YANG MENUNJUKKAN PERILAKU MENGGALI RIWAYAT KEHIDUPAN,
MOTORIK YANG NORMAL DAN SEIMBANG. PEKERJAAN DAN INFORMASI LAINNYA
BAGI PENDERITA NON PSIKOTIK.
KATA KUNCI
2. Gejala sejak 2
1. Pria 47 tahun 3. Rasa takut (+)
minggu

4. Berbicara 6. Waham kejar


5. Mood labil
sendiri (+)

7. Riwayat halusinasi 8. Riwayat


akustik (+) keluarga ODGJ (+) 9. Riwayat PHK
KATA KUNCI
10. Verbalisasi :
- Kualitas kurang
- Kuantitas lebih

11. Afek 12. Arus pikir


- Terbatas - Asosiasi longgar
- Jawaban irrelevan
- Tidak serasi
13. Hendaya fungsi
hidup
RUMUSAN MASALAH
Laki-laki 47 tahun dengan keluhan utama 2 minggu
lalu merasa ketakutan dan tidak mau bekerja baru
saja di PHK dan riwayat keluarga pasien RSJ. Hasil
pemeriksaan didapatkan perilaku normoaktif, labil,
waham kejar, halusinasi akustik, asosiasi longgar,
dan hendaya. Apa diagnostik yang tepat bagi
pasien?
ANALISIS MASALAH
HIPOTESIS
Laki laki 47 tahun mengalami
gangguan psikotik akut berdasarkan
riwayat dan gejala yang dialaminya
selama 2 minggu.
PERTANYAAN DISKUSI
2. Gangguan waham
1. Gangguan Persepsi
a. Definisi
a. Definisi b. Klasifikasi
b. Klasifikasi c. Faktor risiko
d. Patomekanisme
c. Faktor risiko
terjadinya waham

3. Perbedaan klasifikasi afek (afek luas, afek


sempit (terbatas), afek tumpul, afek datar).
PERTANYAAN DISKUSI
4. Gangguan psikotik akut
a. Definisi
b. Etiologi
5. Studi Kasus
c. Faktor risiko a. Interpretasi data pemicu
d. Klasifikasi b. Hubungan gangguan tidur pasien
e. Diagnosis dengan diagnosis pasien?
f. Diagnosis banding c. Hubungan riwayat keluarga dengan
(skizofrenia) gangguan jiwa pada pasien?
g. Tatalaksana (Farmakologi
dan Non-Farmakologi)
h. Manifestasi klinis
PERTANYAAN DISKUSI

6. Mekanisme terjadinya gangguan psikis yang dialami pasien


a. Pola pikir
b. Perilaku
c. Emosi

7. Jelaskan bagian otak yang mengatur kepribadian dan emosi.


PEMBAHASAN
1. Gangguan Persepsi
A. DEFINISI
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan
manusia dalam membedakan antara rangsang
timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan)
dan stimulus eksternal.
B. KLASIFIKASI
1. Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman yang
dirasakan tanpa adanya stimulus
eksternal yang cukup untuk 2. Ilusi
membangkitkan pengalaman tersebut Ilusi merupakan kondisi yang terjadi
yang tidak berada di bawah kendali akibat salah persepsi sensorik dalam
sukarela. Beberapa contoh halusinasi tubuh. Alih-alih melihat sesuatu
yaitu: yang sebenarnya tidak ada,
a. Halusinasi Pendengaran pengidap ilusi biasanya mengalami
b. Halusinasi Penglihatan salah persepsi terhadap rangsangan
c. Halusinasi Penciuman eksternal yang dialami.
d. Halusinasi Pengecapan
e. Halusinasi Taktil
C. FAKTOR RISIKO

FAKTOR PREDISPOSIS FAKTOR PRESIPITASI


1. Biologis: Abnormalitas 1. Biologis: Gangguan dalam
perkembangan sistem saraf yang komunikasi dan putaran balik
berhubungan dengan respon otak.
neurobiologis yang maladaptif. 2. Stress Lingkungan
2. Psikologis Keluarga, pengasuh 3. Sumber Koping:
dan lingkungan. mempengaruhi respon individu
dalam menanggapi stressor.
2. Gangguan Waham
A. DEFINISI
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh
kesimpulan yang salah tentang realita eksternal dan dipertahankan
dengan kuat. Waham merupakan gangguan dimana penderitanya
memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat
membedakan yang nyata dan yang tidak nyata.
B. KLASIFIKASI
1. Waham kebesaran (Grandiosity)
Klien meyakini bahwa memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan terhadap dirinya.
2. Waham agama (Religious)
Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu agama.
3. Waham somatik (Somatic)
Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian dari tubuhnya terganggu atau terserang
suatu penyakit.
4. Waham nihilistik (Nihilistic)
Klien meyakini bahwa dirinya sudah tiada atau meninggal dan keyakinannya terhadap
hal ini diucapkan secara berulang-ulang
5. Waham bizar (Bizarre)
Suatu paham yang melibatkan fenomena keyakinan seseorang yang sama sekali tidak
masuk akal.
C. FAKTOR RISIKO
1. Genetik
Gangguan delusi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan delusi atau skizofrenia
menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin terlibat.
2. Biologis
3. Lingkungan/psikologis
Bukti menunjukkan bahwa stres dapat memicu gangguan delusi.
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan juga dapat
berkontribusi terhadap terjadinya gangguan waham.
D. PATOMEKANISME TERJADINYA WAHAM
Kondisi neurologis yang paling sering dikaitkan dengan delusi
terkait dengan penurunan fungsi sistem limbik dan ganglia basal.
Pasien yang delusinya disebabkan oleh penyakit neurologis dan
tidak menunjukkan gangguan intelektual cenderung memiliki
delusi kompleks yang serupa pasien dengan gangguan
delusional.
Gangguan delusi dapat muncul sebagai respon terhadap
pengalaman abnormal di lingkungan, sistem saraf tepi, atau
sistem saraf pusat (SSP). Jadi, jika pasien memiliki pengalaman
sensorik yang salah saat diikuti (misalnya mendengar langkah
kaki), mereka mungkin percaya bahwa mereka sebenarnya
sedang diikuti.
3. Perbedaan Klasifikasi Afek
Afek adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai
lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik
tubuhnya (bahasa tubuh).

1. Afek luas
5. Afek serasi
Afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas
Menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi
dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah,
irama suara maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi

yang dihayatinya. dan suasana yang dihayatinya.

2. Afek menyempit 6. Afek tidak serasi

Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang Kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak

dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang cocok dengan suasana yang dihayati. Misalnya

bervariasi. seseorang yang menceritakan suasana duka cita tapi


3. Afek menumpul dengan wajah riang dan tertawa tawa.
Penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak 7. Afek labil
dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa Menggambarkan perubahan irama perasaan yang
tubuh yang sangat kurang. cepat dan tiba tiba, yang tidak berhubungan dengan
4. Afek mendatar stimulus eksternal.
Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh
yang kaku, gerakan sangat minimal, dan irama suara datar
seperti ’robot’.
4. Gangguan Psikotik Akut
A. DEFINISI
Gangguan psikotik akut menurut DSM-5 adalah timbulnya perilaku
psikotik secara tiba-tiba yang berlangsung kurang dari 1 bulan
B. ETIOLOGI

1. Stres fisik: misalnya alkoholisme, diet yang tidak sehat,


masalah dengan tidur
2. Stressor lingkungan: misalnya kurang dukungan sosial,
migrasi, perubahan besar dalam kehidupan
3. Stressor emosional: misalnya kesulitan dalam hubungan
sosial
4. Peristiwa kehidupan yang akut: misalnya berkabung,
kekerasan pada anak
C. FAKTOR RISIKO
1. Riwayat Keluarga
2. Stress dan Trauma
3. Penyalahgunaan Zat (narkoba dan alkohol)
4. Gangguan Psikologis Sebelumnya (riwayat gangguan mental seperti
depresi dan gangguan bipolar)
5. Kondisi Medis: Beberapa kondisi medis, seperti penyakit otak,
gangguan neurologis, atau infeksi sistem saraf
6. Gangguan Psikotik sebelumnya: Seseorang yang telah mengalami
episode psikotik sebelumnya
7. Lingkungan Sosial
8. Usia
D. KLASIFIKASI
1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa
2. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan
Gejala Skizofrenia
Gejala Skizofrenia
Diagnosis pasti harus memenuhi:
- Memenuhi kriteria 1,2, dan 3 diatas yang
- Onset harus akut (2 minggu atau kurang)
khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut
- Harus ada beberapa jenis halusinasi atau
(F23.0)
waham yang berubah dalam jenis dan
- Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriterja
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari
untuk diagnosis skizofrenia (F20.-) yang harus
yang sama
sudah ada untuk sebagaian besar waktu sejak
- Harus ada keadaan emosional yang sama
munculnya gambaran klinis psikotik secara jelas
beraneka ragamnya
- Apabila gejala-gejala skizofrenia rnenetap
- Walaupun gejalanya beraneka ragam, tidak
lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah
satupun ada yang cukup konsisten dapat
menjadi skizofrenia (F20.-)
memenuhi kriteria skizofrenia atau episode
manik (F30) atau episode depresif (F32)
D. KLASIFIKASI
3. Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia akut
Diagnosis pasti harus memenuhi: 4. Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan
- Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu Predominan Waham
atau kurang dari keadaan nonpsikotik sampai Diagnosis pasti harus memenuhi:
jelas psikotik) - Onset dari gejala psikotik harus akut (2
- Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik
skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sampai jelas psikotik)
sebagian besar waktu sejak berkembangnya - Wabam dan halusinasi harus sudah ada
gambaran klinis yang jelas psikotik dalam sebagian besar waktu sejak
- Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak berkembangrrya keadaan psikotik yang jelas
terpenuhi. - Baik kriteria untuk skizofrenia F20,- maupun
- Apabila gejala-geiala skizofrenia menetap untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23,-)
untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, tidak terpenuhi
maka diagnosis harus dirubah menjadi
skizofrenia (F20.-).
E. DIAGNOSIS
Dua (atau lebih) dari berikut ini, masing-masing hadir untuk sebagian besar waktu selama
periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari ini harus
(1), (2), atau (3):
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Bicara tidak teratur (misalnya, bicara melantur atau inkoherensi)
4. Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik
Catatan: Jangan sertakan gejala jika gejala tersebut merupakan respons yang disetujui
secara budaya.
B. Durasi suatu episode gangguan minimal 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, dengan
kembalinya otak sepenuhnya ke tingkat fungsi pramorbid.
C. Bukan gejala akibat penggunaan zat tertentu atau kondisi medis lain
F. DIAGNOSIS BANDING
A. Gangguan Psikotik Sekunder B. Gangguan Mood
Kondisi medis nonpsikiatri dan Pasien dengan episode depresi mayor
berbagai zat dapat menyebabkan gejala dapat memiliki delusi dan halusinasi,
psikosis dan katatonia. Diagnosis yang seperti pasien gangguan bipolar. Delusi
paling tepat untuk gejala tersebut pada depresi psikotik biasanya
adalah gangguan psikotik karena kongruen dengan mood dan melibatkan
kondisi medis umum, gangguan tema-tema seperti rasa bersalah,
katatonik karena kondisi medis umum, hukuman, dan penyakit yang tidak
atau gangguan psikotik akibat zat. dapat disembuhkan.
F. DIAGNOSIS BANDING
C. Gangguan Kepribadian D. Malingering dan Gangguan Factitious
Gangguan kepribadian mungkin Gangguan untuk pasien yang meniru gejala
memiliki beberapa ciri skizofrenia. skizofrenia tetapi tidak memiliki gangguan.
Gangguan kepribadian skizotipal, Meskipun benar-benar meniru gejala
skizoid, dan borderline merupakan skizofrenia itu sulit, terutama di depan
gangguan kepribadian dengan gejala dokter yang berpengalaman. Kondisi pasien
yang tumpang tindih. Gangguan yang sepenuhnya mengendalikan gejala
kepribadian obsesif kompulsif yang mereka mungkin memenuhi syarat untuk
parah dapat menutupi proses diagnosis malingering pasien seperti itu
skizofrenia yang mendasarinya. biasanya memiliki alasan keuangan atau
hukum yang jelas untuk dianggap sakit jiwa.
G. TATALAKSANA
Karena terbatasnya jumlah uji klinis yang mengevaluasi kemanjuran modalitas
pengobatan spesifik pada pasien dengan gangguan psikotik singkat, rekomendasi saat ini
untuk pengobatan gangguan psikotik akut bergantung pada intervensi farmakologis dan
psikoterapi yang diketahui efektif pada pasien dengan gangguan psikotik lainnya.
Psikoterapi
Penatalaksanaan psikoterapi BPD akan melibatkan pemberian informasi medis kepada
pasien dan keluarganya tentang kondisi dan modalitas pengobatan yang digunakan untuk
pasien tertentu. Selain menekankan reintegrasi ke dalam lingkungan masyarakat, penting
juga untuk fokus pada pengelolaan gangguan komorbiditas atau pemicu stres dan
meningkatkan keterampilan mengatasi masalah secara keseluruhan. Selama proses
pengobatan, pasien harus dipantau dalam jangka panjang untuk menilai kekambuhan
atau adanya gejala sisa yang mungkin memerlukan rujukan ke dokter spesialis. Penting
untuk mendukung pasien dalam menjaga kepatuhan pengobatan karena kurangnya
kepatuhan dapat menyebabkan gejala kambuh.
G. TATALAKSANA
Farmakologi
Meskipun formulasi oral lebih disukai sebagai pengobatan lini pertama untuk gangguan
psikotik akut, formulasi intramuskular mungkin harus digunakan pada pasien selama
penilaian dan pengobatan segera, terutama dalam keadaan darurat. Obat yang digunakan
dibagi dua, yang pertama ada antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik
generasi kedua (atipikal). Obat tipikal contohnya Trifluoperazine, Fluphenazine,
Haloperidol, Chlorpromazine, dan Thioridazine. Obat tipikal memiliki efek samping yaitu
ekstrapiramidal syndrome (EPS) seperti distonia akut, akatisia, kekakuan roda gigi, dan
tardive dyskinea. Obat atipikal contohnya Quetiapine, Paliperidone, Olanzapine,
Risperidone, Aripiprazole, Ziprasidone, dan Clozapine. Obat atipikal lebih sering
digunakan karena efek samping yang lebih baik dibandingkan EPS. Namun dalam kasus
tertentu seperti alergi pasien, biaya, ketersediaan, dan indikasi yang spesifik, obat tipikal
masih harus digunakan.
H. MANIFESTASI KLINIS

Gangguan psikotik akut didefinisikan sebagai gejala atau perilaku


psikotik dengan awitan kurang dari 1 bulan dan diikuti dengan remisi
sempurna, meskipun tetap ada kemungkinan mengalami relaps di masa
depan. Gejala yang ditemukan pada gangguan ini adalah waham,
halusinasi, pembicaraan kacau, perilaku kacau, atau katatonik. Untuk
memenuhi diagnosis, setidaknya satu gejala di atas harus ditemukan.
5. STUDI KASUS
Creative Portfolio
A. INTERPRETASI DATA PEMICU
Jenis Data Data Pemicu Kenormalan Interpretasi

Tampak sehat, Tampak sehat,


Sedikit kurang rapih
Keadaan Umum kebersihan cukup, kebersihan cukup,
namun dapat ditoleransi.
kerapihan kurang. kerapihan cukup.

Status Internus Tidak ada kelainan. Tidak ada kelainan. Normal.

Status Neurologis Dalam batas normal. Batas normal. Normal.

Status Mental Kesadaran jernih. Kesadaran baik/jernih. Normal.

Kontak (+), namun


Kontak (+) dan dapat Mengarah ke gangguan
Status Mental tidak dapat
dipertahankan. psikotik.
dipertahankan.

Perilaku Normoaktif. Normoaktif. Normal.

Kualitas kurang dan Kualitas dan kuantitas Mengarah ke gangguan


Verbalisasi
kuantitas lebih. cukup. psikotik.
A. INTERPRETASI DATA PEMICU
Jenis Data Data Pemicu Kenormalan Interpretasi

Mengarah ke gangguan
Mood Labil. Stabil.
psikotik.

Terbatas dan tidak Mengarah ke gangguan


Afek Normal.
serasi. psikotik.

Mengarah ke gangguan
Gangguan Persepsi Halusinasi akustik (+) Halusinasi (-)
psikotik.

Asosiasi longgar dan Langsung pada tujuan Mengarah ke gangguan


Arus Pikir
jawaban irrelevan. dan relevan. psikotik.

Takut (+), waham kejar Takut (-), waham kejar Mengarah ke gangguan
Isi pikir
(+) (-) psikotik.

Hendaya pada semua Mengarah ke gangguan


Hendaya Hendaya (-)
fungsi. psikotik.
B. HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR PASIEN DENGAN DIAGNOSIS KASUS?

Stres mengaktifkan sistem simpato-adreno-meduler (SAM) dan HPA, memengaruhi


hiperaktivitas kardiovaskular, katekolamin, kortisol, ACTH, dan Corticotropin Releasing
Hormone. Sistem stres berinteraksi dengan endokrin, sistem pencernaan dan kekebalan
tubuh, serta jalur umpan balik positif/negatif. Sekresi kortisol yang berlebihan
berdampak negatif pada struktur saraf seperti hipokampus, yang mengakibatkan defisit
memori dan, khususnya, berdampak negatif pada tidur dengan memengaruhi aktivitas
sistem SAM dan Hypotalamic Pituitary Adrenal axis. Stres dapat mengaktifkan aktivitas
Locus Coruolus melalui sekresi hormon pelepas kortikosteroid (CRH) di nukleus
paraventrikular hipotalamus. Jalur dopaminergik nigrostriatal meningkatkan aktivitas
motorik, dan menghambat tidur.
C. HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA PADA
PASIEN?
Faktor keturunan memiliki risiko lebih besar terkena psikotik akut
apabila dipengaruhi oleh stress psikososial baik berasal dari diri
sendiri maupun dari lingkungan. Hal ini mengakibatkan seseorang yang
mempunyai kerentanan genetik psikotik akut akan sulit menangani
stres psikososial di dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki kerentanan genetik. Selain menyebabkan
produktivitas seseorang yang psikotik akut menjadi menurun tetapi
juga berdampak pada derajat kesehatannya yang ikut menurun.
6. Mekanisme terjadinya
gangguan psikis
A. MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN POLA PIKIR
Gangguan pola pikir pada pasien dengan gangguan psikis merupakan gejala yang
kompleks dan bervariasi tergantung pada jenis gangguan psikis yang dialami oleh
individu tersebut. Namun, secara umum, gangguan pola pikir dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme berikut:
1. Ketidakseimbangan Kimia Otak:
Gangguan psikis sering kali terkait dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak, terutama
neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin.
2. Stres dan Trauma:
Stres kronis atau pengalaman traumatis, terutama pada masa perkembangan, dapat
mengganggu pola pikir seseorang.
3. Genetika dan Faktor Lingkungan:
Faktor genetika juga memainkan peran penting dalam rentan seseorang terhadap
gangguan psikis. Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan mental, risiko seseorang
mengalami gangguan pola pikir dapat meningkat.
A. MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN POLA PIKIR
4. Gangguan Neurologis:
Beberapa gangguan neurologis seperti epilepsi, tumor otak, atau penyakit degeneratif
otak dapat memengaruhi pola pikir dan menyebabkan gejala psikotik.
5. Gangguan Pengolahan Informasi:
Pada beberapa gangguan psikis seperti skizofrenia, terjadi gangguan dalam pengolahan
informasi.
6. Ketidakmampuan Mengatasi Emosi:
Pengalaman emosional yang sulit atau ketidakmampuan dalam mengelola emosi dapat
memicu perubahan pola pikir.
7. Gangguan Kognitif:
Beberapa gangguan kognitif seperti demensia dapat mengubah pola pikir secara
signifikan karena kerusakan pada bagian-bagian tertentu dari otak yang mengatur proses
kognitif.
B. MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN PERILAKU
Pakar biologi telah menunjukkan bahwa masalah transmisi pesan dari satu neuron ke
neuron lainnya dapat dikaitkan dengan penyakit kejiwaan, yang menyebabkan perilaku
abnormal. Dapat dipahami bahwa impuls listrik yang berpindah dari satu neuron ke satu
atau lebih neuron lainnya membawa informasi ke seluruh otak.
Neuron tidak saling bersentuhan. Satu neuron dipisahkan dari neuron berikutnya melalui
celah yang sangat kecil yang dikenal sebagai sinapsis, dan pesan harus melintasi celah
tersebut. Beberapa neurotransmiter mengirimkan sinyal ke neuron penerima untuk
"menembak" atau memulai impuls listriknya setelah menempel pada reseptor di neuron
penerima. Neurotransmitter lain memberikan pesan penghambatan pada neuron
sensorik, memerintahkan mereka untuk menghentikan semua aktivitas. Penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas abnormal neurotransmiter tertentu dapat menyebabkan
gangguan mental tertentu dan kelainan perilaku. Misalnya, Depresi telah dikaitkan
dengan rendahnya aktivitas neurotransmiter serotonin dan norepinefrin.
C. MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN EMOSI

Pengalaman emosional melibatkan integrasi sinyal visceral dari korteks limbik melalui
penilaian kognitif sinyal-sinyal ini di korteks prefrontal (PFC). Pada individu yang sehat,
penilaian ulang kognitif terhadap emosi dapat terjadi melalui pengaturan aktivitas limbik
prefrontal dari atas ke bawah. Penilaian emosi menggunakan elaborasi untuk mengubah
penilaian yang awalnya negatif menjadi kurang negatif. Namun pada gangguan mood,
kontrol kognitif ini tampaknya terganggu, sebagaimana dibuktikan dengan terganggunya
konektivitas antara PFC dan daerah limbik seperti amigdala. Dengan demikian,
mengaktifkan daerah PFC dalam upaya untuk menilai kembali perasaan negatif dapat
menjadi bumerang dan membawa perhatian pada fokus pada suasana hati disforik tanpa
pengurangan intensitas perasaan negatif yang sebanding.
7. JELASKAN BAGIAN OTAK YANG MENGATUR KEPRIBADIAN DAN EMOSI.
Dasar neuroanatomi dari emosi berpusat pada sistem limbik. Emosi khas manusia, seperti
kasih sayang, kebanggaan, rasa bersalah, kasihan, iri hati, dan kebencian, sebagian
besar dipelajari dan kemungkinan besar terwakili di korteks. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa di dalam korteks terdapat dikotomi representasi emosional
hemisfer. Belahan kiri dari hemisfer mengatur pikiran analitis tetapi memiliki repertoar
emosional yang terbatas. Misalnya, lesi pada belahan otak kanan, yang menyebabkan
defisit fungsional yang parah, mungkin terlihat acuh tak acuh pada belahan otak kiri yang
utuh. Sebaliknya, lesi pada belahan otak kiri, yang menyebabkan afasia berat, dapat
memicu depresi yang parah, karena belahan otak kanan yang utuh berjuang untuk
menyadari kehilangan tersebut. Pengaturan emosi tampaknya memerlukan korteks
frontal yang utuh. Korteks prefrontal mempengaruhi suasana hati dengan cara saling
melengkapi. Jika aktivasi korteks prefrontal kiri tampaknya meningkatkan suasana hati,
aktivasi korteks prefrontal kanan menyebabkan depresi.
KESIMPULAN
Berdasarkan gejala, riwayat dan data
yang terdapat pada pemicu, hipotesis
diterima yaitu pasien 47 tahun mengalami
gangguan psikotik akut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai