Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN MAGANG

PRAKTIK MAGANG DI BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAMBI

IDENTIFIKASI JENIS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE


DI CAGAR ALAM HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR, SEKSI KONSERVASI
WILAYAH III, RESORT MENDAHARA, PROVINSI JAMBI

NABILA HESTI AULIA FITRIANI

F1C419045

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK MAGANG DI BALAI KONSERVASI SUMBER


DAYA ALAM JAMBI

IDENTIFIKASI JENIS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE


DI CAGAR ALAM HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR, SEKSI KONSERVASI
WILAYAH III, RESORT MENDAHARA, PROVINSI JAMBI

Oleh:

NABILA HESTI AULIA FITRIANI


F1C419045

Disetujui:

Ketua Program Studi Biologi Dosen Pembimbing

FST UNJA

Mahya ihsan, S.Si., M.Si Dr. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si

NIP. 198411192015041001 NIP.197207052000031003

Diketahui:

Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerja Sama dan Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Jambi

Ir. Bambang Hariyadi, M.Si., Ph.D

NIP. 1966010420000310

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK MAGANG DI BALAI KONSERVASI SUMBER


DAYA ALAM JAMBI

IDENTIFIKASI JENIS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE


DI CAGAR ALAM HUTAN BAKAU PANTAI TIMUR, SEKSI KONSERVASI
WILAYAH III, RESORT MENDAHARA, PROVINSI JAMBI

Oleh:

NABILA HESTI AULIA FITRIANI


F1C419045

Disetujui:

Pembimbing Lapangan Penanggung Jawab Lapangan

Marwa Prinando, S.Hut. Faried, S.P., M.Si.

NIP 198903252014021003 NIP 197405301999031004

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan magang dengan judul


‘Identifikasi Jenis Gastropoda Pada Ekosistem Hutan Mangrove Di Cagar
Alam Hutan Bakau Pantai Timur, Seksi Konservasi Wilayah III, Resort
Mendahara, Provinsi Jambi’’ merupakan karya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan yang tertera dalam
halaman pernyataan pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jambi, 15 Oktober 2022


Yang Menyatakan

Nabila Hesti Aulia Fitriani


(F1C419045)

iii
RINGKASAN
Gastropoda merupakan salah satu Kelas dari Filum Mollusca, dan
merupakan salah satu jenis komunitas fauna bentik yang hidup di dasar
perairan. Komunitas fauna bentik ini banyak ditemukan di ekosistem mangrove.
Keberadaan dan kelimpahan Gastropoda sangat ditentukan oleh adanya
vegetasi mangrove yang ada di daerah pesisir. Tekanan dan perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi jumlah jenis Gastropoda, dengan demikian
jumlah tegakan hutan yang merupakan jumlah individu dalam lapisan tajuk
dapat berpengaruh terhadap keberadaan gastropoda penghuni hutan mangrove.

Tujuan dilakukannya pengamatan mengenai gastropoda ini yaitu


untuk mengetahui jenis gastropoda yang terdapat pada ekosistem mangrove,
kemudian mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan
gastropoda, dan mengetahui spesies gastropoda yang lebih dominan yang
terdapat di ekosistem mangrove. Keberadaan jenis spesies gastropoda dapat
menggambarkan kondisi perairan, serta berperan penting dalam menjaga
keseimbangan ekologi di ekosistem mangrove. Keberadaan gastropoda pada
ekosistem hutan mangrove berperan dalam dinamika unsur hara, daun
mangrove yang gugur tidak langsung mengalami pelapukan atau pembusukan
oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan bantuan hewan hewan yang disebut
makrobenthos, salah satunya adalah gastropoda.

Data pengamatan gastropoda di lakukan dengan menggunakan metode


Visual Ecounter Survey (VES) yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan
perjumpaan langsung pada jalur penelitian. Penentuan lokasi menggunakan
metode purposive sampling yang berada di 3 zona pengamatan. Zona pertama
berada di wilayah masyarakat, zona kedua berada di wilayah intervensi, dan
zona ketiga berada di wilayah lingkungan alami mangrove. Tujuan dilakukan
pengulangan pada setiap zona yaitu untuk meningkatkan ketelitian, untuk
menambah jenis spesies yang terdapat di setiap zona, dan memaksimalkan
keragaman dari setiap zona, sehingga pengulangan tersebut dapat menambah
cakupan suatu kesimpulan.

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis-jenis gastropoda yang ditemukan


pada ekosistem mangrove terdiri dari 5 famili dan 10 spesies gastropoda yaitu
Cerithidea obtuse, Telescopium Telescopium, Cassidula aurisfelis, Ellobium
aurisjudae, Ellobium aurismidae, Pythia pantherina, Chicoreus capucinus, Nerita
balteata, Littoraria scabra, dan Littoraria melanostoma. Famili gastropoda yang
ditemukan terdiri dari Famili Potamididae, Ellobiidae, Muricidae, Neritidae, dan
Littorinidae.

iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang ini
dengan baik. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan magang yang telah
dilaksanakan. Selain itu, laporan ini juga menjadi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana sains di Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Jambi. Adapun judul penelitian magang ini yaitu
mengenai “Identifikasi Jenis Gastropoda Pada Ekosistem Hutan Mangrove
Di Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur, Seksi Konservasi Wilayah III,
Resort Mendahara, Provinsi Jambi”
Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Drs. Jefri Marzal, M.Sc. D.I.T.; Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Jambi.
2. Ir. Bambang Hariyadi, M.Si., Ph.D.; Wakil Dekan Bidang Akademik,
Kerjasama dan Sistem Informasi.
3. Mahya Ihsan, S.Si., M.Si.; Koordinator Program Studi Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.
4. Dr. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si.; Dosen Pembimbing magang yang telah
memberikan bantuan baik saran, arahan dan masukan selama
pelaksanaan magang dan pembuatan laporan magang.
5. Faried, S.P., M.Si.; Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi yang telah
memberikan kesempatan, mengarahkan dan memberikan kemudahan
kepada penulis untuk mengeksplorasi CAHBPT.
6. Marwa Prinando, S.Hut.; Kepala Resort Mendahara yang telah
membimbing, memfasilitasi dan mengarahkan penulis khususnya
selama berkegiatan di lapangan.
7. Bapak/Ibu pegawai di lingkungan BKSDA Jambi yang telah banyak
memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan kepada penulis.
8. Kedua orang tua yang senantiasa mengirimkan do’a dan dukungan
moral kepada penulis.
9. Wafiq Nadya dan Tazkiah Auliaputri, teman seperjuangan dalam
melaksanakan kegiatan magang yang selalu memberikan dukungan
dalam segala kondisi.
10. Sahabat dan Teman-teman baik, maupun sesama mahasiswa biologi
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberi rasa
semangat dan mengisi ulang ambisi penulis sehingga dapat
menyelesaikan magang dan laporan ini tepat waktu.

Dalam penulisan laporan ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu,
penulis terbuka terhadap masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun
kesempurnaan laporan dan perbaikan bagi diri penulis kedepannya.

Jambi, 15 Oktober 2022

Nabila Hesti Aulia Fitriani

(F1C419045)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................... iv
PRAKATA ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan magang ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat magang ..................................................................................... 3
II. GAMBARAN UMUM INSTANSI ...................................................................... 4
2.1 Sejarah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi ................................ 4
2.2 Struktur Organisasi BKSDA Jambi ......................................................... 5
2.3 Lokasi Instansi ....................................................................................... 5
2.4. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................................ 6
2.5 Visi dan Misi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi ........................ 7
III. METODE PELAKSANAAN ............................................................................ 8
3.1 Jadwal dan Waktu Pelaksanaan Magang ................................................. 8
3.2 Tempat Pelaksanaan Magang .................................................................. 8
3.3 Topik Projek Magang ............................................................................... 8
3.4 Alat dan Bahan ....................................................................................... 8
3.5 Prosedur Kerja ........................................................................................ 8
3.6 Kegiatan Umum ...................................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 14
4.3 Faktor Lingkungan Fisik ....................................................................... 27
4.4 Kondisi habitat dan Kesesuian Habitat Gastropoda ............................... 28
V. PENUTUP .................................................................................................. 31
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 31
5.2 Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 33

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wilayah Kerja Balai KSDA, A.) Kantor BKSDA Jambi, B.) Kantor Seksi
Konservasi Wilayah III, C.) Resort Mendahara, D). Tempat Penitipan Satwa (TPS)
........................................................................................................................ 4
Gambar 2 Struktur Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi. ..... 5
Gambar 3 Morfologi gastropoda (Karyanto dkk, 2004) ....................................... 9
Gambar 4 Kegiatan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, A.)
Kegiatan merekap data, B.) Pengenalan instansi ............................................. 10
Gambar 5 Kantor Seksi Konservasi Wilayah III, A.) Rapat DUPAK, B).
Penyuluhan BKSDA ....................................................................................... 10
Gambar 6 Kegiatan pengambilan data penelitian, A.) pengukuran line transect,
B.) pengambilan sampel, C.) preparasi sampel ................................................ 11
Gambar 7 Kegiatan inventarisasi Resort Mendahara, A.) pengukuran transek,
B.) pendataan hasil inventarisasi .................................................................... 12
Gambar 8 Tempat Penyelamatan Satwa (TPS), A.) pembersihan kandang satwa,
B.) pemberian pakan satwa ............................................................................ 12
Gambar 9 Cerithidea obtusa; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ................ 14
Gambar 10 Telescopium telescopium; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral .... 16
Gambar 11 Cassidula aurisfelis; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ........... 17
Gambar 12 Ellobium aurisjudae; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ........... 19
Gambar 13 Ellobium aurismidae; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral .......... 20
Gambar 14 Pythia pantherina; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral .............. 21
Gambar 15 Chicoreus capucinus; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral .......... 22
Gambar 16 Nerita balteata; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ................... 23
Gambar 17 Littoraria scabra; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ................ 24
Gambar 18 Littoraria melanostoma; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral ...... 25

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal dan Lokasi Magang ................................................................. 8


Tabel 2 Hasil Identifikasi Jenis Gastropoda .................................................... 13

viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan salah satu jenjang tertinggi dalam pendidikan
yang memiliki peran dalam meningkatkan sumber daya manuusia yang
berkualitas, unggul, serta mampu bersaing dalam dunia kerja. Setiap
akademika dituntut untuk dapat melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi
yaitu pendidikan, pengabdian masyrakat, dan penelitian. Salah satu program
yang dapat mewujudkan hal tersebut yaitu program praktek magang.
Program praktek magang merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk melatih mahasiswa, mengembangkan cara berfikir dan menambah
pengetahuan yang sejatinya berguna dalam dunia kerja. Melalui program
prakek magang, mahasiswa dapat lebih terlatih, profesional, disiplin, dan
bertanggung jawab. Program magang saat ini wajib dilaksanakan karena
menjadi rangkaian dari syarat kelulusan khususnya program magang yang
dilaksanakan di Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Jambi.
Tempat pelaksanaan praktek magang yaitu di Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Jambi, secara administratif terletak di Jl. Arif Rahman
Hakim, Simpang IV Sipin, Kec. Telanaipura, Kota Jambi. Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Jambi merupakan instansi yang bekerja untuk
penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya di cagar alam,
suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru serta koordinasi teknis
pengelolaan taman hutan raya dan kawasan ekosistem esensial berdasarkan
ketentuan peraturan perundang undangan. Balai KSDA Jambi mempunyai tiga
bagian Seksi Konservasi Wilayah diantaranya Seksi Konservasi Wilayah I, Seksi
Konservasi Wilayah II dan Seksi Konservasi Wilayah III. Ketiga Seksi Konservasi
Wilayah ini dipimpin oleh masing-masing Kepala Seksi Konservasi Wilayah.
Kegiatan khusus yang akan dilakukan yaitu mengamati keanekaragaman
gastropoda pada ekosistem hutan mangrove di cagar alam hutan bakau pantai
timur provinsi jambi. Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem
peralihan antara darat dan laut. Ekosistem hutan mangrove dengan sifatnya
yang khas dan kompleks merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan dari
yang paling sederhana tingkatnya (Protozoa) sampai ke yang paling tinggi
(Vertebrata). Sebagai daerah peralihan antara laut dan darat, ekosistem
mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang tajam. Pasang surut air
laut menyebabkan terjadinya perubahan beberapa faktor lingkungan yang
besar, terutama suhu dan salinitas. Pada hutan mangrove, dikenal ada dua
kelompok hewan yang dominan baik dalam keanekaragaman jenisnya maupun

1
jumlah individunya, yaitu moluska dan crustasea. Karena hanya jenis-jenis
fauna yang memiliki toleransi yang besar terhadap perubahan ekstrim faktor-
faktor fisik itu dapat bertahan dan berkembang di hutan mangrove (Abubakar
dkk, 2018).
Di dalam hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan mulai
dari mikroba, protozoa hingga yang berukuran besar seperti gastropoda.
Gastropoda berasosiasi dengan ekosistem mangrove sebagai tempat hidup,
tempat berlindung, memijah dan juga sebagai suplai makanan yang menunjang
pertumbuhan. Gastropoda ditemukan hidup pada daun, batang, ranting, akar
dan lantai hutan mangrove (Riyandi dkk, 2017).
Gastropoda merupakan salah satu Kelas dari Filum Mollusca, dan
merupakan salah satu jenis komunitas fauna bentik yang hidup di dasar
perairan. Komunitas fauna bentik ini banyak ditemukan di ekosistem mangrove.
Keberadaan dan kelimpahan Gastropoda sangat ditentukan oleh adanya
vegetasi mangrove yang ada di daerah pesisir. Tekanan dan perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi jumlah jenis Gastropoda, dengan demikian
jumlah tegakan hutan yang merupakan jumlah individu dalam lapisan tajuk
dapat berpengaruh terhadap keberadaan gastropoda penghuni hutan mangrove.
Apabila kondisi mangrove disuatu kawasan tidak terlalu padat maka jumlah
Gastropoda tidak terlalu banyak (Putra dkk, 2018).
Gastropoda berperan penting dalam fungsi ekologi dan siklus rantai
makanan pada ekosistem mangrove serta dapat dijadikan sebagai bioindikator
pada ekosistem perairan pantai. Sehingga mahasiswa tertarik untuk
mengangkat topik magang dengan judul Identifikasi Jenis Gastropoda Pada
Ekosistem Hutan Mangrove Di Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur, Seksi
Konservasi Wilayah III, Resort Mendahara, Provinsi Jambi.
1.2 Tujuan magang
Tujuan dari kegiatan magang yang dilaksanakan di Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Jambi antara lain:
a. Tujuan umum
1. Mempelajari Tiga pilar Konservasi di Balai KSDA Jambi
2. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja dari proses-proses
kerja yang telah di lakukan di Balai KSDA jambi, sehingga bisa
dijadikan sebagai pemahaman dan pengalaman untuk dunia kerja
yang akan datang.

2
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi jenis gastropoda pada ekosistem hutan mangrove di
cagar alam hutan bakau pantai timur provinsi jambi.
2. Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan
gastropoda
3. Mengetahui jumlah tertinggi spesies gastropoda yang berada di
ketiga zona pengamatan
1.3 Manfaat magang
Adapun manfaat yang didapat dari praktek magang yang dilaksanakan di
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi yaitu:
a. Manfaat umum
1. Mendapatkan pengalaman baru di instansi Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Jambi
2. Mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dalam bersosialisasi di ruang
lingkup praktek kerja lapangan
b. Manfaat khusus
Untuk memberikan informasi mengenai Identifikasi jenis gastropoda
serta dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengelola dan memanfaatkan
gastropoda pada ekosistem hutan mangrove di cagar alam hutan bakau pantai
timur resort Mendahara.

3
II. GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1 Sejarah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tanggal 14 April 2015. Cakupan
wilayah yang menjadi tanggung jawab Balai KSDA Jambi dalam pengelolaan
konservasi sumber daya alam meliputi wilayah Kota Jambi, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci dan Kota
Sungai Penuh. Secara teknis operasional pengelolaan, wilayah kerja Balai KSDA
Jambi dibagi menjadi 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah yaitu Seksi Konservasi
Wilayah I, Seksi Konservasi Wilayah II, dan Seksi Konservasi Wilayah III.
Wilayah kerja Seksi Konservasi WilayahI meliputi Kabupaten Bungo, Kabupaten
Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci, dan Kota Sungai Penuh.
Wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II meliputi: Kota Jambi, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tebo. Wilayah kerja Seksi
Konservasi Wilayah III meliputi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung
Jabung Timur. Kawasan konservasi yang dikelola oleh Balai KSDA Jambi terdiri
dari KSA Pasir Mayang Danau Bangko atau Buluh Hitam, KSA Tabir Kajasung
atau Sungai Bengkal, Cagar Alam Durian Luncuk I, CA Durian Luncuk II, CA
Hutan Bakau Pantai Timur, CA Sungai Betara, CA Gua Ulu Tiangko
(www.bksdajambi.com). Wilayah kerja balai KSDA tertera pada gambar 1.

A B

C D

Gambar 1 Wilayah Kerja Balai KSDA, A.) Kantor BKSDA Jambi, B.) Kantor Seksi
Konservasi Wilayah III, C.) Resort Mendahara, D). Tempat Penitipan Satwa (TPS)

4
2.2 Struktur Organisasi BKSDA Jambi
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.08/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi dan Sumber Daya
Alam. Kedudukan BKSDA sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tersebut adalah, Unit Pelaksana Teknis dibidang konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal KSDAE dengan dipimpin oleh seorang Pejabat Eselon
III/a. Balai KSDA Jambi berdasarkan klasifikasi tipologinya termasuk tipe A
terdiri dari dengan sebuah Sub Bagian Tata Usaha (TU) dan 3 (tiga) Seksi
Wilayah serta Kelompok Jabatan Fungsional (www.bksdajambi.com). Struktur
organisasi balai konservasi sumber daya alam tertera pada gambar 2.

Gambar 2 Struktur Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi.

2.3 Lokasi Instansi


Lokasi kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, lokasi Seksi
Konservasi Wilayah I, lokasi Seksi Konservasi Wilayah II, dan lokasi Seksi
Konservasi Wilayah III sebagai berikut:
1. Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi berasa di Jl. Arif
Rahman Hakim, simpang IV Sipin, Kec. Telanaipura, Kota Jambi.
2. Kantor Seksi Konservasi Wilayah I Berada Di Jl. Jend. Sudirman, Kel.
Pematang Kandis, Kec. Bangko, Kab. Merangin, Prov. Jambi.
3. Kantor Seksi Konservasi Wilayah II Berada Di Jl. Gajah Masa, Kel.
Teratai, Kec. Muaro Bulia, Kab. Batanghari, Prov. Jambi
4. Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Berada Di Jl. Lintas Jambi Sabak,
Kel. Parit Culum I, Kec. Sabak Timur, Kab. Tanjung Jabung Timur, Prov.
Jambi.

5
2.4. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok:
Balai KSDA Jambi mempunyai tugas penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam dan ekosistemnya di cagar alam, suaka margasatwa, taman
wisata alam, dan taman buru serta koordinasi teknis pengelolaan taman hutan
raya dan kawasan ekosistem esensial berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fungsi:
Untuk melaksanakan tugas tersebut, BKSDA Jambi mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata
alam, dan taman buru.
2. Pelaksanaan perlindungan dan pengamanan cagar alam, suaka
margasatwa, taman wisata, dan taman buru.
3. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati.
4. Pengendalian kebakaran hutan di cagar alam, suaka margastwa, taman
wisata, dan taman buru.
5. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta
sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional.
6. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan.
7. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan
kawasan.
8. Penyiapan pembentukan dan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan
Hutan Konservasi.
9. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi
sumber daya alam dan ekosistemnya.
10. Pengembangan kerjasama dan kemitraan bidang konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya.
11. Pengawasan dan pengendalian peredaran tumbuhan dan satwa liar.
12. Koordinasi teknis penetapan koridor kehidupan liar.
13. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan kawasan ekosistem
esensial.
14. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya.
15. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi.
16. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan

6
2.5 Visi dan Misi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi
Visi:
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong.
Misi:
Untuk mencapai visi tersebut, pembangunan dilaksanakan dengan misi
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional
7. Mewujudkan masyarakat yng berkepribadian dalam kebudayaan.

7
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Jadwal dan Waktu Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan praktek magang dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2022-
15 Oktober 2022. Jadwal praktek magang ditentukan oleh Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Jambi. Jadwal dan lokasi magang tertera pada tabel 1.
Tabel 1 Jadwal dan Lokasi Magang

No Jadwal Lokasi Magang Tanggal


1. Kantor Balai KSDA 16 Agustus 2022
2. Polisi Hutan (Polhut) 18 - 19 Agustus 2022
3. Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) 22 - 23 Agustus 2022
4. Penyuluh 24 - 26 Agustus 2022
5. Pengolahan Data 29 - 02 September 2022
6. Kantor Seksi Wilayah III 5 - 13 September 2022
7. Kantor Resort Mendahara 14 September – 02 Oktober
2022
8. Tempat Penyelamatan Satwa 05 – 12 Oktober 2022
9. Presentasi Magang 13 Oktober 2022

3.2 Tempat Pelaksanaan Magang


Kegiatan praktek magang dilaksanakan di dua lokasi naungan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, yaitu di Tempat Penyelamatan Satwa
(TPS) dan Resort Konservasi Wilayah Mendahara.
3.3 Topik Projek Magang
Topik projek magang yang akan dilakukan yaitu mengamati
keanekaragaman jenis gastropoda pada ekosistem hutan mangrove di Cagar
Alam Hutan Bakau Pantai Timur, Seksi Konservasi Wilayah III, Resort
Mendahara, Provinsi Jambi. Penelitian didampingi oleh petugas lapangan
dengan parameter pengamatan yang akan dilakukan untuk menentukan
keanekaragaman jenis gastropoda pada ekosistem mangrove.
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu buku identifikasi, kamera, kertas
label, botol sampel, sekop kecil, plastik ziplock, plastik wrap, sarung tangan
latex, soil tester, soil thermometer, kertas Ph meter, thermometer udara,
higrometer, refaktometer, alkohol 70 %, dan sampel gastropoda.
3.5 Prosedur Kerja
Pengumpulan data gastropoda dilakukan dengan metode Visual Ecounter
Survey (VES) yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung

8
pada jalur penelitian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode
Purposive Sampling yang terbagi menjadi 3 zona pengamatan dengan 3 kali
pengulangan disetiap zona. Tujuan dilakukan pengulangan pada setiap zona
yaitu untuk meningkatkan ketelitian, untuk menambah jenis spesies yang
terdapat di setiap zona, dan memaksimalkan keragaman dari setiap zona,
sehingga pengulangan tersebut dapat menambah cakupan suatu kesimpulan.
Zona pertama berada di kawasan masyarakat, zona kedua berada di kawasan
intervensi (kawasan mangrove yang sudah beralih fungsi sebagai perkebunan),
dan zona ketiga berada di kawasan alami. Masing-masing zona penelitian
ditetapkan titik pengambilan sampel dengan membuat garis transek (line
transek) sepanjang 50 meter, dengan jarak antara garis transek 50 meter, dan
lebar transek 10 meter. Pengambilan sampel gastropoda diambil secara
langsung dengan menggunakan tangan (Hand collecting), baik yang berada di
permukaan substrat, akar, batang dan daun.

Data yang diambil untuk dianalisis antara lain parameter lingkungan (pH
tanah, suhu tanah, suhu udara, pH air, salinitas, dan kelembaban), dan
morfologi gastropoda. Proses identifikasi dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik morfologi cangkang dan operculum. Setiap jenis yang ditemukan
dicocokan karakteristik morfologi dengan melihat pada buku identifikasi (The
Living Marine Resources of The Western Central Pacific volume 1. Seaweeds,
corals, bivalves and gastropods). Morfologi gastropoda tertera pada gambar 3.

Gambar 3 Morfologi gastropoda (Karyanto dkk, 2004)

3.6 Kegiatan Umum


Pelaksanaan kegiatan magang di kantor balai KSDA Jambi diawali dengan
masa pengenalan instansi, seperti pengenalan mengenai berbagai bidang atau
divisi yang berada di balai KSDA jambi. Kemudian selama 2 minggu melakukan
kegiatan di berbagai fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (Polhut),
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Penyuluh, Pelayanan dan Pemanfaatan,
serta pengolahan data. Kegiatan yang dilakukan yaitu merekap data hasil
observasi dari masing-masing fungsional. Seperti melakukan pendataan

9
mengenai Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran
Tumbuhan dan Satwa Liar, melakukan diskusi mengenai surat perizinan keluar
masuk kawasan konservasi, serta surat perizinan pengambilan TSL yang
dilindungi,melakukan pendataan mengenai kelompok tani hutan (KTH), serta
kawasan konservasi yang terdiri dari kawasan CA Durian Luncuk I (CADL I), CA
Durian Luncuk II (CADL II), CA Hutan Bakau Pantai Timur (CAHBPT), KSA
Buluh Hitam, KSA Sungai Bengkal, CA Sungai Betara, dan CA Gua Ulu Tiangko.
Kegiatan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi tertera pada
gambar 4.

A B

Gambar 4 Kegiatan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, A.)
Kegiatan merekap data, B.) Pengenalan instansi

Kegiatan magang tidak hanya dilaksanakan di kantor balai KSDA Jambi,


kegiatan selanjutnya dilakukan di Seksi Konservasi Wilayah III (SKW III).
Pelaksanaan magang di Seksi Konservasi Wilayah III (SKW III) dilakukan selama
2 minggu yang merangkup beberapa kegiatan seperti melakukan diskusi
mengenai penanganan konflik kalong (Pteropus vampyrus) dengan
menggunakan musuh alami, dikarenakan kalong tersebut bertengger pada
pohon yang berada dihutan mangrove sehingga pohon tersebut menjadi rusak
dan mati. Mengikuti rapat yang dilakukan di Seksi Konservasi Wilayah III (SKW
III), berdiskusi mengenai topik penelitian yang akan dilakukan di Cagar Alam
Hutan Bakau Pantai Timur, Resort Mendahara, serta berpartisipasi dalam
kegiatan kegiatan penyuluhan yang dilakukan pihak balai KSDA mengenai
konservasi mangrove yang berlokasi di MTS Alang-Alang. Kantor Seksi
Konservasi Wilayah III tertera pada gambar 5.

A B

Gambar 5 Kantor Seksi Konservasi Wilayah III, A.) Rapat DUPAK, B).
Penyuluhan BKSDA

10
Pelaksanaan magang selanjutnya dilakukan di wilayah Resort
Mendahara yang dilaksanakan selama 2 minggu. Kegiatan yang dilakukan yaitu
melakukan pengambilan data sampel penelitian mengenai topik judul yang
akan dijadikan sebagai tugas akhir mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan
pada 3 zona berbeda dengan 3 kali pengulangan. Tujuan dilakukan
pengulangan pada setiap zona yaitu untuk meningkatkan ketelitian, untuk
menambah jenis spesies yang terdapat di setiap zona, dan memaksimalkan
keragaman dari setiap zona, sehingga pengulangan tersebut dapat menambah
cakupan suatu kesimpulan. Zona pertama berada di kawasan pemukiman
masyarakat, zona kedua kawasan intervensi, dan zona ketiga kawasan asli
mangrove. Setelah itu melakukan kegiatan sampling beserta preparasi sampel
agar sampel yang diambil tidak rusak, serta mengukur faktor fisik lingkungan
pada setiap zona pengamatan. Faktor fisik lingkungan yang diukur terdiri dari
pH tanah, suhu tanah, suhu udara, pH air, salinitas, dan kelembaban. Semua
faktor fisik yang diukur sangat berkaitan erat dengan keberlangsungan hidup
spesies fauna bentik yang berada di ekosistem mangrove tersebut, salah
satunya yaitu gastropoda. Kegiatan pengambilan data penelitian tertera pada
gambar 6.

A B C

Gambar 6 Kegiatan pengambilan data penelitian, A.) pengukuran line transect,


B.) pengambilan sampel, C.) preparasi sampel

Kemudian mengikuti kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh pihak


balai KSDA. Kegiatan inventarisasi tersebut dilakukan didua lokasi mangrove
yang berbeda yaitu di desa sinar kalimantan dan kuala lagan. Inventarisasi
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan
membuat garis transek (transect line) sepanjang 2x2, 5x5, dan 10x10.
Pendataan tersebut dilakukan dengan cara menghitung jumlah pohon pada
masing-masing garis transek yang telah diukur sepanjang kawasan mangrove,
kemudian mengukur keliling pohon, serta mengukur tinggi pohon. Jenis pohon
yang berada di ekosistem mangrove tersebut beranekaragam yang terdiri dari
pohon bakau tunjang, bakau tumo, menyirih, nipah, pohon api-api, dan pidada.

11
Kegiatan inventarisai yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Jambi tertera pada gambar 7.

A B
Gambar 7 Kegiatan inventarisasi Resort Mendahara, A.) pengukuran transek,
B.) pendataan hasil inventarisasi

Kegiatan magang berikutnya dilaksanakan di Seksi Konservasi wilayah II


(SKW II), Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) yang dilakukan selama 1 minggu.
Kegiatan awal dilakukan dengan memperkenalkan satwa-satwa yang
direhabilitasi di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS), kemudian memberi makan
satwa sesuai jadwal dan porsi yang telah di tentukan. Satwa-satwa yang berada
di Tempat Penyelamata Satwa (TPS) terdiri dari 1 Beruang Madu, 1 Burung
Elang Ular, 1 Burung Elang Brontok, 2 Burung Kakatua, 3 Rusa, 3 Buaya
Sinyulong, 1 Buaya Muara, dan 1 Kukang. Pemberian makan satwa dilakukan
sebanyak 2 kali sehari dengan porsi 200 gram daging ayam untuk burung elang
ular dan elang brontok, 1 buah jagung atau 100 gram pepaya untuk satu ekor
burung kakatua, 3 kilogram buah untuk beruang madu, dan untuk buaya
hanya diberikan makan sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 2 minggu.
Kandang satwa yang berada di TPS dibuat sedemikian rupa dengan habitat
aslinya, seperti pada kandang beruang madu yang memiliki batang pohon
untuk di panjat beserta ranting pohon, kemudian tumpukan tanah yang
berfungsi sebagai tempat beruang madu mencari makan seperti di alam bebas,
serta terdapat kolam yang berisikan ikan agar beruang madu tersebut dapat
belajar mengambil ikan di sungai atau memburu hewan hewan yang berada di
hutan.. Prinsipnya yaitu menyelamatkan, rehabilitasi, dan rilis ke habitat
aslinya. Tempat penyelamatan satwa (TPS) tertera pada gambar 8.

A B

Gambar 8 Tempat Penyelamatan Satwa (TPS), A.) pembersihan kandang satwa,


B.) pemberian pakan satwa

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis gastropoda yang ditemukan pada
ekosistem hutan mangrove Mendahara terdiri atas 5 famili dan 10 spesies.
Gastropoda yang ditemukan pada lokasi penelitian pada umumnya hidup di
permukaan substrat, melekat pada batu-batu dibawah pohon, akar dan batang
pohon mangrove. Hasil identifikasi gastropoda tertera pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Identifikasi Jenis Gastropoda

No Famili Spesies Habitat


(Nama lokal)
Epifauna Infauna Tree fauna
1 Potamididae Cerithidea obtusa + - +
(Siput nenek)
Telescopium + - -
telescopium (Siput
bagong)
2 Ellobiidae Cassidula aurisfelis + - +
(Siput blungking)
Ellobium aurisjudae + - +
(Siput mawi)
Ellobium aurismidae + - +
(Siput cangkang
telinga)
Pythia pantherina + - +
(Siput lokan)
3 Muricidae Chicoreus capucinus + - +
(Siput umang umang)
4 Neritidae Nerita balteata (Siput - - +
timbe)
5 Littorinidae Littoraria scabra - - +
(Siput bulan)
Littoraria melanostoma - - +
(Siput bojo) nippong
Keterangan: + = ada atau ditemukan, - = tidak ada atau tidak ditemukan

13
4.2 Pembahasan
Gastropoda merupakan salah satu hewan bertubuh lunak dan masuk ke
dalam kelompok hemafrodit. Hemafrodit adalah suatu individu yang memiliki
dua alat kelamin yaitu betina dan jantan, dimana keduanya mampu berfungsi
penuh sebagai organ reproduksi gastropoda. Berdasarkan data tabel I diketahui
jumlah spesies yang ditemukan pada ekosistem hutan mangrove Mendahara
terdiri atas 5 famili dan 10 spesies. Famili yang ditemukan terdiri dari Famili
Potamididae, Famili Ellobiidae, Famili Muricidae, Famili Neritidae, dan Famili
Littorinidae.

- Famili Potamididae
Famili potamididae memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan faktor
lingkungan akibat faktor fisik pasang surut air laut dan salinitas yang tinggi,
sehingga sebagian dari spesies famili potamididae menempel pada akar, batang,
daun mangrove (tree fauna), dan ditemukan di permukaaan tanah (Epifauna).
Famili Potamididae yang ditemukan yaitu Cerithidea obtusa dan Telescopium
telescopium. Cerithidea obtusa tertera pada gambar 9 dan Telescopium
telescopium tertera pada gambar 10.
- Cerithidea obtusa

A B

Gambar 9 Cerithidea obtusa; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Caenogastropoda
Familia : Potamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea obtusa

14
Cerithidea obtusa merupakan spesies dari famili potamididae yang
memiliki toleransi toleransi tinggi terhadap pasang surut sehingga dapat
ditemukan di permukaan tanah (Epifauna) dan menempel pada akar, batang
dan daun mangrove (tree fauna). Cerithidea obtusa memiliki panjang cangkang
4,4 cm dengan lebar 2 cm. Memiliki cangkang yang berbentuk kerucut dan
tebal, apeks tumpul, jumlah putaran cangkang sebanyak 6 putaran dan
memiliki arah putaran dekstral (berputar ke arah kanan), berbentuk cembung
dan garis sulur (suture) mendalam dan terlihat jelas. Mulut cangkang
(aperture) lebar, tebal, membulat dan berwarna putih, serta memiliki warna
cangkang kecoklatan hingga coklat keunguan dengan warna yang lebih gelap
pada bagian atas mulut cangkang dan terdapat operculum multispiral (berulin
ganda). Habitat Cerithidea obtusa ditemukan di atas substrat, di akar dan di
batang tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove yang biasa dijadikan sebagai
tempat menempel Cerithidea obtusa yaitu pohon dan akar bakau tunjang
maupun bakau tumo, pidada, api – api, nipah, dan menempel pada dinding
kayu rumah masyarakat, serta ditemukan pada permukaan substrat yang
lembab. Keanekaragaman Cerithidea obtusa yang berada di zona I, zona II, dan
zona III ditemukan sebanyak 86 individu yang berada di permukaan substrat
serta menempel pada akar dan batang.
Berdasarkan literatur Ernawati (2019), Cerithidea obtusa yang
ditemukan pada penelitian mangrove yaitu sebanyak 18 individu. Hal itu
dikarenakan Cerithidea obtusa diambil oleh masyrakat sekitar untuk
dikonsumsi dan dijual. Sedangkan pada lokasi penelitian zona I (kawasan
masyarakat) hanya sedikit masyarakat yang mengkonsumsi Cerithidea obtusa
dikarenakan pada lokasi tersebut telah tercemar oleh limbah rumah tangga, dan
pada zona II hanya sedikit individu yang ditemukan dikarenakan kawasan
tersebut telah berubah menjadi perkebunan sehingga hanya sedikit individu
yang mampu beradaptasi di kawasan tersebut, dan pada zona III yaitu kawasan
alami ditemukan banyak sekali jumlah individu Cerithidea obtusa dikarenakan
kawasan tersebut masih terjaga habitatnya serta substrat dan adanya
kerapatan mangrove, semakin rapat kondisi mangrove maka akan semakin
banyak spesies gastropoda yang tersebar di lokasi tersebut. Sehingga Cerithidea
obtusa memiliki keanekaragaman yang tinggi.

15
- Telescopium telescopium

A B

Gambar 10 Telescopium telescopium; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Caenogastropoda
Familia : Potamididae
Genus : Telescopium
Spesies : Telescopium telescopium
Spesies Telescopium telescopium memiliki panjang cangkang 9,1 dengan
lebar cangkang 5,5 cm. Memiliki cangkang berukuran besar, tebal, berbentuk
kerucut memanjang dan memiliki putaran cangkang dekstral (berputar ke arah
kanan). Cangkang Telescopium telescopium berwarna cokelat gelap pada bagian
dasar cangkang dan semakin terang pada bagian ujung apeks, serta apeks
Telescopium telescopium tidak tajam atau tumpul. Memiliki putaran cangkang
(body whorl) rata, garis sulur (suture) dangkal atau sempit, mulut cangkang
(aperture) berbentuk quadrangular atau segi empat dan terletak pada bagian
dasar dari akhiran saluran siphon. bibir apertural (mulut cangkang) saling
berdekatan tapi tidak menebal dan melebar. Terdapat columella yang tebal,
membelit dan berwarna cokelat, operculum melingkar dan memiliki banyak
whorl yang terpusat. Habitatnya ditemukan dalam substrat berlumpur pada
ekosistem mangrove. Spesies Telescopium telescopium memiliki toleransi yang
rendah terhadap perubahan faktor lingkungan akibat faktor fisik pasang surut
air laut dan salinitas yang tinggi, sehingga hanya dapat ditemukan di
permukaan substrat berlumpur (Epifauna). Telescopium telescopium jarang
ditemukan pada substrat berpasir atau substrat lain yang relatif kasar karena
spesies tersebut lebih memilih air payau dengan salinitas yang tinggi.
Menurut literatur Nurrudin (2015), keanekaragaman jenis Telescopium
telescopium yang ditemukan di stasiun 1 dan stasiun 2 hanya sedikit yaitu 4

16
individu. Telescopium telescopium dapat ditemukan pada permukaan substrat
dengan kondisi payau yaitu percampuran antara air laut dan air tawar.
Berdasarkan hasil penelitian, Jumlah keanekaragaman Telescopium telescopium
yang berada di lokasi penelitian yaitu berjumlah 59 individu. Pada zona I
kawasan masyarakat ditemukan 56 individu Telescopium telescopium, hal ini
dikarenakan kondisi air pada kawasan masyarakat masih tergolong air payau
sehingga keanekaragaman Telescopium telescopium di zona I masih tergolong
tinggi. Sedangkan pada zona II hanya sedikit individu yang ditemukan yaitu 3
individu dan pada zona III tidak ada individu Telescopium telescopium
dikarenakan pada zona II dan zona III lebih mendominasi air laut.
- Famili Ellobiidae
Famili Ellobidae merupakan Gastropoda asli mangrove dan memiliki
persebaran yang luas mulai dari permukaan substrat lumpur (Epifauna),
menempel di bagian akar dan batang mangrove (Tree fauna). Famili ellobiidae
memiliki kemampuan bergerak bebas sehingga saat terjadi air pasang maka
spesies tersebut akan berpindah kemudian menempel pada bagian akar
maupun batang pohon mangrove, sedangkan ketika air surut spesies tersebut
akan berpindah ke permukaan substrat lumpur. Famili ellobiidae hidup
diperairan dangkal, intertidal laut, dan sebagian kecil jenis hidup terrestrial (di
permukaan tanah). Famili ellobiidae yang ditemukan pada hutan mangrove
mendahara terdiri dari Cassidula aurisfelis, Ellobium aurisjudae, Ellobium
aurismidae, Pythia pantherina. Spesies Cassidula aurisfelis tertera pada gambar
11, Ellobium aurisjudae tertera pada gambar 12, Ellobium aurismidae tertera
pada gambar 13, dan Pythia pantherina tertera pada gambar 14.
- Cassidula aurisfelis

A B

Gambar 11 Cassidula aurisfelis; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

17
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Ellobiida
Familia : Ellobiidae
Genus : Cassidula
Spesies : Cassidula aurisfelis
Spesies Cassidula aurisfelis memiliki ukuran panjang cangkang 2,8 cm
dengan lebar cangkang 2cm, berwarna coklat dan terdapat garis hitam serta
memiliki penebalan pada bagian tepi bukaan cangkang atau mulut cangkang.
Memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), apeks
berbentuk tumpul, permukaan cangkang halus, spire (ulir) berbentuk cembung,
sutur (garis sulur) pendek, dan aperture berbentul oval. Habitat Cassidula
aurisfelis banyak ditemukan menempel pada akar, batang dan daun mangrove
(tree fauna). Cassidula aurisfelis menempal pada batang dan akar bakau
tunjang maupun bakau tumo, api – api, pidada, batang nipah, dan menempel
pada kayu.
Menurut literatur Nurrudin (2015), keanekaragaman jenis Cassidula
aurisfelis yang ditemukan di lokasi peneltian berjumlah 31 individu. Cassidula
aurisfelis sangat suka menempel pada akar, batang, daun, maupun kayu yang
berada di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, individu Cassidula
aurisfelis pada zona I berjumlah 18, zona II 22, dan zona III 56 sehingga total
dari setiap zona berjumlah 96 individu. Hal ini dikarenakan di setiap zona
kawasan penelitian habitat perpohonan masih terjaga dengan baik, dan pada
kawasan mangrove kerapatan mangrove masih terjaga, sehingga semakin rapat
kondisi mangrove maka jumlah populasi individu Cassidula aurisfelis semakin
tinggi, serta keanekaragaman Cassidula aurisfelis termasuk keanekaragaman
yang tinggi.

18
- Ellobium aurisjudae

A B

Gambar 12 Ellobium aurisjudae; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Ellobiida
Familia : Ellobiidae
Genus : Ellobium
Spesies : Ellobium aurisjudae
Selanjutnya spesies Ellobium aurisjudae memiliki ukuran panjang
cangkang 5 cm dengan lebar cangkang 2,3 cm, memiliki bentuk ukuran
cangkang menengah atau sedang, tebal, memanjang berbentuk oval, dengan
bentuk apex tumpul. Pada Body whorl terdapat pola garis halus, aperture
(mulut cangkang) tebal, halus dan mengkilap, pada spire (ulir) berbentuk
cembung, serta sutur (garis sulur) rata dan memiliki arah putaran cangkang
dekstral (berputar kearah kanan). Warna cangkang pada bagian atas cokelat
dan bagian bawah putih. Pada gambar dokumentasi warna Ellobium aurisjudae
menjadi memudar dikarenakan tergores oleh benda yang berada di sekitar
spesies tersebut serta salinitas air yang tinggi sehingga warna pada cangkang
mengelupas menjadi warna putih. Habitatnya ditemukan di atas permukaan
substrat (Epifauna) daerah pasang surut air laut pada ekosistem mangrove dan
ditemukan menempel pada akar dan batang pohon bakau tunjang (Tree fauna).
Berdasarkan literatur Nurrudin (2015), keanekaragaman jenis individu
Ellobium aurisjudae yang ditemukan pada 3 statiun hanya 1 individu
dikarenakan spesies ini hanya ditemukan di dekat aliran air dengan substrat
berlumpur. Spesies tersebut ditemukan sedikit karena substrat tiap zona I, zona
II, dan zona III permukaan substrat nya tidak berlumpur sehingga spesies
tersebut tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah individu
Ellobium aurisjudae yang ditemukan pada zona I yaitu 12, zona II 8, dan zona III

19
berjumlah 22 individu dan total dari setiap zona yaitu ada 42 individu. Sehingga
keanekaragaman Ellobium aurisjudae di lokasi penelitian tergolong sedang.
- Ellobium aurismidae

A B

Gambar 13 Ellobium aurismidae; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Ellobiida
Familia : Ellobiidae
Genus : Ellobium
Spesies : Ellobium aurismidae
Spesies Ellobium aurismidae memiliki panjang cangkang 8,5 cm dengan
lebar cangkang 4 cm, memiliki bentuk cangkang besar dan padat, pada ujung
cangkang (apeks) berbentuk kerucut namun tumpul, mulut cangkang (aperture)
lebar, tebal, membulat dan berwarna putih. Pada body whorl terdapat pola garis
halus, spire (ulir) berbentuk rata, serta sutur (garis sulur) dangkal atau rata,
dan memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar kearah kanan). Warna
cangkang pada bagian atas coklat dan bagian bawah putih tetapi warna putih
tersebut tertutupi oleh lumut. Habitat Ellobium aurismidae ditemukan pada
rawa bakau dengan substrat berlumpur (Epifauna). Berdasarkan literatur
Rupmana (2021), jenis Ellobium aurismidae hanya ditemukan sebanyak 20
individu, dikarenakan spesies Ellobium aurismidae hanya mampu hidup pada
permukaan substrat mangrove alami, sehingga keanekaragaman jenis dari
Ellobium aurismidae masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian,
jumlah Ellobium aurismidae yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu berjumlah
25 dan hanya ditemukan pada zona II sebanyak 4 individu dan zona III
sebanyak 21 individu. Sehingga keanekaragaman individu dari hasil penelitian
tergolong rendah, dikarenakan Ellobium aurismidae hanya mampu hidup pada
substrat asli mangrove.

20
- Pythia pantherina

A B

Gambar 14 Pythia pantherina; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Ellobiida
Familia : Ellobiidae
Genus : Pythia
Spesies : Pythia pantherina
Spesies Pythia pantherina memiliki panjang cangkang 2,1 cm dengan
lebar cangkang 1,8 cm, memiliki warna coklat dan terdapat corak berwarna
kuning, kemudian memiliki penebalan pada bagian tepi bukaan cangkang atau
mulut cangkang, bentuk puncak cangkang (apeks) tumpul, permukaan
cangkang halus, spire (ulir) berbentuk cembung, sutur (garis sulur) dangkal
atau rendah, dan aperture (mulut cangkang) berbentul oval. Memiliki arah
putaran cangkang dekstral (berputar kearah kanan), dan pada putaran
cangkang. Pythia pantherina hanya dapat ditemukan menempel pada akar,
batang dan daun mangrove (tree fauna).
Berdasarkan literatur Algifari (2019), jenis Pythia pantherina yang
ditemukan yaitu sebanyak 15 individu, Pythia pantherina memiliki kemampuan
bergerak bebas, sehingga saat air pasang akan berpindah ke atas untuk
menghindari tingginya air ketika sedang pasang. Tetapi keanekaragaman Pythia
pantherina masih sangat rendah dikarenakan Pythia pantherina toleransi yang
luas terhadap pasang-surut laut. Berdasarkan hasil penelitian, Pythia
pantherina yang ditemukan di zona I berjumlah 3, zona II berjumlah 8, dan zona
III, berjumlah 18, sehingga jumlah total dari semua zona yaitu 29 individu.
Sehingga keanekaragaman jenis dari hasil penelitian ini tergolong sedang.

21
- Famili Muricidae
Famili Muricidae hidup di perairan dangkal dan bersifat karnivora, yaitu
merupakan spesies gastropoda yang memakan bermacam jenis cacing, dengan
cara melumpuhkan cacing dengan sekresi asam dan mencernanya secara
langsung. Famili Muricidae memiliki saluran siphon yang sangat menonjol dan
berukuran Panjang. Famili Muricidae memiliki persebaran luas yang menempel
di bagian akar dan batang mangrove (Tree fauna). Chicoreus capucinus tertera
pada gambar 15.
- Chicoreus capucinus

A B

Gambar 15 Chicoreus capucinus; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Muricidae
Genus : Chicoreus
Spesies : Chicoreus capucinus
Chicoreus capucinus memiliki panjang cangkang 4,1 cm dan lebar
cangkang 2,5 cm. Bentuk ukuran cangkang Chicoreus capucinus melebar, spire
(ulir) besar bergerigi, permukaan body whorl licin dan memiliki arah putaran
cangkang dekstral (berputar ke arah kanan). Aperture (mulut cangkang)
berbentuk oval dan siphonal canal atau saluran siphon yang memanjang.
Chicoreus capucinus memiliki cangkang yang berwarna coklat hingga hitam
pada bagian atas sedangkan pada bagian bawah berwarna coklat terang agak
keputihan, aperture berwarna coklat terang dan columella berwarna kuning
kecoklatan. Chicoreus capucinus ditemukan menempel pada batang dan akar
bakau tunjang maupun bakau tumo, batang api – api, batang pidada, serta
ditemukan menempel pada dinding kayu (Tree fauna).

22
Berdasarkan literatur Ernawati (2019), jumlah individu Chicoreus
capucinus yaitu sebanyak 22 individu, dimana jumlah tersebut masih tergolong
rendah. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Chicoreus capucinus
yang ditemukan pada zona I sebanyak 34, zona II sebanyak 18, dan zona III
sebanyak 52 individu. Sehingga total dari semua zona yaitu 104 individu. Hal
tersebut termasuk kedalam jenis keanekaragaman yang tinggi. dikarenakan
spesies Chicoreus capucinus merupakan jenis gastropoda yang sangat
mendominasi kawasan dikarenakan Chicoreus capucinus merupakan salah satu
gastropoda pemangsa.
- Famili Neritidae
Famili Neritidae merupakan suatu spesies yang hidup di laut, air tawar
maupun terrestrial. Famili Neritidae memiliki toleransi tinggi terhadap
perubahan faktor lingkungan akibat faktor fisik pasang surut air laut dan
salinitas yang tinggi, sehingga spesies famili Neritidae menempel pada akar,
batang, daun mangrove (tree fauna), dan ditemukan di permukaaan tanah
(Epifauna). Spesies famili Neritidae yang ditemukan di ekosistem mangrove
mendahara yaitu Nerita balteata. Nerita balteata tertera pada gambar 16.
- Nerita balteata

A B

Gambar 16 Nerita balteata; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cycloneritida
Familia : Neritidae
Genus : Nerita
Spesies : Nerita balteata
Nerita balteata memiliki panjang cangkang 3,1 cm dan lebar cangkang
2,4 cm. Memiliki bentuk cangkang bulat besar, body whorl (putaran cangkang)
menggulung pendek dan memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar ke

23
arah kanan), serta apeks Nerita balteata tumpul. Mulut cangkang (aperture)
berbentuk oval dan memiliki saluran siphon yang membulat. Cangkang Nerita
balteata berwarna cokelat dengan garis berwarna hitam pada setiap garis spiral,
outer lip berwarna putih dan columella berwarna kuning. Memiliki operculum
berwarna abu-abu dan berwarna hitam pada bagian tengah. Habitat Nerita
balteata menempel pada akar, batang, daun mangrove (tree fauna) seperti
menempel pada batang dan akar bakau tunjang, menempel pada batang api –
api, pidada dan nipah, serta menempel di permukaan kayu, dan ditemukan di
permukaaan tanah (Epifauna).
Berdasarkan literatur Ernawati (2019), jumlah Nerita balteata ditemukan
sebanyak 43 individu, hal tersebut termasuk kedalam keanekaragaman jenis
yang tinggi. Nerita balteata merupakan gastropoda pengunjung hutan mangrove,
habitat aslinya yaitu air tawar, sehingga hanya beberapa spesies yang mampu
beradaptasi pada habitat perairan laut. Berdasarkan hasil penelitian, spesies
Nerita balteata yang ditemukan yaitu pada zona I berjumlah 36, zona II
berjumlah 11, dan zona III berjumlah 8. Sedikitnya jumlah zona II dan zona III
dikarenakan pada kawasan tersebut termasuk kedalam kawasan air laut,
sehingga hanya beberapa spesies Nerita balteata yang mampu hidup dikawasan
tersebut.
- Famili Littorinidae
Famili littorinidae merupakan spesies gastropoda yang bersifat herbivora
atau pemakan tumbuhan. Sebagian besar famili littorinidae hidup di daerah
intertidal pasang surut air laut. spesies famili littorinidae yang ditemukan di
ekosistem mendahara yaitu Littoraria scabra dan Littoraria melanostoma.
Spesies Littoraria scabra tertera pada gambar 17 dan Littoraria melanostoma
tertera pada gambar 18.
- Littoraria scabra

A B

Gambar 17 Littoraria scabra; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

24
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Littorinidae
Genus : Littoraria
Spesies : Littoraria scabra
Littoraria scabra memiliki panjang cangkang 1 cm dengan lebar
cangkang 0,8 cm. Permukaan cangkang tipis dan bentuk cangkang yang kecil.
Apeks pada Littoraria scabra berbentuk runcing dan memiliki arah putaran
cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), bentuk Spire (ulir) seperti kerucut
dan cembung serta suture tidak terlalu dalam. Warna permukaan cangkang
hitam dengan corak berwarna krem. Aperture (mulut cangkang) membulat, tipis
dan halus, berwarna putih dengan pola garis coklat gelap. Habitat Littoraria
scabra hanya ditemukan menempel di akar, batang dan daun tumbuhan
mangrove (tree fauna). Littoraria scabra ditemukan menempel di batang dan
akar bakau tunjang, api – api, menempel di permukaan daun tumbuhan
menyirih, pidada, dan batang serta daun nipah.
Berdasarkan literatur Ernawati (2019), spesies Littoraria scabra yang
ditemukan yaitu sebanyak 50 individu. Hal tersebut termasuk kedalam
keanekaragaman jenis yang tinggi, karena Littoraria scabra merupakan salah
satu spesies yang melimpah yang dapat ditemukan di hutan nipah, di rawa-
rawa dan di tepi arah laut dari kawasan mangrove.
- Littoraria melanostoma

A B

Gambar 18 Littoraria melanostoma; A.) tampak dorsal, B.) tampak ventral

25
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Littorinidae
Genus : Littoraria
Spesies : Littoraria melanostoma
Littoraria melanostoma memiliki panjang cangkang 1,5 cm dengan lebar
cangkang 0,7 cm. Bentuk permukaan cangkang tipis dan ukurannya relatif
kecil, memilibki entuk apeks runcing dan arah putaran cangkang dekstral
(berputar ke arah kanan). Spire (ulir) seperti kerucut dan berbentuk cembung.
Suture (sulur) tidak terlalu mendalam. Memiliki warna permukaan cangkang
putih hingga kuning pucat dengan pola garis coklat. Aperture (mulut cangkang)
berwarna putih dan columella berwarna coklat. Habitat Littoraria melanostoma
berada di permukaan substrat (epifauna) dan berada di akar, batang, pohon
dan daun (tree fauna). Littoraria melanostoma ditemukan menempel pada
batang dan akar bakau tunjang, pidada, api – api, menempel pada permukaan
daun tumbuhan menyirih, daun nipah, serta daun bakau tumo yang masih
berukuran kurang lebih 1 meter.
Berdasarkan literatur Nurrudin (2015), jenis Littoraria melanostoma yang
ditemukan di lokasi penelitian berjumlah 17 individu yang menempel di akar,
batang dan daun tanaman mangrove. Jumlah tersebut masih tergolong rendah,
dikarenakan Littoraria melanostoma merupakan gastropoda asli mangrove yang
hidup menempel pada batang, akar, maupun pohon mangrove. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, Littoraria melanostoma yang ditemukan
pada zona I berjumlah 28, zona II 36, dan zona III 53. Hal tersebut tergolong
dalam keanekaragaman yang tinggi, dikarenakan Littoraria melanostoma
merupakan gastropoda asli mangrove yang hidup menempel pada akar, batang,
maupun daun nipah, bakau tunjang, pidada, api- api, dan menyirih.

26
4.3 Faktor Lingkungan Fisik
Nilai rata rata faktor lingkungan yang terdapat di setiap zona penelitian
sebagai berikut:

No Faktor lingkungan Zona I Zona II Zona III


1. pH Tanah 6,2 5,25 5,4
2. Suhu Udara (℃) 32,6 ℃ 32,5 ℃ 31 ℃
3. Suhu Tanah (℃) 29,1 ℃ 31 ℃ 31 ℃
4. pH Air 6,3 6,25 6
5. Salinitas 30 36 51
6. Kelembaban udara 60% 57,5 60%

Keberadaan gastropoda sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.


Faktor lingkingan yang mempengaruhi gastropoda terdiri dari pH tanah, suhu
udara, suhu tanah, pH air, dan kecepatan udara. Perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi perubahan komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman hewan
pada suatu perairan. Suhu tanah juga sangat berpengaruh terhadap
keberadaan gastropoda, dikarenakan gastropoda hanya mampu hidup di
permukaan tanah dengan kondisi suhu tertentu. Tiap jenis gastropoda
memerlukan suatu kombinasi faktor abiotik yang optimum agar jenis tersebut
dapat hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu tanah di setiap zona yaitu pada


zona I 29,1 ℃, zona II 31 ℃, dan zona III 31 ℃. Berdasarkan literatur Ernawati
dkk (2019), gastropoda mampu hidup pada lingkungan dengan suhu tanah 12
℃ – 43 ℃. Sehingga suhu tanah yang berada pada setiap zona penelitian masih
berada dalam batas toleransi bagi kehidupan gastropoda.

Menurut Mathius dkk (2018), suhu udara yang optimum bagi kehidupan
gastropoda yaitu dengan kisaran suhu 30 ℃ – 31 ℃ yang masih terlihat baik
untuk perkembangbiakan gastropoda. Berdasarkan pengukuran suhu udara
yang di lakukan pada zona I 32,6 ℃, zona II 32,5℃, dan zona III 31℃. Sehingga
kisaran suhu udara pada zona I dan zona II akan berdampak negatif untuk
keberlangsungan hidup gastropoda dalam berkembang biak, sedangkan zona III
yang merupakan kawasan alami masih dalam batas toleransi untuk
keberlangsungan hidup gastropoda. Perbedaan suhu udara antara stasiun I, II
dan III disebabkan karena pada stasiun III memiliki kepadatan mangrove
sehingga hal tersebut mampu mengurangi masuknya cahaya matahari ke dalam
mangrove, sedangkan pada zona I berada dikawasan masyarakat sehingga tidak

27
memiliki kepadatan pohon, dan pada II disebabkan oleh lahan intervensi
sehingga permukaan substrat kering dan tidak lembab. Dimana, Air dapat
menstabilkan suhu udara dengan menyerap panas dari udara yang lebih hangat
kemudian melepaskannya.

Menurut Mathius dkk (2018), kondisi perairan yang sangat asam atau
basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi, dimana pH yang rendah
menyebabkan mobilitas kelangsungan hidup organisme perairan. Nilai pH yang
mendukung kehidupan gastropoda berkisar antara 5,7 – 8,4. Nilai pH < 5 dan >
9 dapat menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kehidupan
gastropoda. Berdasarkan hasil penelitian, nilai pH air yang berada pada setiap
zona yaitu zona I 6,3, zona II 6,25, dan zona III 6. Sehingga kisaran pH air pada
setiap zona penelitian masih mendukung kehidupan gastropoda.

Hasil pengukuran pH tanah pada zona I yaitu 6,2, zona II 5,25, zona III
5,4. Menurut mathius dkk (2018), pengukuran pH tanah 5.49 – 5.65 tergolong
pH tanah yang baik untuk perkembangan gastropoda, karena ph tanah < 5 dan
> 9 dapat menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi gastropoda.
Sehingga pH tanah hasil pengukuran di setiap zona tersebut masih
menguntungkan bagi keberlangsungan hidup gastropoda.

Berdasarkan literatur Ernawati (2019), Kisaran salinitas untuk


kehidupan gastropoda di hutan mangrove yaitu sekitar 5-75 %. Hasil
pengukuran faktor lingkungan yang di dapatkan pada zona I yaitu 30%, zona II
36%, dan zona III 51 %. Sehingga hasil pengukuran salinitas pada lokasi
pengamatan masih cocok untuk pertumbuhan dan reproduksi gastropoda.
Salinitas dikategorikan rendah karena lokasi penelitian tidak berhadapan
langsung dengan laut sehingga dipengaruhi oleh air tawar dari aliran muara
sungai. Hasil dari pengukuran mengenai kelembaban udara pada setiap zona
yaitu berkisar antara 57,5 % - 60 %. Hal itu menunjukan bahwa kelembaban
pada setiap zona masih relatif tinggi untuk keberlangsungan hidup gastropoda.

4.4 Kondisi habitat dan Kesesuian Habitat Gastropoda


Kesesuaian atau kondisi habitat gastropoda sangat dipengaruhi oleh
kondisi mangrove. Kondisi substrat pada lokasi penelitian menunjukkan
perbedaan yaitu lempung (liat), lanau (gabungan antara pasir dan lempung),
dan pasir. Gastropoda cenderung memilih substrat lanau berpasir dikarenakan
mudah untuk berpindah tempat, sedangkan lanau cenderung memiliki kadar
oksigen sedikit, oleh sebab itu gastropoda akan beradaptasi terlebih dahulu

28
pada kondisi tersebut. Kondisi substrat sangat berpengaruh terhadap
perkembangan komunitas gastropoda karena substrat yang terdiri dari lumpur
dan berpasir sedikit liat merupakan substrat yang sesuai untuk gastropoda.
kelimpahan individu setiap spesies berhubungan dengan pola adaptasi masing-
masing spesies, seperti tersedianya berbagai tipe substrat, makanan dan
kondisi lingkungan.

Kerapatan mangrove juga sangat mempengaruhi kearagaman jenis


gastropoda, semakin rapat kondisi mangrove maka akan semakin banyak
spesies gastropoda yang tersebar di lokasi tersebut. Kerapatan pohon mangrove
yang berada dilokasi penelitian di dominasi dengan pohon bakau. Laraswati
(2020), menyatakan bahwa pada daerah mangrove dengan kerapatan tinggi
membawa dampak kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Tingginya
kandungan bahan organik yang berada di ekosistem mangrove maka akan
semakin berlimpahnya bahan makanan gastropoda yang berasal dari serasah
mangrove. Kandungan bahan organik yang cukup banyak maka akan
memberikan kesempatan kepada gastropoda untuk hidup dan tumbuh
berkembang.

Keberadaan gastropoda sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang


terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari pohon mangrove
dan fitoplankton yang merupakan sumber makanan utama bagi gastropoda.
Jenis mangrove yang berada di lokasi penelitian terdiri dari pohon bakau
(Rhizophora apiculate), pohon nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia
pasiolaris) api – api (Avicennia marina), dan menyirih. Dari beberapa jenis
tumbuhan yang berada di lokasi penelitian, sebagian besar gastropoda banyak
dijumpai menempel pada batang dan akar mangrove terutama pada pohon
bakau, dimana pohon bakau ini menyediakan berbagai sumber kehidupan
untuk habitat yang berada di sekitarnya, seperti sebagai sumber makanan
gastropoda, sebagai tempat berkembang biak, tempat perlindungan dan
keberlangsungan hidup gastropoda. Faktor abiotik yang mempengaruhi
gastropoda terdiri dari suhu dan salinitas. Perubahan dapat mempengaruhi
perubahan komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman hewan pada suatu
perairan. Salinitas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberadaan gastropoda karena hanya dapat bertahan terhadap perubahan
salinitas yang kecil dan lambat. Tiap jenis gastropoda memerlukan suatu
kombinasi faktor abiotik yang optimum agar jenis tersebut dapat hidup,
tumbuh dan berkembang dengan baik (mathius dkk, 2018).

29
Kondisi tersebut sangat sesuai untuk keberlangsungan hidup
gastropoda baik yang berada di kawasan masyarakat, kawasan intervensi,
maupun kawasan alami. Dikarenakan pada ketiga zona tersebut ditemukan
spesies yang sama yang terdiri dari 5 famili yaitu famili Potamididae, famili
Ellobiidae, famili Muricidae, famili Neritidae, dan famili Littorinidae, serta 10
spesies yaitu Cerithidea obtuse, Telescopium Telescopium, Cassidula aurisfelis,
Ellobium aurisjudae, Ellobium aurismidae, Pythia pantherina, Chicoreus
capucinus, Nerita balteata, Littoraria scabra, dan Littoraria melanostoma. Spesies
tersebut hidup menempel pada batang, pohon, dan akar tumbuhan (Tree fauna)
yang berada di setiap zona pengamatan serta ditemukan di permukaan substrat
mangrove (Epifauna).

30
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan selama magang, dapat
disimpulkan bahwa:

a. Balai KSDA Jambi memiliki tiga pilar utama yaitu perlindungan,


pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari. Tiga aspek tersebut harus
seimbang. Upaya pengelolaan dimulai dengan memetakan profil dan
kondisi permasalahan yang ada. Gunanya, agar pengelola memperoleh
gambaran kondisi aktual dan perbandingannya dengan kondisi ideal.
BKSDA melakukan kompilasi data sejarah pengelolaan, profil kawasan,
gangguan dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya mitigasi yang
sudah pernah dilakukan
b. Gastropoda yang ditemukan pada zona I, zona II, dan zona III terdiri dari
lima famili yaitu Famili Potamididae, Ellobiidae, Muricidae, Neritidae,
dan Littorinidae, serta 10 spesies yaitu Cerithidea obtuse, Telescopium
Telescopium, Cassidula aurisfelis, Ellobium aurisjudae, Ellobium
aurismidae, Pythia pantherina, Chicoreus capucinus, Nerita balteata,
Littoraria scabra, dan Littoraria melanostoma.
c. pH tanah, suhu udara, suhu tanah, pH air, salinitas, dan kelembaban
udara sangat mempengaruhi kehidupan dan keberadaan gastropoda.
d. Spesies Chicoreus capucinus memiliki jumlah individu paling tinggi yaitu
104 individu, dikarenakan pada kawasan mangrove alami (zona III)
memiliki kerapatan yang tinggi, sehingga Chicoreus capucinus banyak di
temukan di kawasan mangrove alami.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah penelitian ini adalah
melakukan survey lokasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan
sampel agar mendapatkan jumlah spesies gastropoda yang beranekaragaman,
dikarenakan keberadaan gastropoda sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.

31
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, S., M, A. Kadir., N, Akbar., dan I, Tahir. 2018. Asosiasi Dan Relung
Mikrohabitat Gastropoda Pada Ekosistem Mangrove Di Pulau Sibu
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Jurnal Enggano. Vol 3(1): 22-38.

Ernawati, L., M, S. Anwari., M, Dirhamsyah. 2019. “Keanekaragaman Jenis


Gastropoda Pada Ekosistem Hutan Mangrove Desa Sebubus Kecamatan
Paloh Kabupaten Sambas”. Jurnal Hutan Lestari. Vol 7 (2) : 923 – 934.

Karyanto, P., Maridi., dan M, Indrowati. 2004. Variasi Cangkang Gastropoda


Ekosistem Mangrove Cilacap Sebagai Alternatif Sumber Pembelajaran
Moluska; Gastropoda. Jurnal BIOEDUKASI. Vol 1(1):1-6.

Mathius, R. S., B, Lantang., dan M, R. Maturbongs. 2018. “Pengaruh Faktor


Lingkungan Terhadap Keberadaan Gastropoda Pada Ekosistem
Mangrove Di Dermaga Lantamal Kelurahan Karang Indah Distrik
Merauke Kabupaten Merauke”. Musamus Fisheries and Marine Journal.
Vol 1(2):33-48.

Nurrudiin., A, Hamidah., dan W, D. Kartika. 2015. “Keanekaragaman Jenis


Gastropoda di Sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Parit 7 Desa Tungkal
I Tanjung Jabung Barat”. Jurnal Biospesies. Vol 8(2):51-60.

Putra, S., M, S. Ali., dan I, Huda. 2018. Pola Persebaran Gastropoda Di


Ekosistem Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Biotik. Vol 6(1): 59-62.

Rangan, J. K. 2010. Inventarisasi Gastropoda Di Lantai Hutan Mangrove Desa


Rap-Rap Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. Vol 6(1):63-66.

Riyandi, H., I, J. Zakaria., dan Izmiarti. 2017. Diversitas Gastropoda pada Akar
Mangrove di Pulau Sirandah, Padang, Sumatera Barat. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. Vol 5(1): 34-40.

32
LAMPIRAN

Presentasi Magang Pembimbing lapangan

Pengenalan instansi Rapat DUPAK SKW III

Penyuluhan BKSDA Kegiatan Inventarisasi

33
Kantor Tempat Penyelamatan Satwa Pemberian Makan Satwa
(TPS)

Pengukuran line transek Kegiatan preparasi sampel

Kegiatan sampling Pengukuran faktor


lingkungan

34

Anda mungkin juga menyukai