Anda di halaman 1dari 35

CARA MENGATASI KEMACETAN DAN PENGOPTIMALAN

TRANSPORTASI UMUM DI KOTA BANDUNG


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh:
Kelompok 9

Najmi Restu Utami (24-2019-011)


Hawa Nurul Khalifa (24-2019-016)
Firdha Samira Fauziyah (24-2019-017)
Nursyafiq Hidayat (24-2019-036)

Kelas A
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG
2020
PRAKATA

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Bahasa Indonesia ini sesuai waktu yang ditentukan.
Tanpa adanya berkat dan rahmat dari Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Terlebih penulis yang merupakan sebuah
kelompok yang terdiri dari beberapa anggota mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
mendukung dan membantu kami para penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Cara Mengatasi Kemacetan dan Pengoptimalan Transportasi Umum di Kota Bandung”
Karya tulis ini membahas perihal kemacetan yang terjadi di Kota Bandung, dimana
kemacetan ini sudah menjadi hal yang biasa bagi warga Kota Bandung. Namun hingga saat ini
pemerintah belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Kota
Bandung. Pemberian fasilitas seperti angkutan umum pun dianggap belum sepenuhnya bisa mengatasi
kemacetan yang terjadi. Sudah banyak solusi yang diberikan oleh pemerintah, namun masyarakat
seolah-olah tidak peduli dengan masalah kemacetan padahal sering kali mereka keluhkan.
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang pesat ternyata tidak sebanding dengan kapasitas jalan
menampung kendaraan, dampaknya kemacetan terjadi dimana-mana, jalan semakin padat dan tingkat
kebisingan serta polusi menjadi semakin meningkat. Kota Bandung sebagai salah satu kota di
Indonesia juga menghadapi persoalan yang mengenai kemacetan dan kepadatan jalan, namun kini
pemerintah Kota Bandung dapat berupaya untuk meminimalisirnya, dengan menghadirkan moda
transportasi umum untuk masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik berupa
kritikan maupun saran. Penulis memohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan
karya ilmiah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca

Bandung, 09 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDADULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1

1.1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2


1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat ............................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan penelitian............................................................................................................. 2
1.2.2 Manfaat ........................................................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Kajian ............................................................................................................ 3
1.4 Anggapan Dasar / Postulat ...................................................................................................... 3

1.5 Hipotesis ................................................................................................................................. 3


1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 4
1.6.1 Metode ............................................................................................................................ 4
1.6.2 Teknik pengumpulan data ............................................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................................................. 4
BAB II TEORI DASAR KEMACETAN DAN TRANSPORTASI .................................................. 5
1.8 Kemacetan ............................................................................................................................... 5
1.8.1 Pengertian Kemacetan ..................................................................................................... 5
1.8.2 Penyebab Kemacetan ...................................................................................................... 5
1.8.3 Dampak Kemacetan ........................................................................................................ 6
1.8.4 Penanganan Kemacetan .................................................................................................. 8
1.9 Transportasi Umum dan Pribadi ............................................................................................. 9
1.9.1 Pengertian Transportasi ................................................................................................... 9
1.9.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Umum dan Pribadi .................................................... 9
BAB III METODOLOGI PENULISAN ........................................................................................... 11
1.10 Jenis Penulisan ...................................................................................................................... 11
1.11 Fokus Penulisan .................................................................................................................... 11
1.12 Sumber Data .......................................................................................................................... 11
1.13 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................... 11
1.14 Analisis Data ......................................................................................................................... 11
ii
BAB IV KEMACETAN DAN PENGOPTIMALAN TRANSPORTASI UMUM DI KOTA
BANDUNG .......................................................................................................................................... 12
1.15 Gambaran Umum Kemacetan di Kota Bandung ................................................................... 12

1.16 Transportasi Umum dan Pribadi di Kota Bandung ............................................................... 14

1.17 Solusi Kemacetan .................................................................................................................. 17


1.17.1 Pengoptimalan Transportasi Umum di Kota Bandung ................................................. 17
1.17.2 Upaya Pemerintah Dalam Penanganan Kemacetan di Kota Bandung .......................... 18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 20

1.18 Simpulan ............................................................................................................................... 20


1.19 Saran ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah


1.1.1 Latar Belakang Masalah
Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan
terhambatnya mobilitas kendaraan. Masalah kemacetan lalu lintas nampaknya sudah menjadi semacam
ciri khusus kota-kota besar di Negara berkembang, termasuk Indonesia (Tamin, 1992). Waktu-waktu
rawan terjadinya kemacetan yaitu saat jam berangkat sekolah, berangkat kerja, jam pulang kerja, akhir
pekan dan hari libur. Transportasi merupakan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (dari
mana kegiatan pengangkutan dimulai) ke tempat tujuan (kemana kegiatan pengangkutan diakhiri).
Transportasi bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang berusaha mengatasi
kesenjangan jarak dan waktu.
Kemacetan sudah menjadi salah satu permasalahan yang umum dalam perkotaan. Ruas jalan
yang kurang memadai, pesatnya pertumbuhan penduduk, tingginya permintaan kendaraan bermotor dan
berbagai macam hal lainnya dapat dengan mudah menjadi pemicu timbulnya masalah kemacetan di
perkotaan. Tentunya pemerintah setempat perlu melakukan berbagai tindakan untuk menangani
masalah kemacetan ini, baik dengan pemberlakuan kebijakan-kebijakan ataupun tindakan-tindakan
lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan melakukan
pengoptimalan penggunaan transportasi umum.
Dalam konteks sistem transportasi kota, angkutan umum merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sistem transportasi kota dan merupakan komponen yang perannya sangat signifikan.
Dikatakan signifikan karena kondisi sistem angkutan umum yang buruk akan menyebabkan turunnya
efektivitas maupun efisiensi dari sistem transportasi kota keseluruhan. Alasan utama yang dapat
menjelaskan mengapa peran angkutan umum sangat penting dalam sistem kota adalah kenyataan bahwa
angkutan umum adalah sarana yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat kota, secanggih apapun
atau sekaya apapun kota yang dimaksud. Artinya, tidaklah mungkin sebuah kota dapat hidup tanpa
angkutan umum (LPM ITB, 1997: 1-4).
Namun jika dilihat dari kondisi sistem angkutan umum yang ada di kota-kota besar negara
berkembang, secara objektif dapat diamati bahwa kondisi angkutan umum yang ada cukup
memprihatinkan seperti tingkat pelayanan yang rendah dan yang kurang manusiawi (tanpa jadwal yang
pasti, kecepatan sangat lambat, berdesakan dan bergelantungan), pola dan sistem pengelolaan
manajemen yang lemah, daya angkut (kapasitas) yang terbatas, tingkat kecelakaan yang relatif tinggi,
dan tingkat aksesibilitas terhadap sistem angkutan umum yang masih terbatas (LPM ITB, 1997: 1-5).

1
Kota Bandung dengan jumlah penduduk lebih dari dua juta jiwa dengan tingkat pendapatan
menengah ke bawah yang cukup banyak, sangat membutuhkan sarana angkutan penumpang umum
yang dapat memenuhi kebutuhan pergerakannya sehari-hari. Oleh sebab itu kondisi sarana angkutan
umum ini memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan mobilitas masyarakat
perkotaan. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, haruslah segera diselesaikan untuk membantu
memperlancar mobilitas.
Salah satu solusi untuk penyelesaian masalah tersebut, ialah dengan menggunakan angkutan
umum sebagai sarana transportasi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Safitri (2015, hlm 11),
bahwa untuk menanggulangi masalah kemacetan yang diakibatkan pergerakan, dan jumlah kepemilikan
kendaraan pribadi yang tinggi, diperlukan sarana angkutan umum yang mampu untuk mengakomodasi
hal tersebut. Angkutan umum dapat menjadi solusi alternatif dalam menyelesaikan masalah kemacetan
dan mobilitas penduduk yang tinggi. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut permasalahan tersebut secara spesifik dalam makalah “Cara Mengatasi Kemacetan dan
Pengoptimalan Transportasi Umum di Kota Bandung”.

1.1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis ajukan, yaitu:
a. Apa penyebab utama dan faktor-faktor lainnya yang menjadi pemicu kemacetan di Kota
Bandung?
b. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi masalah kemacetan di Kota Bandung hingga
saat ini?
c. Apa saja jenis transportasi umum yang masih aktif beroperasi hingga saat ini di Kota Bandung
dan bagaimana kondisinya?
d. Bagaimana cara terbaik untuk mengoptimalkan pemanfaatan transportasi umum di Kota
Bandung?

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat


1.2.1 Tujuan penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini, yaitu:
a. Mengetahui penyebab utama dan faktor-faktor pemicu kemacetan di Kota Bandung
b. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam mengatasi
masalah kemacetan
c. Mengetahui kondisi terkini armada transportasi umum di Kota Bandung
d. Menentukan cara terbaik untuk mengatasi kemacetan dan mengoptimalkan pemanfaatan
transportasi umum

2
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu:
a. Mengetahui upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk pengoptimalan transportasi umum
sebagai salah satu upaya mengatasi kemacetan di Kota Bandung
b. Memberi masukan kepada pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi kemacetan dan
mengoptimalkan transportasi umum

1.3 Ruang Lingkup Kajian


Untuk menjawab rumusan masalah di atas, akan penulis kaji hal-hal seperti:
a. Kondisi jalan dan sekitarnya
b. Kapasitas jalan
c. Jumlah penduduk
d. Jumlah transportasi umum & kendaraan pribadi
e. Fasilitas transportasi umum

1.4 Anggapan Dasar / Postulat


1. “Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana jalan,
pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas, dan berpartisipasi dalam pemeliharaan
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.”.
(Pasal 258 UU RI No. 22 Tahun 2009).
2. “Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk memenuhi
kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di kawasan perkotaan.”.
(Pasal 158 ayat (1) UU RI No. 22 Tahun 2009).
3. “Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara angkutan wajib:
a. Memberikan jaminan kepada Pengguna Jasa angkutan umum untuk mendapatkan
pelayanan;
b. Memberikan perlindungan kepada Perusahaan Angkutan Umum dengan menjaga
keseimbangan antara penyediaan dan permintaan angkutan umum; dan
c. Melakukan pemantauan dan pengevaluasian terhadap angkutan orang dan barang.”
(Pasal 197 ayat (1) UU RI No. 22 Tahun 2009).

1.5 Hipotesis
Kemacetan masih menjadi masalah utama yang belum teratasi di Kota Bandung. Begitu pula
dengan transportasi umum yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi

3
kemacetan di Kota Bandung. Jika pemerintah dapat melakukan upaya-upaya dan kebijakan yang tepat,
serta didukung oleh masyarakat yang ikut serta dan berperan aktif dalam menyelenggarakan kebijakan
tersebut, maka kemacetan di Kota Bandung akan cepat teratasi.

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


1.6.1 Metode
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis karena penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan/membuktikan data yang diperoleh baik dari berbagai rujukan maupun dari
lapangan/percobaan kemudian dianalisis. Penelitian ini menerapkan metode pendekatan empiris dan
rasional.

1.6.2 Teknik pengumpulan data


Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data, yaitu:
a. Studi kepustakaan
Mengumpulkan data yang relevan dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber
kredibel lainnya yang terkait dengan topik penelitian. Studi kepustakaan dapat menguatkan
latar belakang dilakukannya penelitian.
b. Jelajah internet
Merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang berupa alat /
mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai era tersedia di dalamnya.

1.7 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terdiri atas empat bab. Pertama, dimulai dari pendahuluan pada bab 1
yang mengemukakan mengenai latar belakang terjadinya kemacetan di Kota Bandung, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup / aspek-aspek yang dikaji, metode penulisan dan teknik
pengumpulan data, anggapan dasar, hipotesis serta sistematika penyajian. Selanjutnya pada bab 2
dijabarkan mengenai teori-teori dasar / studi kepustakaan mengenai kemacetan dan transportasi umum.
Lalu dilanjutkan dengan pembahasan pada bab 3, di mana pada bab ini berisi penjabaran lebih lanjut
mengenai kondisi kemacetan di Kota Bandung serta penyebab utama dan faktor-faktor pemicunya,
upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam mengatasi masalah kemacetan,
kondisi terkini transportasi-transportasi umum di Kota Bandung dan pembahasan mengenai cara-cara
untuk mengatasi kemacetan dan mengoptimalkan pemanfaatan transportasi umum. Terakhir,
kesimpulan dan saran pada bab 4 yang memuat kesimpulan yang didapat dari hasil penjelasan pada bab
sebelumnya dan saran yang kami sampaikan baik untuk pemerintah maupun masyarakat / pembaca.

4
BAB II
TEORI DASAR KEMACETAN DAN TRANSPORTASI

1.8 Kemacetan
1.8.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang sangat umum terjadi, terutama pada
kota-kota besar. Kemacetan lalu lintas adalah situasi dimana arus lalu lintas melebihi kapasitas jalan
tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam
sehingga menyebabkan terjadinya antrian kendaraan (MKJI, 1997). Permasalahan ini sering terjadi
pada tempat-tempat yang dekat dengan fasilitas umum seperti pasar, sekolah, terminal bus,
persimpangan jalan, dst. Hal ini karena banyaknya pengguna fasilitas umum yang memarkirkan
kendaraannya secara sembarangan ataupun karena kurangnya ketersediaan lahan parkir. Terlepas dari
hal tersebut, banyak faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya kemacetan lalu lintas.
Masalah kemacetan berkaitan erat dengan kapasitas jalan dan jumlah pengguna jalan.
Kemacetan lalu lintas terjadi apabila kapasitas jalan tetap, sedangkan jumlah pemakai jalan terus
meningkat. Hal ini yang menyebabkan waktu tempuh perjalanan pun menjadi lebih lama dan dapat
mempengaruhi produktivitas orang-orang karena waktu yang harus terbuang dalam perjalanan.
Kemacetan akan meningkat seiring dengan besarnya peningkatan arus lalu lintas yang terjadi, sehingga
jarak antar kendaraan menjadi sangat dekat. Adapun kemacetan total yang dapat terjadi jika seluruh
kendaraan yang melintasi jalan tersebut harus berhenti atau bergerak dengan sangat lambat (Tamin,
2000: 99) .

1.8.2 Penyebab Kemacetan


Federal Highway Administration dalam Traffic Congestion and Reliability (2005) menjelaskan
bahwa terdapat tujuh akar penyebab kemacetan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Kapasitas (“Physical Bottlenecks”)
Kemacetan adalah akibat dari tidak idealnya kapasitas maksimum jalan dengan volume

kendaraan yang melintas. Kapasitas ditentukan oleh sejumlah faktor, seperti jumlah dan lebar
jalur dan bahu jalan; area di persimpangan jalan; dan tata letak jalan.
2. Kecelakaan Lalu Lintas (Traffic Incident)
Kemacetan disebabkan karena adanya hambatan fisik berupa kecelakaan lalu lintas
yang mengganggu laju lalu lintas normal. Peristiwa seperti tabrakan kendaraan, kerusakan
teknis pada kendaraan, dan puing-puing / longsor di jalur perjalanan adalah bentuk insiden
yang
paling umum.
3. Area pekerjaan (Work Zone)

5
Kemacetan disebabkan karena adanya aktivitas konstruksi pembenahan jalan yang
mengakibatkan perubahan fisik terhadap lingkungan jalan dan dapat mengganggu kelancaran
laju lalu lintas. Aktivitas tersebut dapat berupa pengurangan jumlah atau lebar jalur jalan,
pergeseran jalur, pengalihan jalur, pengurangan atau penghapusan bahu jalan, dan bahkan
penutupan jalan sementara.
4. Cuaca yang Buruk (Bad Weather)
Kemacetan dapat disebabkan karena faktor cuaca. Cuaca yang buruk dapat akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak. Salah satu contohnya, seperti saat cuaca
sedang bersalju atau turun hujan, pengemudi akan cenderung melajukan kendaraannya dengan
perlahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Pada saat cuaca sedang buruk pun tingkat
kecelakaan lalu lintas lebih besar daripada hari-hari biasa lainnya.
5. Alat Pengatur Lalu Lintas (Traffic Control Devices)
Kemacetan dapat disebabkan karena alat pengatur lalu lintas yang bersifat kaku dan
tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas. Alat pengatur lalu lintas ini dapat berupa
rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas ataupun palang perlintasan jalur kereta api. Selain
lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, jalur kereta api juga dapat mempengaruhi tingkat
kepadatan jalan, sehingga jalur kereta api yang memotong jalan harus direncanakan sebaik
mungkin agar tidak menimbulkan kemacetan yang parah di sekitarnya.
6. Acara Khusus (Special Events)
Kemacetan dapat terjadi karena adanya acara-acara tertentu di sekitar jalan. Contohnya
seperti penggunaan ruas jalan sebagai tempat parkir suatu acara yang sedang berlangsung.
Adanya acara-acara tertentu ini menyebabkan terjadinya fluktuasi permintaan arus lalu lintas
di sekitar lokasi acara.
7. Fluktuasi pada Arus Normal (Fluctuations in Normal Traffic)
Kemacetan disebabkan oleh naiknya arus kendaraan pada jalan dan waktu-waktu
tertentu. Seperti pada pagi hari ketika orang-orang bersiap untuk beraktivitas dan sore hari
selepas orang-orang beraktivitas, arus lalu lintas dipastikan akan lebih padat daripada pada
siang atau malam hari.

1.8.3 Dampak Kemacetan


Menurut Tamin (1992), masalah lalu lintas atau masalah kemacetan ini menimbulkan kerugian
yang sangat besar bagi pengguna jalan, seperti:
1. Pemborosan waktu dan rendahnya kenyamanan dalam berlalu lintas, kondisi kepadatan jalan
membuat meningkatnya tingkat agresi pengguna jalan raya, kelelahan secara emosional, dan
ketidaknyamanan lainnya. Kemacetan ini memang tidak dapat dihindari karena semakin
meningkatnya jumlah kendaraan disertai pertumbuhan sarana prasarana yang tidak sebanding.

6
Tidak hanya itu, semakin berkurangnya ruang terbuka hijau membuat tidak terdapatnya
alternatif yang membuat kondisi psikologis menjadi lebih nyaman saat berkendara.
2. Pemborosan tenaga dan bahan bakar,
3. Meningkatnya polusi udara dan polusi suara, di Kota Bandung sendiri tingkat polusi ini cukup
meningkat dari tahun ke tahunnya. Sekitar 10-20 persen per tahun, seiring pertambahan jumlah

kendaraan bermotor. Bahkan ada tiga daerah di Kota Bandung dengan konsentrasi berbahaya,
yaitu Jalan Merdeka, Jalan Asia-Afrika, dan Jalan Pasteur. Rata-rata konsentrasi gas berbahaya

karbon monoksida (CO) 9-15 part per million (ppm). Padahal ambang batas CO seharusnya
berada di bawah 9. Banyak penyebab yang memicu tingginya konsentrasi gas berbahaya, salah
satunya adalah banyaknya kendaraan bermotor yang melintas tanpa didukung ketersediaan
jalan. Hal ini menyebabkan kemacetan sehingga pembakaran bahan bakar tidak optimal.
Pembakaran yang tidak optimal tersebut menghasilkan CO.
4. Meningkatnya stress pengguna jalan, pada kondisi kemacetan pengendara cenderung menjadi
tidak sabar yang menjurus ke tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya justru memperburuk
kondisi kemacetan lebih lanjut lagi.

Selain keempat dampak kemacetan lalu lintas yang disampaikan oleh Tamin (1992) diatas,
Kemacetan di Kota Bandung menimbulkan kerugian baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Pada tahun 2014 saja kerugian secara ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Kota Bandung mencapai
Rp 4,36 triliun per tahun. Sedangkan biaya transportasi saja sudah mencapai Rp 435 ribu per bulan.
Bahkan pada tahun 2002 saja kerugian sosial akibat kemacetan di Kota Bandung sudah mencapai Rp
1,8 miliar per hari dan diperkirakan mencapai Rp 1,2 triliun per tahun. Kerugian biaya sosial ini bisa
muncul karena kemacetan yang mengakibatkan pemborosan waktu. Belum juga diperhitungkan
kerugian biaya pencemaran udara, kesehatan, dan lain-lain. Selain itu kondisi kemacetan lalu lintas
semakin menyebar ke semua ruas jalan dan waktu. Dan pada dampak sosial, jumlah kecelakaan yang
terus meningkat hingga 22,37 persen per tahun.
Penduduk di Jawa Barat sangat besar, bahkan diperkirakan dua kali lebih besar dari penduduk
Malaysia. Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam hal transportasi. Jika dilihat dari sisi sarana dan
prasarana, sudah tidak bisa lagi mengejar kebutuhan masyarakat. Jalan yang hanya tumbuh sekian
persen tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang aktivitasnya 100 kali lebih besar.
Ketidakberaturan penempatan fungsi perumahan, tempat kerja, dan industri, telah menyebabkan beban
transportasi semakin besar khusunya beban jalan.
7
1.8.4 Penanganan Kemacetan
Berdasarkan Federal Highway Administration dalam Traffic Congestion and Reliability
(2005), para ahli dan perencana telah mengembangkan berbagai strategi untuk mengatasi kemacetan.
Hal ini terbagi dalam tiga kategori umum, yaitu:
1. Peningkatan kapasitas, ini dapat dilakukan dengan melakukan penambahan jumlah dan ukuran
ruas jalan, meningkatkan kapasitas persimpangan dan flyover, menyediakan lebih banyak
layanan transportasi umum, ataupun dengan merubah sirkulasi lalu lintas menjadi satu arah.
2. Mengoperasikan kapasitas yang ada dengan lebih efisien, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas
yang dimiliki seoptimal mungkin. Contohnya seperti transportasi umum yang sebenarnya jika
pemanfaatannya dilakukan secara optimal, maka hal ini dapat sangat efektif untuk mengatasi
kemacetan.
3. Mendorong pola perjalanan yang lebih sedikit memicu kemacetan, maksudnya adalah seperti
diberlakukannya pembatasan kendaraan pribadi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah agar
volume kendaraan dapat lebih terkontrol. Contohnya di Indonesia sendiri seperti kebijakan
ganjil-genap, pemberlakuan kawasan 3 in 1, maupun dengan meningkatkan biaya kepemilikan
kendaraan beserta pajak kendaraan bermotornya.

Adapun menurut Priyanto (2010), dalam pengelolaan lalu lintas terdapat dua manajemen lalu
lintas yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas ini. Pertama, manajemen
manifestation problems atau permasalahan yang kita lihat sehari-hari. Upaya -upaya penanganan
kemacetan yang dapat dilakukan dari manajemen manifestation problems ini, yaitu:
1. Membatasi kecepatan kendaraan
2. Menambah fasilitas pejalan kaki dan tempat parkir.
3. Menambah rambu, marka dan papan petunjuk.
4. Menerapkan jalan satu arah
5. Perbaikan kondisi simpang
6. Pemisahan sepeda motor
7. Pemisahan kendaraan tidak bermotor

Manajemen yang kedua, yaitu root problems atau penyelesaian yang terkait dengan akar
permasalahan. Upaya-upaya untuk menangani kemacetan jika dilihat dari akar permasalahannya, yaitu:
1. Pengaturan jam sibuk
2. Meningkatkan okupansi kendaraan
3. Mengurangi kebutuhan perjalanan
4. Mengurangi panjang perjalanan

8
1.9 Transportasi Umum dan Pribadi
1.9.1 Pengertian Transportasi
Secara umum definisi transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia, hewan, maupun mesin. Menurut Papacostas (1987), Transportasi didefinisikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau
barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk
mendukung aktivitas manusia.
Secara umum, ada dua kelompok besar moda transportasi dilihat berdasarkan kepemilikannya,
yaitu:
a. Kendaraan Pribadi (Private Transportation), yaitu moda transportasi yang dikhususkan untuk
pribadi seseorang dan seseorang itu bebas memakainya ke mana saja, di mana saja dan kapan
saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak memakainya sama sekali (kendaraannya disimpan

di garasi).
b. Kendaraan Umum (Public Transportation), yaitu moda transportasi yang diperuntukkan untuk
digunakan bersama-sama (orang banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama,

mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah
ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan harus wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah
mereka pilih.

1.9.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Umum dan Pribadi


Adapun beberapa fungsi dari transportasi diantaranya:
a. Sebagai alat untuk memudahkan kegiatan manusia sehari-hari.
b. Sebagai alat untuk melancarkan proses perpindahan manusia dan atau barang keperluan
manusia.
c. Sebagai media yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di daerah
tertentu.
d. Sebagai media yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional
melalui bisnis jasa transportasi.

Beberapa manfaat menggunakan transportasi umum diantaranya:


a. Mengurangi kemacetan
Banyaknya pengguna jalan yang menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian
akan sangat rentan menimbulkan kemacetan. Penggunaan kendaraan umum adalah salah satu
upaya yang bisa dilakukan setiap individu untuk saling membantu mengurangi kemacetan.

9
b. Mendukung Lingkungan yang Bersih dan Sehat
Dengan menggunakan angkutan umum, secara tidak langsung kita dapat ikut
berkontribusi untuk membantu mendukung program mewujudkan lingkungan bersih dan sehat,

seperti program Go Green. Dengan menggunakan angkutan umum, kita akan mengurangi
potensi peningkatan polusi udara.
c. Menghemat biaya
Menggunakan transportasi umum seperti angkot, bus, ataupun kereta biasanya jauh
lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.
d. Tidak lelah menyetir
Menggunakan transportasi umum dapat membuat diri menikmati suasana sekitar
karena fokus tidak pada kemudi.
e. Mengasah toleransi
Memprioritaskan orang yang lebih tua, memberi tempat duduk untuk wanita hamil atau
membiarkan orang yang memiliki kebutuhan khusus untuk memiliki ruang lebih. Transportasi
umum akan membantu dan memfasilitasi kamu untuk mengasah rasa toleransi.

Adapun manfaat dari menggunakan transportasi pribadi diantaranya:


a. Lebih cepat, dalam penggunaannya tidak perlu berhenti untuk menunggu seluruh kursi dalam
kendaraan terisi penuh.
b. Tidak berdesakan, terdapat ruang yang lebih dan dapat memberi batasan.
c. Lebih bebas dan nyaman jika ada keperluan yang tidak sesuai rencana bisa kapan saja pergi
tanpa terikat dengan orang lain.
d. Kebersihan terjamin, kendaraan pribadi lebih menjamin kebersihan tempat duduk ataupun
ruang didalamnya terhindar dari bau tidak sedap.

Meskipun terkadang banyak orang yang merasa malas dan tidak mau menggunakan transportasi
umum, tetapi sebenarnya ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan menggunakan angkutan
umum. Apalagi jika pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan umum yang ada,
sehingga kedepannya mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

10
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

1.10 Jenis Penulisan


Penulisan makalah ini bersifat deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode atau
cara kerja dalam suatu pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan,
menjelaskan dan menganalisis situasi dan kondisi suatu objek permasalahan dari sudut pandang penulis
berdasarkan hasil studi literatur.
1.11 Fokus Penulisan
Objek permasalahan adalah permasalahan kemacetan di Kota Bandung. Penulis mencoba
memberikan solusi dari permasalahan tersebut dengan cara melakukan pengoptimalan pemanfaatan
transportasi umum yang ada di Kota Bandung. Penulisan fokus pada upaya-upaya penyelesaian
permasalahan kemacetan di Kota Bandung.
1.12 Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada makalah ini yaitu melalui sumber data sekunder dengan
jelajah internet. Data sekunder dapat diperoleh dari pustaka yang menunjang seperti textbook, jurnal,
dokumentasi, data lembaga penelitian maupun data instansi terkait yang relevan yang dicari melalui
internet.
1.13 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan / studi literal. Studi kepustakaan
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa data sekunder yang berhubungan dengan topik
dan masalah yang terkait dengan permasalahan kemacetan di Kota Bandung.
1.14 Analisis Data
Proses menganalisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Analisis data dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan membandingkan berbagai sumber pustaka serta
menginterpretasikan hasil analisis, sehingga dapat menjawab permasalahan yang dibahas. Tahap
terakhir yaitu dengan menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah terjawab dan memberikan
saran/rekomendasi yang relevan.

11
BAB IV
KEMACETAN DAN PENGOPTIMALAN TRANSPORTASI UMUM DI
KOTA BANDUNG

1.15 Gambaran Umum Kemacetan di Kota Bandung

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Bandung


Sumber: Peta Tematik Indonesia

Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107°32’38,91”
BT dan 6°55’19,94” LS. Kota yang dikenal juga dengan sebutan ‘Kota Kembang’ ini memiliki luas
sebesar 167,31 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 2.507.888 jiwa pada tahun 2019. Berdasarkan
data-data data yang diunggah oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung pada tahun 2019
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tergolong sangat padat, yaitu sebesar 14.549,88 jiwa/km².
Kepadatan penduduk ini tentu dapat memicu berbagai permasalahan perkotaan, salah satunya yaitu
kemacetan.

12
Gambar 4.2 Kota Termacet di Dunia menurut Asian Development Bank (ADB) edisi September
2019
Sumber: Asian Development Bank (ADB) edisi September 2019

Berdasarkan hasil survei Asian Development Bank (ADB) edisi September 2019 terhadap 278
kota dari 45 negara, Kota Bandung menempati peringkat ke-14 sebagai kota termacet se-Asia.
Banyaknya warga dari luar kota yang melakukan aktivitas di Bandung menjadi salah satu penyebabnya.
Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan sarana transportasi juga akan meningkat
untuk menunjang mobilitas penduduknya. Luas kota dan jumlah penduduk merupakan faktor-faktor
yang menentukan seberapa besar ruas jalan dapat dibangun. Total ruas jalan di Kota Bandung sendiri
pada tahun 2018 adalah sebesar 1.172,78 km. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa ruas jalan di
Kota Bandung relatif stagnan karena tidak banyak terjadi perubahan dari tahun-tahun sebelumnya,
sedangkan untuk setiap tahunnya jumlah kendaraan pribadi di Kota Bandung terus mengalami
peningkatan.
Selain itu, jumlah penduduk yang bekerja dan tidak bekerja juga merupakan faktor pemicu
kemacetan lainnya. Di Kota Bandung sendiri, berdasarkan data BPS tahun 2018 tercatat sebanyak 1,11
juta orang yang bekerja dan 237,26 ribu orang bersekolah dari total 2,5 juta jiwa penduduk Kota
Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah penduduk Kota Bandung bermobilisasi pada
hari kerja/weekday (senin-jumat) baik itu untuk bekerja maupun bersekolah. Disamping itu, 7%
penduduk Kota Bandung merupakan penduduk komuter yang setiap harinya melakukan perjalanan

13
pulang pergi untuk berkegiatan di luar wilayah tempat tinggalnya. Artinya mobilitas penduduk di Kota
Bandung juga terpengaruh dari penduduk di sekitar wilayah Bandung Raya.
Adapun beberapa titik-titik rawan macet yang ada di Kota Bandung, yaitu di daerah Bandung
Timur seperti pada Jalan Ahmad Yani, Jalan Jakarta, Jalan Surapati sampai Jalan Suci. Salah satu
penyebab terjadinya kemacetan pada jalan-jalan tersebut, yaitu karena pengguna jalan yang terus
bertambah sedangkan pada ruas jalan tidak terjadi perubahan apapun selama beberapa tahun terakhir.
Titik-titik kemacetan selanjutnya berada pada pusat Kota Bandung, diantaranya Jalan Sukajadi, Jalan
Cihampelas dan Jalan Ir. H. Djuanda (Dago). Letaknya yang dekat dengan pusat Pemerintahan Jawa
Barat dan banyaknya pusat perbelanjaan ternama di Bandung membuat jalan-jalan tersebut sering
mengalami kemacetan. Titik kemacetan lainnya, yaitu berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani dekat Pasar
Kosambi, persimpangan Soekarno Hatta-Kiara Condong dan persimpangan Soekarno Hatta-Buah Batu.
Kemacetan pada jalan tersebut terjadi karena jalan-jalan tersebut menjadi pintu masuk bagi masyarakat
Kabupaten Bandung menuju Kota Bandung, sehingga kepadatan kendaraan sering terjadi pada waktu-
waktu tertentu seperti pada jam pergi dan pulang kerja. Menanggapi masalah kemacetan yang terjadi,
Pemerintah Kota Bandung pun telah mengusahakan berbagai upaya untuk menanganinya.

1.16 Transportasi Umum dan Pribadi di Kota Bandung


Transportasi umum atau public transportation merupakan sebuah fasilitas layanan yang
melayani jasa mobilisasi masyarakat perkotaan untuk mendukung berbagai macam aktifitas yang
dijalani. Kota Bandung merupakan pusat perkembangan perekonomian di provinsi Jawa Barat. Salah
satu indikator penunjang efisiensi kegiatan ekonomi adalah kondisi pelayanan transportasi yang baik
dengan kapasitas yang mencukupi. Sedangkan saat ini Kota Bandung mengalami problem transportasi
yang kompleks dan memprihatinkan.
Jumlah kendaraan mengakibatkan kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, daya beli
masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya lalu
lintas menjadi macet di Kota Bandung yang setiap harinya kendaraan bermotor mengalami peningkatan
yang cukup tinggi.
Tingginya mobilitas penduduk perkotaan belum diimbangi dengan ketersediaan transportasi
umum yang nyaman, akibatnya kendaraan bermotor pribadi baik kendaraan sepeda motor
pertumbuhannya dari tahun ke tahun selalu meningkat akan tetapi tidak sebanding dengan pertumbuhan
panjang jalan. Berikut merupakan perkembangan jumlah kendaraan di kota bandung bisa dilihat pada
Tabel 1.1:

14
Tabel 4. 1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di Kota Bandung
Tahun 2015 dan 2016
Tahun Pertumbuhan Per
Jenis Kendaraan
2015 2016
tahun (%)
Sedan, Jeep, Station 369.373
Wagon
386.884 11,90
Bus, Microbus 6.06
1
6.378 5,41
Truck / Pick Up 70.29
3
72.346 2,77
Alat Berat 7
Sumber :
9 0,90
Sepeda Motor, Scooter 1.171.28 Kota
8
Bandung
1.251.080 12,47
Total 1.617.02 Dalam
2
Angka,
1.716.698 12,05
2
017

Pada tahun 2016 jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung sebanyak 1.716.698 unit. Mobil
Penumpang sebanyak 386.884 unit, Bus 6.378 unit, Truk 72.346 unit dan Sepeda motor 1.251.080 unit.
Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah di tahun 2016 mengalami peningkatan pada semua jenis
kendaraan bermotor. Jenis kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan paling tinggi adalah sepeda
motor sebesar 12,47 % diikuti jenis mobil penumpang naik 11,90 %, jenis bus sebesar 5,41 % dan jenis
truk naik 2,77%.
Di Kota Bandung sendiri transportasi umum yang biasa digunakan masyarakat untuk
berpergian banyak jenisnya mulai dari angkot, bis Trans Metro Bandung, Mikro Bis, Bis Kota
(DAMRI), dan Bis Sekolah. Berbagai jenis moda transportasi umum di Kota Bandung dapat dilihat
pada tabel 1.2:

Tabel Jumlah 4.2 Jumlah


Armada Armada Transportasi
Umum 1 Angkutan Kota 39 5521 Yang Ada Di
Kota Bandung (unit)
Tahun 2 Taksi - 1856 2016
3 Bis Kota (DAMRI) Jumlah Lintasan 6 142
No.
4 Jenis Metro
Bis Trans Angkutan Trayek
Bandung

5 Bis Sedang/ Mikro Bis 3 40


6 Bis Sekolah 4 36
Total 56 7635
4 40

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung

15
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui dari sekian banyak moda transportasi umum yang ada di
Kota Bandung, transportasi yang paling banyak jumlah armadanya adalah Angkutan Kota sebanyak
5.521 unit. Akan tetapi tidak hanya angkutan kota yang memiliki jumlah armada yang banyak,
transportasi taksi pun memiliki jumlah armada yang banyak yaitu berjumlah 1.856 unit.
Angkutan kota atau biasa disebut dengan angkot, merupakan sebuah sarana transportasi yang
sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Masyarakat baik di kota-kota kecil
maupun besar telah memanfaatkan fungsi dari angkot ini sebagai alat untuk memindahkan orang
maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya yang menjadi lokasi tujuan. Masih banyak
masyarakat perkotaan yang hingga saat ini mengandalkan mobilitasnya dengan angkot.
Angkot diketahui sebuah sarana transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum
dengan rute-rute yang sudah ditentukan. Sama seperti bus umum namun angkot berukuran lebih kecil
dan hanya dapat terisi oleh 10 - 11 orang penumpang. Selain itu angkot biasanya memiliki rute-rute
yang lebih pendek, yang melintasi berbagai lokasi di dalam suatu kota. Angkot dapat berhenti untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja asalkan tetap berada di rute angkot tersebut.
Rute adalah jarak atau arah yang harus dilalui yang menghubungkan dari satu tempat ke tempat
lainnya. Jalur operasi suatu angkot dapat diketahui melalui warna atau kode berupa huruf atau angka
yang ada di eksterior mobil angkot yang menunjukkan tempat terminal angkot ke tujuan terminal
angkot tersebut.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung pada tahun 2017 terdapat 39 trayek angkot
dengan jumlah 5.521 armada yang melayani berbagai rute di dalam kota Bandung. Angkot-angkot
yang beroperasi di kota Bandung melintasi berbagai jalanan di kota Bandung yang terbagi dalam 39
trayek atau jurusan. Tiap trayek memiliki nomor dan ciri-ciri angkot tersendiri. Daftar trayek angkot
Kota Bandung yang memiliki jumlah armada terbanyak hingga jumlah armada yang paling sedikit
dijelaskan di tabel 1.3:

Tabel 4. 3 Daftar Angkutan Kota Bandung Yang Memiliki Armada Terbanyak Hingga Yang
Paling Sedikit Tahun 2017
Jumlah Panjang
Kode Angkot Lintasan Trayek Armada trayek (Km)
1A Abdul Muis – Cicaheum 355 16,3

Via Binong
30 Cicadas – Elang 300 18,05
22 Sederhana – Cipagalo 276 16,05
3 Abdul Muis – Ledeng 245 16
34 Sadang Serang – Caringin 200 18,1
18 Panghegar Permai – Dipati 155 19,35

16
Ukur – Dago

20 Ciroyom – Bumi Asri 115 8,35


13 Stasiun Hall – Sarijadi 80 10,2
24 Sederhana – Cimindi 55 9
29 Abdul Muis – Mengger 25 10,55

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui dari banyak jumlah armada dan panjang trayek Angkutan
Kota yang ada di Kota Bandung, jumlah yang paling banyak jumlah armadanya adalah Angkutan Kota
lintasan trayek Abdul Muis-Cicaheum Via Binong sebanyak 355 unit dengan panjang trayek 16,3 km.

1.17 Solusi Kemacetan


1.17.1 Pengoptimalan Transportasi Umum di Kota Bandung
Kesadaran masyarakat untuk berkontribusi mengurangi kemacetan adalah poin penting dalam
mengurangi kemacetan. Langkah kecil seseorang bisa secara signifikan berdampak luas dan
mempengaruhi individu lainnya. Faktanya, jika pemerintah sudah menyiapkan segala fasilitas, semua
kembali lagi kepada masyarakat. Perubahan perilaku masyarakat pelaku transportasi menjadi kunci
penting. Dengan tujuan untuk mengurangi kapasitas transportasi milik pribadi di jalan raya sehingga
dapat mengurangi kemacetan, hal yang paling tepat saat ini adalah Pemerintah harus dapat mengalihkan
masyarakat untuk bisa memilih menggunakan transportasi umum dibanding menggunakan transportasi
pribadi.
Dalam hal ini Pemerintah Kota Bandung memiliki beberapa opsi solusi kemacetan untuk dapat
mengoptimalkan transportasi umum, diantaranya:
1. Memperbaiki semua fasilitas transportasi umum dan memperhatikan kebersihan di dalamnya.
2. Menambah layanan-layanan baru pada transportasi umum sehingga menarik minat masyarakat.

3. Mempermudah akses transportasi umum.


4. Mengadakan transportasi umum yang tersebar hingga ke seluruh ruas jalur yang ada di bagian
kota.
5. Meniadakan pembayaran ataupun meminimalisir pembayaran transportasi umum dengan biaya
yang terjangkau.
6. Memperketat keamanan pada semua transportasi umum.
Dari beberapa poin di atas, dapat diprediksi minat masyarakat akan lebih tinggi untuk mau
menggunakan transportasi umum. Mendorong minat masyarakat untuk bisa menaiki transportasi umum
merupakan hal yang tepat meminimalisir kemacetan yang sudah menjamur di Kota Bandung. Dengan
hal itu, selain dapat mengurangi jumlah transportasi pribadi dan mengurangi kemacetan di jalanan,

17
menggunakan transportasi umum juga bisa mengurangi emisi karbon yang menipiskan lapisan ozon
bumi yang membuat permukaan bumi semakin panas dan tak sehat.
Keberhasilan implementasi dari pembangunan infrastruktur transportasi dan kebijakan perihal
pengelolaan permintaan transportasi bergantung pada semua pihak, baik penyedia layanan yang
memastikan kualitas pelayanan, maupun masyarakat sebagai pengguna layanan. Perlu diingat bahwa
target untuk mencapai kota yang layak dengan transportasi berkelanjutan perlu dipahami dan
diupayakan oleh semua orang.

1.17.2 Upaya Pemerintah Dalam Penanganan Kemacetan di Kota Bandung


Kemacetan ini merupakan persoalan yang sangat berat bagi kota Bandung. Kebijakan Walikota
Bandung saat ini ingin membuat perubahan Kota Bandung baik dalam mengatasi kemacetan lalu lintas
maupun dalam meningkatkan pariwisatanya. Terlihat di beberapa ruas jalan ditempatkan selter untuk
pengembangan transportasi dalam bentuk bus kota Pariwisata. Walikota Bandung juga menghimbau
kepada pengunjung wisatawan untuk menggunakan sarana transportasi umum seperti kereta api sebagai
solusinya. Namun sedikit memberikan hasil. Ada perilaku masyarakat Indonesia yang malas berjalan
kaki, sekalipun dengan jarak yang relatif pendek dan tidak melelahkan. Kemalasan ini juga dipicu
dengan tidak tersedianya tempat yang nyaman untuk pejalan kaki. Disisi lain untuk memperpanjang
dan memperlebar jalan sulit dilakukan, karena lahan untuk pembuatan jalan sudah sangat terbatas.
Banyak lahan–lahan kosong yang berubah fungsi menjadi perumahan, Apartemen, hotel dan pertokoan.
Tidak hanya malas untuk berjalan kaki, ada kecenderungan perilaku masyarakat Indonesia yang
lebih senang untuk menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga volume kendaraan terus bertambah dari
waktu ke waktu. Keadaan ini juga ditopang dengan adanya kebijakan pemerintah yang menyediakan
mobil murah untuk masyarakat. Selain itu perilaku masyarakat yang enggan menggunakan jembatan
penyebrangan ikut andil dalam menyumbang tingkat kemacetan di Kota Bandung.
Sebetulnya pada setiap periode kepemimpinan di Kota Bandung, telah dilakukan berbagai
upaya untuk mengatasi kemacetan ini seperti penertiban PKL melalui relokasi, pemberlakuan Zona
Merah perdagangan, penerapan sistem 3 in 1 untuk pengguna kendaraan roda empat yang masuk
melalui jalan sekitar Pasteur, namun keadaan ini memunculkan masalah baru yaitu munculnya joki.
Selain itu ada kebijakan penyediaan bus sekolah untuk siswa namun akhirnya muncul kebijakan zonasi
pendidikan yang menyebabkan bus tidak terpakai. Kurangnya pengawasan dalam setiap implementasi
kebijakan tersebut menyebabkan persoalan sulit untuk diatasi.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, ada sebanyak 1.251.080 unit kendaraan
roda dua yang ada di kota Bandung. Sedangkan untuk roda empat berjumlah 536.973 unit. Jumlah ini
terus meningkat 11% per tahunnya dengan didominasi kendaraan pribadi sebanyak 98% dan kendaraan
umum 2%.

18
Gambar 4.3 Rekayasa Lalu Lintas Jl. A. Yani - Jl. Supratman
Sumber: instagram DISHUB Kota Bandung

Gambar 4.4 Penyediaan Fasilitas Sepeda BOSEH di Kota Bandung


Sumber: instagram DISHUB Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung mulai mencari solusi-solusi yang bisa diterapkan untuk mengurai
kemacetan yang tiap hari selalu terjadi. Pemkot Bandung serta Dinas Perhubungan tengah menggodok
sejumlah rencana yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut. Sudah ada
beberapa rencana yang telah disiapkan oleh pemerintah Kota Bandung, diantaranya adalah
meningkatkan pelayanan angkutan massal, adanya uji coba ganjil genap untuk membatasi kepadatan
lalu lintas, hingga peningkatan kapasitas jaringan jalan serta memanjakan fasilitas pejalan kaki. Adapun
upaya terkini yang tengah dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mengurai kemacetan yaitu
dengan dilakukannya pembangunan fly over Jalan Jakarta - Jalan Supratman, pemberlakuan jalur satu
arah di ruas Jalan Sukajadi dan Cipaganti serta menggiatkan budaya bersepeda dengan memfasilitasi
sepeda bagi masyarakat di Kota Bandung.

19
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1.18 Simpulan
Berdasarkan data-data yang didapatkan, dapat diketahui bahwa kemacetan yang terjadi di Kota
Bandung dipicu oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan. Mulai dari sempitnya ruas jalan, kurangnya
pemanfaatan dan perawatan fasilitas umum, hingga kenaikan jumlah kendaraan pribadi yang tak
terkendali. Terus bertambahnya jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan perubahan perilaku
masyarakat dalam melakukan mobilitas menjadi faktor utama timbulnya masalah kemacetan di Kota
Bandung. Masyarakat Kota Bandung masih cenderung malas berjalan kaki dan lebih suka melakukan
mobilitas dengan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan transportasi umum. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya pengoptimalan dalam memanfaatkan transportasi umum serta kurang
tegasnya kebijakan yang diberlakukan.
Berbagai upaya juga telah dikerahkan oleh Pemerintah Kota Bandung, seperti menempatkan
selter untuk pengembangan transportasi dalam bentuk bus kota Pariwisata, penertiban PKL melalui
relokasi, pemberlakuan Zona Merah perdagangan, penerapan sistem 3 in 1 untuk pengguna kendaraan
roda empat, penyediaan bus sekolah, pembangunan fly over Jalan Jakarta - Jalan Supratman,
pemberlakuan jalur satu arah di ruas Jalan Sukajadi dan Cipaganti serta menggiatkan budaya bersepeda
di masyarakat. Walikota Bandung juga telah menghimbau kepada pengunjung wisatawan untuk
menggunakan sarana transportasi umum seperti kereta api.
Di Kota Bandung sendiri terdapat cukup banyak pilihan transportasi umum yang bisa
digunakan masyarakat untuk melakukan mobilitas. Transportasi umum jenis angkutan kota memiliki
armada terbanyak di antara transportasi lainnya. Selain angkutan kota ada juga taksi, bus kota
(DAMRI), bus Trans Metro Bandung, Mirko Bus dan juga bus sekolah. Meskipun masih terdapat
transportasi umum dengan kondisi yang kurang baik, terutama pada angkutan kota, namun
perkembangan kondisi/kualitas transportasi umum pada saat ini telah mengalami banyak peningkatan.
Adapun usaha untuk mengoptimalkan transportasi umum yang sudah ada di Kota Bandung
dapat dimulai dengan peningkatan seluruh kualitas kendaraan umum dan melengkapi fasilitas
pendukung lainnya. Faktor kenyamanan merupakan hal yang terpenting dalam transportasi umum.
Adanya peningkatan kualitas transportasi umum yang diimbangi dengan tegasnya kebijakan yang
diberlakukan oleh pemerintah, tentunya dapat perlahan-lahan merubah pola mobilitas masyarakat
menjadi menggunakan transportasi umum.

20
1.19 Saran
Berbagai upaya demi mengurai permasalahan kemacetan di Kota Bandung telah dilakukan,
kendati demikian kami rasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi masalah ini.
Agar upaya-upaya yang dilakukan dapat lebih efektif, maka pemerintah perlu lebih memperhatikan tata
ruang kota/perancangan transportasi dalam kota yang lebih berfokus pada penggunaan moda
transportasi umum seperti Light Rail Transit (LRT), perbaikan jalur pedestrian untuk pejalan kaki,
penerapan manajemen lalu lintas (traffic manajemen) yang tepat dan efektif, dan pembangunan jalur
khusus untuk pesepeda. Selain hal-hal tersebut, pengadaan program-program untuk mengubah pola
mobilitas masyarakat sangat perlu untuk terus digiatkan kepada masyarakat agar ketergantungan
terhadap penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisir.
Selain itu, karena untuk dilakukannya pelebaran ruas jalan di Kota Bandung dirasa sudah tidak
memungkinkan lagi mengingat lahan yang tersedia semakin sempit, maka salah satu solusi terbaik
dalam mengatasi masalah kemacetan di Kota Bandung ini, yaitu dengan dilakukannya pengoptimalan
pemanfaatan pada moda transportasi umum. Peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi umum serta
tegasnya peraturan dan kebijakan yang dibuat akan senantiasa membuat masyarakat perlahan-lahan
beralih menggunakan transportasi umum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adytya B. 2020. Penyebab Kemacetan lalu Lintas yang Perlu Diketahui.


merdeka.com/trending/penyebab-kemacetan-lalu-lintas-yang-perlu-diketahui-
kln.html?page=4. Diakses pada Desember 2020.
Ayobandung. 2019. Kemacetan Kota Bandung Dinilai Bisa Rugikan Sektoe Pariwisata.
ayobandung.com/read/2019/10/18/67404/kemacetan-kota-bandung-dinilai-bisa-rugikan-
sektor-pariwisata. Diakses pada Desember 2020.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Tanpa Tahun. Konsep Angkutan.
https://bandungkota.bps.go.id/subject/17/transportasi.html. Diakses pada Desember
2020.
Carunia M. 2010. Solusi Atasi Kemacetan. http://lipi.go.id/berita/solusi-atasi-kemacetan/4814.

Diakses pada Desember 2020.


Edwardiyono E. 2019. Problematika Kemacetan.
https://www.kompasiana.com/edwardiyonoekoprasojo/5d110632097f365f25427c63/problem
atika-kemacetan-. Diakses pada Desember 2020.
Jurnal. 2018. Kemacetan. https://eprints.uny.ac.id/57045/1/BAB%20I.pdf. Diakses pada
Desember 2020.
Jurnal. Tanpa Tahun. Transportasi Umum.
http://repository.unpas.ac.id/33136/4/BAB%20I.pdf. Diakses pada Desember 2020.
Kamiliah W. 2018. Angkutan Umum, Solusi Kemacetan Perkotaan.
https://www.kompasiana.com/kamiliahwrd/5abaed54bde5756f0946a7f2/kurangi-kemacetan-
ayo-naik-angkutan-umum?page=all. Diakses pada Desember 2020.
Karlina A, dkk. 2015. Kemacetan Kota Bandung dan Pengumpulan Data. Universitas Pasundan
Bandung. Bandung.
Persiana G. 2019. Lebih Parah dari Jakarta, Ini Titik Kemacetan di Kota Bandung.
jabar.idntimes.com/news/jabar/galih/lebih-parah-dari-jakarta-ini-titik-kemacetan-di-kota-
bandung/4. Diakses pada Desember 2020.
Ramadhan D. 2019. Ini Analisis Polisi Soal Penyebab Kemacetan di Bandung. news.detik.com/berita-
jawa-barat/d-4737317/ini-analisis-polisi-soal-penyebab-kemacetan-di-bandung. Diakses pada
Desember 2020.
Suhenda D. 2020. Solusi Jitu Mengatasi Kemacetan di Kota Bandung.
http://jabar.bkkbn.go.id/?p=2476. Diakses pada Desember 2020.
Tri Basuki. 2019. Paradoks kemacetan perkotaan dan solusi untuk mengatasinya.
https://theconversation.com/paradoks-kemacetan-perkotaan-dan-solusi-untuk-
mengatasinya-127021. Diakses pada Desember 2020.
Triani A. 2019. Kemacetan Bandung dan Big Data. news.detik.com/kolom/d-4772429/kemacetan-
bandung-dan-big-data. Diakses pada Desember 2020.
RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI

Nama : Najmi Restu Utami


Tempat tgl. Lahir : Garut, 10 September 2000
NRP : 24-2019-011
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Simpang Bayongbong no 140/44 Desa Mulyasari, Jawa Barat
44162
Email : najmirestu.utami72@gmail.com
No. Hp : 081395268797

II. PENDIDIKAN
• Institut Teknologi Nasional Bandung (2019 – sekarang)
• SMAN 6 Garut (2016-2019)
• SMPN 1 Garut (2013-2016)
• SDN 1 Bayongbong (2007-2013)

III. PENGALAMAN ORGANISASI


• Tim Medis Palang Merah Remaja 2013-2016
• Fasilitator Komunitas Pendidikan Nasional Garut ‘’Pemberdayaan Edukasi Anak
Desa’’ 2020
• MC Talkshow Mulai Kolaborasi ‘’ Face Art By Influencer’’ 2020
• MC Talkshow Mulai Kolaborasi ‘’ Berani Belajar Public Speaking Dari Nol’’ 2020
• MC Talkshow Mulai Kolaborasi ‘’ Mengenal Beauty Content dan Beauty Lifestyle
Masa Kini’’ 2020
I. DATA DIRI
Nama : Hawa Nurul Khalifa
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 23 Desember 2000
NRP : 24-2019-016
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Permata Kopo Blok EA.288
Email : hawanurulk@gmail.com
No. Hp : +6289604000130

II. PENDIDIKAN
• Institut Teknologi Nasional Bandung (2019 – sekarang)
• SMA Badan Perguruan Indonesia (BPI) 1 Bandung
• SMPIT Anni’mah Kab. Bandung
• SDIT Anni’mah Kab. Bandung

III. PENGALAMAN ORGANISASI


• Anggota OSIS SMPIT Anni’mah (2014-2015)
• Anggota OSIS SMA BPI 1 Bandung (2016-2017)
• Anggota Karang Taruna (2013 - sekarang)
• Ketua Karang Taruna (2018-2019)
• Anggota Himpunan Mahasiswa Planologi
I. DATA DIRI
Nama : Firdha Samira Fauziyah
Tempat tgl. Lahir : Bandung, 25 Agustus 2000
NRP : 24-2019-017
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Puri Cipageran Indah I H2/66, Cimahi, Jawa Barat
Email : firdhasamira@gmail.com
No. Hp : 082115221316

II. PENDIDIKAN
• Institut Teknologi Nasional Bandung (2019 – sekarang)
• SMA Negeri 2 Cimahi (2016 - 2019)
• SMP Negeri 3 Cimahi (2013 -2016)
• SDN Cimahi Mandiri 5 (2007 - 2013)

III. PENGALAMAN ORGANISASI


• Pramuka (2013 - 2016)
• Organisasi Sanggar Seni Budaya SMAN 2 Cimahi (2016 – 2018)
• Social Connect Community (2019 – sekarang)
• Himpunan Mahasiswa Planologi ITENAS (2019 - sekarang)
IV. DATA DIRI

Nama : Nursyafiq Hidayat


Tempat tgl. Lahir : Banyumas, 10 April 2001
NRP : 24-2019-036
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Jl. Satria Kulon 10, Cibolerang Indah, Kec. Babakan Ciparay, Kota
Bandung, Jawa Barat 40224
Email : safiqhdyt@gmail.com
No. Hp : 0895426012300

V. PENDIDIKAN
• Institut Teknologi Nasional Bandung (2019 – sekarang)
• SMK Negeri 1 Purwokerto (2016-2019)
• MTs Negeri Purwokerto (2013-2016)
• SD Negeri Ledug (2007-2013)

VI. PENGALAMAN ORGANISASI


• Divisi Acara Dies Natalis Institut Teknologi Nasional 2019
• Bendahara Pendidikan dan Latihan Dasar Pelajar Pencinta Alam Yoga Rimba
2018
• Divisi Perlengkapan Pelajar Pencinta Alam Yoga Rimba 2017-2018
• Sekretaris Badminton SMK Negeri 1 Purwokerto 2016-2017

Anda mungkin juga menyukai