PS-SMK Berprestasi 2019
PS-SMK Berprestasi 2019
EDITOR:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd
Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
ii
KUMPULAN KISAH SUKSES PENGAWAS SEKOLAH SMK
Editor:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd
ISBN:
978-602-52537-1-3
Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id
iii
PRAKATA
iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.......................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................... vii
vii
STRATEGI MCS DALAM
PENYUSUNAN SOAL HOTS
Endah Kismani
Pengawas SMK Provinsi Jawa Barat
endahkismani@gmail.com
1
menyusun soal pada level ingatan (C1) dan pemahaman
(C2). Rendahnya tingkatan soal yang dibuat berdampak
pada kurang berkembangnya keterampilan berpikir kritis
peserta didik sehingga dinilai kurang mampu bersaing di
dunia kerja. Sedangkan saat ini peserta didik dituntut
untuk dapat berpikir kritis (Critical thinking), memiliki
kemampuan dalam pemecahan masalah (Problem solving)
dan mampu membuat keputusan (Decision making). Jika
keterampilan tersebut tidak dilatih dan dikembangkan
maka dapat dipastikan peserta didik tidak dapat bersaing
di zamannya.
Idealnya seorang guru harus mampu menyusun
soal HOTS(High order thinking skill) sesuai dengan
penyusunan soal dengan mengacu pada tingkat berpikir
metakognitif, yaitu kemampuan untuk menganalisa,
mengevaluasi dan mengkreasi serta disesuaikan dengan
panduan penilaian hasil belajar dan pengembangan
karakter sekolah kejuruan (Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2018: 76). Karakteristik soal HOTS tidak selalu
berupa soal yang sukar tetapi hanya menuntut level
kognitif rendah, misalnya level ingatan (C1) dan
pemahaman (C2). Soal HOTS lebih mendorong peserta
didik untuk menggunakan keterampilan berpikir tinggi.
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir
tinggi maka setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus). Dalam bahasa Inggris stimulus soal
dapat berbentuk teks, gambar, bagan, grafik, tabel dan
penggalan cerita, atau puisi (Kismani, 2019: 22). Guru
harus pandai mencari stimulus yang tepat untuk
menuntun peserta didik dalam menjawab pertanyaan.
Salah satu solusi untuk memecahkan masalah
rendahnya kompetensi guru dalam menyusun soal HOTS
adalah melalui pembinaan menggunakan strategi MCS
(Modelling, Coaching and Scaffolding). Tahapan proses
pembinaan melalui MCS yaitu: (1) Modelling, dengan
memberikan contoh cara menyusun soal HOTS yang
benar, seperti pengembangan indikator, materi dan
mengkonstruksi soal; (2) Coaching, merupakan bentuk
bimbingan dan latihan baik individu maupun kelompok
2
untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan; (3)
Scaffolding, merupakan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal
HOTS.
Strategi MCS dalam Penyusunan Soal HOTS
Upaya pengawas sekolah untuk melaksanakan
supervisi akademik secara rutin memberikan dampak
positif berupa proses pembelajaran di kelas yang
semakin baik. Berbagai pendekatan dan metode yang
bervariasi dari tahun ke tahun diimplementasikan
sehingga terjadi peningkatan yang kontinu. Menurut
Purwanto (2009: 76), suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan dengan baik sangat membantu guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.
MCS merupakan model pembinaan yang
menuntut bukan hanya partisipasi pasif seperti pada
metode ceramah, tetapi menggerakkan peserta untuk
turut aktif dalam memahami konsep dan keterampilan
menyusun soal HOTS. Metode ceramah dianggap praktis,
tetapi metode ini banyak kelemahannnya, seperti yang
disampaikan oleh Dwivedi (2004: 13) bahwa orang yang
belajar tetap menjadi penerima pasif dan merespon
pembicara pada basis satu terhadap satu. Dengan
demikian, model MCS dianggap sesuai dalam
mengembangkan kemampuan guru menyusun soal
HOTS. Strategi MCS merupakan terobosan baru bagi
pengawas sekolah dalam membina guru
mengembangkan kemampuan penyusunan soal HOTS.
Tahap pertama dalam strategi MCS adalah
Modelling yang merupakan strategi pembelajaran oleh
pengawas untuk memberi contoh kepada guru
bagaimana cara membuat, langkah-langkah penyusunan,
kriteria dan kaidah soal HOTS yang benar. Inti dari
strategi Modelling adalah contoh yang jelas agar dapat
ditiru dengan mudah melalui pengamatan, atas demo
suatu konsep yang dipelajari. Menurut Bandura (2017: 78-
105) peserta didik akan menguasai atau mempelajari hal
dengan optimal dengan cara mengamati dan menirukan
3
suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru
pesera didik dapat digolongkan menjadi Symbolic
Modelling, yaitu model yang direpresentasikan secara
lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar; dan
Representation Modelling yaitu model yang
direpresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya, radio, TV, dan video. Dengan
demikian, modelling yang sesuai digunakan untuk
memberi contoh konsep penyusunan soal HOTS yaitu
Symbolic Modelling. Langkah-langkah penggunaan model
jenis ini adalah: 1) menetapkan tujuan yang jelas; 2)
memberikan contoh indikator penyusunan soal; 3)
memberikan kesempatan untuk berpikir dengan cara
eksplorasi; 4) mendemokan proses; 5) bekerja sama
melalui contoh, 6) memberikan kesempatan bagi
pembelajar untuk bekerja dengan sendirinya.
Pengawas sebagai model dapat memberikan
beberapa proses pemodelan, seperti bagaimana cara
menjabarkan indikator kompetensi dasar (KD) aspek
pengetahuan menjadi indikator soal pada kisi - kisi soal.
Indikator soal mengacu pada ranah kognitif yaitu
menetukan ranah LOTS (Low Order Thinking Skill), yang
meliputi ranah ingatan (C1), pemahaman (C2) dan
aplikasi C3). Adapaun ranah HOTS meliputi Analisis (C4),
Evaluasi (C5) dan kreasi (C6) sesuai dengan taksonomi
Bloom yang direvisi oleh Anderson (2001: 172). Proses
pemodelan selanjutnya yaitu memberikan contoh cara
membuat stimulus soal, bagaimana cara menentukan stem
(batang soal) dan bagaimana cara membuat pedoman
penskoran pada soal uraian. Model-model yang dibuat
oleh pengawas ditiru oleh guru binaan dan dijadikan
pedoman untuk menyusun soal HOTS.
Setelah proses Modelling dilanjutkan kegiatan
Coaching yang merupakan proses pendampingan yang
dilakukan oleh coach (pelatih) kepada coachee (peserta)
dalam bentuk pertanyaaan-pertanyaan yang
membimbing coachee untuk menemukan dan menguasai
konsep atau keterampilan tertentu (Landsberg, 2015: 100
- 174). Coachmenggunakan berbagai strategi supaya
4
coachee mampu menyusun soal HOTS dengan benar.
Prinsip utama Coaching adalah drilling (pengulangan)
pada konsep atau keterampilan yang belum dikuasai
hingga mahir. Langkah-langkah yang dilakukan selama
coaching adalah: 1) melakukan analisa sebelum melakukan
coaching; 2) persiapan dengan menyediakan semua bahan
yang diperlukan; 3) melakukan kegiatan coaching; 4)
dokumentasi semua hasil kegiatan coaching.
Tahap akhir yaitu Scaffolding adalah strategi
membantu guru dengan cara memberikan penjelasan
tentang mekanisme dan tahapan untuk mencapai target
yang sudah ditetapkan. Baik pengawas sekolah dan guru
bersama-sama aktif memberi dan meminta bantuan
untuk mencapai tujuan yang sama yaitu dapat menyusun
soal HOTS sesuai dengan kaidahnya. Menurut Vygotsky
(2001: 102) scaffolding dilandasi dari teori sosiokultural,
yaitu bahwa interaksi sosial memainkan peran yang
mendasar dalam perkembangan kognisi. Belajar terjadi
melalui partisipasi peserta pembelajar dalam bentuk
pengalaman-pengalaman sosial dan kultural yang sengaja
ditanamkan.
Konsep scaffolding berbeda dengan bantuan belajar
yang diberikan pengawas kepada guru pada umumnya.
Scaffolding adalah bantuan yang diberikan untuk
mendukung peningkatan kompetensi yang dimiliki guru.
Jika bantuan yang diberikan tidak berhubungan dengan
kompetensi tersebut, maka tidak dapat dikatakan
sebagai scaffolding (Li Ding 2010: 57). Dalam memberikan
bantuan, pengawas sekolah menciptakan suasana yang
nyaman bagi peserta untuk bekerja. Oleh karena itu,
strategi scaffolding dilakukan pada tahap akhir
pembinaan, setelah modelling dan coaching, karena pada
tahap ini jalinan chemistry antara pengawas sekolah dan
guru sudah terbangun. Sehingga terjadi kenyamanan
untuk meminta bantuan yang diperlukan. Langkah-
langkah tahap Scaffolding adalah: 1) menetapkan tujuan
kegiatan scaffolding; 2) memberikan bantuan fokus pada
hasil analisis kelemahan pada tahap coaching; 3) bekerja
secara individual menyempurnakan hasil kerja; 4)
5
mendokumentasikan hasil
6
a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia;
b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional;
c) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
komunikatif, dan
d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau
frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian.
B. Soal Bentuk Uraian
1. Substansi/Materi
a) Soal sesuai dengan indikator KD dan menuntut
tes bentuk uraian;
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan sesuai;
c) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi,
dan
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
2. Konstruksi
a) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara
mengerjakan soal;
b) Rumusan kalimat soal/pertanyaan
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai. Gunakanlah kata-
kata: mengapa, uraiakan, jelaskan, tafsirkan,
bandingkan, buktikan, hitunglah, dan hindari
pertanyaan: siapa, apa, bila;
c) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya
harus jelas dan berfungsi, dan
d) Ada pedoman penskoran.
3. Bahasa
a) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;
b) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia
yang baku;
c) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian;
7
d) Tidak mengandung kata yang
menyinggung perasaan, dan
e) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
daerah tertentu atau bahasa tabu.
(Pedoman Penilaian Hasil Belajar dan Pengembangan
Karakter 2018 : 21- 24)
8
kegiatan pembinaan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Selanjutnya diadakan sosialisasi tentang rencana
program pembinaan guru Bahasa Inggris dalam
menyusun soal HOTS melalui strategi MCS dan langkah-
langkah pelaksanaan serta instrumen yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembinaan. Jadwal
pelaksanaan pembinaan penyusunan soal HOTS bagi
guru bahasa Inggris juga harus diketahui oleh semua
kepala sekolah, sehingga mereka dapat berpartisipasi
aktif dalam pelaksanaan pembinaan ini.
Proses kegiatan MCS tersebut dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap M (Modelling)
Guru diberikan contoh konsep penyusunan soal
HOTS sesuai dengan kaidahnya pada paparan
klasikal. Selain itu guru juga diberikan penjelasan
tentang tujuan penyusunan soal HOTS dan cara
membuat kisi-kisi soal yang benar beserta pedoman
penskorannya. Kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan penjelasan bagaimana membuat
indikator soal yang dijabarkan dari Kompetensi Dasar
(KD) pada ranah metakognitif. Guru juga diberikan
cara bagaimana mengembangkan materi,
menentukan stimulus, mengkonstruksi soal dan
menggunakan bahasa yang benar. Selain itu guru
diberikan cara bagaimanamengidentifikasi dan
membedakan soal HOTS dan LOTS.
9
2. Tahap C (Coaching)
Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan memberi
3. Tahap S (Scaffolding)
Rangkaian kegiatan terakhir pada strategi ini yaitu
tahap scaffolding, dengan melakukan koreksi soal
HOTS yang dibuat oleh guru baik dalam bentuk
pilihan ganda dan uraian. Selanjutnya menyediakan
10
kesempatan kepada guru untuk menyampaikan
alasan yang belum dimengerti dalam penyusunan
soal HOTS dan jugamemberikan arahan serta
konfirmasi
berkaitan dengan soal yang sudah dianggap sesuasi
dengan kaidah dan yang masih belum sempurna.
4. Tahap Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan pembinaan
penyusunan soal HOTS dengan strategi MCS perlu
dilakukan tahapan evaluasi, melalui telaah soal HOTS
yang dibuat guru. Evaluasi ini menggunakan
instrumen telaah soal HOTS yang didasarkan pada
kaidah penyusunan soal HOTS. Guru yang sudah
mampu menyusun soal HOTS adalah mereka yang
mampu mengembangkan dengan kriteria
pengembangan materi, penyusunan konstruksi soal
dan penggunaan bahasa yang benar.
11
menjadi kategori Sangat Kompeten (SK) apabila rentang
skor 85-100, kategori Kompeten (K) apabila rentang skor
75-84, Cukup Kompeten (CK) apabila rentang skor 65-74
dan Belum Kompeten (BK) jika skor kurang dari 65.
12
Gambar 4. Nilai rata-rata sebelum dan sesudah pembinaan
penyusunan soal HOTS dengan strategi MCS
13
pendidikan semakin bertambah.
Berdasarkan hasil pembinaan strategi MCS dalam
penyusunan soal HOTS dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru menyusun soal HOTS Bahasa Inggris
di sekolah binaan mengalami peningkatan, yaitu: 1) Guru
Bahasa Inggris telah mampu menyusun soal HOTS sesuai
dengan kaidah penyusunan soal, yaitu penguasaan
materi dengan nilai rata-rata 94.84, mengkostruksi soal
dengan nilai rata 95.63 dan penggunaan Bahasa yang baik
dan benar dengan nilai rata- rata 96.44. 2) Guru Bahasa
Inggris telah mampu mengembangkan soal HOTS dalam
bentuk soal pilihan dan uraian.
Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan
diantaranya: 1) Best Practice yang berjudul “Strategi MCS
dalam penyusunan soal HOTS” dianggap selesai, jika ada
pengawas sekolah lain atau siapa saja yang akan menulis
judul superti ini, sebaiknya menyiapkan berbagai
instrumen yang diperlukan termasuk buku-buku
referensi; 2) Kepala sekolah diharapkan dapat terus
mendukung kegiatan guru yang berpotensi pada
peningkatan profesionalisme guru; 3) Dinas pendidikan
memberikan kemudahan dan support utnuk pelaksanaan
pengembangan dan peningkatan kompetensi guru
bahasa Inggris khususnya dan mata pelajaran lain
umumnya dalam menyusun soal HOTS.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwohl. (2001). “A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives)”.
Abridge Edition. Penerbit David McKay Company.
New York.
Bandura, Albert. (2017). “Effective Modelling”. Chaucer
School. Great Britain.
__________________(2016). “The power of
observational learning through social modelling”
In R. Stenberg, S.T. Fiske, D.J Foss (Eds.). “Scientists
making a difference” (pp. 235-239).
Carnegie, Dale. (2009). “The 5 Essential People Skills”.
Gramedia pustaka utama. Jakarta
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2018).
“Penulisan Instrumen Penilaian berbasis HOTS”.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2018). “Panduan
Penilaian Hasil Belajar dan Pengembangan Karakter
Sekolah Kejuruan”. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Dwivedi, Anju. (2004). “Metodologi Pelatihan Partisipatif”.
Pondok Edukasi . Bantul Yogyakarta.
Febrianti, V., & Murdiono, M. (2017). Peranan Guru
dalam Pengembangan Instrumen Penilaian High
Order Thinking Skill pada Mata Pelajaran PPKN
untuk Siswa Kelas XI SMA di Kabupaten Sleman.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum,
501-512.
Kismani, Endah, (2019). “Practical Guide to Develop HOTS
in Language Learning and Assessment”. Cakrawala
Millennia Jaya. Bogor
Landsberg, Max. (2015). ”Mastering Coaching”. CPI Group
UK Ltd Croydon CRD 4YY.
Li Ding. Ph.D. Dr. (2010). “Exploring the role of conceptual
scaffolding in solving synthesis problems”. Physics
Education Research.
Machali, Imam M.Pd. Dr. & Hidayat Ara, M.Pd. Dr. 2016.
“The handbook of Education Management”.
15
Premadamedia Group. Jakarta.
Purwanto, Ngalim, M. (2009). “Administrasi dan Supervisi
Pendidikan”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Pusbangtendik. (2011). “Supervisi Akademik”, Jakarta.
16
BIODATA
Endah Kismani S.Pd,MM. Lahir di
Trenggalek pada tanggal 11 september
1963. Lulus MI Muhammadiyah desa
Kamulan, Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek ( 1976), lulus
SMP Negeri 1 Durenan kabupaten
Trenggalek (1980) dan lulus SMA PGRI
Kalangbret- Tulungagung (1983).
Melanjutkan kuliah S1 di UIKA Bogor
jurusan Bahasa Inggris FKIP dan lulus tahun 1995.
Menyelesaikan pendidikan S2 pada jurusan Magister
Management di STIMA IMMI Jakarta (2009). Mulai aktif
menulis sejak menjadi guru dengan menulis buku-kubu
pelajaran ber ISBN sejak tahun 2002. Saat ini masih aktif
menulis buku-buku kepengawasan, terutama buku
panduan guru Bahasa Inggris. Dua buku yang telah
dihasilkan berjudul “Practical guide to develop HOTS in
language learning and assessment” dan “How do texts work?”.
(Email: endahkismani@gmail.com/ HP. 081219652327)
17
PEMANFAATAN CLOUD
COMPUTING MENINGKATKAN
KETERSEDIAAN DOKUMEN
SUPERVISI
Endarta
Pengawas SMK Provinsi Kalimantan Selatan
endarta.am@gmail.com
18
fungsi pengawasan pendidikan. Untuk itu seorang
pengawas sekolah harus memenuhi enam jenis
kompetensi seperti yang dipersyaratkan dalam
Permendiknas No. 12 Tahun 2007. Kompetensi yang
dipersyaratkan bagi pengawas sekolah meliputi
Kompetensi Kepribadian, Supervisi Manajerial, Supervisi
Akademik, Evaluasi Pendidikan, Penelitian
Pengembangan dan Sosial. Kompetensi kepribadian
menuntut pengawas untuk memiliki sikap tanggung
jawab rasa ingin tahu dan motivasi pribadi serta mampu
memotivasi seluruh stake holder pendidikan terkait.
Kompetensi supervisi manajerial, menuntut pengawas
untuk menguasai metode, teknik maupun prinsip
supervisi, memiliki program, menyusun instrumen,
menyusun laporan. Pada kompetensi supervisi
akademik, pengawas harus memahami perkembangan
mata pelajaran, membimbing penyusunan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi akademik
lainnya mengelola, merawat, mengembangkan media
dan fasilitas pembelajaran serta pemanfaatan teknologi
informasi dalam pembelajaran. Kompetensi evaluasi
pendidikan meminta pengawas mampu menyusun
kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan,
membimbing penentuan aspek penting pembelajaran
serta menilai kinerja kepala sekolah dan staf. Sub
kompetensi evaluasi lainnya antara lain pemantauan
pembelajaran, penilaian, analisis untuk perbaikan mutu
serta pengolahan data hasil penilaian kinerja guru, kepala
sekolah dan staf sekolah. Kompetensi penelitian
mewajibkan pengawas menguasai pendekatan, jenis,
metode, menentukan masalah, menyusun proposal,
melaksanakan, mengolah dan menganalisis data serta
menulis karya ilmiah, pedoman atau modul pelaksanaan
pengawasan. Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah
keterampilan bekerja sama dengan pihak terkait dan aktif
dalam organisasi kepengawasan.
Dari keenam kompetensi tersebut, fokus dari
karya kreatif ini ada pada kompetensi supervisi
19
manajerial dan supervisi akademik. Hal tersebut dibatasi
karena permasalahan yang ditemui Penulis dalam
melakukan tugas kepengawasan. Dalam melakukan tugas
kepengawasan terkait supervisi manajerial, dokumen
yang harus dibaca dan dikoreksi pada setiap sekolah
binan yaitu:
1. Evaluasi diri sekolah (EDS)
2. Rencana Kerja Sekolah Jangka Panjang (RKJP),
3. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
4. Rencana Kerja Tahunan (RKT)
5. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
7. Kalender pendidikan/akademik
8. Struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas
pendidik tenaga kependidikan,
9. Peraturan akademik sekolah
10. Tata tertib sekolah
11. Kode etik sekolah
12. Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana
13. Pedoman biaya operasional sekolah/madrasah.
20
Selatan adalah terkait infrastruktur dan lokasi tempuh
sekolah binaan. Wilayah Kota Banjarmasin dibangun
pada wilayah rawa-rawa sehingga memerlukan biaya
besar untuk pembangunan jalan. Oleh karena itu
umumnya lebar jalan relatif kurang. Pertumbuhan
jumlah penduduk berdampak pada kondisi lalu lintas
yang semakin padat dan seringkali menyebabkan
kemacetan. Hal ini juga memberi dampak bertambahnya
waktu tempuh menuju sekolah binaan sehingga secara
otomatis mengurangi waktu kunjungan.
Untuk mengatasi kedua permasalahan dalam
melakukan supervisi manajerial dan akademik, Pengawas
SMK harus kreatif dan inovatif sebagaimana tuntutan
kompetensi kepribadian seorang pengawas. Salah satu
strategi yang dapat ditempuh adalah dengan
menggunakan program Cloud Computing. Program ini
merupakan program yang berisikan teknologi
pemanfaatan layanan internet menggunakan pusat server
yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan data
dan aplikasi (Akhmad Syaikhu, 2010). Salah satu bentuk
cloud computing adalah penyimpanan data dan dokumen
elektronik secara online. Manfaat dari program ini secara
umum adalah pengguna terdaftar dapat menyimpan data
dan dokumen elektronik secara online dan membagi
pakai dokumen tersebut kepada pihak terkait. Para pihak
yang memperoleh hak akses dapat mengakses dokumen
tersebut menggunakan perangkat dari mana saja dan
kapan saja selama ditempat tersebut tersedia layanan
internet. Hal ini dapat pula diterapkan terhadap
dokumen supervisi akademik dan manajerial pada
sekolah binaan. Untuk mengatasi permasalahan jumlah
dokumen yang banyak dan jarak tempuh antar sekolah
binaan program cloud computing dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Mendapatkan domain dan hosting
2. Menginstal aplikasi cloud computing (owncloud)
3. Menetapkan setelan dasar aplikasi owncloud
4. Menetapkan pengguna dan folder penyimpanan
dokumen
21
5. Menggunakan fasilitas cloud computing
22
Selanjutnya tentukan data identitas pemesan
dengan memilih menu seperti Gambar 5. Gambar
6 menunjukkan rekap pemesanan domain dan
hosting.
23
Setelah melakukan pemesanan nama domain,
paket hosting dan menyatakan persetujuan dengan
mengklik kotak kecil dan chekout. Selanjutnya
pemesan akan dikirimi tagihan pembayaran jasa yang
dipesan untuk dibayar dan dikonfirmasikan
pembayarannya. Setelah segala sesuatunya
diselesaikan pemesan mendapatkan username dan
password domain tersebut yang dikirim via email.
24
3. Menetapkan setelan dasar aplikasi ownCloud
Gambar 9 di bawah ini mengilustrasikan alur
dasar pengaturan dokumen supervisi. Dokumen
supervisi dibedakan menurut pembagian tugas di
sekolah binaan. Dalam prakteknya pembagian
dokumen dibedakan menjadi dokumen kurikulum,
kesiswaan, sarana prasarana, humas dan tata usaha
sebagai unsur administrasi sekolah.
Setiap sekolah binaan ditetapkan sebagai satu grup
pengguna. Grup ini memiliki 6 (enam) akun, yaitu
akun kepala sekolah, akun wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, akun wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, akun wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana, akun wakil kepala sekolah bidang humas
dan akun kepala administrasi sekolah.
25
dalam folder sekolah merupakan implementasi
hirarki tanggungjawab sesuai struktur organisasi
sekolah. Folder sekolah selanjutnya dibagikan kepada
akun pengawas pembina. Dengan demikian akun
pengawas memiliki akses terhadap semua akun
sekolah termasuk akses terhadap sub folder dalam
akun sekolah. Ilustrasi struktur akun dan akses dapat
dilihat pada gambar 10 di bawah ini:
26
1) Lakukan login sebagai administrator dengan
username dan password yang sudah
didaftarkan pada aplikasi, yang terdapat pada
layar bagian atas kanan.
2) Klik pada ikon segitiga di sebelah kanan foto
admin hingga tampak pilihan setting users
yang diperlukan.
3) Klik pada Users hingga tampak layar
pengelolaan Users seperti gambar 13 di bawah.
Gambar mengilustrasikan proses pembuatan
grup sekolah binaan bernama SMK
PUTRAUTAMA diakhiri penekanan tanda +
(plus). Lakukan langkah ini untuk membuat
semua grup sekolah binaan.
27
Gambar 12 menunjukkan proses penambahan
penguna dengan username juri5 dan email
juri5@putra.id. Proses penambahan pengguna
diteruskan dengan menentukan grup yang dikuti
dan diakhiri penekanan tombol Create.
c. Membuatfolder pengguna
Folder pengguna diberi nama sesuai bidang tugas
akun yang bersangkutan yaitu Kurikulum,
Kesiswaan, Sarana Prasarana, Humas dan
Administrasi Sekolah. Folder akun kepala sekolah
diberi nama SMK yang bersangkutan. Langkah-
langkah membuat folder sesuai akun adalah:
1) Login dengan username dan password akun
wakil kepala sekolah
2) Klik ikon + (tanda plus) yang berada di tengah
atas hingga tampak seperti gambar 13 berikut
ini:
28
3) Klik Ikon Folder dan ketikkan nama folder
sesuai bidang tugas akun, tekan Enter
29
dan Menetapkan Tujuan Share Folder diulangi pada
seluruh sekolah binaan. Sebagai bagian akhir
penyetelan, semua folder akun Kepala Sekolah dari
semua Sekolah Binaan di share kepada akun Pengawas
Sekolah. Dengan langkah-langkah tersebut semua
folder wakil kepala sekolah dan administrasi sekolah
dapat diakses oleh kepala sekolah yang bersangkutan.
Oleh karena semua akun kepala sekolah dishare
kepada pengawas sekolah maka otomatis pengawas
sekolah dapat ikut mengakses dokumen-dokumen
pelaksanaan program sekolah.
30
Gambar 16 menunjukkan cuplikan isi folder setiap
sekolah binaan yang berisi sub folder kurikulum,
kesiswaan.
31
Gambar 17 Dokumen RPP guru a.n. Daryani dalam folder sharing SMKN
2 Banjarmasin
32
bagian penerapan sistem penjaminan mutu
pendidikan.
Manfaat untuk SMK:
1. Memiliki media penyimpanan dokumen digital yang
tersusun mengikuti hirarki/struktur organisasi sesuai
tugas pokok dan fungsinya
2. Kepala sekolah memiliki media kontrol dan
pengawasan pelaksanaan tugas-tugas yang sudah
dibagikan sebelumnya yang dapat diakses kapan saja
dan dari mana saja.
3. Sekolah mendapatkan layanan pengawasan yang
lebih optimal sehingga fungsi pengawasan
memberikan kontribusi pada kemajuan SMK.
Berdasarkan hasil-hasil yang diuraikan di muka
penulis merekomendasikan rekan sejawat untuk
menerapkan cloud computing agar dapat meningkatkan
layanan supervisi akademik dan manajerial kepada
sekolah binaan. Hal ini dapat dilakukan secara mandiri
maupun berkelompok bersama rekan sejawat baik dalam
satu wilayah terbatas namun juga tidak tertutup
kemungkinan pada lingkup wilayah yang lebih luas.
Selain itu, penulis juga merekomendasikan rekan kepala
sekolah menerapkan fungsi supervisinya menggunakan
aplikasi owncloud dengan setelan yang disesuaikan
struktur organisasi sekolah. Hal serupa dapat diterapkan
pada institusi seperti pada bidang pembinaan SMK,
maupun unit kegiatan lain yang memerlukan
pemantauan, pembinaan program yang sering
terkendala jarak, keterbatasan waktu maupun kuantitas
dokumen.
33
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,Panduan Kerja
Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan
Menengah,Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, 2017.
34
TENTANGPENULIS:
Drs. Endarta, M. Eng. dilahirkandi
Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta p a d a tanggal24
Agustus 1961.Menyelesaikan
pendidikan jenjang Sarjana (S1) pada
Program Studi PendidikanTeknik
Elektronika, Fakultas Pendidikan
Teknologidan Keguruan di Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta
sekarang Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY)tamattahun 1986. Menyelesaikanstudi Pasca
Sarjana (S2) di Sekolah PascaSarjana Universitas Gajah
Mada pada Fakultas Teknik Mesin Magister Sistem
Teknik (MST) Konsentrasi Teknik Industri Kecil dan
Menengahpadatahun2008. Penulis secara konsisten
memberikan sharing dan diskusi sekitar pendidikan
melalui blog http://duniapendidikan.putrautama.ide-
mail: endarta.am@gmail.com HP. 082158314012
35
SILABI: STRATEGI MEWUJUDKAN
SMK KITTA
Pangarso Yuliatmoko
Pengawas SMK Provinsi Jawa Tengah
pyatmoko@gmail.com
36
melaksanakan pendidikan karakter yang terintegrasi
dengan sistem pengelolaan manajemen sekolah itu
sendiri. Artinya, sekolah dapat merencanakan
pendidikan (program maupun kegiatan) yang
menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan
program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan
pengendalian mutu sekolah berbasis berkarakter.
Sasaran akhir pendidikan karakter adalah
keberlangsungan proses transformasi sosial dalam
masyarakat menjadi lebih baik, lebih manusiawi dan
lebih adil. Sasaran dapat tercapai dengan baik apabila
proses pendidikan karakter diimplementasikan secara
utuh dan menyeluruh dengan memperhatikan
pertumbuhan individu dengan segala dimensinya
(individual, moral, dan sosial).
Berbagai hal yang terkait dengan nilai-
nilai/karakter yang dapat diimplementasikan dalam
aktivitas manajemen sekolah. Penyusunan Rencana Kerja
Sekolah (RKS) jangka menengah, Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) Tahunan. Pengelolaan sekolah
terkait SDM, peserta didik, tata tertib dan tata krama
sekolah, peraturan sekolah. sarana dan prasarana,
keuangan, perpustakaan, dan pengelolaan lainnya juga
harus dikaitkan dengan nilai-nilai/karakter.
Efektivitas, efisiensi, dan produktivitas merupakan
tiga ciri manajemen yang baik. Efektivitas berkaitan
dengan hasil-hasil yang dicapai dalam pemenuhan SNP
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Efisiensi
berkaitan jika program dan kegiatan yang dijalankan
sekolah memenuhi SNP sesuai tujuan dengan biaya yang
tersedia. Sedangkan produktivitas tercapai apabila
pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan
SNP hasilnya secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai
dengan tujuan. Artinya, kepala sekolah, tenaga pendidik,
tata usaha sekolah, dan peserta didik masing-masing
dapat melakukan aktivitas sesuai tugas masing-masing
secara maksimal dengan biaya yang rasional. Adapun
dari sisi masing-masing pribadi komunitas sekolah dapat
menginternalisasikan dan mempribadikan nilai-
37
nilai/karakter moral dan kerja kepada peserta didik.
Sekolah kejuruan sebagai institusi pendidikan
vokasi berbasis keterampilan memiliki tanggungjawab
besar dalam menyiapkan tenaga kerja berdaya saing
untuk menghadapi zaman kemajuan teknologi. Dengan
demikian, sekolah kejuruan dituntut untuk
bertransformasi menyesuaikan kemajuan teknologi.SMK
harusnya berfokus pada substansial pendidikan yakni
menghasilkan lulusan terampil dan andal yaitu lulusan
yang menguasai kompetensi pengetahuan serta
keterampilan dalam bidangnya. Maka untuk itu, aktivitas
sekolah kejuruan dalam pembelajaran dan manajemen
sekolah yang berkategori pekerjaan rutin dan harian
perlu melakukan penyesuaian dengan pergeseran
paradigma sebagai dampak perkembangan zaman.
Dengan demikian, beban aktivitas sekolah tidak
terbebankan dengan pekerjaan rutin dan harian,
sehingga sekolah dapat berfokus meningkatkan perihal
pokok pendidikan secara substansial. Hal ini secara tidak
langsung menjadikan konsep SMK sebagai sekolah
kejuruan untuk menjawab tantangan kemajuan
teknologi. SMK harus bisa menjadi lembaga pendidikan
SMK yang profesional, inovatif, dan terampil dengan
memanfaatkan teknologi pada zaman revolusi 4.0 untuk
efisiensi dan efektifitas layanan pendidikan.
Dari beberapa referensi hasil penelitian di dunia
diperoleh pentingnya penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dalam pengelolaan sekolah. Dalam
bukunya Rusdiana (2014) mengemukakan bahwa Inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru
ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Menurut Tilaar (2010), manusia dengan kualitas
tinggi adalah manusia yang bisa berkompetisi di dalam
arti yang baik. Sikap kompetitif yang memproduksi
38
karya yang berkualitas juga tergantung pada individu-
individu yang inovatif. Pendidikan sekarang mengarah
pada pendidikan yang memunculkan atau
mengembangkan sikap pembaharu.
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan,
mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai
politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan
kembali bagaimana perubahan tersebut
mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial.
Sekolah perlu memahami bagaimana harus berinteraksi
dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan
lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia
pendidikan adalah hadirnya Teknologi, Informasi dan
Komunikasi (TIK).
Sekolah digital merupakan program yang
mencanangkan kegiatan kolaborasi antar sekolah
(ulangan bersama) dengan penggunaan fasilitas TIK serta
peningkatan kompetensi pembuatan bahan ajar berbasis
digital. Kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar berbasis digital menjadi sesuatu
kebutuhan pendidik dan peserta didik. Berkembangnya
perangkat teknologi informasi dan konten aplikasi yang
mendukung pembelajaran dengan pola integrasi sosial
mengubah cara mengajar pendidik.
Dengan Program Sekolah Digital diharapkan
pendidik dan peserta didik (generasi millenial) dapat
menggunakan teknologi terkini untuk mendukung
proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Namun demikian fakta
yang terjadi banyak guru yang tidak menguasai teknologi
informasi dan komunikasi, khususnya penguasaan e-
learning dalam pembelajaran.
Permasalahan yang ada di satuan pendidikan
sekarang adalah bagaimana caranya memperbaiki
manajemen sekolah, mutu pembelajaran peserta didik,
dan meningkatkan mutu pendidik dengan menyesuaikan
perkembangan zaman. Permasalahan ini berakibat pada
mutu lulusan sekolah utamanya SMK dalam mencetak
tenaga kerja yang kompeten. Tantangan dunia kerja bagi
39
lulusan SMK sangat berat, diperlukan kompetensi yang
mumpuni bagi mereka supaya dapat bertahan dalam
kompetisi global. Ini bergantung pada peran sekolah
dalam mengatur pengelolaan sekolah dari tahap
merencanakan, melaksanakan sampai dengan evaluasi
program.
Hasil dari pengamatan diperoleh data untuk7
sekolah binaan yaitu SMK Negeri 9 Surakarta, SMK
Muhammadiyah 2 Surakarta, SMK PGRI 2 Surakarta,
SMK Santo Paulus Surakarta, SMK Tekno-SA Surakarta,
SMK Kristen Margoyudan Surakarta dan SMK Kesehatan
Mandala Bhakti Surakarta, belum ada yang mencapai
Standar Nasional Pendidikan dengan syarat nilai 6,67 – 7,
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
40
permasalahan. Kurangnya inovasi sekolah ini
menyebabkan daya saing sekolah sangat rendah sehingga
minat calon peserta didik sekolah di SMK tersebut sangat
kurang. Kemajuan teknologi belum dimanfaatkan secara
optimal dalam mendukung proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik
masih menggunakan metode ceramah sebagai satu-
satunya cara menyampaikan materi pembelajaran.
Kondisi ini mengakibatkan peserta didik merasa kurang
tertarik mengikuti pembelajaran di kelas.Penilaian
pendidikan yang dilaksanakan sekolah sebelumnya
masih berbasis kertas untuk semua mata pelajaran.
Sehingga biaya yang dikeluarkan sekolah cukup besar,
waktu untuk persiapan cukup lama dan tenaga yang
dibutuhkan cukup besar. Dibutuhkan kemampuan IT
yang baik bagi pendidik untuk dapat berinovasi dalam
pembelajaran, untuk itu perlu diadakan pelatihan bagi
pendidik.
Untuk mewujudkan sekolah yang berkarakter,
inovasi teknologi, terampil dan andal dilakukan dengan
strategi membangun sinergitas dengan warga sekolah,
mengadakan pelatihan ke sekolah dengan
pembimbingan secara berkelanjutan untuk meraih
tujuan sekolah. Strategi ini dilakukan dengan tahapan
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Sekolah yang baik
tidak hanya mampu menjalankan kegiatan rutin
operasional saja, tetapi hendaknya juga dapat
melaksanakan pengembangan dan memecahkan masalah
yang dihadapinya. Kemajuan teknologi semakin
mengacam keberadaan sumber daya manusia dalam
tuntutan kerja. Sehingga sekolah perlu menyiapkan
peserta didik yang bisa berpikir kritis, mempunyai jiwa
pembaharu, bisa bekerja sama dan juga mempunyai
kemampuan komunikasi yang bagus. Namun juga tidak
meninggalkan karakter dan etos kerja yang tinggi.
Strategi SILABI
Permasalahan utama yang dihadapi SMK di zaman
milenium ini adalah bagaimana SMK dapat
41
bertransformasi menjadi sekolah yang melek teknologi.
Iptek berkembang dengan pesat pada era digital saat ini.
Dunia pendidikan dituntut untuk dapat beradaptasi
dengan perkembangan teknologi. Pengawas sekolah
diharapkan mampu memberikan bantuan ke sekolah
dengan melaksanakan berbagai strategi dengan
melibatkan peran warga sekolah.
Strategi SILABI merupakan strategi pemecahan
masalah yang dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut. (1) Melakukan sinergi antara pengawas,
kepala sekolah dan pendidik duduk bersama untuk
merencanakan program peningkatan mutu pembelajaran
yang ada di sekolah. Sekolah mendata kemungkinan
inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat dilaksanakan
dengan memanfaatkan teknologi yang sedang
berkembang. (2) Pelatihan diadakan bagi kepala sekolah
dan pendidik difokuskan pada peningkatan mutu
pembelajaran, sehingga dipilih pelatihan pemanfaatan
office 365 dalam pembelajaran. (3) Pembimbingan
ditujukan untuk membantu kepala sekolah dan pendidik
untuk mewujudkan inovasi yang telah di gagas dengan
mengimplementasikan hasil pelatihan yang telah
diberikan. Pengawas memberikan pantauan secara rutin
untuk mengawal proses yang dikerjakan sekolah agar
terus berkelanjutan dengan mengembangkan layanan
pendidikan yang inovatif. Pemberdayaan kepala sekolah
dan pendidik untuk bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugas guna mencapai hasil yang maksimal.
Membangun Sinergi
Sekolah yang efektif memilki budaya yang kuat
dengan karakteristik salah satunya adalah nilai-nilai
bersama dan konsensus tentang “cara menyelesaikan
masalah di sekeliling kita”. Selain kebersamaan antar
warga sekolah perlu dibangun pula kebersamaan antara
pengawas dan sekolah binaannya, sesuai dengan tugas
kepengawasan.
Pimpinan sekolah dalam penyelesaian
permasalahan yang dihadapinya perlu memerankan
42
secara optimal peran pengawas sebagai mitra dalam
berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah praktis
dari problematika satuan pendidikan. Sinergitas antara
warga sekolah adalah penentu keberhasilan dalam
mencapai tujuan sekolah. Hubungan yang tercipta antara
pimpinan sekolah dan para pendidik adalah bersifat
kolegial, serta masing-masing sadar dengan posisinya.
Seorang pimpinan di sekolah seharusnya dapat
menggerakan semua tenaga pengajar dan pegawai
sekolah dengan baik dan tepat, hal ini akan mendorong
dan menciptakan suasana sekolah yang hidup dan
dinamis.
Dalam mengidentifikasi masalah tenaga pendidik,
pengawas sekolah melaksanakan wawancara dengan
tenaga pendidik terkait kebutuhan tenaga pendidik
dalam meningkatkan kualitasnya. Setelah
mengidentifikasi kondisi awal sekolah binaan, pengawas
sekolah bersama kepala sekolah didampingi beberapa
tenaga pendidik berkumpul untuk mendiskusikan
rencana aksi untuk menaikan capaian kerja satuan
pendidikan. Di tahap ini mulai dibangun sinergisitas
antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan tenaga
pendidik untuk merencanakan inovasi-inovasi yang akan
dilakukan oleh sekolah.
43
Pelatihan bagi Sekolah Binaan
Pelatihan merupakan pengamalan belajar yang
sengaja dirancang agar dapat membantu peserta dalam
menguasai kompetensi yang tidak dimiliki sebelumnya.
Pelatihan pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk meningkatkan kinerja.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan guru
terhadap TIK, maka dilakukan pelatihan pemanfaatan
office 365 kepada guru di sekolah binaan. Metode yang
digunakan untuk pelatihan ini dengan tatap muka dan
kursus online. Tatap muka dilaksanakan selama 2 (dua)
hari dan penugasan selama 7 (tujuh) hari. Microsoft
Office 365 adalah aplikasi Microsoft yang diciptakan satu
paket program lengkap. Fitur – fitunya adalah Outlook,
OneDrive, Word, Excel, Power Point, OneNote, Share Point,
Teams, Class Notebook, Sway dan Form. Program paket
lengkap ini memberikan kemudahan para pengguna
dalam mengakses informasi dimanapun dan kapanpun
secara fleksibel.
Pelatihan bagi guru dan kepala sekolah binaan
terbagi dalam 6 tahap pelatihan sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati bersama. Dari sebanyak 310 guru
binaan, yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 267
guru sisanya 33 guru belum bisa mengikuti pelatihan
dengan berbagai alasan. Dari seluruh peserta yang hadir
semuanya menyelesaikan pelatihan sesuai jadwal.
Pendidik yang belum bisa mengikuti pelatihan menjadi
kewajiban kepala sekolah untuk bisa menularkan ilmu
hasil pelatihan kepada mereka. Sehingga pada akhirnya
semua pendidik bisa mendapatkan pelatihan.
44
Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan bagi Sekolah Binaan
45
memudahkan pengguna memasukkan konten dari
sebuah aplikasi yang digunakan seperti OneDrive atau
facebook lalu menciptakan presentasi kaya media dari
konten tersebut. Tujuan Sway adalah memberikan jalan
pada pengguna biasa untuk menciptakan konten
daringyang berfungsi di layar berbagai ukuran.
Dengan Microsoft Form dapat membuat formulir,
survei, kuis dan poling serta melihat hasilnya dengan
mudah. Orang lain dapat memberikan tanggapan dengan
menggunakan browser web apapun, bahkan dari
perangkat seluler. Saat hasil dikirim dapat berupa analitik
bawaan untuk mengevaluasi tanggapan, dan apabila
menginginkan data tanggapan yang lebih mendetail
dapat mengeksportnya ke format Microsoft Excel.
Microsoft Form dapat digunakan untuk menilai kemajuan
peserta didik dan mendapatkan umpan balik secara cepat
melalui penggunaan kuis yang dibuat dan diteruskan
kepada peserta didik. Pertanyaan dalam kuis tersebut
dapat berupa pilihan ganda, jawaban singkat dan uraian.
Selain dimanfaatkan untuk pembelajaran, microsoft
office 365 juga dapat digunakan dalam kegiatan
pengelolaan sekolah, seperti pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Cakupan materi yang
diberikan sewaktu pelatihan kepada guru binaan adalah
sebagai berikut.
46
Materi Cakupan
Microsoft Educator Mengenal portal guru-guru inovatif Microsoft education.microsoft.com
Community Memanfaatkan portal guru-guru inovatif untuk mengakses berbagai kursus
online pemanfaatan teknologi Microsoft dalam pembelajaran
47
Gambar 3. Kegiatan Bimbingan ke Sekolah
48
sebagai sampel, setelah tenaga pendidik menerapkan
pembelajaran digital di kelas menunjukkan hasil rata-rata
95,83 % peserta didik merasa senang terhadap komponen
pembelajaran (materi, suasana belajar, teknik mengajar),
inovasi pembelajaran (materi, suasana belajar, teknik
mengajar) serta minat mengikuti pelajaran.
Dari segi efisiensi anggaran pelaksanaan tes/ujian
online bagi peserta didik mengurangi banyak penggunaan
kertas sehingga bisa menghemat biaya penyelenggaraan
sampai hampir 50 %. Dari hasil wawancara dan studi
dokumen laporan anggaran sekolah pelaksanaan tes
online sekolah dapat menghemat pengeluaran kertas,
fotokopi, koreksi dan penilaian serta konsumsi kegiatan.
Dari efektifitas waktu penggunaan tes online mengurangi
waktu pendidik untuk koreksi dan membuat nilai ujian
dan juga waktu lembur untuk penggandaan naskah.
Pelibatan peserta didik dalam kegiatan unit
produksi dengan menghasilkan produk yang siap jual di
sekolah. Setelah anak diajari oleh pendidik untuk bisa
membuat presentasi interaktif secara online dengan
menggunakan salah satu aplikasi dalam office 365 yaitu
sway. Dengan sway peserta didik dapat mempromosikan
produknya secara menarik melalui media sosial secara
interaktif, tidak hanya dalam bentuk gambar-gambar
saja.
Demikian hasil dan dampak mewujudkan SMK
KITTA (karakter, inovasi teknologi, terampil dan andal)
dengan menggunakan strategi SILABI (Sinergi, Latihan
dan Bimbingan) pada sekolah binaan. Beberapa
rekomendasi yang dapat penulis sampaikan diantaranya :
(1) Dinas pendidikan dapat merencanakan program
pengembangan mutu pendidikan, khususnya dalam
meningkatkan kualitas sekolah dengan mengadakan
kegiatan pelatihan bagi pendidik sesuai dengan
kebutuhan. (2) Pengawas sekolah perlu melakukan
pendekatan SILABI sebagai alternatif mewujudkan SMK
yang berkarakter, inovatif, terampil dan andal pada
sekolah binaan dalam rangka merespons tuntutan
perubahan zaman. (3) Kepala Sekolah untuk dapat
49
memprogramkan kegiatan sekolah yang dapat
menjadikan peserta didik berkarakter, inovatif, terampil
dan andal.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arokiasamy, A. R. A., bin Abdullah, A. G. K., & Ismail, A.
B. 2014. Correlation between cultural perceptions,
leadership style and ICT usage by school principals
in Malaysia. Turkish Online Journal of Educational
Technology, 13(3), 27–40.
De Witte, K., & Rogge, N. 2014. Does ICT matter for
effectiveness and efficiency in mathematics
education? Computers and Education, 75, 173–184.
Hepp, P., Hinostroza, J. E., Laval, E., & Rehbein, L. 2004.
Technology in Schools: Education, ICT and the
Knowledge Society.World Bank Education Advisory
Service (p. 94).
Pribadi, Benny. A.2014. Desain dan Program Desain
Pelatihan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Rusdiana, A.2014. Konsep Inovasi Pendidikan. Jakarta: CV.
Pustaka Setia.
Somad, M. Abdul, dkk.2018.Pendidikan Karakter Kerja
Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Sujanto, Bedjo .2018. Pengelolaan Sekolah: permasalahan
dan solusi, Jakarta: Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R .2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional,
Jakarta: Rineka Cipta.
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel .2014. Administrasi
Pendidikan: Teori, Riset dan Praktik, Yogyakarta:
McGraw-Hill Education dan Pustaka Pelajar.
Vanderlinde, R., Van Braak, J., & Dexter, S. 2012. ICT
policy planning in a context of curriculum reform:
Disentanglement of ICT policy domains and
artifacts. Computers and Education, 58(4), 1339–1350.
51
Tentang Penulis :
Pangarso Yuliatmoko, S.Pd, lahir di
Magelang 23 Juli 1981. Lulus SD
Negeri Losari, Grabag, Magelang
(1993), lulus SMP Negeri 1 Grabag,
Magelang (1996) dan Lulus SMA
Negeri 3 Magelang (1999).
Melanjutkan kuliah S1 di FKIP UNS
Surakarta , Program Studi Pendidikan
Matematika dan lulus tahun 2004.
Saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir Pendidikan S2
Magister Administrasi Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penulis dapat dihubungi
melalui alamat email pyatmoko@gmail.com atau ke
nomor HP/WA. 081804405170.
52
PENDAMPINGAN GURU DENGAN
“HATI”
Sunu Ambarsi
Pengawas SMK, Daerah Istimewa Yogyakarta
sunuambarsi@gmail.com
Kompetensi Guru
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
setiap satuan pendidikan wajib melakukan perencanaan
proses pembelajaran, melaksanaan proses pembelajaran,
melaksanakan penilaian hasil pembelajaran, dan
melakukan pengawasan proses pembelajaran agar proses
pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
(Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan
bahwa inti proses pembelajaran adalah untuk mencapai
kompetensi dasar (KD), dan kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu atau kualitas pendidikan, antara lain melalui PP
Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, disebutkan bahwa
guru wajib memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Selain itu, pemerintah juga
melakukan perbaikan kurikulum melalui Permendikbud
Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kelulusan yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik harus
mempunyai kemampuan pada dimensi sikap,
53
pengetahuan dan keterampilan.
Secara lebih jelas diungkapkan bahwa dalam
dimensi pengetahuan peserta didik dituntut agar
memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif. Pengetahuan fakta secara praktis dapat
berupa peristiwa, istilah, simbol-simbol, definisi dan
sebagainya. Pengetahuan fakta dikatakan benar jika
sesuai dengan kondisi sesungguhnya, dan perlu juga
untuk disadari bahwa tidak selalu mudah untuk bisa
mengenali fakta. Memang mudah untuk mengenali
struktur luar suatu benda tetapi tidak mudah untuk
mengenali fakta yang abstrak karena harus didukung
oleh pengetahuan atau informasi lain yang lebih
memadai. Sedangkan pengetahuan konseptual
merupakan pengetahuan tentang bentuk yang lebih
kompleks dan terorganisasi, mencakup pengetahuan
tentang kategori dan klasifikasi yang digunakan untuk
menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena.
Pengetahuan konseptual lebih menitikberatkan pada
berbagai macam prinsip dan generalisasi, teori, model,
dan struktur yang mencakup tentang berbagai
paradigma. Pengetahuan prosedural mengkaji tentang
cara melakukan sesuatu, pengetahuan tentang teknik dan
metode dalam bidang tertentu, algoritma, dan tentang
bagaimana menentukan dan menggunakan urutan kerja
yang tepat dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan
metakognitif lebih fokus pada kognisi secara umum dan
kesadaran akan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri,
kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar dan
atau pengetahuan strategis yang berupa pengetahuan
tentang cara belajar dan cara menata jalan pikiran, serta
mencari solusi dari suatu masalah. Pengetahuan ini juga
meliputi atau mencakup kesadaran diri seseorang
tentang berbagai kekuatan yang dimiliki dan juga
kelemahan diri terkait materi ajar yang tengah
dipelajarinya.
Hal di atas selaras dengan teori kontruktivis yang
menyatakan bahwa prinsip terpenting dalam psikologi
pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar
54
memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi
juga harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk
membangun sendiri pengetahuannya (Trianto, 2010).
Dengan demikian penting bagi guru untuk memahami
dan menguasai keempat dimensi pengetahuan tersebut
serta melakukan pemetaan materi ajar untuk
kepentingan anak didiknya dalam membangun sendiri
pengetahuannya. Pada saat menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seorang guru
hendaknya melakukan analisis terhadap sebuah
Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan dan
memetakan materi ajar sesuai dimensi pengetahuan yang
memuat fakta, konsep, prosedur dan metakognisi,
dimana keempatnya merupakan satu bangunan
pengetahuan yang utuh.
Selain mampu memetakan materi ajar, guru juga
harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran merupakan skenario bagi guru
dalam menyajikan materi ajar atau dapat dikatakan
serangkaian kegiatan yang meliputi sebelum, sedang dan
sesudah pembelajaran serta segala fasilitas yang terkait
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Amri (2013:34)
model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu: 1)
landasan teori yang logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa
dan bagaimana siswa belajar; 3) perilaku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil; dan 4) dukungan lingkungan belajar
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model
pembelajaran juga berfungsi sebagai acuan untuk designer
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan juga
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Dalam prakteknya, tidak ada model pembelajaran
yang bisa cocok untuk semua situasi pembelajaran.
Seyogyanya, dalam memilih model pembelajaran guru
harus menyesuaikan dengan keadaan peserta didik,
keadaan guru itu sendiri, sifat materi ajar, dan fasilitas
55
serta media pembelajaran yang tersedia. Terkait dengan
dimensi pengetahuan, guru bisa memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan sifat materi ajar
yang akan diajarkannya (memilih model pembelajaran
yang tepat untuk materi ajar berupa fakta, konsep,
prosedural dan metakognisi) pada sebuah KD yang akan
diajarkannya.
Kondisi Faktual
Tahapan observasi awal dilakukan dengan cara
mencermati RPP yang telah disusun guru. Secara umum
kelemahan guru dalam menyusun RPP dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya:
1. Mendeskripsipkan tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi ajar sesuai dengan kompetensi
yang telah ditentukan
3. Mengorganisasikan/ memetakan materi ajar
4. Mengalokasikan waktu
5. Menentukan model pembelajaran yang sesuai
6. Merancang kegiatan pembelajaran
7. Menentukan media pembelajaran/peralatan
praktikum (dan bahan) yang akan digunakan
8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku,
modul, dan sejenisnya)
9. Menentukan teknik penilaian yang sesuai
56
di dalam RPP guru telah menuliskan model
pembelajaran yang dipilihnya akan tetapi dalam
pelaksanaannya guru masih merasa kesulitan
mengimplementasikan.
57
Pelaksanaan Pendampingan Guru Dengan “HATI”
Prosedur atau langkah-langkah pendampingan
guru dengan “HATI” dalam memetakan materi ajar dan
memilih model pembelajaran pada SMK Binaan di
Kabupaten Kulon Progo diuraikan melalui tahapan
persiapan dan pelaksanaan pendampingan dengan
“HATI” sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam tahapan ini disiapkanbeberapa materi tentang
‘dimensi pengetahuan materi ajar’ dan materi tentang
‘model-model pembelajaran’, serta form pemetaan
materi ajar sesuai dengan dimensi pengetahuan dan
model pembelajarannya seperti pada Gambar 1.
Selanjurnya dibuat jadwal pendampingan terhadap
guru-guru yang memang perlu pendampingan dan
menemui guru di sekolah sesuai dengan waktu dan
tempat yang disepakati.
58
Gambar 1. Contoh Form Pemetaan Materi dan Pemilihan Model
Pembelajaran dan Isinya
59
Gambar 2. Honest Self Evaluation
60
Gambar 4. Melakukan Treatment yang disesuaikan dengan hasil
evaluasi diri
61
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif.Jumlah
guruyang mengikuti kegiatan ini sebanyak 27 (dua puluh
tujuh) orang yang merupakan guru SMK binaan di
wilayah Kabupaten Kulon Progo. Teknik pengambilan
data dilakukan dengan mencermati hasil telaah RPP dan
mencermati isian form Pemetaan Materi Ajar dan
Pemilihan Model Pembelajaran. Melalui hasil telaah dan
isian form tersebut selanjutnya dihitung persentase
jumlah guru yang mampu memetakan materi ajar pada
tiap dimensi pengetahuan dan model pembelajaran baik
sebelum dan sesudah pembinaan.
Berdasarkan hasil tahapan yang dilakukan,
perkembangan jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar dan memilih model
pembelajaran sesuai dimensi pengetahuan, baik sebelum
maupun sesudah pendampingan dapat dilihat pada
Gambar 6 dan 7. Melalui grafik yang disajikan pada
Gambar 6 diperoleh informasi bahwa sesudah
pendampingan jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar sesuai dengan dimensi
pengetahuan mengalami peningkatan dari 46% menjadi
85%. Guru yang telah mampu memetakan materi ajar
berupa fakta juga meningkat dari 75% menjadi 100%.
Selain itu, guru yang telah memetakan materi ajar
berupa konsep mengalami peningkatan tajam, yang
awalnya hanya 8% menjadi 92%. Begitu pula guru yang
telah mampu memetakan materi ajar berupa prosedural
naik dari 92% menjadi 100% dan yang mampu
memetakan materi ajar berupa metakognisi meningkat
menjadi 50%.
62
Gambar 6. Persentase jumlah guru yang telah mampu
memetakan materi ajar sesuai dimensi
pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan
pendampingan.
63
yang berupa metakognisi juga mengalami peningkatan
dari 0% menjadi 50%
Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa terjadi
kenaikan yang cukup tinggi pada aspek konsep baik
kemampuan guru dalam memetakan materi maupun
memilih model pembelajaran. Selain itu pada aspek
metakognisi baik kemampuan guru dalam memetakan
materi maupun memilih model pembelajaran
mengalami peningkatan sebesar 50%. Sebagian besar
guru telah mampu secara optimal dalam memetakan dan
memilih model pembelajaran untuk materi berupa fakta
dan prosedural, tetapi masih kurang optimal untuk
materi berupa konsep dan terutama untuk materi berupa
metakognisi, perlu disadari bahwa materi berupa konsep
dan metakognisi keduanya memerlukan proses berpikir
yang lebih intens dibanding materi berupa fakta dan
prosedural.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendampingan guru dengan “HATI”
dapat membantu guru dalam memetakan materi ajar
agar sesuai dengan dimensi pengetahuan dan memilih
model pembelajaran yang tepat sesuai sifat materi ajar
tersebut. Total persentase keduanya yang mencapai 77%
mengindikasikan bahwa sebagian besar guru telah
mampu memetakan dan memilih model pembelajaran
yang sesuai untuk materi pelajaran berupa fakta, konsep
dan prosedural. Meskipun demikian sebagian besar guru
masih perlu ditingkatkan kemampuannya untuk
memetakan dan memilih model pembelajaran yang
tepat untuk materi pelajaran berupa metakognisi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofyan. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran
Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovati
Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
65
TENTANG PENULIS
66
PEMODELAN DUA SISI:
MATANGKAN PROFESIONALISME
GURU BAHASA INGGRIS
Imelda Yanti
Pengawas SMK Provinsi Sumatera Barat
yantisenyo@yahoo.com
67
menggeser paradigma dari pembelajaran yang berpusat
pada pendidik kepada peserta didik. Guru harus
memfungsikan dirinya sebagai fasilitator yang akan
mengarahkan peserta didik untuk selalu berada dalam
lingkup dan ruang pembahasan.
Pesertadidikharusmemilikikecakapanberpikirdan
bernalar yang lebih dikenal dengan karakter 4C yaitu
Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan
Creativity. Karakter 4C dipadukan dalam perangkat
pembelajaran dan diimplementasikan dalam proses
pembelajaran untuk guru yang telah menerapkan
Kurikulum 2013.
Bidang studi Bahasa Inggris adalah salah satu mata
pelajaran yang terdapat pada Ujian Nasional (UN) di
tingkat Sekolah Menengah. Permendikbud Nomor 34
Tahun 2018 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyatakan bahwa
peserta didik harus memiliki kemampuan menggunakan
Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya untuk
menunjang pelaksanaan tugas sesuai keahliannya. Kita
dapat memaknai bahwa bidang studi Bahasa Inggris
memegang peranan penting untuk meningkatkan
keahlian peserta didik dalam proses pembelajaran dan
dunia kerja. Oleh karena itu, guru Bahasa Inggris harus
memiliki kompetensi yang baik di bidangnya dan
diharapkan melakukan kewajiban dengan penuh rasa
tanggung jawab dan selalu berusaha meningkatkan
kemampuan profesionalnya.
Selama menjadi pengawas bidang studi Bahasa
Inggris, banyak hal yang ditemukan saat melakukan
supervisi akademis terhadap guru binaan. Guru binaan
sudah mampu menyajikan pembelajaran yang cukup
menyenangkan walaupun masih ada beberapa aspek
yang memerlukan perbaikan. Melalui hasil pengamatan,
dari 46 guru binaan, lebih dari 50% perangkat
pembelajarannya masih harus disesuaikan dengan
standar yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
pembelajaran, persentase penggunaan Bahasa Inggris
olehguru binaan diharapkan lebih tinggi dari kondisi
68
awal yang masih berkisar di angka 40% sehingga
berdampak pada rendahnya kemampuan Bahasa Inggris
peserta didik. Selain itu,masih ada guru yang belum
maksimal mengarahkan keaktifan peserta didik dalam
berpartisipasi dan mengungkapkan pendapatnya serta
penguasaaan kelas guru binaan juga masih perlu
ditingkatkan.
Pemilihan strategi ini lahir dari permintaan guru
binaan kepada penulis untuk mendemonstrasikan cara
mengajarkan sebuah materi yang bisa diterima oleh
peserta didik dengan baik termasuk memberikan contoh
perangkat pembelajaran terutama RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan standar.
Oleh karena itu, pemodelannya dilakukan dalam dua sisi
yaitu sisi perangkat dan sisi proses pembelajaran.
Pemodelan bertujuan untuk memperbaiki perangkat dan
pengelolaan kelas guru binaan melalui pemberian contoh
langsung dalam pembelajaran dimana guru binaan
berperan sebagai pengamat di belakang kelas. Dengan
kata lain penulis memodelkan cara mengajar yang
diamati langsung oleh guru binaan. Melalui pemodelan
dua sisi diharapkan guru binaan memperoleh
pembelajaran langsung dan mengkritisi hal yang
diajarkan pengawas serta mampu memutuskan sendiri
mana yang bisa dipakai dalam kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
69
yang diperlukan untuk dipraktekkan kembali sebagai
hasil dari kegiatan pemodelan untuk
mendemonstrasikan cara mengajar dari pengawas.
Dengan mengamati pemodelan yang dilakukan
pengawas diharapkan guru binaan bisa melakukan
peningkatan kemampuan dalam mengelola
pembelajaran untuk menuju perbaikan yang pada
akhirnya akan meningkatkan profesionalisme guru
binaan.
Guru profesional adalah guru yang selalu ingin
mencari, menemukan, menerapkan hal-hal baru dalam
kegiatan pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil
yang maksimal. Menurut Alexander dalam Anwar dan
Sagala (2004:132), tidak akan ada pribadi manapun yang
bisa menjadi seorang guru yang pintar jika guru itu
sendiri tidak bisa memahami orang lain. Makna yang
terkandung dalam pendapat ini adalah supaya guru dapat
berempati terhadap kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didiknya dalam belajar dan kesulitan lain dalam
hidupnya. Sedangkan pengertian guru dikemukakan oleh
para ahli diantaranya Marimba (1980:37) dan Al Abrasyi
(1979:136) yang menyatakan bahwa guru adalah pribadi
yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan
bapak rohani bagi peserta didik. Pasal 1 ayat 1 UU Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan
guru sebagai pendidik profesional dengan tugas pokok
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
semua jenjang dari PAUD sampai pendidikan menengah.
Berdasarkanterminologi, kata “profesionalisme”
dan “guru”, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
guru wajib dimiliki oleh seorang guru dalam
melaksanakanpekerjaanyadenganpenuhtanggungjawabse
rtamampuuntukmengembangkan potensinya
tanpamenggangu apa yang menjadi tanggung jawab guru
tersebut. Profesionalisme guru adalahkemampuan guru
untukmelakukantugas, pokok dan fungsinya (tupoksi),
baik sebagaipengajarmaupunpendidik, mulai dari
membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan
70
proses pembelajaran di dalam kelas, danmelakukan
penilaian pembelajaran. Profesionalisme guru dikatakan
sudah berjalan dalam rambu-rambu yang sudah
digariskan apabila tupoksi yang dipersyaratkan mampu
dituntaskan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan telah
memberikan kesempatan kepara guru untuk mengikuti
seminar atau pelatihan di bidang pendidikan guna
meningkatkan profesionalisme guru sesuai tupoksinya.
Pemerintah juga memberlakukan sertifikasi untuk guru-
guru profesional guna peningkatan derajat dan gaji guru
yang lebih baik, yang juga tercantum dalam Pasal 8 UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam
hal ini, pemerintah menunjukkan atensi yang serius
untuk menciptakan profesionalisme guru dalam
mencapai pendidikan yang berkualitas.
Dengan demikian, profesionalisme guru wajib
adanya dan salah satu strategi pemodelan yang dilakukan
dalam melakukan pembinaan akademis terhadap guru
binaan adalah Pemodelan Dua Sisi. Pemodelan dilakukan
dengan cara memberikan contoh perangkat
pembelajaran sesuai standar dan mendemostrasikan cara
mengajar yang dapat diamati langsung oleh guru binaan.
Untuk menilai keberhasilan strategi ini maka diperlukan
dua jenis instrumen yaitu: instrumen telaah RPP dan
instrumen pengamatan pembelajaran.
Pemodelan pada sisi perangkat pembelajaran
diawali dengan pemeriksaan perangkat pembelajaran
terutama RPP dengan menggunakan instrumen telaah
RPP. Instrumen telaah RPP digunakan untuk menilai
RPP guru binaan sebelum dan setelah diberikan RPP
pemodelan. Artinya sebelum melakukan kegiatan
pemodelan pembelajaran, penulis juga memberikan
contoh RPP yang digunakan dalam pembelajaran.
Sedangkan pada sisi pemodelan pembelajaran,
instrumen yang digunakan adalah instrumen
pengamatan proses pembelajaran yang memuat tiga (3)
komponen: Pra Pembelajaran, Kegiatan Inti
Pembelajaran, dan Penutup. Dalam pelaksanaannya
71
instrumen pengamatan kegiatan pembelajaran juga
digunakan untuk mengukur keadaan sebelum dan
setelah pemodelan.
Kegiatan pemodelan dua sisi dilakukan terhadap 5
orang guru binaan mata pelajaran Bahasa Inggris (25%)
yang berada di SMK Wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Guru Bahasa Inggris SMK yang masuk dalam data guru
binaan berjumlah 20 orang di sekolah swasta dan negeri.
Sisanya sebanyak 26 orang guru binaan yangmengajar
mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
berada di Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru binaan
yang dipilih tidak hanya yang memiliki kemampuan
kurang dalam melakukan pengajaran dan jarang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai seorang pengajar
tetapi juga yang memiliki kemampuan bagus dalam
berbahasa Inggris namun agak kaku dalam menyajikan
proses pembelajaran. Pemodelan juga dilakukan sesuai
jadwal mengajar guru binaan tersebut.
Pengawas “kekinian” tidak lagi hanya bisa
memberi perintah tetapi juga harus bisa menampilkan
dan menyajikan pembelajaran seperti yang disarankan
kepada guru binaan. Guru binaan akan mengamati dan
mencatat poin-poin penting yang bisa dijadikan referensi
dalam membuat kegiatan pembelajaran semakin
menyenangkan. Langkah-langkah pemodelan yang
dilakukan terdiri dari tiga (3) tahapan, diantaranya: 1) Pre-
conference (Kegiatan Awal), 2) Observation (Pengamatan),
dan 3) Post-conference (Kegiatan akhir).
72
Gambar 1. Melakukan pertemuan awal dengan guru binaan
73
peralatan rumah tangga bahkan memanfaatkan
peserta didik itu sendiri sebagai media
pembelajaran supaya melatih kemampuan
berkomunikasi peserta didik;
f. Memberikan pujian dan ucapan terima kasih atas
respon peserta didik walaupun pendapat peserta
didik ada yang salah dan menggiring peserta didik
menemukan sendiri konsep yang coba
ditanamkan;
g. Melakukan kegiatan diskusi kelompok serta
berkeliling untuk memantau permasalahan peserta
didik dan langsung diberikan solusi. Sentuhan atau
“touch” di pundak juga dapat dilakukan terhadap
peserta didik yang mulai kurang fokus atau “absent-
minded”;
h. Dalam berkomunikasi dengan peserta didik
diusahakan melakukan kontak mata (eye contact)
terhadap peserta didik;
i. Kegiatan inti diakhiri dengan melakukan
penekanan kembali untuk memastikan apakah
konsep sudah diterima dengan baik.;
j. Menanyakan kembali apa saja yang telah dipelajari
dan memberikan tugas secara lisan (tidak selalu
diambil dari LKS peserta didik) yang diawali
dengan pemberian contoh agar peserta didik tidak
salah pengertian;
k. Kegiatan diakhiri dengan menggambarkan topik
pertemuan selanjutnya dengan harapan peserta
didik bisa menyiapkan diri atau mencari informasi
tentang topik tersebut di media lain
74
Gambar 2. Melakukan Pemodelan dalam bentuk demonstrasi cara
mengajar
75
Gambar 3. Melakukan pertemuan akhir dengan guru binaan
76
sebelum dan setelah pemodelan, hasil penilaiannya
terdiri dari tiga (3) komponen, yaitu: Pra Pembelajaran,
Kegiatan Inti Pembelajaran, dan Penutup. Oleh karena
itu, strategi pemodelan dua sisi membutuhkan instrumen
telaah RPP dan instrumen pengamatan proses
pembelajaran. Selanjutnya nilai pada kedua sisi baik
sebelum dan setelah pemodelan dapat dikategorikan
menjadi Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang
(K), seperti pada Tabel 1.
77
Gambar 5. Rekapitulasi Nilai Telaah RPP sebelum dan setelah
diberikan RPP pemodelan
78
pada kegiatan penutup mencapai 92% atau Amat Baik
dan nilai minimumnya adalah 75% atau Cukup. Dengan
demikian, seluruh komponen proses pembelajaran
mengalami peningkatan dan nilai minimum untuk
seluruh komponen adalah 75% atau pada kategori Cukup
yang semula nilai minimumnya 42% atau pada kategori
Kurang.
79
pembelajaran dan memuji setiap respon peserta
didik
3. Guru binaan memiliki media belajar yang menarik
sesuai dengan kompetensi yang dipelajari dan
melakukan pengelolaan kelas dengan baik
4. Guru binaan semakin semangat dalam menyajikan
pembelajaran dan menjadikan kelas semakin hidup
80
DAFTAR PUSTAKA
Al Abrasy, M. Athiyah. (1979).Dasar- DasarPokokPendidikan
Islam.Jakarta: BulanBintang
Ahmad D. Marimba. (1980).PengantarFilsafatPendidikan
Islam. Bandung: Al Maarif
Anwar, Qomari & Sagala, Syaiful. (2004). Profesi Jabatan
Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin
Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press
http://www.dictionary.com/browse/pemodelan
http://guraru.org/guru-berbagi/pembelajaran-dan-
pendidik-abad-21/
Kemdiknas. (2011).Buku Kerja Pengawas. Jakarta: Pusat
Pengembangan TendikKemendiknas
Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen
81
TENTANG PENULIS
Dra. Imelda Yanti M.Pd. Lahir di
Batusangkar 19 Oktober 1968 dan
menyelesaikan sekolah menengah
tahun 1987, diterima di IKIP
Padang dengan program Diploma 3
dan menyelesaikannya pada tahun
1990. Pada tahun itu juga, penulis
mendapatkan kesempatan untuk
transfer ke S1 dan bisa
menuntaskannya pada tahun 1991.
Pada tahun 2007, melanjutkan
perkuliahan di UNP dengan program Sandwich ke Ohio
State University (OSU) yang menjadi inspirasi lahirnya
buku ber-ISBN dengan judul “Sandwich dari Ohio”. Tahun
2009, S2 diselesaikan dan pada tahun yang sama
diangkat menjadi pengawas sekolah. Mulai menulis
tahun 2016 dan baru memiliki 3 buku yang sudah ber-
ISBN dan menulis di 2 jurnal yang ber-ISSN. Jabatan lain
yang diemban adalah pengurus APSI (Asosiasi Pengawas
Sekolah Indonesia) di Kabupaten dan Provinsi, Pengurus
AGUPENA Provinsi Sumatera Barat, Dewan Redaksi
Jurnal APSI Sumatera Barat, dan Asesor akreditasi
sekolah tingkat SMK
(E-mail: yantisenyo@yahoo.com - No Hp:085263189855)
82
Penerapan Pendekatan Personal
dalam Peningkatan Kedisiplinan
Warga SMK Binaan
Sovi R. G. M. Masinambow
Pengawas Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
masinambowsovi@gmail.com
83
Kedelapan standar tersebut harus memenuhi pelayanan
minimal dan bersifat saling melengkapi untuk
menghasilkan layanan pendidikan yang baik. Salah satu
standar yang selalu menjadi fokus adalah standar proses
pembelajaran, karena pada standar ini terjadi interaksi
akademik dan non akademik secara langsung antara
pendidik dan peserta didik. Fokus pada standar proses
pembelajaran tidak hanya pada proses pembelajaran
intrakurikuler, tetapi juga kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Standar proses ini juga memiliki kaitan
erat dengan implementasi program pendidikan karakter
sebagaimana yang tercantum dalam Permendikbud
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal.
Selanjutnya, Permendikbud tersebut mengatur
secara spesifik mengenai Penerapan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam lingkungan sekolah.
Penerapan tersebut meliputi nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab. Penulis yang juga bertugas sebagai
Pengawas SMK di Provinsi Sulawesi Utara, berusaha
mengoptimalkan penerapan nilai-nilai PPK pada SMK
binaan.
Berdasarkan hasil pengamatan di SMK Binaan,
diketahui bahwa penerapan nilai-nilai PPK di sekolah
belum terlaksana secara optimal. Dalam kegiatan
intrakurikuler, rendahnya implementasi nilai PPK dapat
dilihat dari hasil dokumentasi buku jurnal yang
menunjukkan banyaknya siswa yang tidak hadir ke
sekolah. Selain itu kehadiran pendidik dan tenaga
kependidikan juga tidak tepat waktu. Dari hasil
rekapitulasi kehadiran juga diketahui bahwa, 30 dari 81
orang pendidik hadir terlambat, dan 8 orang tenaga
kependidikan juga hadir tidak tepat waktu. Dalam
kegiatan kokurikuler, kurangnya penerapan nilai PPK
diketahui dari siswa yang tidak menunjukkan keseriusan
84
saat berlangsungnya pembelajaran di ruang praktik,
seperti sering bermain handphone dan terlambat
memasuk ruang pembelajaran. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler, minimnya implementasi nilai PPK
diketahui dari rendahnya jumlah kehadiran siswa saat
berlngsungnya kegiatan perayaan hari besar keaagamaan.
Dari beberapa kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa
penerapan nilai-nilai PPK baik untuk siswa, pendidik dan
tenaga kependidikan masih sangat rendah, khususnya
pada nilai kedisiplinan.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan
perilaku taat pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur
tatanan kehidupan pribadi maupun kelompok. Disiplin
timbul dari dalam diri individu karena adanya dorongan
untuk menaati peraturan. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan
pada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin
berarti mematuhi tata tertib. Disiplin yang muncul dari
dalam diri individu disebut dengan kesadaran,
sedangkan disiplin yang dikondisikan oleh individu lain
disebut dengan paksaan.
Menurut Arikunto (2010: 114), disiplin adalah
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau
tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang
ada pada kata hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak
luar. Gordon (1996: 3) menambahkan bahwa disiplin
adalah perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan
peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh
dari pelatihan yang dilakukan secara terus menerus.
Gunawan (2012: 266) secara lebih spesifik
mendefinisikan bahwa disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar
tidak menyimpang dan dapat mendorong peserta didik
untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah. Artinya kedisiplin di
sekolah akan membentuk perilaku peserta didik supaya
terbiasa sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di
tengah masyarakat. Peserta didik yang disiplin adalah
85
peserta didik yang taat terhadap peraturan dan tata tertib
sekolah, kegiatan belajar di sekolah, norma-norma yang
berlaku, dan taat dalam mengerjakan tugas-tugas
pelajaran serta bertanggung jawab terhadap apa yang
diucapkan dan dilakukan. Penumbuhan karakter disiplin
pada peserta didik salah satunya melalui pembiasaan
untuk datang tepat waktu.
Untuk mengatasi permasalahan terkait
implementasi nilai disiplin pada SMK binaan, salah satu
strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pendekatan personal. Pendekatan personal yang
dimaksud yaitu dengan membangun chemistry antara
pengawas dan semua warga sekolah supaya terjalin
hubungan yang harmonis dan bersinergi. Hubungan
yang harmonis menciptakan keterbukaan dan
kenyamanan. Pengawas sekolah dapat berperan sebagai
teman bicara dan juga memberikan layanan bantuan
kepada semua warga sekolah. Sejalan dengan semboyan
dari Sam Ratulangi, seorang tokoh multidimensial, yaitu
“SI TOU TIMOU TO MOU TOU”, yang artinya manusia
hidup untuk memanusiakan orang lain. Maksud
pernyataan ini adalah manusia baru dapat disebut
sebagai manusia jika sudah dapat membantu manusia
yang lain.
86
pendidik akan memberikan kekuatan dan motivasi
kepada semua pihak di SMK binaan. Pendekatan
personal ini merupakan kunci untuk memberikan dan
menyebarkan nilai-nilai positif yang dimiliki seorang
pengawas. Untuk itu penting bagi seorang pengawas
memiliki sikap, nilai dan perilaku yang sepantas dan
selayaknya sebagai tenaga kependidikan.
Dalam implementasi di SMK binaan, pendekatan
personal digunakan untuk mengatasi permasalahan nilai
disiplin warga SMK. Penulis menerapkan pendekatan ini
selama empat bulan, yang secara teknis dilaksanakan
dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap keteladanan
2. Tahap pembinaan
3. Tahap sanksi
87
disengaja adalah wujud perilaku langsung yang dilakukan
dan dicontohkan secara terstruktur oleh Pengawas SMK
kepada para warga sekolah. Keteladanan yang tidak
disengaja adalah wujud perilaku yang dilakukan oleh
Pengawas SMKsecara tidak terprogram, tetapi dapat
ditiru oleh warga sekolah dalam menerapkan nilai
kedisiplinan.
Bentuk keteladanan yang dilakukan oleh Penulis
adalah bentuk keteladanan yang disengaja. Wujudnya
adalah dengan memberikan contoh perilaku yang
menunjukkan kedisiplinan dalam kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Wujud
nyata dari kegiatan tersebut adalah datang tepat waktu,
menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan,
menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana
yang sudah diatur dalam peraturan sekolah. Selain itu,
pada tahap keteladanan ini Penulis juga melaksanakan
program apel pagi di SMK binaan. Kegiatan apel pagi
merupakan wadah untuk memberikan motivasi warga
sekolah dalam kegiatan belajar mengajar., dan juga untuk
menumbuhkan jiwa nasionalis dengan menyanyikan
lagu Indonesiar raya serta lagu wajib lainnya. Berikut
adalah dokumentasi saat pelaksanaan apel pagi di SMK
binaan:
88
Strategi Pendekatan Personal – Tahap Pembinaan
Tahap kedua dalam pendekatan personal adalah
dengan memberikan pembinaan penumbuhan karakter
disiplin warga sekolah. Pada tahapan ini, Penulis selaku
Pengas SMK secara aktif dan ruti melakukan kegiatan
monitorin dan evaluasi pada kegiatan kokurikuler,
intrakurikuler, dan ekstrakurikuler yang terdapat di SMK
binaan. Penulis tidak hanya cukup dengan membaca
laporan yang dimuat dalam dokumen jurnal sekolah,
tetapi juga secara aktif terjun langsung ke dalam aktifitas
warga sekolah. Penulis melakukan supervisi akademik
secara rutin untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran
teori maupun praktik di kelas, dan juga melakukan
evaluasi berkala secara rutin. Berikut adalah dokumentasi
yang dilakukan ketika Penulis melakukan pengecekam
kelengkapan dokumen perangkat pembelajaran para
pendidik di SMK binaan:
89
aspirasi dari warga sekolah, tekait perbaikan yang perlu
dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan.
Kegiatan rapat rutin ini juga digunakan sebagai sarana
untuk menumbuhkan kesadaran diri para warga sekolah,
agar dapat memiliki rasa cinta dan memiliki terhadap
satuan pendidikan. Kepala sekolah dan guru tidak hanya
menjalankan rutinitas tugas, akan tetapi selalu terbangun
budaya untuk mengembangkan diri meningkatkan mutu
sekolah menjadi lebih baik, terutama karakter disiplin.
Kesadaran diri dan semangat yang tumbuh dari hasil
pembinaan dan pemberian motivasi oleh pengawas
membuat warga sekolah secara bersama-sama
meningkatkan kedisiplinan di sekolah setiap hari. Berikut
adalah dokumentasi saat pelaksanaan rapat rutin:
90
ditetapkan oleh suatu kaedah hukum. Tujuan dari
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki perbuatan
pelanggar, untuk menghalangi siswa lain melakukan
kegiatan yang serupa, serta untuk menjaga berbagai
standar kelompok agar tetap konsisten dan efektif. Sanksi
dijadikan pilihan terakhir dalam menegakkan
kedisiplinan di lingkungan SMK binaan, setelah tahap
keteladanan dan tahap pembinaan. Sanksi yang diberikan
pada warga SMK binaan diberikan secara bertahap mulai
dari teguran lisan, tertulis, maupun perbuatan. Setelah
diterapkan pendekatan personal pada tahap keteladanan
dan tahap pendampingan, pendidik dan tenaga
kependidikan telah menunjukkan perubahan yang besar
dalam memberikan layanan pendidikan. Pihak yang
masih harus menjadi perhatian adalah para siswa yang
belum bisa optimal menegakkan kedisiplinan.
Perilaku siswa yang datang terlambat, dan ketidak
seriusan saat pembelajaran teori dan praktik masih
ditemui di SMK binaan. Untuk itu pihak sekolah
memberikan sanksi lisan, tertulis dan juga perbuatan agar
para siswa dapat menunjukkan keseriusannya dalam
proses pembelajaran. Sanksi lisan diberikan pihak
sekolah melalui Kepala SMK dan Guru Mata pelajaran
saat upacara maupun ketika pembelajaran di kelas.
Sanksi secara tertulis diberikan oleh guru bimbingan
konseling dengan memberikan surat kepada orang tua
murid. Selanjutnya sanksi perbuatan diberikan kepada
siswa dalam bentuk berupa perbuatan membersihkan
lingkungan sekolah. Berikut adalah dokumentasi
pemberian sanksi kepada siswa:
91
Peningkatan Kedisiplinan SMK Binaan Melalui
Pendekatan Personal
Setelah diterapkannya pendekatan personal pada
SMK binaan, melalui tiga tahapan yaitu tahap
keteladanan, tahap pembinaan, dan tahap sanksi
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kedisiplinan
oleh warga SMK binaan. Salah satu indikator yang dapat
dilihat adanya peningkatan kedisiplinan adalah jumlah
kehadiran warga SMK binaan yang sudah tepat waktu.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
perbandingan jumlah keterlambatan warga SMK binaan:
92
pembinaan merupakan proses untuk membantu tenaga
kependidikan untuk merubah dan membentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat
mencapai standar tertentu yaitu standar nasional
pendidikan. Pembinaan merupakan salah satu wujud dari
monitoring dan evaluasi. Pengawas selaku subyek utama
dalam melakukan pendekatan personal, harus dapat
menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi yaitu
dalam bentuk pembinaan. Hasil monitoring dan evaluasi
yang umumnya dijumpai Pengawas adalah dokumen
perangkat pembelajaran yang tidak lengkap. Dengan
melakukan pembinaan secara rutin seperti rapat berkala,
coaching penyusunan perangkat pembelajaran terbukti
telah dapat meningkatkan kedisiplinan waga sekolah,
khususnya guru.
Dalam kaitannya dengan lulusan SMK, nilai
kedisiplinan ini sangat penting untuk menghasilkan
lulusan yang bisa terserap cepat pada dunia kerja. Untuk
dapat bersaing di dunia kerja tersebut, lulusan SMK tidak
hanya cukup berbekal keahlian tetapi juga harus disertai
dengan soft skills seperti kedisiplinan. Begitu juga dengan
guru sebagai tenaga pengajar, yang harus terus
memberikan contoh kedisiplinan pada peserta didik dan
juga kepada Kepala SMK terkait kelengkapan
administrasi. Dengan demikian, semua pihak yang
tergabung dalam warga SMK binaan telah menampilkan
perilaku kedisiplinan yang meningkat.
93
d. Mengikuti kegiatan kokurikuler, intrakurikuler,
dan ekstrakurikuler secara disiplin
2. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan
a. Membantu guru dalam mewujudkan PPK
b. Mendapatkan coaching terkait kelengkapan
perangkat pembelajaran
c. Mendapatkan pendampingan kelengkapan
administrasi
d. Memudahkan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar teori dan praktik
3. Bagi sekolah
a. Memperoleh lingkungan sekolah yang disiplin
b. Memperoleh lingkungan sekolah yang nyaman
c. Memperoleh lingkungan sekolah yang aman
d. Memberikan layanan pendidikan yang baik
e. Memiliki program apel pagi yang dilaksanakan
secara rutin
Dengan mengacu pada berbagai manfaat tersebut,
diharapkan strategi pendekatan personal ini dapat
dijadikan referensi untuk Pengawas SMK lain dalam
mewujudkan PPK, khusunya pada nilai kedisiplinan.
94
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bina Askara.
Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta
Gordon, Thomas. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di
Rumah dan di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan Formal
Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
95
TENTANG PENULIS
Dr sovi masinambow MPd. dilahirkan
di Sonder, Minahasa, Sulawesi Utara
pada tanggal 22 januari 1963.
Pendidikan dasar ditamatkan di SD
GMIM Kolongan Atas Sonder pada
tahun 1976. Pendidikan menengah
ditamatkan di SMEP Negeri Sonder
pada tahun 1979. Pendidikan
selanjutnya adalah menempuh SPG N
Tomohon dan tamat pada tahun 1982,
yang dilanjutkan ke IKIP Negri
Manado Program D3 pada Program
Studi Geografi. Penulis melanjutkan
studi S1 Program Studi
Geografi dan selesai pada tahun 1994. Pendidikan S2
Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Negeri
Manado selesai tahun 2009. Pendidikan S3 ditempuh
tahun 2009 pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Universitas Negri Jakarta, dan selesai pada tahun 2013.
Email penulis adalah masinambowsovi@gmail.com dan
nomor handphone 081356933508
96
PEMBELAJARAN TERINTEGRASI
DENGAN PUS UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA
GURU SMK
S. Iskandar
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung
iskan_dar@yahoo.com
97
Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan jenjang pendidikan menengah, juga
terus melakukan upaya peningkatan profesionalisme
guru. SMK IB Khaifah Bangsa merupakan salah satu
sekolah swasta di Kota Metro Lampung yang termasuk
dalam lingkungan sekolah binaan Penulis sebagai
Pengawas SMK. Sekolah ini memberikan layanan
pendidikan kejuruan pada Bidang Keahlian Teknologi
Industri, yang terdiridaridua Program Keahlian yaitu: 1)
Teknik Pengendalian Produksi; 2) Teknik Tata Kelola
Pergudangan. Program Keahlian tersebut sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja yang ada di Kota Metro Lampung
dan Provinsi Lampung, karena di Provinsi Lampung
banyak terdapat industri berskala lokal, nasional,
maupun internasional.
Berdasarkan hasil observasi saat Penulis
melakukan kegiatan supervisi akademik, ditemukan
beberapa kondisi kegiatan pelayanan akademik yang
belum optimal. Terkait dengan kegiatan pembelajaran
teori di kelas, hanya sedikit guru yang sudah menerapkan
pendekatan saintifik Sedangkan sebagian besar guru
masih melakukan pendekatan yang berpusat pada
peserta didik dalam pembelajaran. Hasil observasi
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang
dilakukan Penulis kepada beberapa guru, yang
menyampaikan bahwa para guru masih belum
memahami karakteristik pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang dirancang untuk mengaktifkan
peserta didik dalam kegiatan 5M yaitu: 1)
Mengidentifikasi masalah; 2) Merumuskan masalah; 3)
Merumuskan hipotesis; 4) Mengumpulkan dan
menganalisis data; 5) Menarik kesimpulan. Sebagian
besar guru SMK IB Khaifah Bangsa merasa sulit untuk
mendesain pembelajaran dengan memuat unsur 5M. Hal
tersebut juga sejalan dengan dokumen pendukung
kegiatan pembelajaran, semua guru SMK IB Khaifah
Bangsa sudah memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai acuan untuk melaksanakan
98
pembelajaran. Kondisi yang ditemui saat Penulis
melakukan supervisi akademik, guru tidak
mengimplementasikan kegiatan pembelajaran yang
sudah direncanakan dalam RPP.
Dari hasilsupervisi akademik yang dilakukan
Penulis, dapat disarankan bahwa letak permasalahan
utama yang terjadi pada SMK IB Khaifah Bangsa terletak
pada kompetensi pedagogik guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 untuk layanan
pendidikan kejuruan. Untuk itu diperlukan suatu strategi
tertentu untuk mengoptimalkan kompetensi pedagogik
guru, yang salah satunya adalah dengan Pembelajaran
terintegrasi. Pembelajaran terintegrasi merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan
berbagai macam strategi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
materi ajar. Untuk teknis pelaksanaannya, pembelajaran
terintegrasi yang dilakukan oleh Penulis selaku
Pengaswas pada sekolah binaan SMK IB Khaifah Bangsa,
dilakukan dengan tahapan berikut:
1. PenguatanSimulasi
2. UmpanBalik
3. SupervisiAkademik
PenguatanSimulasiuntukSMK IB KhaifahBangsa
Penguatan simulasi adalah Simulasi adalah teknik
untuk merepresentasikan atau meniru kondisi real (suatu
sistem nyata) dalam bentuk bilangan dan simbol (dengan
memanfaatkan program komputer), sehingga menjadi
mudah untuk dipelajari. Pendapat lain menguatkan
bahwa, “Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi
dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah
perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun
waktu yang tertentu". Jadi dapat dikatakan bahwa
simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat
variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem
kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-
ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
99
Pelaksanaan simulasi pertama dilakukan dengan
menghadirkan satu kelas siswa dan guru yang
mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran dengan
variasi metode. Suasana simulasi merupakan
pembelajaran autentik dimana subjek adalah guru bahasa
Inggris dan siswa. Simulasi dilakukan selama 60 menit.
Setelah simulasi dilakukan bahwa dilakukan diskusi
untuk membahas aspek-aspek pembelajaran, lay out yang
digunakan, ketepatan sintaksis, media pendukung dan
suasana pengelolaan kelas dengan penerapan metode
yang digunakan. Pembinaan meliputi dua sub fungsi
yaitu pengawasan dan supervisi. Pengawasan dan
supervisi mempunyai kaitan erat antara satu dengan
yang lainnya. Keduanya saling mengisi atau saling
melengkapi, kedua subfungsi ini memiliki persamaan
dan perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat, “Teachers
are initiating and directing collaborative professional
development practices such as peer coaching teams, mentoring,
ciritical friends, lesson study groups..,and action research
projects”.Setelah simulai awal dilakukan dan para guru
diberi ksempatan untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang akan disimulasikan, maka selanjutnya
dilakukan simulasi oleh guru-guru lainnya sesuai jadwal.
100
Gambar 2. Suasana Simulasi Metode oleh Para Guru
UmpanBalikuntukSMK IB KhaifahBangsa
Umpanbalikadalah merupakan pemberian
informasi tentang perilaku masa lalu, yang disampaikan
pada saat ini dan dimungkinkan memengaruhi perilaku
pada waktu yangakan datang. Penanggung jawab umpan
balik adalah manajer dan pekerja. Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik
supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual
meliputikunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan
individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri
sendiri.Konsekuensi dari tindakan umpan balik adalah
pembinaan. Pembinaan secara individual harus terus
dilakukan kepada setiap guru dengan menyuguhkan data
terkait pembelajaran. Setelah telaah RPP dan data hasil
pengamatan diperoleh maka guru yang bersangkutan
dipanggil secara pribadi ke ruang kepala sekolah bersama
pengawas untuk mendapatkan pembinaan. Untuk kasus
pembinaan guru yang berat maka langkah-langkah klinis
perlu digunakan dengan bijaksana.
Tindakan diawali dengan pertemuan yang
membahas masalah perancangan dan pengelolaan
pembelajaran. Substansi dari pertemuan tersebut adalah
memvariasikan metode pembelajaran dan
mengkombinasikannya dengan berbagai lay out kelas.
101
Pada pertemuan tersebut dibahas beberapa sintaksis
pembelajaran dan pembagian jadwal tampil para guru
untuk mensimulasikan. Umpan balik diberikan secara
individual dan kelompok tergantung pada hasil temuan
selama proses pembelajaran integratif. Setelah simulasi
diberikan kepada peserta untuk memberikan umpan
balik dari persepsi masing-masing sesuai dengan
tuntutan metode yang digunakan.Adapun hasil
kunjungan kelas sebagai bagian dari supervisi akademik
berupa temuan mendasar dibahas secara tertutup atau
individual dengan guru yang bersangkutan. Temuan
khusus, kesulitan guru IPS hampir sama dengan kesulitan
guru PKn. Perlakuan pengawas adalah dengan
memberikan wawasan secara bersamaan. Kegiatan ini
dimaksudkan agar program berjalan sesuai dengan
tujuan dan meyakinkan bahwa setiap guru mengerti apa
yang harus dilakukan untuk menerapkan pembelajaran
integratif di SMK IB Khalifah Bangsa.
Pembinaan secara individual dimaksudkan untuk
menggali permasalahan secara mendasar sehingga guru
yang bersangkutan termotivasi lebih untuk memperbaiki
kemampuan membelajarkan. Asistensi terhadap
pengembangan keterampilan mengajar guru ternyata
harus dilakukan berdasarkan penguasaan tiap materi.
pengawas harus secara konsisten dan terukur melakukan
supervisi akademik untuk terus membantu guru dalam
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dalam
kelasnya sehingga praktik pembelajaran dilakukan sesuai
dengan tuntutan standar proses.
Melalui berbagai tahapan dalam penerapan
pelaksanaan simulasi, umpan balik, dan supervisi
akademik dan memperhatikan temuan case by case maka
pengawas dapat memberikan perlakuan yang tepat.
Perhatian secara khusus mendorong guru-guru tertentu
yang teridentifikasi kurang rajin dan kurang menerapkan
metode pembelajaran bervariasi untuk berbuat lebih
maksimal dalam mempersiapkan perangkat
pembelajaran, praktik pembelajaran di kelas, dan sadar
sepenuhnya bahwa pembinaan yang dilakukan bukan
102
sekedar formalitas.
SupervisiAkademikuntukSMK IB KhaifahBangsa
Supervisiakademik merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan pengawas untuk membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pembelajaran.Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik
supervisi yang di kelompokkan sebagai teknik individual
meliputi kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan
individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri
sendiri.
Seorangpengawas, selain harus mengetahui aspek
atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus
mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat
atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan
betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina
melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan
kepribadian guru. Satu hal yang perlu ditekankan pada
supervisi kelompok bahwa tidak ada satupun di antara
103
teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau
bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di
sekolah. Artinya, akan ditemui oleh pengawas adanya
satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk
membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan
pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang pengawas harus
mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya
mampu membina keterampilan pembelajaran seorang
guru.
ManfaatPembelajaranTerintegrasidengan PUS
untukSMK IB KhaifahBangsa
Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan
pada SMK IB Khalifah Bangsa, diketahui bahwa
pembelajaran terintegrasi dengan PUS dapat
memperbaiki kompetensi pedagogik guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran dengan kurikulum
2013. Nilai positif lainnya diperoleh suasana sekolah
menjadi lebih sehat karena dibangun dengan kebiasaan
diskusi untuk meningkatkan kompetensi masing-masing
guru dalam melaksanakan pembelajaran integratif di
SMK IB Khalifah Bangsa.
Pembelajaran terintegrasi dengan Penguatan
Simulasi, Umpan Balik, Supervisi Akademik (PUS) telah
terbukti dapat meningkatkan kinerja guru di SMK IB
Khalifah Bangsa Kota Metro. Peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan variasi metode pembelajaran
yang bersinergi dengan variasi lay out kelas telah
mendorong pembelajaran yang lebih hidup, terarah, dan
berkualitas dalam kelas setiap guru.
Simulasi, umpan balik, dan supervisi akademik
menjadi alat yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan guru dan mempertahankannya sepanjang
waktu. Suasana sekolah menjadi lebih sehat karena
dibangun dengan kebiasaan diskusi untuk meningkatkan
kompetensi masing-masing guru dalam melaksanakan
pembelajaran integratif di SMK IB Khalifah
Bangsa.Anggapan bahwa pembinaan merupakan hal
yang bersifat formalitas tanpa tindak lanjut tidak lagi ada
104
sehingga upaya dari setiap pribadi guru untuk maju dan
melaksanakan pembelajaran yang disukai siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Para guru mampu
mengefisienkan waktu ketika di sekolah dan
mengefektifkan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan perbaikan kemampuan. Para guru tampil
percaya diri, lebih mengalir pada saat tampil mengajar
dalam kelas. Selanjutnya manfaat yang bisa diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan upaya masing-masing guru
untuk menguasai sebanyak-banyaknya variasi metode
pembelajaran;
2. Memudahkan pengendalian pembelajaran dan
pemantauan kinerja guru;
3. Memberikan konsep nyata yang dapat diterapkan di
SMK IB Khalifah Bangsa dengan segala keterbasan
yang ada;
4. Meningkatnya kompetensi guru dalam mengajar di
kelas;
5. Meningkatnya mutu proses pembelajaran di SMK IB
Khalifah Bangsa.
105
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasidan
Kompetensi Guru
Robbins, Pam. Alvy, Harvey B. 2004.The New
Principal’sFieldbook. Alexandria: ASCD.
Robbins, Pam. Alvy, Harvey B. 2009.The
Principal’sCompanion.ThirdEdition. California,
ThousandOaks: Corwin-Sage Company.
Syaefudin,Udin.,Syamsuddin,Abin.2005.PerencanaanPend
idikanPendekatanKomprehensif. Bandung: PT
RemajaRosdakarya.
106
TENTANG PENULIS
S. Iskandar, Lahir di Lampung
Tengah, 1 Januari 1966 Lulus SD
Negeri 2 Yukum Jaya Tahun 1979 ,
SMP Negeri 1 Poncowati Tahun 1982,
STM Negeri 2 Poncowati Tahun 1985,
Melanjutkan Kuliah Setrata (S1) di
STKIP Muhammadiyah Metro
Jurusan MIPA Bidang Studi
Matematika Lulus Tahun 1990, Strata
(S2) Universitas Lampung (UNILA)
Jurusan FKIP Program Studi
Teknologi Pendidikan Tahun2008. Di
angkat menjadi CPNS Tahun
1991 di SMK Negeri 1 Metro, Pengawas Dinas Pendidikan
Kebudayaan dan Olahraga Kota Metro Tahun 2002 s.d
2016, Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Lampung Tahun 2017 s.d sekarang.
HP : 081379272525
Email : iskan_dar@yahoo.com
107