VEKTOR
DOSEN PENGAMPU :
H. DWI HARJONO
DISUSUN OLEH :
JULHAKIM
MUHAMMAD IKHWAN
MUHAMMAD IVAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi penyusun dalam
menyelesaikan makalan ini tepat waktu. Tanpa ridho-Nya penyusun tidak akan mampu
menyelesaikan tugas makalah Fisika Terapan “ Vektor “ ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kelak kita nantikan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Fisika Terapan yang telah memberikan tugas makalah tentang kepada kami Sehingga kami dapat
menambah wawasan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1
C. TUJUAN DAN MANFAAT................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
1.1. Pengertian Vektor dan Saklar........................................................................................3
1.2. PERKALIAN VEKTOR................................................................................................3
a) Perkalian Vektor dengan Skalar....................................................................................3
b) Perkalian Titik ( Dot Product ).......................................................................................5
c) Perkalian Silang (Cross Product)..................................................................................8
1.3. VEKTOR ANALISIS....................................................................................................12
a. Penjumlahan Vector Secara Geometris......................................................................12
b. Pengurangan Vektor.....................................................................................................13
c. Perkalian Vektor dengan Skalar..................................................................................13
1.4. BILANGAN KOMPLEKS...........................................................................................13
a) Operasi Al Jabar Bilangan Kompleks :......................................................................13
1.5. PERKALIAN DOT DAN CROOS..............................................................................14
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu fisika, kerap kali kita menemukan gaya yang memiliki arah.
Misalnya, benda ditarik ke kanan dengan gaya sebesar enam newton. Besaran untuk
menyatakan gaya tersebut adalah vektor.
Vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan juga arah. Artinya, vektor tidak
hanya menunjukkan besaran nilai sesuatu melainkan juga arah ke mana sesuatu tersebut
bekerja. Seperti pada gaya, vektor tidak hanya menunjukkan besar gaya yang diterapkan.
Melainkan juga ke arah mana gaya tersebut diterapkan. Penggunaan vektor akan
memberitahukan arah gaya tersebut. Sehingga, kita mengetahui apakah gaya tersebut
menarik, mendorong, mengangkat, ataupun menekan benda.
Vektor dapat dinotasikan dengan huruf kecil bertanda panah di atasnya atau huruf
kecil bercetak tebal (a, b, c, dan seterusnya). Secara geometris, vektor digambarkan
dengan ruas garis berarah, di mana panah menunjukan arah vektor, sedangkan panjang
garisnya menyatakan besar atau nilai vektor. Vektor adalah satu di antara dari dua jenis
besaran selain besaran skalar.
B. RUMUSAN MASALAH
1
4. Mengetahui Bilangan Kompleks
5. Mengetahu Perkalian Dot dan Croos
2
BAB II
PEMBAHASAN
Besaran Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Misalnya adalah
kecepatan, gaya, momentum dsb. Sedangkan Besaran Skalar adalah besaran yang
mempunyai nilai besar saja ( tetapi tidak mempunyai arah ). Misalnya adalah massa, waktu,
suhu dsb.
Vektor bukan bilangan biasa, sehingga perkalian biasa tidak bisa langsung digunakan
pada vektor. Kita harus menggunakan perkalian vektor. Perkalian vektor terdiri dari tiga
jenis, yaitu Perkalian Vektor dengan Skalar, Perkalian Titik, dan Perkalian Silang. Perkalian
titik disebut juga perkalian skalar karena menghasilkan besaran skalar. Perkalian silang
disebut juga perkalian vektor karena perkalian tersebut menghasilkan besaran vektor.
Misalnya terdapat dua vektor, yakni A dan B. Perkalian skalar dari
vektor A dan B dinyatakan dengan A.B (karena digunakan notasi titik maka perkalian ini
dinamakan perkalian titik). Perkalian vektor dari A dan B dinyatakan dengan A x B. Karena
digunakan notasi x, maka perkalian ini disebut perkalian silang.
Untuk memahami mengenai perkalian vektor, kita ambil contoh seperti berikut
Seorang anak sedang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 50 km/jam ke
arah utara. Maka setelah beberapa waktu, anak dan motor tersebut telah
mengalami perpindahan. Kita tahu bahwa kecepatan adalah perpindahan per selang
waktu. Dari pengertian ini maka besar perpindahan yang dialami si anak dapat
dihitung dengan rumus atau persamaan sebagai berikut:
s = vt
Keterangan:
3
s = perpindahan (m)
v = kecepatan (m/s)
t = selang waktu (s)
kita tahu bahwa kecepatan adalah besaran vektor sedangkan waktu adalah besaran skalar.
Berdasarkan persamaan di atas, perkalian kecepatan dengan waktu menghasilkan perpindahan
yang termasuk besarn vektor. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa:
Hasil perkalian antara vektor dan skalar adalah vektor.
Secara matematis, perkalian vektor dengan skalar memiliki arti yang sederhana. Misalkan hasil
kali antara skalar k dengan sebuah vektor A menghasilkan vektor B, maka aturan perkalian
tersebut dituliskan sebagai berikut:
B = kA
Dari persamaan tersebut, maka besar vektor B besarnya adalah besar k dikalikan dengan
besar A. Dan arah vektor B searah dengan vektor A jika k positif dan berlawanan arah
dengan A jika k negatif.
4
Gambarlah vektor B, jika:
B = 2A; B = -2A; B = ½A; B = -½A
Jawab :
5
b) Perkalian Titik ( Dot Product )
Perkalian titik dua buah vektor antara A dan B atau dituliskan A . B didefinisikan
sebagai perkalian antara vektor A dengan komponen vektor B yang searah vektor
A.pada gambar di atas, komponen vektor B yang searah vektor A adalah B cos α.
Dari definisi tersebut, secara matematis perkalian titik antara vektor A dan B dapat
dituliskan dengan rumus atau persamaan sebagai berikut:
Dalam perkalian titik, ada 3 poin penting yang perlu diingat, yaitu:
Perhatikan gambar di atas, vektor satuan i, j, dan k merupakan vektor yang saling tegak lurus
satu sama lain dengan kata lain besar α = 90o dan nilai ketiga vektor tersebut adalah 1. Maka
hasil perkalian titik pada vektor satuan tersebut adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan hasil perkalian titik pada vektor satuan di atas, kita dapat mencari hasil
perkalian titik suatu vektor yang dinyatakan dalam vektor satuan. misalkan terdapat dua vektor
berikut ini:
A=Ai +Aj+Ak x y z
B=Bi +Bj+Bk x y z
A . B = (A i + A j + A k) . (B i + B j + B k)
x y z x y z
A . B = A i . B i + A i .B j + A i . B k + A j . B i + A j .B j + A j . B k + A k . B i + A k .B j + A k
x x x y x z y x y y y z z x z y z
. Bk z
A . B = A i . B i + 0 + 0 + 0 + A j .B j + 0 + 0 + 0 + A k . B k
x x y y z z
A . B =Ai . Bi + Aj . Bj + Ak . Bk
x x y y z z
7
A . B =AB + AB + AB
x x y y z z
A.B = B.A
Jawab:
Diketahui:
F = (2i + 3j + 5k)
s = (4i + 2j – k)
ditanya: usaha (W)
Usaha merupakan hasil perkalian titik antara gaya dengan perpindahan, jadi
W=F.s
W = (2i + 3j + 5k) . (4i + 2j – k)
W = (2)(4) + (3)(2) + (5)(-1)
W=8+6–5
W=9
Jadi usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah 9 joule.
8
Untuk memahami tentang perkalian silang, perhatikan gambar di bawah ini
AxB =C
|A x B| = AB sin α
Keterangan:
Α = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ α ≤ 180o
C = vektor lain hasil perkalian silang antara vektor A dan B
|A x B| = besar vektor hasil perkalian silang antara vektor A dan B
Dari definisi perkalian silang tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Hasil perkalian silang dua buah vektor adalah sebuah vektor yang arahnya tegak lurus pada
bidang yang dibentuk oleh A da B.
Untuk lebih memahami tentang arah vektor hasil perkalian silang perhatikan tabel penjelasan di
bawah ini
Arah Hasil Perkalian Silang A x B
Arah dari vektor C tegak lurus dengan bidang yang dibentuk
oleh vektor A dan B. Untuk menunjukkan arah vektor C, kita
gunakan kaidah tangan kanan dimana ujung vektor A menuju
ujung vektor B searah dengan lipatan empat jari sedangkan
jempol menunjukkan arah vektor C. Pada gambar di atas,
vektor C hasil perkalian silang A x B arahnya menuju ke atas
tidak menembus bidang.
9
Arah Hasil Perkalian Silang B x A
Sama halnya dengan arah hasil perkalian silang A x B. Kita juga
bisa menggunakan kaidah tangan kanan, namun bedanya
genggaman tangan dibalik, dimana ujung vektor B menuju ujung
vektor A searah dengan lipatan empat jari sedangkan jempol
menunjukkan arah vektor C. Pada gambar di atas, vektor C hasil
perkalian silang B x A arahnya menuju ke bawah menembus
bidang.
Dalam perkalian silang, ada 5 poin penting yang perlu diingat, yaitu:
1. Pada perkalian silang tidak berlaku sifat komutatif sehingga
AxB≠BxA
2. Pada perkalian silang berlaku sifat anti komutatif yaitu
AxB=-B xA
i x i = 1.1 sin 0 = 0o
j x j = 1.1 sin 0 = 0o
k x k = 1.1 sin 0 = 0 o
Untuk hasil perkalian silang pada vektor satuan yang berbeda kita gunakan
siklus berikut :
10
Dengan menggunakan hasil perkalian silang pada vektor satuan
dan juga siklus di atas, kita dapat mencari hasil perkalian silang
suatu vektor yang dinyatakan dalam vektor satuan. misalkan
terdapat dua vektor berikut ini:
A=Ai +Aj+Akx y z
B=Bi +Bj+Bk
x y z
A x B = 0 + Axi x Byj + Axi x Bzk + Ayj x Bxi + 0 + Ayj x Bzk + Azk x Bxi +Azk x Byj + 0
A x B = Axi x Byj + Axi x Bzk + Ayj x Bxi + Ayj x Bzk + Azk x Bxi + Azk x Byj
→ dengan menggunakan siklus perkalian silang maka
Selain menggunakan siklus perkalian silang di atas, untuk mempermudah mengingat rumus kita
dapat menggunakan metode determinan seperti berikut ini:
11
B
A x =(AyBz - AzBy)i + (AzBx - AxBz)j + (AxBy - AyBx)k
B
12
1.3. VEKTOR ANALISIS
Namun, secara aljabar, penjumlahan vektor hanya menjumlahkan koordinat titik pusat
vektor dengan titik ujungnya.
b. Pengurangan Vektor
Pengurangan dua vektor pada dasarnya sama dengan penjumlahan kedua vektor.
Namun, secara geometri, yang membedakan adalah terdapat salah satu vektor yang
memiliki arah berlawanan sehingga bernilai negatif. Sedangkan secara aljabar, hanya
mengurangi titik-titik pada koordinat vektornya.
Perkalian antara vektor dengan skalar adalah hasil kali suatu bilangan skalar k
dengan sebuah vektor a
13
Bilangan Kompleks adalah gabungan dari bilangannyata (Riil) dengan bilangan imajiner.
Bilangan imajiner merupakan akar kuadrat dari suatu bilangan negatif. Sebuah bilangan
kompleks z dinotasikan sebagai pasangan bilangan riil (x,y) dan kita bisa tulis sebagai z =
(x,y) Nilai x adalah bagian riil dari z y adalah bagian imajiner dari z dan dinotasikan x =
Re(z) dan y = Im(z).
Sifat-sifat operasi
a. Komutatif: 𝑧1 + 𝑧2 = 𝑧2 + 𝑧1 𝑑𝑎𝑛 𝑧1𝑧2 = 𝑧2𝑧1
b. Assosiatif: 𝑧1 + 𝑧2 + 𝑧3 = 𝑧1 + 𝑧2 + 𝑧3 𝑑𝑎𝑛 𝑧1 𝑧2𝑧3 = (𝑧1𝑧2)𝑧3
c. Distributif: 𝑧1 𝑧2 + 𝑧3 = 𝑧1𝑧2 + 𝑧1𝑧2
d. Sekawan: (1) 𝑧1 + 𝑧2 = 𝑧ഥ 1 + 𝑧ഥ 2 dan 𝑧1 − 𝑧2 = 𝑧ഥ 1 − 𝑧ഥ 2
(2) 𝑧1𝑧2 = 𝑧1𝑧2 dan 𝑧1 𝑧2 = 𝑧1 𝑧2
(3) 𝑧Ӗ= 𝑧
(4) 𝑧𝑧ҧ= 𝑅𝑒(𝑧) 2 + 𝐼𝑚(𝑧) 2
(5) 𝑧1 𝑧2 = 𝑧1𝑧2 𝑧2𝑧2 dan 1 𝑧 = 𝑧ҧ 𝑧.𝑧ҧ
14
(6) 𝑧 + 𝑧ҧ= 2𝑅𝑒(𝑧) dan 𝑧 − 𝑧ҧ= 2𝑖 𝐼𝑚(𝑧)
(7) 𝑅𝑒 𝑧 = 𝑧+𝑧ҧ 2 = 1 2 (𝑧 + 𝑧ҧ) dan 𝐼𝑚 𝑧 = 𝑧−𝑧ҧ 2𝑖 = 1 2𝑖 (𝑧 − 𝑧ҧ)
Elemen Netral (elemen identitas)
(1) Bilangan kompleks 0 = 0 + 𝑖0 disebut elemen netral pertambahan (identitas
tambahan)
(2) Bilangan kompleks 1 = 1 + 𝑖0 disebut elemen netral perkalian (identitas kali)
Sifat-sifat:
𝑧 + 0 = 0 + 𝑧 = 𝑧 𝑑𝑎𝑛 𝑧. 1 = 1. 𝑧 = 𝑧
𝑧 + −𝑧 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑧. 1 𝑧 = 𝑧. 𝑧 −1 = 1
- Operasi dot Product (perkalian titik) atau scalar product (produk skalar) ditandai
dengan penggunaan simbol • diantara vektor yang dioperasikan. Hasil dari perkalian
vektor dengan dot product adalah sebuah skalar (hanya memiliki nilai).
Contoh penerapan perkalian titik terdapat pada persamaan usaha (W) yaitu perkalian
gaya (F) dan perpindahan (s). Diketahui bahwa gaya (F) dan perpindahan (s)
merupakan besaran vektor, sedangkan usaha (W) adalah besaran skalar. Sehingga
bentuk operasi perkalian pada rumus usaha W = F · s merupakan dot product.
Secara ringkas, aturan operasi perkalian vektor dengan dot product terdapat pada
daftar berikut.
15
- Operasi dot Product (perkalian titik) atau scalar product (produk skalar) ditandai
dengan penggunaan simbol • diantara vektor yang dioperasikan. Hasil dari perkalian
vektor dengan dot product adalah sebuah skalar (hanya memiliki nilai). Contoh
penerapan perkalian titik terdapat pada persamaan usaha (W) yaitu perkalian gaya (F)
dan perpindahan (s). Diketahui bahwa gaya (F) dan perpindahan (s) merupakan
besaran vektor, sedangkan usaha (W) adalah besaran skalar. Sehingga bentuk operasi
perkalian pada rumus usaha W = F · s merupakan dot product. Secara ringkas, aturan
operasi perkalian vektor dengan dot product terdapat pada daftar berikut.
16
BAB III
PENUTUP
2.1. KESIMPULAN
Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Untuk menyatakan suatu vektor
dapat dilakukan pada bidang datar atau bidang koordinat Cartesius XOY dengan menggambar
ruas garis dengan anak panah di salah satu ujungnya. Penulisan vektor dapat dengan huruf kecil
dan di garis bawah, atau huruf kecil tebal, huruf kecil dengan tanda panah di atas dan juga huruf
kapital dengan tanda panah diatasnya.Konsep kesamaan dua vektor adalah jika keduanya
mempunyai panjang dan arah yang sama.Penjumlahan/ pengurangan dua vektor dapat dilakukan
secara geometri dan juga analitik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18