Anda di halaman 1dari 95

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

UPAYA RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT


BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM
PERJANJIAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(Persero) Tbk. CABANG SURAKARTA

Penulisan Hukum
(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna


Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Ruth Febrianti Hutapea
E0007204

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

UPAYA RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT


BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. CABANG
SURAKARTA

Oleh

Ruth Febrianti Hutapea


E0007204

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juli 2011

Pembimbing

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum


NIP. 196111081987021001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

UPAYA RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT


BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. CABANG
SURAKARTA
Ruth Febrianti Hutapea
NIM.E0007204
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2011

DEWAN PENGUJI

1. Ambar Budhisulistyawati, S.H., M.H : ..................................................


NIP. 195911121983032001
Ketua

2. Djuwityastuti, S.H., M.H. : ..................................................


NIP. 195405111980032001
Sekretaris
3. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum : ..................................................
NIP. 196111081987021001
Anggota

Mengetahui
Dekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum


commit to user
NIP. 195702031985032001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Ruth Febrianti Hutapea


NIM : E0007204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul


UPAYA RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT
BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. CABANG
SURAKARTA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan
hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juli 2011


yang membuat pernyataan

Ruth Febrianti Hutapea


NIM.E0007204

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ruth Febrianti Hutapea, E.0007204. 2011. UPAYA RESTRUKTURISASI


DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DITINJAU DARI
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN PADA PT. BANK TABUNGAN
NEGARA (Persero) Tbk. CABANG SURAKARTA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan


Restrukturisasi Kredit yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk. Cabang Surakarta sebagai upaya dalam penyelesaian kredit bermasalah.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat
deskriptif, mengkaji mengenai pelaksanaan Restrukturisasi Kredit. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Lokasi
penelitian di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Surakarta. Jenis
data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan retrukturisasi kredit
dilakukan berdasarkan pada Peraturan Direksi Bank BTN No. 19/PD/DRPK/1200
tentang Restrukturisasi Kredit dan Penyelesaian Kredit. Pelaksanaan restruturisasi
sendiri dilakukan dengan tahapan berupa permohonan yang diajukan oleh debitur,
analisis data, negosiasi, putusan restrukturisasi, dan kemudian pemgawasan
(monitoring). Pelaksanaan restrukturisasi dilakukan dengan tetap menerapkan
asas-asas umum perjanjian.
Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan restrukturisasi yang
dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Surakarta
adalah keterbukaan antara debitur dengan bank yang belum terjalin, keterbatasan
kemampuan dari petugas pelaksana, dan itikad tidak baik dari debitur.
Penelitian ini kiranya dapat menambah pengetahuan dibidang ilmu Hukum
Perdata khususnya Hukum Perbankan yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
pengembangan pelaksanaan restrukturisasi oleh PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Cabang Surakarta.

Kata kunci : Restrukturisasi Kredit, Perjanjian, Bank Tabungan Negara.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ruth Febrianti Hutapea, E.0007204. 2011.


RESTRUCTURING EFFORTS IN TROUBLED CREDIT COMPLETION
REVISED PRINCIPLES OF CONTRACT LAW AT PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. BRANCH SURAKARTA

This research aims to determine the implementation of restructuring of


credit that undertaken by PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. branch
Surakarta as an effort in the completion of credit crunch.
This is a descriptive empirical law research that describes the
implementation of restructuring of credit. Qualitative approach was applied in this
research. Research sites is at PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Branch
Surakarta. This type of research used primary data and secondary data. The
technique of data collection used in this research was by using qualitative
analysis.
The result of the research the implementation of restructuring of credit is
based on Board Regulation of BTN Number 19/PD/DRPK/1200 Credit
Restructuring and Settlement of Credit. Implementation of retructuring was
carried with petition field by debtor, analysis, negotiation, decision of
restructuring, and monitoring. Implementation of restructuring still apply the
general principles of agreement.
The problem in the implementation of restructuring that undertaken by PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. branch Surakarta is openness has not been
establish between debtor and bank, limited ability of the officers, and bad faith of
debtor.
This research would be able to add knowledge in Civil Law especially
Banking Law which can be used as a reference in the development of
implementation of retructuring by PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
branch Surakarta.

Keywords : Restructuring of credit, Agreement, Bank Tabungan Negara

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“ Takutlah akan Tuhan senantiasa karena masa depan


sungguh ada dan
harapanmu tidak akan hilang”.
(Amsal 23 : 17)

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Yesus Kristus yang
senantiasa mencurahkan berkatnya sehingga Penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “UPAYA
RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT
BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. CABANG
SURAKARTA”. Penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang
harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh
gelar sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis berharap semoga Penulisan Hukum ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum. Penyelesaian Penulisan
Hukum ini tidak terlepas dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I
Penulisan Hukum yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik,
dan motivasi bagi untuk menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
4. Ibu Th. Kussunaryatun, S.H., M.H., selaku pembimbing akademis, atas
nasehat yang berguna selama Penulis menempuh pendidikan di Fakultas
Hukum UNS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam Penulisan
Hukum ini.
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum., dan Mas Wawan
anggota PPH yang banyak membantu dalam Penulisan Hukum ini.
7. Pimpinan Cabang serta Karyawan PT. Bank Tabungan Negara cabang
Surakarta, khususnya Bapak Fariuddin seaku SPV Collection Work Out yang
telah memberikan waktu dan tempat untuk melakukan penelitian dan
wawancara.
8. Papa, Mama, Kak Lidya, Kak Lili dan Hanna dan keluarga besar Hutapea
dan Sitompul atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan
segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
9. Sahabat-sahabat ku Meta, Merlin, Tanty, Shinta, Wahyu ‘del’, Tumar, Tomo,
Siddik, Mamet dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Semua pihak yang ikut dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada


semua pihak, baik untuk akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Juli 2011


Penulis

RUTH FEBRIANTI HUTAPEA

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................... . xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
E. Metode Penelitian .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1.Tinjauan tentang Bank
a. Pengertian Bank ......................................................... 13
b. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank................................... 14
c. Jenis-jenis Bank ......................................................... 16
d. Macam Kegiatan Usaha Bank .................................... 18
2.Tinjauan tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian ................................................. 20
b. Syarat Sahnya Perjanjian............................................ 21
commit to user
c. Asas-asas Umum Hukum Perjanjian .......................... 22

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.Tinjauan tentang Perjanjian Kredit


a. Pengertian Perjanjian Kredit ...................................... 25
b. Unsur-unsur Perjanjian Kredit ................................... 26
c. Jenis-jenis Perjanjian Kredit ...................................... 27
4.Tinjauan tentang Kredit Bermasalah
a. Penggolongan Kualitas Kredit Bank .......................... 28
b. Pengertian Kredit Bermasalah.................................... 29
c. Faktor Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah ...... 30
d. Penyelesaian Kredit Bermasalah ............................... 30
4. Tinjauan tentang Restrukturisasi Kredit........................... 32
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 35
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………….....………… 38
B. Pelaksanaan Upaya Restrukturisasi Kredit yang dilakukan
oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. cabang
Surakarta................................................................................. 50
C. Penerapan Asas-asas Umum Perjanjian pada Pelaksanaan
Restrukturisasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk. cabang Surakarta ........................................................... 67
D. Permasalahan yang Ada Dalam Pelaksanaan Restrukturisasi
Kredit yang Dilakukan Oleh PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. cabang Surakarta dan Bagaimana Upaya
untuk Mengatasinya ............................................................... 72

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan……………………………………………………. 76
B. Saran……………………………………............................... 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model Analisis Interaktif


Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3 : Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara cabang Surakarta
Gambar 3 : Mekanisme Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas


Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dar Bank Tabungan Negara
Lampiran 3 : Peraturan Direksi Bank BTN No. 19/PD/DRPK/1200 tentang
Restrukturisasi Kredit dan Penyelesaian Kredit Perorangan.
Lampiran 4 : Surat Edaran No. 04/DIR/DRPK/2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Direksi Bank BTN No.
19/PD/DRPK/1200
Lampiran 5 : Surat Perjanjian Kredit
Lampiran 6 : Form Permohonan Kredit
Lampiran 7 : Lembar Hasil Wawancara

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang tertuang didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke IV yang menyatakan bahwa tujuan
dari bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Demi terwujudnya tujuan tersebut maka
diperlukan adanya pembangunan nasional yang dilakukan secara menyeluruh
terhadap segala sektor kehidupan yang meliputi kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Pembangunan nasional dimaksudkan agar dapat
membangun masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.
Pembangunan nasional terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang dimaksud salah satunya dapat dilaksanakan lewat sarana yang
telah mempunyai peran strategis dalam pengadaan dana yaitu perbankan.
Seperti berbagai lembaga keuangan yang telah ada, bank merupakan lembaga
yang melakukan kegiatan perekonomian dengan berbagai fasilitas yang
diberikannya. Fasilitas yang diberikan dapat dalam bentuk menghimpun dana
dari masyarakat, menyalurkan dana ke masyarakat dan juga jasa-jasa
perbankan lainnya. Penyaluran dana-dana tersebut harus dapat dilakukan bank ke
bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan. Sesuai
dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang
menyebutkan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatan pemerataan pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional dalam hal ini perbankan Indonesia mempunyai
tujuan yang sangat strategis dan tidak hanya berorientasi ekonomis, tetapi juga
kepada hal-hal non ekonomis seperti masalah stabilitas nasional (Hermansyah,
2005 : 20). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berkaitan dengan upaya peningkatan perekonomian masyarakat, maka


dilaksanakannyalah program-program yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Salah satu bentuk penyaluran dana yang dilakukan oleh bank adalah
dalam bentuk pemberian kredit kepada masyarakat. Kredit yang diberikan oleh
bank kepada pihak yang membutuhkan, merupakan dana yang diperoleh dari
masyarakat. Dari ketentuan tersebut maka dapat terlihat bahwa bank berfungsi
sebagai perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of
founds) dengan pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (Jamal Wiwoho,
2011: 87). Sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan
oleh masyarakat tersebut dan menyalurkan dana tersebut (kredit) berdasarkan
kepada prinsip kehati-hatian. Dan sepatutnya setiap kredit yang disalurkan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pemberian kredit secara benar dan hal ini
dilakukan melalui prosedur penyaluran kredit secara bertanggung jawab.
Sejak kredit dicairkan hingga diselesaikan oleh debitur (Jurnal Ilmiah Vol 6,
No 3, Oktober 2005)
Sebagai salah satu fungsi dalam mencapai pembangunan yang
berkelanjutan, kredit dapat dikatakan mencapai fungsinya, baik bagi debitur
dan kreditur maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa
pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama
memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan
negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi. Kredit dalam
kehidupan perekonomian sekarang mempunyai fungsi :
a) Meningkatkan daya guna uang.
b) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
c) Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
d) Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
e) Meningkatkan kegairahan berusaha.
f) Meningkatkan pemerataan pendapatan (Budi Untung, 2000 : 4)
Pemberian kredit dilakukan dengan suatu perjanjian antara pihak bank
(kreditur) dengan debitur. Perjanjian ini secara langsung memberi kepastian
kepada para pihak selama commit to user perjanjian kredit. Selain itu
berlangsungnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberian kredit yang diberikan oleh bank tentu saja mengandung risiko
sehingga dalam pelaksanaannya bank harus tetap memperhatikan asas-asas
hukum perjanjian dalam perjanjian kredit yang sehat dan juga untuk mengurangi
risiko yang mungkin timbul. Selain itu bank juga harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal agunan, dan prospek usaha dari
debitur. Dengan melakukan penilaian tersebut, setidaknya bank memperoleh
keyakinan yang dapat membantunya dalam memberikan kredit.
Seiring dengan pelaksanaan perjanjian tersebut terdapat debitur yang
melaksanakan kewajibannya dengan baik sehingga kredit berjalan dengan
lancar. Namun ada pula keadaan dimana didalam prakteknya kadang kala
salah satu pihak tidak melakukan atau melanggar apa yang diperjanjikan
dalam perjanjian kredit. Persoalan dalam kredit muncul, ketika para
pengusaha yang memerlukan modal usaha untuk mengembangkan usahanya
mengalami keterlambatan atau kesulitan dalam pembayaran angsuran
kreditnya terhadap pihak bank, sebagaimana jangka waktu pengembalian
kredit yang telah diperjanjikan antara debitur dengan bank.
In general the information that is required to consider the nonpayment
probability is the following one:
1. Characteristics of the credit and Credit attribute
2. Collateral guarantees.
3. Payment history of the analyzed entity (individual or company)
4.Economic background (Salvador Vázquez Pérez Grovas, Journal of
Banking And Finance Universidad Anáhuac del Sur, Mexico,
2000:142).
(Secara umum, informasi yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan
bahwa kemungkinan tidak dibayarnya pinjaman apabila memenuhi
salah satu dari:
1. Karakteristik dari kredit dan pelengkap kredit
2. Jaminan
3. Sejarah pembayaran yang telah dianalisis baik milik pribadi
maupun perusahaan
4. Latar belakang ekonomi (Salvador Vázquez Pérez Grovas, Journal
of Banking And Finance Universidad Anáhuac del Sur, Mexico,
2000:142).

Dalam hal pengusaha atau debitur mengalami tunggakan dalam pelunasan


kredit maka akan terjadi kredit bermasalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Data Bank Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa dari tahun ke


tahun, tampak indikasi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) masih
cukup tinggi. Hingga Maret 2011 jumlah kredit macet perbankan mencapai Rp
31,336 triliun, naik Rp 1 triliun lebih dari posisi Maret 2010 yang sebesar Rp
30,295 triliun. Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL) dari perbankan mencapai Rp 50,969 triliun.
Jumlah NPL ini naik dari posisi Maret 2010 yang sebesar Rp 48,908 triliun.
Rasio NPL perbankan di Maret 2011 mencapai 2,81%. Sepanjang tiga bulan
pertama di tahun 2011, jumlah kredit yang dikucurkan perbankan mencapai
Rp 1.814,846 triliun. Naik dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya Rp 1.456,114 triliun. Dari total kredit di Maret 2011 tersebut,
sebanyak Rp 1.676,714 masuk kategori lancer, sedangkan Rp 10,275 triliun
masuk kategori kurang lancar, kemudian Rp 9,358 triliun masuk kategori
diragukan, dan Rp 31,336 termasuk kedalam kategori macet
(http://www.vibiznews.com/news/bankinginsurance/2011/05/18/kredit-macet-
perbankan-mencapai-rp-31336-triliun).
Untuk mengatasi situasi ini jelas pihak bank tidak akan diam saja.
Karena jelas keadaan ini akan melumpuhkan dunia usaha karena debitur
mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya yang berkaitan dengan
kredit yang diterimanya kepada dunia perbankan. Selain itu kredit bermasalah
juga dapat mengganggu perekonomian nasional. Keadaan ini juga sangat
dapat merugikan pihak bank. Mengingat salah satu peran penting dari
perbankan yang sehat adalah sebagai financial intermediary institution yang
dapat membantu kelancaran system pembayaran nasional yang
mentransmisikan kebijakan moneter.
Sehubung dengan adanya situasi tersebut maka pihak bank melakukan
berbagai upaya penyelesaian dalam beberapa bentuk. Antara lain adalah
persyaratan kembali (Reconditioning), penjadwalan kembali (Rescheduling)
dan juga restrukturisasi kredit (Restructuring). Dalam restrukturisasi kredit,
tindakan ini dilakukan agar pihak bank tidak menderita kerugian yang lebih
besar lagi dan pihak debiturcommit
mamputo mengembalikan
user pinjamannya kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pihak bank sesuai dengan perjanjian yang ada. Upaya ini terutama ditujukan
untuk memperbaiki kualitas kredit perbankan dan mengupayakan pemulihan
kegiatan usaha debitur, sehingga diharapkan debitur mampu memenuhi
kewajibannya kembali. Upaya ini dilakukan pihak bank dengan memberikan
keringanan atau pengurangan syarat-syarat kredit yang telah ditentukan dalam
perjanjian kredit. Dalam pelaksanaan upaya ini maka biasanya akan dihasilkan
perubahan atas perjanjian pokok atau addendum yang membantu debitur
dalam menjalankan kewajibannya, yang dimana dalam pelaksanaan upaya ini
hendaknya tetap berdasarkan kepada asas-asas hukum perejanjian.
Selain itu dalam pelaksanaan upaya restrukturisasi pihak bank maupun
debitur jelas mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat
menghambat jalannya restukturisasi yang dalam hal ini tentu dapat
menyebabkan tingkat NPL tidak menurun.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dari segi sudut pandang
mengenai penyelesaian kredit bermasalah yang salah satu caranya adalah lewat
upaya restrukturisasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk itulah
penulis mengangkatnya dalam suatu penulisan skripsi dengan judul: “UPAYA
RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN KREDIT
BERMASALAH DITINJAU DARI ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. CABANG
SURAKARTA"

B. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang ada supaya nantinya dapat


dibahas lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka
penting bagi penulis untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas
sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah yang dilakukan
oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang
Surakarta sebagai upaya dalam menangani kredit bermasalah?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Bagaimana penerapan asas-asas hukum perjanjian di dalam pelaksanaan


upaya restrukturisasi kredit dalam penyelesaian kredit bermasalah pada
PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang Surakarta?
3. Permasalahan apa yang ada dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit yang
dilakukan oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
Cabang Surakarta dan bagaimana upaya untuk mengatasinya?

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan selalu memiliki tujuan-tujuan


tertentu. Hal ini dimaksudkan agar dapat disajikannya data yang akurat agar
dapat menjawab permasalahan yang ada. Sehingga dari hal tersebut maka
penulis mengkategorikan tujuan penelitian kedalam kelompok tujuan obyektif
dan tujuan subyektif sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan
oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang
Surakarta.
b. Untuk mengetahui penerapan asas-asas hukum perjanjian di dalam
pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam penyelesaian kredit
bermasalah pada PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
Cabang Surakarta.
c. Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada selama proses
retrukturisasi pada PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
Cabang Surakarta dan bagaimana para pihak mengatasi permasalahan
tersebut.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam
penelitian hukum di bidang Perdata pada khususnya di bidang hukum
Perbankan mengenai upaya restrukturisasi dalam penyelesaian kredit
commit to user
bermasalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama


penyusunan penulisan hukum agar dapat memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian adalah menyangkut


kegunaan atau manfaat penelitian, baik kegunaan teoritis maupun praktis.
Berikut ini adalah manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penulisan hukum
ini :

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
hukum pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
litelatur dalam dunia kepustakaan tentang upaya restrukturisasi dalam
penyelesaian kredit bermasalah.
c. Penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun
penelitian sejenis untuk tahap selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
restrukturisasi kredit sebagai salah satu upaya bank dalam
penyelesaian kredit bermasalah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas
rumusan masalah yang sedang diteliti oleh penulis dalam penelitian
ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa


dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang
bertentangan dalm suatu kerangka teori tertentu (Soerjono Soekanto, 2006: 42).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
penelitian empiris. Pada penelitian empiris, maka yang diteliti pada awalnya
adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer
di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2006: 52). Dalam
penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada data primer di lapangan yaitu
di PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-
gejala lainnya,yang dalam hal ini penulis akan memberikan paparan serta
penjelasan lengkap mengenai objek penelitian yaitu resrtukturisasi kredit
sebagai salah satu upaya penyelesaian kredit bermasalah oleh bank pada PT.
BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini berjenis kualitatif,
karena data penelitian ini berupa data kualitatif, yaitu data berwujud uraian,
informasi verbal, pendapat dari responden.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan hukum tentang restrukturisasi kredit sebagai salah
satu upaya penyelesaian kredit bermasalah oleh bank pada PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
pada data primer dan data sekunder. Data primer ini meliputi data yang
diperoleh dengan cara wawancara. Sedangkan data sekunder berupa hasil
penelitian yang berwujud laporan, buku-buku mengenai hukum perdata, buku-
buku mengenai hukum perbankan, publikasi elektronik maupun bentuk- bentuk
lain yang berkaitan dengan penelitian empiris.
6. Sumber Data
a) Sumber Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan yang dilakukan dengan
wawancara sehingga didapatkan keterangan-keterangan dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pihak yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah beberapa pegawai PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
b) Sumber Data Sekunder
Adalah keterangan-keterangan yang bersifat mendukung data primer, yaitu
sumber data yang secara tidak langsung memberi atau menunjang adanya
sumber data primer. Dalam penelitian yang akan dilakukan sumber data
sekunder meliputi buku-buku atau literatur-literatur hukum perdata dan
hukum perbankan, karya tulis ilmiah.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan adalah:
a) Studi Dokumen atau Bahan Pustaka
Tipe data apapun yang akan dikehendaki oleh penulis, maka studi
dokumen atau bahan pustaka yang akan selalu dipergunakan terlebih dahulu
(Soerjono Soekanto,2006: 201). Penulis dapat menggunakan dokumen-
dokumen, peraturan perundangan, buku-buku maupun laporan hasil peneliti
terdahulu yang berisikan penelitian yang pernah dilakukan, karena akan
sangat berguna bagi penulis. Dokumen-dokumen yang diperoleh merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hasil penelitian di PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.


Cabang Surakarta.
b) Wawancara
Adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dan keterangan-keterangan dari responden baik itu
dengan tatap muka ataupun tidak. Penelitian yang dilakukan menggunakan
wawancara secara terpimpin, yaitu wawancara dilakukan berdasarkan pada
pedoman-pedoman dan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelum dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap beberapa
pegawai bank pada PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
Cabang Surakarta.
c) Pengamatan atau Observasi
Penulis akan melihat kenyataan yang terjadi dalam lapangan penelitian,
kemudian dari kenyataan yang ada maka penulis melakukan pengamatan.
Persepsi penulis akan menjadi penafsiran yang dinamakan sebagai fakta.
Fakta merupakan hasil penafsiran terhadap gejala yang diamati penulis.
Penulis harus selalu berpedoman pada kerangka teoritis dan kerangka
konsepsionil yang menjadi dasar penelitiannya (Soerjono Soekanto,2006:
219-220).
8. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian yang dilakukan ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif dengan model analisis interaktif. Dimana
dalam tahap analisis ini ada tiga komponen pokok yang harus diperhatikan.
Menurut Miles & Huberman dalam bukunya Heribertus Sutopo, Tiga
komponen pokok tersebut adalah “data reduction”, “data display”, dan
“conclution drawing” :
a) Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Pada saat pengumpulan data
berlangsung, data reduksi berupa membuat singkatan, coding memusatkan
tema, membuat batas-batas commit to user dan menulis memo. Reduksi data
permasalahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berlangsung secara terus menerus dari tahap awal sampai akhir penulisan
laporan penelitian.
b) Penyajian Data
Adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan informasi ini peneliti dapat
mengerti apa yang terjadi sehingga dapat dianalisa dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan.
c) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan akhir dapat dilakukan ketika pengumpulan
data juga berakhir, dimana pada awalnya sudah ada kesimpulan yang masih
skeptis, namun dengan diperolehnya data-data, keterangan dan informasi
yang kemudian dianalisis maka sedikit demi sedikit jawaban dapat
ditemukan sehinngga dapat ditarik suatu kesimpulan (Heribertus Sutopo,
2002: 91-93).

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:


BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan segi-segi teoritis dari permasalahan yang
akan diteliti, yaitu Tinjauan Umum tentang Bank, Tinjauan
Umum tentang Perjanjian dan Perjanjian Kredit, Tinjauan Umum
tentang Kredit dan Kredit Bermasalah, Tinjauan Khusus tentang
Restrukturisasi Kredit
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian pembahasan
yang menghubungkan data-data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian, yaitu: pelaksanaan restrukturisasi kredit yang
dilakukan oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero)
Tbk. Cabang Surakarta dan penerapan asas-asas umum perjanjian
dalam pelaksanaan upaya restrukturisasi dan yang terakhir adalah
permasalahan apa yang ada dalam pelaksanaan restruktirisasi
kredit yang dilakukan oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(Persero) Tbk. Cabang Surakarta serta bagaimana upaya untuk
mengatasinya.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Bank


a. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
yang dinyatakan dalam pasal 1 angka 2:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari pengertian di atas maka bank merupakan lembaga financial
intermediary yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai menghubung
antara pihak yang mempunyai dana dan pihak yang membutuhkan dana.
Menurut pengertian secara sederhana, bank dapat diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2004: 23).
Berdasarkan beberapa pengertian bank diatas dapat disimpulkan
bahwa bank merupakan perusahaan atau badan usaha yang bergerak dalam
bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah
bidang keuangan. Dan segala kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan
dengan kehidupan perekonomian di suatu negara.
Selain itu bank merupaka lembaga keuangan yang memiliki peranan
sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)
yakni sebagai lembaga yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan (Jamal Wiwoho, 2011:
27). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari pengertian tentang bank tersebut, maka dapat dirumuskan


tentang pengertian hukum perbankan. Menurut Sentosa Sembiring, “hukum
perbankan pada dasarnya adalah serangkaian kaidah-kaidah yang mengatur
tentang badan usaha perbankan. Kaidah-kaidah yang di maksud adalah baik
yang terdapat dalam hukum positif maupun dalam praktek perbankan”
(Sentosa Sembiring, 2000:2). Menurut Hermansyah, “hukum perbankan
adalah keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma-norma tidak
tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses melakukan kegiatan usahanya”. Berkaitan
dengan pengertiaan tersebut, yang dimaksud dengan norma tertulis yaitu
keseluruhan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai bank,
sedangkan norma tidak tertulis yaitu hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang
timbul dalam praktek perbankan (Hermansyah, 2008: 39-40). Jadi dapat
disimpulkan bahwa hukum perbankan yaitu keseluruhan peraturan yang
mengatur tentang perbankan seperti kelembagaan dan kegiatan usahanya.
Dari pengertian bank diatas maka lembaga keuangan bank juga mempunyai
fungsi yang membedakan dengan lembaga keuangan lainnya.

b. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank


Dalam Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, bank mempunyai asas, fungsi dan tujuan sebagai
berikut:
1) Asas
Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
hatian. Menurut penjelasan secara resmi yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Makna dari demokrasi ekonomi oleh ahli ekonomi Universitas Gajah
commit
Mada Mubyarto dirumuskan to user
dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Koperasi merupakan soko guru perekonomian


b) Perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial,
dan yang terpenting adalah moral.
c) Perekonomian Pancasila terdapat hubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga terdapat solidaritas sosial.
d) Nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
e) Tegas dan jelas ada keseimbangan antara perencanaan sentral dengan
tekanan pada desentralisasi.
Sedangkan yang yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian
dalam hal ini adalah mengenai cara dari pihak bank dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya khususnya dalam membuat kebijakan harus
secara cermat, teliti dan profesional. Selain itu juga harus mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku dengan didasari itikad yang baik.
2) Fungsi
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dan
penyalur dana masyarakat ke pihak yang membutuhkan dana (lacks of
funds) sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 3 Undang-
Undang Perbankan.
3) Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat
banyak. Tujuan ini tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga
berorientasi kepada hal-hal nonekonomis seperti masalah stabilitas
politik dan stabilitas sosial (Jamal Wiwoho, 2011: 36-37).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Jenis-jenis Bank
1) Dilihat dari bidang usahanya
Di dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan disebutkan
menurut jenisnya bank terdiri dari :
a) Bank Umum
Di dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Perbankan, yang
dimaksud dengan “Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu-
lintas pembayaran”. Maksud dari usaha perbankan secara
konvensional yaitu usaha bank memberi kredit kepada nasabah baik
perorangan maupun perusahaan, sedangkam maksud usaha perbankan
berdasar prinsip syariah dijabarkan dalam Pasal 1 angka 13 Undang-
Undang Perbankan.
b) Bank Perkreditan Rakyat
Di dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Perbankan, yang
dimaksud dengan ”Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran”. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat lebih
sempit jika dibanding dengan kegiatan bank Umum. Bank Perkreditan
Rakyat hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2) Dilihat dari kepemilikannya
Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam 2 golongan,
yaitu:
a) Bank Milik Pemerintah (Negara)
Bank Milik Pemerintah artinya modal bank yang bersangkutan
berasal dari pemerintah. Seluruh modal bank berasal dari pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Bank Milik Swasta


(1) Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang
ataupun badan hukum Indonesia.
(2) Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimilki oleh warga
negara asing dan/atau badan hukum asing. Dalam hal ini ada
kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara asal
bank yang bersangkutan.
c) Bank Campuran
Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama
oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia.
Kegiatan Bank Campuran memiki tugas yang sama dengan bank
umum lainnya.
3) Dilihat dari segi operasionalnya
Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Bank Devisa
Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan
dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta
asing. Maksudnya bank devisa dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya tranfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers,
cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi
lainnya.
b) Bank Non devisa
Bank Nondevisa adalah bank yang tidak dapat melakukan
usaha di bidang transaksi valuta asing. Jadi usaha Bank Nondevisa
yaitu melakukan transaksi yang masih dalam batas-batas negara.
Dari pembagian jenis-jenis bank tersebut, bank mempunyai
berbagai usaha sebagaicommit to user
lembaga keuangan. Usaha bank erat kaitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan fungsi bank sebagai lembaga financial intermediary (Sentosa


Sembiring, 2000: 3-7).

d. Macam Kegiatan Usaha Bank


Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank juga
melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas
dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah
membeli uang dengan cara menghimpun dana dari masyarakat luas,
kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara
menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman
atau kredit (Kasmir, 2004:39-40).
Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No.10 Tahun 1998
tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum
adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2) Memberikan kredit
3) Menerbitkan surat pengakuan hutang
4) Membeli, menjual, atau menjamin resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
a) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
b) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud.
c) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
d) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
e) Obligasi
commit
f) Surat dagangan berjangka to user
waktu sampai dengan satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g) Instrumen berharga lainnya yang berjangka waktu satu tahun.


5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dan
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11) Dihapus.
12) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat.
13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Bank Indonesia.
14) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud, menurut
Pasal 7 Undang-Undang Perbankan ditentukan bahwa Bank Umum dapat
pula melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank


Indonesia.
3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian


a. Pengertian Perjanjian
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Pasal 1313
menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih. Pengertian perjanjian ini mengandung unsur :
1) Perbuatan, penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang
perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau
tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi
para pihak yang memperjanjikan.
2) Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih. Untuk adanya
suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak. Pihak tersebut
adalah orang atau badan hukum.
3) Mengikatkan dirinya, di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang
diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian
ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya
sendiri.
Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu
persetujuan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Abdulkadir Muhammad,
commitmenurut
2000 : 225). Sedangkan perjanjian to user R.Subekti adalah suatu peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal (R.Subekti, 2002: 1).

b. Syarat sahnya Perjanjian


Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,
perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 1320 KUHperdata yaitu :
1) Adanya kesepakatan
Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan
mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau
kekhilafan mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat
terutama mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan dimana
seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324
KUHperdata) adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan
tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 KUHperdata). Terhadap
perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan
tersebut, dapat diajukan pembatalan.
Dalam membuat perjanjian kredit dapat mendasarkan kepada
ketentuan-ketentuan yang ada pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, tetapi dapat pula mendasarkan kepada kesepakatan bersama,
artinya dalam hal-hal ketentuan yang memaksa diserahkan kepada para
pihak (Muhamad Djumhana, 1996: 385).
2) Cakap untuk membuat perikatan
Pasal 1330 KUHperdata menentukan yang tidak cakap untuk
membuat perikatan adalah:
a) orang-orang yang belum dewasa,
b) mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, anak di bawah
pengampuan, anak belum cukup umur menurut undang yang
mengaturnya
c) orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-
commit to semua
undang, dan pada umumnya user orang kepada siapa undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Akan


tetapi ketentuan ini telah dicabut menurut UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Dimana perempuan di anggap cakap menurut
hukum.
Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah
batal demi hukum (Pasal 1446 KUHperdata).
3) Suatu hal tertentu
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan Jika
tidak maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUHperdata
menentukan hanya barang-barang yang dapat di perdagangkan yang
dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334
KUHperdata barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat
menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang
secara tegas.
4) Suatu sebab yang halal.
Sebab yang tidak halal adalah yang berlawanan dengan undang-
undang kesusilaan dan bertentangan dengan ketertiban umum. Pasal 1335
KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang
halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak
mempunyai kekuatan hukum.

c. Asas-Asas Umum Hukum Perjanjian


Menurut rumusan dan pengertian tentang perjanjian yang telah
diuraikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian dibuat dengan
pengetahuan dan kehendak bersama dari para pihak. Tujuan yang hendak
dicapai adalah menciptakan atau melahirkan kewajiban pada salah satu atau
kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam rangka
menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki oleh
para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat
bagi para pihak, KUH Perdata memberikan beberapa asas umum yang
commit toserta
merupakan pedoman atau patokan usermenjadi batas atau rambu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya
menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan
pelaksanaanya (Kartini Mulyadi, 2002 : 14).
Menurut Kartini Mulyadi di dalam bukunya yang berjudul
“Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian” asas-asas umum yang diatur dalam
KUH Perdata adalah sebagai berikut :
1) Asas kebebasan berkontrak
Dasar hukum dari asas kebebasan berkontrak adalah didalam
pasal 1338 KUH Perdata. Karena banyak perjanjian yang dilakukan di
dalam masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai jual-beli
barang dan jasa atau hutang-piutang dan sebagainya maka orang bebas
mengadakan perjanjian. Pada hakikatnya orang bebas mengadakan
perjanjian apapun bentuknya, apapun isinya, asal tidak dilarang oleh
undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum.
Adanya asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat
dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat
kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan perjanjian apa saja, selama
dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu
yang terlarang (Kartini Muljadi,2002 : 14-47).
2) Asas Konsensualitas
Asas ini memperlihatkan bahwa suatu perjanjian yang dibuat
antara dua orang atau lebih telah mengikat, dan karena telah melahirkan
kewajiban bagi salah satu pihak atau lebih pihak dalam perjanjian
tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau
consensus. Ini berarti pada prinsipnya perjanjian yang mengikat dan
berlaku sebagai perikatan bagi para pihak yang berjanji tidak
memerlukan formalitas.
Ketentuan yang mengatur tentang konsensualitas ini dapat kita
temui dalam rumusan Pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi, “untuk
commit to 4user
sahnya suatu perjanjian diperlukan (empat) syarat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;


b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) suatu hal tertentu;
d) suatu sebab yang halal”.
Dasar dari asas konsensualitas ada pada huruf a pada 4 (empat)
ketentuan diatas yaitu yang berbunyi sahnya suatu perjanjian apabila
terdapat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
3) Asas Personalia
Asas ini dapat diatur dalam Pasal 1315 KUH Perdata yang
berbunyi “pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas
nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya
sendiri”. Rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian
yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek
hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.
Dengan kata lain seorang tidak dapat mengikatkan dirinya untuk orang
lain kecuali ada kuasa untuk itu, jadi suatu perjanjian hanya mengikat
bagi para pihak yang membuatnya bukan orang lain.
4) Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Asas ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan bahwa :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya”.
Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak
melaksanakansesuai ketentuan atau kesepakatan yang ada, maka pihak
lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui
mekanisme dan jalur hukum yang berlaku (Kartini Mulyadi, 2002 : 59).
5) Asas Itikad baik
Asas ini telah disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata. Yaitu kedua belah pihak harus berlaku terhadap yang lain
berdasarkan kepatutan diantara orang-orang yang sopan tanpatipu daya,
commit
tanpa muslihat, dan tanpa to user tidak hanya melihat kepantingan
akal-akalan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diri sendiri. Akan tetapi itikad baik disini bukan hanya sebatas segi
subyektif saja akan tetapi juga melihat dari segi obyektifnya. Maksudnya
disini adalah sebagai sesuatu yang disepakati bersama, pelaksanaan
prestasi dari tiap perjanian harus dihormati sepenuhnya sesuai dengan
kehendak dari para pihak dan juga menggunakannya sesuai dengan
ketentuan yang ada. Itikad baik dari segi obyektif ini dapat dilihat dari
akal sehat, kepatutan, dan keadilan dalam membuat perjanjian (Salim
H.S., 2003:12).

3. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit


a. Pengertian Perjajian Kredit
Perjanjian kredit merupakan salah satu jenis perjanjian yang
ketentuan umum mengenai perjanjian ini didasarkan pada ajaran umum
hukum perikatan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata). Ketentuan umum dalam KUHPerdata tersebut
menjadi dasar atau asas umum yang konkrit dalam membuat semua
perjanjian apapun (Sutarno, 2004: 68).
Kata kredit sendiri berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti
kepercayaan. Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus yaitu
meminjamkan uang (atau penundaan pembayaran). Menurut Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de
contrahendo). Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang
bersifat konsensuil. Inilah yang membedakan antara perjanjian kredit
dengan perjanjian hutang-piutang. Perjanjian hutang-piutang bersifat riil
dimana riil maksudnya adalah perjanjian baru ada setelah uang yang
commit
dipinjamkan dalam perjanjian to diserahkan
kredit user secara nyata pada debitur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Budi Untung, 2000: 29). Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara
pihak kreditur dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit
(akad kredit) secara tertulis.
Dasar dari perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di
dalam KUHPerdata pasal 1754 yang menyatakan :
“perjanjian pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak
yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu
barang-barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa
pihak yang belakang ini akan mengembalikan sejumlah yang sama
dari macam dan keadaan yang sama pula”
Perjanjian pinjam-meminjam ini artinya luas, yaitu bahwa obyeknya adalah
benda yang habis dipakai. Jika dipakai istilah verbruiklening maka termasuk
di dalamnya adalah uang. Oleh karena itu perjanjian kredit termasuk
kedalam perjanjian pinjam-meminjam namun lebih spesifik obyeknya yaitu
uang. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perjanjian kredit adalah
perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
sejumlah uang tertentu dengan syarat dimana pihak tersebut akan
mengembalikan sejumlah uang tersebut atau balas prestasi (kontra prestasi).

b. Unsur-Unsur Perjanjian Kredit


Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam perjanjian kredit adalah
sebagai berikut (Thomas Suyatno, dkk, 1990: 12-13):
1) Kepercayaan yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu te rtentu di masa yang akan
datang.
2) Tenggang waktu yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3) Degree of risk yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari.
4) Prestasi atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
commit to user
juga dalam bentuk barang atau jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Jenis-jenis Perjanjian Kredit


Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat
dari berbagai segi adalah (Kasmir, 2004: 99 -102):
1) Dilihat dari Segi Kegunaan
a) Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan
usaha atau membangun proyek atau pabrik baru di mana masa
pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b) Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan
untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai.
2) Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
a) Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya
kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu
baik barang atau jasa.
b) Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan
jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha.
c) Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3) Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a) Kredit Jangka Pendekcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling
lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b) Kredit Jangka Menengah
Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai
dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c) Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu
diatas tiga tahun atau lima tahun.
4) Dilihat dari Segi Jaminan
a) Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan si calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan
bank yang bersangkutan.

4. Tinjauan Umum Tentang Kredit bermasalah


a. Penggolongan Kualitas Kredit Bank
Istilah penggolongan kredit dalam bagian ini adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan penggolongan kredit berdasarkan
kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas kredit tersebut
(Hermasyah, 2005: 62).

Untuk menentukan suatu kualitas kredit masuk lancar, dalam


perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan bermasalah, dapat dinilai
dari tiga aspek yaitu:
1) Prospek Usaha
commit to user
2) Kondisi Keuangan dan Penekanan Arus Kas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Kemampuan Membayar
Tiga aspek penilaian tersebut merupakan satu kesatuan untuk
menilai kualitas kredit, tidak hanya dari kemampuan membayar saja.
Meskipun kemampuan membayar lancar tetapi kalau prospek usaha tidak
ada maka kredit tersebut dapat dinilai non performing loan. Namun untuk
menilai kualitas kredit dari prospek usaha dan kondisi agak sulit dibanding
menilai kemampuan membayar. Menilai kemampuan membayar lebih
mudah karena ukurannya jelas yaitu :
1) Kredit digolongkan Lancar jika pembayaran tepat waktu, perkembangan
rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai perjanjian kredit.
2) Kredit digolongkan Dalam Perhatian Khusus, jika terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari (tiga bulan).
3) Kredit digolongkan Kurang Lancar, jika terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180
hari (enam bulan).
4) Kredit digolongkan Diragukan, jika terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270
hari (sembilan bulan).
5) Kredit digolongkan Bermasalah, jika terdapat tunggakan pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 270 hari (sembilan bulan lebih) (Jamal
Wiwoho, 2011: 98-99)

b. Pengertian Kredit bermasalah


Setiap bank pasti menghadapi masalah kredit bermasalah atau kredit
bermasalah. Membicarakan kredit bermasalah sesungguhnya membicarakan
resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa bank tidak mungkin terhindar dari kredit
bermasalah (Muhamad Djumhana, 1996: 426).

Pengertian kredit bermasalah itu sendiri adalah kredit yang


diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitur yang
commit to user
bersangkutan (Malayu Hasibuan, 2002: 115). Dalam hal ini mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

arti bahwa suatu keadaan dimana seorang debitur atau nasabah tidak mampu
membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Maka dari itu kredit
bermasalah harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar
dapat dihindari.

c. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kredit bermasalah


Hampir setiap bank mengalami kredit bermasalah alias nasabah
nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Kebermasalahan suatu
fasilitas kredit disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Dari pihak perbankan
Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti baik dalam
mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam
melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Akibatnya apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Kebermasalahan suatu
kredit dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara tidak obyektif.
2) Dari pihak nasabah
Kebermasalahan kredit yang disebabkan oleh nasabah diakibatkan
dua hal yaitu :
a) Adanya unsur kesengajaan. Artinya nasabah sengaja tidak mau
membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan
dengan sendiri bermasalah.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya nasabah memiliki kemauan
untuk membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai
terkena musibah misalnya kebanjiran atau kebakaran (Kasmir,
2004:115).

d. Penyelesaian Kredit bermasalah


Kredit bermasalah merupakan resiko yang terkandung dalam
setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut berupa keadaan dimana
kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Untuk mengatasi kredit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bermasalah pihak bank perlu melakukan penyelamatan bahkan melakukan


penyelesaian sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.
Guna menekan kesulitan seminimal mungkin maka diperlukan
penanganan kredit bermasalah yang tepat. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kredit bermasalah antara lain :
1) Melalui rescheduling (penjadwalan kembali)
Adalah suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap
beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal
pembayaran kembali atau jangka waktu kredit termasuk tenggang,
perubahan jumlah angsuran.
2) Melalui reconditioning (persyaratan kembali)
Yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan
perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran
dan atau jangka waktu kredit saja.
3) Melalui restructuring atau restrukturisasi kredit
Yaitu upaya yang dilakukan bank berupa melakukan perubahan syarat-
syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau
melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit yang masih
menjadi bagian dari perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa
rescheduling maupun reconditioning.
4) Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.
5) Penyitaan jaminan
Merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua hutang-hutangnya (Kasmir, 2004:116-117).
Pihak kreditur memang tidak mutlak untuk menyelesaikan
permasalahan kredit hanya dengan cara-cara diatas saja, melainkan harus
disesuaikan dengan bagaimana bunyi perjanjian kredit yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak tersebut sebelumnya. Agar dalam hal ini, tidak ada
commit to user
pihak-pihak yang merasa dirugikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Tinjauan Umum Tentang Restrukturisasi Kredit


Arti restrukturisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penataan kembali. Restrukturisasi apabila dikaitkan dengan perbankan ialah
penataan kembali mengenai persyaratan kredit atau perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit yang telah dibuat antara pihak Bank dengan debitur.
Perubahan persyaratan kredit ini berupa perpanjangan jangka waktu kredit,
pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian
kredit menjadi perusahaan (Hermansyah, 2005: 71-72).
Sedangkan pengertian restrukturisasi kredit adalah terminologi
keuangan yang banyak digunakan dalam perbankan, yang artinya adalah upaya
perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Restrukturisasi kredit).
Mengenai restrukturisasi ini, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan
khusus, yakni Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 31/150/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998. Menurut Bank Indonesia, restrukturisasi kredit
adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar
debitur dapat memenuhi kewajibannya, yang antara lain dilakukan melalui
tindakan sebagai berikut:
1) Penurunan suku bunga kredit
Penurunan suku bunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi
kredit yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga
dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur
setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding suku bunga yang
ditetapkan sebelumnya.
2) Pengurangan tunggakan bunga kredit
Bentuk restrukturisasi ini diberikan dengan cara mengurangi tunggakan
bunga kredit atau menghapus seluruhnya tunggakan bunga kredit. Debitur
dibebaskan dari kewajiban membayar tunggakan bunga kredit sebagian atau
seluruhnya. Cara ini dilakukan agar debitur memiliki kemampuan kembali
untuk melanjutkan usahanyacommit to user
sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakan untuk membayar hutang pokoknya yang tidak mungkin dihapus


seluruhnya oleh kreditur.
3) Pengurangan tunggakan pokok kredit
Sejumlah pinjaman uang yang diberikan kreditur (bank) kepada debitur
inilah yang disebut pokok kredit. Pembayaran pokok kredit dapat dilakukan
sebagian-sebagian setiap bulan bersamaan dengan pembayaran bunga atau
sekaligus di akhir jangka waktu kredit. Hal ini sesuai kesepakatan yang
tercantum dalam perjanjian kredit. Pengurangan tunggakan pokok
merupakan restrukturisasi kredit yang paling maksimal diberikan bank
kepada debitur karena pengurangan tunggakan pokok biasanya diikuti
dengan penghapusan bunga dan denda seluruhnya.
4) Perpanjangan jangka waktu kredit
Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit
yang bertujuan memperingan debitur untuk mengembalikan utangnya.
Dengan memperpanjang jangka waktu kredit maka kualitas kredit debitur
digolongkan menjadi performing loan (tidak bermasalah) dan dengan
perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk
melanjutkan usahanya.
5) Penambahan fasilitas kredit
Penambahan kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan kembali dan
berkembang yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan
untuk mengembalikan utang lama dan tambahan kredit baru. Untuk
memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan analisa yang cermat,
akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur
karena debitur menanggung utang lama dan utang baru.
6) Pengambil alihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pengambilalihan aset debitur dalam hukum dapat disebut kompensasi atau
perjumpaan utang. Cara ini bank atau kreditur mengambil alih agunan kredit
yang nilai jaminan tersebut dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar
nilai yang diambil, maka terjadilah kompensasi. Dengan kata lain agunan
commit
kredit yang diambil alih oleh bankto user
dibayar dengan menggunakan kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang tertunggak. Dengan demikian agunan kredit menjadi milik atau aset
bank dan utang debitur dinyatakan lunas.
7) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan
debitur.
Konversi kredit menjadi modal dalam perusahaan debitur merupakan salah
bentuk restrukturisasi. Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai
kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur. Mengenai
berapa besarnya nilai saham yang berasal dari konversi kredit tergantung
hasil kesepakatan antara Kreditur dan Debitur. Dengan demikian Bank
memiliki sejumlah saham pada perusahaan debitur dan utang debitur
menjadi lunas (Sutarno, 2004: 267-273).
Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya
untuk menghindari:
1) Penurunan penggolongan kualitas kredit.
2) Peningkatan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPPA).
3) Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual
(http://id.wikipedia.org/wiki/Restrukturisasikredit).
Upaya restrukturisasi ini sebagai upaya membangun kembali
kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian
Indonesia, Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali
perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi.

B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dibawah memberikan gambaran alur berpikir dari
penulis. Dimana BANK TABUNGAN NEGARA sebagai salah satu bentuk
dari bank yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga perbankan yaitu
menyalurkan dana kepada masyarakat sesuai dengan yang terdapat di dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam
menyalurkan dana
kemasyarakat, BANK TABUNGAN NEGARA
commit
memberikan kemudahan kepada to user pada umumnya baik pribadi
masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

maupun badan usaha untuk mendapatkan kesempatan memperoleh dana yang


mereka butuhkan lewat fasilitas kredit yang ada. Tentu saja pemberian kredit
yang dilakukan tetap berdasarkan kepada prosedur yang ada. Hingga timbulah
perjanjian kredit yang dalam hal ini memberikan hak dan kewajiban kepada
para pihak baik debitur maupun kreditur.
Seiring dengan berjalannya perjanjian kredit tersebut dimana para
pihak melaksanakan hak dan kewajibannya yang ada maka kredit tersebut
dapat dikatakan sebagai kredit lancar. Namun apabila salah satu dari pihak
tersebut tidak menjalankan perjanjian atau melanggar ketentuan yang ada
maka hal tersebut akan menyebabkan permasalahan.
Pada kenyataannya, debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya
seperti membayar hutangnya pada waktu yang telah ditentukan atau
melanggar kesepakatan yang ada. Jelas hal ini dapat merugikan pihak bank
selaku pemberi pinjaman. Dan situasi seperti ini disebut dengan kredit
bermasalah yaitu ketidak mampuan pihak debitur untuk mengembalikan
pinjamannya kepada pihak bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Dan dalam penyelesaian kredit bermasalah tersebut, pihak bank memiliki
beberapa penyelesaian antara lain yaitu dengan cara rescheduling,
reconditioning atau restructuring (restrukturisasi). Dari berbagai cara tersebut
biasanya bank melakukan upaya restrukturisasi, hal ini dilakukan karena
adanya pilihan atau alternatif didalamnya. Cara ini dilakukan agar pihak bank
tidak menderita kerugian yang lebih besar dan juga membantu pihak debitur
agar mampu untuk mengembalikan pinjamannya.

Dalam pelaksanaan restrukturisasi yang dilakukan oleh PT BANK


TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk, maka pada akhirnya akan muncul
perjanjian kredit baru atau perjanjian kredit lama yang diperbaharui yang
dapat membantu debitur untuk menjalankan kewajibannya kembali. Maka
dalam hal ini akan muncul perjanjian kredit yang lama, dan akan ada
perjanjian kredit yang baru setelah upaya restrukturisasi dilakukan. Namun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam hal ini, munculnya perjanjian yang baru tetap harus menerapkan asas-
asas perjanjian yang ada seperti perjanjian kredit sebelumnya.

Akan tetapi dalam pelaksanaan penyelamatan kredit bermasalah


dengan upaya restrukturisasi kredit ini tidak menutup kemungkinan akan
munculnya hambatan atau masalah dalam pelaksanaannya. Sehingga ada
baiknya kita mengetahui hambatan apa saja yang di hadapi oleh Bank
Tabungan Negara dalam pelaksanaan upaya penyelamatan ini dan
bagaimanakah Bank mengatasi hambatan tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka permasalahan yang ingin


penulis ketahui jawabannya adalah bagaimana pelaksanaan restrukturisasi
kredit yang dilakukan oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk
dan bagaimana penerapan asas-asas perjanjian dalam pelaksanaan
restrukturisasi di PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

UU NO. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Menghimpun Dana Menyalurkan Dana Memberikan jasa-


jasa perbankan
lainnya
Perjanjian Kredit

Memberikan kredit

Kredit Lancar Kredit bermasalah

Asas-asas Hukum
Perjanjian

Upaya Penyelesaian

Persyaratan Kembali Restrukturisasi Penjadwalan


(Reconditioning) (Restrukturing) Kembali
(Rescheduling)

Problemaatika
dalam Pelaksanaan restrukturisasi kredit
pelaksanaan yang dilakukan oleh Bank
restrukturisasi Tabungan Negara

Perjanjian Kredit Baru

Gambar II. Kerangka Pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.


1. Deskripsi Singkat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Pemerintah Hindia Belanda yang bertujuan untuk membidik
masyarakat agar gemar menabung melalui Koninklijk Besluit No. 27
tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank yang kemudian terus
hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4
(empat) cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Pada tahun
1940 kegiatannya terganggu akibat penyerbuan Jerman atas Netherland
yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang
relatif singkat (rush). Namun demikian keadaan keuangan Postspaarbank
pulih kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada
pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan
mendirikan Tyokin Kyoku sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana
masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses
karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku hanya mendirikan satu
cabang yaitu cabang Yogyakarta.
Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah
memberikan inspirasi kepada Darmosoetanto untuk memprakarsai
pengambilalihan Tyokin Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah
Indonesia dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos.
Darmosoesanto ditetapkan oleh pemerintah Indonesia menjadi Direktur
yang pertaman. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan
penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tetapi
kegiatan Kantor Tabungan Pos adalah tidak berumur panjang, karena
agresi Belanda pada Desember 1946, mengakibatkan didudukinya semua
kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga tahun
commit
1949. Saat Kantor Tabungan Pos to user kembali pada tahun 1949, nama
dibuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kantor Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Pos Republik


Indonesia. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama Bank Tabungan
Pos Republik Indonesia, lembaga ini bernanung di bawah Kementrian
Perhubungan.
Banyak kejadian sejarah yang bernilai sejak tahun 1950 tetapi yang
substantif bagi sejarah bank ini adalah dikeluarkannya UU Darurat Nomor
9 tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama
Postspaarbank In Indonesia berdasarkan staatblant No. 295 tahun 1941
menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari
Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah Menteri
Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih
bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan
sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negra. Nama Bank
Tabungan Negara didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1963 tanggal 22
Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal
25 Mei 1964.
Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik
Negara ditetapkan dengan UU No. 20 Tahun 196 tanggal 19 Desember
1968 yang sebelumnya Bank Tabungan Negaramenjadi BNI unit V. Jika
tugas utama saat pendirian Postspaarbank sampai dengan Bank Tabungan
Negara adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat
melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara
ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama
kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976. Karena
itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992,
yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992
yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum
BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak itu nama BTN menjadi
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan sebutan Bank BTN.
commit
berdasarkan kajian konsultan to user
independen, Price Waterhouse Coopers,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat nomor S-544/M-


MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai
Bank Umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.
2. Sejarah berdirinya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Solo
Slamet Riyadi
BTN Cabang Solo Slamet Riyadi yang diresmikan pada tahun
1990 dimana BTN ini merupakan pecahan dari BTN Yogyakarta. BTN
Cabang Solo Slamet Riyadi beralamat di Jalan Slamet Riyadi Nomor 282
Surakarta. Dari tahun 1990 BTN sendiri telah mengalami perpindahan
tempat sebanyak tiga kali.
Pembukaan kantor Cabang BTN di Jalan Slamet Riyadi didasari
alasan bahwa wilayah tersebut sangat strategis dan potensial bagi jasa
perbankan. BTN Cabang Solo Slamet Riyadi mempunyai tujuan umum
yang sama dengan BTN Pusat, yaitu menunjang program pembangunan
ekonomi nasional dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa
subsidi.

3. Struktur Organisasi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang


Solo Slamet Riyadi
Suatu badan usaha dalam menjalankan fungsinya jelas memiliki
struktur organisasi, begitupula dengan BTN Cabang Solo Slamet Riyadi.
Bank BTN di kantor cabang ini di pimpin oleh seorang Branch Manager.
Dibawahnya terdapat empat sub bagian yaitu Accounting & Control,
Operation, Retail Serice, Spv. Colection Work Out. Dan dari setiap bagian-
bagian tersebut memiliki bagian lainnya, yang untuk lebih lengkap akan
dijelaskan di dalam bagan dibawah ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Branch Manager

BCRO

Retail Operation, Acc. & Collection


Service, SH SH Control, SH Work Out

Staff Staff Staff Legal


Loan Personalia/ Reporting
Service Logistik

Teller Staff Loan Staff


Service Adm. Bookkeeping Kolektif

Customer Staff Tans. Staf


Service Processing Pembinaan

Staff
Kliring

KCP KCP KCP KCP KCP


UNS Sukoharj Klaten Mojosongo Palur
o

Gambar III: Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara Cabang


Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setiap organ tersebut tentu memiliki fungsinya masing-masing.


Berikut adalah fungsi dan tugas masing-masing organ pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Kantor cabang Surakarta:

a. Branch Manager (Kepala Cabang)


Fungsi Branch Manager adalah:
1) Pengembangan Bisnis Cabang
a) Mengelola hubungan dengan nasabah
b) Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang
c) Membimbing kampanye promosi dan upaya-upaya pemasaran
2) Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan
a) Menyusun kebijakan cabang sesuai petunjuk kantor pusat
b) Menetapakan strategi kinerja untuk seluruh unit cabang
c) Membuat perencanaan sumber daya manusia
3) Pengawasan dan Persetujuan Transaksi Bisnis Cabang
Mengambil kepentingan bisnis:
a) Memberikan persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim
b) Memotivasi bawahan dan pekerjaan
b. Accounting and Control Section Head
1) Staff Reporting
a) Bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan untuk
pihak ekstern
b) Bertanggung jawab atas pemantauan laporan keuangan untuk
pihak intern maupun ekstern
c) Bertanggung jawab atas berlangsungnya proses dan analisa
laporan kinerja kantor cabang
2) Staff Bookkeeping
Fungsi staff bookkeeping adalah:
a) Bertanggung jawab atas pemeriksaan kebenaran atas alur
transaksi operasional bank telah sesuai dengan aturan yang
berlaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Bertanggung jawab dalam mengkoordinasi tindak lanjut hasil


pemeriksaan ekstern maupun intern
c) Bertanggung jawab atas kebenaran data-data pada laporan
keuangan
d) Melakukan BI checking terhadap data calon debitur guna
analisis pemberian kredit
c. Retail Service Section Head
1) Staff Loan Service
Tugas dan tanggung jawab staff loan service adalah:
a) Memberikan pelayanan kredit kepada nasabah
b) Memproses permohonan kredit dan menerima kelengkapan
dokumen dari calon debitur serta membuat DUP (Daftar
Usulan Pemohon)
c) Melakukan wawancara kepada calon debitur
d) Menganalisis pemberian kredit
e) Membahas dan mengevaluasi DUP dalam Rapat Komite
Kredit (RKK)
f) Menyelenggarakan realisasi kredit
g) Memproses pelunasan kredit (perhitungan jumlah pelunasan
kredit)
2) Teller Service
Tugas dan tanggung jawab teller service adalah:
a) Melayani setoran tunai angsur kredit pemilikan rumah cabang
sendiri dan cabang lain
b) Melayani penarikan dan setoran tunai tabungan
c) Memelihara rekening giro
d) Melayani pembayaran dan setoran deposito
e) Melayani transaksi giro dan penjemputan uang tunai
f) Mengelola proses kas cabang
g) Melayani kebutuhan nasabah lainnya
commituang
h) Memastikan keaslian to user
tuani yang diterima dari nasabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Customer Service
Tugas dan tanggung jawab customer service adalah:
a) Memberikan pelayanan yang baik dan prima kepada semua
nasabah, baik melalui loket Bank BTN maupun melalui
telepon
b) Memberikan pelayanan tabungan loket cabang dan tabungan
kantor pos
c) Melayani proses pembukaan dan penutupan rekening rupiah
dan valas
d) Melayani pembayaran bunga deposito
e) Membantu nasabah untuk melakukan transaksi dengan benar
seperti menjelaskan mengenai persyaratan, prosedur transaksi,
atau mengisi formulir
f) Melayani nasabah dalam pengajuan keluhan tau komplain dan
mengupayakan penyelesaian terbaik
g) Administrasi transaksi loket
d. Operation Section Head
1) Staf Personalia/Logistik (General Branch Administration)
Tugas dan tanggung jawab staf personalia/logistik adalah:
a) Melakukan manajemen personalia dan administrasi pegawai
b) Memastikan cabang mengikuti kebijakan dan prosedur yang
telah ditetapkan
c) Memproses transaksi secara efisien dan akurat
d) Melakukan logistik, perawatan, dan perawatan gedung
e) Mengelola anggaran cabang
f) Kesekretariatan
2) Staff Loan Administration
Tugas dang tanggung jawab staff loan administration
a) Melakukan survey dan OTS (On The Spot) kepada calon
debitur
b) Apprise commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Dokumentasi dan administrasi dalam proses kredit


d) Melakukan taksasi agunan
e) Memproses pelunasan kredit (pengelolaan dokumen pokok)
3) Staff Transaction Processing
Tugas dan tanggung jawab staff processing
a) Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas operasional Bank
Office (Operation)
b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan mengenai
operasional bank baik intern maupun ekstern
c) Melakukan perawatan software dan hardware
d) Pemrosesan pemindahbukuan
e) Memantau dan menjaga kelancaran operasional mesin ATM
cabang
4) Staff Kliring
Tugas dan tanggung jawab staf kliring adalah:
a) Melakukan proses kliring
b) Bertanggung jawab atas kesuksesan proses kliring di kantor
cabang pembantu
c) Memproses transaksi angsuran KPR (KREDIT PEMILIKAN
RUMAH)
d) Melakukan administrasi transaksi tabungan kantor pos
e) Melakukan pemrosesan transaksi pemindahbukuan
e. Collection and Work Out (CWO)
1) Legal
Tugas dan tanggung jawab bagian legal adalah melakukan
restrukturisasi kredit yaitu:
a) Melakukan upaya hukum guna penyelamatan kredit mulai dari
pemberkasan hingga lelang
b) Memastikan semua langkah penyelesaian kredit bermasalah
sesuai dengan ketentuan bank dan sesuai dengan ketentuan
commit to user
hukum yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Kolektif
Tugas dan tanggung jawab bagian kolektif adalah:
a) Membuat surat konfirmasi atau surat tagihan dan melakukan
penagihan kepada debitur kolektif
b) Melakukan monitoring terhadap pembayaran kredit kolektif
c) Memeriksa hasil entry (posting) transaksi kolektor yang
dilakukan teller/back office
d) Melakukan monitoring dan administrasi data kolektif
e) Melakukan administrasi PPh dan fee kolektor
f) Melakukan koordinasi kepala seksi atau unit kerja yang terkait
dengan pembayaran kolektif
g) Melakukan pembinaan terhadap kolektor bersama debitur
kolektifnya
3) Staf Pembinaan
Tugas dan tanggung jawab staf pembinaan adalah:

a) Membuat kronologis pembinaan berikut rekomendasi usulan


penyediaan kredit kepada atasannya
b) Melakukan negosiasi akhir sebelum eksekusi pemasangan
pleng/stiker berdasarkan keputusan rekomendasi
c) Memberikan usulan alternatif penyelamatan kredit ke bagian
penyelamatan
d) Mengadministrasikan berkas/dokumen yang terkait dengan
pembinaan kredit
e) Membuat laporan proses pembinaan
(harian/mingguan/bulanan) kepada atasan
f) Me-review efektifitas pembinaan wilayah binaannya untuk
pembinaan selanjutnya
g) Melakukan monitor dan tindak lanjut debitur lunas jatuh tempo
tetapi saldo belum nol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Jasa dan Layanan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Solo
Slamet Riyadi
a) Produk Dana
1) Deposito Berjangka
Deposito pada Bank BTN Cabang Solo adalah Deposito Berjangka
Rupiah dan Deposito Berjangka Valas, dimana terdapat pula
Sertifikat Deposito yang dapat dipindah tangankan atau diperjual
belikan.
2) Tabungan
Tabungan yang terdapat di dalam Bank BTN Cabang Solo terdiri
dari beberapa macam anatara lain yaitu Tabungan Batara, e-Batara
Pos, Tabungan Haji Nawaitu, Batara Prima.
3) Giro
Produk ini tersedia dalam 2 (dua) jenis yaitu Giro Rupiah dan Giro
Valas.
b) Produk Kredit
1) Kredit Perorangan
Kredit Perorangan ini terdiri dari beberapa macam antara lain yaitu
KPR Bersubsidi, Kredit Griya Utama, KPR BTN Platinum, KPA,
Kredit Griya Multi, Kredit Ringan Batara, Kredit Pemilikan Rumah
Toko, Kredit Swa Griya, Kredit Swadana.
2) Kredit Umum/ Korporasi
Terdiri dari Kredit Yasa Griya atau Kredit Konstruksi, Kredit Modal
Kerja Kontraktor (KMK-Kontraktor), Kredit Modal Kerja Industri
Terkait dengan Perumahan, Kredit Investasi (KI), Kredit Investasi
(KI) Industri Terkait dengan Perumahan, Kredit Usaha Rakyat
(KUR).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Jasa dan Layanan Bank


1) ATM Batara
Kartu ATM Batara merupakan fasilitas layanan kartu bagi nasabah
Tabungan dan Giro (Rp-Perorangan) di Bank BTN yang
memberikan kemudahan bagi nasabah dalam memenuhi berbagai
macam kebutuhan transaksi melalui mesin ATM seperti tarik tunai,
pembayaran tagihan, dan sebagainya
2) Kiriman Uang
Fasilitas jasa pelayanan Bank BTN untuk pengiriman uang dalam
bentuk rupiah maupun mata uang asing yang ditujukan kepada pihak
lain di suatu tempat (dalam/luar negeri)..
3) Inkaso
Merupakan jasa pelayanan Bank BTN untuk melakukan penagihan
kepada pihak ketiga atas inkaso tanpa dokumen di tempat lain di
dalam negeri. Warkat yang digunakan adalah cek dan bilyet
giro. Jenis Warkat Inkaso:
(a) Warkat Inkaso sendiri adalah warkat yang diterbitkan oleh
Kantor Cabang Bank BTN yang wilayah kliringnya berbeda
dengan wilayah kliring bank pengirim.
(b) Warkat Inkaso Bank lain adalah warkat yang diterbitkan oleh
Bank lain yang wilayah kliringnya berbeda dengan wilayah
kliring bank pengirim.
4) Safe Deposit Box
Sarana penyimpanan barang/surat-surat berharga yang aman dan
terjaga dari resiko kebakaran, kejahatan dan bencana alam dsb.
5) Money Changer
Adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang ingin
menjual atau membeli mata uang asing tertentu, yang mempunyai
catatan kurs pada Bank Indonesia

. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6) Bank Garansi
Merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan
nasabah untuk menjamin resiko tertentu yang timbul apabila nasabah
tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik kepada pihak
yang menerima jaminan.
7) Payment Point
Merupakan fasilitas layanan bagi nasabah untuk memudahkan dalam
membayar tagihan rutin.
8) Real Time Gross Settlement (RTGS)
System transfer dana on-line dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan per transaksi secara individual.
9) Batara Payroll
Merupakan layanan Bank BTN bagi Pengguna Jasa (Perusahaan,
Perorangan, Lembaga) dalam mengelola pembayaran gaji, THR dan
Bonus serta kebutuhan finansial lainnya yang bersifat rutin bagi
karyawan pengguna jasa
10) SPP Online Perguruan Tinggi
SPP Online merupakan layanan Bank BTN bagi Perguruan
Tinggi/Sekolah dalam menyediakan delivery channel menerima
Setoran Biaya-biaya Pendidikan secara online.
11) Western Union
Adalah layanan Kiriman Uang Bank BTN bekerjasama dengan
Western Union secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas
negara atau dalam satu negara.
12) SMS Batara
SMS Batara merupakan fasilitas layanan transaksi perbankan yang
dapat diakses dari handphone. Cukup dengan mengetik SMS ke
nomor 3555,nasabah dapat menikmati kemudahan melakukan
transfer uang, pembayaran tagihan rutin, pembelian voucher isi
ulang, serta transaksi lainnya. Selain menggunakan sms biasa, SMS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Batara juga dapat digunakan melalui menu aplikasi Java yang dapat
diinstall di handphone.

B. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Yang Dilakukan PT. Bank Tabungan


Negara (Persero) Tbk. Cabang Solo Slamet Riyadi
Sebagai suatu badan usaha, Bank senantiasa mengharapkan kredit yang
disalurkan dapat kembali dengan lancar dan menghasilkan keuntungan yang
optimal. Bank juga menyadari adanya resiko timbulnya kerugian dalam
penyaluran kredit tersebut, yaitu apabila kreditnya bermasalah. Udo Broll,
Thilo Pausch and Peter Welzel didalam jurnalnya yang berjudul “Credit Risk
and Credit Derivatives in Banking” menyebutkan bahwa risiko kredit
merupakan salah satu risiko yang paling tua dan penting yang dihadapi oleh
bank sebagai lembaga keuangan. Risiko kegagalan dalam pinjaman pokok
maupun bunga yang dapat membawa dampak menghancurkan pada modal
bank sehingga menyebabkan kebangkrutan. “Credit risk is one of the oldest
and most important forms of risk faced by banks as financial intermediaries.
The risk of borrower default on interest and/or principal carries the otential of
wiping out enough of a bank’s capital to force it into bankruptcy.” (Udo Broll,
Thilo Pausch and Peter Welzel, 2002: 1). Dalam rangka meminimalkan resiko
tersebut, bank dalam menyalurkan kreditnya memegang erat prinsip kehati-
hatian. Salah satu penerapannya adalah bank mengamankan kredit yang
disalurkan dengan meminta agunan dari pihak penerima kredit (debitur).
Namun dalam hal kredit bermasalah itu sendiri pihak bank tidak
langsung memanfaatkan agunan dari debitur tersebut melainkan melakukan
upaya penyelamatan dalam menyelesaikan kredit bermasalah tersebut. Upaya
yang dilakukan oleh pihak bank dapat dalam berbagai cara tergantung kepada
keadaan dari kredit tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak bank tidak
mengalami kerugian yang besar. Namun dalam setiap upaya yang dilakukan
tetap melihat kepada itikad dari Debitur. Apabila Debitur memiliki itikad yang
baik dan peluang usaha yang baik ke depannya maka bank dalam hal ini dapat
commit
melakukan salah satu upaya yaitu to user kredit. Dari beberapa alternatif
restukturisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang ada tampaknya restrukturisasi kredit merupakan alternatif yang banyak


ditempuh bank, termasuk bank yang direkapitalisasi. Dalam hubungan dengan
hal tersebut langkah yang diambil BI untuk membantu proses restrukturisasi
kredit adalah dengan menerbitkan SK Direksi BI No.31/150/KEP/DIR tanggal
12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit dan membentuk Satuan
Tugas (Satgas) Restrukturisasi Kredit (Wahyudi Santoso, 2008: 19).
Pengaturan mengenai restukturisasi sendiri pada Bank Tabungan
Negara Cabang Solo Slamet Riyadi terdapat di dalam Peraturan Direksi Bank
BTN No. 19/PD/DRPK/1200 tanggal 19 Desember 2000 tentang
Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan dan dengan diikuti oleh
Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 04/DIR/DRPK/2000 tanggal 19
Desember 2000 Perihal Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19/PD/DRPK/1200
tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan. Dan didalam PD
No. 19/PD/DRPK/1200 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit
Perorangan ini disebutkan bahwa Restrukturisasi Kredit adalah upaya yang
dilakukan Bank agar Debitur dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana
dituangkan dalam Perjanjian Kredit. Maksud dan tujuan dari restrukturisasi ini
sendiri seperti yang terdapat di dalam Pasal 2 adalah untuk meminimalisasi
kerugian Bank akibat dari kredit yang telah diberikan dengan jalan
mengupayakan penyelesaian masalah kredit yang dihadapi debitur sehingga
pengembalian kewajiban debitur kepada Bank menjadi optimal. Penulis
berpendapat bahwa dengan adanya upaya restrukturisasi maka pihak Debitur
maupun pihak Bank akan terbantu. Karena dalam hal ini Debitur tidak dapat
membayaran angsuran pokok serta bunga tepat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dengan adanya upaya ini maka Debitur akan terbantu untuk dapat
membayar angsuran pokok serta bunga dan juga tunggakan yang ada serta
membantu Debitur dengan usaha yang dilakukannya. Dan untuk pihak Bank,
Bank akan terhindar dari kerugian yang akan timbul apabila Debitur
menunggak sehingga perekonomian bangsa juga akan terhindar dari
permasalahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pelaksanaan restrukturisasi kredit tidak dapat dilaksanakan dengan


begitu saja. Akan tetapi harus mengikuti syarat-syarat yang ada (wawancara
dengan Bp. Fariudin pada tanggal 16 Juni 2011). Seperti yang terdapat di
dalam Pasal 3 PD No. 19/PD/DRPK/1200 tentang Restrukturisasi dan
Penyelesaian Kredit Perorangan bahwa syarat dari restrukturisasi kredit antara
lain adalah:
1. Restrukturisasi dilakukan kepada Debitur yang mengalami kesulitan
melakukan pembayaran angsuran tetapi masih memiliki kemauan yang baik
serta didukung oleh agunan yang handal dan cukup.
2. Restrukturisasi kredit dilakukan kepada Debitur yang saat ini masih lancar,
tetapi diperkirakan kedepannya akan mengalami kesulitan dimasa yang
akan datang.
3. Pemberian restrukturisasi kredit dapat dilakukan maksimal 3 kali atau 3
pola untuk setiap fasilitas kredit yang bersangkutan.
4. Jika restrukturisasi kredit diberikan lebih dari 3 kali atau 3 pola maka kredit
yang bersangkutan diupayakan untuk dilakukan penyelesaian kredit.
Namun dalam hal ini pemberian kredit juga melihat kepada prospek usaha
Debitur kedepannya. Debitur harus memiliki prospek usaha yang baik. Prospek
usaha debitur antara lain dinilai dari :
1. Potensi perusahaan dalam menghasilkan cash flow yang positif.
2. Prospek produksi dan pasar dari produk atau jasa yang dihasilkan masih
cukup baik kedepannya.
3. Peluang peningkatan efisiensi dan daya saing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Surakarta bahwa restrukturisasi yang
dilakukan di bank ini berdasarkan kepada Peraturan Direksi Bank BTN No.
19/PD/DRPK/1200 tanggal 19 Desember 2000 tentang Restrukturisasi dan
Penyelesaia Kredit Perorangan dan dengan diikuti oleh Surat Edaran Direksi
Bank BTN No. 04/DIR/DRPK/2000 tanggal 19 Desember 2000 Perihal
Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19/PD/DRPK/1200 tentang Restrukturisasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyelesaian Kredit Perorangan. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan


upaya restrukturisasi.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan upaya
restrukturisasi kredit adalah:
1. Permohonan dari Debitur
Permohonan dari debitur ini adalah menyangkut permohonan
restrukturisasi dimana permohonan tersebut diajukan oleh debitur secara
tertulis. Debitur mengajukan permohonan tersebut karena atas dasar
kesadaran atau karena kemauannya sendiri disebabkan karena dia tidak
dapat memenuhi kewajibannya beberapa waktu kedepan, sehingga debitur
tersebut melakukan permohonan.
Semua permohonan restrukturisasi kredit diajukan melalui Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu atau Kantor Kas sebagaimana yang
disebutkan didalapm Pasal 22 ayat 1. Kantor Cabang disini maksudnya
adalah Kantor Cabang Bank yaitu unit kerja yang melakukan fungsi dan
tugas Bank di Kantor Cabang. Sedangkan Kantor Kas adalah unit kerja
dibawah kantor cabang yang membantu fungsi dan tugas kantor cabang
yang bersangkutan sebagai mata rantai pelayanan nasabah paling depan.
Menurut Bapak Fariudin, selaku SPV Collection and Work Out
Bank Tabugan Negara Cabang Surakarta bahwa memang dalam
pelaksanaan restrukturisasi harus ada permohonan terlebih dahulu yang
diajukan oleh Debitur. Debitur sendiri yang meminta kepada pihak bank
untuk dilakukannya retrukturisasi kredit. Jadi bank hanya melakukan
restrukturisasi apabila ada permohonan dari Debitur. Namun apabila kredit
yang dialami oleh Debitur sudah dalam level dimana kredit tergolong
bermasalah atau debitur telah menunggak selama berbulan-bulan dan tidak
membayar angsuran pokok maupun bunga serta denda dala beberapa bulan
maka dapat dikatakan bank dapat mengambil langkah retrukturisasi untuk
menyelamatkan kredit tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Analisis Permohonan Debitur atau Verifikasi Permohonan


Setelah ada permohonan yang diajukan oleh Debitur maka
selanjutnya adalah dilakukannya verifikasi dan analisa. Dalam proses ini
pihak bank yang lebih berperan didalamnya. Kredit yang akan
direstrukturisasi harus dianalisis terlebih dahulu berdasarkan prospek
usaha debitur dan kemampuan membayar debitur. Hal ini dilakukan guna
meyakinkan pihak bank bahwa perlu dilakukan restrukturisasi kredit
terhadap perjanjian kredit tersebut sesuai dengan analisis yang dilakukan
yaitu melihat kemapuan membayar kembali debitur dan juga mengetahui
mengenai perilaku debitur baik watak ataupun kepribadian dan juga
perilaku usaha dari debitur.
Analisis dan verifikasi sendiri dilakukan dengan mengumpulkan
berbagai informasi mengenai Debitur antara lain adalah:
a) Data laporan keuangan Debitur.
b) Data agunan dan yuridis. Harus diadakan evaluasi ulang status dan jumlah
nilai jaminan yang diserahkan kepda bank.. Dimana lokasi barang jaminan,
terutama dalam hal jaminan bergerak, harus diteliti kembali, serta kondisi
fisik dari barang jaminan dan juga status dan keabsahan dokumen
kepemilikan barang diteliti kembali.
c) Rencan usah antara lain prospek dan kapasitas dari usaha tersebut.
d) Informasi mengenai manajemen serta organisasi debitur apabila memang
ada.
Maka dari data-data tersebut dilakukan analisa terhadap perjanjian kredit
dari Debitur. Akan tetapi dalam hal analisa ini pun dilakukan wawancara
dengan debitur dengan maksud untuk dapat melihat watak maupun
kepribadian dari debitur sendiri.
Dalam hal wawancara ini sendiri dapat diperoleh informasi antara lain
adalah mengenai:
a) Kondisi Kegiatan usaha yang dibiayai lewat kredit tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Kondisi yang dihadapi oleh Debitur baik dalam hal ini kekutan,
kelemahan, kesempatan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh
Debitur.
c) Prospek usaha Debitur dimasa yang akan datang.
d) Kemampuan finansial dari Debitur sendiri.
Karena dalam penyelamatan kredit bermasalah akan banyak
terdapat pertemuan-pertemuan dan diskusi antara debitur dengan bank.
Dan dari banyak pertemuan tersebut hasil wawancara pada saat analisi ini
merupakan bagian yang memiliki pengaruh besar dalam penyelamatan
kredit bermasalah ini. Dan dalam melaksanakan wawancara ini pihak bank
juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah:
a) Persiapan yang matang, termasuk susunan acara diskusi dan hal-hal
pokok yang akan dibicarakan dalam rangka mendapatkan informasi
dari debitur.
b) Sebaiknya, dalam diskusi tersebut dari pihak bank diwakili oleh dua
orang petugas, salah satu diantaranya adalah analis yang menangani
kredit tersebut, dengan tujuan agar pihak bank tenang dan objektif
dalam melakukan penilaian terhadap sikap dan reaksi debitur.
c) Selama dalam diskusi tersebut, pihak bank harus mengutarakan secara
tegas mengenai apa saja yang diinginkan oleh bank untuk dilakukan
oleh debitur guna memperlancar proses upaya penyelamatan kredit
dan batas waktu penyelesaian tiap hal yang dilakukan itu.
Namun dalam beberapa kasus, ada debitur yang tidak bersedia
untuk mengadakan diskusi dan berusaha menghindari pertemuan dengan
petugas bank. Mereka tidak bersedia membicarakan dengan bank tentang
kesulitan keuangannya, karena mereka takut diminta untuk segera
melunasi kredit yang terutang atau karena mereka tidak jujur dan tidak
bertanggungjawab. Hal tersebut bergantung kepada bagaimana pendekatan
yang dilakukan oleh petugas bank kepada debitur, karena mereka dapat
memutuskan untuk membawa problem operasinal dan keuangannya
commit tokredit
kepada bank lain yang memberikan user kepada debitur yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Oleh karena itu seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa


bank perlu melihat itikad dari debitur itu sendiri dan juga prospek usaha
dari debitur. Dan itikad baik dari debitur dapat dilihat berdasarkan kriteris
seperti dibawah ini:
a) Debitur mempunyai inisiatif dan secara aktif melakukan diskusi atau
negosiasi dengan bank untuk penyelesaian hutangnya.
b) Memberikan informasi secara trasnparan mengenai keadaan usaha dan
keuangannya kepada bank. Pada umumnya debitur enggan untuk
memberitahukan kepada bank mengenai usahanya.
c) Debitur bersedia memikul beban kerugian yang akan ditetapkan dari
hasil diskusi atau wawancara kedepannya.
d) Debitur telah memiliki rencan retrukturisasi atau bersedia
menyampaikannya agar dapat di bahas dengan baik.
Dan dalam hal ini pun prospek usaha debitur juga perlu memiliki kriteria
agar pihak bank yakin untuk melaksanakan penyelamatan ini. Kriteria
penilaan prospek usaha debitur antara lain:
a. Potensi arus kas (net cash flow) positif.
b. Prospek pasar produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya produk yang
dihasilkan oleh perusahaan debitur sudah tidak disukai lagi oleh
konsumen sehingga usaha debitur sudah tidak layak lagi dibiayai.
c. Tenaga kerja yang dipekerjakan. Misalnya tenaga kerja perusahaan
sering melakukan demo terhadap kebijakan manajemen, sehingga hal
tersebut dapat mengancam kelangsungan usaha.
Setelah pihak bank melakukan wawancara dan analisis terhadap
debitur maka setelah itu pihak bank dan debitur dapat bernegosiasi.
3. Negosiasi antara Debitur dengan Bank.
Negosiasi dilakukan dimana debitur menghubungi bank ataupun
sebaliknya bank menghubungi debitur untuk melakukan negosiasi hingga
dapat tercapai kesepakatan antara pihak bank dan debitur untuk memulai
mengadakan penyelamatan dalam penyelesaian masalah kredit yang ada.
Negosiasi yang dilakukan commit to untuk
bertujuan user mencapai kata sepakat sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ditemukan pola yang tepat dalam menyelamatkan kresit bermasalah


tersebut. Negosiasi ini dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan
analisi yang telah dilakukan oleh bank hingga pihak bank dapat
menentukan pola restrukturisasi yang dapat dilakukan, syarat, struktur, dan
tipe kredit.
Setelah negosiasi telah mencapai kata kata sepakat antara bank dan
debitur maka hasil kesepakatan yang ada dibuat usulan secara sistematis
untuk kemudian dimintai persetujuan kepada pejabat bank yang
berwenang. Dan dengan penetapan pola yang telah ditetapkan bank dan
disetujui oleh debitur maka debitur secara tidak langsung memiliki
kewajiban baru untuk dipenuhi antara lain :
a. Debitur berjanji untuk mengungkapkan segala hal-hal yang diperlukan
dalam proses restrukturisasi;
b. Debitur berjanji dan bersedia menanggung beban restrukturisasi.
c. Debitur berjanji untuk melaksanakan jadwal restrukturisasi sesuai
jadwal yang ditetapkan dalam pelaksanaan restrukturisasi dan
melakukannya secara bersama dengan bank ataupun melibatkan pihak
ketiga.
Semua tahapan restrukturisasi kredit harus dituangkan secara tertulis dan
diadministrasikan dengan baik.
4. Putusan Restrukturisasi
Putusan restrukturisasi melibatkan banyak pihak didalamnya. Akan
tetapi yang berhak memutus permohonan restrukturisasi menjadi
wewenang dari direksi. Namun tidak menutup kemungkinan apabila
terdapat pelimpahan wewenang untuk memutus permohonan
restrukturisasi kepada kepala Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian
Kredit (DRPK) dan Kepala Kantor Cabang.
Setelah kesepakatan telah dicapai para pihak maka petugas yang
berwenang mengajukan usulan ke pimpinan. Kemudian pimpinan akan
memutus apakah permohonan restrukturisasi tersebut dapat disetujui atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ditolak berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh pihak bank


sebelumnya.
Dalam hal pelaksanaan restrukturisasi pada Bank Tabungan
Negara Cabang Surakarta ini, pejabat yang berwenang melakukan
restrukturisasi adalah bagian Collection Work Out (CWO) dimana bagian
ini membuat laporan debitur yang akan direstrukturisasi atau dilakukan
penyelamatan kredit kepada Kantor Pusat diwakili oleh Divisi
Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit (DRPK). Pimpinan berdasarkan
atas laporan tersebut dapat memberikan tiga (3) alternatif keputusan
sebagai berikut:
a. Ditolak
Bilamana keputusan ditolak maka Loan Recovery atau unit yang
berwenang seperti Collection Work Out (CWO) bertanggungjawab
terhadap pembinaan dan penyelamatan kredit yang bermasalah
mengirim surat jawaban atau pemberitahuan kepada debitur dengan
suatu alasan penolakan yang jelas.
b. Disetujui atau diluluskan
apabila hasil keputusan rapat pimpinan adalah menyetujui usulan dari
unit yang berwenang, maka unit dimaksud segera:
1) membuat surat pemberitahuan kepada debitur dan dilampiri surat
kesanggupan yang harus diisi dan diserahkan kembali kepada Bank
oleh Debitur. Surat tersebut berisi kesanggupan untuk membayar
angsuran secara tertib dan teratur serta apabila melakukan
wanprestasi sanggupuntuk menerima sanksi yang akan diberikan.
2) jangka waktu pembayaran sisa tunggakan serta denda yang dimiliki
oleh debitur.
c. Disetujui untuk Direkomendasikan
apabila keputusannya adalah disetujui namun permohonan yang ada
melampaui batas kewenangan Kantor Cabang maka segera diusulkan ke
Kantor Pusat untuk diberikan saran atau pendapat dan bukti sebagai
pendukung yang cukup.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keputusan restrukturisasi kredit yang telah dicapai kemudian harus


dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis yang merupakan addendum dari
perjanjian kredit sebelumnya dan didokumentasikan dengan baik agar
memudahkan dalam melakukan evaluasi apabila dalam perjalanan kredit
selanjutnya timbul permasalahan kembali. Dan keputusan restrukturisasi
tersebut harus didasarkan kepada kesediaan atau kesepakatan dari debitur
dalam bentuk jawaban tertulis atau yang dipersamakan dengan itu atas
surat persetujuan restrukturisasi yang ada.
Keputusan yang telah ada kemudian di dokumentasikan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Dokumentasi kredit merupakan bagian
penting dalam proses restrukturisasi sehingga dokumentasi harus
dilakukan denga baik, tertib, dan lengkap. Dokumentasi ini terdiri dari
dokumen-dokumen yang dihasilkan selama proses permohonan
restrukturisasi hingga disetujui oleh pimpinan. Kemudian diterbitkan surat
pemberitahuan kepada para pihak yang terlibat yaitu Debitur, Loan
Recovery atau pejabat yang berwenang, serta pihak lain yang terlibat.
Selain itu setelah adanya keputusan maka perjanjian restrukturisasi
kredit ini dibuatkan suatu perjanjian addendum dimana perjanjian ini tetap
tidak terpisahkan atau menjadi satu kesatuan dengan perjanijian semula
sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. Isi dari perjanjian restrukturisasi
kredit ini mengacu pada putusan restrukturisasi kredit yang telah
dilakukan sebelumnya antara pihak bank dengan debitur berdasarkan hasil
negosiasi antara kedua belah pihak tersebut. Addendum ini kemudian
ditandatangani oleh Debitur apabila Debitur telah menyetujui dengan pola
yang diambil serta keputusan yang telah ada. Setelah adanya persetujuan
dan kesepakatan antara pihak bank dan debitur maka kemudian pihak bank
mengadakan perubahan master.
5. Monitoring atau Pengawasan
Pelaksanaan restrukturisasi yang dilakukan oleh bank kepada
debitur yang mengalami masalah harus disertai dengan monitoring atau
commit tosecara
pengawasan dan juga pembinaan user ketat agar performance kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak memburuk kembali. Pengawasan ini juga bertujuan untuk


memastikan bahwa restrukturisasi yang telah dilakukan tetap
memperhatikan ketaatan terhadap jadwal, ketaatan terhadap pelaksanaan
dan ketaatan terhadap konsekuensi atas adanya suatu pelanggaran.
Kegiatan monitoring kredit. Minimal mencakup kegiatan-kegiatan:
a. Monitoring jadwal pembayaran, perkembangan usaha, pelaksanaan
rencana kegiatan dan kemungkinan pembayaran kembali oleh debitur
yang mana kegiatan ini dilakukan minimal sekali dalam sebulan;
b. Monitoring terhadap dokomen-monitoring yang telah dan akan jatuh
tempo, pelaksanaanyan minimal dilakukan sekali dalam sebulan;
c. Peninjauan lokasi usaha dan jaminan;
d. Mewajibkan debitur untuk menyampaikan laporan keuangan yang
dilengkapi dengan rasio-rasio keuangan pokok yang diperlukan dalam
analisa kredit;
e. Evaluasi masing-masing debitur yang dilakukan setiap triwulan, guna
menghitung kembali kerugian yang mungkin timbul akibat perbedaan
antara proyeksi dengan realisasi mengenai angsuran pokok dan bunga.
Sehingga dari tahapan-tahapan yang telah dijabarkan diatas, maka
restrukturisasi kredit yang dilaksanakan oleh BTN Cabang Slamet Riyadi
Surakarta dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Permohonan Restrukturisasi Analisis oleh Pihak


Kredit Dari Debitur Bank

Negosiasi antara Pihak


Bank dan Debitur

Putusan Restrukturisasi
Kredit

Persetujuan Debitur atas Putusan


Restruktutisasi

Perjanjian Restrukturisasi Kredit


(Addendum)

Monitoring atau Pengawasan


Pelaksanaan Restrukturisasi

Gambar IV: Proses Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit pada Bank BTN


Cabang Surakarta

Dari bagan diatas maka dapat dijelaskan bahwa restrukturisasi kredit


pada awalnya dapat terlaksana karena adanya permohonan dari Debitur kepada
bank karena debitur tersebut merasa kemampuannya untuk membayar
kreditnya menurun sehingga Debitur meminta untuk dapat diambil langkah
restrukturisasi. Sehingga diharap dengan adanya retrukturisasi kredit ini
Debitur yang mengalami kesulitan bisa mendapatkan keringanan. Selanjutnya
permohonan yang diajukan oleh Debitur di analisa oleh pihak bank. Dalam
proses ini pihak bank tidak hanya mengumpulkan data-data berupa dokumen
saja tetapi juga melakukan wawancara dengan Debitur yang mengajukan
commit to user
permohonan. Setelah data-data yang dibutuhkan untuk meyakinkan ihak bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa Debitur tersebut memang membutuhkan upaya ini maka diadakan


negosiasi untuk menentukan pola restruktutisasi kredit apa yang akan diambil
serta konsekuensi dari upaya ini kepada Debitur agar Debitur mengetahui apa
saja kewajiban baru yang harus ditanggungnya.

Selanjutnya pejabat bagian Loan Recovery atau Collection Work Out


menyampaikan permohonan tersebut ke kepala pimpinan yang kemudian
pimpinan yang berwenang memutus apakah permohonan restrukturisasi
tersebut dapat disetujui atau ditolak. Apabila permohonan disetujui maka
disampaikan surat edaran kepada debitur dan pihak bank. Yang kemudian
Debitur menandatangani kesepakatan atas permohonan restrukturisasi
kreditnya yang telah disetujui. Atas persetujuan tersebut maka pihak bank
membuat dokumen atas perubahan perjanjian sebelumnya yang disebut dengan
Addendum. Yang kemudian pihak bank merubah master dari perjanjian kredit
yang ada.

Setelah restrukturisasi mulai dilaksanakan, pihak bank tidak hanya


tinggal diam saja. Tetapi Bank juga melakukan monitoring atau pengawasan
kepada Debitur agar tidak terulang kembali masalah yang sama atau
penyalahgunaan kesempatan oleh Debitur sehingga tidak merugikan pihak
Bank lagi.

Apabila restrukturisasi kredit telah dilaksanakan bukan berarti kredit


yang tadinya tergolong kedalam kredit yang bermasalah langsung berubah
statusnya setelah restrukturisasi dilaksanakan sepenuhnya menjadi kredit yang
tergolong lancar. Penggolongan kualitas kredit setelah dilakukan restrukturisasi
kredit ditetapkan sebagai berikut:
a. Setinggi-tingginya Kurang Lancar (KL) untuk kredit yang sebelum
dilakukan restrukturisasi kredit tergolong Diragukan (D) atau Macet (M).
b. Kualitas tidak berubah untuk kredit yang sebelumnya dilakukan
restrukturisasi kredit tergolong Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus
(DPK) atau Kurang Lancarcommit
(KL). to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Bank BTN sesuai Surat


Edaran No. 04/DIR/DRPK/2000 tanggal 19 Desember 2000 Perihal Petunjuk
Pelaksanaan PD No. 19/PD/DRPK/1200 tentang Restrukturisasi dan
Penyelesaian Kredit Perorangan yang pelaksanaannya di lapangan antara lain
dapat dalam beberapa pola. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
tahapan-tahapan pelaksanaan upaya restrukturisasi bahwa terdapat tahapan
dimana pihak bank bernegosiasi dengan debitur untuk menentukan pola apa
yang cocok untuk menyelesaikan kreditnya. Pola-pola tersebut antara lain
berupa:
1. Penjadwalan Ulang
Merupakan peetapan kembali jangka waktu kredit dan jumlah
angsuran bulanan atas sisa kredit dan atau penetapan pembayaran
angsuran atas tunggakan angsuran yang ada dari kredit bermasalah dan
atau mempunyai potensi bermasalah. Penjadwalan ulang (PUL) ini
dilakukan kepada debitur yang menungak di atas 6 (enam) bulan dan atau
yang berpotensi bermasalah yang menunjukkan itikad baik untuk
menyelesaikan tunggakan yang ada, khususnya debitur yang tidak mampu.
PUL terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu :
a. Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP)
PUSP dilakukan dengan cara jumlah pokok kredit jatuh tempo sisa
tahun ini dan pokok belum jatuh tempo ditambah dengan pokok kredit
tertunggak dan kemudian dijadwalkan kembali. Syarat dalam
pelaksanaan PUSP adalah tunggakan bunga dan denda yang ada harus
dilunasi terlebih dahulu.
1) PUSP I : dimana masa angsurannya tetap sama dengan ketentuan
pada Perjanjian Kredit sehingga menyebabkan nilai angsurannya
menjadi lebih besar.
2) PUSP II : dimana masa angsurannya ditambah sehingga menjadi
lebih panjang dari ketentuan sebelumnya. Maksudnya adalah untuk
menekan nilai angsurancommit
supaya to userterlalu besar.
tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) PUSP III : pada pola ini dilakukan pada debitur yang belum
bermasalah namun atas keinginan dari debitur untuk dilakukan PUSP
karena mengingat akan kemampuan dimasa yang akan datang
mengalami penurunan, sehingga masa angsuran diperpanjang dan nilai
angsuran menjadi lebih kecil atau mengalami peningkatan kemampuan
sehingga masa angsuran diperpendek.
b. Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST)
Pelaksanaannya adalah dengan sisa tuggakan yang ada dijadwalkan
kembali dan dibayar secara angsuran, sedangkan sisa saldo pinjamam
pokok kedit tetap berjalan sesuai Perjanjian Kredit, sehingga pada
akhirnya debitur memiliki 2 macam angsuran yaitu angsuran reguler
dan angsuran tunggakan. Dalam hal PUST, terdapat syarat khusus yaitu
denda yang adaharus dilunasi terlebih dahulu.
2. Penundaan Pembayaran Angsuran (Grace Period)
Penundaan pembayaran angsuran merupakan keringanan yang
diberikan Bank kepada debitur dengan cara menangguhkan pembayaran
atas sejumlah nilai angsuran bulanan, baik pokok maupun bunga, untuk
jagka waktu tertentu. Grace Period dilakukan pada awal kredit dan
pertengahan kredit. Karakteristik dari Grace Period antara lain adalah:
a. Untuk Grace Period angsuran dan Grace Period pokok, komponen
pokok dapat ditagih secara khusus karena tidak diatur.
b. Komponen pokok dalam angsuran yang diberi fasilitas ini akan
disesuaikan oleh sistem pada proporsi pokok dan bunga.
c. Komponen GP yang bisa diatur pembayarannya adalah bunga.
d. Kolektibilas selama GP adalah kolektibilitas terakhir yang sifatnya
tetap selama periode GP.
3. Pengurangan Tunggakan Bunga dan /atau Denda
Pengurangan tuggakan bunga adalah pemberlakuan kewajiban
pembayaran dibawah jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total
pembayaran tunggakan bunga yang belum dipenuhi. Sedangkan
pengurangan denda adalahcommit to user kewajiban pembayaran dibawah
pemberlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total pembayaran denda yang
belum dipenuhi.
Langkah ini diberikan kepada debitur yang mengalami ketidak
mampuan untuk membayar tunggakan baik disebabkan karena adanya
bencana alam maupun keluarga debitur yang mengalami musibah sehingga
memerlukan biaya ekstra. Pemberian keringanan ini diberikan sesuai
dengan perhitungan matrik sebelumnya dan debitur yang akan diberikan
keringanan belum pernah mendapatkan keringanan tunggakan bunga dan
/atau denda sebelumnya sehingga debitur hanya berhak mendapatkan
keringanan sebanyak 1 (satu) kali.
4. Pengambilalihan Aset Debitur dan /atau Agunan Kredit (Set Off)
Pengambilalihan aset debitur atau agunan kredit merupakan
pengalihan atau konversi kredit (aktiva produktif) menjadi aset bank
(aktiva lain-lain). Agunan kredit atau aset debitur yang diambil alih oleh
bank dalam hal ini adalah agunan yang telah diikat oleh bank maupun
yang belum diikat oleh bank sepanjang dokumen bukti kepemilikan atau
sertifikat telah ada.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di lapangan
(wawancara dengan Bapak Fariudin selaku SPV Collection and Work Out
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta, tanggal 30 Mei 2011, pukul 10.30), bahwa dalam hal ini pihak
dari Bank BTN sendiri jarang untuk melakukan jenis restrukturisasi ini.
Karena dalam hal ini apabila pihak bank melakukannya maka akan
menghambat dari kinerja debitur sendiri karena aset yang dimiliki oleh
debitur menjadi aset bank yang dimana aset tersebut menunjang usaha dari
debitur itu sendiri dan memiliki peranan yang penting dalam usaha debitur
sehingga menyebabkan debitur semakin menurun kemampuannya untuk
melunasi kreditnya. Sedangkan unuk pihak bank aset itu tidak terlalu
bermanfaat. Sehingga pihak Bank BTN jarang untuk menggunakan
langkah Pengambilalihan Aset Debitur dan /atau Agunan Kredit (Set Off)
ini dan melihat kepada rasacommit to user juga.
kemanusiaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Penurunan Suku Bunga Kredit


Penurunan suku bunga kredit adalah pemberlakuan suku bunga
kredit dibawah ketentuan suku bunga yang berlaku, dimana suku bunga
menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini berlaku. Penurunan suku
bunga ini diberikan dengan jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh
Bank.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di lapangan
(wawancara dengan Bapak Fariudin selaku SPV Collection and Work Out
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta, tanggal 16 Juni 2011, pukul 11.20), dalam hal penurunan suku
bunga ini sebenarnya suku bunga tidak dapat diturunkan akan tetapi yang
diturunkan adalah nominalnya saja namun besar dari bunganya tetap sama.
6. Pengurangan Tunggakan Pokok
Pengurangan tunggakan pokok kredit adalah keringanan yang
diberikan bank kepada debitur untuk membayar tuggakan pokok kredit
kurang dari atau lebih kecil dari tunggakan pokok kredit yang seharusnya
dibayar. Akan tetapi pemberian pengurangan tunggakan pokok ini hanya
dapat diberikan oleh bank setelah mendapat persetujuan dari pemilik atau
pemegang saham.
Pemebrian pengurangan tunggakan pokok berpedoman kepada
Anggaran Dasar Bank dan peraturan perundangan yang mengatur
mengenai hapus tagih. Sehingga pelaksanaan jenis ini benar-benar harus
mendapat persetujuan dari pemegang saham karena apabila langkah ini
dilakukan maka akan menimbulkan dampak yang cukup besar kepada
pihak bank karena pengurangan tunggakan pokok akan berpengaruh ke
kerugian materiil yang harus ditanggung oleh pihak bank. Oleh karena itu
berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak
Fariudin tanggal 30 Mei 2011, maka jenis restrukturisasi kredit ini sangat
jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh pihak bank karena dampak
atau resiko yang akan muncul nantinya yang harus ditanggung oleh bank.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Penambahan Pokok Kredit


Jenis restrukturisasi ini adalah penambahan pokok kredit yaitu
penambahan pokok kredit atas fasilitas kredit yang telah diberikan oleh
bank kepada debitur, agar debitur dalam hal ini dapat memaksimalkan
pemanfaatan dana pinjaman yang ada baik pinjaman pokok awal maupun
tambahan, sehingga memiliki kemampuan untuk memenuhi seluruh
kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur. Penambahan pagu kredit
hanya dapat diberikan apabila berdasarkan hasil analisa pihak bank,
dengan dilakukannya penambahan tersebut maka dapat meningkatkan
kemampuan debitur.
Penambahan pagu sendiri tidak diperkenankan untuk melunasi
tunggakan pokok dan atau bunga serta denda yang dimiliki debitur.apabila
penambahan pagu dilakasanakan unuk melunasi tunggakan pokok dan atau
bunga serta denda maka hal ini dapat dikatakan percuma, karena
penyelesaian dengan langkah restrukturisasi bertujuan untuk membantu
debitur yang bermasalah agar dapat melunasi pembayaran kewajibannya
ke bank dengan meningkatkan kapasitas produksi usaha debitur, sehingga
pada akhirnya pendapatan debitur meningkat dan dapat memenuhi
kewajibannya.
Akan tetapi dalam hal pelaksanaan restrukturisasi sendiri, tidak semua
jenis-jenis dari restrukturisasi ini dilakukan. Dilihat terlebih dahulu kepada
masalah seperti apa yang dihadapi oleh debitur serta melihat juga kepada
prospek usaha debitur. Namun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan
apabila terjadi kombinasi antara tiap jenis restrukturisasi yang terdiri dari dua
atau lebih jenis yang ada.

C. Penerapan Asas-asas Hukum Perjanjian dalam Pelaksanaan Upaya


Restrukturisasi
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kredit diberikan sebagai salah
satu bentuk penyaluran dan ke masyarakat sebagai salah satu fungsi dari bank.
commit to salah
Penyaluran dana tersebut merupakan user satu cara agar dapat menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

stabilitas perekonomian bangsa dimana bank merupakan salah satu lembaga


yang berperan dalam menjaga stabilitas tersebut. Dan kredit merupakan salah
satu bentuk usaha bank tersebut.
Pemberian kredit sendiri adalah suatu kegiatan usaha yang sah bagi
Bank Umum dan Bank Prekereditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut
merupakan badan usaha penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk
Pemberian Kredit di samping Lembaga Keuangan lainya. Dalam UU
Perbankan Indonesia tahun 1998 perubahan atas UU Perbankan Indonesia
tahun 1992.
Pemberian kredit dilakukan dengan adanya perjanjian terlebih dahulu.
Perjanjian itu bertujuan untuk mengikat para pihak yang terlibat didalam
pemberian kredit. Perjanjian Kredit yang telah ditandatangani para pihak
berfungsi sebagai perjanjian pokok, perjanjian pokok sendiri adalah perjanjian
yang mendasari di buatnya perjanjian lain. Karenanya setelah perjanjian kredit
dibuatlah perjanjian pengikatan jaminan sebagai perjanjian hutang.
Untuk menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang
dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan
yang mengikat bagi para pihak, oleh Kitab Undang-Undang Perdata diberikan
berbagai asas umum yang menjadi pedoman serta menjadi batas atau rambu
dalam mengatur dan memnbentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada
akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya.
Pemberian kredit yang diberikan oleh bank tidak selalu berjalan dengan
lancar. Tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL). Untuk mengatasi masalah tersebut maka ada
beberapa cara penyelesaian yang diberikan oleh bank, salah satunya adalah
dengan upaya restrukturisasi kredit. Hasil akhir dari upaya restrukturisasi yang
dilakukan adalah munculnya perubahan atas perjanjian kredit lama atau
addendum. Perubahan yang terjadi pada perjanjian tersebut tidak terlalu
banyak, karena tergantung kepada pola restrukturisasi yang diambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(wawancara dengan Bapak Baihaqi selaku staff CWO pada tanggal 16 Juni
2011).
Addendum yang merupakan hasil dari upaya restrukturisasi tersebut
tetaplah bersifat menuntungkan kepada para pihak yang terlibat didalamnya
baik Debitur maupun Bank itu sendiri. Upaya restrukturisasi dilakukan juga
bertujuan untuk dapat membantu Debitur yang mengalami kesulitan, sehingga
pihak Bank juga tetap memperhatikan hak serta kewajiban dari Debitur. Dapat
dikatakan bahwa asas-asas perjanjian tetap diterapkan dalam upaya ini. Sebagai
contoh adalah dalam addendum yang dihasilkan, addendum tersebut tetap
membutuhkan persetujuan dari Debitur sehingga perjanjian yang lama dapat
dilakukan perubahan atas addendum yang ada.

Untuk lebih jelasnya penerapan tiap asas didalam upaya restrukturisasi


kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Pada dasarnya perjanjian yang terdapat di bank merupakan
perjanjian yang bersifar standart atau baku sehingga kondisinya menjadi
lebih berat atau lebih menguntungkan bank. Sehingga harus dilihat
bagaimana aplikasinya kepada debitur dan melihat selama proses
pelaksanaanya. Oleh karena perjanjian lebih menguntungkan bank maka
kata sepakat sangat diperlukan sehingga Debitur juga mengetahui
bagaimana kondisinya dan menyepakatinya (berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Fariudin tanggal 14 Juli 2011 pukul 10.30).
Sebenarnya kebebasan disini maksudnya adalah pihak yang
membuat perjajian dapat bebas menentukan kesepakatan didalamnya.
Walaupun perjanjian bank bersifat standart, sehingga perjajiannya hanya
diperlukan kata sepakat saja oleh debitur, akan tetapi bank tetap
memberikan kesempatan pada nasabah atau dalam hal ini debitur untuk
menentukan pola restrukturisasi yang ingin dilakukan. Namun konsekuensi
dari kebebasan ini adalah dapat munculnya debitur-debitur yang “nakal”.
Apabila terdapat debitur yang “nakal”
commit maka bank berhak untuk menagih
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karena berdasarkan perjanjian yang ada bank berhak menagih debitur yang
tidak membayar maka wajib untuk ditagih. Sehingga kebebasan disini juga
maksudnya adalah bebas dalam menentukan perjanjiannya asalkan tidak
melanggar peraturan yang ada dan tidak bertentangan dengan kesusilaan
dan juga ketertiban umum.
2. Asas Konsensualitas
Retrukturisasi kredit yang dimohonkan dapat terlaksana apabila
telah disetujui oleh pimpinan Bank dan juga keputusan yang telah
ditetapkan oleh pihak bank disetujui dan ditandatangani oleh Debitur.
Dalam hal ini maka restrukturisasi dapat mulai dilaksanakan apabila
debitur telah menyetujui dan sepakat dengan pihak bank atas putusan yang
telah dihasilkan. Seperti yang dikatakan oleh pihak Bank Tabungan
Negara yang diwakilkan oleh Bapak Fariudin pada tanggal 14 Juli 2011
bahwa jika tidak consensus maka perjanjian tidak akan jalan. Sehingga
kata sepakat antara para pihak menjadi bagian yang penting dalam
pelaksanaan restrukturisasi, karena tanpa adanya kata sepakat atau setuju
dari bank maupun Debitur maka upaya restrukturisasi yang dilakukan akan
sia-sia.
3. Asas Personalia
Perjanjian yang ada hanya akan mengikat pihak yang terlibat
didalamnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Fariudin selaku SPV
CWO pada tanggal 14 Juli 2011 pukul 10.30 mengatakan bahwa hanya
kedua belah pihak saja yang terlibat didalam perjanjian kredit perjanjian
restrukturisasi kredit yaitu bank dan nasabah sebagai debitur, jadi tidak
mungkin ada pihak lain yang menjamin selain debitur sendiri. Kecuali
terdapat borgtoch atau ada penjamin lain maka itu akan berbeda. Seperti
ketentuan yang terdapat di dalam KUHPerdata pada Pasal 1316 dimana
diperbolehkannya pihak ketiga sebagai penjamin. Hal ini boleh saja
dilakukan apabila telah disepakati para pihak dan ketentuan yang berlaku
memang ada. Selain itu pula tidak menutup kemungkinan untuk ada pihak
commitdalam
ketiga yaitu ahli waris. Dimana to user
pasal 1318 KUHPerdata dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa perjanjian tersebut dilakukan adalah untuk ahli warisnya. Akan


tetapi hal tersebut akan tidak berlaku apabila didalam perjanjian telah di
tegas tidak demikian maksudnya. Akan tetapi perjanjian restrukturisasi
kredit hanya akan selalu mengikat pihak yang terlibat saja yaitu debitur
dan bank.
Oleh karena itu, upaya restrukturisasi telah berjalan sesuai dengan asas
personalia sesuai dengan ketentuan didalam pasal 1315 KUHPerdata,
karena pihak yang terlibat sudah jelas hanyalah debitur yang mengalami
permasalahan kredit dan juga pihak bank sebagai pemberi kredit.
4. Asas Kepastian Hukum ( Pacta Sunt Servanda)
Baik dalam perjanjian kredit awal maupun setelah adanya upaya
restrukturisasi kredit asas ini tetap diterapkan. Karena setiap perjanjian
yang dilakukan antara bank dengan debitur akan dapat dilaksanakan
apabila telah ada kesepakatan yang ditandai dengan penandatanganan oleh
Debitur sehingga perjanjian itu akan berlaku sah. Sebenarnya kekuatan
hukum disini maksudnya adalah mengenai hak dan kewajiban antara
debitur dengan bank dimana apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi
maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pemenuhannya lewat upaya
hukum (berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fariudin tanggal 14
Juli 2011). Jadi selama hak dan kewajiban tersebut dilakukan dan
terpenuhi maka Undang-Undang tersebut sudah ditaati. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa terdapat debitur yang tidak melaksanakan
hak dan kewajibannya. Sehingga dengan kata lain maka dapat muncul
kredit bermasalah yang disebabkan oleh tidak ditaatinya perjanjian yang
ada.
5. Asas Itikad baik
Dalam perjanjian kredit asas ini merupakan salah satu hal yang
penting. Karena perjanjian yang dilakukan antara bank dengan nasabah
yang dalam hal ini menjadi debitur bukanlah perjanjian kecil, melainkan
perjanjian yang tergolong kedalam perjanjian yang obyeknya tergolong
commit
besar. Sehingga itikad baik to user unsur yang penting dalam hal
menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyelamatan kredit yeng bermasalah (hasil wawancara dengan Bapak


Fariudin selaku SPV CWO Bank Tabungan Negara cabang Surakarta pada
tanggal 14 Juli 2011).
Akan tetapi itikad baik disini maksudnya adalah mengenai
pelaksanaan dari perjanjian hingga upaya restrukturisasi yang dilakukan.
Dalam upaya restrukturisasi sendiri pelaksanaan tiap tahapan telah
dilakukan berdasarkan kepatutan, kebiasaan maupun undang-undang.
Disini maksud dari restrukturisasi sendiri adalah membantu para pihak
khususnya debitur yang mengalami kesulitan. Sehingga pelaksanaannya
pun dilakukan dengan ketentuan yang ada dan tidak bertentangan dengan
peraturan yang ada serta tidak melanggar kesusilaan ataupun ketertiban
umum. Karena upaya restrukturisasi dapat dilaksanakan apabila telah
memenuhi persyaratan yang ada seperti dilihatnya itikad dari debitur dan
juga dilihat pelaksanaan dalam penggunaan kredit yang di miliki atau
melihat juga usaha yang dilakukan oleh debitur. Dengan kata lain asas ini
tetap berperan penting baik pada perjanjian awal maupun setelah adanya
retrukturisasi.
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan
upaya restrukturisasi asas-asas umum perjanjian tetap diterapkan dan menjadi
peranan atau bagian yang penting dalam pelaksanaan tersebut.

D. Permasalahan Dalam Pelaksanaan Upaya Restrukturisasi Kredit pada


PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Surakarta Serta
Upaya Mengatasinya

Dalam pelaksanaannya, program restrukturisasi kredit yang


dilaksanakan selama ini mengalami berbagai kendala. Sehubungan dengan
permasalahan tersebut serta dengan mempertimbangkan bahwa restrukturisasi
kredit tujuannya adalah dapat memperbaiki perekonomian khusunya dibidang
perbankan. Demikian pula yang dialami oleh Bank Tabungan Negara Cabang
Surakarta dalam melaksanakan upaya restrukturisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bank Tabungan Negara


Cabang Surakarta (wawancara dengan Bapak Baihaqi pada tanggal 16 Juni
2011 pada pukul 10.00 WIB), bahwa pelaksanaan retrukturisasi di Bank BTN
selama ini berjalan cukup lancar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
terkadang terdapat hambatan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut.
Dan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul pun Bank berusaha
mengambil langkah yang bijaksana sehingga pihak Debitur maupun Bank tidak
ada yang dirugikan satu sama lain.
Permasalahan pertama yang mungkin timbul adalah tidak adanya
keterbukaan antara kreditur dan debitur. Hal demikian tidak lepas dari sifat
hubungan yang antagonistik antara keduanya. Pihak kreditur, dalam hal ini
bank, dalam prakteknya menetapkan persyaratan lebih mencerminkan besarnya
kerugian yang dapat ditolerirnya serta kepastian pembayaran sesegera mungkin
tanpa memperhatikan kondisi bisnis dan keuangan debiturnya. Pada sisi yang
lain pihak debitur selalu berupaya memperoleh keringanan yang maksimal
dengan menyerahkan agunan seminimal mungkin. Permasalahan ini timbul
pada saat dilakukannya tahapan negosiasi. Dimana pada saat negosiasi para
pihak tidak terbuka sehingga tidak menemukan titik temu dalam tahapan ini.
Sehingga untuk mengatasi permasalahan ini ada baiknya Bank bersikap lebih
hati-hati lagi. Sehingga bank dapat mengetahui kebenaran dari situasi Debitur
yang sesungguhnya. Dan pihak Bank juga dapat melakukan pendekatan yang
lebih lagi sehingga Debitur lebih dapat terbuka dan dapat memberitahukan
kepada pihak bank kondisi keuangan yang sebenarnya. Sehingga pada akhirnya
dapat menyakinkan Debitur mengenai pola restrukturisasi yang lebih baik
untuk penyelesaian masalahnya.
Kemudian permasalahan yang kedua adalah adanya keterbatasan baik
finansial maupun tenaga staf yang ahli di bidang restrukturisasi. Permasalahan
yang timbul dari dalam bank atau faktor intern ini karena kurangnya
kemampuan dari petugas untuk menganalisis laporan keuangan Debitur yang
melakukan permohonan yang kemungkinan banyak dilakukan rekayasa
commit
sehingga kesimpulan dari petugas puntomenjadi
user keliru dan ketidak telitian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

petugas dalam melakukan analisis informasi debitur. Walau sebenarnya pada


sisi yang lain nasabah sebagai debitur sangat bergantung kepada mereka.
Permasalahan ini dapat ditangani oleh pihak bank dengan cara menambah
kembali kemampuan dari petugas sehingga mereka dapat lebih cermat dan teliti
lagi dalam menganalisis. Selain itu ada baiknya pihak bank tidak hanya sekali
dalam menganalisis informasi ataupun data-data Debitur namun melakukan
analisis ulang dalam rangka untuk memastikan kebenaran data-data tersebut.
Yang menjadi permasalahan ketiga adalah adanya itikad dari Debitur
yang pada awalnya baik namun setelah perjalanan itikad baik tersebut berubah
menjadi itikad yang tidak baik yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan
mencari keuntungan yang sepihak untuk diri Debitur. Seperti Debitur yang
tidak bisa mengikuti prosedur yang ada dan tidak melaksanakan perjanjian
restrukturisasi kredit yang baru yang telah disepakati. Dengan keadaan yang
seperti itu maka pihak bank akan mengambil langkah penagihan lewat
pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh bank. Dengan begitu maka
pihak bank dapat mengatasi masalah ini dan debitur tetap memenuhi
kewajibannya. Namun apabila Debitur juga tidak memenuhi kewajibannya
maka dapat diambil langkah hukum sesuai dengan kesepakatan awal pada
perjanjian kredit yang lama.
Permasalahan lain yang mungkin muncul dan tidak dapat diduga
sebelumnya adalah keadaan memaksa atau overmacht. Yaitu dapat dikarenakan
bencana alam yang tidak diduga sebelumnya yang berdampak kepada usaha
debitur, yang kemudian tida dapat ditangani oleh pihak debitur dan
mengakibatkan kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya menurun.
Untuk mengatasi maslah ini pihak debitur tidak dapat berbuat banyak karena
permasalahan timbul akibat adanya keadaan yang tidak terduga sebelumnya.
Akan tetapi bank telah memikirkan mengenai hal ini sebelumnya apabila
terjadi bencana alam maka biasanya upaya restrukturisasi yang dilakukan
adalah pola penjadwalan ulang (PUL) (wawancara dengan Bapak Fariudin
pada tanggal 14 Juli 2011 pukul 10.40).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila restrukturisasi yang dilakukan oleh pihak bank mengalami


kegagalan atau hambatan dalam pelaksanaannya, tidak menutup kemungkinan
bahwa restrukturisasi untuk yang kedua kalinya dapat dilakukan. Akan tetapi
hal itu sangat jarang terjadi karena bank masih bisa mengatasi hambatan yang
terjadi. Dan apabila retrukturisasi tidak berhasil dilaksanakan maka upaya
seperti upaya hukum berupa lelang dapat diambil untuk menutup kerugian
yang akan dialami oleh bank. Biasanya langkah ini akan diambil apabila pihak
debitur memiliki itikad yang tidak baik dalam pelaksanaannya (berdasarkan
wawancara dengan Bapak Baihaqi pada tanggal 16 Juni 2011). Sehingga
restrukturisasi dapat membantu penyelesaian kredit asalkan dapat berjalan
dengan baik. Dan hal tersebut dapat tercapai dengan adanya itikad yang baik
dari Debitur dan juga kemampuan dari pihak bank untuk melaksanakan upaya
restrukturisasi kredit ini.
Akan tetapi segala upaya yang akan dilakukan tetap harus berdasarkan
kepada ketentuan yang ada. Dimana dalam hal ini upaya restrukturisasi kredit
yang dilakukan, upaya tersebut harus berdasarkan ketentuan yang ada dan
debitur maupun pihak bank harus dapat melaksanakan ketentuan tersebut dan
tetap bertindak adil dan tidak hanya mementingkan pihaknya saja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan


Restrukturisasi sebagai upaya dalam penyelesaian kredit bermasalah ditinjau dari
asas-asas perjanjian pada PT Bank Tabungan Rakyat (Persero) Tbk. Cabang
Surakarta, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan
Rakyat (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
Pelaksanaan Restrukturisasi kredit pada Bank Tabungan Negara
Cabang Surakarta berdasarkan kepada Peraturan Direksi Bank BTN No.
19/PD/DRPK/1200 tentang Restrukturisasi Kredit dan Penyelesaian Kredit
Perorangan. Pelaksanaanya telah sesuai dengan pengaturan yang ada dimana
tahapannya meliputi:
a. Permohonan dari Debitur
Permohonan diajukan oleh Debitur atas kesadaran Debitur dan diajukan ke
kantor cabang atau kantor cabang pembantu. Apabila tidak ada
permohonan dari Debitur maka Bank tidak akan mengambil langkah ini.
b. Analisi Permohonan dan Verifikasi Permohonan
Dalam tahapan ini pihak bank melakukan pengumpulan data dan
menganalisis data-data yang dimiliki oleh debitur yang mengajukan
permohonan. Dimana pada tahapan ini juga dilakukan wawancara dengan
debitur untuk mengetahui kondisi keuangan dari debitur maupun kondisi
usaha debitur yang sebenarnya serta untuk melakukan pendekatan dengan
Debitur.
c. Negosiasi
Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh kesepakatan antara debitur
dengan bank mengenai pola restrukturisasi yang akan dilakukan serta
menyampaikan mengenaicommit
analisato user
yang telah dilakukan. Tahapan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berperan penting sehingga perlu dicapai kata sepakat antara para pihak
agar upaya dapat segera terlaksana.
d. Putusan Restrukturisasi Kredit
Putusan ini untuk memberi kepastian apakah permohonan yang diajukan
disetujui atau ditolak. Setelah adanya putusan ini maka restrukturisasi
kredit yang diajukan dapat dilaksanakan. Putusan restrukturisasi kredit
diputus oleh pimpinan bank yang berkududukan dikantor pusat. Putusan
yang telah keluar dimintai persetujuan kepada Debitur yang kemudian di
dokumentasikan.
e. Monitoring atau Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk menghindari kejadian menyimpang yang
dilakukan oleh debitur sehingga dapat menimbulkan kerugian kembali.
Pengawasan ini dilakukan secara rutin oleh pihak bank sesuai dengan
ketentuan yang ada didalam perjanjian kredit yang baru.
2. Penerapan asas-asas umum perjanjian dalam pelaksanaan Restrukturisasi kredit.
Pada dasarnya asas-asas umum perjanjian merupakan dasar dalam
pelaksanaan perjanjian. Begitu pula pada restrukturisasi dimana hasil akhir dari
upaya ini adalah adanya perubahan terhadap perjanjian awal berupa addendum.
Dalam pelaksanaan restrukturisasi pun tetap berdasarkan asas-asas yang ada
baik asas personalia, asas konsensualitas, asas kebebasan berkontrak, asas
kepastian hukum (Pacta Sunt Servanda) dan asas itikad baik. Kelima asas ini
sangat jelas diterapkan didalam pelaksanaan restrukturisasi kredit pada PT
Bank Tabungan Rakyat (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan upaya restrukturisasi pada PT Bank
Tabungan Rakyat (Persero) Tbk. Cabang Surakarta dan upaya dalam
mengatasinya.
Permasalahan yang dapat timbul selama pelaksanaan restrukturisasi
kredit pada PT Bank Tabungan Rakyat (Persero) Tbk. Cabang Surakarta antara
lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Keterbukaan antara Debitur dengan Bank yang sama sekali masih tidak
terjalin. Sehingga dalam hal ini para pihak tidak menemukan titik temu
dalam negosiasi yang mereka lakukan
b. Terbatasnya kemampuan baik dari segi finansial maupun kemampuan dari
petugas itu sendiri dalam menganalisis dan melaksanakan restrukturisasi
itu sendiri.
c. Itikad dari Debitur yang tidak baik seperti kurang ada kerjasama dengan
pihak Bank dan tidak memenuhi kewajibannya sesuai degan kesepakatan
yang ada.
Dan dari permasalahan-permasalahan ini pihak PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Cabang Surakarta mulakukan upaya berupa:
a. Menambah kehati-hatian dalam setiapa langkah yang dilakukan dan
melakukan pendekatan yang lebih lagi dengan Debitur sehingga Debitur
bisa lebih terbuka lagi.
b. Melatih kemampuan dari tiap petugas yang berperan dalam proses
restrukturisasi kredit sehingga lebih cermat dan teliti. Selain itu pihak bank
juga harus melakukan analisis ulang dalam setiap analisis data yang
dilakukan.
c. Melakukan penagihan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap debitur
yang beritikad tidak baik.

B. Saran

1. Upaya restrukturisasi yang dilakukan oleh bank ada baiknya dilakukan


pengawasan juga oleh para atasan baik itu supervisor hingga branch manager
maupun pimpinan pusat, sehingga petugas yang melaksanakan memang
benar-benar melaksanakan tugas mereka dan juga disertai pula dengan adanya
evaluasi terhadap setiap tindakan penyelamatan kredit yang bermasalah
sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan para pihak.
2. Setiap tahapan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit yaitu dari
tahap permohonan daridebitur, analisis data, negosiasi, putusan
commit to user
restrukturisasi hingga pengawasan ada baiknya tidak terlalu berbelit-belit dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membingungkan Debitur. Sehingga pihak debitur bisa memahami pola yang


digunakan untuk menyelamatkan kreditnya serta juga dapat menyingkat
waktu dari para pihak dan juga menghemat biaya yang dikeluarkan oleh
Debitur.
3. Pelaksanaan restrukturisasi kredit hendaknya dilakukan berdasarkan
peraturan yang ada sehingga tujuan dari restrukturisasi itu sendiri tercapai.
Dan debitur juga tetap mempertahankan itikad baiknya sehingga menjalankan
kewajibannya sesuai ketentuan yang elah disepakati bersama dengan pihak
bank.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni

Budi Untung. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta:Andi.

Hasan Alwi. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Heribertus Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas


Maret University Press.

Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana.

Jamal Wiwoho. 2011. Hukum Perbankan Indonesia. Surakarta: UNS Press


Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2005. Seri Hukum Harta Kekayaan Hak
Tanggungan. Jakarta: Prenada media

Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni.

Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti.

Peraturan Direksi Bank BTN No. 19/PD/DRPK/1200 tanggal 19 Desember 2000


tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan.

Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. 2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum:
Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis
Kredit. Bandung: Alfabeta.

Salim H. S. 2003. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:
Sinar Grafika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Salvador Vázquez Pérez Grovas. 2000. Journal of Banking And Finance, Volume
6, Number 7: A Credit Risk Model To Develop The Credit Insurance
Market. Universidad Anáhuac del Sur, Mexico.
Sentosa Sembiring. 2000. Hukum Perbankan. Bandung: Mandar Maju.

Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Subekti dan Tjitrosudibio. 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Subekti. 1993. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa

Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 04/DIR/DRPK/2000 tanggal 19 Desember


2000 Perihal Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19/PD/DRPK/1200 tentang
Restrukturisasi dan Penyelesaia Kredit Perorangan.

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR Tanggal 12


November 1998

Sutarno. 2004. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Thomas Suyatno, dkk. 2003. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Udo Broll, Thillo Pausch and Peter Welzel. 2008. Credit Risk and Credit
Derivatives in Banking. University of Augsburg, Denmark.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Vibiznews-Banking& Insurance. Kredit Macet Perbankan Mencapai Rp 31,336


Triliun.
http://www.vibiznews.com/news/banking_insurance/2011/05/18/kredit-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

macet-perbankan-mencapai-rp-31336-triliun> [Diakses pada tanggal 18 Mei


2011 pada pukul 22.12]
Wahyudi Sntoso. 2008. “Restrukturisasi Kredit Sebagai Bagian Integral
Restrukturisasi Perbankan”. Jurnal Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan. Vol 6, No.1.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Restrukturisasi Kredit.


http://id.wikipedia.org/wiki/Restrukturisasi_kredit>[Diakses pada tanggal 04
April 2011 pukul 14.49].

commit to user

Anda mungkin juga menyukai