Anda di halaman 1dari 15

Farmakoterapi

Ana Hikmah Monicha


Kelas C1
S1, Semester 5

hasil penelitian mengenai efek dari kombinasi antara Phyllanthus niruri L. (sejenis obat

herbal) dan Chloramphenicol (antibiotik) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus. Berikut penjelasan lebih rinci dan lengkap tentang isi dokumen ini:

1. Tujuan Penelitian:

Dokumen ini bertujuan untuk mengeksplorasi efek kombinasi antara Phyllanthus niruri L.

dan Chloramphenicol terhadap kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang sering menyebabkan

infeksi pada manusia.

2. Penggunaan Obat Herbal:

Penelitian ini mencermati penggunaan obat herbal sebagai pendamping bagi obat-obatan

sintetik. Ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa obat herbal telah memenuhi standar

kualitas dan telah diuji secara praklinik. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk

menguji apakah obat herbal Phyllanthus niruri L. dapat berinteraksi secara positif dengan

antibiotik Chloramphenicol dalam menghambat pertumbuhan S. aureus.

3. Metodologi Penelitian:

Penelitian ini menggunakan berbagai metode untuk mencapai tujuannya. Salah satu

metodenya adalah pengukuran zona hambatan pertumbuhan bakteri menggunakan

metode Kirby-Bauer. Selain itu, dosis obat herbal Phyllanthus niruri L. diberikan sesuai

anjuran minum tertentu, seperti dosis penuh dan setengah dosis. Metode fitokimia

digunakan untuk menentukan kandungan senyawa aktif dalam Phyllanthus niruri L.


Farmakoterapi
4. Hasil Penelitian:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara Phyllanthus niruri L. dan

Chloramphenicol pada dosis tertentu menghasilkan zona hambatan pertumbuhan bakteri

S. aureus yang lebih besar dibandingkan dengan dosis lainnya. Selain itu, obat herbal

Phyllanthus niruri L. terbukti mengandung senyawa aktif seperti flavonoid dan saponin

yang dapat berkontribusi dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

5. Kesimpulan:

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa interaksi antara zona hambatan

pertumbuhan bakteri dari kombinasi Phyllanthus niruri L. dan Chloramphenicol tidak

dapat dibedakan (Not Distinguishable). Ini berarti bahwa kombinasi ini memiliki efek

yang hampir sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, tidak ada

perbedaan yang signifikan antara dosis penuh dan setengah dosis.

6. Pentingnya Obat Herbal:

Dokumen ini juga mencatat pentingnya penggunaan obat herbal sebagai alternatif bagi

obat-obatan sintetik. Penggunaan obat herbal dianggap memiliki berbagai keunggulan,

termasuk harga yang lebih terjangkau, kemudahan dalam mendapatkan produk, dan efek

samping yang minimal. Ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap obat herbal

sebagai pengobatan alternatif.

7. Latar Belakang Penelitian:

Penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar masyarakat memilih obat

tradisional sebagai alternatif untuk menghindari efek samping obat-obatan sintetik.

Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan aktivitas antibakteri dari ekstrak

Phyllanthus niruri, yang memotivasi penelitian ini.


Farmakoterapi
8. Proses Percobaan:

Dokumen ini juga menjelaskan langkah-langkah percobaan yang dilakukan, seperti

pembuatan inokulum bakteri, pengujian zona hambatan pertumbuhan bakteri, dan

pembuatan media uji.


Farmakoterapi
Bagaimana Interaksi obat dengan makanan/obat herbal?

1. Simvastatin
Interaksi dengan Jus Jeruk:
• Penurunan Penyerapan: Jus jeruk, terutama jus jeruk segar, mengandung senyawa
kimia yang dikenal sebagai flavonoid. Salah satu flavonoid yang penting dalam
jus jeruk adalah bergamottin. Bergamottin dapat mempengaruhi enzim sitokrom
P450 3A4 dalam hati, yang berperan dalam pemecahan obat-obatan dalam tubuh.
• Efek pada Metabolisme: Simvastatin dimetabolisme di hati melalui enzim
CYP3A4. Konsumsi jus jeruk dapat menghambat aktivitas enzim ini, sehingga
penyerapan dan metabolisme simvastatin dalam tubuh dapat terpengaruh.
• Risiko Efek Samping: Interaksi antara simvastatin dan jus jeruk dapat
meningkatkan kadar obat dalam darah Anda. Ini dapat meningkatkan risiko efek
samping, terutama efek samping yang terkait dengan toksisitas obat, seperti
kerusakan otot yang parah.
2. Captopril
Interaksi dengan Makanan Kaya Kalium:
• Penjelasan: Captopril dapat menyebabkan peningkatan kadar kalium dalam darah
(hiperkalemia). Makanan yang mengandung kalium tinggi dapat memperburuk
kondisi ini. Kadar kalium yang normal dalam tubuh sangat penting, karena
perubahan yang signifikan dapat menyebabkan masalah jantung dan otot.
• Contoh Makanan Kaya Kalium: Beberapa contoh makanan yang kaya kalium
meliputi pisang, jeruk, tomat, kentang, sayuran berdaun hijau, alpukat, dan produk
susu.
• Rekomendasi: Penting untuk menghindari atau membatasi konsumsi makanan
yang kaya kalium saat Anda menggunakan captopril. Dokter Anda mungkin akan
memberikan panduan tentang seberapa banyak kalium yang dapat Anda konsumsi
setiap hari. Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat meresepkan diuretik (obat
penurun tekanan darah) bersamaan dengan captopril untuk membantu mengontrol
kadar kalium dalam darah.
3. Amlodipine
Interaksi Amlodipine dengan Jus Grapefruit:
Farmakoterapi

• Jus grapefruit, terutama jus jeruk grapefruit, dapat berinteraksi dengan


amlodipine. Hal ini disebabkan oleh senyawa-senyawa dalam jus grapefruit yang
mempengaruhi enzim dalam tubuh yang terlibat dalam pemrosesan obat-obatan.
Dalam kasus amlodipine, konsumsi jus grapefruit dapat meningkatkan kadar obat
dalam darah, yang dapat meningkatkan risiko efek samping.
• Jus grapefruit dapat menghambat aktivitas enzim siktohrom P450 3A4 dalam
sistem pencernaan dan hati. Amlodipine adalah obat yang diproses oleh enzim ini.
Akibatnya, ketika Anda minum jus grapefruit secara bersamaan dengan
amlodipine, obat tersebut dapat lebih lambat terurai dalam tubuh, sehingga kadar
obat dalam darah meningkat. Hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping
seperti peningkatan tekanan darah rendah, edema (pembengkakan), atau gangguan
irama jantung.
4. Cetirizine
St. John's Wort adalah tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan alternatif
untuk depresi ringan hingga sedang, kecemasan, dan masalah tidur. Namun, interaksi
antara cetirizine dan St. John's Wort adalah subjek perhatian karena St. John's Wort dapat
memengaruhi metabolisme obat di dalam tubuh.
• Interaksi Potensial:
o Metabolisme Obat: St. John's Wort dapat meningkatkan aktivitas enzim
hati, seperti sitokrom P450 3A4, yang berperan dalam pemecahan dan
penghilangan obat dari tubuh. Ini berarti bahwa ketika Anda mengonsumsi
St. John's Wort bersamaan dengan cetirizine, metabolisme cetirizine dalam
tubuh Anda dapat dipercepat. Akibatnya, kadar cetirizine dalam darah
Anda dapat menurun, dan efektivitas cetirizine dalam mengatasi alergi
atau gejala pilek dapat berkurang.
• Dampak:
o Penurunan efektivitas cetirizine, yang dapat menyebabkan gejala alergi
atau pilek Anda tidak teratasi dengan baik.
• Rekomendasi:
Farmakoterapi
o Jika Anda sedang menggunakan cetirizine dan ingin mencoba atau sudah
mengonsumsi St. John's Wort atau obat herbal lainnya, penting untuk
berbicara dengan dokter Anda. Dokter Anda dapat memberikan panduan
terbaik tentang apakah interaksi antara obat cetirizine dan obat herbal tertentu
merupakan masalah dan apa yang harus Anda lakukan.
5. Methylprednisolone
Interaksi yang mungkin terjadi antara metilprednisolon dan ekstrak bawang putih:
• Peningkatan Risiko Pendarahan: Bawang putih telah dilaporkan memiliki sifat
antikoagulan (mengurangi pembekuan darah). Jika dikonsumsi bersamaan dengan
metilprednisolon, yang juga dapat mempengaruhi pembekuan darah, ada potensi
peningkatan risiko pendarahan. Ini terutama penting jika Anda mengonsumsi dosis
tinggi metilprednisolon.
• Pengaruh terhadap Metabolisme Obat: Bawang putih mengandung senyawa yang
dapat memengaruhi aktivitas enzim hati yang terlibat dalam metabolisme obat. Ini
dapat mempengaruhi sejauh mana metilprednisolon dihilangkan dari tubuh Anda.
Sebagai akibatnya, dapat terjadi peningkatan atau penurunan kadar metilprednisolon
dalam darah Anda.

Pengaruh pada Kondisi Medis yang Diterapkan: Penggunaan bawang putih secara bersamaan
dengan metilprednisolon mungkin mengurangi efektivitas kortikosteroid dalam mengobati
kondisi medis tertentu, seperti peradan
eJKI│ Vol. 9, No. 1, Maret 2020
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
Publikasi oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Malang Pages: 9-17
Email: jkesislam@unisma.ac.id
Home Page : http://riset.unisma.ac.id/index.php/jki

Efek Pemberian Kombinasi Obat Herbal Terstandar Phyllanthus niruri L. dengan


Chloramphenicol terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Rahmadani Alfitra Santri, Zainul Fadli, Rio Risandiansyah*
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

ABSTRAK

Pendahuluan: Kombinasi Phyllanthus niruri L. dan Chloramphenicol diketahui memiliki interaksi yang aditif
terhadap daya hambat S.aureus. Penggunaan obat tradisional jenis OHT digunakan karena bahan telah memenuhi
standar kualitas dan mutu yang telah di uji secara praklinik, namun belum ada penelitian mengenai kombinasi
OHT P.niruri dan Chloramphenicol terhadap pertumbuhan S.aureus. Penggunaan obat herbal sebagai pendamping
obat sintetik di masyarakat menjadikan landasan dilakukan pengujian untuk mengetahui daya hambat dan interaksi
OHT P.niruri dengan Chloramphenicol terhadap S.aureus.
Metode: Untuk mengetahui daya hambat dlilakukan pengukuran zone of inhibition dengan menggunakan metode
Kirby-Bauer antara kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol, penggunaan dosis OHT P.niruri berdasarkan
anjuran minum (183.3ppm) dan dosis setengah anjuran minum (91.65 ppm). Dilakukan pengujian fitokimia untuk
mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada OHT P.niruri. Dilakukan pengukuran zona bening untuk
mengetahui efek penghambatan antibiotik yang diukur menggunakan jangka sorong. Interaksi antibiotik
diinterpretasikan menggunakan metode Ameri-Ziaei Double Antibiotic Synergism Test (AZDAST) dan
berdasarkan data statistik (p<0.05).
Hasil: Uji fitokimia OHT P.niruri didapatkan adanya kandungan senyawa aktif berupa flavonoid dan saponin.
Kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol pada penggunaan dosis 183.3ppm menghasilkan zona bening
15.17±0.09 mm lebih besar dibandingkan pada dosis 91.65 ppm yang menghasilkan zona bening 14.09±2.18 mm.
Kesimpulan: Penentuan interaksi ZOI kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol memiliki interaksi yang
tidak dapat dibedakan (Not Distinguishable).
Kata Kunci: Chloramphenicol, Phyllanthus niruri L., Kombinasi OHT dan antibiotik, Zone of Inhibition, hasil
interaksi
*Korespondensi penulis.
Rio Risandiansyah, S.Ked., MP., Ph.D
Jl, MT. Haryono 193 Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144
email : riorisandiansyah@unisma.ac.id Tel. (0341) 558959

Effects of Phyllanthus niruri L. Combination of Standardized Herbal Medicines with


Chloramphenicol on Growth Inhibition of Staphylococcus aureus

ABSTRACT

Introduction: The combination Phyllanthus niruri L. and Chloramphenicol which is known to have additive
interactions on the inhibition of S.aureus. The use of Standardized Herbal Medicine traditional medicines is used
because the ingredients have standardized and that have been tested in preclinical terms, but there has been no
research on SHM combination P.niruri and Chloramphenicol on growth S.aureus.The use of herbal medicines as
a companion to synthetic drugs in the community is the basis for testing to determine inhibition and SHM
interactions P.niruri with Chloramphenicol against S.aureus.
Method: To determine the inhibitory potential, a zone of inhibition was measured using the method Kirby-Bauer
between the SHM combination of P.niruri and Chloramphenicol, the use of SHM doses P.niruri based on
recommended dose (183.3ppm) and half the recommended drinking dose (91.65 ppm). Phytochemical testing was
carried out to determine the content of active compounds contained in SHM P.niruri. Clear zone measurements
were taken to determine the inhibitory effect of antibiotics measured using a caliper. Antibiotic interactions were
interpreted using the Ameri-Ziaei Double Antibiotic Synergism Test (AZDAST) method and based on statistical
data (p <0.05).
Result: : Phytochemical test SHM P.niruri obtained the content of active compounds in the form of flavonoids and
saponins. Combination of SHM P.niruri and Chloramphenicol at a dose of 183.3ppm produce clear zone
15.17±0.09 mm greatter than at a dose of 91.65 ppm which produces a clear zone of 14.09 ± 2.18 mm.
Conclusion: Determination of interaction ZOI combination SHM P.niruri and Chloramphenicol has an interaction
that cannot be distinguished (Not Distinguishable).
Keywords:Chloramphenicol, Phyllanthus niruri L., Combination of SHM and antibiotics, Zone of Inhibition,
interaction results.
*Corresponden author.

Page | 9
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
Rio Risandiansyah, S.Ked., MP., Ph.D
Jl, MT. Haryono 193 Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144
email : riorisandiansyah@unisma.ac.id Tel. (0341) 558959
analitik laboratorik. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui ZOI serta efek interaksi OHT P.niruri
PENDAHULUAN secara tunggal dan kombinasinya dengan
Chloramphenicol terhadap bakteri S.aureus.
Indonesia merupakan salah satu negara
Proses Pembiaakkan Bakteri Dengan Metode
dengan pemanfaatan dan budidaya bahan baku obat
Streaking
herbal di dunia hingga mencapai 1.200 jenis1.
Peremajaan bakteri dilakukan dengan
Penggunaan obat herbal di yakini oleh masyarakat
membuat stok bakteri baru menggunakan media
memiliki banyak keunggulan dibanding obat sintetik
Nutrient Agar yang di tanami bakteri S.aureus
diantaranya harga yang relatif murah, kemudahan
dengan inokulasi meggunakan media Nutrient Broth
dalam memperoleh produk, serta efek samping
merck KgaA dengan komposisi peptone dari daging
minimal sehingga banyak dikalangan masyarakat
5.0; ekstrak daging 3.0. Satu koloni atau lebih
menjadikan obat herbal sebagai pengobatan utama
suspensi bakteri diambil menggunakan oshe kolong
maupun dikombinasikan dengan obat sintetik 1.
kemudian dicelupkan ke dalam 10 ml Nutrient
Adanya kekhawatiran terhadap efek samping
Broth, diinkubasi dengan suhu 37ºC selama 18-24
dari konsumsi obat-obatan sintetik jangka panjang
jam. Bakteri diencerkan dengan NS hingga
mengakibatkan banyak individu yang memilih
mencapai nilai absorbansi 0,2. Dilanjutkan
menggunakan obat tradisional sebagai alternatif
penggoresan pada media NA baru dengan
pengganti obat sintetik, ataupun dikonsumsi secara
menggunakan oshe kolong, dilakukan inkubasi
bersamaan2. Salah satu jenis obat tradisional telah
selama 18 – 24 jam dengan suhu 37ºC sehingga
banyak dipasarkan yaitu obat herbal terstandar
didapatkan bakteri baru.
berbasis meniran yang diketahui memiliki aktivitas
antibakteri 2. Berdasarkan presentase data statistik
Pembuatan Inokulum Bakteri
penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan
Koloni bakteri S.aureus diambil
dengan menggunakan obat tradisional yaitu
menggunakan oshe, dicelupkan kedalam erlenmeyer
sebanyak 24,24% pada tahun 2019, dan mengalami
berisi 30 ml larutan NS. Larutan tersuspensi diambil
sedikit peningkatan menjadi 24,33% pada tahun
menggunakan mikropipet 1 ml dimasukkan kedalam
2012 3.
kuvet, selanjutnya 1 ml larutan NS dimasukkan
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
kedalam kuvet yang digunakan sebagai kontrol.
menunjukkan ekstrak meniran memiliki interaksi
Spektrofotometri diatur panjang gelombang
hambat bakteri yang aditif terhadap bakteri
625 nm, Larutan NS kontrol dimasukkan terlebih
S.aureus4. Penelitian fraksi semi polar (F14-18) dari
dahulu kedalam spektrofotometri untuk dijadikan
ekstrak metanolik meniran didapatkan adanya daya
kontrol. Kuvet berisi suspensi bakteri kemudian
hambat bersifat sinergis pada fraksi 16 ekstrak
dimasukkan kedalam spektrofotometri dengan hasil
metanolik meniran dengan antibiotik
absorbansi yang di inginkan yaitu 0,2 nm.
Chlormphenicol terhadap bakteri S.aureus5.
Penelitian yang dilakukan Iswary 2019, diketahui Melakukan Pengujian ZOI OHT P.niruri
efek kombinasi ekstrak metanolik meniran memiliki Pengujian ZOI OHT diawali dengan
interaksi yang not distinguishable terhadap S.aureus penentuan dosis OHT. Satu kapsul OHT (550 mg) di
6
. larutkan kedalam 1000 ml aquadest, kemudian
Penggunaan obat herbal sebagai pendamping larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak
obat sintetik saat ini diduga banyak dilakukan di 1 ml dan ditambahkan 9 ml aquadest sehingga
masyarakat. Hal in karena kurangnya informasi dan didapatkan konsentrasi larutan OHT 550 ppm.
penelitian yang membahas secara spesifik mengenai Larutan diencerkan hingga diperoleh konsentrasi
keamaan dan interaksi dari kombinasi obat herbal larutan uji 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12.5 ppm, dan
dengan obat sintetik. Penelitian yang sudah 6.25 ppm7. Larutan disimpan dalam tabung ependorf
dilakukan hanya sebatas pengujian ekstrak dengan dan perendaman cakram kosong selama ± 20 menit
menggunakan simplisia. Berdasarkan fakta tersebut, agar larutan dapat meresap kedalam cakram.
pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk Pembuatan media uji dilakukan dengan
mengetahui daya hambat Chloramphenicol yang mencampur 10,5 gr MHA dan 7,5 gr agar yang
dikombinasikan dengan obat herbal terstandar dilarutkan kedalam 500 ml aquadest dengan
berbasis meniran terhadap bakteri S.aureus, serta menggunakan schott bottle, memasukan media uji
mengetahui jenis interaksinya dengan metode kedalam auotoclave pada suhu 121ºC selama 20
AZDAST. menit untuk dilakukan pemanasan. Cakram OHT
P.niruri dan cakram antibiotik Chloramphenicol
METODE disusun kedalam cawan petri dengan ketentuan
metode AZDAST. Cakram direkatkan pada
Pendekatan Penelitian
permukaan cawan petri menggunakan media agar
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan mikropipet hingga menutupi permukaan
eksperimental dilakukan secara in vitro dan bersifat
Page | 10
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
cakram, media agar dituangkan kedalam cawan petri (AZDAST). Cakram direkatkan pada permukaan
sebanyak 3-4 mm dan diamkan media hingga solid. cawan petri menggunakan media agar dengan
Bakteri S.aureus diinokulasikan pada media mikropipet hingga menutupi permukaan cakram,
agar dengan metode spread plate. Spreader kaca
dicelupkan kedalam alkohol kemudian ujung
spreader dibakar menggunakan api bunsen ± 1-2
menit, bakteri S.aureus yang telah diinokulasi media agar dituangkan kedalam cawan petri
diambi menggunakan mikropipet sebanyak 0.25 ml sebanyak 3-4 mm dan diamkan media hingga solid.
diletakkan ditengah cawan petri, kemudian Bakteri S.aureus diinokulasikan pada media
inokulum bakteri disebarkan pada permukaan media agar dengan metode spread plate. Spreader
menggunakan spreader dengan gerakan memutar aluminium dicelupkan kedalam alkohol kemudian
180º sebanyak empat putaran. Dilakukan inkubasi ujung spreader dibakar menggunakan api bunsen ±
pada media inokulasi selama 18-24 jam dengan suhu 1-2 menit atau hingga ujung spreader kemerahan,
37 ºC, kemudian ZOI dapat diukur dengan bakteri S.aureus yang telah diinokulasi diambi
menggunakan penggaris atau jangka sorong. menggunakan mikropipet sebanyak 0.25 ml dan
diletakkan ditengah cawan petri, kemudian
Penentuan Dosis dan Pembuatan Cakram Herbal inokulum bakteri disebarkan pada permukaan media
Penentuan dosis dilakuakan setelah menggunakan spreader dengan gerakan memutar
didapatkan hasil zona bening yang terbentuk dan 180º sebanyak empat putaran. Dilakukan inkubasi
dapat diamati secara jelas dari dosis yang digunakan pada media inokulasi selama 18-24 jam dengan suhu
pada saat melakukan eksplorasi dosis. Apabila pada 37 ºC, kemudian dilakukan pengukuran ZOI.
uji ZOI OHT tidak dapat ditentukan, maka dilakukan Pengukuran ZOI dilakukan sebanyak tiga kali
perubahan konsentrasi dengan mengikuti dosis dengan menggunakan penggaris atau jangka sorong
anjuran minum pada OHT. Pengunaan dosis anjuran dengan ketelitian mm.
minum dan dosis setengahnya disesuaikan dengan
mengikuti volume distribusi obat yang akan Pengujian Fitokimia
menggambarkan konsentrasi obat yang ada dalam Uji fitokimia betujuan sebagai screening
darah dengan jumlah total obat yang terdapat dalam untuk megetahui senyawa yang terkandung dalam
tubuh 8. herbal yang akan diteliti. Metode screening
Dosis disesuaikan dengan dosis anjuran dilakukan dengan pengujian warna dengan suatu
minum pada OHT dikarenakan tidak ditemukannya pereaksi atau reagen tertentu dan melihat interaksi
zona bening yang terbentuk pada saat eksplorasi perubahan warna larutan 10.
dosis. Dilakukan penghitungan dosis OHT sesuai Uji fitokimia yang pertama dilakukan yaitu
dengan volume distribusi obat yaitu jumlah obat per dengan menggunakan reagen Meyer atau
konsentrasi obat dalam plasma8. Dilarutkan 1100 mg Dragendrof, dimasukkan kedalam tabung reaksi
sediaan ke dalam 6 L aqudest yang menggambarkan berisi ekstrak yang sudah ditambahkan amonia 0.05
volume darah manusia9, Sehingga didapatkan N dan asam sulfat 2 N untuk mengetahui ada atau
konsentrasi 1833.3 ppm, dilanjutkan 10 kali tidaknya kandungan senyawa alkaloid pada OHT
pengenceran, sehingga didapatkan dosis pertama P.niruri. Hasil positif jika ditemukan endapan putih
yaitu 183.3 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran pada penggunaan reagen Meyer, sedangkan
kembali untuk mendapatkan konsentrasi penggunaan reagen Dragendrof akan menunjukkan
setengahnya sehingga didapatkan konsentrasi 91,65 adanya endapan merah coklat apabila terdapat
ppm. senyawa alkaloid pada OHT 11. Selanjutnya yaitu uji
Setelah didapatkan konsentrasi uji, larutan senyawa saponin dengan memasukkan ekstrak
dipindah kedalam tabung ependorf dan dilakukan kedalam tabung reaksi, dan dikocok kuat beberapa
perendaman cakram selama ± 20 menit agar cairan waktu hingga terbentuk busa pada ekstrak, adanya
OHT dapat meresap kedalam cakram, setelah busa yang menetap permanen ± 15 menit dan tidak
dilakukan perendaman cakram OHT dapat langsung hilang dengan penambahan 1 tetes HCL pekat
digunakan untuk pengujian ZOI menunjukkan OHT berbasis meniran memiliki
kandungan senyawa saponin 11.
Pembuatan Media dan Uji ZOI Tunggal dan Pengujian senyawa fenolik menggunakan
Kombinasi Dengan Metode Spread Plate reagen FeCl3 yang diteteskan kedalam tabung reaksi
berisi larutan OHT berbasis meniran. Apabila
Uji ZOI dilakukan dengan metode terbentuk warna biru sampai biru keunguan pada
penyebaran bakteri pada media agar. Pembuatan larutan menjukkan adanya kandungan senyawa
media uji dilakukan dengan mencampur 10,5 gr fenolik pada OHT berbasis meniran 12. Uji terakhir
MHA dan 7,5 gr agar yang dilarutkan kedalam 500 yang dilakukan yaitu larutan sebanyak 4 ml masing-
ml aquadest dengan menggunakan scot bottle, masing dimasukkan kedalam dua tabung reaksi.
kemudian media uji dimasukkan kedalam aotoclave Tabung reaksi pertama diteteskan 1ml amoniak
untuk dilakukan pemanasan. encer dan dikocok perlahan, dilakukan perbandingan
Cakram OHT dan cakram kloramfenikol dengan larutan kontrol pada tabung reaksi kedua.
disusun kedalam cawan petri dengan ketentuan Terbentuknya pewarnaan kuning pada larutan
metode Ameri-Ziaei double antibiotic synergism test
Page | 11
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
menunjukkan adanya senyawa flavonoid pada OHT
P.niruri 12.

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Pada OHT


Metode Penentuan Interaksi Phyllanthus Niruri L.
Tabel 1. Pedoman Interpretasi Metode AZDAST Senyawa Perubahan warna
13 Reagen
. Uji
Hasil kombinasi Interpretasi Putih (-)
Dragendroff
Alkaloid
Jika AB > A dan B dan < atau > Sinergis merah coklat (-)
Meyer
dari AA dan BB
Jika salah satu dari A atau B Saponin - Busa menetap (+)
= 0 dan AB > dari A dan B dan Potensiasi
< atau > dari AA dan atau BB Fenolik FeCl3 Biru keunguan (-)
Jika AB < A atau B Antagonis
Amoniak Kuning (+)
Flavonoid
Aditif encer
Jika AB = AA dan atau BB Pada Gambar 1 dan Tabel 2 menunjukkan
bahwa pada larutan OHT berbasis meniran
Not didapatkan kandungan senyawa saponin dan
Jika AB = salah satu A atau B distinguishable flavonoid .

Hasil Uji ZOI OHT P.niruri Terhadap S.aureus


Analisa Data Zone of inhibition (ZOI) digunakan untuk
Analisa hasil ZOI dapat dikur dengan mengetahui resistensi dan interaksi suatu senyawa
menggunakan penggaris atau jangka sorong dengan dengan membandingkan tingkat aktivitas
ketelitian mm. Data yang diperoleh dilakukan uji penghambatan bakteri. Suatu zona bening yang
normalitas dan homogenitas, kemudian dilakukan terbentuk disekitar sumuran dapat diukur dengan
uji beda menggunakan one way ANOVA dan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian mm.
dilanjutkan uji least significance different (LSD). Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil ZOI
Analisa data dilakukan dengan memakai software pada dosis anjuran minum OHT berbasis meniran
statistik SPSS. maupun setengah dosis anjuran minum tidak
HASIL memiliki daya hambat terhadapa S.aureus (lihat
Hasil Uji Fitokimia Gambar 2).
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
senyawa aktif yang terdapat pada obat herbal Hasil Uji ZOI Kombinasi OHT P.niruri dan
terstandar berbasis meniran. Hasil dan keterangan Chloramphenicol terhadap S.aureus
kandungan senyawa yang di uji dari uji fitokimia Pengamatan dan penghitungan ZOI
dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 2. berikut: kombinasi OHT meniran dan Chloramphenicol
terhadap S.aureus dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Rerata Tiga Pengulangan
Zone of Inhibition terhadap S.aureus
Sa Rata – rata ± SD
Konsentra Signifi
mp (mm)
si kansi
el n= 3
Dosis H 4.81±8.33c 0.58
anjuran C 14.83±0.91a 0.94
minum HH 5.91±10.23a 0.08
OHT CC 16.43±0.52b 0.79
(183.3 a 0.09
ppm) HC 15.17±0.09
Setengah H 0±0a 0.00
dosis C 15.02±1.23b 0.36
anjuran HH 0±0a 0.00
Gambar 1. Hasil Uji Fitokimia OHT Phyllanthus minum CC 17.39±0.94c 0.00
Niruri L.; A. uji alkaloid dengan reagen dragendroff OHT 2.18
dan meyer; B. Uji saponin; C. Uji fenolik dengan (91.65 HC 14.09±2.18b
reagen FeCl3; D. Uji flavonoid dengan reagen ppm)
amoniak cair. Keterangan: HH= OHT double disk; H= OHT
single disk; HC= kombinasi OHT dan
Page | 12
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
Chloramphenicol; C= Chloramphenicol; CC= (91.65 ppm) jari-jari zona bening HC lebih kecil
Chloramphenicol double disk. dibandingkan dengan C maupun CC, namun lebih
besar dibandingkan dengan H dan HH dikarenakan
tidak ditemukannya zona bening pada pengukuran.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat pada dosis anjuran
Interaksi Kombinasi OHT P.niruri dan
minum OHT P.niruri dengan konsentrasi (183,3
Chloramphenicol terhadap S.aureus Berdasarkan
ppm) didapatkan HC memiliki jari-jari zona bening
Metode AZDAST
lebih besar dibandingkan dengan C maupun H, akan
Penghitungan ZOI dan penentuan interaksi
tetapi jari-jari zona bening HC lebih kecil
kombinasi OHT Phyllanthus Niruri L. dan
dibandingkan jari-jari zona bening pada CC.
Chloramphenicol terhadap S.aureus berdasarkan
Sedangkan pada setengah dosis anjuran minum
metode AZDAST dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Interaksi ZOI Kombinasi OHT Meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan Chlormphenicol dengan
Metode AZDAST
Rata – rata ± Jenis Interaksi
Konsentrasi Sampel Signifikansi Interaksi
SD (mm) Metode AZDAST
Dosis OHT H 4.81±8.33c 0.58 ↑
anjuran HC C 14.83±0.91a 0.94 ↑
Not Distinguishable
minum (183.3 15.17±0.09a HH 5.91±10.23a 0.08 ↑
ppm) CC 16.43±0.52 b
0.79 ↓
Setengah dosis H 0±0a 0.00 ↑
OHT anjuran C 15.02±1.23 b
0.36 ↑
HC
minum (91.65 Not Distinguishable
14.09±2.18b HH 0±0 a
0.00 ↓
ppm)
CC 17.39±0.94c 0.00 ↓

Keterangan: HH= OHT double disk; H= OHT single disk; C= Chloramphenicol single disk; CC=
Chloramphenicol double disk; HC= Kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol

Pada Tabel 4 dapat dilihat pada dosis anjuran jari – jari zona bening yang didapatkan pada C
minum OHT P.niruri dengan konsentrasi (183,3 (15.02 ± 1.23), dan tidak didapatkan hasil
ppm) didapatkan HC memiliki jari-jari zona bening peningkatan atau penurunan pada perbandingan
lebih besar (15.17 ± 0.09) dibandingkan dengan C antara HC dan H (0 ± 0) dikarenakan tidak
(14.83 ± 0.91), maupun H (4.81 ± 8.33). Pada ditemukan zona bening yang terbentuk pada herbal
perbandingan kombinasai OHT (183,3 ppm) dosis single disk. Pada uji statistik yang dilakukan pada
anjuran minum dan Chlormphenicol (30µ) setengah dosis anjuran minum perbandingan HC dan
didapatkan adanya peningkatan rata – rata zona C terdapat penurunan dengan hasil yang tidak
bening, dengan hasil yang tidak signifikan pada uji signifikan (p>0.05), sedangkan perbandingan HC
statistik one way ANOVA (p>0.05). dan H beradasarkan uji statistik memiliki hasil yang
20 signifikan (p<0.05).
b
ZOI S.aureus (mm)

a a 20 c
b b
ZOI S.aureus (mm)

15
15
10
c a 10
5
5
a a
0
0
H C HH CC HC
H C HH CC HC
Kelompok n=3 Kelomok n= 3

Gambar 1. ZOI kombinasi OHT P.niruri dengan Gambar 2. ZOI kombinasi OHT P.niruri dengan
Chloramphenicol menggunakan dosis anjuran Chloramphenicol menggunakan setengah dosis
minum (183.3 ppm) anjuran minum (91.65 ppm) HC 91.65 ppm
Keterangan: Data dalam mean ± SD. Uji statistik berbanding C 30µ (p>0.05)
menggunakan One Way Anova dan Post Hoc LSD Keterangan: Data dalam mean ± SD. Uji statistik
test, (p>0.05) perbedaan huruf menyatakan berbeda menggunakan One Way Anova dan Post Hoc LSD
signifikan test, (p>0.05) perbedaan huruf menyatakan berbeda
Sedangkan pada setengah dosis anjuran signifikan
minum (91,65 ppm) didapatkan hasil jari-jari zona
bening HC (14.09 ± 2.18) lebih kecil dibandingkan

Page | 13
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345

CC CC H
CC
H HH
HH H H
H

C
HC C C
HC HC

AD1 BD1 CD1

CC H H CC H
HH
CC C HH

HH HC
C
H C
HC
C

AD2 BD2 CD2

Gambar 2: Hasil ZOI kombinasi OHT P.niruri dengan Chloramphenicol; AD1, BD1, CD1. ZOI yang
dihasilkan dengan penggunaan dosis anjuran minum; AD2, BD2, CD2. ZOI yang dihasilkan dengan
penggunaan setengah dosis anjuran minum.

PEMBAHASAN Sejumlah penelitian telah menunjukkan


kandungan senyawa metabolit sekunder yang
Analisa Kandungan Senyawa Aktif Pada OHT terkandung pada P.niruri yaitu diantaranya
P.niruri flavonoid, terpenoid, alkaloid, dan tanin beserta
Pada hasil uji fitokimia didapatkan adanya turunannya yang dapat diperoleh dengan pelarut etil
perubahan warna pada pengujian dengan asetat maupun klorofom 16. Kandungan senyawa
menggunakan reagen amoniak cair dan steroid dan turunannya dapat diperoleh dengan
pengocokkan beberapa saat, diduga adanya senyawa menggunakan pelarut salah satunya metanol 17. Pada
metabolit sekunder yang terkandung dalam larutan penelitian lainnya juga menyebutkan P.niruri
obat herbal terstandar P.niruri, akan tetapi pada memiliki kandungan senyawa utama yaitu ligin dan
penggunaan reagen dragendroff dan meyer tidak flavonoid 18.
ditemukan adanya perubahan warna pada larutan
obat herbal terstandar P.niruri. Daya Hambat Tunggal Chloramphenicol dan
Tidak ditemukannya kandungan senyawa OHT P.niruri Terhadap S.aureus
yang lain dalam uji fitokimia dapat dipengaruhi Pada hasil pengukuran uji ZOI tunggal
salah karena adanya perbedaan jenis pelarut yang P.niruri dosis anjuran minum (183.3 ppm) dan
digunakan, tidak adanya ekstraksi ataupun pemansan setengah dosis minum (91.65 ppm) terhadap
yang dilakukan. Penggunaan jenis pelarut S.aureus tiak ditemukan adanya zona bening yang
berpengaruh terhadap senyawa yang dapat diisolasi terbentuk. Sehingga dapat diketahui OHT P.niruri
dari suatu ekstrak, penggunaan pelarut polar dapat tidak memiliki aktivitas antibiotik. Hal ini
mengekstrak senyawa metabolit lebih tinggi berlawanan dengan penelitian Putri (2018) dan
dibandingkan pelarut nonpolar tergantung pada jenis Susilo (2019) yang menyatakan bahwa P.niruri
senyawa yang ingin diketahui 14. Pada penelitian ini memiliki daya hambat terhadap S.aureusi 4-5.
digunakan pelarut air untuk melarutkan obat herbal Penelitian lain dengan ekstrak air P.niruri
terstandar P.niruri dikarenakan meyesuaikan menunjukkan adanya daya hambat optimum
konsumsi OHT yang menggunakan air sehingga terhadap S.aureus sebanyak 17,5% 19. Pada
tidak banyak senyawa metabolit sekunder yang penelitian Noor (2020) diketahui ekstra air daun
dapat di identifikasi melalui uji fitokimia. P.niruri dengan konsentrasi 50% menghasilkan
Hasil pengujian fitokimia didapatkan adanya diameter zona bening sebesar 19 mm 20.
busa yang menetap ± 15 menit dan tidak hilang Perbedaan dari aktivitas antibakteri
dengan penambahan 1 tetes HCl pekat menandakan bergantung dari jumlah senyawa metabolit aktif dari
pada larutan OHT positif mengandung saponin 15. ekstrak. Pengambilan senyawa aktif tersebut dapat
Adanya perubahan warna larutan OHT menjadi dipengaruhi dari jumlah dosis dan pelarut yang
kuning pemberian reagen amoniak cair menandakan digunakan untuk melihat aktivitas antibakteri pada
adanya kandungan senyawa flavonoid 14. OHT P.niruri. Penggunaan jenis pelarut
berpengaruh terhadap senyawa yang dapat diisolasi
dari suatu ekstrak, penggunaan pelarut polar seperti
Page | 14
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
metanol dapat mengekstrak senyawa metabolit lebih maupun herbal double disk dengan data yang
tinggi dibandingkan pelarut nonpolar 14. Penggunaan signifikan (p<0.05) sehingga didapatkan hasil
pelarut dan peningkatan konsentrasi suatu ekstrak interaksi tidak dapat dibedakan (Not
akan meningkatkan senyawa aktif yang diperoleh 21. Distingushable). Sedangkan kombinasi obat herbal
Penelitian ini menggunakan air karena terstandar P.niruri dan Chloramphenicol memiliki
menyesuaikan dengan konsumsi OHT sehari-hari di zona bening lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang menggunakan air sehingga tidak Chloramphenicol single maupun Chloramphenicol
digunakan pelarut polar maupun non polar. Hal ini double disk akan tetapi tidak berbeda signifikan
untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri (p>0.05) sehingga juga didapatkan interaksi tidak
dengan pelarut air. dapat dibedakan (Not Distinguishable). Interaksi Not
Uji ZOI tunggal Chloramphenicol terhadap Distinguishable yaitu aktivitas antibiotik yang
S.aureus didapatkan bahwa Chloramphenicol didapatkan pada kombinasi tidak diketahui berasal
memiliki daya hambat terhadap S.aureus. hal ini dari antibiotik tunggal atau herbal 13. Namun, karena
dapat terjadi karena mekanisme kerja tidak ada aktivitas dari P. niruri pada pemberian
Chloramphenicol yaitu dengan menghambat sintesi tunggal, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
protein bakteri dengan mengikat subunit 50s dari antibakteri berasal dari Chloramphenicol.
ribosom. Chloramphenicol dapat mengganggu Berdasarkan uji fitokimia dapat berhubugan
pengikatan asam amino pada rantai peptida dengan dengan kandungan senyawa flavonoid yang
menghambat enzim peptidil transferase sehingga terkandung pada meniran. Flavonoid bekerja sebagai
mengakibatkan terhambatnya sintesis protein dan antibiotik dengan mendenaturasi protein pada
menurunkan pembentukkan energi dan struktur dinding sel yang dapat merusak susunan dan
bakteri yang berpengaruh terhadap perkembangan permeabilitas dinding sel, flavonoid pada tanaman
bakteri 22. tercampur glikosida pada jaringan tumbuhan 25.
Berdasarkan CSLI, kondisi standar yang Sedangkan Chloramphenicol memiliki interaksi
harus dipenuhi yaitu konsentrasi inoculum bakteri, yang dapat mengendapkan beberapa obat dari
media perbenihan (Muller Hinton) dengan golongan aminoglikosida sehingga dapat menekan
memperhatikan pH, konsentrasi kation, tambahan aktivitas antibakteri jika diberikan bersamaan 26.
darah dan serum, kadungan timidin, suhu inkubasi, Berdasarkan rerata dan standar deviasi
lamanya inkubasi dan konsentrasi antimikroba 23. kombinasi obat herbal terstandar P.niruri
Hasil yang didapatkan menurut National Commitee menggunakan dosis anjuran minum (183.3 ppm) dan
for Clinical Laboratoy Standard (NCCLS) Chloramphenicol terhadap S.aureus, diduga
menunjukkan bahwa S.aureus yang diuji bersifat memiliki potensi interaksi yang sinergis karena dari
intermediet terhadap Chloramphenicol dengan nilai menunjukkan adanya peningkatan meski tidak
kategori resisten apabila zona bening ≤ 12 mm, signifikan antara kombinasi OHT P.niruri dan
intermediet 13 – 17 mm, dan sensistif apabila ≥ 18 Chloramphenicol dibandingkan Chloramphenicol
mm24. Pada pengujian tunggal ZOI single, OHT P.niruri single, maupun OHT P.niruri
Chloramphenicol didapatkan rata – rata diameter double disk berbeda dengan Chloramphenicol
antara 13 – 17 mm. Namun, bakteri yang digunakan double disk yang memiliki potensi antagonis karena
tidak standar, melainkan merupakan pembiakan nilai yang mengalami penurunan namun tidak
kembali dengan media baru dengan tidak memenuhi signifikan.
kondisi standar secara keseluruhan. Hal ini Apabila dilihat dari mekanisme kerja
menjadikan bakteri tersebut belum terkarakterisasi flavonoid ataupun saponin yang terdapat pada P.
secara mendetail. niruri, hal ini dapat terjadi melalui mekanisme kedua
Daya Hambat dan Interaksi Kombinasi OHT senyawa metabolit sekunder sebagai antibakteri
P.niruri dan Chloramphenicol terhadap S.aureus dengan mendestruksi protein dan enzim sel sehingga
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil mengakibatkan kebocoran membran sitoplasma 27.
penilaian dengan menggunakan metode AZDAST Tidak terjadinya interaksi tersebut diduga karena
dan pengolahan data statistik, kombinasi obat herbal flavonoid dan saponin merupakan senyawa glikosida
terstandar P.niruri dosis anjuran minum (183.3 ppm) yang mana apabila dikombinasikan dengan
dan Chloramphenicol 30 µg didapatkan zona bening Chloramphenicol, dapat mengendapkan kerja dari
lebih besar dibandingkan OHT single, OHT double senyawa aminogllikosida 22. Hal ini dapat disebakan
disk, dan Chloramphenicol tunggal, namun lebih pula karena konsentrasai dari OHT P.niruri kurang
kecil dibandingkan dengan Chloramphenicol double dalam menimbulkan aktivitas hambat bakteri, karena
disk akan tetapi tidak berbeda signifikan (p>0.05). tidak ada proses ekstraksi maupun penggunaan
hasil yang diperoleh dari kombinasi P.niruri dosis pelarut polar untuk mengisolasi senyawa 28. Maka,
anjuran minum (183.3 ppm) dan Chloramphenicol P.niruri berpotensi untuk memiliki senyawa-
30 µg tidak bisa dibedakan (Not Distinguishable). senyawa aktif yang dapat berinteraksi sinergis, dan
Pada penggunaan setengah dosis minum hal ini telah ditunjukkan pada penelitian Susilo
(91.65 ppm) pada kombinasi obat herbal terstandar (2019) adanya interaksi sinergis pada fraksi 16
P.niruri dan Chloramphenicol memiliki zona bening ekstrak metanolik meniran dengan antibiotik
lebih besar dibandingkan herbal single dikarenakan Chlormphenicol terhadap bakteri S.aureus 5.
zona bening tidak ditemukan pada herbal single,

Page | 15
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
Berdasarkan uji fitokimia dapat dikaitkan Pengembangan Perdagangan Kementerian
dengan adanya kandungan senyawa flavonoid dan Perdagangan Republik Indonesia, 2017, 1-2.
saponin yang dikatahui memiliki aktivitas 2. Sumayyah, Shofiah; Salsabila, Nada. Obat
antibakteri dengan mendenaturasi dinding sel bakteri Tradisional: Antara Khasiat dan Efek
dan menghambat proses pertumbuhan bakteri 29. Sampingnya. Majalah Farmasetika, 2017, 2.5:
Sedangkan pada Chloramphenicol bekerja 1-4.
menghambat sintesi protein bakteri dengan mengikat 3. Badan Pusat Statistik. Persentase Penduduk yang
subunit 50s dari ribosom 22. Sehingga dapat Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Penggunaan
disimpulkan baik OHT P.niruri maupun pada Obat menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Chloramphenicol memiliki aktivitas antibakteri. Periode2009-2014. 2016
Namun, memiliki mekanisme yang berbeda 4. Putri, Ira Adelia. Rio Risandiansyah, Faisal.A.
sehingga tidak saling berinteraksi. Tidak ditemukan Efek Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Meniran
adanya zona bening yang terbentuk pada OHT (Phyllanthus niruri) dengan Antibiotik
P.niruri dapat disebabkan dosis yang kurang untuk Amoksisilin, Kloramfenikol dan Kotrimoksazol
menghasilkan aktivitas antibakteri, maupun pada terhadap Bakteri Escherichia coli dan
proses pelarutan OHT P.niruri yang tidak Staphylococcus aureus. Jurnal Kedokteran
menggunakan larutan polar hanya menggunakan air Komunitas, 2019, 6.3.
sehingga tidak banyak senyawa yang dihasilkan. 5. Susilo, Wigdio Almadany. M.Zainul Fadli, Rio
Hasil uji kombinasi OHT P.niruri setengah Risandiansyah Efek Penambahan Fraksi Semi
dosis minum (91.65 ppm) dan Chloramphenicol Polar Ekstrak Metanolik Herba Phyllanthus
berdasarkan rerata dan standar deviasi memiliki niruri, L. terhadap Daya Hambat Amoxicillin dan
interaksi Not Distinguishable sehingga di duga Chloramphenicol pada Staphylococcus aureus
aktivitas hambat bakteri diperankan oleh dan Escherichia coli. Jurnal Kedokteran
Chloramphenicol. Komunitas, 2019, 7.1.
6. Iswary, Daan Anisa Fadilah. Faisal.A, Rio
KESIMPULAN Risandiansyah. Efek Penambahan Fraksi Polar
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini F24-F28 Ekstrak Metanol Meniran (Phyllanthus
adalah: niruri) Terhadap Daya Hambat Amoksisilin dan
1. OHT P.niruri didapatkan kandungan senyawa Kloramfenikol Pada Staphylococcus aureus dan
saponin dan flavonoid. Escherichia coli. Jurnal Bio Komplementer
2. OHT P.niruri tidak memiliki daya hambat Medicine, 2019, 6.3.
terhadap S.aureus. 7. Terrie K. Boguski, P.E. Understanding Units of
3. Kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol Measurement. Center for Hazardous Substance
memiliki daya hambat terhadap S.aureus. Resesarch (CHSR). 2006. 2. pp. 1-2
4. Kombinasi OHT P.niruri dan Chloramphenicol 8. Sani, Aluwi. Kliren dan Volume
memiliki interaksi yang tidak dapat dibedakan Distribusi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
(Not Distinguishable). 2003, 1.2: 78-81.
9. Andriyanto, nastiti k.; fitri, Y. Potensi ekstrak
SARAN etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
Adapun saran untuk meningkatkan dan sebagai alternatif sediaan diuretik alami. Jurnal
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut adalah: Ilmu Kefarmasian Indonesia, 2011, 9.2: 78-84.
1. Melakukan penyusunan cakram pada cawan petri 10. Simaremare, Eva Susanty. Skrining fitokimia
tidak lebih dari lima cakram untuk menghindari ekstrak etanol daun gatal (Laportea decumana
pelebaran zona inhibisi antar cakram. (Roxb.) Wedd). PHARMACY: Jurnal Farmasi
2. Membuat kontrol negatif sebagai perbandingan Indonesia (Pharmaceutical Journal of
ZOI OHT P.niruri dan Chloramphenicol yang di Indonesia), 2014, 11.1.
uji. 11. Asmara, Anjar Purba. Uji Fitokimia Senyawa
3. Melakukan uji farmakokinetik untuk mengetahui Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Metanol
keamanan dalam mengkonsumsi OHT P.niruri Bunga Turi Merah (Sesbania Grandiflora L.
Pers). Al-Kimia, 2017, 5.1: 48-59.
UCAPAN TERIMAKASIH 12. Safitri, Intan Rakhma. Analisis Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di
Terimakasih disampaikan kepada Ikatan Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Orangtua Mahasiswa (IOM) dan Fakultas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2009. 2010.
Kedokteran Universitas Islam Malang karena telah Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah
membantu pendanaan dalam penelitian ini. Surakarta.
13. Ziaei-darounkalaei, Navid, et al. AZDAST the
DAFTAR PUSTAKA new horizon in antimicrobial synergism
detection. MethodsX, 2016, 3: 43-52.
1. Salim, zamroni, et al. Info komoditi tanaman 14. Romadanu, Hanggita, Siti; Lestari, Shanti Dwita.
obat. Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga

Page | 16
Jurnal Kesehatan Islam e-ISSN : 2615-8345
Lotus (Nelumbo nucifera). Jurnal FishtecH,
2014, 3.1: 1-7.
15. Rivai, Harrizul; Septika, Refilia; Boestari,
Agusri. Karakterisasi ekstrak herba meniran
(Phyllanthus niruri Linn) dengan analisa
fluoresensi. Jurnal Farmasi Higea, 2017, 5.2:
127-136. 23. Soleha, Tri Umiana. Uji kepekaan terhadap
16. Kardinan, A., & Kusuma, F.R. Meniran antibiotik. Juke Unila, 2015, 5.9: 119-123.
Penambah Daya Tahan Tubuh Alami . Jakarta : 24. Alang, Hasria, et al. Potensi Staphylococcus
Agromedia Pustaka. 2004.121-173 Hominis K1a Dari Susu Kerbau Belang Toraja
17. Surahmaida, Surahmaida; Umarudin, Umarudin. Sulawesi Selatan Sebagai Kandidat
Studi Fitokimia Ekstrak Daun Kemangi Dan Probiotik. Bioma: Jurnal Biologi Makassar,
Daun Kumis Kucing Menggunakan Pelarut 2019, 5.1: 18-26.
Metanol. Indonesian Chemistry and Application 25. Desiana KH et al. Daya Antibakteri
Journal, 2019, 3.1: 1-6. EkstrakMeniran (Phyllanthus niruri linn)
18. Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Republik Terhadap BakteriEnterococcus faecalis.
Indonesia. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Conservative Dentistry Journal Vol.6 No.2 Juli-
Indonesia.(Volume I) .Jakarta : Badan Desember 2016
Pemeriksaan Obat dan Makanan Republika 26. Friambodo, Bambang, Purnomo, Y., Dewi,
Indonesia. 2004. Ariani R. Efek Kombinasi Amoksisilin dan
19. Leono, Lie Vanny; Edyson, Edyson; Budiarti, Kloramfenikol terhadap pertumbuhan bakteri
Lia Yulia. Perbandingan Aktivitas Daya Hambat Salmonella typhi. Journal of Islamic Medicine
Sediaan Tunggal dengan Kombinasi Infus Research. Vol. 1. p.12-20. 2017.
Phyllanthus niruri dan Peperomia pellucida 27. Fitri, Inayah. Efektivitas antibakteri ekstrak
terhadap Staphylococcus aureus. Homeostasis, herba meniran (Phylanthus niruni) terhadap
2020, 3.1: 75-82. pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dan
20. Noor, S. M.; Poeloengan, M. Daya anti bakteri Propionibacterium acnes. JST (Jurnal Sains dan
temu kunci (Kampferia Pandurta Roxb) dan Teknologi), 2017, 6.2: 300-310.
meniran (Phyllanthus Niruni L) terhadap 28. Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. Dasar-Dasar
beberapa isolat bakteri secara In Vitro. Media Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta.
Peternakan, 2016, 24.3: 37-41. 2005.231-245.
21. Mangunwardoyo, Wibowo; Cahyaningsih, Eni; 29. Jawetz, Adelberg, Melnick. Medical
USIA, Tepy. Ekstraksi dan identifikasi senyawa Microbiology, Edisi 23, Jakarta: Penerbit Buku
antimikroba herba meniran (Phyllanthus niruri Kedokteran EGC. 2008.225-230
L.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 2009,
7.2: 57-63.
22. Dinos, George P., et al. Chloramphenicol
derivatives as antibacterial and anticancer agents:
historic problems and current
solutions. Antibiotics, 2016, 5.2: 20.

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai