Anda di halaman 1dari 5

Praktikum Oseanografi Kimia

Nama : Briggitauli Checiliany

NPM : 230210200094

Kelas :B

Judul Praktikum : Pembuatan Artificial Sea Water

Tujuan Praktikum : Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan mampu memahami bagaimana
proses atau cara untuk membuat air laut buatan beserta nilai salinitas yang ada didalamnya, dan
juga bertujuan untuk mengetahui dan memahami manfaat dan kegunaan dari ASW.

Materi Artificial Sea Water

Artificial Sea Water atau dalam bahasa indonesia adalah air laut buatan, merupakan suatu
larutan yang berasal dari masing-masing enam garam major dan minor, dimana garam major terdiri
dari NaCl, MgCl2, MgSO4, CaCl2, KCl, dan NaHCO3, garam minor terdiri dari SrCl2, MnSO4,
NaH2PO4, LiCl, Na2MoO4, dan Na2S2O3, dan tujuh trace salt yaitu KBr, Al2(SO4)3, RbCl,
ZnSO4, CoSO4, KI, dan CuSO4 (Spotte, 1979). Kemudian garam garam tersebut akan
dicampurkan dengan aquadest (Reddy et al., 1991). Air laut buatan juga pada dasarnya adalah air
tawar yang kemudian diberi beberapa zat kimia dan menyebabkan kandungan unsur kimianya
menjadi sama seperti air laut asli atau murni (U. S. Geological Survey, 2016). ASW penting untuk
dipelajari karena dengan menggunakan artificial sea water bisa membantu proses penelitian tanpa
harus mengambil langsung air dari laut. Alasan lain pentingnya mempelajari ASW adalah artificial
sea water memiliki sifat asli air laut jika dibandingkan dengan air yang ada di laut saat ini, dimana
air laut sudah mengalami banyak kontaminasi dari kegiatan-kegiatan manusia. Adapun tujuan dari
penggunaan ASW adalah untuk proses penelitian di bidang marine biology dan pengganti air laut
dalam bidang marine culture. Dengan keaslian sifat dari artificial sea water ini maka penelitian
akan mendapatkan hasil yang lebih akurat. Adapun karakteristik dari air laut adalah memiliki kadar
lebih dari 5mg/L, memiliki pH 7 sampai 8.5, memiliki salinitas 33 sampai 34 ppt, memiliki kadar
fosfat 0,015 mg/L dan kadar nitrat 0,008 mg/L, dan tidak memiliki amonia bebas, sulfida, fenol,
pestisida, dan poliklor bifenil.

Alat dan Bahan yang digunakan

Alat yang digunakan :

- Beaker Glass, yang berfungsi sebagai wadah dari ASW

- Batang Pengaduk, yang berfungsi untuk menghomogenkan larutan secara manual pada
larutan di beaker glass pertama

- Cawan Petri, yang berfungsi sebagai wadah dalam pengukuran massa

- Gelas Ukur, yang berfungsi untuk mengukur volume dari aquadest

- Magnetic Stirrer, yang berfungsi menghomogenkan larutan pada beaker glass kedua
- Neraca Digital, yang berfungsi menimbang massa dari garam

- Refraktometer, yang berfungsi mengukur salinitas dari ASW

Bahan yang digunakan :

- Garam Laut, yaitu bahan dasar dari pembuatan ASW

- Aquadest, sebagai pelarut


Prosedur Praktikum

Garam artificial sea water

Ditimbang sebanyak 42 gr menggunakan neraca digital

Disiapkan 2 buah beaker glass ukuran 1 liter berisi air tawar

Dimasukkan garam ASW sebanyak 42 gr ke masing-masing beaker glass

Diaduk menggunakan batang pengaduk pada beaker glass pertama

Diaduk menggunakan magnetic stirrer pada beaker glass kedua

Diukur salinitas dari kedua beaker glass dengan refraktometer

Artificial sea water selesai dengan hasil ….


1. Beaker Glass 1, salinitas 34 ppt
2. Beaker Glass 2, salinitas 34 ppt

Hasil Praktikum

Telah dilakukan sebuah praktikum tentang Artificial Sea Water atau air laut buatan.
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan air laut buatan
dan nilai salinias yang dikandungnya serta mengetahui kegunaan dari artificial sea water. Proses
pembuatan ASW dimulai dengan menyiapkan 2 buah beaker glass guna menjadi wadah dari
aquadest, kemudian dimasukkan garam kedalamnya. Pada beaker glass 1 dilakukan proses
penghomogenan dengan cara diaduk secara manual menggunakan batang pengaduk sedangkan
pada beaker glass 2 dilakukan proses penghomogenan dengan menggunakan magnetic stirrer.
Proses penghomogenan ini dilakukan dengan dua cara yang berbeda karena bertujuan untuk
melihat apakah muncul perbedaan nilai salinitas dari kedua cara tersebut. Berikutnya dilakukan
pengukuran salinitas dari setiap beaker glass dengan menggunakan reflaktometer.
Setelah proses selesai, hasil dari pengukuran salinitas pada ASW didapatkan. Didapatkan
perbedaan dari kedua beaker glass dimana pada beaker glass pertama dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menghomogenkan garam, hal ini karena proses menghomogenkan dilakukan secara
manual. Sebaliknya, proses penghomogenan menggunakan magnetic stirrer berjalan lebih cepat.
Meskipun begitu, dengan dua cara homogen yang berbeda tidak ditemukan adanya perbedaan
salinitas dari kedua ASW yang berada pada dua beaker glass. Kedua ASW memiliki salinitas yang
sama yaitu 34 ppt. Hasil dari salinitas ini membuktikan bahwa pembuatan artificial sea water ini
sangat sesuai dengan sifat atau karakteristik salinitas air laut murni yang telah disebutkan dan
ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, yaitu sebesar 33 – 34 ppt. Hal ini membuktikan
bahwa memang pembuatan artificial sea water akan sama seperti air laut alami, dan ASW akan
sangat membantu dalam berbagai kegiatan penelitian menggunakan air laut.

Referensi :

Spotte, S.1979. Fish and Invertebrate Culture. John Wiley & Sons, Inc. 89-103.

United States Geological Survey. 2016. Citra Satelit Landsat 8 Operational Land Imager kolom
R6. USA: USGS.

Reddy, A.K., Prakash, C., Siniia, P.S.R.K. (1991). Larval rearing of Macrobhacium rosenbergii
(De Man) in artificial sea water. Journal of the Indian Fisheries Association, 21, 1 – 4.

Anda mungkin juga menyukai