Anda di halaman 1dari 15

SSLAPORAN KIMIA LAUT

“SALINITAS”

OLEH:

KELOMPOK 2

NAMA-NAMA

1. SUSI SAMBONU 11. FINGGRY


2. SOPHIA PUSPITA 12. EVA N ISRABIL (201541114)
3. ELSA ERGAWANDA 13. SARI
4. PRISCILIA SOLESALA 14. BEATRIX PERULU (201441)
5. SITI MUNTAMAH 15. SISKA
6. IREN A K TALUPOORU 16. MEIKE L SOLISSA (201441062)
7. WILMINA JALMAV 17. CRISTIANTY SAMADARA (201441
8. FRANS LEREBULAN (2016-41-058) 18. YOLISA
9. AHMAT N FAUZY PAYAPO (2016-41-068) 19. LA UPY TOMIA (201541
10. ZULFIANA RETOB 20. JOSEPH AUGUSTIN (201441007)
21. PETRONELA SARUNING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

2019
SALINITAS

DASAR TEORI

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau,
sungai dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat tersebut deikategorikan sebagai
air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih
dari itu, maka air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3-5%.
Jika lebih daru 5% disebut brine. (Djoko, 2011)

Salinitas suatu kawasan menentukan dominasu makhluk hidup pada daerah tersebut. Suatu
kawasan dengan salonitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat
toleransi spesies tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk
hidup tingkat tinggi yang terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap
salinitas tinggi ( > 5%) adalah mangrove, yaitu antara lain Avicenia. Sedangkan tanaman yang
beradaptasi pada salinitas 0,5 – 5& antara lain Pluchea indica dan Chatarantus sp. (Nybakken,
1992)

Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas :

1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka
rendah kadar garamnya. Penguapan bisa disebabkan oleh panas dari sinar matahari atau
oleh pergerakan angina.
2. Curah hujan, makin besar / banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit / kecil curah hujan yang turun maka
salinitas akan tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut, makin banyak sungai yang bermuara
ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi. (Kasmaji, 2001)

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa
danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut
umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30. Walaupun kebanyakan air
laut di dunia juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk
Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah
di Laut Merah, dimana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tiggi dan sedikit
masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi (Denni,
2011).

Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organic yang berasal dari
organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat di air aut adalah
klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3,69%), kalsium (1,16%), kalium
(1,10%), dan sisanya (kuranf dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromide, asam borak, strontium dan
florida. Tiga sumber utama garam-garam di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas
vulkanik dan surkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.

Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti : densitas.


Kompresbilitas, titi beku dan temperature dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat,
tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak berpengaruh
secara signifikan oleh salinitas. Dua sofat yang sanagat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis (Ariyat, 2005).

Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena mengandun garam,
titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 0℃ (air laut yang bersalinitas 35% titik
bekunya -1,9℃), sementara kerapatannya meningkat sampai titik beku (kerapatan maksimum air
murni terjadi pada suhu 4℃). Sifat ini sangat penting sebagai penggerek pertukaran massa air
panas dan dingin, memungkinkan air permukaan yang dingin terbentuk dan tenggelam ke dasar
sementara air dengan suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas. Sedangkan titik beku
dibawah 0℃ memungkinkan kolom air tidak membeku. Sifat air laut yang dipengaruhi langsung
oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan osmosis.

“Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke
atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya. Sebuah benda yang tenggelam
seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar
dengan berat fluida yang dipindahkan” ( Hukum Archimedes). Besarnya gaya ke atas menurut Hukum
Archimedes ditulis dalam persamaan :

FA= p.g.V

Keterangan :
FA= gaya ke atas (N)

V = volume benda yang tercelup (m3)

P = massa jenis zat cair (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (N/kg)

Hukum ini juga bukan suatu hukum fundametal karena dapat diturunkan dan hukum newton juga.
Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0 dan benda melayang. Bila
FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang. Jika rapat massa fluida lebih kecil dari pada
rapat massa telur maka agar telur berada dalam keadaan seimbang waktu volume zat cair yang
dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume telur. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam
cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang
dipindahkan harus sama dengan volume telur dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih besar dari pada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total
kebawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan akan jatuh tenggelam. Berdasarkan hukum
Archimedes, sebuah benda yang tercelup kedalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi
atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (FA) dari zat cair.

ALAT DAN BAHAN:

Dalam percobaan ini akan di pergunakan beberapa alat dan bahan untuk setiap percobaan:

 Percobaan 2

Alat: Bahan:
- 2 gelas plastic - Air tawar 200 ml
- Sendok - Garam kasar 2 sendok makan
- Freezer
- Stopwatch
- Termometer
- Salimometer

 Percobaan 6

Alat: Bahan:
- 3 gelas plastic - Garam kasar 2 sendok makan
- Sendok - Telur 3 butir
- Air tawar 100 ml
- Air asin 100 ml

PROSEDUR KERJA:

 Percobaan 2
1. Siapkan 2 buahgelasplastikukuransedang.
2. Isi 200 ml air kedalam 2 gelastersebut.
3. Larutkan 1 sendokmakangaramkasarpadasalahsatugelasdantandaidenganhuruf G
padagelastersebut.
4. Ukursuhupadagelas A dangelas G, kemudiandiukursalinitasnyamenggunakansalimometer
5. Masukkankeduagelastersebutkedalammesinpendingin (freezer).
6. Periksagelassetiap 30 menitselama 1 hari. Kemudiantinggalkangelasselama 24 jam.
 Percobaan 6
1. Siapkan 3 buahgelas, garamkasar, air tawar, sampel air lautdan 3 butirtelur.
2. Masukkansampel 100 ml air tawar, air laut, dan air laut. KedalamgelasA (air tawar), gelas B
(air laut)dangelas C (air laut), kemudianmasukkantelurdalamgelastersebut. Amati
keberadaantelurdalamgelastersebut (mengapung, melayang, dantenggelam)
3. Tambahkan 2 sendokmakangaramkasarpadagelas C yang berisi air laut.
4. Amati keberadaantelurpadawadah C (mengapung, melayang, tenggelam)

HASIL PENGAMATAN:

 Percobaan 2

Perlakuan Hasil
1. diisi 200 ml air kedalam 2 gelas tersebut. - Tidak berwarna
2. dilarutkan 1 sendok makan garam kasar pada salah satu - Larutan keruh
gelas dan tandai dengan huruf G pada gelas tersebut.
3. Diukur suhu pada gelas A dan gelas G
- Suhu gelas A:
- Suhu gelas G:
4. Diukur salinitasnya pada gelas A dan gelas G
menggunakan salimometer - Salinitas gelas A: 0
5. Dimasukkan kedua gelas tersebu tkedalam mesin - Salinitas gelas G: 8,9
pendingin (freezer). -
6. Diperiksa gelas setiap 30 menit selama 1 hari. Kemudian
tinggalkan gelas selama 24 jam.

No Suhu (°C) Waktu 30 menit Perubahan


Air tawar Air asin Air tawar Air asin Air tawar Air asin
1 30°C 29°C 0,4% 5,4% Tidak berwarna Keruh
2 15°C 14°C 0,4% 5,5% Tidak berwarna Keruh
3 8°C 7°C 0,4% 5,6% Tidak berwarna Keruh
4 4°C 3°C 0,4% 5,7% Membeku Tidak berwarna
5 5°C 4°C 0,4% 5,8% Membeku Tidak berwarna
6 5°C 4°C 0,4% 5,9% Membeku Tidak berwarna

Pembahasan Percobaan 2

Salinitas merupakan kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Salinitas terbagi menjadi 2
bagian, yaitu : salinitas air dan salinitas tanah. Salinitas air sendiri adalah : tingkat keasinan atau kadar
garam yang terlarut dalam air. Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi salinits air laut, antara
lain :

1. Penguapan
Semakin besar tingkat penguapan air laut disuatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan
sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar
garamnya. Pada percobaan ini hal itu dapat dilihat dari tingkat keasinan air laut tersebut dimana
jika penguapan sering terjadi maka air akan semakin asin. Untuk sampel air tawar pun
mengandung senyawa mineral orgaik, salah satunya ialah garam-garam. Apabila air menguap,
maka endapan pun akan terjadi didasar laut. Jadi semakin garam tersebut mengendap maka air
tersebut akan semakin tawar. Pada hasil pengamatan, salinitas pada air tawar tidak mengalami
perubahan, hal ini disebabkan karena pada air tawar hanya memiliki sedikit kadar garam yang
biasanya kurang dari 0,5 ppt.
2. Pemasukkan air tawar
Semakin banyak air tawar yang masuk, maka kadar air garam akan menjadi rendah. Sama
halnya dengan air laut yang jika pemasukkan air tawar yang banyak atau air laut tersebut
terhubung dengan air sungai maka lama kelamaan kandungan garam akan menurun. Selain dari
air sungai yang bermuara ke laut, air hujan pun juga dapat mengurangi kadar salinitas air laut,
jadi salinitas dapat berkurang karena tercampur dengan air yang berkadar lebih rendah.

Variasi Salinitas air laut dan temperature air laut dapat menyebabkan perbedaan densitas air laut.
Sirkulasi massa air laut yang terjadi karena perbedaan densitas tersebut dikenal dengan “ Sirkulasi
Termohaline”. Siklus Termohaline adalah : gerakan massa air yang terjadi karena perubahan densitas air
laut yang disebabkan oleh perubahan temperature dan salinitas. Sirkulasi termoholine disamudera dapat
terjadi karena peningkatan densitas dilapisan permukaan, baik karena pendinginan maupun karena
pencairan es yang melepaskan garam-garam ke laut. Sirkulasi ini ialah suatu proses konveksi dimana air
dingin dengan densitas tinggi turun dan secara perlahan mengalir ke akuator. Salinitas berperan penting
terhadap siklus termohaline, karena salinitas secara langsung mempengaruhi pergerakan pada kedalaman
air laut. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kadar salinitas di setiap zona kedalaman laut. Air
laut yang bersalinitas tinggi akan bergerak ke kadar air laut bersalinitas rendah. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan densitas air laut. Perbedaan densitas air laut menyebabkan pergerakan
dikedalaman air laut.

Selain mempengaruhi densitas air laut, salinitas juga berpengaruh pada sifat fisik air laut.Sifat
fisik yaitu sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah komposisi atau susunan dari zat tersebut.
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garam, gas-
gas terlarut, bahan-bahan organic dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garam ini
mempengaruhi sifat fisik air laut yaitu :

- Densitas, dimana air bersalinitas tinggi akan bergerak ke kadar air laut bersalinitas rendah.
- Warna, dihasilkan dari penyerapan cahaya yang kemudian direfleksikan, tergantung dari zat-
zat organic maupun anorganikk yang ada. Selain itu warna air laut juga dapat ditentukan oleh
kekeruhan air lautitu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai.
- Tekanan, bergantung pada kedalaman air laut. Jika semakin dalam maka semakin besar
tekanan yang dihasilkan.
- Temperatur
- Salinitas
Dalam percoban kali ini reaksi antara garam dan es batu yang terjadi pada gelas B menimbulkan
penurunan suhu. Dengan demikian reaksi ini termasuk reaksi eksoterm yaitu reaksi pelepasan panas atau
energi. Hal ini terjadi karena titik beku larutan garam lebih rendah dari titik beku pelarut murni.
Penyebabnya, agar larutan garam membeku garam melepaskan panas itu diterima oleh es batu dan
menyebabkan air garam lama membeku. Sementata , airpun mencoba membuang panas yang diterimanya.

Ternyata, bila ke dalam air ditambah dengan garam, maka akan terjadi penurunan titik beku
larutan garam tersebut, sehingga larutan garam akan membeku pada suhu yang rendah . Penjelasan untuk
hal ini didapat bahwa titik beku suatu larutan adalah suhu saat tekanan uapnya sama dengan tekanan uap
pelarutnya. Karena tekanan uap larutan lebih rendah daripada pelarutnya, larutan belum membeku pada
suhu 0*C. Oleh karena itu, suhu harus diturunkan agar larutan dapat membeku. Saat pelarut akan
membeku, penurunan tekanan uap pada pelarut lebih cepat daripada zat cair. Akibatnya, pada suhu di
bawah titik beku pelarut terjadi keseimbangan tekanan uap larutan dengan tekanaan uap pelarut. Saat itu,
pelarut akan membeku sedangkan zat terlarutnya masih dalam fase cair, sehingga larutan menjadi makin
pekat sehingga titik bekunya makin rendah. (Susilowati, Endang.2009:14) Sebuah percobaan sederhana
dapat dilakukan untuk mengetahui efek penambahan garam dalam es batu. Berdasarkan percobaan ini,
diketahui bahwa sebagian es batu mencair. Namun, suhu campuran es dan garam lebih rendah
dibandingkan suhu es murni. Selain itu, dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa semakin banyak garam
yang ditambahkan pada es maka suhu campuran akan semakin rendah. Hubungan massa garam dengan
besarnya penurunan titik beku larutan secara matematis dapat di jelaskan dengan rumus:

/\Tf=m.Kf

Keterangan :

/\Tf merupakan penurunan titik beku.

Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal

m adalah molalitas larutan.

Sementara molalitas=massa zat terlarut/massa relatif zat x 1000/massa pelarut sehingga besar /\Tf
bergantung pada m zat terlarut. (Susilowati, Endang.2009:15) Namun pada kenyataannya, terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhi penurunan titik beku. Salah satunya adalah besar tekanan udara. Proses
pembekuan dengan campuran es dan garam Untuk mengetahui proses pembekuan menggunakan
campuran es batu dan garam, dapat dilhat melalui proses pembekuan yang terjadi dalam pembuatan es
putar.
 Percobaan 6

Perlakuan Hasil
1. Dimasukkan sampel 100 ml air tawar, air laut, dan air - Tidakberwarna
laut. Kedalam gelas A (air tawar), gelas B(air laut)dan
gelas C (air laut). - Larutankeruh
2. ditambahkan 2 sendok makan garam kasar pada gelas C
yang berisi air laut.
3. Dimasukkan telur kedalam masing-masing gelas secara - Gelas A: larutan berwarna dan
bersamaan. telur tenggelam
- Gelas B: larutan berwarna dan
telur tenggelam
- Gelas C: larutan berwarna dan
telur mengapung
4. Diamati keberadaan telur dalam gelas tersebut - Gelas A: telur tenggelam
(mengapung, melayang, dan tenggelam) - Gelas B: telur melayang
- Gelas C: telur mengapung
-

Pembahasan Percobaan 6

Pada percobaan ini didasari oleh Hukum Archimedes“Sebuah benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkannya. Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan
mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang dipindahkan” ( Hukum
Archimedes). Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :

FA= p.g.V

Keterangan :

FA= gaya ke atas (N)

V = volume benda yang tercelup (m3)


P = massa jenis zat cair (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (N/kg)

Hukum ini juga bukan suatu hukum fundametal karena dapat diturunkan dan hukum newton juga.
Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0 dan benda melayang. Bila
FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang. Jika rapat massa fluida lebih kecil dari pada
rapat massa telur maka agar telur berada dalam keadaan seimbang waktu volume zat cair yang
dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume telur. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam
cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang
dipindahkan harus sama dengan volume telur dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih besar dari pada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total
kebawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan akan jatuh tenggelam. Berdasarkan hukum
Archimedes, sebuah benda yang tercelup kedalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi
atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (FA) dari zat cair.

Sebagai mana sesuai dengan hasil yang didapatkan melalui percobaan sederhana dari perendaman
sebuah telur kedalam air tawar, air laut, dan air laut ditambahkan garam maka peristiwa yang terjadi pada
telur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Tenggelam

Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (W) lebih besar
dari gaya ke atas (FA).
Hal ini dialami oleh telur yang direndam kedalam air tawar. Pada saat telur dimasukkan dalam air tak
tawar maka telur tersebut akan tenggelam karena massa jenis telur lebih besar daripada massa jenis air.

W > FA
pb Vb g > pf Vf g
pb > pf
 Melayang

Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (W) sama
dengan gaya ke atas (FA) atau benda tersebut dalam keadaan setimbang

W = FA
pb Vb g = pf Vf g
pb = pf
Hal ini dialami oleh telur yang diredam kedalam air laut. Pada saat telur dimasukan ke dalam sampel ai
laut, maka telur tersebut akan mengapung. Hal ini terjadi karena massa jenis air sama dengan massa jenis
telur. Kadar garam atau salinitas dapat berfungsi untuk memperbesar massa jenis air.

 Terapung

Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (W) lebih kecil
dari gaya ke atas (FA).

W > FA
pb Vb g > pf Vf g
pb > pf
Hal ini dialami oleh telur yang direndam kedalam air laut yang ditambahkan sedikit garam. Pada saat
sampel air laut diberi 2 sendok garam dan diaduk secara perlahan-lahan maka telur itu akan terapung
karena massa jenis air lebih besar daripada massa jenis telur. Hal ini terjadi karena semakin banyak garam
yang diberikan maka salnitas akan meningkat,peningkatan kadar garam tersebut menyebabkan naiknya
massa jenis zat air.
Kesimpulan

 Percobaan 2
Ternyata, bila ke dalam air ditambah dengan garam, maka akan terjadi penurunan titik beku larutan
garam tersebut, sehingga larutan garam akan membeku pada suhu yang rendah

 Percobaan 6
a) Benda tenggelam karena massa jenis telur > massa jenis air.
b) Benda melayang karena massa jenis telur = massa jenis air.
c) Benda terapung karena massa jenis telur < massa jenis air.
d) Garam berfungsi untuk memperbesar massa jenis air dengan begitu semakin banyak garam yang
diberikan maka semakin besar pula massa jenis airnya.
Daftar Pustaka

Ariyat, Deni. 2005. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Press : Jakarta

Denni. 2011. Viskositas Cahaya Matahari Laut. http://wicaksono.blogspot.co.id

Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Kasmaji. 2001. Salinitas Laut. Yudhistrira : Surabaya

Nybakken 1992. Salinitas Air Laut. Erlangga : Bandung

Ariyat, Deni. 2005. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Press.Jakarta

Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Hutabarat,Sahala.1985. Komponen Salinitas. Essis. Jakarta

Kasmaji. 2001. Salinitas laut. Yudhistira. Surabaya

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Nybakken. 1992. Salinitas air laut. Erlangga. Bandung

Romimohtarto, K. dan Juwana, S.2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta :
Djambatan.

Ruwaida. 2000. Estuaria. http//amir.blogspot.com

Safrizal. 1996. Salinitas. http://salinitas.wordpress.com/salinitas/ diakses tanggal 02 April 2019 pukul


15.12 WIB

Setiawan, Agus. 2001. Mikroorganisme laut. UTS-press. Jakarta

Winardhi. 2001. Salinitas air laut.www.oseanografi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 01 april 2019
pukul 23:34 WIB
Dokumentasi

A : air tawar

B : Air laut

C: air laut ditambahkan garam

Proses penuangan air sebnyak


200 mL

Pengukuran salinitas awal


Pengukuran suhu awal

Kondisi air setelah dimasukkan


kedalam frezer

Anggota kelompok

Anda mungkin juga menyukai