Anda di halaman 1dari 115

KUMPULAN KISAH SUKSES

PENGAWAS SEKOLAH SMK

EDITOR:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES PENGAWAS SEKOLAH SMK

Editor:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-1-3

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.......................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................... vii

Strategi Mcs Dalam Penyusunan Soal Hots..................... 1


Endah Kismani

Pemanfaatan Cloud Computing Meningkatakan


Ketersediaan Dokumen Supervisi ................................... 18
Endarta

Silabi: Strategi Mewujudkan Smk Kitta ........................... 36


Pangarso Yuliatmoko

Pendampingan Guru Dengan “Hati” ................................ 53


Sunu Ambarsi

Pemodelan Dua Sisi: Matangkan Profesionalisme


Guru Bahasa Inggris….................................................... 67
Imelda Yanti

Penerapan Pendekatan Personal Dalam


Peningkatan Kedisiplinan Warga Sma Binaan ................. 83
Sovi r. G. M. Masinambow

Pembelajaran Terintegrasi Dengan Pus Untuk


Meningkatkan Kinerja Guru SMK .................................. 97
S. Iskandar

vii
STRATEGI MCS DALAM
PENYUSUNAN SOAL HOTS
Endah Kismani
Pengawas SMK Provinsi Jawa Barat
endahkismani@gmail.com

Rendahnya kompetensi guru menyusun soal HOTS


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai satuan
pendidikan yang menghasilkan lulusan terampil dan
memiliki daya saing tinggi perlu memfokuskan pada
pelayanan pendidikan yang berkualitas, khususnya pada
proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang
sudah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Namun demikian, selama ini fokus guru hanya pada
implementasi model pembelajaran inovatif, tetapi tidak
diikuti dengan penilaian pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman (Kerangka
pengembangan kurikulum SMK berbasis kompetensi,
2018: 25-28).Pengawas sekolah sebagai tenaga pendidik
bertugas membina dan membimbing guru dalam
melaksanakan proses dan penilaian pembelajaran sesuai
dengan tuntutan abad 21 yang salah satunya adalah
kemampuan berpikir kritis. Proses dan penilaian
pembelajaran saling berkaitan satu sama lain, karena
indikator keberhasilan sebuah pembelajaran diukur
melalui penilaian (Latar belakang dinamika
perkembangan kurikulum SMK ,2017 : 1-3)
Sebagian besar guru Bahasa Inggris SMK di
sekolah binaan wilayah Leuwiliang Kabupaten Bogor
telah menerapkan model pembelajaran yang inovatif,
tetapi penilaian proses pembelajarannya masih
mengukur tingkat berpikir rendah. Hal ini didasarkan
pada hasil analisis soal Ulangan Harian (UH) Bahasa
Inggris di sekolah binaan yang sebagian besar gurunya

1
menyusun soal pada level ingatan (C1) dan pemahaman
(C2). Rendahnya tingkatan soal yang dibuat berdampak
pada kurang berkembangnya keterampilan berpikir kritis
peserta didik sehingga dinilai kurang mampu bersaing di
dunia kerja. Sedangkan saat ini peserta didik dituntut
untuk dapat berpikir kritis (Critical thinking), memiliki
kemampuan dalam pemecahan masalah (Problem solving)
dan mampu membuat keputusan (Decision making). Jika
keterampilan tersebut tidak dilatih dan dikembangkan
maka dapat dipastikan peserta didik tidak dapat bersaing
di zamannya.
Idealnya seorang guru harus mampu menyusun
soal HOTS(High order thinking skill) sesuai dengan
penyusunan soal dengan mengacu pada tingkat berpikir
metakognitif, yaitu kemampuan untuk menganalisa,
mengevaluasi dan mengkreasi serta disesuaikan dengan
panduan penilaian hasil belajar dan pengembangan
karakter sekolah kejuruan (Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2018: 76). Karakteristik soal HOTS tidak selalu
berupa soal yang sukar tetapi hanya menuntut level
kognitif rendah, misalnya level ingatan (C1) dan
pemahaman (C2). Soal HOTS lebih mendorong peserta
didik untuk menggunakan keterampilan berpikir tinggi.
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir
tinggi maka setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus). Dalam bahasa Inggris stimulus soal
dapat berbentuk teks, gambar, bagan, grafik, tabel dan
penggalan cerita, atau puisi (Kismani, 2019: 22). Guru
harus pandai mencari stimulus yang tepat untuk
menuntun peserta didik dalam menjawab pertanyaan.
Salah satu solusi untuk memecahkan masalah
rendahnya kompetensi guru dalam menyusun soal HOTS
adalah melalui pembinaan menggunakan strategi MCS
(Modelling, Coaching and Scaffolding). Tahapan proses
pembinaan melalui MCS yaitu: (1) Modelling, dengan
memberikan contoh cara menyusun soal HOTS yang
benar, seperti pengembangan indikator, materi dan
mengkonstruksi soal; (2) Coaching, merupakan bentuk
bimbingan dan latihan baik individu maupun kelompok

2
untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan; (3)
Scaffolding, merupakan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal
HOTS.
Strategi MCS dalam Penyusunan Soal HOTS
Upaya pengawas sekolah untuk melaksanakan
supervisi akademik secara rutin memberikan dampak
positif berupa proses pembelajaran di kelas yang
semakin baik. Berbagai pendekatan dan metode yang
bervariasi dari tahun ke tahun diimplementasikan
sehingga terjadi peningkatan yang kontinu. Menurut
Purwanto (2009: 76), suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan dengan baik sangat membantu guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.
MCS merupakan model pembinaan yang
menuntut bukan hanya partisipasi pasif seperti pada
metode ceramah, tetapi menggerakkan peserta untuk
turut aktif dalam memahami konsep dan keterampilan
menyusun soal HOTS. Metode ceramah dianggap praktis,
tetapi metode ini banyak kelemahannnya, seperti yang
disampaikan oleh Dwivedi (2004: 13) bahwa orang yang
belajar tetap menjadi penerima pasif dan merespon
pembicara pada basis satu terhadap satu. Dengan
demikian, model MCS dianggap sesuai dalam
mengembangkan kemampuan guru menyusun soal
HOTS. Strategi MCS merupakan terobosan baru bagi
pengawas sekolah dalam membina guru
mengembangkan kemampuan penyusunan soal HOTS.
Tahap pertama dalam strategi MCS adalah
Modelling yang merupakan strategi pembelajaran oleh
pengawas untuk memberi contoh kepada guru
bagaimana cara membuat, langkah-langkah penyusunan,
kriteria dan kaidah soal HOTS yang benar. Inti dari
strategi Modelling adalah contoh yang jelas agar dapat
ditiru dengan mudah melalui pengamatan, atas demo
suatu konsep yang dipelajari. Menurut Bandura (2017: 78-
105) peserta didik akan menguasai atau mempelajari hal
dengan optimal dengan cara mengamati dan menirukan

3
suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru
pesera didik dapat digolongkan menjadi Symbolic
Modelling, yaitu model yang direpresentasikan secara
lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar; dan
Representation Modelling yaitu model yang
direpresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya, radio, TV, dan video. Dengan
demikian, modelling yang sesuai digunakan untuk
memberi contoh konsep penyusunan soal HOTS yaitu
Symbolic Modelling. Langkah-langkah penggunaan model
jenis ini adalah: 1) menetapkan tujuan yang jelas; 2)
memberikan contoh indikator penyusunan soal; 3)
memberikan kesempatan untuk berpikir dengan cara
eksplorasi; 4) mendemokan proses; 5) bekerja sama
melalui contoh, 6) memberikan kesempatan bagi
pembelajar untuk bekerja dengan sendirinya.
Pengawas sebagai model dapat memberikan
beberapa proses pemodelan, seperti bagaimana cara
menjabarkan indikator kompetensi dasar (KD) aspek
pengetahuan menjadi indikator soal pada kisi - kisi soal.
Indikator soal mengacu pada ranah kognitif yaitu
menetukan ranah LOTS (Low Order Thinking Skill), yang
meliputi ranah ingatan (C1), pemahaman (C2) dan
aplikasi C3). Adapaun ranah HOTS meliputi Analisis (C4),
Evaluasi (C5) dan kreasi (C6) sesuai dengan taksonomi
Bloom yang direvisi oleh Anderson (2001: 172). Proses
pemodelan selanjutnya yaitu memberikan contoh cara
membuat stimulus soal, bagaimana cara menentukan stem
(batang soal) dan bagaimana cara membuat pedoman
penskoran pada soal uraian. Model-model yang dibuat
oleh pengawas ditiru oleh guru binaan dan dijadikan
pedoman untuk menyusun soal HOTS.
Setelah proses Modelling dilanjutkan kegiatan
Coaching yang merupakan proses pendampingan yang
dilakukan oleh coach (pelatih) kepada coachee (peserta)
dalam bentuk pertanyaaan-pertanyaan yang
membimbing coachee untuk menemukan dan menguasai
konsep atau keterampilan tertentu (Landsberg, 2015: 100
- 174). Coachmenggunakan berbagai strategi supaya

4
coachee mampu menyusun soal HOTS dengan benar.
Prinsip utama Coaching adalah drilling (pengulangan)
pada konsep atau keterampilan yang belum dikuasai
hingga mahir. Langkah-langkah yang dilakukan selama
coaching adalah: 1) melakukan analisa sebelum melakukan
coaching; 2) persiapan dengan menyediakan semua bahan
yang diperlukan; 3) melakukan kegiatan coaching; 4)
dokumentasi semua hasil kegiatan coaching.
Tahap akhir yaitu Scaffolding adalah strategi
membantu guru dengan cara memberikan penjelasan
tentang mekanisme dan tahapan untuk mencapai target
yang sudah ditetapkan. Baik pengawas sekolah dan guru
bersama-sama aktif memberi dan meminta bantuan
untuk mencapai tujuan yang sama yaitu dapat menyusun
soal HOTS sesuai dengan kaidahnya. Menurut Vygotsky
(2001: 102) scaffolding dilandasi dari teori sosiokultural,
yaitu bahwa interaksi sosial memainkan peran yang
mendasar dalam perkembangan kognisi. Belajar terjadi
melalui partisipasi peserta pembelajar dalam bentuk
pengalaman-pengalaman sosial dan kultural yang sengaja
ditanamkan.
Konsep scaffolding berbeda dengan bantuan belajar
yang diberikan pengawas kepada guru pada umumnya.
Scaffolding adalah bantuan yang diberikan untuk
mendukung peningkatan kompetensi yang dimiliki guru.
Jika bantuan yang diberikan tidak berhubungan dengan
kompetensi tersebut, maka tidak dapat dikatakan
sebagai scaffolding (Li Ding 2010: 57). Dalam memberikan
bantuan, pengawas sekolah menciptakan suasana yang
nyaman bagi peserta untuk bekerja. Oleh karena itu,
strategi scaffolding dilakukan pada tahap akhir
pembinaan, setelah modelling dan coaching, karena pada
tahap ini jalinan chemistry antara pengawas sekolah dan
guru sudah terbangun. Sehingga terjadi kenyamanan
untuk meminta bantuan yang diperlukan. Langkah-
langkah tahap Scaffolding adalah: 1) menetapkan tujuan
kegiatan scaffolding; 2) memberikan bantuan fokus pada
hasil analisis kelemahan pada tahap coaching; 3) bekerja
secara individual menyempurnakan hasil kerja; 4)

5
mendokumentasikan hasil

Kaidah Penyusuan Soal HOTS


Guru dinyatakan mampu menyusun soal HOTS
jika memenuhikaidah penyusunan soal HOTS baik
pilihan dan uraian sebagai berikut:
A. Soal Bentuk Pilihan Ganda
1. Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator;
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis
ditinjau dari segi materi;
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang
benar atau yang paling benar.
2. Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas;
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja;
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban benar;
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan
yang bersifat negatif ganda;
e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif
sama;
f) Pilihan jawaban jangan mengandung
Pernyataan: “Semua pilihan jawaban di atas
salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas
benar”;
g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau
waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka tersebut, atau
kronologisnya;
h) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya
yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi, dan
i)Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
3. Bahasa

6
a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia;
b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional;
c) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
komunikatif, dan
d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau
frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian.
B. Soal Bentuk Uraian
1. Substansi/Materi
a) Soal sesuai dengan indikator KD dan menuntut
tes bentuk uraian;
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan sesuai;
c) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi,
dan
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
2. Konstruksi
a) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara
mengerjakan soal;
b) Rumusan kalimat soal/pertanyaan
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai. Gunakanlah kata-
kata: mengapa, uraiakan, jelaskan, tafsirkan,
bandingkan, buktikan, hitunglah, dan hindari
pertanyaan: siapa, apa, bila;
c) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya
harus jelas dan berfungsi, dan
d) Ada pedoman penskoran.
3. Bahasa
a) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;
b) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia
yang baku;
c) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian;

7
d) Tidak mengandung kata yang
menyinggung perasaan, dan
e) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
daerah tertentu atau bahasa tabu.
(Pedoman Penilaian Hasil Belajar dan Pengembangan
Karakter 2018 : 21- 24)

Kemampuan Guru Menyusun Soal HOTS


Guru sebagai tenaga pendidik profesional,
sebaiknya memiliki kemampuan untuk menyusun soal
HOTS (Febrianti & Murdiono, 2017). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 709) kemampuan adalah:
1) kesanggupan; kecakapan; kekuatan; 2) kekayaan.
Secara lebih jelas Surya (2003: 28) mengungkapkan
bahwa kemampuan yang dimaksud ialah guru yang
memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan
yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Untuk itu ia
harus memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai,
seperti: kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi
dan moral. Kemampuan guru yang identik dengan
kompetensi tidak bisa terjadi tiba-tiba, tetapi harus
dilatih dan dibina dengan proses yang panjang dan terus
menerus.
Kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS
lebih dikembangkan dan ditingkatkan untuk mencapai
tingkatan mahir.Guru yang mampu menyusun soal
HOTS tergolong pada kelompok guru yang profesional.
Pembinaan, bimbingan, dan pelatihan melalui MCS
diharapkan dapat membantu meningkatkan
profesionalisme guru dalam menyusun soal HOTS.

Teknis Implementasi Strategi MCS


Sebelum dilaksanakan pembinaan dengan strategi
MCS, kegiatan diawali dengan mengadakan rapat dan
mengundang semua kepala sekolah binaan. Fokus
pembahasan adalah rendahnya kemampuan guru Bahasa
Inggris dalam menyusun soal HOTS yang didasarkan
pada hasil analisis penyusunan soal UH Bahasa Inggris di
masing-masing sekolah binaan, sehingga perlu diadakan

8
kegiatan pembinaan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Selanjutnya diadakan sosialisasi tentang rencana
program pembinaan guru Bahasa Inggris dalam
menyusun soal HOTS melalui strategi MCS dan langkah-
langkah pelaksanaan serta instrumen yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembinaan. Jadwal
pelaksanaan pembinaan penyusunan soal HOTS bagi
guru bahasa Inggris juga harus diketahui oleh semua
kepala sekolah, sehingga mereka dapat berpartisipasi
aktif dalam pelaksanaan pembinaan ini.
Proses kegiatan MCS tersebut dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap M (Modelling)
Guru diberikan contoh konsep penyusunan soal
HOTS sesuai dengan kaidahnya pada paparan
klasikal. Selain itu guru juga diberikan penjelasan
tentang tujuan penyusunan soal HOTS dan cara
membuat kisi-kisi soal yang benar beserta pedoman
penskorannya. Kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan penjelasan bagaimana membuat
indikator soal yang dijabarkan dari Kompetensi Dasar
(KD) pada ranah metakognitif. Guru juga diberikan
cara bagaimana mengembangkan materi,
menentukan stimulus, mengkonstruksi soal dan
menggunakan bahasa yang benar. Selain itu guru
diberikan cara bagaimanamengidentifikasi dan
membedakan soal HOTS dan LOTS.

Gambar 1. Kegiatan Modelling penyusunan soal HOTS

9
2. Tahap C (Coaching)
Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan memberi

Gambar 2. Kegiatan Coaching individu dan kelompok menyusun soal HOTS

pendampingan terhadap guru berdasarkan hasil


identifikasi soal LOTS atau HOTS. Selain itu juga
dilakukan pendampingan individu dan kelompok
sesuai dengan kesulitan yang dihadapi guru. Sebagian
besar guru menemukan kesulitan pada
pengembangan indikator soal yang dijabarkan dari
KD, terutama indikator soal pada ranah HOTS.
Coaching diberikan dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka
paham dan menemukan sendiri caranya melalui
individu dan kelompok. Begitu juga pada cara
pengembangan stimulus dan indikator lainnya. Semua
guru berlatih menyusun soal HOTS dan kegiatan
coaching diakhiri dengan memantau kemajuan
peningkatan kemampuan guru menyusun soal HOTS.

3. Tahap S (Scaffolding)
Rangkaian kegiatan terakhir pada strategi ini yaitu
tahap scaffolding, dengan melakukan koreksi soal
HOTS yang dibuat oleh guru baik dalam bentuk
pilihan ganda dan uraian. Selanjutnya menyediakan

10
kesempatan kepada guru untuk menyampaikan
alasan yang belum dimengerti dalam penyusunan
soal HOTS dan jugamemberikan arahan serta
konfirmasi
berkaitan dengan soal yang sudah dianggap sesuasi
dengan kaidah dan yang masih belum sempurna.

Gambar 3. Kegiatan Scaffolding melalui koreksi soal HOTS

4. Tahap Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan pembinaan
penyusunan soal HOTS dengan strategi MCS perlu
dilakukan tahapan evaluasi, melalui telaah soal HOTS
yang dibuat guru. Evaluasi ini menggunakan
instrumen telaah soal HOTS yang didasarkan pada
kaidah penyusunan soal HOTS. Guru yang sudah
mampu menyusun soal HOTS adalah mereka yang
mampu mengembangkan dengan kriteria
pengembangan materi, penyusunan konstruksi soal
dan penggunaan bahasa yang benar.

Hasil akhir strategi MCS dalam penyusunan soal HOTS


Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
pembinaan terdiri dari 33 orang guru Bahasa Inggris
SMK di sekolah binaan wilayah Leuwiliang Kabupaten
Bogor. Instrumen penilaian keadaan awal dan akhir
menggunakan instrument telaah soal HOTS yang sama,
meliputi tiga aspek penilaian yaitu penguasaan materi,
mengkonstruksi soal dan penggunaan Bahasa.
Selanjutnya nilai rata-rata tiap aspek dikonversikan

11
menjadi kategori Sangat Kompeten (SK) apabila rentang
skor 85-100, kategori Kompeten (K) apabila rentang skor
75-84, Cukup Kompeten (CK) apabila rentang skor 65-74
dan Belum Kompeten (BK) jika skor kurang dari 65.

Tabel 1. Hasil Strategi MCS Dalam Penyusunan Soal HOTS


Keadaan Awal Setelah MCS
No Aspek
Nilai Nilai
Kategori Kategori
rata-rata rata-rata

1 Pengusaan materi 46.69 BK 94.84 SK

2 Mengkonstruksi soal 49.31 BK 95.63 SK

3 Penggunaan Bahasa 97,45 SK 96.44 SK

Jumlah 193.45 286.91

Nilai Rata-rata 64.48 BK 95.63 SK

Hasil pembinaan penyusunan soal HOTS dengan


menggunakan strategi MCS menunjukkan adanya
peningkatan dibandingkan dengan keadaan awal, seperti
pada Tabel 1. Nilai rata-rata aspek penguasaan materi
meningkat dari 46.69 menjadi 94.84. Begitu pula pada
aspek konstruksi soal dengan nilai rata-ratanya
meningkat dari 49.31 menjadi 95.63. Namun pada aspek
penggunaan bahasa mengalami penurunan dari 97,45
menjadi 96,44. Meskipun demikian pada aspek
penggunaan bahasa tidak terdapat penurunan kategori,
artinya pada keadaan awal sudah berada di kategori SK
dan setelah pembinaan juga berada pada ketegori SK.
Secara garis besar, nilai rata-rata ketiga aspek mengalami
peningkatan dari 64.48 menjadi 95.63 atau kenaikan
kategori dari BK menjadi SK, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.

12
Gambar 4. Nilai rata-rata sebelum dan sesudah pembinaan
penyusunan soal HOTS dengan strategi MCS

Dengan demikian pola pembinaan dengan


menggunakan strategi MCS (Modelling Coaching
Scaffolding) terbukti dapatmengatasi permasalahan
rendahnya kompetensi guru Bahasa Inggris dalam
menyusun soal HOTS. Indikator keberhasilan kegiatan
pembinaan ini didasarkan pada tiga (3) aspek,
diantaranya: 1) Guru mampu mengembangkan materi
sesuai dengan ranah kompetensi dasar; 2) Guru mampu
membuat konstruksi soal HOTS, 3) Guru mampu
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Rangkain
kegiatan memberikan contoh (Modelling), pendampingan
(Coaching) dan penyempurnaan (Scaffolding) merupakan
rangkaian pola pembinaan yang digabung menjadi satu
strategi berproses menuju hasil yang maksimal. Dampak
penggunaan strategi pembinaan MCS terhadap
peningkatan kemampuan guru dalam menyusun soal
HOTS, diantaranya: 1) Pelaksanaan supervisi akademik
menjadi biasa baik bagi pengawas sekolah, kepala sekolah
dan guru; 2) Guru rajin membuat soal HOTS baik pilihan
ganda dan uraian; 3) Kepala sekolah mendukung IHT (In
House Training) atau workshop penyusunan soal HOTS; 4)
Peserta didik menjadi terbiasa mengerjakan soal HOTS
baik pada ulangan harian maupun ulangan bersama; 5)
Referensi di perpustakaan sekolah maupun di dinas

13
pendidikan semakin bertambah.
Berdasarkan hasil pembinaan strategi MCS dalam
penyusunan soal HOTS dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru menyusun soal HOTS Bahasa Inggris
di sekolah binaan mengalami peningkatan, yaitu: 1) Guru
Bahasa Inggris telah mampu menyusun soal HOTS sesuai
dengan kaidah penyusunan soal, yaitu penguasaan
materi dengan nilai rata-rata 94.84, mengkostruksi soal
dengan nilai rata 95.63 dan penggunaan Bahasa yang baik
dan benar dengan nilai rata- rata 96.44. 2) Guru Bahasa
Inggris telah mampu mengembangkan soal HOTS dalam
bentuk soal pilihan dan uraian.
Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan
diantaranya: 1) Best Practice yang berjudul “Strategi MCS
dalam penyusunan soal HOTS” dianggap selesai, jika ada
pengawas sekolah lain atau siapa saja yang akan menulis
judul superti ini, sebaiknya menyiapkan berbagai
instrumen yang diperlukan termasuk buku-buku
referensi; 2) Kepala sekolah diharapkan dapat terus
mendukung kegiatan guru yang berpotensi pada
peningkatan profesionalisme guru; 3) Dinas pendidikan
memberikan kemudahan dan support utnuk pelaksanaan
pengembangan dan peningkatan kompetensi guru
bahasa Inggris khususnya dan mata pelajaran lain
umumnya dalam menyusun soal HOTS.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwohl. (2001). “A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives)”.
Abridge Edition. Penerbit David McKay Company.
New York.
Bandura, Albert. (2017). “Effective Modelling”. Chaucer
School. Great Britain.
__________________(2016). “The power of
observational learning through social modelling”
In R. Stenberg, S.T. Fiske, D.J Foss (Eds.). “Scientists
making a difference” (pp. 235-239).
Carnegie, Dale. (2009). “The 5 Essential People Skills”.
Gramedia pustaka utama. Jakarta
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2018).
“Penulisan Instrumen Penilaian berbasis HOTS”.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2018). “Panduan
Penilaian Hasil Belajar dan Pengembangan Karakter
Sekolah Kejuruan”. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Dwivedi, Anju. (2004). “Metodologi Pelatihan Partisipatif”.
Pondok Edukasi . Bantul Yogyakarta.
Febrianti, V., & Murdiono, M. (2017). Peranan Guru
dalam Pengembangan Instrumen Penilaian High
Order Thinking Skill pada Mata Pelajaran PPKN
untuk Siswa Kelas XI SMA di Kabupaten Sleman.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum,
501-512.
Kismani, Endah, (2019). “Practical Guide to Develop HOTS
in Language Learning and Assessment”. Cakrawala
Millennia Jaya. Bogor
Landsberg, Max. (2015). ”Mastering Coaching”. CPI Group
UK Ltd Croydon CRD 4YY.
Li Ding. Ph.D. Dr. (2010). “Exploring the role of conceptual
scaffolding in solving synthesis problems”. Physics
Education Research.
Machali, Imam M.Pd. Dr. & Hidayat Ara, M.Pd. Dr. 2016.
“The handbook of Education Management”.

15
Premadamedia Group. Jakarta.
Purwanto, Ngalim, M. (2009). “Administrasi dan Supervisi
Pendidikan”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Pusbangtendik. (2011). “Supervisi Akademik”, Jakarta.

16
BIODATA
Endah Kismani S.Pd,MM. Lahir di
Trenggalek pada tanggal 11 september
1963. Lulus MI Muhammadiyah desa
Kamulan, Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek ( 1976), lulus
SMP Negeri 1 Durenan kabupaten
Trenggalek (1980) dan lulus SMA PGRI
Kalangbret- Tulungagung (1983).
Melanjutkan kuliah S1 di UIKA Bogor
jurusan Bahasa Inggris FKIP dan lulus tahun 1995.
Menyelesaikan pendidikan S2 pada jurusan Magister
Management di STIMA IMMI Jakarta (2009). Mulai aktif
menulis sejak menjadi guru dengan menulis buku-kubu
pelajaran ber ISBN sejak tahun 2002. Saat ini masih aktif
menulis buku-buku kepengawasan, terutama buku
panduan guru Bahasa Inggris. Dua buku yang telah
dihasilkan berjudul “Practical guide to develop HOTS in
language learning and assessment” dan “How do texts work?”.
(Email: endahkismani@gmail.com/ HP. 081219652327)

17
PEMANFAATAN CLOUD
COMPUTING MENINGKATKAN
KETERSEDIAAN DOKUMEN
SUPERVISI
Endarta
Pengawas SMK Provinsi Kalimantan Selatan
endarta.am@gmail.com

Supervisi Manajerial dan Akademik untuk SMK Binaan


SMK adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan bidang kejuruan, harus
bisa memberikan layanan pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu. Dimulai dari semua
komponennya harus bermutu, yaitu termasuk setiap
komponen standar nasional pendidikan yaitu standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusannya, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian. Untuk itu dibutuhkan peranan
pengawas sekolah yang berfungsi untuk melakukan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan kejuruan. Fungsi pengawasan dilakukan oleh
pengawas sekolah melalui kegiatan pembinaan,
pembimbingan dan pelatihan maupun penilaian
terhadap kinerja kepala sekolah, guru maupun tenaga
administrasi sekolah lainnya dalam melakukan tugas dan
fungsinya. Selain itu pengawas sekolah juga melakukan
pemantauan terhadap keterlaksanaan delapan standar
nasional pendidikan. Kegiatan pembinaan,
pembimbingan dan pelatihan, penilaian maupun
pemantauan merupakan bagian-bagian dari supervisi
akademik dan manajerial.
Pengawas sekolah merupakan seorang pegawai
negeri sipil yang melaksanakan peran pemerintah dalam

18
fungsi pengawasan pendidikan. Untuk itu seorang
pengawas sekolah harus memenuhi enam jenis
kompetensi seperti yang dipersyaratkan dalam
Permendiknas No. 12 Tahun 2007. Kompetensi yang
dipersyaratkan bagi pengawas sekolah meliputi
Kompetensi Kepribadian, Supervisi Manajerial, Supervisi
Akademik, Evaluasi Pendidikan, Penelitian
Pengembangan dan Sosial. Kompetensi kepribadian
menuntut pengawas untuk memiliki sikap tanggung
jawab rasa ingin tahu dan motivasi pribadi serta mampu
memotivasi seluruh stake holder pendidikan terkait.
Kompetensi supervisi manajerial, menuntut pengawas
untuk menguasai metode, teknik maupun prinsip
supervisi, memiliki program, menyusun instrumen,
menyusun laporan. Pada kompetensi supervisi
akademik, pengawas harus memahami perkembangan
mata pelajaran, membimbing penyusunan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi akademik
lainnya mengelola, merawat, mengembangkan media
dan fasilitas pembelajaran serta pemanfaatan teknologi
informasi dalam pembelajaran. Kompetensi evaluasi
pendidikan meminta pengawas mampu menyusun
kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan,
membimbing penentuan aspek penting pembelajaran
serta menilai kinerja kepala sekolah dan staf. Sub
kompetensi evaluasi lainnya antara lain pemantauan
pembelajaran, penilaian, analisis untuk perbaikan mutu
serta pengolahan data hasil penilaian kinerja guru, kepala
sekolah dan staf sekolah. Kompetensi penelitian
mewajibkan pengawas menguasai pendekatan, jenis,
metode, menentukan masalah, menyusun proposal,
melaksanakan, mengolah dan menganalisis data serta
menulis karya ilmiah, pedoman atau modul pelaksanaan
pengawasan. Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah
keterampilan bekerja sama dengan pihak terkait dan aktif
dalam organisasi kepengawasan.
Dari keenam kompetensi tersebut, fokus dari
karya kreatif ini ada pada kompetensi supervisi

19
manajerial dan supervisi akademik. Hal tersebut dibatasi
karena permasalahan yang ditemui Penulis dalam
melakukan tugas kepengawasan. Dalam melakukan tugas
kepengawasan terkait supervisi manajerial, dokumen
yang harus dibaca dan dikoreksi pada setiap sekolah
binan yaitu:
1. Evaluasi diri sekolah (EDS)
2. Rencana Kerja Sekolah Jangka Panjang (RKJP),
3. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
4. Rencana Kerja Tahunan (RKT)
5. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
7. Kalender pendidikan/akademik
8. Struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas
pendidik tenaga kependidikan,
9. Peraturan akademik sekolah
10. Tata tertib sekolah
11. Kode etik sekolah
12. Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana
13. Pedoman biaya operasional sekolah/madrasah.

Selain dokumen tersebut, supervisi yang terkait


dengan kegiatan akademik guru juga didukung oleh
berbagai dokumen yang menuntut Pengawas Sekolah
untuk membaca dan mengoreksinya. Dokumen tersebut
yaitu:
1. Analisis kompetensi dasar
2. Silabus untuksetiap mata pelajaran
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran setiap guru
4. Pelaksanaan dan hasil penilaian pembelajaran
5. Hasil penilaian kinerja untuk setiap guru

Berdasarkan uraian tersebut dapat disarikan bahwa


beban pengawas sekolah untuk membaca dan
mengoreksi berbagai macam kelengkapan dokumen
sekolah dan guru cukup banyak.
Selanjutnya, permasalahan yang dihadapi dalam
mengemban tugas Pengawas SMK Provinsi Kalimantan

20
Selatan adalah terkait infrastruktur dan lokasi tempuh
sekolah binaan. Wilayah Kota Banjarmasin dibangun
pada wilayah rawa-rawa sehingga memerlukan biaya
besar untuk pembangunan jalan. Oleh karena itu
umumnya lebar jalan relatif kurang. Pertumbuhan
jumlah penduduk berdampak pada kondisi lalu lintas
yang semakin padat dan seringkali menyebabkan
kemacetan. Hal ini juga memberi dampak bertambahnya
waktu tempuh menuju sekolah binaan sehingga secara
otomatis mengurangi waktu kunjungan.
Untuk mengatasi kedua permasalahan dalam
melakukan supervisi manajerial dan akademik, Pengawas
SMK harus kreatif dan inovatif sebagaimana tuntutan
kompetensi kepribadian seorang pengawas. Salah satu
strategi yang dapat ditempuh adalah dengan
menggunakan program Cloud Computing. Program ini
merupakan program yang berisikan teknologi
pemanfaatan layanan internet menggunakan pusat server
yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan data
dan aplikasi (Akhmad Syaikhu, 2010). Salah satu bentuk
cloud computing adalah penyimpanan data dan dokumen
elektronik secara online. Manfaat dari program ini secara
umum adalah pengguna terdaftar dapat menyimpan data
dan dokumen elektronik secara online dan membagi
pakai dokumen tersebut kepada pihak terkait. Para pihak
yang memperoleh hak akses dapat mengakses dokumen
tersebut menggunakan perangkat dari mana saja dan
kapan saja selama ditempat tersebut tersedia layanan
internet. Hal ini dapat pula diterapkan terhadap
dokumen supervisi akademik dan manajerial pada
sekolah binaan. Untuk mengatasi permasalahan jumlah
dokumen yang banyak dan jarak tempuh antar sekolah
binaan program cloud computing dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Mendapatkan domain dan hosting
2. Menginstal aplikasi cloud computing (owncloud)
3. Menetapkan setelan dasar aplikasi owncloud
4. Menetapkan pengguna dan folder penyimpanan
dokumen

21
5. Menggunakan fasilitas cloud computing

Implementasi Cloud Computing untuk SMK Binaan di


Kota Banjarmasin
1. Mendapatkan domain dan hosting
Nama domain (domain name) adalah nama unik
yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server
yang menyimpan dokumen. Nama domain digunakan
untuk memudahkan pengguna pada saat melakukan
akses ke komputer server. Nama domain kadang-
kadang disebut URL, atau alamat website. Khusus
domain Indonesia terdapat 9 (sembilan) jenis domain
antara lain ac.id; sch.id; .ponpes.id; .id; dan lain
sebagainya. Selanjutnya prosedur untuk mendapatkan
nama domain adalah:
a. Mengakses website perusahaan jasa hosting
b. Memasukkan nama domain untuk memeriksa
ketersediaan seperti pada gambar 1 dan hasil
pengecekan pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 1 Pengecekan ketersediaan domain

Gambar 2 Hasil pengecekan ketersediaan domain

c. Jika pemesanan domain sekaligus dengan hosting,


klik tombol hijau seperti pada Gambar 3. Kapasitas
dipilih dari menu seperti pada gambar 4.

22
Selanjutnya tentukan data identitas pemesan
dengan memilih menu seperti Gambar 5. Gambar
6 menunjukkan rekap pemesanan domain dan
hosting.

Gambar 3 Pemilihan pemesanan

Gambar 4 Pemilihan kapasitas hosting

Gambar 5 Pilihan data dasar pemesanan domain

Gambar 6 Ringkasan pemesanan domain

23
Setelah melakukan pemesanan nama domain,
paket hosting dan menyatakan persetujuan dengan
mengklik kotak kecil dan chekout. Selanjutnya
pemesan akan dikirimi tagihan pembayaran jasa yang
dipesan untuk dibayar dan dikonfirmasikan
pembayarannya. Setelah segala sesuatunya
diselesaikan pemesan mendapatkan username dan
password domain tersebut yang dikirim via email.

2. Menginstal aplikasi cloud computing (ownCloud)


a. Login ke cPANEL menggunakan username dan
password yang diberikan
b. Klik pada Softaculous
c. Pada bilah sebelah kiri cari dan pilih File
Management
d. Pilih ownCloud sehingga tampak tampilan seperti
gambar 7 di bawah:

Gambar 7 Dialog Instalasi ownCloud

e. Klik Install Now hingga muncul dialog opsi


instalasi seperti gambar 8 berikut

Gambar 8 Pengisian setelan instalasi aplikasi cloud

24
3. Menetapkan setelan dasar aplikasi ownCloud
Gambar 9 di bawah ini mengilustrasikan alur
dasar pengaturan dokumen supervisi. Dokumen
supervisi dibedakan menurut pembagian tugas di
sekolah binaan. Dalam prakteknya pembagian
dokumen dibedakan menjadi dokumen kurikulum,
kesiswaan, sarana prasarana, humas dan tata usaha
sebagai unsur administrasi sekolah.
Setiap sekolah binaan ditetapkan sebagai satu grup
pengguna. Grup ini memiliki 6 (enam) akun, yaitu
akun kepala sekolah, akun wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, akun wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, akun wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana, akun wakil kepala sekolah bidang humas
dan akun kepala administrasi sekolah.

Gambar 9 Alur Dasar Pengelolaan Dokumen

Akun kepala sekolah berperan sebagai admin


grup yang memiliki hak mengatur grup sekolah yang
bersangkutan. Akun kepala sekolah mengelola folder
utama sekolah yang di dalamnya berisi folder
kurikulum, folder kesiswaan, folder sarana-prasarana,
folder humas dan folder administrasi sekolah. Sub
folder dalam folder sekolah menjadi tanggung jawab
masing-masing akun wakil kepala sekolah dan akun
tenaga administrasi sekolah. Penempatan sub folder

25
dalam folder sekolah merupakan implementasi
hirarki tanggungjawab sesuai struktur organisasi
sekolah. Folder sekolah selanjutnya dibagikan kepada
akun pengawas pembina. Dengan demikian akun
pengawas memiliki akses terhadap semua akun
sekolah termasuk akses terhadap sub folder dalam
akun sekolah. Ilustrasi struktur akun dan akses dapat
dilihat pada gambar 10 di bawah ini:

Gambar 10 Struktur Akun dan akses sistem cloud

4. Menetapkan grup pengguna dan folder


penyimpanan dokumen
Langkah penyetelan aplikasi selanjutnya adalah
pembuatan pembuatan grup pengguna masing-
masing sekolah binaan, akun pengguna, folder tiap
akun pengguna, setelan akses dan sharing sesuai
desain alur dokumen dan struktur akun.
a. Membuat Grup Pengguna Tiap Sekolah Binaan,
yang harus membuat langkah-langkah:

26
1) Lakukan login sebagai administrator dengan
username dan password yang sudah
didaftarkan pada aplikasi, yang terdapat pada
layar bagian atas kanan.
2) Klik pada ikon segitiga di sebelah kanan foto
admin hingga tampak pilihan setting users
yang diperlukan.
3) Klik pada Users hingga tampak layar
pengelolaan Users seperti gambar 13 di bawah.
Gambar mengilustrasikan proses pembuatan
grup sekolah binaan bernama SMK
PUTRAUTAMA diakhiri penekanan tanda +
(plus). Lakukan langkah ini untuk membuat
semua grup sekolah binaan.

Gambar 1 Proses membuat grup sekolah binaan

b. Membuat Akun Pengguna


Penambahan pengguna dilakukan dengan cara
yang ditunjukkan pada gambar 14 di bawah dengan
langkah-langkah:
a. Ketik nama pengguna (username)
b. Ketik email pengguna
c. Klik pada Groups, contreng pada grup yang
diikuti
d. Klik Create

27
Gambar 12 menunjukkan proses penambahan
penguna dengan username juri5 dan email
juri5@putra.id. Proses penambahan pengguna
diteruskan dengan menentukan grup yang dikuti
dan diakhiri penekanan tombol Create.

Gambar 11 Proses Penambahan Pengguna

c. Membuatfolder pengguna
Folder pengguna diberi nama sesuai bidang tugas
akun yang bersangkutan yaitu Kurikulum,
Kesiswaan, Sarana Prasarana, Humas dan
Administrasi Sekolah. Folder akun kepala sekolah
diberi nama SMK yang bersangkutan. Langkah-
langkah membuat folder sesuai akun adalah:
1) Login dengan username dan password akun
wakil kepala sekolah
2) Klik ikon + (tanda plus) yang berada di tengah
atas hingga tampak seperti gambar 13 berikut
ini:

Gambar 12 Proses pembuatan folder

28
3) Klik Ikon Folder dan ketikkan nama folder
sesuai bidang tugas akun, tekan Enter

d. Menetapkan Tujuan Share Folder


Folder (Kurikulum) yang dibuat pada langkah di
atas harus dishare kepada kepala sekolah SMK
yang bersangkutan. Gambar 14 di bawah ini
menunjukkan langkah membagikan folder
Kurikulum kepada akun KS SMK YPT Bjm.
Langkah-langkah membagikan folder Kurikulum
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pilih pada folder Kurikulum, klik ikon share
sesaat kemudian kolom sebelah kanan muncul
2) Ketik nama akun yang dituju (KS SMK YPT
Bjm)
3) Klik akun KS SMK YPT Bjm di bawah ketikan
pencarian tadi.
4) Folder Kurikulum berhasil dibagikan kepada
akun kepala sekolah.

Gambar 13 Penetapan sharing folder

Hal yang serupa dilakukan pada akun kesiswaan,


sarana prasarana, humas dan administrasi sekolah satu
per satu dan membagikannya pada akun kepala
sekolah.

Tahapan-tahapan Membuat Grup Sekolah Binaan,


Membuat Akun Pengguna, Membuat folder pengguna

29
dan Menetapkan Tujuan Share Folder diulangi pada
seluruh sekolah binaan. Sebagai bagian akhir
penyetelan, semua folder akun Kepala Sekolah dari
semua Sekolah Binaan di share kepada akun Pengawas
Sekolah. Dengan langkah-langkah tersebut semua
folder wakil kepala sekolah dan administrasi sekolah
dapat diakses oleh kepala sekolah yang bersangkutan.
Oleh karena semua akun kepala sekolah dishare
kepada pengawas sekolah maka otomatis pengawas
sekolah dapat ikut mengakses dokumen-dokumen
pelaksanaan program sekolah.

5. Menggunakan Fasilitas Cloud Computing Hasil


Instalasi
Setelah menerapkan cloud computing
menggunakan aplikasi owncloud yang diinstal pada
alamat website
http://supaksuman.putrautama.id/ocsmk/ dan penulis
beri nama “AWANKITA” ketersediaan dokumen
supervisi akademik maupun manajerial dapat di atasi.
Pengawas pembina kemudian dapat mengunduh file-
file dari SMK binaan melalui akun Pengawas Sekolah.
Hasil-hasil kesiapan dokumen dapat dilihat pada
gambar tangkapan layar (screenshoot) seperti
ditunjukkan di bawah. Gambar 17 mengilustrasikan
cuplikan halaman akun pengawas yang memiliki
folder-folder yang di share setiap kepala sekolah.

Gambar 14 Halaman Akun Pengawas

30
Gambar 16 menunjukkan cuplikan isi folder setiap
sekolah binaan yang berisi sub folder kurikulum,
kesiswaan.

Gambar 15 Isi folder sharing sekolah binaan dalam akun pengawas

Gambar 17 memperlihatkan isi folder sharing SMKN2


Banjarmasin khusus subfolder kurikulum yang berisi
dokumen KTSP dan subfolder RPP guru. Pada gambar 18
ditunjukkan isi folder guru yang berisi perangkat
pembelajaran guru yang bersangkutan.

Gambar 16 Isi folder sharing SMKN2 Banjarmasin

31
Gambar 17 Dokumen RPP guru a.n. Daryani dalam folder sharing SMKN
2 Banjarmasin

Manfaat Cloud Computing untuk SMK Binaan di Kota


Banjarmasin
Penerapan cloud computing yang sudah dilakukan
di SMK Binaan penulis di wilayah Kota Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Selatan telah memberikan banyak
manfaat baik untuk pengawas SMK itu sendiri maupun
pihak SMK. Manfaat untuk pengawas SMK:
1. Meningkatkan ketersediaan dokumen sasaran
pengawasan baik pada ranah supervisi akademik
maupun manajerial. Dokumen-dokumen ini dapat
diakses kapan saja dan dari mana saja dengan
peralatan desktop maupun dengan gadget
(handphone).
2. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan khususnya sasaran pengawasan yang
dapat dilaksanakan melalui metode studi dokumen.
Aktifitas telaah dokumen dapat dilaksanakan sebelum
kunjungan dilakukan sehingga waktu yang terbatas
cukup digunakan untuk konfirmasi, verifikasi dan
diskusi hal-hal yang diperlukan.
3. Memberi contoh penerapan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menunjang pelaksanaan tugas
manajerial. Prinsip kerja penerapan cloud computing
ini sangat relefan diterapkan di internal SMK sebagai

32
bagian penerapan sistem penjaminan mutu
pendidikan.
Manfaat untuk SMK:
1. Memiliki media penyimpanan dokumen digital yang
tersusun mengikuti hirarki/struktur organisasi sesuai
tugas pokok dan fungsinya
2. Kepala sekolah memiliki media kontrol dan
pengawasan pelaksanaan tugas-tugas yang sudah
dibagikan sebelumnya yang dapat diakses kapan saja
dan dari mana saja.
3. Sekolah mendapatkan layanan pengawasan yang
lebih optimal sehingga fungsi pengawasan
memberikan kontribusi pada kemajuan SMK.
Berdasarkan hasil-hasil yang diuraikan di muka
penulis merekomendasikan rekan sejawat untuk
menerapkan cloud computing agar dapat meningkatkan
layanan supervisi akademik dan manajerial kepada
sekolah binaan. Hal ini dapat dilakukan secara mandiri
maupun berkelompok bersama rekan sejawat baik dalam
satu wilayah terbatas namun juga tidak tertutup
kemungkinan pada lingkup wilayah yang lebih luas.
Selain itu, penulis juga merekomendasikan rekan kepala
sekolah menerapkan fungsi supervisinya menggunakan
aplikasi owncloud dengan setelan yang disesuaikan
struktur organisasi sekolah. Hal serupa dapat diterapkan
pada institusi seperti pada bidang pembinaan SMK,
maupun unit kegiatan lain yang memerlukan
pemantauan, pembinaan program yang sering
terkendala jarak, keterbatasan waktu maupun kuantitas
dokumen.

33
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,Panduan Kerja
Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan
Menengah,Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, 2017.

Syaikhu Akhmad HS (2016) Komputasi Awan (Cloud


Computing) Perpustakaan Pertanian. Jurnal
Pustakawan Indonesia, Vol. 10 No. 1, pp.1).

34
TENTANGPENULIS:
Drs. Endarta, M. Eng. dilahirkandi
Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta p a d a tanggal24
Agustus 1961.Menyelesaikan
pendidikan jenjang Sarjana (S1) pada
Program Studi PendidikanTeknik
Elektronika, Fakultas Pendidikan
Teknologidan Keguruan di Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta
sekarang Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY)tamattahun 1986. Menyelesaikanstudi Pasca
Sarjana (S2) di Sekolah PascaSarjana Universitas Gajah
Mada pada Fakultas Teknik Mesin Magister Sistem
Teknik (MST) Konsentrasi Teknik Industri Kecil dan
Menengahpadatahun2008. Penulis secara konsisten
memberikan sharing dan diskusi sekitar pendidikan
melalui blog http://duniapendidikan.putrautama.ide-
mail: endarta.am@gmail.com HP. 082158314012

35
SILABI: STRATEGI MEWUJUDKAN
SMK KITTA
Pangarso Yuliatmoko
Pengawas SMK Provinsi Jawa Tengah
pyatmoko@gmail.com

SMK Menyosong Revolusi Industri 4.0


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah
menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja dalam bidangnya masing-masing. SMK
dibangun dengan tujuan untuk membentuk tenaga kerja
yang terampil dan kompetitif. Peserta didik lulusan SMK
sudah siap bekerja sesuai bidangnya atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Keberhasilan
sekolah merupakan ukuran mikro yang didasarkan pada
tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan itu
dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan
lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah. Atas
dasar keberhasilan sekolah kemudian dikenal sekolah
unggul dan sekolah biasa-biasa yang mengacu pada
sejauh mana suatu sekolah dapat mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang telah ditetapkan.
Pembentukan SMK yang memiliki karakter,
inovasi teknologi, terampil dan andal sesuai dengan
program nawa cita dalam poin delapan. Sekolah
diharuskan dapat melaksanakan perencanaan,
melakukan kegiatan, dan penilaian/evaluasi terhadap
tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya
memuat nilai-nilai karakter peserta didik secara
terintegrasi (terpadu). Pengertian terpadu
menitikberatkan kepada pembinaan nilai-nilai karakter
pada tiap komponen pendidikan sesuai dengan ciri
khusus sekolah masing-masing. Sekolah dapat

36
melaksanakan pendidikan karakter yang terintegrasi
dengan sistem pengelolaan manajemen sekolah itu
sendiri. Artinya, sekolah dapat merencanakan
pendidikan (program maupun kegiatan) yang
menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan
program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan
pengendalian mutu sekolah berbasis berkarakter.
Sasaran akhir pendidikan karakter adalah
keberlangsungan proses transformasi sosial dalam
masyarakat menjadi lebih baik, lebih manusiawi dan
lebih adil. Sasaran dapat tercapai dengan baik apabila
proses pendidikan karakter diimplementasikan secara
utuh dan menyeluruh dengan memperhatikan
pertumbuhan individu dengan segala dimensinya
(individual, moral, dan sosial).
Berbagai hal yang terkait dengan nilai-
nilai/karakter yang dapat diimplementasikan dalam
aktivitas manajemen sekolah. Penyusunan Rencana Kerja
Sekolah (RKS) jangka menengah, Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) Tahunan. Pengelolaan sekolah
terkait SDM, peserta didik, tata tertib dan tata krama
sekolah, peraturan sekolah. sarana dan prasarana,
keuangan, perpustakaan, dan pengelolaan lainnya juga
harus dikaitkan dengan nilai-nilai/karakter.
Efektivitas, efisiensi, dan produktivitas merupakan
tiga ciri manajemen yang baik. Efektivitas berkaitan
dengan hasil-hasil yang dicapai dalam pemenuhan SNP
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Efisiensi
berkaitan jika program dan kegiatan yang dijalankan
sekolah memenuhi SNP sesuai tujuan dengan biaya yang
tersedia. Sedangkan produktivitas tercapai apabila
pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan
SNP hasilnya secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai
dengan tujuan. Artinya, kepala sekolah, tenaga pendidik,
tata usaha sekolah, dan peserta didik masing-masing
dapat melakukan aktivitas sesuai tugas masing-masing
secara maksimal dengan biaya yang rasional. Adapun
dari sisi masing-masing pribadi komunitas sekolah dapat
menginternalisasikan dan mempribadikan nilai-

37
nilai/karakter moral dan kerja kepada peserta didik.
Sekolah kejuruan sebagai institusi pendidikan
vokasi berbasis keterampilan memiliki tanggungjawab
besar dalam menyiapkan tenaga kerja berdaya saing
untuk menghadapi zaman kemajuan teknologi. Dengan
demikian, sekolah kejuruan dituntut untuk
bertransformasi menyesuaikan kemajuan teknologi.SMK
harusnya berfokus pada substansial pendidikan yakni
menghasilkan lulusan terampil dan andal yaitu lulusan
yang menguasai kompetensi pengetahuan serta
keterampilan dalam bidangnya. Maka untuk itu, aktivitas
sekolah kejuruan dalam pembelajaran dan manajemen
sekolah yang berkategori pekerjaan rutin dan harian
perlu melakukan penyesuaian dengan pergeseran
paradigma sebagai dampak perkembangan zaman.
Dengan demikian, beban aktivitas sekolah tidak
terbebankan dengan pekerjaan rutin dan harian,
sehingga sekolah dapat berfokus meningkatkan perihal
pokok pendidikan secara substansial. Hal ini secara tidak
langsung menjadikan konsep SMK sebagai sekolah
kejuruan untuk menjawab tantangan kemajuan
teknologi. SMK harus bisa menjadi lembaga pendidikan
SMK yang profesional, inovatif, dan terampil dengan
memanfaatkan teknologi pada zaman revolusi 4.0 untuk
efisiensi dan efektifitas layanan pendidikan.
Dari beberapa referensi hasil penelitian di dunia
diperoleh pentingnya penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dalam pengelolaan sekolah. Dalam
bukunya Rusdiana (2014) mengemukakan bahwa Inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru
ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Menurut Tilaar (2010), manusia dengan kualitas
tinggi adalah manusia yang bisa berkompetisi di dalam
arti yang baik. Sikap kompetitif yang memproduksi

38
karya yang berkualitas juga tergantung pada individu-
individu yang inovatif. Pendidikan sekarang mengarah
pada pendidikan yang memunculkan atau
mengembangkan sikap pembaharu.
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan,
mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai
politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan
kembali bagaimana perubahan tersebut
mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial.
Sekolah perlu memahami bagaimana harus berinteraksi
dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan
lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia
pendidikan adalah hadirnya Teknologi, Informasi dan
Komunikasi (TIK).
Sekolah digital merupakan program yang
mencanangkan kegiatan kolaborasi antar sekolah
(ulangan bersama) dengan penggunaan fasilitas TIK serta
peningkatan kompetensi pembuatan bahan ajar berbasis
digital. Kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar berbasis digital menjadi sesuatu
kebutuhan pendidik dan peserta didik. Berkembangnya
perangkat teknologi informasi dan konten aplikasi yang
mendukung pembelajaran dengan pola integrasi sosial
mengubah cara mengajar pendidik.
Dengan Program Sekolah Digital diharapkan
pendidik dan peserta didik (generasi millenial) dapat
menggunakan teknologi terkini untuk mendukung
proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Namun demikian fakta
yang terjadi banyak guru yang tidak menguasai teknologi
informasi dan komunikasi, khususnya penguasaan e-
learning dalam pembelajaran.
Permasalahan yang ada di satuan pendidikan
sekarang adalah bagaimana caranya memperbaiki
manajemen sekolah, mutu pembelajaran peserta didik,
dan meningkatkan mutu pendidik dengan menyesuaikan
perkembangan zaman. Permasalahan ini berakibat pada
mutu lulusan sekolah utamanya SMK dalam mencetak
tenaga kerja yang kompeten. Tantangan dunia kerja bagi

39
lulusan SMK sangat berat, diperlukan kompetensi yang
mumpuni bagi mereka supaya dapat bertahan dalam
kompetisi global. Ini bergantung pada peran sekolah
dalam mengatur pengelolaan sekolah dari tahap
merencanakan, melaksanakan sampai dengan evaluasi
program.
Hasil dari pengamatan diperoleh data untuk7
sekolah binaan yaitu SMK Negeri 9 Surakarta, SMK
Muhammadiyah 2 Surakarta, SMK PGRI 2 Surakarta,
SMK Santo Paulus Surakarta, SMK Tekno-SA Surakarta,
SMK Kristen Margoyudan Surakarta dan SMK Kesehatan
Mandala Bhakti Surakarta, belum ada yang mencapai
Standar Nasional Pendidikan dengan syarat nilai 6,67 – 7,
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Rapor Mutu Sekolah Binaan 2016


No. SNP S. 1 S. 2 S. 3 S. 4 S.5 S.6 S.7
1 SKL 5,83 0,48 5,17 5,66 0,52 5,05 0,09
2 S. Isi 5,69 0,58 3,90 5,77 0,46 4,96 0,59
3 S. Proses 5,6 0,16 5,27 5,86 0,16 5,58 0,16
4 S. Penilaian 5,3 3,45 4,16 4,57 4,63 5,21 2,23
5 S. PTK 4,5 5,47 4,20 4,55 4,02 4,54 5,22
6 S. Sarpras 4,96 0 3,84 5,14 1,41 2,79 0,01
7 S. Pengelolaan 5,79 0,77 3,99 4,63 0,77 4,68 0,77
8 S. Biaya 4,95 - 3,75 4,04 - 3,59 -
Rata-rata 5,33 1,56 4,29 5,03 1,71 4,55 1,30
Kategori SNP4 SNP1 SNP3 SNP3 SNP1 SNP3 SNP1

Pada tahun 2018, penulis mendapat tambahan 2


(dua) sekolah binaan yaitu SMK Assalaam Sukoharjo
dengan capaian rapor mutu 4,42 (SNP3) dan SMK Pertiwi
Kartasura dengan capaian rapor mutu 5,36 (SNP 4).
Dari hasil menggali informasi dengan warga
sekolah (kepala sekolah dan pendidik) terkait pengelolaan
sekolah, ternyata belum ada sinergi yang baik antara
pengawas sebelumnya dengan sekolah binaannya.
Pimpinan sekolah dalam penyelesaian permasalahan
yang dihadapinya belum memerankan secara optimal
peran pengawas sebagai mitra dalam berdiskusi untuk
mencari pemecahan masalah praktis dari problematika
satuan pendidikan. Sekolah hanya melaksanakan
kegiatan rutin keseharian, belum menyentuh
pengembangan sekolah dan pencarian solusi pemecahan

40
permasalahan. Kurangnya inovasi sekolah ini
menyebabkan daya saing sekolah sangat rendah sehingga
minat calon peserta didik sekolah di SMK tersebut sangat
kurang. Kemajuan teknologi belum dimanfaatkan secara
optimal dalam mendukung proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik
masih menggunakan metode ceramah sebagai satu-
satunya cara menyampaikan materi pembelajaran.
Kondisi ini mengakibatkan peserta didik merasa kurang
tertarik mengikuti pembelajaran di kelas.Penilaian
pendidikan yang dilaksanakan sekolah sebelumnya
masih berbasis kertas untuk semua mata pelajaran.
Sehingga biaya yang dikeluarkan sekolah cukup besar,
waktu untuk persiapan cukup lama dan tenaga yang
dibutuhkan cukup besar. Dibutuhkan kemampuan IT
yang baik bagi pendidik untuk dapat berinovasi dalam
pembelajaran, untuk itu perlu diadakan pelatihan bagi
pendidik.
Untuk mewujudkan sekolah yang berkarakter,
inovasi teknologi, terampil dan andal dilakukan dengan
strategi membangun sinergitas dengan warga sekolah,
mengadakan pelatihan ke sekolah dengan
pembimbingan secara berkelanjutan untuk meraih
tujuan sekolah. Strategi ini dilakukan dengan tahapan
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Sekolah yang baik
tidak hanya mampu menjalankan kegiatan rutin
operasional saja, tetapi hendaknya juga dapat
melaksanakan pengembangan dan memecahkan masalah
yang dihadapinya. Kemajuan teknologi semakin
mengacam keberadaan sumber daya manusia dalam
tuntutan kerja. Sehingga sekolah perlu menyiapkan
peserta didik yang bisa berpikir kritis, mempunyai jiwa
pembaharu, bisa bekerja sama dan juga mempunyai
kemampuan komunikasi yang bagus. Namun juga tidak
meninggalkan karakter dan etos kerja yang tinggi.

Strategi SILABI
Permasalahan utama yang dihadapi SMK di zaman
milenium ini adalah bagaimana SMK dapat

41
bertransformasi menjadi sekolah yang melek teknologi.
Iptek berkembang dengan pesat pada era digital saat ini.
Dunia pendidikan dituntut untuk dapat beradaptasi
dengan perkembangan teknologi. Pengawas sekolah
diharapkan mampu memberikan bantuan ke sekolah
dengan melaksanakan berbagai strategi dengan
melibatkan peran warga sekolah.
Strategi SILABI merupakan strategi pemecahan
masalah yang dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut. (1) Melakukan sinergi antara pengawas,
kepala sekolah dan pendidik duduk bersama untuk
merencanakan program peningkatan mutu pembelajaran
yang ada di sekolah. Sekolah mendata kemungkinan
inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat dilaksanakan
dengan memanfaatkan teknologi yang sedang
berkembang. (2) Pelatihan diadakan bagi kepala sekolah
dan pendidik difokuskan pada peningkatan mutu
pembelajaran, sehingga dipilih pelatihan pemanfaatan
office 365 dalam pembelajaran. (3) Pembimbingan
ditujukan untuk membantu kepala sekolah dan pendidik
untuk mewujudkan inovasi yang telah di gagas dengan
mengimplementasikan hasil pelatihan yang telah
diberikan. Pengawas memberikan pantauan secara rutin
untuk mengawal proses yang dikerjakan sekolah agar
terus berkelanjutan dengan mengembangkan layanan
pendidikan yang inovatif. Pemberdayaan kepala sekolah
dan pendidik untuk bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugas guna mencapai hasil yang maksimal.

Membangun Sinergi
Sekolah yang efektif memilki budaya yang kuat
dengan karakteristik salah satunya adalah nilai-nilai
bersama dan konsensus tentang “cara menyelesaikan
masalah di sekeliling kita”. Selain kebersamaan antar
warga sekolah perlu dibangun pula kebersamaan antara
pengawas dan sekolah binaannya, sesuai dengan tugas
kepengawasan.
Pimpinan sekolah dalam penyelesaian
permasalahan yang dihadapinya perlu memerankan

42
secara optimal peran pengawas sebagai mitra dalam
berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah praktis
dari problematika satuan pendidikan. Sinergitas antara
warga sekolah adalah penentu keberhasilan dalam
mencapai tujuan sekolah. Hubungan yang tercipta antara
pimpinan sekolah dan para pendidik adalah bersifat
kolegial, serta masing-masing sadar dengan posisinya.
Seorang pimpinan di sekolah seharusnya dapat
menggerakan semua tenaga pengajar dan pegawai
sekolah dengan baik dan tepat, hal ini akan mendorong
dan menciptakan suasana sekolah yang hidup dan
dinamis.
Dalam mengidentifikasi masalah tenaga pendidik,
pengawas sekolah melaksanakan wawancara dengan
tenaga pendidik terkait kebutuhan tenaga pendidik
dalam meningkatkan kualitasnya. Setelah
mengidentifikasi kondisi awal sekolah binaan, pengawas
sekolah bersama kepala sekolah didampingi beberapa
tenaga pendidik berkumpul untuk mendiskusikan
rencana aksi untuk menaikan capaian kerja satuan
pendidikan. Di tahap ini mulai dibangun sinergisitas
antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan tenaga
pendidik untuk merencanakan inovasi-inovasi yang akan
dilakukan oleh sekolah.

Gambar 1. Rapat Koordinasi Dengan Sekolah Binaan

43
Pelatihan bagi Sekolah Binaan
Pelatihan merupakan pengamalan belajar yang
sengaja dirancang agar dapat membantu peserta dalam
menguasai kompetensi yang tidak dimiliki sebelumnya.
Pelatihan pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk meningkatkan kinerja.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan guru
terhadap TIK, maka dilakukan pelatihan pemanfaatan
office 365 kepada guru di sekolah binaan. Metode yang
digunakan untuk pelatihan ini dengan tatap muka dan
kursus online. Tatap muka dilaksanakan selama 2 (dua)
hari dan penugasan selama 7 (tujuh) hari. Microsoft
Office 365 adalah aplikasi Microsoft yang diciptakan satu
paket program lengkap. Fitur – fitunya adalah Outlook,
OneDrive, Word, Excel, Power Point, OneNote, Share Point,
Teams, Class Notebook, Sway dan Form. Program paket
lengkap ini memberikan kemudahan para pengguna
dalam mengakses informasi dimanapun dan kapanpun
secara fleksibel.
Pelatihan bagi guru dan kepala sekolah binaan
terbagi dalam 6 tahap pelatihan sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati bersama. Dari sebanyak 310 guru
binaan, yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 267
guru sisanya 33 guru belum bisa mengikuti pelatihan
dengan berbagai alasan. Dari seluruh peserta yang hadir
semuanya menyelesaikan pelatihan sesuai jadwal.
Pendidik yang belum bisa mengikuti pelatihan menjadi
kewajiban kepala sekolah untuk bisa menularkan ilmu
hasil pelatihan kepada mereka. Sehingga pada akhirnya
semua pendidik bisa mendapatkan pelatihan.

44
Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan bagi Sekolah Binaan

Microsoft Office 365 menawarkan beberapa


keunggulan program yang akan membuat kinerja office
semakin maksimal. Apalagi aplikasi microsoft ini
didukung dengan layanan cloud yang memungkinkan
pengguna dapat bekerja kapanpun dan dimanapun.
Dengan demikian tidak perlu lagi menginstal sejumlah
hardware dan software untuk memaksimalkan pekerjaan,
karena kehadiran Microsoft office 365 sudah sangat
meringankan segala kebutuhan penggunanya dalam
bekerja baik berupa hardware dan software, cukup
menggunakan browser. Program aplikasi ini sangat
menunjang untuk proses pembelajaran di abad 21.
Dengan mengedepankan real time dan kelas virtual,
proses belajar mengajar dapat dilakukan kapan saja, di
mana saja.
Materi pelatihan yang dapat digunakan langsung
oleh guru untuk pembelajaran digital adalah Sway dan
Form. Sway adalah aplikasi baru dari Microsoftt Office yang
memudahkan pengguna membuat dan berbagi laporan,
kisah pribadi, dan presentasi yang interaktif, serta masih
banyak hal lain yang dapat dikerjakan dengan Sway.
Dengan Swaypengguna dapat menambahkan gambar,
suara dan video dengan sangat mudah dan ringan, karena
tersimpan dalam cloud.Pengguna tidak perlu memiliki
pengetahuan tentang programming. Aplikasi ini

45
memudahkan pengguna memasukkan konten dari
sebuah aplikasi yang digunakan seperti OneDrive atau
facebook lalu menciptakan presentasi kaya media dari
konten tersebut. Tujuan Sway adalah memberikan jalan
pada pengguna biasa untuk menciptakan konten
daringyang berfungsi di layar berbagai ukuran.
Dengan Microsoft Form dapat membuat formulir,
survei, kuis dan poling serta melihat hasilnya dengan
mudah. Orang lain dapat memberikan tanggapan dengan
menggunakan browser web apapun, bahkan dari
perangkat seluler. Saat hasil dikirim dapat berupa analitik
bawaan untuk mengevaluasi tanggapan, dan apabila
menginginkan data tanggapan yang lebih mendetail
dapat mengeksportnya ke format Microsoft Excel.
Microsoft Form dapat digunakan untuk menilai kemajuan
peserta didik dan mendapatkan umpan balik secara cepat
melalui penggunaan kuis yang dibuat dan diteruskan
kepada peserta didik. Pertanyaan dalam kuis tersebut
dapat berupa pilihan ganda, jawaban singkat dan uraian.
Selain dimanfaatkan untuk pembelajaran, microsoft
office 365 juga dapat digunakan dalam kegiatan
pengelolaan sekolah, seperti pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Cakupan materi yang
diberikan sewaktu pelatihan kepada guru binaan adalah
sebagai berikut.

Tabel 2. Cakupan Materi Pelatihan


Materi Cakupan
Literasi Digital  Internet dan World Wide Web
 Aplikasi Produktivitas
 Pengamanan Komputer dan Privasi
 Gaya Hidup Digital
Pengenalan Office 365  Mengenal aplikasi pembelajaran berbasis Cloud
 Memahami cara menyimpan file, berkolaborasi, dan berkomunikasi
melalui Office 365
Windows 10  Mengenal 10 (sepuluh) keistimewaan Windows 10 di ruang kelas
 Memaksimalkan fitur-fitur Windows 10 dalam pembelajaran
OneNote Classnotebook  Mengelola seluruh materi pembelajaran dalam sebuah digital notebook
 Mengkombinasikan tulisan tangan, teks, konten web, audio, video, dan
berbagai tipe file dalam sebuah catatan digital
 Menyiapkan pembelajaran dan tugas melalui berbagai perangkat
 Mengurangi penggunaan kertas dan mengurangi waktu menilai pekerjaan
peserta didik
 Membuat laporan bagi administrator dan orang tua
 Menyediakan umpan balik real time di halaman pribadi peserta didik
 Berkolaborasi bersama dengan peserta didik/rekan kerja dalam sebuah
digital notebook

46
Materi Cakupan
Microsoft Educator  Mengenal portal guru-guru inovatif Microsoft education.microsoft.com
Community  Memanfaatkan portal guru-guru inovatif untuk mengakses berbagai kursus
online pemanfaatan teknologi Microsoft dalam pembelajaran

Pembimbingan Pada Sekolah Binaan


Tugas pokok pengawas sekolah adalah membina
dan mengawasi sekolah beserta aktivitasnya, agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik. Kegiatan pengawasan
oleh pengawas sekolah bisa disebut sebagai kegiatan
pendampingan atau asistensi kepada sekolah binaan. Jadi
semua yang ikut serta dalam kegiatan pembelajaran
perlu mematok dan memegang komitmen sebagai modal
untuk mengawali pengelolaan manajemen pendidikan
yang unggul.
Pembimbingan ditujukan untuk membantu kepala
sekolah dan pendidik untuk mewujudkan inovasi yang
telah di gagas dengan mengimplementasikan hasil
pelatihan yang telah diberikan. Pengawas memberikan
pantauan secara rutin untuk mengawal proses yang
dikerjakan sekolah agar terus mengembangkan layanan
pendidikan yang inovatif. Pengawas berusaha
memberdayakan kepala sekolah dan pendidik untuk
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Setelah diadakan pelatihan bagi sekolah, pengawas
melaksanakan bimbingan dengan harapan sekolah dapat
bekerja secara intensif dan berkesinambungan. Peserta
pelatihan harus bisa mengimplementasikan hasil
pelatihan dalam rangka melaksanakan pembaharuan
yang diprogramkan. Kegiatan pembimbingan
dilaksanakan oleh pengawas dengan melakukan
bimbingan pendalaman ulang materi pelatihan. Peserta
dituntut dapat menghasilkan instrumen soal tes online,
bahan presentasi online, angket online dan sebagainya
yang digunakan dalam pembelajaran. Secara terjadwal
pengawas berkeliling ke sekolah untuk melaksanakan
kegiatan ersebut. Selain itu pengawas juga melakukan
pembimbingan secara online, apabila tidak bisa hadir ke
sekolah.

47
Gambar 3. Kegiatan Bimbingan ke Sekolah

Mewujudkan SMK KITTA


Setelah diterapkan strategi SILABI (sinergi, latihan
dan bimbingan) terhadap kepala sekolah dan pendidik
pada sekolah binaan didapatkan hasil sebagai berikut.
Pembentukan peserta didik yang berkarakter, dengan
memanfaatkan aplikasi form sekolah menerapkan
pemantau pelanggaran dan presensi peserta didik secara
online berbasis android. Setelah peserta didik datang pagi
hari dan melakukan presensi, sekolah dengan cepat dapat
mengetahui kondisi kehadiran peserta didik. Setiap hari
sekolah memberikan laporan kehadiran peserta didik ke
orang tua. Langkah ini dapat mengurangi tingkat
keterlambatan dan banyaknya peserta didik membolos
sekolah. Pemantauan pelanggaran secara online juga
mempercepat proses penanganan peserta didik yang
melanggar aturan tata tertib sekolah, selain itu juga
mengajak seluruh warga sekolah untuk peduli terhadap
pembentukan karakter peserta didik. Dari tanggapan
orang tua/wali program ini sangat didukung karena
memberikan kecepatan informasi layanan pendidikan
kepada orang tua terkait dengan putra-putri mereka.
Pelaksanaan pembelajaran online memberi dampak
positif bagi proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
pendidik dan peserta didik, dari hasil angket respons
peserta didik di SMK Mandala Bhakti Surakarta yang

48
sebagai sampel, setelah tenaga pendidik menerapkan
pembelajaran digital di kelas menunjukkan hasil rata-rata
95,83 % peserta didik merasa senang terhadap komponen
pembelajaran (materi, suasana belajar, teknik mengajar),
inovasi pembelajaran (materi, suasana belajar, teknik
mengajar) serta minat mengikuti pelajaran.
Dari segi efisiensi anggaran pelaksanaan tes/ujian
online bagi peserta didik mengurangi banyak penggunaan
kertas sehingga bisa menghemat biaya penyelenggaraan
sampai hampir 50 %. Dari hasil wawancara dan studi
dokumen laporan anggaran sekolah pelaksanaan tes
online sekolah dapat menghemat pengeluaran kertas,
fotokopi, koreksi dan penilaian serta konsumsi kegiatan.
Dari efektifitas waktu penggunaan tes online mengurangi
waktu pendidik untuk koreksi dan membuat nilai ujian
dan juga waktu lembur untuk penggandaan naskah.
Pelibatan peserta didik dalam kegiatan unit
produksi dengan menghasilkan produk yang siap jual di
sekolah. Setelah anak diajari oleh pendidik untuk bisa
membuat presentasi interaktif secara online dengan
menggunakan salah satu aplikasi dalam office 365 yaitu
sway. Dengan sway peserta didik dapat mempromosikan
produknya secara menarik melalui media sosial secara
interaktif, tidak hanya dalam bentuk gambar-gambar
saja.
Demikian hasil dan dampak mewujudkan SMK
KITTA (karakter, inovasi teknologi, terampil dan andal)
dengan menggunakan strategi SILABI (Sinergi, Latihan
dan Bimbingan) pada sekolah binaan. Beberapa
rekomendasi yang dapat penulis sampaikan diantaranya :
(1) Dinas pendidikan dapat merencanakan program
pengembangan mutu pendidikan, khususnya dalam
meningkatkan kualitas sekolah dengan mengadakan
kegiatan pelatihan bagi pendidik sesuai dengan
kebutuhan. (2) Pengawas sekolah perlu melakukan
pendekatan SILABI sebagai alternatif mewujudkan SMK
yang berkarakter, inovatif, terampil dan andal pada
sekolah binaan dalam rangka merespons tuntutan
perubahan zaman. (3) Kepala Sekolah untuk dapat

49
memprogramkan kegiatan sekolah yang dapat
menjadikan peserta didik berkarakter, inovatif, terampil
dan andal.

50
DAFTAR PUSTAKA
Arokiasamy, A. R. A., bin Abdullah, A. G. K., & Ismail, A.
B. 2014. Correlation between cultural perceptions,
leadership style and ICT usage by school principals
in Malaysia. Turkish Online Journal of Educational
Technology, 13(3), 27–40.
De Witte, K., & Rogge, N. 2014. Does ICT matter for
effectiveness and efficiency in mathematics
education? Computers and Education, 75, 173–184.
Hepp, P., Hinostroza, J. E., Laval, E., & Rehbein, L. 2004.
Technology in Schools: Education, ICT and the
Knowledge Society.World Bank Education Advisory
Service (p. 94).
Pribadi, Benny. A.2014. Desain dan Program Desain
Pelatihan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Rusdiana, A.2014. Konsep Inovasi Pendidikan. Jakarta: CV.
Pustaka Setia.
Somad, M. Abdul, dkk.2018.Pendidikan Karakter Kerja
Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Sujanto, Bedjo .2018. Pengelolaan Sekolah: permasalahan
dan solusi, Jakarta: Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R .2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional,
Jakarta: Rineka Cipta.
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel .2014. Administrasi
Pendidikan: Teori, Riset dan Praktik, Yogyakarta:
McGraw-Hill Education dan Pustaka Pelajar.
Vanderlinde, R., Van Braak, J., & Dexter, S. 2012. ICT
policy planning in a context of curriculum reform:
Disentanglement of ICT policy domains and
artifacts. Computers and Education, 58(4), 1339–1350.

51
Tentang Penulis :
Pangarso Yuliatmoko, S.Pd, lahir di
Magelang 23 Juli 1981. Lulus SD
Negeri Losari, Grabag, Magelang
(1993), lulus SMP Negeri 1 Grabag,
Magelang (1996) dan Lulus SMA
Negeri 3 Magelang (1999).
Melanjutkan kuliah S1 di FKIP UNS
Surakarta , Program Studi Pendidikan
Matematika dan lulus tahun 2004.
Saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir Pendidikan S2
Magister Administrasi Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penulis dapat dihubungi
melalui alamat email pyatmoko@gmail.com atau ke
nomor HP/WA. 081804405170.

52
PENDAMPINGAN GURU DENGAN
“HATI”
Sunu Ambarsi
Pengawas SMK, Daerah Istimewa Yogyakarta
sunuambarsi@gmail.com

Kompetensi Guru
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
setiap satuan pendidikan wajib melakukan perencanaan
proses pembelajaran, melaksanaan proses pembelajaran,
melaksanakan penilaian hasil pembelajaran, dan
melakukan pengawasan proses pembelajaran agar proses
pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
(Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan
bahwa inti proses pembelajaran adalah untuk mencapai
kompetensi dasar (KD), dan kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu atau kualitas pendidikan, antara lain melalui PP
Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, disebutkan bahwa
guru wajib memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Selain itu, pemerintah juga
melakukan perbaikan kurikulum melalui Permendikbud
Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kelulusan yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik harus
mempunyai kemampuan pada dimensi sikap,

53
pengetahuan dan keterampilan.
Secara lebih jelas diungkapkan bahwa dalam
dimensi pengetahuan peserta didik dituntut agar
memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif. Pengetahuan fakta secara praktis dapat
berupa peristiwa, istilah, simbol-simbol, definisi dan
sebagainya. Pengetahuan fakta dikatakan benar jika
sesuai dengan kondisi sesungguhnya, dan perlu juga
untuk disadari bahwa tidak selalu mudah untuk bisa
mengenali fakta. Memang mudah untuk mengenali
struktur luar suatu benda tetapi tidak mudah untuk
mengenali fakta yang abstrak karena harus didukung
oleh pengetahuan atau informasi lain yang lebih
memadai. Sedangkan pengetahuan konseptual
merupakan pengetahuan tentang bentuk yang lebih
kompleks dan terorganisasi, mencakup pengetahuan
tentang kategori dan klasifikasi yang digunakan untuk
menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena.
Pengetahuan konseptual lebih menitikberatkan pada
berbagai macam prinsip dan generalisasi, teori, model,
dan struktur yang mencakup tentang berbagai
paradigma. Pengetahuan prosedural mengkaji tentang
cara melakukan sesuatu, pengetahuan tentang teknik dan
metode dalam bidang tertentu, algoritma, dan tentang
bagaimana menentukan dan menggunakan urutan kerja
yang tepat dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan
metakognitif lebih fokus pada kognisi secara umum dan
kesadaran akan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri,
kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar dan
atau pengetahuan strategis yang berupa pengetahuan
tentang cara belajar dan cara menata jalan pikiran, serta
mencari solusi dari suatu masalah. Pengetahuan ini juga
meliputi atau mencakup kesadaran diri seseorang
tentang berbagai kekuatan yang dimiliki dan juga
kelemahan diri terkait materi ajar yang tengah
dipelajarinya.
Hal di atas selaras dengan teori kontruktivis yang
menyatakan bahwa prinsip terpenting dalam psikologi
pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar

54
memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi
juga harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk
membangun sendiri pengetahuannya (Trianto, 2010).
Dengan demikian penting bagi guru untuk memahami
dan menguasai keempat dimensi pengetahuan tersebut
serta melakukan pemetaan materi ajar untuk
kepentingan anak didiknya dalam membangun sendiri
pengetahuannya. Pada saat menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seorang guru
hendaknya melakukan analisis terhadap sebuah
Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan dan
memetakan materi ajar sesuai dimensi pengetahuan yang
memuat fakta, konsep, prosedur dan metakognisi,
dimana keempatnya merupakan satu bangunan
pengetahuan yang utuh.
Selain mampu memetakan materi ajar, guru juga
harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran merupakan skenario bagi guru
dalam menyajikan materi ajar atau dapat dikatakan
serangkaian kegiatan yang meliputi sebelum, sedang dan
sesudah pembelajaran serta segala fasilitas yang terkait
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Amri (2013:34)
model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu: 1)
landasan teori yang logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa
dan bagaimana siswa belajar; 3) perilaku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil; dan 4) dukungan lingkungan belajar
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model
pembelajaran juga berfungsi sebagai acuan untuk designer
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan juga
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Dalam prakteknya, tidak ada model pembelajaran
yang bisa cocok untuk semua situasi pembelajaran.
Seyogyanya, dalam memilih model pembelajaran guru
harus menyesuaikan dengan keadaan peserta didik,
keadaan guru itu sendiri, sifat materi ajar, dan fasilitas

55
serta media pembelajaran yang tersedia. Terkait dengan
dimensi pengetahuan, guru bisa memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan sifat materi ajar
yang akan diajarkannya (memilih model pembelajaran
yang tepat untuk materi ajar berupa fakta, konsep,
prosedural dan metakognisi) pada sebuah KD yang akan
diajarkannya.

Kondisi Faktual
Tahapan observasi awal dilakukan dengan cara
mencermati RPP yang telah disusun guru. Secara umum
kelemahan guru dalam menyusun RPP dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya:
1. Mendeskripsipkan tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi ajar sesuai dengan kompetensi
yang telah ditentukan
3. Mengorganisasikan/ memetakan materi ajar
4. Mengalokasikan waktu
5. Menentukan model pembelajaran yang sesuai
6. Merancang kegiatan pembelajaran
7. Menentukan media pembelajaran/peralatan
praktikum (dan bahan) yang akan digunakan
8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku,
modul, dan sejenisnya)
9. Menentukan teknik penilaian yang sesuai

Berdasarkan hasil supervisi akademik Tahun 2018


masih banyak guru binaan dalam memetakan materi ajar
belum sesuai dengan dimensi pengetahuan. Sebagian
guru sudah mencantumkan materi fakta, konsep,
prosedural dan metakognisi, tetapi belum merupakan
satu bangun pengetahuan yang utuh. Sedangkan dalam
pelaksanaan pembelajarannya, sebagian guru
mengajarkan materi pembelajaran praktek tanpa
didahului dengan contoh-contoh fakta dan konsep yang
mendasari materi pembelajaran praktek tersebut. Disisi
lain juga ditemukan keluhan dari guru tentang sulitnya
memilih model pembelajaran yang cocok atau sesuai
dengan sifat materi ajar yang akan diampunya. Meskipun

56
di dalam RPP guru telah menuliskan model
pembelajaran yang dipilihnya akan tetapi dalam
pelaksanaannya guru masih merasa kesulitan
mengimplementasikan.

Pendampingan Guru Dengan “HATI”


Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami
pentingnya peningkatan kemampuan guru dalam
memetakan materi ajar dan memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan dimensi pengetahuan,
salah satunya adalah melalui pendampingan. Kegiatan
atau proses pendampingan dapat dikelompokkan
menjadi 4P, yakni: pemungkinan, penguatan,
perlindungan, dan pendukungan (Suharto, 2009).
Pemungkinan dapat dimaknai sebagai tindakan untuk
memfasilitasi guru. Penguatan dapat dikaitkan dengan
pembinaan dan pelatihan guru. Perlindungan dilakukan
dengan mengingatkan hak-hak dan kewajiban guru serta
pendukungan berupa motivasi terhadap guru. Kegiatan
pendampingan lebih bermakna pada saling menyertai
atau bersama-sama dan tidak ada perbedaan kedudukan
antara pendamping dan yang didampingi. Peran
pendamping hanya sebatas menyuguhkan pilihan atau
menunjukkan alternatif, saran dan bantuan konsultatif,
bukan pengambilan keputusan.
Salah satu pendekatan pendampingan guru yang
dilakukan adalah melalui pendekatan “HATI” (Honesty,
Appreciate, Treatment dan Induction). Jenis pendekatan
ini diawali dengan evaluasi diri yang dilakukan guru
dengan jujur (honest self evaluation), yang kemudian
dilanjutkan dengan apresiasi dalam rangka
menumbuhkan motivasi agar guru tergerak
memperbaiki dan melengkapi dokumen perencanaan
pembelajarannya. Selanjutnya treatment diberikan
kepada guru berdasarkan hasil evaluasi diri dan diakhiri
dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk
menguatkan diri dengan cara berbagi, yaitu melalui
pengimbasan atau induction.

57
Pelaksanaan Pendampingan Guru Dengan “HATI”
Prosedur atau langkah-langkah pendampingan
guru dengan “HATI” dalam memetakan materi ajar dan
memilih model pembelajaran pada SMK Binaan di
Kabupaten Kulon Progo diuraikan melalui tahapan
persiapan dan pelaksanaan pendampingan dengan
“HATI” sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam tahapan ini disiapkanbeberapa materi tentang
‘dimensi pengetahuan materi ajar’ dan materi tentang
‘model-model pembelajaran’, serta form pemetaan
materi ajar sesuai dengan dimensi pengetahuan dan
model pembelajarannya seperti pada Gambar 1.
Selanjurnya dibuat jadwal pendampingan terhadap
guru-guru yang memang perlu pendampingan dan
menemui guru di sekolah sesuai dengan waktu dan
tempat yang disepakati.

58
Gambar 1. Contoh Form Pemetaan Materi dan Pemilihan Model
Pembelajaran dan Isinya

2. Honest Self Evaluation/ Kejujuran adalah Kunci


Keberhasilan Evaluasi Diri
Pada tahapan ini, guru dipersilahkan melakukan
evaluasi diri menggunakan instrumen telaah RPP dan
dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai bahan ajar
dan model pembelajaran yang ada dalam RPP.

59
Gambar 2. Honest Self Evaluation

3. Appreciate, mengapresiasi kerja guru


Selesai melakukan evaluasi diri, perlu dilakukan
adanya apresiasi kepada guru atas capaiannya, baik
dari segi kelengkapan maupun kualitas dokumen
perencanaannya

Gambar 3. Appreciate untukmenumbuhkan motivasi guru

4. Treatment, melakukan Treatment yang disesuaikan


dengan hasil Evaluasi Diri.
Tahapan ini dilakukan melalui penyampaian
beberapa materi tentang dimensi pengetahuan
materi ajar dan model pembelajaran serta
memberikan contoh mengisi Form Pemetaan Materi
Ajar sesuai dimensi pengetahuan dan model
pembelajarannya. Selanjutnya mempersilahkan dan
mendampingi guru dalam mengisi Form Pemetaan
Materi Ajar sesuai dimensi pengetahuan dan model
pembelajarannya untuk KD yang akan diajarkan.

60
Gambar 4. Melakukan Treatment yang disesuaikan dengan hasil
evaluasi diri

5. Induction / Penguatan diri melalui berbagi


Setelah selesai dilakukan treatment, guru
dipersilahkan untuk melaksanakan pengimbasan
secara bersama-sama.

Gambar 5. Induction, pengimbasan atau berbagi

Kemampuan Guru Dalam Memetakan Materi Ajar Dan


Memilih Model Pembelajaran Sesuai Dengan Dimensi
Pengetahuan
Kegiatan pendampingan guru dengan “HATI”
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
memetakan materi ajar dan memilih model
pembelajaran sesuai dengan dimensi pengetahuan

61
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif.Jumlah
guruyang mengikuti kegiatan ini sebanyak 27 (dua puluh
tujuh) orang yang merupakan guru SMK binaan di
wilayah Kabupaten Kulon Progo. Teknik pengambilan
data dilakukan dengan mencermati hasil telaah RPP dan
mencermati isian form Pemetaan Materi Ajar dan
Pemilihan Model Pembelajaran. Melalui hasil telaah dan
isian form tersebut selanjutnya dihitung persentase
jumlah guru yang mampu memetakan materi ajar pada
tiap dimensi pengetahuan dan model pembelajaran baik
sebelum dan sesudah pembinaan.
Berdasarkan hasil tahapan yang dilakukan,
perkembangan jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar dan memilih model
pembelajaran sesuai dimensi pengetahuan, baik sebelum
maupun sesudah pendampingan dapat dilihat pada
Gambar 6 dan 7. Melalui grafik yang disajikan pada
Gambar 6 diperoleh informasi bahwa sesudah
pendampingan jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar sesuai dengan dimensi
pengetahuan mengalami peningkatan dari 46% menjadi
85%. Guru yang telah mampu memetakan materi ajar
berupa fakta juga meningkat dari 75% menjadi 100%.
Selain itu, guru yang telah memetakan materi ajar
berupa konsep mengalami peningkatan tajam, yang
awalnya hanya 8% menjadi 92%. Begitu pula guru yang
telah mampu memetakan materi ajar berupa prosedural
naik dari 92% menjadi 100% dan yang mampu
memetakan materi ajar berupa metakognisi meningkat
menjadi 50%.

62
Gambar 6. Persentase jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar sesuai dimensi
pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan
pendampingan.

Gambar 7. Persentase jumlah guru yang telah mampu


memilih model pembelajaran untuk materi
ajar sesuai dimensi pengetahuan sebelum dan
sesudah dilakukan pendampingan

Sedangkan persentase jumlah guru yang telah


mampu memilih model pembelajaran untuk materi ajar
sesuai dimensi pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan pendampingan ditunjukkan pada Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 7 didapatkan adanya peningkatan
di seluruh aspek dimensi pengetahuan terkait
kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran
untuk materi ajar sebesar 37% menjadi 77%. Kemampuan
guru dalam memilih model pembelajaran sesuai dengan
sifat materi ajar yang berupa fakta meningkat dari 42%
menjadi 100%. Selain itu jumlah guru yang telah mampu
memilih model pembelajaran sesuai sifat materi ajar
yang berupa konsep naik dari 8% menjadi 75%. Begitu
pula kemampuan guru dalam memilih model
pembelajaran sesuai sifat materi ajar yang berupa
prosedural naik dari 92% menjadi 100%. Guru yang sudah
memilih model pembelajaran sesuai sifat materi ajar

63
yang berupa metakognisi juga mengalami peningkatan
dari 0% menjadi 50%
Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa terjadi
kenaikan yang cukup tinggi pada aspek konsep baik
kemampuan guru dalam memetakan materi maupun
memilih model pembelajaran. Selain itu pada aspek
metakognisi baik kemampuan guru dalam memetakan
materi maupun memilih model pembelajaran
mengalami peningkatan sebesar 50%. Sebagian besar
guru telah mampu secara optimal dalam memetakan dan
memilih model pembelajaran untuk materi berupa fakta
dan prosedural, tetapi masih kurang optimal untuk
materi berupa konsep dan terutama untuk materi berupa
metakognisi, perlu disadari bahwa materi berupa konsep
dan metakognisi keduanya memerlukan proses berpikir
yang lebih intens dibanding materi berupa fakta dan
prosedural.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendampingan guru dengan “HATI”
dapat membantu guru dalam memetakan materi ajar
agar sesuai dengan dimensi pengetahuan dan memilih
model pembelajaran yang tepat sesuai sifat materi ajar
tersebut. Total persentase keduanya yang mencapai 77%
mengindikasikan bahwa sebagian besar guru telah
mampu memetakan dan memilih model pembelajaran
yang sesuai untuk materi pelajaran berupa fakta, konsep
dan prosedural. Meskipun demikian sebagian besar guru
masih perlu ditingkatkan kemampuannya untuk
memetakan dan memilih model pembelajaran yang
tepat untuk materi pelajaran berupa metakognisi.

64
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofyan. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran
Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovati
Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

65
TENTANG PENULIS

66
PEMODELAN DUA SISI:
MATANGKAN PROFESIONALISME
GURU BAHASA INGGRIS
Imelda Yanti
Pengawas SMK Provinsi Sumatera Barat
yantisenyo@yahoo.com

Pentingnya Pemodelan Dua Sisi dalam Supervisi


Akademik
Profesionalisme guru dan mutu pendidikan
dikembangkan secara kontinu dan berkelanjutan dalam
upaya pembangunan pendidikan nasional. Hal ini yang
mendasari diadakannya supervisi akademis, yang
didefinisikan sebagai proses bertemunya pengawas dan
guru dalam kegiatan pembinaan untuk menghasilkan
pembelajaran yang bermutu. Melalui kegiatan supervisi
terhadap guru, diharapkan terjadi perubahan cara
mengajar dan membelajarkan peserta didik yang
berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dalam Buku Kerja Pengawas (Kemdiknas, 2011:1)
disebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berperan penting dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Pengawas sekolah memegang peran strategis
dalam meningkatkan profesionalisme guru dan kualitas
pendidikan di sekolah. Mengacu kepada hal tersebut,
pengawas sekolah diharapkan memiliki berbagai cara
agar pembelajaran yang dilakukan oleh guru binaan
semakin menarik dan mudah dimengerti peserta didik.
Pengawas bertanggung jawab penuh dalam melakukan
pembinaan akademik terhadap guru binaan yang
menjadi target pengawasan. Pengawas juga harus
memahami setiap pembaharuan yang terjadi di dunia
pendidikan, salah satunya adalah pembelajaran berbasis
kecakapan abad 21. Gaya pembelajaran ini telah

67
menggeser paradigma dari pembelajaran yang berpusat
pada pendidik kepada peserta didik. Guru harus
memfungsikan dirinya sebagai fasilitator yang akan
mengarahkan peserta didik untuk selalu berada dalam
lingkup dan ruang pembahasan.
Pesertadidikharusmemilikikecakapanberpikirdan
bernalar yang lebih dikenal dengan karakter 4C yaitu
Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan
Creativity. Karakter 4C dipadukan dalam perangkat
pembelajaran dan diimplementasikan dalam proses
pembelajaran untuk guru yang telah menerapkan
Kurikulum 2013.
Bidang studi Bahasa Inggris adalah salah satu mata
pelajaran yang terdapat pada Ujian Nasional (UN) di
tingkat Sekolah Menengah. Permendikbud Nomor 34
Tahun 2018 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyatakan bahwa
peserta didik harus memiliki kemampuan menggunakan
Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya untuk
menunjang pelaksanaan tugas sesuai keahliannya. Kita
dapat memaknai bahwa bidang studi Bahasa Inggris
memegang peranan penting untuk meningkatkan
keahlian peserta didik dalam proses pembelajaran dan
dunia kerja. Oleh karena itu, guru Bahasa Inggris harus
memiliki kompetensi yang baik di bidangnya dan
diharapkan melakukan kewajiban dengan penuh rasa
tanggung jawab dan selalu berusaha meningkatkan
kemampuan profesionalnya.
Selama menjadi pengawas bidang studi Bahasa
Inggris, banyak hal yang ditemukan saat melakukan
supervisi akademis terhadap guru binaan. Guru binaan
sudah mampu menyajikan pembelajaran yang cukup
menyenangkan walaupun masih ada beberapa aspek
yang memerlukan perbaikan. Melalui hasil pengamatan,
dari 46 guru binaan, lebih dari 50% perangkat
pembelajarannya masih harus disesuaikan dengan
standar yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
pembelajaran, persentase penggunaan Bahasa Inggris
olehguru binaan diharapkan lebih tinggi dari kondisi

68
awal yang masih berkisar di angka 40% sehingga
berdampak pada rendahnya kemampuan Bahasa Inggris
peserta didik. Selain itu,masih ada guru yang belum
maksimal mengarahkan keaktifan peserta didik dalam
berpartisipasi dan mengungkapkan pendapatnya serta
penguasaaan kelas guru binaan juga masih perlu
ditingkatkan.
Pemilihan strategi ini lahir dari permintaan guru
binaan kepada penulis untuk mendemonstrasikan cara
mengajarkan sebuah materi yang bisa diterima oleh
peserta didik dengan baik termasuk memberikan contoh
perangkat pembelajaran terutama RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan standar.
Oleh karena itu, pemodelannya dilakukan dalam dua sisi
yaitu sisi perangkat dan sisi proses pembelajaran.
Pemodelan bertujuan untuk memperbaiki perangkat dan
pengelolaan kelas guru binaan melalui pemberian contoh
langsung dalam pembelajaran dimana guru binaan
berperan sebagai pengamat di belakang kelas. Dengan
kata lain penulis memodelkan cara mengajar yang
diamati langsung oleh guru binaan. Melalui pemodelan
dua sisi diharapkan guru binaan memperoleh
pembelajaran langsung dan mengkritisi hal yang
diajarkan pengawas serta mampu memutuskan sendiri
mana yang bisa dipakai dalam kegiatan pembelajaran
selanjutnya.

Implementasi Strategi Pemodelan Dua Sisi dalam


kegiatan Supervisi Akademik
Menurut dictionary.com, pemodelan adalah usaha
untuk memberikan contoh dan juga disebut peniruan,
semacam terapi secara psikologi yang mencakup tingkah
laku tertentu yang diperoleh melalui pengamatan
tingkah laku yang sama yang dilakukan orang lain.
Berdasarkan definisi tersebut, pemodelan juga dapat
dikatakan sebagai bentuk mendemonstrasikan cara
mengajar, sama halnya seperti demonstrasi mengajar
secara umum dari guru kepada peserta didiknya. Guru
binaan diharapkan bisa mengamati dan mencatat hal-hal

69
yang diperlukan untuk dipraktekkan kembali sebagai
hasil dari kegiatan pemodelan untuk
mendemonstrasikan cara mengajar dari pengawas.
Dengan mengamati pemodelan yang dilakukan
pengawas diharapkan guru binaan bisa melakukan
peningkatan kemampuan dalam mengelola
pembelajaran untuk menuju perbaikan yang pada
akhirnya akan meningkatkan profesionalisme guru
binaan.
Guru profesional adalah guru yang selalu ingin
mencari, menemukan, menerapkan hal-hal baru dalam
kegiatan pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil
yang maksimal. Menurut Alexander dalam Anwar dan
Sagala (2004:132), tidak akan ada pribadi manapun yang
bisa menjadi seorang guru yang pintar jika guru itu
sendiri tidak bisa memahami orang lain. Makna yang
terkandung dalam pendapat ini adalah supaya guru dapat
berempati terhadap kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didiknya dalam belajar dan kesulitan lain dalam
hidupnya. Sedangkan pengertian guru dikemukakan oleh
para ahli diantaranya Marimba (1980:37) dan Al Abrasyi
(1979:136) yang menyatakan bahwa guru adalah pribadi
yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan
bapak rohani bagi peserta didik. Pasal 1 ayat 1 UU Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan
guru sebagai pendidik profesional dengan tugas pokok
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
semua jenjang dari PAUD sampai pendidikan menengah.
Berdasarkanterminologi, kata “profesionalisme”
dan “guru”, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
guru wajib dimiliki oleh seorang guru dalam
melaksanakanpekerjaanyadenganpenuhtanggungjawabse
rtamampuuntukmengembangkan potensinya
tanpamenggangu apa yang menjadi tanggung jawab guru
tersebut. Profesionalisme guru adalahkemampuan guru
untukmelakukantugas, pokok dan fungsinya (tupoksi),
baik sebagaipengajarmaupunpendidik, mulai dari
membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan

70
proses pembelajaran di dalam kelas, danmelakukan
penilaian pembelajaran. Profesionalisme guru dikatakan
sudah berjalan dalam rambu-rambu yang sudah
digariskan apabila tupoksi yang dipersyaratkan mampu
dituntaskan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan telah
memberikan kesempatan kepara guru untuk mengikuti
seminar atau pelatihan di bidang pendidikan guna
meningkatkan profesionalisme guru sesuai tupoksinya.
Pemerintah juga memberlakukan sertifikasi untuk guru-
guru profesional guna peningkatan derajat dan gaji guru
yang lebih baik, yang juga tercantum dalam Pasal 8 UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam
hal ini, pemerintah menunjukkan atensi yang serius
untuk menciptakan profesionalisme guru dalam
mencapai pendidikan yang berkualitas.
Dengan demikian, profesionalisme guru wajib
adanya dan salah satu strategi pemodelan yang dilakukan
dalam melakukan pembinaan akademis terhadap guru
binaan adalah Pemodelan Dua Sisi. Pemodelan dilakukan
dengan cara memberikan contoh perangkat
pembelajaran sesuai standar dan mendemostrasikan cara
mengajar yang dapat diamati langsung oleh guru binaan.
Untuk menilai keberhasilan strategi ini maka diperlukan
dua jenis instrumen yaitu: instrumen telaah RPP dan
instrumen pengamatan pembelajaran.
Pemodelan pada sisi perangkat pembelajaran
diawali dengan pemeriksaan perangkat pembelajaran
terutama RPP dengan menggunakan instrumen telaah
RPP. Instrumen telaah RPP digunakan untuk menilai
RPP guru binaan sebelum dan setelah diberikan RPP
pemodelan. Artinya sebelum melakukan kegiatan
pemodelan pembelajaran, penulis juga memberikan
contoh RPP yang digunakan dalam pembelajaran.
Sedangkan pada sisi pemodelan pembelajaran,
instrumen yang digunakan adalah instrumen
pengamatan proses pembelajaran yang memuat tiga (3)
komponen: Pra Pembelajaran, Kegiatan Inti
Pembelajaran, dan Penutup. Dalam pelaksanaannya

71
instrumen pengamatan kegiatan pembelajaran juga
digunakan untuk mengukur keadaan sebelum dan
setelah pemodelan.
Kegiatan pemodelan dua sisi dilakukan terhadap 5
orang guru binaan mata pelajaran Bahasa Inggris (25%)
yang berada di SMK Wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Guru Bahasa Inggris SMK yang masuk dalam data guru
binaan berjumlah 20 orang di sekolah swasta dan negeri.
Sisanya sebanyak 26 orang guru binaan yangmengajar
mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
berada di Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru binaan
yang dipilih tidak hanya yang memiliki kemampuan
kurang dalam melakukan pengajaran dan jarang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai seorang pengajar
tetapi juga yang memiliki kemampuan bagus dalam
berbahasa Inggris namun agak kaku dalam menyajikan
proses pembelajaran. Pemodelan juga dilakukan sesuai
jadwal mengajar guru binaan tersebut.
Pengawas “kekinian” tidak lagi hanya bisa
memberi perintah tetapi juga harus bisa menampilkan
dan menyajikan pembelajaran seperti yang disarankan
kepada guru binaan. Guru binaan akan mengamati dan
mencatat poin-poin penting yang bisa dijadikan referensi
dalam membuat kegiatan pembelajaran semakin
menyenangkan. Langkah-langkah pemodelan yang
dilakukan terdiri dari tiga (3) tahapan, diantaranya: 1) Pre-
conference (Kegiatan Awal), 2) Observation (Pengamatan),
dan 3) Post-conference (Kegiatan akhir).

1. Pre-conference (melakukan pertemuan awal


dengan guru binaan)
Pada tahap ini dilakukan diskusi dengan guru binaan
tentang materi yang akan diajarkan kepada peserta
didik. Guru binaan diberikan gambaran tentang
tahapan pembelajaran dan disarankan untuk
mencatat poin-poin penting yang akan diamati
dalam kegiatan demonstrasi. Kemudian dijadwalkan
waktu dan kelas yang akan diberikan demonstrasi
model pembelajaran.

72
Gambar 1. Melakukan pertemuan awal dengan guru binaan

2. Observation (guru binaan mengamati


pembelajaran)
Pada kegiatan kedua, tahapan yang dilakukan berupa
mendemonstrasikan cara mengajar. Secara lebih
rinci, proses kegiatannya diuraikan sebagai berikut:
a. Masuk kelas bersamaan dengan guru binaan dan
memperkenalkan diri sebagai rekan kerja. Guru
binaan duduk di posisi belakang sebagaimana
posisi pengawas untuk melakukan pengamatan;
b. Melakukan pembelajaran yang dimulai dengan
menyapa peserta didik dengan variasi sapaan
(tidak selalu “How are you?”). Karena peserta didik
harus dibiasakan dengan sapaan-sapaan lain yang
membuat peserta didik tidak membuat pola
monoton untuk menyapa orang lain seperti, How is
everything?, How is your life?, dan lain sebagainya;
c. Menginformasikan perlunya belajar Bahasa Inggris
dengan sekali-sekali menyelipkan bahasa
campuran Indonesia-Inggris jika peserta didik sulit
menebak artinya (pengkondisian peserta didik dan
pemberian motivasi);
d. Kegiatan pembukaan diakhiri dengan
menggambarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai;
e. Pada kegiatan inti, dilakukan penggalian informasi
melalui pertanyaan kepada peserta didik dan
memperlihatkan media pembelajaran yang berasal
dari barang bekas, mainan anak- anak atau

73
peralatan rumah tangga bahkan memanfaatkan
peserta didik itu sendiri sebagai media
pembelajaran supaya melatih kemampuan
berkomunikasi peserta didik;
f. Memberikan pujian dan ucapan terima kasih atas
respon peserta didik walaupun pendapat peserta
didik ada yang salah dan menggiring peserta didik
menemukan sendiri konsep yang coba
ditanamkan;
g. Melakukan kegiatan diskusi kelompok serta
berkeliling untuk memantau permasalahan peserta
didik dan langsung diberikan solusi. Sentuhan atau
“touch” di pundak juga dapat dilakukan terhadap
peserta didik yang mulai kurang fokus atau “absent-
minded”;
h. Dalam berkomunikasi dengan peserta didik
diusahakan melakukan kontak mata (eye contact)
terhadap peserta didik;
i. Kegiatan inti diakhiri dengan melakukan
penekanan kembali untuk memastikan apakah
konsep sudah diterima dengan baik.;
j. Menanyakan kembali apa saja yang telah dipelajari
dan memberikan tugas secara lisan (tidak selalu
diambil dari LKS peserta didik) yang diawali
dengan pemberian contoh agar peserta didik tidak
salah pengertian;
k. Kegiatan diakhiri dengan menggambarkan topik
pertemuan selanjutnya dengan harapan peserta
didik bisa menyiapkan diri atau mencari informasi
tentang topik tersebut di media lain

74
Gambar 2. Melakukan Pemodelan dalam bentuk demonstrasi cara
mengajar

3. Post-conference (melakukan pertemuan akhir


dengan guru binaan)
Setelah selesai melaksanakan tahap Observation,
kegiatan selanjutnya adalah diskusi hasil
demonstrasi kegiatan pembelajaran. Terlihat
bahwa guru binaan sangat antusias dalam
mengamati proses pembelajaran di kelas. Hal ini
dibuktikan dari beberapa catatan penting yang
ditulis guru tentang kegiatan pembelajaran dan
semua aktivitas peserta didik. Kelemahan-
kelemahan yang sengaja dilakukan pengawas saat
memodelkan dapat ditemukan di catatan guru
tersebut. Dengan kata lain, guru binaan menyadari
bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Kelemahan yang tercatat
diantaranya adalah beberapa kata baru yang terlalu
cepat diucapkan dan lupa mengucapkan terima
kasih setelah siswa merespon pertanyaan. Guru
binaan terlihat sangat detil dalam melakukan
pengamatan.

75
Gambar 3. Melakukan pertemuan akhir dengan guru binaan

Tahap selanjutnya, dijadwalkan kembali kegiatan


kunjungan kelas untuk mengamati pembelajaran kelas
oleh guru binaan. Tahapan kegiatan yang dilakukan sama
seperti sebelumnya, yaitu kegiatan awal, pengamatan,
dan kegiatan akhir.

Gambar 4. Melakukan pengamatan pembelajaran setelah pemodelan

Hasil akhir Strategi Pemodelan Dua Sisi


Strategi Pemodelan Dua Sisi yang telah dilakukan
terhadap 25% guru Bahasa Inggris SMK di wilayah
Provinsi Sumatera Barat bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme guru binaan. Pemodelan dua sisi yang
dimaksud adalah sisi perangkat dan sisi proses
pembelajaran. Pada sisi perangkat, hasil penilaian
dilakukan melalui telaah RPP baik sebelum dan setelah
pemodelan. Sedangkan sisi proses pembelajaran baik

76
sebelum dan setelah pemodelan, hasil penilaiannya
terdiri dari tiga (3) komponen, yaitu: Pra Pembelajaran,
Kegiatan Inti Pembelajaran, dan Penutup. Oleh karena
itu, strategi pemodelan dua sisi membutuhkan instrumen
telaah RPP dan instrumen pengamatan proses
pembelajaran. Selanjutnya nilai pada kedua sisi baik
sebelum dan setelah pemodelan dapat dikategorikan
menjadi Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang
(K), seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Penilaian dengan Strategi Pemodelan Dua Sisi


Kategori Nilai
Amat Baik(AB) 90<A B≤100
Baik(B) 80<B≤90
Cukup(C) 70<C≤80
Kurang(K) ≤70

Sebelum dilakukan pemodelan terhadap perangkat


pembelajaran, nilai telaah RPP hanya berkisar dalam
rentang 47% - 77% dengan predikat Kurang dan Cukup,
seperti pada Gambar 5. Hal ini mengindikasikan bahwa
sampel guru binaan memiliki kemampuan yang
bervariasi dalam menyusun RPP. Setelah diberikan RPP
pemodelan, hasil telaah RPP meningkat mencapai 81% -
92% dengan predikat Baik dan Amat Baik.
Pada sisi proses pembelajaran sebelum dilakukan
pemodelan, hasil untuk tiap komponen ditunjukkan pada
Gambar 6. Nilai untuk pra pembelajaran berkisar antara
42% sampai dengan 50%. Sedangkan kegiatan inti baru
terlaksana secara maksimal sebanyak 58% dan rentang
nilai kegiatan penutup adalah 42%-58%. Keseluruhan
komponen sisi proses pembelajaran masih pada kategori
kurang. Setelah pemodelan dilakukan, keseluruhan
komponen pada sisi proses pembelajaran menunjukkan
adanya peningkatan, karena keseluruhan nilai komponen
di atas 70% atau minimal pada kategori Cukup, seperti
pada Gambar 7.

77
Gambar 5. Rekapitulasi Nilai Telaah RPP sebelum dan setelah
diberikan RPP pemodelan

Gambar 6.Hasil observasi kegiatan pembelajaran sebelum pemodelan

Gambar 7 semakin mempertegas bahwa setelah


melakukan pemodelan dalam bentuk demonstrasi cara
mengajar dapat memperbaiki proses kegiatan
pembelajaran. Selama kegiatan pra pembelajaran, hasil
pengamatan untuk kelima guru binaan menunjukkan
adanya peningkatan dengan nilai minimum sebesar 75%
atau Cukup. Sedangkan kegiatan inti bernilai 75%-80%
atau pada kategori Cukup dan Baik serta nilai maksimum

78
pada kegiatan penutup mencapai 92% atau Amat Baik
dan nilai minimumnya adalah 75% atau Cukup. Dengan
demikian, seluruh komponen proses pembelajaran
mengalami peningkatan dan nilai minimum untuk
seluruh komponen adalah 75% atau pada kategori Cukup
yang semula nilai minimumnya 42% atau pada kategori
Kurang.

Gambar 7. Hasil observasi kegiatan pembelajaran setelah pemodelan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan


bahwa kegiatan supervisi akademis menggunakan
Strategi Pemodelan Dua Sisi yang telah dilakukan
mampu memperbaiki perangkat pembelajaran,
khususnya RPP; dan mampu meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di kelas. Melalui strategi ini,
permasalahan yang ditemui di awal dapat berkurang
sehingga berdampak pada peningkatan profesionalisme
guru binaan, seperti:
1. Guru binaan sudah memiliki perangkat pembelajaran
dan bahan ajar sesuai standar dan
mengembangkannya secara kreatif
2. Guru binaan sudah bisa meningkatkan persentase
penggunaan Bahasa Inggris selama proses

79
pembelajaran dan memuji setiap respon peserta
didik
3. Guru binaan memiliki media belajar yang menarik
sesuai dengan kompetensi yang dipelajari dan
melakukan pengelolaan kelas dengan baik
4. Guru binaan semakin semangat dalam menyajikan
pembelajaran dan menjadikan kelas semakin hidup

Penulis berharap hasil yang telah didapatkan dapat


bermanfaat di dunia pendidikan umumnya dan di
Kabupaten Tanah Datar khususnya. Dalam penulisan Best
Practice ini, penulis memberikan rekomendasi sebagai
berikut:
1. Kepada guru Bahasa Inggrisagar selalu meningkatkan
profesionalisme dengan cara memperbaharui
pengetahuan tentang konsep pembelajaran ;
2. Sebaiknya guru Bahasa Inggris mendalami model-
model pembelajaran berbasis pendekatan student
centre dan mendalaminya di MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran);
3. Kepada pengawas sekolah agar dapat melakukan
pembinaan berkelanjutan untuk mencapai mutu
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
zaman;

80
DAFTAR PUSTAKA
Al Abrasy, M. Athiyah. (1979).Dasar- DasarPokokPendidikan
Islam.Jakarta: BulanBintang
Ahmad D. Marimba. (1980).PengantarFilsafatPendidikan
Islam. Bandung: Al Maarif
Anwar, Qomari & Sagala, Syaiful. (2004). Profesi Jabatan
Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin
Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press
http://www.dictionary.com/browse/pemodelan
http://guraru.org/guru-berbagi/pembelajaran-dan-
pendidik-abad-21/
Kemdiknas. (2011).Buku Kerja Pengawas. Jakarta: Pusat
Pengembangan TendikKemendiknas
Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen

81
TENTANG PENULIS
Dra. Imelda Yanti M.Pd. Lahir di
Batusangkar 19 Oktober 1968 dan
menyelesaikan sekolah menengah
tahun 1987, diterima di IKIP
Padang dengan program Diploma 3
dan menyelesaikannya pada tahun
1990. Pada tahun itu juga, penulis
mendapatkan kesempatan untuk
transfer ke S1 dan bisa
menuntaskannya pada tahun 1991.
Pada tahun 2007, melanjutkan
perkuliahan di UNP dengan program Sandwich ke Ohio
State University (OSU) yang menjadi inspirasi lahirnya
buku ber-ISBN dengan judul “Sandwich dari Ohio”. Tahun
2009, S2 diselesaikan dan pada tahun yang sama
diangkat menjadi pengawas sekolah. Mulai menulis
tahun 2016 dan baru memiliki 3 buku yang sudah ber-
ISBN dan menulis di 2 jurnal yang ber-ISSN. Jabatan lain
yang diemban adalah pengurus APSI (Asosiasi Pengawas
Sekolah Indonesia) di Kabupaten dan Provinsi, Pengurus
AGUPENA Provinsi Sumatera Barat, Dewan Redaksi
Jurnal APSI Sumatera Barat, dan Asesor akreditasi
sekolah tingkat SMK
(E-mail: yantisenyo@yahoo.com - No Hp:085263189855)

82
Penerapan Pendekatan Personal
dalam Peningkatan Kedisiplinan
Warga SMK Binaan

Sovi R. G. M. Masinambow
Pengawas Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
masinambowsovi@gmail.com

Rendahnya Kedisiplinan Warga SMK


Salah satu tujuan pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah menyiapkan peserta didik agar
memiliki kepribadian yang bermoral dan beretika
sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan
memiliki keahlian yang handal di bidangnya. Pendidikan
menengah kejuruan mengutamakan kesiapan peserta
didik untuk memasuki lingkungan kerja serta
mengembangkan sikap profesionalnya. Sesuai dengan
spesifikasi keahliannya, SMK menyelengarakan layanan
pendidikan yang disesuaikan dengan Bidang Keahlian,
Program Keahlian dan Kompetensi Keahlian
sebagaimana yang tertuang dalam Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan yang mengklasifikasikan
menjadi 9 Bidang Keahlian SMK.
Selanjutnya, terkait pelaksanaan penyelenggaraan
layanan pendidikan Permendikbud Nomor 34 Tahun
2018 tentang Standar Nasional Pendidikan SMK/MAK
memuat delapan Standar Nasional Pendidikan yaitu:
1. Standar kompetensi lulusan
2. Standar isi
3. Standar proses pembelajaran
4. Standar penilaian pendidikan
5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
6. Standar sarana dan prasarana
7. Standar pengelolaan
8. Standar biaya operasi

83
Kedelapan standar tersebut harus memenuhi pelayanan
minimal dan bersifat saling melengkapi untuk
menghasilkan layanan pendidikan yang baik. Salah satu
standar yang selalu menjadi fokus adalah standar proses
pembelajaran, karena pada standar ini terjadi interaksi
akademik dan non akademik secara langsung antara
pendidik dan peserta didik. Fokus pada standar proses
pembelajaran tidak hanya pada proses pembelajaran
intrakurikuler, tetapi juga kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Standar proses ini juga memiliki kaitan
erat dengan implementasi program pendidikan karakter
sebagaimana yang tercantum dalam Permendikbud
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal.
Selanjutnya, Permendikbud tersebut mengatur
secara spesifik mengenai Penerapan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam lingkungan sekolah.
Penerapan tersebut meliputi nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab. Penulis yang juga bertugas sebagai
Pengawas SMK di Provinsi Sulawesi Utara, berusaha
mengoptimalkan penerapan nilai-nilai PPK pada SMK
binaan.
Berdasarkan hasil pengamatan di SMK Binaan,
diketahui bahwa penerapan nilai-nilai PPK di sekolah
belum terlaksana secara optimal. Dalam kegiatan
intrakurikuler, rendahnya implementasi nilai PPK dapat
dilihat dari hasil dokumentasi buku jurnal yang
menunjukkan banyaknya siswa yang tidak hadir ke
sekolah. Selain itu kehadiran pendidik dan tenaga
kependidikan juga tidak tepat waktu. Dari hasil
rekapitulasi kehadiran juga diketahui bahwa, 30 dari 81
orang pendidik hadir terlambat, dan 8 orang tenaga
kependidikan juga hadir tidak tepat waktu. Dalam
kegiatan kokurikuler, kurangnya penerapan nilai PPK
diketahui dari siswa yang tidak menunjukkan keseriusan

84
saat berlangsungnya pembelajaran di ruang praktik,
seperti sering bermain handphone dan terlambat
memasuk ruang pembelajaran. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler, minimnya implementasi nilai PPK
diketahui dari rendahnya jumlah kehadiran siswa saat
berlngsungnya kegiatan perayaan hari besar keaagamaan.
Dari beberapa kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa
penerapan nilai-nilai PPK baik untuk siswa, pendidik dan
tenaga kependidikan masih sangat rendah, khususnya
pada nilai kedisiplinan.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan
perilaku taat pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur
tatanan kehidupan pribadi maupun kelompok. Disiplin
timbul dari dalam diri individu karena adanya dorongan
untuk menaati peraturan. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan
pada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin
berarti mematuhi tata tertib. Disiplin yang muncul dari
dalam diri individu disebut dengan kesadaran,
sedangkan disiplin yang dikondisikan oleh individu lain
disebut dengan paksaan.
Menurut Arikunto (2010: 114), disiplin adalah
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau
tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang
ada pada kata hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak
luar. Gordon (1996: 3) menambahkan bahwa disiplin
adalah perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan
peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh
dari pelatihan yang dilakukan secara terus menerus.
Gunawan (2012: 266) secara lebih spesifik
mendefinisikan bahwa disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar
tidak menyimpang dan dapat mendorong peserta didik
untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah. Artinya kedisiplin di
sekolah akan membentuk perilaku peserta didik supaya
terbiasa sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di
tengah masyarakat. Peserta didik yang disiplin adalah

85
peserta didik yang taat terhadap peraturan dan tata tertib
sekolah, kegiatan belajar di sekolah, norma-norma yang
berlaku, dan taat dalam mengerjakan tugas-tugas
pelajaran serta bertanggung jawab terhadap apa yang
diucapkan dan dilakukan. Penumbuhan karakter disiplin
pada peserta didik salah satunya melalui pembiasaan
untuk datang tepat waktu.
Untuk mengatasi permasalahan terkait
implementasi nilai disiplin pada SMK binaan, salah satu
strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pendekatan personal. Pendekatan personal yang
dimaksud yaitu dengan membangun chemistry antara
pengawas dan semua warga sekolah supaya terjalin
hubungan yang harmonis dan bersinergi. Hubungan
yang harmonis menciptakan keterbukaan dan
kenyamanan. Pengawas sekolah dapat berperan sebagai
teman bicara dan juga memberikan layanan bantuan
kepada semua warga sekolah. Sejalan dengan semboyan
dari Sam Ratulangi, seorang tokoh multidimensial, yaitu
“SI TOU TIMOU TO MOU TOU”, yang artinya manusia
hidup untuk memanusiakan orang lain. Maksud
pernyataan ini adalah manusia baru dapat disebut
sebagai manusia jika sudah dapat membantu manusia
yang lain.

Strategi Pendekatan Personal


Pendekatan personal adalah pendekatan yang
digunakan untuk memberikan bantuan dan bimbingan
belajar kepada setiap individu agar dapat bisa
mengoptimalkan potensinya. Pendekatan personal ini
memusatkan perhatian pada pandangan individu dan
berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif,
sehingga manusia semakin sadar diri dan bertanggung
jawab. Dalam kaitannya dengan fungsi pengawas sekolah
pada SMK binaan, pendekatan personal yang dimaksud
adalah pemberian bimbingan belajar kepada peserta
didik, pendidik dan tenaga kependidikan pada SMK
binaan agar dapat menerapkan nilai kedisiplinan sebagai
budaya sekolah. Pendekatan personal yang dilakukan

86
pendidik akan memberikan kekuatan dan motivasi
kepada semua pihak di SMK binaan. Pendekatan
personal ini merupakan kunci untuk memberikan dan
menyebarkan nilai-nilai positif yang dimiliki seorang
pengawas. Untuk itu penting bagi seorang pengawas
memiliki sikap, nilai dan perilaku yang sepantas dan
selayaknya sebagai tenaga kependidikan.
Dalam implementasi di SMK binaan, pendekatan
personal digunakan untuk mengatasi permasalahan nilai
disiplin warga SMK. Penulis menerapkan pendekatan ini
selama empat bulan, yang secara teknis dilaksanakan
dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap keteladanan
2. Tahap pembinaan
3. Tahap sanksi

Strategi Pendekatan Personal – Tahap Keteladanan


Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan
memberikan keteladanan. Keteladanan berasal dari kata
teladan yaitu perbuatan yang patut ditiru dan di contoh.
Dalam kehidupan di sekolah, keteladanan merupakan
cara berbuat dan berbicara dari seorang pendidik dan
tenaga kependidikan yang akan ditiru oleh peserta didik.
Dengan keteladanan ini lahirlah gejala identifikasi positif,
yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Selain
itu, melalui keteladanan juga dapat membentuk jiwa,
watak, dan karakter peserta didik untuk dapat menjadi
individu yang cakap dan terampil dalam membangun
bangsa dan negara. Manfaat lai dari keteladanan adalah
terciptanya hubungan yang baik antar setiap warga
sekolah. Dalam konteks ini, Penulis sebagai Pengawas
Sekolah bertindak sebagai individu yang memberikan
keteladanan kepada seluruh warga sekolah, yaitu
pendidik, tenaga kependidikan, dan juga peserta didik
yang ada pada wilayah SMK binaan.
Dalam implementasinya di lingkungan SMK
binaan, keteladanan dapat dilaksanakan dalam dua
bentuk keteladanan yaitu keteladanan yang disengaja dan
keteladanan yang tidak disengaja. Keteladanan yang

87
disengaja adalah wujud perilaku langsung yang dilakukan
dan dicontohkan secara terstruktur oleh Pengawas SMK
kepada para warga sekolah. Keteladanan yang tidak
disengaja adalah wujud perilaku yang dilakukan oleh
Pengawas SMKsecara tidak terprogram, tetapi dapat
ditiru oleh warga sekolah dalam menerapkan nilai
kedisiplinan.
Bentuk keteladanan yang dilakukan oleh Penulis
adalah bentuk keteladanan yang disengaja. Wujudnya
adalah dengan memberikan contoh perilaku yang
menunjukkan kedisiplinan dalam kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Wujud
nyata dari kegiatan tersebut adalah datang tepat waktu,
menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan,
menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana
yang sudah diatur dalam peraturan sekolah. Selain itu,
pada tahap keteladanan ini Penulis juga melaksanakan
program apel pagi di SMK binaan. Kegiatan apel pagi
merupakan wadah untuk memberikan motivasi warga
sekolah dalam kegiatan belajar mengajar., dan juga untuk
menumbuhkan jiwa nasionalis dengan menyanyikan
lagu Indonesiar raya serta lagu wajib lainnya. Berikut
adalah dokumentasi saat pelaksanaan apel pagi di SMK
binaan:

Gambar 1. Pelaksanaan Apel Pagi di SMK Binaan

88
Strategi Pendekatan Personal – Tahap Pembinaan
Tahap kedua dalam pendekatan personal adalah
dengan memberikan pembinaan penumbuhan karakter
disiplin warga sekolah. Pada tahapan ini, Penulis selaku
Pengas SMK secara aktif dan ruti melakukan kegiatan
monitorin dan evaluasi pada kegiatan kokurikuler,
intrakurikuler, dan ekstrakurikuler yang terdapat di SMK
binaan. Penulis tidak hanya cukup dengan membaca
laporan yang dimuat dalam dokumen jurnal sekolah,
tetapi juga secara aktif terjun langsung ke dalam aktifitas
warga sekolah. Penulis melakukan supervisi akademik
secara rutin untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran
teori maupun praktik di kelas, dan juga melakukan
evaluasi berkala secara rutin. Berikut adalah dokumentasi
yang dilakukan ketika Penulis melakukan pengecekam
kelengkapan dokumen perangkat pembelajaran para
pendidik di SMK binaan:

Gambar 2. Monitoring Dokumen Perangkat Pembelajaran di SMK Binaan

Selain itu, pada tahap pembinaan ini Penulis juga


merancang dan melaksanakan berbagai program untuk
megoptimalkan nilai disiplin warga SMK, seperti
program rapat rutin antara Pengawas SMK dengan warga
sekolah yaitu pendidik, tenaga kependidikan, komite dan
juga perwakilan peserta didik. Kegiatan ini bertujuan
untuk memonitor pelaksanaan layanan pendidikan yang
terjadi di SMK binaan dan juga untuk mendengarkan

89
aspirasi dari warga sekolah, tekait perbaikan yang perlu
dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan.
Kegiatan rapat rutin ini juga digunakan sebagai sarana
untuk menumbuhkan kesadaran diri para warga sekolah,
agar dapat memiliki rasa cinta dan memiliki terhadap
satuan pendidikan. Kepala sekolah dan guru tidak hanya
menjalankan rutinitas tugas, akan tetapi selalu terbangun
budaya untuk mengembangkan diri meningkatkan mutu
sekolah menjadi lebih baik, terutama karakter disiplin.
Kesadaran diri dan semangat yang tumbuh dari hasil
pembinaan dan pemberian motivasi oleh pengawas
membuat warga sekolah secara bersama-sama
meningkatkan kedisiplinan di sekolah setiap hari. Berikut
adalah dokumentasi saat pelaksanaan rapat rutin:

Gambar 3. Pelaksanaan Rapat Rutin dengan Warga SMK Binaan

Strategi Pendekatan Personal – Tahap Sanksi


Tahap ketiga dalam pendekatan personal adalah
dengan memberikan sanksi. Sanksi merupakan ancaman
bagi pelanggar norma, dalam kaitannya dengan aktifitas
pembelajaran di sekolah sanksi merupakan hukuman
yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah lainnya
yang melanggar tata krama dan tata tertib kehidupan
sosial sekolah, khususnya larangan yang secara eksplisit
ditetapkan oleh sekolah. Sanksi berfungsi untuk
memaksa siswa, atau hukuman yang dikenakan kepada
seseorang yang melanggar peraturan yang telah

90
ditetapkan oleh suatu kaedah hukum. Tujuan dari
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki perbuatan
pelanggar, untuk menghalangi siswa lain melakukan
kegiatan yang serupa, serta untuk menjaga berbagai
standar kelompok agar tetap konsisten dan efektif. Sanksi
dijadikan pilihan terakhir dalam menegakkan
kedisiplinan di lingkungan SMK binaan, setelah tahap
keteladanan dan tahap pembinaan. Sanksi yang diberikan
pada warga SMK binaan diberikan secara bertahap mulai
dari teguran lisan, tertulis, maupun perbuatan. Setelah
diterapkan pendekatan personal pada tahap keteladanan
dan tahap pendampingan, pendidik dan tenaga
kependidikan telah menunjukkan perubahan yang besar
dalam memberikan layanan pendidikan. Pihak yang
masih harus menjadi perhatian adalah para siswa yang
belum bisa optimal menegakkan kedisiplinan.
Perilaku siswa yang datang terlambat, dan ketidak
seriusan saat pembelajaran teori dan praktik masih
ditemui di SMK binaan. Untuk itu pihak sekolah
memberikan sanksi lisan, tertulis dan juga perbuatan agar
para siswa dapat menunjukkan keseriusannya dalam
proses pembelajaran. Sanksi lisan diberikan pihak
sekolah melalui Kepala SMK dan Guru Mata pelajaran
saat upacara maupun ketika pembelajaran di kelas.
Sanksi secara tertulis diberikan oleh guru bimbingan
konseling dengan memberikan surat kepada orang tua
murid. Selanjutnya sanksi perbuatan diberikan kepada
siswa dalam bentuk berupa perbuatan membersihkan
lingkungan sekolah. Berikut adalah dokumentasi
pemberian sanksi kepada siswa:

Gambar 4. Penerapan Sanksi Membersihkan Lingkungan Sekolah

91
Peningkatan Kedisiplinan SMK Binaan Melalui
Pendekatan Personal
Setelah diterapkannya pendekatan personal pada
SMK binaan, melalui tiga tahapan yaitu tahap
keteladanan, tahap pembinaan, dan tahap sanksi
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kedisiplinan
oleh warga SMK binaan. Salah satu indikator yang dapat
dilihat adanya peningkatan kedisiplinan adalah jumlah
kehadiran warga SMK binaan yang sudah tepat waktu.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
perbandingan jumlah keterlambatan warga SMK binaan:

Tabel 1. Hasil peningkatan kedisiplinan dengan pendekatan personal


No Indikator Keterlambatan Sebelum Sesudah
1 Peserta didik 250 orang 17 orang
2 Pendidik 30 orang 3 orang
3 Tenaga Kependidikan 8 orang 1 orang

Tabel 1 menginformasikan bahwa jumlah peserta


didik yang terlambat sebelum adanya pendekatan
personal adalah 250 orang, tetapi setelah diberikan
keteladanan, pembinaan dan sanksi dalam kurun waktu
empat bulan, diketahui dapat menurunkan jumlah warga
sekolah khususnya siswa dari jumlah 250 siswa yang
terlambat menjadi 17 orang yang hadir terlambat. Begitu
juga dengan kehadiran Pendidik yang pada awalnya
terdapat 30 orang pendidik yang hadir terlambat, turun
menjadi 3 orang yang terlambat. Hal yang sama juga
terjadi pada tenaga kependidikan pada SMK binaan,
setelah diterapkannya pendekatan personal dari 8 orang
yang terlambat menjadi 1 orang yang terlambat.
Keteladanan dan pembinaan merupakan tahap
yang memegang peranan penting dalam pendekatan
personal. Dengan adanya contoh perilaku nyata yang
diberikan oleh Pengawas SMK dalam menegakkan nilai
kedisiplinan, warga SMK menjadi memiliki kesadaran
diri dan termotivasi untuk lebih disiplin. Selain dengan
keteladanan, untuk meningkatkan disiplin juga melalui
pembinaan. Dalam kaitannya dengan satuan pendidikan,

92
pembinaan merupakan proses untuk membantu tenaga
kependidikan untuk merubah dan membentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat
mencapai standar tertentu yaitu standar nasional
pendidikan. Pembinaan merupakan salah satu wujud dari
monitoring dan evaluasi. Pengawas selaku subyek utama
dalam melakukan pendekatan personal, harus dapat
menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi yaitu
dalam bentuk pembinaan. Hasil monitoring dan evaluasi
yang umumnya dijumpai Pengawas adalah dokumen
perangkat pembelajaran yang tidak lengkap. Dengan
melakukan pembinaan secara rutin seperti rapat berkala,
coaching penyusunan perangkat pembelajaran terbukti
telah dapat meningkatkan kedisiplinan waga sekolah,
khususnya guru.
Dalam kaitannya dengan lulusan SMK, nilai
kedisiplinan ini sangat penting untuk menghasilkan
lulusan yang bisa terserap cepat pada dunia kerja. Untuk
dapat bersaing di dunia kerja tersebut, lulusan SMK tidak
hanya cukup berbekal keahlian tetapi juga harus disertai
dengan soft skills seperti kedisiplinan. Begitu juga dengan
guru sebagai tenaga pengajar, yang harus terus
memberikan contoh kedisiplinan pada peserta didik dan
juga kepada Kepala SMK terkait kelengkapan
administrasi. Dengan demikian, semua pihak yang
tergabung dalam warga SMK binaan telah menampilkan
perilaku kedisiplinan yang meningkat.

Manfaat Pendekatan Personal bagi SMK Binaan


Penerapan pendekatan personal pada SMK binaan
telah membawa dampak positif bagi warga SMK. Berikut
adalah manfaat dari implementasi pendekatan personal:
1. Bagi peserta didik
a. Memiliki kesadaran diri dalam pembelajaran
b. Memberikan motivasi peserta didik dalam
melaksanakan nilai PPK
c. Mendapatkan pembinaan dari guru, kepala SMK
dan pengawas SMK

93
d. Mengikuti kegiatan kokurikuler, intrakurikuler,
dan ekstrakurikuler secara disiplin
2. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan
a. Membantu guru dalam mewujudkan PPK
b. Mendapatkan coaching terkait kelengkapan
perangkat pembelajaran
c. Mendapatkan pendampingan kelengkapan
administrasi
d. Memudahkan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar teori dan praktik
3. Bagi sekolah
a. Memperoleh lingkungan sekolah yang disiplin
b. Memperoleh lingkungan sekolah yang nyaman
c. Memperoleh lingkungan sekolah yang aman
d. Memberikan layanan pendidikan yang baik
e. Memiliki program apel pagi yang dilaksanakan
secara rutin
Dengan mengacu pada berbagai manfaat tersebut,
diharapkan strategi pendekatan personal ini dapat
dijadikan referensi untuk Pengawas SMK lain dalam
mewujudkan PPK, khusunya pada nilai kedisiplinan.

94
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bina Askara.
Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta
Gordon, Thomas. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di
Rumah dan di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan Formal
Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

95
TENTANG PENULIS
Dr sovi masinambow MPd. dilahirkan
di Sonder, Minahasa, Sulawesi Utara
pada tanggal 22 januari 1963.
Pendidikan dasar ditamatkan di SD
GMIM Kolongan Atas Sonder pada
tahun 1976. Pendidikan menengah
ditamatkan di SMEP Negeri Sonder
pada tahun 1979. Pendidikan
selanjutnya adalah menempuh SPG N
Tomohon dan tamat pada tahun 1982,
yang dilanjutkan ke IKIP Negri
Manado Program D3 pada Program
Studi Geografi. Penulis melanjutkan
studi S1 Program Studi
Geografi dan selesai pada tahun 1994. Pendidikan S2
Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Negeri
Manado selesai tahun 2009. Pendidikan S3 ditempuh
tahun 2009 pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Universitas Negri Jakarta, dan selesai pada tahun 2013.
Email penulis adalah masinambowsovi@gmail.com dan
nomor handphone 081356933508

96
PEMBELAJARAN TERINTEGRASI
DENGAN PUS UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA
GURU SMK
S. Iskandar
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung
iskan_dar@yahoo.com

Pembelajaran Terintegrasi PUS Meningkatkan Kinerja


Guru SMK
Sesuai dengan kompetensi guru yang
dipersyaratkandalamPP Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosialdan profesional setiap guru wajib menguasai
danmengimplementasikan kompetensi guru tersebut.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang di milikinya. Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan untuk mewujudkan
perilaku akhlak mulia dan menjadi teladan peserta didik,
sertadapat mengevaluasi kinerja sendiri dan
mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompeten
sisosial merupakan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan dalam maupun di luar lingkungan
sekolah.Kompetensi professional merupakan
kemampuan guru dalampenguasaan materi bidang studi.
Pemerintah Pusat dan Daerah terus melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan dan memberikan penguatan
keempat kompetensi guru, dalam rangka mewujudkan
guru yang profesional.
Dinas Pendidikan Provinsi Lampung sebagai

97
Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan jenjang pendidikan menengah, juga
terus melakukan upaya peningkatan profesionalisme
guru. SMK IB Khaifah Bangsa merupakan salah satu
sekolah swasta di Kota Metro Lampung yang termasuk
dalam lingkungan sekolah binaan Penulis sebagai
Pengawas SMK. Sekolah ini memberikan layanan
pendidikan kejuruan pada Bidang Keahlian Teknologi
Industri, yang terdiridaridua Program Keahlian yaitu: 1)
Teknik Pengendalian Produksi; 2) Teknik Tata Kelola
Pergudangan. Program Keahlian tersebut sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja yang ada di Kota Metro Lampung
dan Provinsi Lampung, karena di Provinsi Lampung
banyak terdapat industri berskala lokal, nasional,
maupun internasional.
Berdasarkan hasil observasi saat Penulis
melakukan kegiatan supervisi akademik, ditemukan
beberapa kondisi kegiatan pelayanan akademik yang
belum optimal. Terkait dengan kegiatan pembelajaran
teori di kelas, hanya sedikit guru yang sudah menerapkan
pendekatan saintifik Sedangkan sebagian besar guru
masih melakukan pendekatan yang berpusat pada
peserta didik dalam pembelajaran. Hasil observasi
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang
dilakukan Penulis kepada beberapa guru, yang
menyampaikan bahwa para guru masih belum
memahami karakteristik pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang dirancang untuk mengaktifkan
peserta didik dalam kegiatan 5M yaitu: 1)
Mengidentifikasi masalah; 2) Merumuskan masalah; 3)
Merumuskan hipotesis; 4) Mengumpulkan dan
menganalisis data; 5) Menarik kesimpulan. Sebagian
besar guru SMK IB Khaifah Bangsa merasa sulit untuk
mendesain pembelajaran dengan memuat unsur 5M. Hal
tersebut juga sejalan dengan dokumen pendukung
kegiatan pembelajaran, semua guru SMK IB Khaifah
Bangsa sudah memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai acuan untuk melaksanakan

98
pembelajaran. Kondisi yang ditemui saat Penulis
melakukan supervisi akademik, guru tidak
mengimplementasikan kegiatan pembelajaran yang
sudah direncanakan dalam RPP.
Dari hasilsupervisi akademik yang dilakukan
Penulis, dapat disarankan bahwa letak permasalahan
utama yang terjadi pada SMK IB Khaifah Bangsa terletak
pada kompetensi pedagogik guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 untuk layanan
pendidikan kejuruan. Untuk itu diperlukan suatu strategi
tertentu untuk mengoptimalkan kompetensi pedagogik
guru, yang salah satunya adalah dengan Pembelajaran
terintegrasi. Pembelajaran terintegrasi merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan
berbagai macam strategi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
materi ajar. Untuk teknis pelaksanaannya, pembelajaran
terintegrasi yang dilakukan oleh Penulis selaku
Pengaswas pada sekolah binaan SMK IB Khaifah Bangsa,
dilakukan dengan tahapan berikut:
1. PenguatanSimulasi
2. UmpanBalik
3. SupervisiAkademik

PenguatanSimulasiuntukSMK IB KhaifahBangsa
Penguatan simulasi adalah Simulasi adalah teknik
untuk merepresentasikan atau meniru kondisi real (suatu
sistem nyata) dalam bentuk bilangan dan simbol (dengan
memanfaatkan program komputer), sehingga menjadi
mudah untuk dipelajari. Pendapat lain menguatkan
bahwa, “Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi
dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah
perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun
waktu yang tertentu". Jadi dapat dikatakan bahwa
simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat
variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem
kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-
ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.

99
Pelaksanaan simulasi pertama dilakukan dengan
menghadirkan satu kelas siswa dan guru yang
mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran dengan
variasi metode. Suasana simulasi merupakan
pembelajaran autentik dimana subjek adalah guru bahasa
Inggris dan siswa. Simulasi dilakukan selama 60 menit.
Setelah simulasi dilakukan bahwa dilakukan diskusi
untuk membahas aspek-aspek pembelajaran, lay out yang
digunakan, ketepatan sintaksis, media pendukung dan
suasana pengelolaan kelas dengan penerapan metode
yang digunakan. Pembinaan meliputi dua sub fungsi
yaitu pengawasan dan supervisi. Pengawasan dan
supervisi mempunyai kaitan erat antara satu dengan
yang lainnya. Keduanya saling mengisi atau saling
melengkapi, kedua subfungsi ini memiliki persamaan
dan perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat, “Teachers
are initiating and directing collaborative professional
development practices such as peer coaching teams, mentoring,
ciritical friends, lesson study groups..,and action research
projects”.Setelah simulai awal dilakukan dan para guru
diberi ksempatan untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang akan disimulasikan, maka selanjutnya
dilakukan simulasi oleh guru-guru lainnya sesuai jadwal.

Gambar 1. Suasana Simulasi Pembelajaran, Satu Kelas sedang dalam proses


pembelajaran, di observasi oleh Seluruh Guru

100
Gambar 2. Suasana Simulasi Metode oleh Para Guru

UmpanBalikuntukSMK IB KhaifahBangsa
Umpanbalikadalah merupakan pemberian
informasi tentang perilaku masa lalu, yang disampaikan
pada saat ini dan dimungkinkan memengaruhi perilaku
pada waktu yangakan datang. Penanggung jawab umpan
balik adalah manajer dan pekerja. Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik
supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual
meliputikunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan
individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri
sendiri.Konsekuensi dari tindakan umpan balik adalah
pembinaan. Pembinaan secara individual harus terus
dilakukan kepada setiap guru dengan menyuguhkan data
terkait pembelajaran. Setelah telaah RPP dan data hasil
pengamatan diperoleh maka guru yang bersangkutan
dipanggil secara pribadi ke ruang kepala sekolah bersama
pengawas untuk mendapatkan pembinaan. Untuk kasus
pembinaan guru yang berat maka langkah-langkah klinis
perlu digunakan dengan bijaksana.
Tindakan diawali dengan pertemuan yang
membahas masalah perancangan dan pengelolaan
pembelajaran. Substansi dari pertemuan tersebut adalah
memvariasikan metode pembelajaran dan
mengkombinasikannya dengan berbagai lay out kelas.

101
Pada pertemuan tersebut dibahas beberapa sintaksis
pembelajaran dan pembagian jadwal tampil para guru
untuk mensimulasikan. Umpan balik diberikan secara
individual dan kelompok tergantung pada hasil temuan
selama proses pembelajaran integratif. Setelah simulasi
diberikan kepada peserta untuk memberikan umpan
balik dari persepsi masing-masing sesuai dengan
tuntutan metode yang digunakan.Adapun hasil
kunjungan kelas sebagai bagian dari supervisi akademik
berupa temuan mendasar dibahas secara tertutup atau
individual dengan guru yang bersangkutan. Temuan
khusus, kesulitan guru IPS hampir sama dengan kesulitan
guru PKn. Perlakuan pengawas adalah dengan
memberikan wawasan secara bersamaan. Kegiatan ini
dimaksudkan agar program berjalan sesuai dengan
tujuan dan meyakinkan bahwa setiap guru mengerti apa
yang harus dilakukan untuk menerapkan pembelajaran
integratif di SMK IB Khalifah Bangsa.
Pembinaan secara individual dimaksudkan untuk
menggali permasalahan secara mendasar sehingga guru
yang bersangkutan termotivasi lebih untuk memperbaiki
kemampuan membelajarkan. Asistensi terhadap
pengembangan keterampilan mengajar guru ternyata
harus dilakukan berdasarkan penguasaan tiap materi.
pengawas harus secara konsisten dan terukur melakukan
supervisi akademik untuk terus membantu guru dalam
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dalam
kelasnya sehingga praktik pembelajaran dilakukan sesuai
dengan tuntutan standar proses.
Melalui berbagai tahapan dalam penerapan
pelaksanaan simulasi, umpan balik, dan supervisi
akademik dan memperhatikan temuan case by case maka
pengawas dapat memberikan perlakuan yang tepat.
Perhatian secara khusus mendorong guru-guru tertentu
yang teridentifikasi kurang rajin dan kurang menerapkan
metode pembelajaran bervariasi untuk berbuat lebih
maksimal dalam mempersiapkan perangkat
pembelajaran, praktik pembelajaran di kelas, dan sadar
sepenuhnya bahwa pembinaan yang dilakukan bukan

102
sekedar formalitas.

Gambar 3. Suasana Pemberian Umpan Balik Secara Individual

SupervisiAkademikuntukSMK IB KhaifahBangsa
Supervisiakademik merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan pengawas untuk membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pembelajaran.Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik
supervisi yang di kelompokkan sebagai teknik individual
meliputi kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan
individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri
sendiri.
Seorangpengawas, selain harus mengetahui aspek
atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus
mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat
atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan
betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina
melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan
kepribadian guru. Satu hal yang perlu ditekankan pada
supervisi kelompok bahwa tidak ada satupun di antara

103
teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau
bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di
sekolah. Artinya, akan ditemui oleh pengawas adanya
satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk
membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan
pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang pengawas harus
mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya
mampu membina keterampilan pembelajaran seorang
guru.

ManfaatPembelajaranTerintegrasidengan PUS
untukSMK IB KhaifahBangsa
Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan
pada SMK IB Khalifah Bangsa, diketahui bahwa
pembelajaran terintegrasi dengan PUS dapat
memperbaiki kompetensi pedagogik guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran dengan kurikulum
2013. Nilai positif lainnya diperoleh suasana sekolah
menjadi lebih sehat karena dibangun dengan kebiasaan
diskusi untuk meningkatkan kompetensi masing-masing
guru dalam melaksanakan pembelajaran integratif di
SMK IB Khalifah Bangsa.
Pembelajaran terintegrasi dengan Penguatan
Simulasi, Umpan Balik, Supervisi Akademik (PUS) telah
terbukti dapat meningkatkan kinerja guru di SMK IB
Khalifah Bangsa Kota Metro. Peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan variasi metode pembelajaran
yang bersinergi dengan variasi lay out kelas telah
mendorong pembelajaran yang lebih hidup, terarah, dan
berkualitas dalam kelas setiap guru.
Simulasi, umpan balik, dan supervisi akademik
menjadi alat yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan guru dan mempertahankannya sepanjang
waktu. Suasana sekolah menjadi lebih sehat karena
dibangun dengan kebiasaan diskusi untuk meningkatkan
kompetensi masing-masing guru dalam melaksanakan
pembelajaran integratif di SMK IB Khalifah
Bangsa.Anggapan bahwa pembinaan merupakan hal
yang bersifat formalitas tanpa tindak lanjut tidak lagi ada

104
sehingga upaya dari setiap pribadi guru untuk maju dan
melaksanakan pembelajaran yang disukai siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Para guru mampu
mengefisienkan waktu ketika di sekolah dan
mengefektifkan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan perbaikan kemampuan. Para guru tampil
percaya diri, lebih mengalir pada saat tampil mengajar
dalam kelas. Selanjutnya manfaat yang bisa diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan upaya masing-masing guru
untuk menguasai sebanyak-banyaknya variasi metode
pembelajaran;
2. Memudahkan pengendalian pembelajaran dan
pemantauan kinerja guru;
3. Memberikan konsep nyata yang dapat diterapkan di
SMK IB Khalifah Bangsa dengan segala keterbasan
yang ada;
4. Meningkatnya kompetensi guru dalam mengajar di
kelas;
5. Meningkatnya mutu proses pembelajaran di SMK IB
Khalifah Bangsa.

105
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasidan
Kompetensi Guru
Robbins, Pam. Alvy, Harvey B. 2004.The New
Principal’sFieldbook. Alexandria: ASCD.
Robbins, Pam. Alvy, Harvey B. 2009.The
Principal’sCompanion.ThirdEdition. California,
ThousandOaks: Corwin-Sage Company.
Syaefudin,Udin.,Syamsuddin,Abin.2005.PerencanaanPend
idikanPendekatanKomprehensif. Bandung: PT
RemajaRosdakarya.

106
TENTANG PENULIS
S. Iskandar, Lahir di Lampung
Tengah, 1 Januari 1966 Lulus SD
Negeri 2 Yukum Jaya Tahun 1979 ,
SMP Negeri 1 Poncowati Tahun 1982,
STM Negeri 2 Poncowati Tahun 1985,
Melanjutkan Kuliah Setrata (S1) di
STKIP Muhammadiyah Metro
Jurusan MIPA Bidang Studi
Matematika Lulus Tahun 1990, Strata
(S2) Universitas Lampung (UNILA)
Jurusan FKIP Program Studi
Teknologi Pendidikan Tahun2008. Di
angkat menjadi CPNS Tahun
1991 di SMK Negeri 1 Metro, Pengawas Dinas Pendidikan
Kebudayaan dan Olahraga Kota Metro Tahun 2002 s.d
2016, Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Lampung Tahun 2017 s.d sekarang.
HP : 081379272525
Email : iskan_dar@yahoo.com

107

Anda mungkin juga menyukai