Makalah Ir. Yudi Rismayadi
Makalah Ir. Yudi Rismayadi
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Yudi Rismayadi
Seminar dan workshop ini diselenggarakan di tengah-tengah wabah flu burung yang telah
menimbulkan kekwatiran baru dan ditetapkan sebagai KLB Nasional. Betapa tidak, dari Juli 2005
tercatat 4 orang meninggal dunia dan tidak kurang dari 28 pasien DIDUGA terinveksi virus avian
influenza ini, belum termasuk ribuan atau bahkan jutaan unggas yang mati atau dimusnahkan.
Yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan adalah perkembangan virus ini mampu menular dari
manusia ke manusia, jika ini terjadi maka dikhawatirkan terjadi pandemi flu burung yang dapat
merenggut nyawa tidak kurang dari 7 juta hingga 100 juta jiwa (WHO). Kabar tidak menyenangkan
pun berhembus dari Yogyakarta, Prof. Warsito menduga lalat dapat berperan sebagai vektor
penyebaran penyakit tersebut. Itu lah kasus flu burung yang melanda kita sekarang ini.
Harus dicatat dalam ingatan kita bahwa sebelum wabah flu burung negara kita juga mengalami
KLB Demam Berdarah akibat virus degue DAN BELUM MAMPU DITANGGULANGI SECARA TUNTAS.
Selama dua tahun terakhir, Virus degue yang disebarkan nyamuk Aides Agypti menyebabkan
bencana yang mengerikan, lebih dari 24 ribu jiwa terjangkit demam berdarah dan 366 orang
diantaranya meninggal dunia. Jangan dilupakan pula pasca banjir di propinsi tetangga, yaitu Di DKI
Jakarta dilaporkan tiga penderita meninggal dunia dan belasan lainnya di rawat di beberapa rumah
sakit akibat penyakit leptospirosis yang ditularkan tikus, demikian juga dengan penyakit kaki gajah
walau tidak memakan korban jiwa tetapi angka penderita semakin bertambah di beberapa daerah di
Jawa Barat. Di samping penyakit-penyakit yang telah disebutkan, penyakit-penyakit lain yang
ditularkan oleh berbagai jenis organisme (serangga dan tikus) semakin banyak terjadi di lingkungan
permukiman sebagai habitat manusia.
Kondisi tersebut haruslah menyadarkan kita, bahwa pengelolaan lingkungan permukiman tidak
hanya berkutat menangani masalah-masalah penyediaan bangunan gedung, infrastruktur,
penanganan banjir, kebakaran, dan lain-lain tetapi juga harus memperhatikan dengan sangat
masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya interaksi antara organisme-organisme yang
merupakan bagian lingkungan permukiman dengan manusia atau interaksi dengan bagian
permukiman yang dibangun oleh manusia, seperti interaksi antara serangga rayap dengan
bangunan gedung. Rayap bukan vektor penyakit layaknya nyamuk,tikus, dan lalat, tetapi rayap
adalah organisme yang mampu menimbulkan kerusakan bangunan dengan bahaya yang setara
dengan terjadinya wabah penyakit. Rayap menimbulkan kerusakan bangunan gedung sebagai
habitat manusia dengan tingkat kerusakan yang terus cenderung meningkat, secara nasional
diduga tidak kurang dari 2,7 trilyun rupiah kerugian yang ditimbulkan oleh serangan rayap. Nilai
kerugian ekonomi yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Makalah yang disajikan ini, mengungkap secara sekilas bahaya serangan rayap di Jawa Timur dan
teknologi pengendaliannya. Sebagai pengantar disajikan pula bahasan sekilas mengenai biologi
rayap.
Biologi Rayap
Rayap termasuk ke dalam Klas insekta (serangga) Ordo Isoptera ( iso = sama;
ptera = sayap). Ordo serangga ini ditandai dengan bentuk sayap yang serupa
baik ukuran maupun struktur antara sayap depan dengan sayap belakang.
Rayap dikenal pula sebagai serangga sosial, karena hidupnya yang berkelompok
dalam satu koloni yang terdiri dari anggota-anggota koloni dengan bentuk dan
fungsi yang berbeda atau dikenal sebagai kasta. Kasta rayap penyusun kololoni
terdiri dari kasta pekerja, prajurit, dan kasta reproduktif.
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
A. Kasta Prajurit
Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar
dan mengalami penebalan yang nyata. Pada beberapa jenis rayap seperti
Macrotermes, Odontotermes, dan Microtermes, serta beberapa jenis rayap
dari Rhinotermitidae, seperti Schedorhinotermes, seringkali dijumpai dengan
ukuran kasta prajurit yang berbeda ( polimorfisme), yaitu; prajurit berukuran
besar (prajurit major); prajurit berukuran kecil (prajurit minor).
Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar,
khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta prajurit mampu menyerang
musuhnya dengan mandibel yang dapat menusuk, mengiris, dan menjepit.
Biasanya gigitan kasta prajurit pada tubuh musuhnya sukar dilepaskan sampai
prajurit itu mati sekalipun. Beberapa kasta pajurit dari golongan rayap
tertentu menyerang musuhnya dengan cairan yang keluar dari bagian
kepalanya.
B. Kasta Pekerja
Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap.
Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-
individu kasta pekerja. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kulit
hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.
2
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
C. Kasta Reproduktif
Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu; betina (ratu)
yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina.
Kasta ini dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif
suplementer atau neoten. Kasta reproduktif primer terdiri atas serangga-
serangga dewasa yang bersayap dan merupakan pendiri koloni. Neoten
muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena
fragmentasi koloni. Neoten dapat terbentuk beberapa kali dalam jumlah yang
besar sesuai dengan perkembangan koloni. Selanjutnya, neoten
menggantikan fungsi kasta reproduktif primer untuk perkembangan koloni.
Hingga saat ini di dunia telah berhasil diidentifikasi lebih dari 2500 jenis rayap.
Sementara itu di Indonesia ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap atau
kurang lebih 10% dari keragaman jenis rayap dunia. Jenis-jenis rayap tersebut
diklasifikasikan ke dalam tujuh famili, 15 sub-famili, dan 200 genus.
Pembagian famili adalah sebagai berikut; Famili Mastotermitidae;
Kalotermitidae; Termopsidae ; Hodotermitidae ; Rhinotermitidae ;
Serritermitidae ; dan famili Termitidae.
3
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Dari tahun ke tahun kerusakan akibat serangan rayap terus meningkat seiring
dengan perkembangan lingkungan permukiman dan di pihak lain rayap mampu
berada pada lingkungan yang diciptakan manusia tersebut. Demikian halnya
dengan kasus serangan rayap yang terjadi di Jawa Timur. Penyebab utama
hancurnya bangunan ternyata bukan hanya karena bahaya kebakaran atau angin
ribut, tetapi juga adalah karena rayap. Kenyataan menunjukkan bahwa rayap
adalah serangga yang tidak tahu diri. Betapa tidak, rayap merusak bangunan
tanpa pandang bulu siapa pemiliknya, termasuk juga menyerang istana
merdeka, dan bahkan tidak hanya merusak rumah-rumah rakyat yang sederhana
tetapi juga bangunan-bangunan gedung bertingkat seperti hotel yang kita
jadikan lokasi seminar ini.
Besarnya potensi serangan rayap di Jawa Timur dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu; karakteristik rayap, bangunan dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut
saling terkait dalam menentukan tingkat bahaya serangan rayap.
4
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
KELEMBAGAAN KARAKTERISTIK
YANG HANDAL RAYAP
DERAJAT
BAHAYA
RAYAP
KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN
KARAKTERISTIK
BANGUNAN
5
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rayap tanah dari genus
Coptotermes, Macrotermes, Schedorhinotermes , Odontotermes dan Microtermes
merupakan rayap tanah yang paling banyak ditemukan di lingkungan
permukiman. Genus Nasutitermes jarang dijumpai dan tidak ditemukan
menyerang bangunan gedung. Genus ini ditemukan pada tunggak-tunggak
kayu di halaman atau pada tumpukan serasah.
6
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Sementara itu, rayap tanah Coptotermes merupakan jenis yang paling mampu
beradaptasi di dalam lingkungan permukiman yang menjadi habitat manusia
termasuk menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan mikro di dalam bangunan
gedung. Oleh karena itu rayap ini paling sering dijumpai menyerang bangunan
gedung dan bahkan mampu membuat sarang-sarang antara didalamnya. Di
samping itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa rayap tersebut memiliki
kemampuan jelajah yang tinggi baik secara vertikal maupun horizontal.
Berdasarkan kemampuannya tersebut kehadiran rayap ini di lingkungan
permukiman merupakan indikasi bahaya rayap yang potensial.
7
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Berdasarkan hasil penelitian, di Kota Surabaya tidak kurang dari 36,9 persen
rumah tinggal diserang oleh rayap tanah, demikian pula di kota Gresik, dan
Sidoarjo lebih dari 25 persen rumah juga terserang rayap tanah. Tingginya
serangan rayap di kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo dibandingkan kota lainnya
tentunya juga karena beberapa faktor seperti tingkat perkembangan kota,
kelimpahan rayap tanah yang berperan sebagai hama bangunan utama, dan
kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan rayap.
Melihat besarnya potensi bahaya serangan rayap maka sudah seharusnya apabila
pemerintah daerah Jawa Timur dan masyarakat memberikan perhatian terhadap
faktor perusak ini dengan mengembangkan tindakan-tindakan prepentive dan
kuratif untuk menekan kerusakan dan kerugian akibat serangan rayap.
8
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Gedung yang merupakan acuan dasar secara legal formal tentang berbagai
aspek dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Di dalam penjelasan Pasal 18
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “ Persyaratan
kemampuan
mendukung beban muatan selain beban berat sendiri, beban manusia, dan
beban barang juga untuk mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam
seperti gempa (tektonik/vulkanik) dan angin ribut/badai, menurunnya kekuatan
material yang disebabkan oleh penyusutan, relaksasi, kelelahan, dan perbedaan
panas, serta kemungkinan tanah longsor, banjir, dan bahaya kerusakan
akibat serangga perusak dan jamur.“
9
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Upaya yang lebih maju dilakukan oleh Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta
cq. Kantor Tata Bangunan dan Gedung yang telah menyusun Pedoman
Penanggulangan Bahaya Serangan Rayap pada Bangunan Gedung Milik Pemda
DKI Jakarta, yang pada saat ini dalam proses penyusunan SK Gubernur. Di
samping itu, melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta telah pula
ditebitkan SK Gubernur No 1243 Tahun 1996 tentang Penggunaan Kayu Awet
untuk Bangunan di Wilayah DKI Jakarta.
A. Tindakan Pencegahan
Pencegahan serangan rayap dapat dilakukan melalui eliminasi kondisi yang
disukai rayap, penggunaan kayu tahan, penghalang kimia, dan penghalang
fisik.
10
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
11
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
bahan kimia, mengusir rayap untuk tidak memasuki lapisan tanah yang
telah diberi perlakuan (repelensi), menyebabkan disorientasi aktivitas
rayap, maupun mempengaruhi aktivitas rayap. Termitisida baru ini yang
digunakan dalam aplikasi perlakuan tanah merupakan senyawa kimia
golongan organophospat, sintetik piretroid, dan beberapa senyawa baru
seperti imidaklorprid, clorophynafir dan phenyl pyrazole.
Pasir, gravel, perlit, granit, basalt, dan mesh stainles steel pada ukuran-
ukuran tertentu dapat digunakan sebagai penghalang fisik. Su dan
Scheffrahn (1992) menunjukkan bahwa partikel pasir berukuran 2.0-2.8
mm effective menghambat penetrasi rayap tanah Reticulitermes dan
Coptotermes pada bangunan di Amerika Serikat. Butiran-butiran basalt
berukuran 1.7-2.4 mm telah diuji coba penggunaannya di Hawai oleh
Tamashiro et al. (1987). Penghalang fisik ini kemudian dipasarkan oleh
Ameron HC&D dengan nama "Basaltic Termite Barrier". Di Australia
beberapa perusahaan EB Mouson Pty Ltd. menggunakan granit sebagai
penghalang fisik yang diaplikasikan pada beberapa bangunan
pemerintahan, granit tersebut dipasarkan dengan nama " Granitguard".
Sementara itu hasil penelitian di Jepang dengan gravel menunjukkan
bahwa partikel gravel berukuran 1.4 -2.4 mm mampu menahan penetrasi
rayap tanah C. formosanus dan partikel gravel berukuran 1.7-2.4 mm
mampu menahan penetrasi rayap tanah C. gestroi.
12
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
B. Tindakan Pembasmian
13
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Penutup
Tidak dapat dipungkiri bahwa serangan rayap telah menimbulkan beban yang
sangat besar bagi masayarakat akibat kerugian ekonomis yang sangat besar.
Masyarakat terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengganti
komponen kayu bangunan yang rusak dan biaya untuk menanggulangi rayap
sebagai agen perusaknya. Di samping itu ada beban sosial yang dipikul karena
hilangnya kesempatan dan kenyamanan untuk menikmati bangunan gedung
yang bebas kerusakan akibat serangan rayap.
Pengendalian bahaya rayap juga akan mengurangi resiko yang timbul yang
terkait dengan aspek keselamatan penggunaan bangunan. Tanpa upaya
pengendalian bahaya rayap telah sangat banyak bangunan atap yang roboh
akibat serangan rayap. Kondisi ini akan mempengaruhi rasa aman dan
kenyamanan penggunaan gedung. Dengan sendirinya maka upaya
pengendalian bahaya rayap akan meningkatkan tingkat keamanan dan
kenyamanan penggunaan bangunan gedung.
14
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
Tingginya bahaya serangan rayap juga telah membuka lapangan kerja baru yaitu
dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pengendali rayap termasuk industri-
industri termitisida pendukungnya. Tidak kurang dari 55 perusahaan pengendali
rayap terdapat di Jawa Timur tentunya akan banyak sekali orang yang yang
menggantungkan hidupnya dari industri ini di Jawa Timur.
15
Seminar dan Workshop “Proteksi Bangunan dari Bahaya Serangan Rayap dan Penggunaan Kayu Kelas Rendah
dalam Kaitan Peningkatan Umur Pakai” Hotel Novetel - Surabaya, Kamis 29 September 2005
16