2210 Fatma 20
2210 Fatma 20
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh
Setia Fatmawati
E0014373
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
Setia Fatmawati
E0014373
Dosen Pembimbing
ii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun Oleh:
SETIA FATMAWATI
NIM. E0014373
iii
PERNYATAAN
Setia Fatmawati
NIM. E0014373
iv
ABSTRAK
SETIA FATMAWATI. E0014373. 2018. PRINSIP PARTISIPASI PUBLIK
DALAM PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) KOTA
SURAKARTA. Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) adalah sebuah terobosan baru dalam
meengolah sampah menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Salah Proyek
pembangunan PLTSa di Indonesia adalah yang dibangun di Kota Surakarta, Jawa Tengah
dengan memanfaatkan sampah yang berlokasi di tempat pembuangan akhir (TPA) Putri
Cempo, Mojosongo. Sebagai kegiatan pembangunan yang berdampak terhadap
lingkungan, pembangunan PLTSa haruslah memiliki izin lingkungan. Masyarakat atau
publik sebagai salah satu elemen penting didalam proses perumusan izin lingkungan
tersbut haruslah dilibatkan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sesuai tidaknya keterlibatan prinsip
partisipasi publik dalam penerbitan izin pembangunan PLTSa Kota Surakarta. Prosedur
keterlibatan pertisipasi publik dalam penerbitan izin lingkungan secara lebih rinci
tertuang dalam pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan, dan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012,
tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan
Hidup dan Izin Lingkungan. Penelitian hukum ini merupakan penilitian normatif atau
dokterial, dan bersifat preskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-
undangan dan pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum yang digunakan berupa
bahan hukum primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan bahan hukum yang digunakan
adalah silogisme dengan menggunakan pola berfikir deduktif. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan ini dihasilkan simpulan bahwa belum idealnya keterlibatan
publik dalam perumusan penerbitan izin lingkungan pembangunan PLTSa Kota
Surakarta, karena partisipais publik belum sepenuhnya dilibatkan secara prosedural dalam
pengambilan keputusan ketika proses perumusan penerbitan izin lingkungan .
v
ABSTRACT
vi
MOTTO
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan segala puji syukur dan kerendahan hati, Penulis mempersembahkan
Karya (Skripsi) ini kepada :
1. Allah Azza Wa Jalla, Dzat yang Maha Sempurna yang tak henti-hentinya
memberikan segala kemudahan dan Nikmat-NikmatNya kepadaku.
3. Mama Saminem dan Bapak Kusiman orang tuaku yang tak pernah lelah
untuk mengirimkan doa, semangat serta motivasi selama aku
menyelesaikan perkuliahan meskipun terpisah jarak Jakarta-Surakarta.
4. Cindy Dwi Pramesti adikku yang selalu menguatkan dan menjadi tempat
bertukar pikiran dan mencurahkan segala keresahan selama menempuh
bangku perkuliahan.
5. Dr. Lego Karjoko, S.H., M.H. Dosen Pembimbing sekaligus panutan saya
dan motivator saya selama saya menyelesaikan skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
ix
5. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi.
6. Bapak dan Ibu staf karyawan kampus Fakultas Hukum UNS yang telah
membantu dan berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar
mengajar dan segala kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum UNS.
7. Bapak Gentil Fernandez D.C. selaku Sekertaris Kelurahan Mojosongo,
Bapak Bapak Usman Prabowo selaku kepala seksi Pembangunan dan
Lingkungan Hidup Kelurahan Mojosongo, Bapak Trimin selaku Ketua
RW 39, Bapak Hendri Kristianto selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) 01,
Bapak Santoso selaku Ketua RT 02, dan Bapak Prihatnolo selaku Ketua
RT 03.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu disini yang
telah membantu penulis hingga terselesaikannya penulisan hukum
(skripsi) ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
penulisan hukum (skripsi) ini, apabila ada kekurangan maka hal tersebut tidak
lepas dari keterbatasan penulis dalam mengkaji penelitian ini. Semoga
penulisan skripsi ini bermanfaat dan menambah ilmu khususnya di bidang
Ilmu Hukum dan dapat dijadikan sebagai sumber bagi peneliti selanjutnya.
Setia Fatmawati
NIM. E0014373
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
HALAMAN MOTO.............................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Kerangka teori.............................................................................................16
1. Tinjauan tentang Izin Lingkungan..........................................................16
2. Tinjauan tentang Prinsip Partisipasi Publik.............................................23
B. Kerangka Pemikiran....................................................................................41
xi
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................43
Lingkungan Hidup.............................................................................................87
BAB IV PENUTUP..............................................................................................93
A. Simpulan.....................................................................................................93
B. Saran............................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................96
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran.........................................................................................38
2. Peta Pola Ruang Lokasi Penelitian..................................................................43
3. Lokasi Penelitian..............................................................................................47
4. Skematik Rancangan Teknis PLTSa................................................................49
5. Skema Alur Izin Lingkungan. Sumber: Badan Penetapan Langkah Kajian Lingkungan.......63
6. Skema Penentuan Jenis Izin Lingkungan ..................................................................65
7. Skema Alir Kerangka Penyusunan Dokumen AMDAL ................................................67
8. Skema Keterlibatan Para Pihak dalam Penerbitan Izin Lingkungan.................................83
DAFTAR TABEL
1. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota
Surakarta Tahun 2013.......................................................................................44
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang diuraikan diatas, penulis
merumuskan pokok masalah yang akan dikaji dalam penelitian untuk
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Prinsip Partisipasi Publik sudah diterapkan dalam Penerbitan
Izin Lingkungan Pembangunan PLTSa Kota Surakarta ?
2. Apakah Akibat Hukum apabila Penerbitan Izin Lingkungan
Pembangunan PLTSa Kota Surakarta tidak sesuai dengan Prinsip
Partisipasi Publik?
C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak
dicapai dengan jelas. Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan
pedoman dalam melangkah dengan maksud penelitian yang hendak
dicapai dan memberikan pemecahan masalah agar penelitian menjadi
akurat dan dapat memberikan manfaat. Tujuan penelitian tidak boleh
menyimpang dari rumusan masalah karena tujuan penelitian dan rumusan
masalah merupakan satu kesatuan. Adapapun tujuan dari penelitian
sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis keterlibatan prinsip
partisipasi publik dalam penerbitan izin lingkungan pembangunan
PLTSa Kota Surakarta
b. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis akibat hukum yang
terjadi apabila penerbitan izin lingkungan PLTSa Kota Surakarta
tidak sesuai dengan prinsip partisipasi publik
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh data – data dan informasi secara lengkap dan
terperinci yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai
bahan utama penulisan hukum guna memenuhi persyaratan
akademisi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam bidang
Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
6
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan hukum ini yaitu prespektif dan
terapan. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang
bersifat prespektif. Sebagai ilmu yang bersifat prespektif ilmu hukum
mempelajari gagasan-gagasan hukum yang bersifat mendasar,
universal, umum, dan teoritis serta landasan pemikiran yang
mendasarinya. Landasan pemikiran itu berkaitan dengan berbagai
macam konsep mengenai kebenaran, pemahaman dan makna, serta
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral (Peter Mahmud Marzuki, 2014:
41-42).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan-
pendekatan yang digunakan didalam penelitian hukum adalah
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pendekatan
perundang-undangan, yakni dengan mencari ratio legis dan dasar
ontologis lahirnya perundang-undangan terkait masalah penelitian.
Dengan mempelajari ratio legis dan dasar ontologis suatu undang-
undang dapat ditemukan kandungan filosofi yang ada di belakang
undang-undang itu (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 93). Memahami
kandungan filosofi yang ada dibelakang undang-undang itu, dapat
disimpulkan mengenai ada tidaknya benturan filosofis antara undang-
undang dengan isu yang dihadapi dan digunakan sebagai dasar untuk
membangun argumentasi hukum untuk menjawab isu hukum yakni
Implementasi ketentuan keterlibatan partisipasi publik dalam proses
penerbitan izin lingkungan pembangunana PLTSa kota Surakarta
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sedangkan pendekatan konseptual yang dimaksud adalah
pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-
doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari
pandang-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti
akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian
9
BAB IV : PENUTUP
Bab ini penulis menguraikan mengenai simpulan yang dapat diperoleh
dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses meneliti, serta saran-
saran yang dapat penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait
dengan bahasan penulisan hukum ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
17
18
(c) RKL-RPL
B. Kerangka Pemikiran
Proyek PLTSa
Izin Lingkungan
43
44
2. Keluarahan Mojosongo
45
B. Lokasi Penelitian
Pembangunan Proyek PLTSA Kota Surakarta berlokasi di TPA
Putri Cempo yang masuk ke dalam wilayah Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan
Mojosongo merupakan kelurahan dipaling utara di Kota Surakarta. Bentuk
topografinya berbukit-bukit dan merupakan dataran tertinggi di Kota
Surakarta.
Proyek pembanguan PLTSa Kota Surakarta berlokasi di Kelurahan
Mojosongo tepatnya masuk ke dalam kawasan rukun warga (RW) 39.
Dalam RW ini terdapat 3 rukun Tetangga (RT), yaitu RT 01,02, dan 03.
Lokasi terdekat proyek pembangunan adalah RT 03.
Di daerah ini mayoritas penduduknya memanfaatkan sampah dari
TPS Putri Cempo. Banyak yang menjadikanya sebagai mata pencaharian
murni yaitu sebagai pemulung, ada juga yang menjadikanya penghasilan
tambahan di samping pekerjaan utama. Mereka mengambil sampah yang
masih bisa dijual kembali seperti wadah plastik, botol, kaca, kertas, dan
47
barang layak daur ulang lainya. Beberapa warga bahkan mendirikan rumah
sebagai pabrik untuk pemilihan sampah sebelum dijual kepada pengempul.
Kegiatan inilah yang menyokong pendapat warga sekitar.
Selain itu beberapa warga banyak memiliki ternak sapi yang
dibiarkan berkeliaran di sekitar area TPS Putri Cempo. Sapi – sapi tersebut
mencari makan dari makanan yang bercampur dengan sampah, atau dari
lahan hijau di sekitar area TPS.
Adapun mesin proyek PLTSa bertempat di sisi barat dekat pintu
masuk kendaraan atau mobil sampah yang setiap hari mengangkuti
sampah dari warga. Lokasi ini juga paling dekat dari rumah penduduk di
lingkup RT 03. Proyek PLTSa mengambil sepertiga area Putri Cempo.
C. Deskripsi PLTSa
PLTSa atau pembangkit listrik tenaga sampah atau pembangkit
listrik tenaga biomasa sampah adalah pembangkit listrik thermal dengan
uap supercritical steam dan berbahan bakar sampah atau gas sampah
methan. Sampah atau gas methan sampah dibakar menghasilkan panas
yang memanaskan uap pada boiler steam supercritical. Uap kompresi
tinggi kemudian menggerakkan turbin uap dan flywheel yang tersambung
pada generator dinamo dengan perantara gear transmisi atau transmisi
48
a. PLTSa di Jepang
Pada tahun 2002, di Jepang, PLTSa dibuat melalui pencanangan “biomass-
strategi total Jepang” sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu
teknologi pemanfaatan biomass sumber daya alam dapat diperbaharui
yang dikembangkan , dikenal teknologi fermentasi gas metana. Sampah
dapur serta air seni, serta isi septic tank diolah dengan fermentasi gas
metana dan diambil biomassnya untuk menghasilkan listrik, lebih lanjut
panas yang ditimbulkan juga turut dimanfaatkan. Sedangkan residunya
dapat digunakan untuk pembuatan kompos. Karena sampah dapur
mengandung air 70–80%, sebelum dibakar, kandungan air tersebut perlu
diuapkan. Di sini, dengan pembagian berdasarkan sumber penghasil
sampah dapur serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan sumber energi
baru dan ditingkatkan efisiensi termal secara total. Pemanfaatan Gas dari
Sampah untuk Pembangkit Listrik dengan teknologi fermentasi metana
dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill yaitu, memanfaatkan
gas yang dihasilkan dari sampah (gas sanitary landfill/LFG). Landfill Gas
(LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari timbunan
sampah yang terdiri dari unsur 50% metan (CH4), 50% karbon dioksida
(CO2) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus
dikontrol dan dikelola dengan baik karena lanjut Dia, jika hal tersebut
tidak dilakukan dapat menimbulka smog (kabut gas beracun), pemanasan
global dan kemungkinan terjadi ledakan gas, sistem sanitary landfill
dilakukan dengan cara memasukkan sampah kedalam lubang selanjutnya
diratakan dan dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah yang gembur
demikian seterusnya hingga menbentuk lapisan-lapisan. Untuk
memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah
memasang pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya
51
c. PLTSa di Swedia
Mengutip situs resmi pemerintah Swedia, sejak beberapa tahun
terakhir negara itu telah mengimpor 700 ribu ton sampah dari negara lain,
termasuk negara-negara Eropa seperti Inggris. Bagaimana tidak
kekurangan sampah, 99 persen sampah di negara itu didaur ulang sehingga
habis tidak bersisa, sementara pabrik pengolahan harus tetap berjalan.
Swedia memang jagonya dalam hal pemilahan dan daur ulang sampah.
Sebanyak 50 persen dari sampah itu diolah menjadi energi di Swedia,
menghasilkan listrik bagi 250 ribu rumah dan pemanas bagi 950 ribu
rumah di saat musim dingin.
Budaya daur ulang telah diterapkan di Swedia sejak lama. Tahun
1991, Swedia adalah negara pertama yang menetapkan pajak tinggi untuk
penggunaan bahan bakar fosil. Hasilnya saat ini hampir setengah dari
kebutuhan energi listrik dipenuhi oleh bahan bakar terbarukan. Stasiun
daur ulang tersebar di seluruh Swedia. Setidaknya berjarak tidak jauh dari
300 meter dari permukiman warga ada tempat daur ulang. Warga Swedia
juga disiplin, memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah-sampah
koran didaur ulang menjadi kertas, botol plastik dicairkan menjadi barang-
barang pakai, seperti wadah di dapur, sementara sisa-sisa makanan diubah
menjadi kompos atau biogas. Saking canggihnya sistem daur ulang di
Swedia, asap buangan pabrik pengolahan sampah mengandung 99,9
persen karbondioksida tidak berbahaya dan air.
Pada saat ini hanya 1% dari limbah Swedia yang di buang ke
tempat sampah. Setengah dari sampah yang dihasilkan, didaur ulang
kembali dan sisanya sebesar 49% digunakan untuk menghasilkan energi
yang mengalami kenaikan sebesar 10% dari pada tahun 1999 yaitu sebesar
39%. Di Hesinburg, sekitar 50 truk perhari mengangkut sampah ke
55
d. PLTSa di Indonesia
Melalui Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016, pemerintah
menetapkan percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah
menggunakan teknologi proses thermal incinerator atau
pembakaran. Sampah kota nantinya diharapkan menjadi sumber energi
terbarukan untuk menghasilkan listrik menggunakan cara gasifikasi,
pyrolysis, dan incinerator. Teknologi pengolahan sampah ini untuk
menjadi energi listrik pada prinsipnya sangat sederhana sekali
56
RENCANA
KEGIATAN
Penanggungja
Ketua Komisi wab Komisi
UU no 32 Tahun 2009 AMDAL Kota
AMDAL Kota
PEMBANGUNAN SARANA
PP No 27 Tahun 2012
DAN PRASARANA
DOKUMEN RKL
Dokumen RKL
WAJIB AMDAL PENYUSUNAN
KA-ANDAL DOKUMEN RPL
Dokumen RPL
RENCANA
KEGIATAN
IZIN PRINSIP BKPMD/ WALIKOTA
PEMBANGUNAN
FASILITAS OLEH IZIN LOKASI BPN KOTA
PEMRAKARSA
ALTERASS
ALTERNATIF PELAKSANAAN
NATIF PEMBANGUNAN
SPPL
SPPL Azmkn
AMDAL
djbd
Gambar 5. Skema Penentuan Jenis Izin Lingkungan
UKL/U
UKL/UPL
UKL/UPL
1) Persiapan
Merupakan tahap kegiatan awal studi berupa pelsanaan
pekerjaan dengan menyurati jadwal kegiatan dan pelingkupan
bersama tenaga ahli, persiapan surat menyurat dan persiapan
penyusunan kerangka acuan ANDAL. Pada tahap ini juga
merupakan tahap untuk menyelesaikan administrasi pekerjaan
2) Pelingkupan (skoping)
Pekerjaan pelingkupan merupakan tahapan kegiatan untuk
melakukan penyaringan jens kegiatan. Pelingkupan dengan
menggunakan Dasar Hukum UUPLH Nomor 32 tahun 2009
dan PP Nomor 27 Tahun 2012 dan Permen Nomor 15 Tahun
2012. Hasil pelingkupan ini adalah wajib AMDAL suatu
kegiatan atau UKL/UPL dan dampak penting kegiatan.
3) Penyusunan Kerangkan Acuan (KA-ANDAL)
Merupakan tahap dimana suatu kerangka studi yang akan
dilakukan, dirumuskan dalam bentuk dokumen yang akan
mengikat antara komisi AMDAL, penyusun, dan pemrakarsa
4) Penyusanan ANDAL
66
UU No.
Penanggung Evaluasi &
32/2009 Komisi
Jawab Komisi Legalisasi
AMDAL
PP No. AMDAL Dokumen
27/2012
Evaluasi & Legalisasi
Dokumen
Rencana
Pemantauan
Lingkungan
(RPL)
Rencana
Pengelolaan
Analisis Lingkungan
Ruang Lingkup Dampak (RPL)
AMDAL Lingkungan
(ANDAL)
AMDAL
Mekanisme
Penyusunan UKL /
UKL/UPL
UPL
PENGUMUMAN
RENCANA USAHA
PENGUMUMA
N PERSIAPAN
SARAN,
PENDAPAT,
DAN
KONSULTASI PENYUSUNAN KA
SARAN,
PENILAIAN KA-
PENDAPAT, DAN
ANDAL OLEH
TANGGAPAN
PENYUSUNAN
ANDAL RKL. RPL
KEPUTUSAN
KELAYAKAN
LINGKUNGAN
HIDUP
adalah PT. Solo Citra Metro Plasma Power, serta masyarakat Kota
Surakarta, terkhusus masyarakat Mojosongo yang paling berdekatan
dengan lokasi proyek PLTSa.
Adapun masyarakat sekitar lokasi proyek yaitu masyarakat yang
tinggal di RW 39 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta secara umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) profesi, yaitu
peternak sapi, pengais sampah atau pemulung, serta profesi umum
lainya seperti guru, pedagang, buruh pabrik, wirausaha, dan lain
lainya. Pemanfaatan sampah paling terasa bagi pemulung baik dalam
skala kecil maupun besar, karena hampir 90% (persen) masyarakat
dilingkkungan RW 39 berprofesi sebagai pemulung disamping
memiliki profesi yang lainya.
Dalam penyusunan dokumen AMDAL tersebut, pemrakarsa
mengikutsertakan masyarakat, yang mencakup masyarakat terkena
dampak,masyarakat pemerhati lingkungan, dan masyarakat yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.Maka
untuk mengkaji sejauh mana keterlibatan prinsip partisipasi publik
dalam penerbitan izin lingkungan pembangunan PLTSa Kota
Surakarta, penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh dan
instansi yang paling dekat dengan lokasi pembangunan. Adapun hasil
wawancara adalah sebagai berikut :
a) Kelurahan Mojosongo
Keterlibatan prinsip partisipasi pulik dalam hal ini adalah penyampaian SPT
dalam kurun waktu 10 (sepuluh) hari sejak pengumuman diterbitkan. Kekurangan
pada tahap ini adalah, bahwa tidka semua bahkan hampir masyarakat tidak
91
kegiatan wajib AMDAL, Menteri melalui pejabat yang ditunjuk oleh Menteri,
gubernur melalui kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau
bupati/walikota melalui kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.
Pengumuman permohonan izin lingkungan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan wajib AMDAL dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak dokumen Andal dan RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara
administrasi. Masyarakat memberikan SPT terhadap pengumuman tersebut
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak diumumkan. Sedangkan
untuk rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki UKL-UPL
pengumuman perhononan izin lingkungan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL dilakukan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung
sejak formulir UKL-UPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara
administrasi. Masyarakat memberikan SPT terhadap pengumuman tersebut
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak diumumkan. SPT Masyarakat
Atas Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan Rencana usaha dan/atau
kegiatan wajib AMDAL Masyarakat dengan mencantumkan identitas pribadi
yang jelas berhak menyampaikan SPT secara tertulis/terekam terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 10
(sepuluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan.
SPT sebagaimana dimaksud di atas wajib disampaikan kepada Menteri
melalui pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur melalui kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau bupati/walikota melalui kepala instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan penerbitan izin
lingkungannya dan wakil masyarakat yang terkena dampak dan/atau
organisasi masyarakat yang menjadi anggota komisi penilai AMDAL. SPT
disampaikan bersama dengan rekomendasi penilaian akhir dari komisi penilai
AMDAL kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk penerbitan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dan izin
lingkungan SPT digunakan untuk disampaikan dalam rapat komisi penilai
AMDAL. Mengingat terdapat jeda jangka waktu dalam menyampaikan SPT
95
atas permohonan izin lingkungan, maka rapat tim teknis wajib dilakukan
setelah berakhirnya jangka waktu penerimaan SPT atas permohonan izin
lingkungan.
Kemudian pada tahap terahir yatu pengumuman izin lingkungan yang
sudah diterbitkan dilakukan oleh Menteri melalui pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri, gubernur melalui kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau
bupati/walikota melalui kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota,
mengumumkan keputusan izin lingkungan yang telah diterbitkan.
Pengumuman tersebut dilakukan melalui media massa dan/atau multimedia
antara lain adalah situs internet yang secara efektif dan efisien dapat dapat
menjangkau masyarakat.
Dalam proses sebelum izin lingkungan diterbitkan partisipassi publik
diberikan ruang. Apabila didapati fakta atau keadaan dimana masyarakat tidak
dilibatkan dalam proses penerbitan izin lingkungan, dan didapati bahwa
kegiatan pembangunan merugikan masyarakat dan tidak sesuai dengan
UUPLH atau peraturan perundangan-undangan lainya, maka konsekuensi
hukumnya adalah dapat diproses secara hukum sebagai sengketa lingkungan.
Di dalam lampiran Peraturan Menteri Negara ingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam
Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan
disebutkan bahwa dalam hal terjadi keberatan terhadap izin lingkungan yang
telah diterbitkan, masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan
izin lingkungan tersebut. Secara hukum ketentuan mengenai upaya
penyelesaian sengketa lingkungan diatur di dalam Pasal 84 ayat (1) UUPPLH
upaya penyelesaian sengketa lingkungan dapat dilakukan melalui Pengadilan
ataupun di luar Pengadilan. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan dapat
dilakukan melalui tiga jalur, yaitu Gugatan Perdata dan Tuntutan Pidana di
Pegadilan Umum, maupun Gugatan Tata Usaha Negara di Pengadilan Tata
Usana Negara (PTUN).
Berdasarkan pasal 53 ayat 1 jo pasal 1 butir 4 UU 5/1986, maka dapat
disimpulkan bahwa gugatan pada Peradilan TUN (Peratun) adalah suatu
96
tuntutan hukum yang diajukan oleh orang atau badan hukum perdata terhadap
badan atau pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan TUN, yang merugikan
kepentingan orang atau badan hukum perdata tersebut dengan permintaan
supaya Peratun menyatakan batal atau tidak sah keputusan TUN tersebut atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi.
Dalam sengketa lingkungan terdapat juga mengenai Hak Gugat
Masyarakat yang disebutkan dalam Pasal 91:
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau
peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok
dan anggota kelompoknya
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan.
Dalam pasal 93 UUPLH disebutkan bahwa setiap orang dapat mengajukan
gugatan terhadap keputusan tata usaha negara apabila:
a) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal
b) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen
UKL-UPL
c) Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
BAB IV
A. Simpulan
1. Pembanguna PLTSa Kota Surakarta tersebut dibangun di TPA Putri Cempo yang
berlokasi di lingkungan RT 01 RW 39 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres Kota
Surakarta. Adapun lokasi ini dipilih karena paling strategis dan memenuhi kebutuhan
akan pembangunan, yakni sumber bahan dasar PLTSa yaitu sampah. Keterlibatan
partisipasi publik dalam penerbitan izin lingkungan pembangunan PLTSa Surakarta
secara umum belum ada ditahap ideal sebagaimana sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dan
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan. Adapun keterlibatan partisipais publik yang diberikan ruang melalui
pemberian tanggapan dan saran melalui surat saran, pendapat, dan tanggapan (SPT) pada
proses Pengumuman perencanaan usaha dana tau kegiatan mamupun konsultasi publik
belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Keterlibatan prinsip partisipasi publik
paling terlihat ketika proses sosialiasi terhadap masyarakat. Dimana disitulah akan
ditampung saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat untuk nantinya dijadikan dasar
pertimbangan dalam pembuatan Dokumen AMDAL. Apabila kondisi ini dikaitkan
terhadap teori tipe participation dan non participation menurut Sherry R. Arnstein
digambarkan dalam sebuah urutan anak tangga dari yang terendah sampai tertinggi, maka
dalam kontekas ini keterlibatan partisipasi publik telah sampai pada urutan ke 4 dan 5
atau tahap Konsultasi (Consultation) dan tahap Perdamaian (Placation). Masyarakat
diizinkan untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan pemerintahan. Masyarakat memiliki
hak untuk mendengar dan didengar. Namun, dalam tahapan ini, mereka tidak memiliki
kekuatan untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Tidak ada kepastian yang
diberikan kepada masyarakat untuk turut serta dalam hal tersebut. Metode yang
digunakan pemegang kekuasaan adalah dalam konsultasi yaitu dengan mengadakan
survei, pertemuan masyarakat, dan mendengar pendapat publik.
100
B. Saran
1. Keterlibatan prisnsip partisipasi publik dalam penerbitan izin lingkungan proyek
pembangunan PLTSa Surakarta belum berjalan ideal karena disebabkan oleh
ketidaktauhan masyarakat mengenai alur keterlibatan partisipasi publik dalam
pengurusan izin lingkungan. Seharusnya diadakan sosialisasi dan edukasi terhadap
masyarat terkait hal tersebut. Supaay masyarakat benar-benar mengetahui ruang yang
disediakan bagi mereka untuk turut berperan aktif dalam memberikan masukan atasa
suatu proyek pembangunan, dalam hal ini adalah PLTSa Kota Surakarta. Tujuanya
adalah agar dapat dimaksimalkan kebutuhan masyarat yang terkena dampak proyek.
Diharapkan adanya proyek pembangunan PLTSa masyarakat tidak merugikan
masyarakat, namun justru dapat memberikan dampak positif.
2. Meskipun secara konsekuensi hukum penerbitan izin lingkungan PLTSa Putri Cempo
yang menjadikan saran dan tanggapan masyarakat sebagai dasar pengambil keptusan
dalam penyusunan dokumen AMDAL dapat tetap diterbitkan. Namun proses terbut
haruslah dimaksimalkan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang. Hal
tersbut dilakukan agar nnantinya ketika izin sudah terbit, telah memberikan rasa keadilan
101
bagi masyarakat terutama masyarakat yag terkena dampak agar tidak ada sengket izin
lingkungan dikemudian hari.
102
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jhon Echols dan Hasan Shadily. 2000. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta. Pt.
Gramedia Pustaka Utama.
M. Daud Silalahi. 1999. Peran Serta Masyarakat dalam Proses Amdal. Jakarta.
Makalah Seminar Bapedal.
Jurnal Internasional
Thesis
Internet
105
http://www.solopos.com/2016/08/17/pengelolaan-sampah-solo-pltsa-putri-cempo-
hasilkan-listrik-10-mwjam-745512, diakses pada Senin, 20 November 2017.
http://jateng.metrotvnews.com/bisnis/aNrJX2VN-pln-siap-beli-listrik-pltsa-putri-
cempo, diakses pada Senin, 20 November 2017.
https://www.ucnews.id/news/Kota-Solo-Segera-Miliki Pembangkit-Listrik-
Tenaga-Sampah-Pertama-dI Indonesia/4486952031172864.html, diakses
pada Senin, 20 November 2017.
https://kumparan.com/@kumparannews/negara-ini-kekurangan-sampah-sampai-
harus-impor-dari-luar-negeri, diakses pada Selasa, 20 Februari 2018.
https://www.kompasiana.com/cakmat/59a35d4104ca2436677ec462/kontroversi-
pembangkit-listrik-tenaga-sampah-pltsa-di-indonesia, diakses pada Selasa, 20
Februari 2018.
https://www.kaskus.co.id/thread/5196e3a83f42b27e30000001/inovasi-listrik-
singapore/, diakses pada Selasa, 20 Februari 2018.