Anda di halaman 1dari 3

Secara sederhana aliran desain berkeyakinan bahwa strategi yang efektif adalah strategi yang

berhasil mempertemukan kemampuan internal organisasi dengan kemungkinan eksternal.


Sebelum desain strategi disusun dilakukan pengumpulan data lingkungan eksternal dan data
tentang kondisi internal. Kemudian data tersebut dianalisis dengan memposisikan data
tersebut terhadap organisasi. Penilaian internal dilakukan untuk mengetahui, 1.Strength
(kekuatan) Identifikasi kekuatan internal organisasi yang dapat menjadi aset selama pandemi.
Ini mungkin melibatkan sumber daya manusia berkualitas, teknologi yang canggih, merek yang
kuat, atau modal finansial yang cukup. Tinjau cara untuk memaksimalkan penggunaan
kekuatan ini dalam konteks pandemi. Misalnya, apakah teknologi yang ada dapat digunakan
untuk mendukung pekerjaan dari jarak jauh atau produksi produk yang diperlukan selama
pandemi? 2.Weakness (kelemahan) Evaluasi kelemahan internal yang mungkin menjadi
hambatan dalam menghadapi pandemi. Ini bisa berupa kekurangan dalam rantai pasokan,
kurangnya diversifikasi produk, atau ketergantungan pada beberapa pasar kunci. Identifikasi
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi atau mengurangi kelemahan ini.
Misalnya, diversifikasi pasokan atau meningkatkan kapasitas produksi yang diperlukan
selama pandemi. Dan dari kondisi eksternal akan diperoleh 3.Opportunity (kesempatan)
Identifikasi peluang eksternal yang mungkin muncul selama pandemi. Ini bisa mencakup
perubahan dalam perilaku konsumen, permintaan baru untuk produk atau layanan tertentu, atau
peluang untuk berinovasi. Tinjau cara organisasi dapat memanfaatkan peluang ini. Misalnya,
meluncurkan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar selama pandemi atau
menawarkan layanan yang dapat memenuhi permintaan baru. 4.Threats (tantangan)
Identifikasi ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi selama pandemi. Ini
mungkin melibatkan penurunan permintaan, perubahan regulasi, atau resiko ,kesehatan dan
keamanan bagi karyawan.
Pertimbangkan rencana darurat atau strategi mitigasi risiko yang dapat membantu organisasi
mengatasi ancaman ini. Misalnya, mengembangkan rencana kontinuitas bisnis yang
komprehensif atau mengevaluasi opsi pengurangan biaya jika pendapatan menurun. bagi
organisasi atau lebih sering disingkat SWOT. Dari analisis SW akan diperoleh faktor-faktor
kunci yang mendorong kesuksesan, sedangkan dari analisis OT akan diperoleh daftar
kompetensi dari organisasi. Setelah diperoleh data dari analisis SWOT maka dengan ditambah
faktor-faktor tanggung jawab sosial dan nilai-nilai manajerial organisasi barulah strategi
dirumuskan. Rumusan tersebut perlu dievaluasi ulang dengan menggunakan data analisis
SWOT, tanggung jawab sosial, dan nilai-nilai manajerial. Baru kemudian terpilih satu
strategi yang siap untuk dilaksanakan. Evaluasi terhadap strategi dapat dilakukan dengan
mengukur seperti berikut. 1. Konsistensi; strategi hendaknya tidak bertentangan dengan tujuan
dan kebijakan organisasi. 2. Kesesuaian; strategi hendaknya mencerminkan tanggapan
yang adaptif terhadap lingkungan dan kepada perubahan-perubahan kritis yang terjadi di
dalam organisasi. 3. Keuntungan; strategi hendaknya mampu memacu kreativitas dan/atau
memelihara keunggulan kompetitif. 4. Kelayakan; strategi hendaknya tidak melemahkan
sumber daya yang ada dan malahan menciptakan masalah baru.
Menurut Bryson (2004), untuk menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat, mendadak,
dan saling terkait sehingga beberapa elemen lingkungan berubah sekaligus atau dengan efek
domino, organisasi (public and nonprofit organization) paling tidak harus menjawab empat hal
berikut. a. Organisasi perlu berpikir, bertindak, dan belajar dengan lebih strategis dibanding
sebelumnya akibat pandemi covid-19. b. Organisasi perlu mengubah pandangan internalnya
menjadi strategi yang efektif untuk menghadapi perubahan lingkungannya pada masa pandemi
covid-19. c. Organisasi perlu mengembangkan langkah-langkah kerja yang rasional untuk
mengadopsi dan mengimplementasikan strategi. d. Organisasi perlu membangun koalisi
secara luas dan kuat untuk melaksanakan strategi dan melindunginya dari tekanan-tekanan
selama masa pandemi covid-19. Sumber. BMP ADPU4341 Moduk 6 Hal. 6.35 e. Organisasi
perlu Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Strategi didefinisikan sebagai pola
tujuan, kebijakan, program, bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa
organisasi harus mengerjakan hal itu. Strategi dapat berbeda-beda karena tingkat, fungsi dan
kerangka waktu. Sumber. Bryson, John M., (2004). Strategic planing for public and non
organizational, third edition , san francisco. Josey bass.
1. Kurangnya Adaptabilitas
Organisasi yang tidak dapat beradaptasi dengan cepat pada perubahan yang drastis seringkali
menjadi faktor penghambat. Mereka harus beradaptasi dengan cara bekerja baru, seperti
bekerja dari rumah, menjaga jarak sosial di tempat kerja, dan lain sebagainya.

2. Ketergantungan pada Suplai Fisik


Perusahaan yang tergantung pada rantai pasokan fisik mungkin mengalami kesulitan karena
ada banyak batasan perjalanan dan karantina. Ini dapat mengganggu aliran produk dan bahan
baku, yang berdampak pada produksi dan distribusi produk.

3. Kekurangan Sumber Daya


Kekurangan sumber daya, baik itu keuangan, tenaga kerja, atau sumber daya lainnya, juga
dapat menjadi faktor penghambat. Dalam situasi krisis, perusahaan mungkin harus menghadapi
situasi di mana mereka harus melakukan pemotongan-pemotongan, baik itu tenaga kerja atau
bahkan produksi.

4. Kurangnya Kesiapan Teknologi


Dalam banyak kasus, pandemi telah memaksa organisasi untuk beralih ke model kerja jarak
jauh. Namun, tidak semua organisasi memiliki sumber daya teknologi atau infrastruktur untuk
mendukung ini. Misalnya, mereka mungkin tidak memiliki akses ke alat kolaborasi online, atau
koneksi internet yang stabil dan handal.

5. Hambatan Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menjalankan suatu organisasi. Namun, dengan
adanya pandemi dan pembatasan fisik, banyak organisasi yang menemui kesulitan dalam
menjalankan komunikasi internal dan eksternal mereka.

6. Kurangnya Inovasi
Dalam menghadapi perubahan drastis yang disebabkan oleh pandemi, inovasi menjadi penting.
Organisasi yang kurang berinovasi cenderung gagal dalam menjalankan strategi dan merespon
perubahan yang cepat dan drastis di lingkungan mereka.
Kegagalan suatu strategi organisasional dalam menghadapi pandemi Covid-19 umumnya
bukan karena satu faktor, tetapi kombinasi dari beberapa faktor tersebut. Dengan memahami
dan berusaha menghilangkan faktor-faktor penghambat ini, organisasi dapat lebih efektif dalam
merumuskan dan menerapkan strategi mereka dalam menghadapi pandemi ini

Anda mungkin juga menyukai