Rayap merupakan organisme yang mampu tetap bertahan pada perubahan tipe
ekosistem alami menjadi ekosistem-ekosistem pertanian, perkebunan, dan HTI
(agroekosistem) bahkan pada ekosistem yang sepenuhnya dikendalikan oleh
manusia (urban ekosistem). Pada lingkungan urban inilah rayap menjadi masalah
yang mengganggu keandalan bangunan gedung.
Tidak ada bagian dari lingkungan permukiman di Indonesia yang steril dari
serangan rayap, bahkan di sebagai besar daerah di Jawa frekuensi serangan rayap
pada bangunan gedung lebih dari 25%. Di DKI Jakarta frekuensi serangan rayap
mencapai 78,3% dan di beberapa tempat lainnya diJawa frekuensi serangan rayap
tanah secara lengkap disajikan pada Gambar 1.
1 )
Makalah disampaikan pada Seminar Sehari, 2 September 2004
2 )
Peneliti Rayap pada Pusat Studi Ilmu Hayati-Institut Pertanian Bogor
Gambar 1. Frekuensi Serangan Rayap di Beberapa Kota di Jawa
Sementara itu nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada tiga
daerah yang diamati yaitu Bogor, Jakarta, dan Surabaya terbatas pada rumah
tinggal secara berturut-turut adalah Rp. 159.000,-; Rp 271.500,-; dan di Surabaya
Rp 222.000,-. Secara nasional, total kerugian serangan rayap mencapai 2,7
trilyun.
Besarnya potensi serangan rayap di Pulau Jawa dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu;
karakteristik rayap, bangunan dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait
dalam menentukan tingkat bahaya serangan rayap.
KELEMBAGAAN
YANG HANDAL KARAKTERISTIK
RAYAP
DERAJAT
BAHAYA
KARAKTERISTIK
RAYAP
LINGKUNGAN
KARAKTERISTIK
BANGUNAN
2
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002
A. Karakteristik Rayap
Rayap perusak kayu terdiri dari rayap tanah dan rayap kayu kering. Rayap
tanah membangun sarangnya di dalam tanah dan memiliki liang kembara
(tunnels) yang menghubungkan sarang dan wilayah jelajahnya. Rayap tanah
memerlukan kelembaban yang tinggi. Rayap kayu kering hidup di dalam kayu
dan tidak memiliki kontak dengan tanah.
Terdapat 2500 spesies rayap di dunia, dan Indonesia memiliki 200 spesies
rayap yang tersebar di seluruh wilayah, dari Sumatra sampai ke Papua. Dari 200
spesies tersebut, didominasi oleh rayap tanah dan hanya sedikit spesies rayap
kayu kering. Yang menimbulkan kerusakan ekonomis paling besar adalah rayap
dari jenis Coptotermes spp. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa Coptotermes
formosanus Shiraki yang berasal dari Jepang dan bermigrasi ke Amerika Serikat
di akhir masa perang dunia kedua, pada saat ini telah menyerang hampir
seluruh negara bagian Amerika Serikat, meliputi : Texas, California, Lousiana,
Mississippi, Alabama, Florida, Georgia, South Carolina, North Carolina,
Tennessee dan Hawaii. Ahli Entomologi Amerika Serikat menyebut rayap C.
formosanus sebagai “rayap super”, karena koloni rayap ini terdiri dari 10 juta
individu yang mampu beradaptasi dan menimbulkan kerusakan yang tinggi pada
bangunan gedung, sementara koloni rayap asli Amerika Serikat hanya terdiri dari
300.000 individu.
Di Indonesia juga terdapat spesies Coptotermes, terbanyak di Jakarta dan
daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Di Jakarta terdapat
15 spesies rayap tanah dan 2 spesies rayap kayu kering. Di antara spesies
rayap tanah tersebut, terdapat 6 (enam) spesies Coptotermes, yang meliputi : C.
curvignathus, C, havilandii, C. kalshoveni, C. heimii, C. travians dan C.
javanicus. Penelitian lebih lanjut membuktikan, rayap Coptotermes hampir
terdapat pada semua kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Medan, Batam
dan Bandung.
B. Karakteristik Bangunan
Sebelum krisis ekonomi terjadi (1997/1998) diperkirakan sebanyak
500.000 –700.000 unit rumah dibangun setiap tahun. Data ini tidak meliputi
pembangunan gedung untuk umum, misalnya sekolah, rumah sakit, hotel,
apartemen/kondomium, perkantoran dan universitas. Struktur bangunan dari
semua gedung tersebut selalu berhubungan dengan tanah, khususnya pada
bagian pondasi. Kondisi ini menimbulkan interaksi antara organisme perusak
kayu dan bangunan.
3
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002
Faktor lain yang mendukung perkembangan organisme perusak kayu
adalah kayu-kayu yang dijadikan komponen bangunan (kusen, rangka atap, dll),
merupakan kayu yang kurang awet dan adanya cacat konstruksi pada
bangunan gedung yang dibangun. Di samping itu seringkali design bangunan
kurang memperhatikan aliran air, misalnya kemiringan atap dan masuknya sinar
matahari ke dalam bangunan. Dua faktor tersebut juga menjadi faktor
pendukung perkembangan hidup rayap.
Sementara itu, faktor pendorong serangan rayap pada bangunan antara
lain adalah banyaknya kayu yang tertimbun di dalam tanah pada waktu
pembangunan, adanya celah pada pondasi tembok, sistem ventilasi kurang
baik, adanya kebocoran, kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, dan
kondisi bio-fisik tapak bangunannya itu sendiri yang menguntungkan kehidupan
rayap.
C. Karakteristik Lingkungan
Distribusi rayap di dunia tersebar pada daerah tropik dan sub-tropik.
Indonesia merupakan negara dengan kelembaban, iklim dan cuaca yang sangat
cocok untuk perkembangan hidup rayap. Daerah yang sangat subur kehidupan
rayapnya adalah pada daerah hutan dan perkebunan.
Pada perumahan dan sarana permukiman yang dibangun di atas lahan
bekas perkebunan, sangat rentan dengan serangan rayap Coptotermes spp,
karena perubahan lahan dan kondisi ekosistem cenderung menyebabkan rayap
tersebut menyerang bangunan dan menjadi hama pada bangunan permukiman.
Sejak perhatian terhadap bahaya serangan rayap dimunculkan pada tahun 1980
lewat kegiatan fokus rayap di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, bahaya
serangan rayap dari tahun ke tahun tampak menunjukkan kecenderungan yang
semakin meningkat
4
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002
Di dalam penjelasan Pasal 18 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
“Persyaratan kemampuan mendukung beban muatan selain beban berat sendiri,
beban manusia, dan beban barang juga untuk mendukung beban yang timbul akibat
perilaku alam seperti gempa (tektonik/vulkanik) dan angin ribut/badai, menurunnya
kekuatan material yang disebabkan oleh penyusutan, relaksasi, kelelahan, dan
perbedaan panas, serta kemungkinan tanah longsor, banjir, dan bahaya kerusakan
akibat serangga perusak dan jamur.“
5
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002
MANFAAT PENGENDALIAN RAYAP
Tidak dapat dipungkiri bahwa serangan rayap telah menimbulkan beban yang
sangat besar bagi masayarakat akibat kerugian ekonomis yang sangat besar.
Masyarakat terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengganti
komponen kayu bangunan yang rusak dan biaya untuk menanggulangi rayap
sebagai agen perusaknya. Di samping itu ada beban sosial yang dipikul karena
hilangnya kesempatan dan kenyamanan untuk menikmati bangunan gedung yang
bebas kerusakan akibat serangan rayap.
Pengendalian bahaya rayap juga akan mengurangi resiko yang timbul yang terkait
dengan aspek keselamatan penggunaan bangunan. Tanpa upaya pengendalian
bahaya rayap telah sangat banyak bangunan atap yang roboh akibat serangan
rayap. Kondisi ini akan mempengaruhi rasa aman dan kenyamanan penggunaan
gedung. Dengan sendirinya maka upaya pengendalian bahaya rayap akan
meningkatkan tingkat keamanan dan kenyamanan penggunaan bangunan gedung.
Di pihak lain, umur penggunaan kayu yang dapat ditingkatkan melalui pengendalian
bahaya rayap akan menyebabkan penggantian kayu semakin berkurang, effisiensi
penggunaan kayu meningkat, dan kekhawatiran penggunaan kayu tidak awet
semakin berkurang karena terlindungi. Kondisi tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan penurunan kegiatan penebangan pohon di hutan sebagain sumber
pemasok kayu. Dengan demikian hutan semakin terjaga dan aspek kelestariannya
menjadi lebih mudah dipertahankan.
6
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002
Tingginya bahaya serangan rayap juga telah membuka lapangan kerja baru yaitu
dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pengendali rayap termasuk industri-
industri termitisida pendukungnya. Tidak kurang dari 150 perusahaan pengendali
rayap terdapat di Indonesia dengan jumlah orang yang menggantungkan hidupnya
dari industri ini tidak kurang dari 6000 jiwa.
KESIMPULAN
7
Makalah Seminar Sehari, Depok 2 September 2002