Anda di halaman 1dari 10

PENUGASAN KELOMPOK

PERTEMUAN KE III
“ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
FRAKTUR FEMUR 1/3 MEDIAL DEKSTRA”

Dosen Pembimbing

Ns. Dipa Handra, S.Kep

Nama Anggota Kelompok 3:

1. M.Riski Ferdiansyah 21031088


2. Mitha Amalia Rahman 21031099
3. Resy Fahira Elvid 21031100
4. Herna Oktavidewi 21031101

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

2023/2024
A. Asuhan Keperawatan Perioperatif
1. Definisi Asuhan Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan
pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post
operative phase. Masing-masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada
waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing- masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan
dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik
keperawatan.
Askep perioperatif adalah serangkaian tindakan perawatan yang dilakukan sebelum,
selama, dan setelah suatu prosedur operasi atau tindakan medis invasif. Tujuannya
adalah untuk memastikan keselamatan, kenyamanan, dan pemulihan pasien sepanjang
proses perioperatif. Ini melibatkan berbagai aspek perawatan kesehatan, termasuk
persiapan pasien sebelum operasi, perawatan selama operasi, dan pemantauan
pascaoperasi. Berikut adalah beberapa komponen penting dari askep perioperatif:

1. Penilaian Pasien: Evaluasi menyeluruh terhadap kondisi fisik, riwayat medis,


alergi, obat-obatan yang digunakan, serta kondisi sosial dan psikologis pasien.

2. Persiapan Fisik: Menjaga pasien dalam kondisi fisik yang optimal sebelum operasi,
termasuk pengaturan nutrisi, hidrasi, dan perawatan kulit yang baik.

3. Persiapan Psikologis: Memberikan dukungan emosional kepada pasien,


menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, dan mengatasi kecemasan atau ketakutan
yang mungkin dialami pasien.

4. Persiapan Peralatan dan Ruang Operasi: Memastikan semua peralatan medis dan
instrumen yang diperlukan siap digunakan dalam ruang operasi yang bersih dan steril.
5. Pemantauan Selama Operasi: Mengawasi tanda vital pasien, anestesi, dan
pemantauan lainnya selama operasi untuk mengidentifikasi komplikasi potensial dan
menjaga pasien dalam kondisi stabil.

6. Pemulihan Pascaoperasi: Memberikan perawatan pascaoperasi, termasuk


pemantauan tanda vital, manajemen nyeri, perawatan luka, dan rehabilitasi.

7. Edukasi Pasien: Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai


perawatan pascaoperasi, obat-obatan yang harus diminum, serta tanda-tanda yang
perlu diwaspadai.

8. Pencegahan Komplikasi: Mengidentifikasi dan mencegah komplikasi pascaoperasi


seperti infeksi, perdarahan, atau reaksi terhadap anestesi.

9. Koordinasi Tim: Kerja sama antara berbagai anggota tim perawatan kesehatan,
termasuk dokter, perawat, anestesiolog, dan personel lainnya untuk memastikan
perawatan yang terkoordinasi dan efektif.

10. Evaluasi Pemulihan: Memantau perkembangan pasien setelah operasi dan


mengevaluasi hasilnya untuk memastikan pemulihan yang baik.

Askep perioperatif sangat penting untuk mengoptimalkan hasil operasi dan menjaga
keselamatan pasien. Ini melibatkan peran penting dari seluruh tim perawatan
kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien perioperatif.

B. Fraktur Femur
Fraktur femur merupakan rusaknya jaringan atau rusaknya kontinuitas pada tulang paha.
Kondisi dari fraktur femur bisa mengakibatkan fraktur tertutup maupun fraktur terbuka
yang disertai dengan rusaknya jaringan lunak (otot, pembuluh darah, kulit, jaringan saraf)
disebabkan adanya oleh trauma langsung pada bagian paha. Nyeri fraktur merupakan
nyeri akut dan nyeri tersebut dapat menimbulkan perubahan tonus otot, respon autonom
seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau
peningkatan frekuensi nafas. Pengelolaan nyeri fraktur bukan saja merupakan upaya
mengurangi penderitaan klien, tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya. Rasa nyeri
bisa timbul hampir pada setiap area fraktur. Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek
yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan dan dapat
meningkatkan angka.

C. Pembedahan atau Tindakan operasi fraktur


1. Definisi Operasi fraktur
Operasi Fraktur merupakan prosedur bedah yang dilakukan untuk mengatasi patah
tulang (fraktur). Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk memulihkan bentuk dan
fungsi tulang yang rusak, memfasilitasi penyembuhan tulang yang tepat, dan
mengurangi nyeri serta komplikasi yang mungkin terjadi akibat fraktur. Operasi
fraktur biasanya diperlukan dalam beberapa kasus, terutama ketika fraktur sangat
kompleks, terbuka, atau tidak dapat diatasi dengan metode perawatan konservatif
(tanpa operasi).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

GAMBARAN KASUS

Pasien Nn. S, 25 tahun datang ke instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad, Pekanbaru datang dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan dan
tidak dapat digerakkan pasca kecelakaan bermotor sejak 1 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/90 mmHg,
frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit, suhu 36,7 °C, glasgow coma scale (GCS) 15.
Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur dextra didapatkan pada pemeriksaan Look: kulit utuh (tidak
ada luka robek), udem (+) di bagian tengah paha, memar (-), deformitas (+) angulasi, rotasi external dan
pemendekan. Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan di bagian tengah. paha, pulsasi arteri
dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik dan sensibilitas normal. Pemerikaan
Listen: terdengar Krepitasi. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif,
range of motion (ROM) sulit dinilai. Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral
didapatkan fraktur os femur dekstra 1/3 Tengah.

DIAGNOSA MEDIS: FRAKTUR FEMUR 1/3 MEDIAL DEKSTRA.

1.1 Pengkajian

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat digerakkan pasca
kecelakaan bermotor sejak 1 jam yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Yang Diderita Saat Ini

Pasien di diagnosa FRAKTUR FEMUR 1/3 MEDIAL DEKSTRA.

c .Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Tidak Ada
KEADAAN UMUM:

1.Kesadaran : kompos mentis, glasgow coma scale (GCS) 15.

2.TTV : TD 120/90 mmHg,N 98x/menit,RR 24x/menit,S 36,7 °C

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1.Pemeriksaan lokalis pada regio femur dextra didapatkan pada pemeriksaan

Look: kulit utuh (tidak ada luka robek), udem (+) di bagian tengah paha, memar (-), deformitas
(+) angulasi, rotasi external dan pemendekan.

Foot: didapatkan nyeri tekan di bagian tengah. paha, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, capillary
refill time (CRT) kurang dari 2 detik dan sensibilitas normal.

Listen: terdengar Krepitasi.

Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai.

Foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur os femur dekstra 1/3 Tengah.

1.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1. DS : -pasien mengatakan keluhan nyeri pada tungkai Kecelakaan Nyeri akut
bagian kanan dan tidak dapat digerakkan ↓
Do: Tekanan darah: 120/90 Mmhg Nyeri tungkai 1jam yg
-Nadi: 98x/menit lalu
-Rr: 24x/menit ↓
-Suhu: 36,7 C Ektremitas bawah tidak
-Glasglow coma scale (GCS) 15 bisa digerakkan
-Nyeri gerak aktif
-Nyeri gerak pasif
-Range of motion (ROM) sulit dinilai
2. DS : - Ds: -pasien mengeluhkan sulit menggerakkan Nyeri tekan paha Gangguan Mobilitas Fisik
ektremitas ↓
-pasien mengatakan nyeri saat bergerak
Do : Krepitasi terdengar
-Kekuatan otot menurun ↓
-Rentang gerak (ROM) menurun
-Nyeri gerak aktif
-Nyeri gerak pasif, Nyeri gerak aktif dan
-Range of motion (ROM) sulit dinilai pasif

Range of motion (ROM)


tidak ternilai

Fraktur Femur

3. DS : -Pasien mengungkapkan kecacatan bagian tubuh Psikososial Gangguan Citra Tubuh


Do : ↓
-Fungsi / struktur tubuh berubah Perasaan negatif pada
tubuh

Gangguan Citra Tubuh

1.3 Diagnosa Keperawatan

•Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik

•Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan Integritas Struktur Tulang

• Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan Tubuh dan Struktur Tubuh

1.4 Intervensi Keperawatan


NO Diagnosa Kriteria Hasil Rencana Intervensi
1 Nyeri Akut b.d Agen Kontrol Nyeri (L.08063) Menajemen Nyeri (I.082338)
Pencedera Fisik Defenisi :Tindakan untuk Defenisi : Mengidentifikasi dan
(D.007) meredakan pengalaman sensorik mengelola pengalaman sensorik
atas emosional yang tidak yang berkaitan dengan kerusakan
menyenangkan akibat kerusakan jaringan dengan onset mendadak
jaringan. Tindakan
Kriteria Hasil : Obsevasi
-Melaporkan nyeri terkontrol -Identifikasi
meningkat (5) lokasi,karakteristik,intensitas nyeri
-Kemampuan mengenali -Identifikasi skala nyeri
penyebab nyeri meningkat(5) -Identifikasi pengaruh nyeri pada
-Kemampuan menggunakan kualitas hidup
teknik non farmakologis Tarapeutik
meningkat (5) -Fasilitasi istirahat dan tidur
-Kelihan nyeri menurun (5) -Berikan tehnik nonfarmakologis
-Penggunaan analgesic menurun untuk mengurangi rasa nyeri
(5) Edukasi
-Jelaskan penyebab,periode dan
pemicu nyeri
-Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgetik

2 Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik (L.12104) Dukungan Mobilisasi (I.05173)


Fisik b.d Kerusakan Defenisi : Kemampuan dalam Defenisi : Mefasilitasi pasien untuk
Integritas Struktur gerakan fisik dari satu atau lebih meningkatkan aktivitas pergerakan
Tulang (D.0054) ekstremitas secara mandiri fisik.
Kreteria Hasil Tindakan
-Pergerakan ekstremitas Observasi
meningkat (5) -Identifikasi adanya nyeri atau
-Kekuatan otot meningkat (5) keluhan fisik lainnya
-Rentang gerak meningkat (5) -Monitor kondisi umum selama
-Nyeri menurun (5) melakukam mobilisasi
-Kaku sendi menurun (5) Tarapeutik
-Gerakan terbatas menurun (5) -Fasilitasi aktivitas moilisasi
dengan alat bantu
-Libatkan keluarga dalam
meningkatkan pergerakan pasien
Edukasi
-Jelaskan tujuan prosedur
mobilisasi
-Anjurkan melakukan mobilisasi
dini

3 Gangguan Citra Citra Tubuh (L.01001) Promosi Citra Tubuh (I.09350)


Tubuh b.d Perubahan Defenisi : Persepsi tentang Defenisi : Meningkatkan perbaikan
Tubuh dan Struktur penampilan,struktur dan fungsi perubahan persepsi terhadap fisik
Tubuh (D0083) fisik individu pasien
Kriteria Hasil Tindakan
-Verbalisasi kecacatan tubuh Observasi
menurun (1) -Identifikasi harapan citra tubuh
-Menyentuh bagian tubuh berdasarkan tahap prkembangan
menurun (1) -Monitir apakah pasien bisa melihat
-Melihat bagian tubuh menurun bagian tubuh yang berubah
(1) Tarapeutik
-Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
-Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
Edukasi
-Latuh fungsi tubuh yang dimiliki
-jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh.
PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL:

Pasien mengatakan semenjak musibah ini pasien akan lebih berhati-hati dan lebih meningkatkan
ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai