Anda di halaman 1dari 10

FORMAT MAKALAH FT.

MUSKULOSKELETAL I
KASUS FRAKTUR NECK HUMERUS

NAMA : MAGFIRAH
KELAS : III.A/D.IV FISIOTERAPI
NIM : PO714241161024

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2018/2019
FORMAT MAKALAH FT. MUSKULOSKELETAL I
KELAS REGULER

BAB I
PATOLOGI KASUS

A. Definisi Fraktur neck humerus


Fraktur adalah patah dipermukaan tulang baik di korteks atau melalui
permukaan artikularnya (Ebnezar, 2005). Humeri adalah tulang panjang seperti
tongkat yang membentuk struktur lengan atas, sedangkan neck atau leher yaitu
bagian diantara kepala dan ujung atas tulang lengan atas (saputra dan luvina,
2012).

B. Etiologi Fraktur neck humerus


Mekanisme cedera pada fraktur neck humerus terjadi akibat jatuh pada
tangan yang dapat memuntir humerus sehinga menyebabkan fraktur spiral. Jatuh
pada siku saat lengan pada posisi abduksi dapat merusak tulang menyebabkan
fraktur oblik atau melintang (Helmi,2012).

C. Patofisiologi Fraktur neck humerus


Ketika mengalami cedera fragmen, tulang tidak hanya ditambal dengan
jaringan parut, tetapi juga akan mengalami regenerasi secara bertahap. Ada
beberapa tahap dalam penyembuhan tulang yaitu, inflamasi, ploriferasi sel,
pembentukan kalus (osifikasi), dan remodeling (Helmi, 2012)

D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang ditemukan pada pasien post operasi fraktur neck
humeri dengan pemasangan plate and crew yaitu ,
 Nyeri
 Deformitas
 Kekakuan/instabilitas pada sendi
 Pembengkakan/oedema
 Kelemahan otot
 Gangguan atau hilangnya fungsi
 Gangguan senibilitas
BAB II
PEMERIKSAAN/PENGUKURAN FISIOTERAPI MASA REHABILITASI

A. Pemeriksaan Subyektif
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.H
Umur : 31 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : IRT
Alamat :daya, paccerakkang

2. Riiwayat Perjalanan Penyakit


Pada tanggal 30 november 2013 pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas, pasien merasakan nyeri disepanjang lengan kirinya, kemudian
pasien dibawa ke rumah sakit dan dilakukan foto rontgen lalu pasien
opname selama 12 hari. Pada tanggal 4 Desember 2013 dilakukan
operasi pemasangan plat and screw pada bahu kirinya. Setelah keluar
dari rumah sakit pasien menjalani terapi di poli fisioterapi.

B. Pemeriksaan Obyektif
1. Inspeksi
a) Inspekisi statis : kondisi umum pasien baik, terpasang perban yang
menutupi bekas jahitan pada humerus sinistra bagian proksimal,
oedema tidak terlalu nampak, pasien menggunakan arm sling.
b) Inspeksi dinamis : pasien nampak menahan nyeri saat digerakkan
lengan kirinya, dan ketika duduk bahu nampak asimetris.

2. Palpasi
pemeriksaan palpasi didapatkan hasil yaitu :
a) Terdapat nyeri tekan pada deltoid
b) Suhu lokal sama denan suhu tubuh yan sehat
c) Adanya kotraktur pada otot M.teres minor dan M.pectoralis
d) Terdapat spasme pada deltoid

3. Move test
a) Pemeriksaan gerakan aktif
o Fleksi
o Eksteni
o Abduksi
o Adduksi
o Esternal rotasi
o Internal rotasi
b) Pemeriksaan gerakan pasif
o Fleksi
o Ektensi
o Abduki
o Adduksi
o Eksternal rotasi
o Internal rotasi

4. Tes Spesifik/Pengukuran Fisioterapi


a) Pemeriksaan nyeri
Pemeriksaan nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale)
Nyeri Derajat keterangan
nyeri
Diam 1,4 cm Nyeri ringan
Tekan 3,3 cm Nyeri sedang
Gerak 6,5 cm Nyeri sedang

b) Pemeriksaan kekuatan otot


Hasil pemeriksaan kekuatan otot pada bahu
Group otot Kanan Kiri

Fleksor 5 3-
Ektensor 5 3-
Abductor 5 3-
Adductor 5 3-
Internal rotator 5 3-
Eksternal rotator 5 3-

c) Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)


Sendi LGS aktif LGS pasif

S 300-00-600 S 350-00-650
Shoulder F 500-00-100 F 600-00-00
R 300-00-200 R 300-00-200

d) Pemeriksaan aktivitas funtional


Pemeriksaat dilakukan dengan menggunakan spadi indeks
No Jenis aktivitas Nilai

1. Mencuci rambut (keramas) 8


2. Menggosok punggung saat mandi 8
3. Memakai dan melepas kaos 8
4. Memakai kemeja berkancin 7
5. Memakai celana 7
6. Mengambil benda yang ada diatas 8
7. Mengangkat benda berat 6
8. Mengambil benda di saku belakang celana 7
JUMLAH 59
C. Diagnosa Fisioterapi
Adanya keterbatasan gerak dan fungsi pada shoulder bgaian sinistra/kiri

D. Problematik Fisioterapi
1. Impairment
 Adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada gerakan fleksi dan abduksi
bahu
 Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi kearah fleksi dan abduksi
bahu
 Terdapat penurunan kekuatan otot penggerak bahu kiri
2. Functional limitation
 Adanya keluhan-keluhan dalam keseharian pasien seperti toileting,
menggosok punggung saat mandi, berpakaian, dan gerakan lain yang
melibatkan lengan kirinya
3. Disability
 Pasien tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat secara maksimal
BAB III
INTERVENSI FISIOTERAPI

A. Fase Maximum Proteksi/Fase Akut (pilih salah satu)


1. Tujuan
kontrol nyeri/inflamasi, menurunkan bengkak, meminimalkan
efek immobilisasi, mencegah komplikasi vaskular, mempertahankan
kondisi pada area yang sehat.
2. Prosedur Intervensi
a) modalitasnya/teknik manual/latihan
 elektroterapi : infra red (IR)
b) posisi pasien,
 tidur terlentang
c) posisi fisioterapis,
 berdiri disamping fisioterapi untuk memantau proses
penyinaran
d) peletakan tangan fisioterapis,
 fisioterapi memeriksa sensasi kulit kemudian
membersihkan kotoran yang ada pada kulit
e) teknik pelaksanaan,
 upayakan untuk pasien memkai baju yang longgar
agar bagian yang akan disinari mudah dijangkau,
kemudian posisikan pasien senyaman mungkin,
fisioterapis mengatur dosis yang akan di berikan,
jangan menatap langsung sinar ir. Selesai terapi akan
bunyi timer dari alat ir. Jangan berdiri atau duduk tetap
dalam posisi baring untuk mengembalikan aliran darah
ke normal.
f) Dosis
 Time : 30 menit
 Frekueni : 2-3 kali perminggu
 Intensitas : 6 kali terapi
3. Evaluas
Untuk relaksasi otot, kemudian dibandingkan sebelum dan
sesudah pemberian ir.

B. Fase Moderate Proteksi/Fase Intermediate (pilih salah satu)


1. Tujuan
melanjutkan kontrol nyeri/inflamasi/bengkak, memperbaiki/
meningkatkan mobilitas secara progresif, memperbaiki/memulihkan
performa otot secara progresif, memperbaiki ambulasi, melanjutkan
program untuk mempertahankan kondisi pada area yang sehat.
2. Prosedur Intervensi
a) modalitasnya/teknik manual/latihan,
 elektroterapi : transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS)
b) posisi pasien,
 duduk dikursi yang disediakan secara rileks
c) posisi fisioterapis,
 berdiri disamping pasien
d) peletakan tangan fisioterapis,
 fisioterapi memeriksa sensasi kulit kemudian melepaskan
semua pakaian yang menghalangi proses pengobatan.
e) teknik pelaksanaan,
 pertama basahi pad yang akan digunakan, letakkan pad
pada area lengan atas. Setelah selesai tekan tombol
star/stop. Tentukan intensitas. Kemudian tunggu sampai
waktu yang telah ditentukan selesai. Kemudian lepas pad
dari tubuh pasien, lalu matiakan tens.
f) Dosis
 Frekueni : 50-110 pps
 Time : 20 menit
 Intensitas : 50-125
3. Evaluasi
Pemberian modalitas tens kepada pasien bertujuan untuk
menurunkan nyeri baik nyeri tekan maupun nyeri gerak.

C. Fase Minimum Proteksi/Fase Kronik (pilih salah satu)


1. Tujuan
menurunkan nyeri akibat adhesion, meningkatkan ekstensibilitas
struktur lainnya, meningkatkan ambulasi, meningkatkan performa otot
secara progresif dan stabilitas, memperbaiki proprioception dan
koordinasi secara progresif.

2. Prosedur Intervensi sebutkan


a) modalitasnya/teknik manual/latihan,
 terapi latihan : isometric exercise
b) posisi pasien
 tidur terlentan diatas bed secara rileks
c) posisi fisioterapis
 berdiri dibaian belakan/diatas kepala pasien
d) peletakan tangan fisioterapis
 tangan fisioterapis memegang tongkat yang dipegang
oleh pasien
e) teknik pelaksanaan,
 pasien diminta untuk memegang tongkat dengan kedua
tangannya, kemudian fisioterapis memegang tongkat
yang juga dipegang oleh pasien. Fisioterapi
menggerakkan tongkat tersebut kekiri,kekanan, atas,
bawah atau kerah lain.
f) Dosis
 Time : 3x seminggu dengan 5 kali repetisi

3. Evaluasi
Untuk meningkatkan gerakan pada bahu. Setelah diberikan terapi
latihan selama 3 minggu maka intensitas nyeri pasien akan diukur
untuk melihat perbedaan sebelum dan seudah latihan

JENIS KASUS/KONDISI FISIOTERAPI YANG DIPILIH

1. Fraktur clavicula
2. Fraktur fossa glenoidalis
3. Fraktur proksimal humerus
4. Fraktur neck humerus
5. Fraktur shaft humerus
6. Fraktur distal humerus
7. Fraktur condylus humerus
8. Fraktur caput radialis
9. Fraktur olecranon
10. Fraktur shaft radius
11. Fraktur shaft ulna
12. Fraktur distal radius
13. Fraktur distal ulna
14. Barton’s atau Smith’s fracture
15. Fraktur scaphoideum
16. Fraktur styloideus radii
17. Fraktur metacarpal
18. Fraktur phalangeal
19. Fraktur pelvis
20. Fraktur acetabular
21. Fraktur caput femur
22. Fraktur neck femur
23. Fraktur shaft femur
24. Fraktur distal femur (supracondylaris fractures)
25. Fraktur sekitar knee joint
26. Fraktur tibialis plateau
27. Fraktur patella
28. Fraktur shaft tibia
29. Fraktur shaft fibula
30. Fraktur sekitar ankle
31. Fraktur talus
32. Fraktur avulsi tendon peroneal
33. Fraktur calcaneus
34. Fraktur midfoot
35. Fraktur metatarsal
36. Dislokasi anterior shoulder
37. Dislokasi posterior shoulder
38. Dislokasi elbow
39. Dislokasi proximal/distal interphalangeal joint
40. Dislokasi hip
41. Dislokasi knee
42. Dislokasi patella
43. Dislokasi subtalar joint
44. Shoulder arthroplasty
45. Total elbow arthroplasty
46. Wrist arthroplasty
47. Hand arthroplasty
48. Total hip replacement
49. Total knee replacement
50. Total ankle replacement
51. Sternoclavicular joint injuries
52. Ruftur rotator cuff muscles
53. Ruftur caput longum biceps brachii
54. Ruftur ligamen cruciatum anterior
55. Ruftur meniskus knee
56. Ruftur quadriceps dan tendon patellaris

Keterangan : Untuk pemilihan kasus, sebaiknya di undi dengan cara yang jujur. Dalam
pengundian, buatlah kertas sebanyak 56 sesuai jumlah kasus kemudian di undi dengan
cara yang jujur.

Anda mungkin juga menyukai