Anda di halaman 1dari 240

i Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021

KATA PENGANTAR

Executive Summary ini merupakan Ringkasan dari Laporan Akhir Gugus


Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun Anggaran 2021 yang
diselenggarakan oleh Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Provinsi
Sulawesi Selatan.
Secara keseluruhan laporan ini merupakan laporan yang di dalamnya
membahas mengenai pendahuluan, gambaran umum Gugus Tugas Reforma
Agraria, gambaran umum wilayah, pelaksanaan Reforma Agraria Kota
Palopo, serta rencana kegiatan Reforma Agraria Kota Palopo.
Dengan tersusunnya Executive Summary ini diharapkan dapat
menjadi acuan pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria di Kota Palopo secara
khusus dan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum, sehingga dapat
terwujud Reforma Agraria yang lebih terencana di Kota Palopo.

Palopo, Desember 2021

Tim Penyusun

ii Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Daftar isi

Latar Belakang .............................................................................................................1

Maksud Dan Tujuan .....................................................................................................2

Tinjauan Kebijakan ......................................................................................................2

Pelaksanaaan Kegiatan Reforma Agraria 2021 ..............................................................3

Realisasi Pelaksanaan Reforma Agraria.........................................................................5

Laporan Success Story Pelaksanaan Reforma Agraria ...................................................19

Masalah Dan Kendala ...................................................................................................20

Langkah-Langkah Penanganan Masalah .......................................................................21

Rencana Kegiatan Tahun 2022 .....................................................................................21

Arahan Program Akses Reforma Agraria .......................................................................22

Kesimpulan ..................................................................................................................23

iii Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Daftar Tabel

Tabel 1 Time Schedule Pelaksanaan Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Kota
Palopo ...................................................................................................................... 4
Tabel 2 Data Indikator Dan Parameter Kelayakan TORA Pada Tanah Bekas HGU PT. Hasil
Bumi Indonesia Di Kelurahan Battang .............................................................. 8
Tabel 3 Data Indikator Dan Parameter Kelayakan TORA Usulan Masyarakat Di Kelurahan
Battang Barat.................................................................................................... 9
Tabel 4 Data Indikator Dan Parameter Kelayakan TORA Pada Transmigrasi Di Kelurahan
Peta................................................................................................................... 11
Tabel 5 Data Indikator Dan Parameter Kelayakan TORA Pada Usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan................................................................................................. 12

iv Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Daftar Gambar

Gambar 1 Tahapan penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota ............................ 4


Gambar 2 Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021 ....... 6
Gambar 3 Peta Analisis Prioritas Tanah Bekas Hgu ........................................................ 13
Gambar 4 Peta Analisis Prioritas Tanah Usulan Masyarakat ........................................... 14
Gambar 5 Peta Analisis Prioritas Tanah Transmigrasi ..................................................... 15
Gambar 6 Peta Analisis Prioritas Tanah Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan
Salubattang .................................................................................................... 16
Gambar 7 PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana .................... 17
Gambar 8 Peta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan
Purang ............................................................................................................ 18

Gambar 9 Rapat Integrasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo ............................ 19

Gambar 10 Pembentukan Kelompok Tani Baru di Kelurahan Purangi............................. 19


Gambar 11 Sosialisasi akses permodalan Bank Syariah Indonesia.................................. 20
Gambar 12 Pelatihan pengolahan sayur bayam menjadi keripik bayam .......................... 20

v Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Latar Belakang
Kebijakan Reforma Agraria merupakan upaya untuk menata kembali hubungan
antara masyarakat dengan tanah, yaitu menata kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan permukaan bumi yang berkeadilan. Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
merupakan rujukan pokok bagi kebijakan dan pelaksanaan reforma agraria. UUPA
telah meletakkan dasar-dasar pengaturan, penguasaan, pemilikan penggunaan
dan pemanfaatan tanah.
Kesadaran akan pentingnya menata kembali kehidupan bersama yang berkeadilan
sosial melalui reforma agraria mencapai puncaknya dengan dikeluarnya Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor IX/MPR/2001 tentang
Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang mengharuskan
dilakukannya reforma agraria. TAP MPR ini mengatur mengenai pengertian, prinsip
dan arah kebijakan pembaruan agraria dan pengelolaan sumberdaya alam yang
dalam pelaksanaannya menugaskan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
bersama Presiden Republik Indonesia untuk segera mengatur lebih lanjut
pelaksanaan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam serta
mencabut, mengubah dan/atau mengganti semua undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya yang tidak sejalan dengan TAP MPR ini.
Secara khusus, TAP MPR ini menekankan pentingnya penyelesaian pertentangan
dan tumpang tindih pengaturan agraria dan pengelolaan sumber daya alam.
Selanjutnya Program kerja pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla yang dirumuskan sebagai Nawacita salah satunya menyebutkan Cita
ke-5 yaitu “Program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong
landreform dan program kepemilikan tanah seluas 9 (sembilan) Juta hektar” yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, adalah
target program kepemilikan tanah seluas 9 (sembilan) Juta Hektar, yang akan
dilakukan melalui Redistribusi Tanah Objek Landreform 4,5 juta hektar dan
Legalisasi aset lainnya 4,5 jutahektar.
Reforma Agraria secara fundamental memberikan program-program yang dapat
menuntaskan masalah kemiskinan masyarakat desa, meningkatkan kesejahteraan
dengan kemandirian pangan nasional, meningkatkan produktivitas tanah,
memberikan pengakuan hak atas tanah yang dimiliki baik secara pribadi, negara,

1 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
dan tanah milikumum yang pemanfaatannya untuk memenuhi kepentingan
masyarakat. Reforma Agraria menjadi salah satu Program Prioritas Nasional yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024 sebagai strategi
pengentasan kemiskinan, melalui Penyediaan sumber Tanah Objek Reforma
Agraria (TORA).

Maksud, Tujuan, Dan Manfaat


Maksud dari penyusunan Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo
Tahun Anggaran 2021 ini sebagai penyampaian hasil pelaksanaan kegiatan
Reforma Agraria di Kota Palopo Tahun 2021.
Penyusunan Laporan akhir ini menguraikan hasil dari kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria Kota Palopo Tahun Anggaran 2021 diantaranya:
1. Realisasi pelaksanaan Reforma Agraria Kota Palopo tahun 2021 berupa
penataan aset dan penataan akses;
2. Rencana lokasi TORA di Kota Palopo untuk tahun berikutnya;
3. Arahan program penataan akses dan pemberdayaan dalam kerangka Reforma
Agraria di Kota Palopo untuk tahun berikutnya; dan
4. Data tabular by name by address hasil pelaksanaan Reforma Agraria di
Kota Palopo.
Manfaat penyusunan Laporan Akhir GTRA Kota Palopo Tahun Anggaran 2021
dapat menambah wawasan mengenai gambaran penyelenggaran Reforma
Agraria pada tingkat kabupaten/Kota. serta memberikan rekomendasi TORA
yang dapat dilegalisasi melalui kerangka Reforma Agraria dan rekomendasi terkait
arahan program penataan akses bagi pemerintah daerah.

Tinjauan Kebijakan
1. Peraturan perundang-undangan
a. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok- Pokok Agraria
b. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas
Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
2. Peraturan pemerintah

2 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian sebagaimana Telah Diubah dengan Undang – Undang
Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor
15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
3. Peraturan Presiden
a. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
b. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024
4. Peraturan Daerah
a. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2009 – 2029.
b. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah kota Palopo Tahun 2012 – 2032
5. Kebijakan Lainnya
Rencana Strategis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Tahun 2020 – 2024.

Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Tahun 2021


Berdasarkan tahapan Penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota, kegiatan
Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021 dan pendanaannya
bersumber dari DIPA Kantor Pertanahan Kota Palopo tahun anggaran 2021.
Kegiatan Reforma Agraria di Kota Palopo tahun anggaran 2021 dimulai pada
Januari hingga Desember 2021 memiliki beberapa tahapan penyiapan &
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan, Rincian pelaksaan kegiatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :

3 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
1. Rapat Koordinasi
1. Pembentukan TIM GTRA 2. Pendataan Data TORA dan 1. Laporan Triwulan
2. Penujukkan Tenaga Pengembangan Akses Reform 2. Laporan Akhir
Pendukung GTRA 3. Integrasi Penataan Aset dan
3. Penyiapan Rencana Kerja Penataan Akses
Pelaksanaan GTRA 4. Pilot Project Kampung Reforma
Agraria

Gambar 2 Tahapan penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota


Pelaksanaan Kegiatan Gugus tugas Reforma Agraria (GTRA) kota Palopo yaitu
dilaksanakan pada awal tahun 2021 sesuai dengan time schedule berikut:

Tabel 1 time schedule Pelaksanaan Kegiatan Gugus tugas Reforma Agraria (GTRA) kota
Palopo
Masa Pelaksanaan Pekerjaan (Bulan ke-)
No Kegiatan Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 PERSIAPAN dan PERENCANAAN


Pembentukan Gugus Tugas Reforma
Agraria (GTRA)
Penunjukan Tenaga Pendukung GTRA
Penyiapan Rencana Kerja
Pelaksanaan GTRA
2 PELAKSANAAN
Rapat Koordinasi GTRA
Pendataan Data TORA
Pengembangan Penataan Akses
Integrasi Penataan Aset dan
Penataan Akses
Pilot Project Kampung Reforma
Agraria
3 PELAPORAN
Laporan Triwulan I
Laporan Triwulan II
Laporan Triwulan III
Laporan Akhir

4 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Realisasi Pelaksanaan Reforma Agraria Kota Palopo
Terkait dengan tahap pelaksanaan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo,
adapun kegiatan yang telah dilaksanakan yakni:
Pembentukan Tim GTRA Tahun Anggaran 2021 dengan Nomor SK Walikota
sebelum dilakukan perubahan yaitu 58/I/2021 dibentuk pada tanggal 4 Januari
2021.
Penunjukan Tenaga Pendukung GTRA dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan
Kota Palopo dengan melakukan seleksi administrasi dan dilanjutkan wawancara
oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Palopo. Seleksi dilakukan di lingkungan
Kantor Pertanahan Kota Palopo. Setelah melalui beberapa tahap, maka dilakukan
penandatanganan kontrak oleh peserta yang lulus sebagai konsultan.
Penyiapan Rencana Kerja Pelaksanaan GTRA yaitu membuat time schedule
kegiatan yang dimulai pada awal bulan maret hingga akhir bulan desember.
Adapun perencanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu:
1. Pengumpulan data awal TORA
2. Rapat persiapan tim pelaksana harian GTRA
3. Rapat koordinasi
4. Pendataan data TORA dan pengembangan akses reform
5. Observasi dan peninjauan lapangan (survei)
6. Inventarisasi dan penginputan data TORA by name by address
7. Pengolahan dan analisis data TORA
8. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan reforma agraria
9. Rapat integrasi penataan aset dan penataan akses
10. Pilot project kampung reforma agraria
11. Pelaporan

Pelaksanaan Rapat Koordinasi dilaksanakan sesuai dengan surat undangan


Nomor 341/UND-73.73.NT.01.02/III/2021 tentang Undangan Rapat Koordinasi
Tim Gugus tugas Reforma Agraria Kota Palopo T.A. 2021, rapat dibuka oleh
Walikota Palopo yang diwakili oleh Bapak Drs. H. Burhan Nurdin, M.Si, selaku
Asisten I Bidang Pemerintahan Kota Palopo. Narasumber yang menjadi pembawa
materi dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota
Palopo Tahun 2021 yakni

5 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
1. Kepala Kantor Pertanahan : Didik Purnomo, S.ST, M.Si,
2. Kepala BPKH Wilayah VII Makassar : Hariyani Samal S.Hut
3. Kepala Dinas Transmigrasi Kota Palopo : Drs. Ilham Tahier, SE, MM

Gambar 2 Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021

Pengumpulan Data Awal Tora yaitu berupa data lapangan dan data spasial.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pengumpulan data awal tora yaitu
menyusun daftar kebutuhan data Lokasi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
Kota Palopo. Adapun hasil pengumpulan data yang telah dilakukan yakni;
1. Potensi objek TORA Tanah Bekas HGU, berdasarkan data pemilikan tanah
KKP2 Kementerian ATR/BPN bahwa terdapat pemilikan tanah Bekas Hak Guna
Usaha (HGU) yang merupakan bekas dari perusahaan PT. Hasil Bumi
Indonesia yang tidak diperpanjang izin Hak Guna Usaha oleh Pemerintah Kota
Palopo. Berdasarkan history penguasaan atas tanah bahwa lokasi eks HGU PT.
HBI bersertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Palopo yang terbit sesuai SK
Mendagri No SK.9/HGU/DA/72 tanggal 4 Juli 1972 dengan tanggal
pembukuan sertipikat 29 Desember 1979 seluas 495 Ha terdaftar atas nama
PT. Hasil Bumi Indonesia. Namun sertipikat HGU No 1/ Palopo tersebut telah
berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001. Setelah selesainya kontrak,
pemerintah Kota Palopo tidak mengizinkan memperpanjangkan kontrak kerja
usaha dengan PT. Hasil Bumi Indonesia dengan pertimbangan mengantisipasi
kerusakan lingkungan. Walikota Palopo mengeluarkan Surat Keputusan
dengan Nomor 32/I/2004 tentang Penetapan Lokasi Tanah bekas Hak Guna
Usaha PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (PT.HBI.BM) di Kelurahan
Battang, Kecamatan Wara Barat Kota Palopo sebagai Kawasan Penyangga yang
ditetapkan dan dikeluarkan pada tanggal 27 Januari 2004. Rencana pola
ruang RTRW Kota Palopo Tahun 2012-2032, serta berdasarkan peruntukan
kawasan hutan ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Wilayah tanah
bekas HGU saat ini dikelola oleh GAPOKTAN Tandung Billa yakni kumpulan

6 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
kelompok tani yang hanya diberikan izin untuk mengambil dan mengelola hasil
hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada rapat koordinasi
ditegaskan bahwa tanah bekas HGU dengan mempertimbangkan dampak
terhadap lingkungan maka kawasan tersebut tetap menjadi kawasan
konservasi dan kawasan penyangga untuk Kota Palopo;
2. Potensi TORA Tanah Usulan Masyarakat, berdasarkan hasil laporan akhir
Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020 bahwa
terdapat usulan masyarakat dari Konsorium Pembaruan Agrarian (KPA) bahwa
terdapat daerah konflik kawasan konservasi di Kelurahan Battang Barat
mengenai konflik wilayah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Wilayah III Sulawesi Selatan/Taman Wisata Alam Nanggala III dengan Kelola
masyarakat seluas 365,32 Ha. Konflik klaim masyarakat terhadap wilayah
BKSDA. Mendapat tanggapan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan bahwa
kawasan tersebut masuk dalam kawasan konservasi dan telah diberlakukan
skema perhutanan sosial bagi masyarakat sebagai hak akses mengelola
kawasan tersebut tanpa mendapatkan hak aset atas kawasan tersebut.
3. Potensi TORA Transmigrasi, berdasarkan Keputusan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
87 Tahun 2019 Tentang Penetapan Kawasan Transmigrasi bahwa terdapat
sebaran lokasi transmigrasi di Kota Palopo di Kecamatan Wara Selatan,
Kecamatan Sendana, Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Wara Barat, dan
Kecamatan Teluwanua. Untuk saat ini rencana lokasi kegiatan transmigrasi
berada di Kelurahan Peta dengan didasari telah dibuatkan dokumen Rencan
Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Peta/SP1, SKP A, Kawasan Wara, Kota
Palopo. Rencana lokasi transmigrasi baru dapat menampung 300 KK, dengan
luas wilayah yaitu 953,49 Ha. Status saat ini dalam proses pengajuan SK HPL.
4. Terdapat Usulan Lokasi Potensi TORA Pelepasan Kawasan Hutan Oleh
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Latimojong terletak di Kelurahan
Salubattang Kecamatan Telluwanua berdasarkan peruntukan kawasan hutan
wilayah tersebut termasuk Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang bersinggungan
dengan rencana jalur kereta api yang ditetapkan dalam Perda No.9 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032, dan terdapat
persil pemilikan lahan yang masuk dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas.

7 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Perubahan peruntukan kawasan hutan melalui usulan TORA dengan cara
melakukan inventarisasai dan verifikasi PTKH, berdasarkan Peraturan Menteri
Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Tim Inventarisasi dan Verifikasi Penguasaan
Tanah Dalam Kawasan Hutan dimana Menteri Bidang Perekonomian selaku
ketua tim percepatan penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
Untuk melakukan perubahan peruntukan kawasan hutan dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu melalui usulan revisi RTRW, melalui perubahan
peruntukan secara parsial, dan melalui usulan TORA.

Analisis Kawasan Tora merupakan pengolahan data secara spasial dilakukan


untuk memperoleh informasi kelayakan lokasi TORA dengan mempertimbangan
faktor kemampuan fisik dan faktor yuridis sehingga memperoleh informasi
prioritas dan arahan program pertanahan yang sesuai dengan lokasi TORA, setelah
dilakukan inventarisasi, identifikasi, dan hasil peninjauan lapangan pada lokasi

1. Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia Di Kelurahan Battang.


Adapun hasil analisis dari data yang digunakan untuk menganalisis penilaian
kelayakan TORA pada tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia adalah
sebagai berikut.
Tabel 2 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada tanah bekas HGU PT. Hasil
Bumi Indonesia di Kelurahan Battang
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
Penggunaan
1 Hutan Campuran Layak Konfirmasi
Tanah

Rencana Pola Kawasan Hutan Lindung Layak Konfirmasi


2
Ruang RTRW
Kawasan Pertambangan Layak
200-400 Layak
400-600 Layak
3 Elevasi
600-800 Layak
800-1000 Layak
0-2% Layak
4 Lereng
2-8% Layak

8 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan secara
spasial bahwa pada tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indone masuk pada
kategori layak konfirmasi. Hal ini dikarenakan pada lokasi tanah bekas HGU
berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 merupakan peruntukan kawasan hutan
lindung, selain itu berdasarkan peruntukan kawasan hutan pada Surat
Keputusan No. 362 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan merupakan
kawasan hutan lindung.
Pada lokasi tanah bekas HGU di PT. Hasil Bumi Indonesia bahwa Walikota
Palopo mengeluarkan Keputusan Walikota Palopo Nomor 32/I/2004 tentang
Penetapan Lokasi Tanah Eks Hak Guna Usaha PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu
Marannu (PT.HBI.BM) di Kelurahan Battang, Kecamatan Wara Barat Kota
Palopo sebagai Kawasan Penyangga. Berdasarkan pernyataan tersebut
sehingga pada lokasi tanah bekas HGU tidak dapat di tindak lanjuti sebagai
objek TORA.

2. Usulan Masyarakat Di Kelurahan Battang Barat. Adapun hasil analisis dari


data yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan TORA pada
lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat dalah sebagai berikut.
Tabel 3 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
1 Penggunaan Hutan Campuran Layak Konfirmasi
Tanah Permukiman Layak
2 Rencana Pola Kawasan Hutan Lindung Layak Konfirmasi
Ruang RTRW Kawasan Pelestarian Alam Layak Konfirmasi
Kawasan Pertambangan Layak
Pertanian Lahan Kering Layak

9 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
Sempadan Sungai Tidak Layak
3 Elevasi 400-500 Layak
500-600 Layak
600-700 Layak
700-800 Layak
800-900 Layak
900-1.000
4 Lereng 2-8% Layak
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
> 40 % Tidak Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan secara
spasial bahwa pada usulan masyarakat di Kelurahan Peta masuk pada kategori
layak konfirmasi dan tidak layak. Penyebab layak konfirmasi pada lokasi
usulan masyarakat dikarenakan berdasarkan rencana pola ruang RTRW Kota
Palopo 2012-2032 masuk pada kawasan lindung yang terdiri kawasan hutan
konservasi dan kawasan hutan lindung. Sedangkan berdasarkan Surat
Keputusan No. 362 Kemnterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa pada
lokasi usulan masyarakat masuk pada peruntukan kawasan hutan konservasi
dan kawasan hutan lindung.
Sedangkan tidak layaknya pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan
Battang yaitu berdasarkan rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032
diperuntukan sebagai sempadan sungai. Selain itu dikarenakan pada lokasi
usulan masyarakat memili kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lebih dari 40%.
3. Kawasan Transmigrasi Di Kelurahan Peta. Adapun hasil analisis dari data
yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan TORA pada lokasi
Transmigrasi di Kelurahan Peta Berikut ini penilaian kelayakan TORA pada
Kawadsan Transmigrasi.

10 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Tabel 4 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Transmigrasi
di Kelurahan Peta
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
1 Penggunaan Kebun Campuran Layak
Tanah Lahan Terbuka Layak
Permukiman Layak
Sungai Tidak Layak
Tegalan Layak
2 Rencana Pola Hutan Kota Layak Konfirmasi
Ruang RTRW Kawasan Pertambangan Layak
Kawasan Perumahan Layak
Kawasan Peternakan Layak
Pertanian Lahan Kering Layak
Sempadan Sungai Tidak Layak
3 Elevasi 0-200 Layak
200-400 Layak
400-600 Layak
600-800 Layak
800-1000 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
> 40 % Tidak Layak
5 Gambut Non gambut Layak

Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021


Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan secara
spasial bahwa pada TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta masuk pada
kategori layak. Hal yang perlu di perhatikan bahwa pada rencana ruang Kota
Palopo berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di Kelurahan Peta sebagai hutan
kota yang masuk pada kawasan lindung. Akan tetapi berdasarkan Surat
Keputusan No. 362 Kemnterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
dikeluarkan pada tahun 2019 bahwa hutan kota yang masuk dalam delinasi

11 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta berubah peruntukan menjadi Area
Penggunaan Lain (APL), sehingga rencana pola ruang menjadi kawasan
budidaya dan statusnya adalah layak.
4. TORA Pelepasan Kawasan Hutan
Adapun hasil analisis dari data yang digunakan untuk menganalisis penilaian
kelayakan TORA pada lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu
Walenrang adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan
No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan
1 Penggunaan Hutan Sejenis Alami Layak Konfirmasi
Tanah
Kebun Campuran Layak
Mangrove Tidak Layak
Sungai Tidak Layak
Tambak Layak
2 Rencana Pola Hutan Produksi Terbatas Layak Konfirmasi
Ruang RTRW
3 Elevasi 0-50 Layak
50-100 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan secara
spasial bahwa pada usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan masuk pada
kategori layak konformasi. Hal ini dikarenakan pada rencana pola ruang Kota
Palopo berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di lokasi usulan TORA
Pelepasan Kawasan Hutan masuk pada kawasan Hutan Produksi Terbatas.

12 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Analisis Prioritas Tanah Objek Reforma Agraria
Analisis prioritas Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) merupakan tahapan
analisis untuk menentukan TORA yang dapat ditindaklanjuti dengan legalisasi
aset, redistribusi tanah, ataupun konsolidasi tanah. Analisis prioritas TORA
dilakukan dengan menggunakan analisis spasial dengan menggunakan aplikasi
SIGTORA (Sistem Informasi Geografis Tanah Objek Reforma Agraria) Dekstop.
Analisa spasial yang dilakukan yaitu dengan overlay lokasi TORA dengan peta
penggunaan tanah eksisting, faktor pembatas (peta kelerengan, peta elevasi dan
peta gambut) serta kesesuaian dengan RTRW. Hasil overlay tersebut akan
menghasilkan lokasi Prioritas TORA.
1. Analisis Prioritas Tanah Ex. HGU PT. Hasil Bumi Indonesia
Setelah dilakukan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop
bahwa tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang masuk
pada kategori perioritas 2. Berdasarkan hasil analisis spasial menggunakan
aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa pada berdasarkan rencana polaruang RTRW
Kota Palopo di tanah bekas HGU merupakan kawasan hutan lindung. Berdasarkan
Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengenai peruntukan kawasan hutan Sulawesi Selatan bahwa lokasi tanah bekas
HGU sebagai peruntukan kawasan hutan lindung. Sedangkan berdasarkan
penggunaan tanah pada lokasi tanah bekas HGU merupakan hutan campuran
yang dimanfaatkan sebagai hutan sosial sehingga pada lokasi tanah bekas HGU
termasuk pada kategori prioritaskedua .

Gambar 3 Peta Analisis Prioritas tanah bekas HGU


13 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
2. Analisis Prioritas Tanah Ususlan Masyarakat. Hasil analisis spasial
menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop menunjukkan bahwa lokasi usulan
masyarakat di Kelurahan Battang Barat masuk kategori prioritas 2 dengan
luas 947,70 dan kategori prioritas 3 dengan luas 5,79 Ha. Dalam melakukan
analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa dalam
rencana pola ruang berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di lokasi usulan
masyarakat masuk pada kawasan lindung yang terdiri dari kawasah hutan
lindung dan kawasan hutan konservasi. Sedangkan berdasarkan Keputusan
No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa peruntukan
kawasan hutan di lokasi usulan masyarakat masuk pada kawasan hutan
konservasi dan kawasan hutan lindung, sehingga hasil analisis prioritas masuk
kategori perioritas 2. Berdasarkan kemampuan fisik di lokasi usulan
masyarakat di Kelurahan Battang Barat bahwa kemiringan lereng di lokasi
usulan masyarakat sangat curam dengan kemiringan lebih dari 40%. Sehingga
berdasarkan hasil analisis prioritas pada lokasi usulan masyarakat masuk
pada kategori prioritas 3.

Gambar 4 Peta Analisis Prioritas Tanah Usulan Masyarakat


3. Analisis Prioritas Kawasan Transmigrasi
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop menujukkan bahwa
TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta masuk kategori prioritas 1 dengan luas
947,70 dan kategori prioritas 3 dengan luas 5,79 Ha. Dalam melakukan analisis
spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa dalam rencana pola ruang
14 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di lokasi transmigrasi Kelurahan Peta
merupakan hutan kota yang masuk kawasan lindung. Namun setelah keluarnya
Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengenai peruntukan kawasan hutan Sulawesi Selatan bahwa lokasi transmigrasi
di Kelurahan Peta sebagai peruntukan Area Penggunaan Lain (APL) sehingga
masuk kawasan budidaya. Tedapatnya kategori prioritas 3 di lokasi TORA
Transmigrasi di Kelurahan Peta dikarenakan kemiringan tanah pada kawasan
TORA lebih dari 40% sehingga masuk kategori tidak layak atau tidak dapat
ditindaklanjuti penataan asetnya.

Gambar 5 Peta Analisis Prioritas Transmigrasi


4. Analisis Prioritas usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan
Salubattang
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa usulan TORA
Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan dan
Kelurahan Batu Walenrang, Kecamatan Telluwanua masuk kategori prioritas 2. Hal
ini dikarenakan status kawasan usulan TORA masih masuk dalam kawasan hutan,
sehingga perlu dilakukan pelepasan kawasan hutan untuk mengubah status hutan
menjadi Area Penggunaan Lain, dengan pertimbangan kawasan Hutan Produksi
Terbatas bersinggungan dengan rencana pembangunan sarana umum yaitu jalur
kereta api berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032. Selain itu bersinggungan dengan
15 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
kepemilikan tanah yang telah dilakukan kegiatan legalisasi aset Redistribusi Tanah
pada tahun 2014 dan 2015.

Gambar 6 Peta Analisis Prioritas Pelepasan Kawasan Hutan


di Kelurahan Salubattang
5. Analisis Prioritas PTSL Kategori K3
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop menunjukkan bahwa
PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk kategori
prioritas 1 dengan luas 14,m 66 hA dan kategori prioritas 2 dengan luas 0,16 Ha.
Pada pelaksanaan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop
terdapat peruntukan rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032
diperuntukan sebagai hutan kota yang masuk pada kawasan lindung. Namun
berdasarkankan Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang peruntukan kawasan hutan, bahwa lokasi PTSL kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana diperuntukan sebagai Area
Penggunaan Lain (APL). Berdasarkan hal tersebut lokasi PTSL kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk kategori prioritas 1.
Sedangkan pada rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032 di lokasi PTSL
kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana terdapat peruntukan
sebagai sempadan sungai yang masuk pada kategori prioritas 2.

16 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Gambar 7 Peta Analisis Prioritas PTSL kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana
Analisis Komoditas
Penentuan peruntukan komoditi unggulan di lokasi PTSL kategori K3 dilakukan
dengan analisis Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL) yang akan
menghasilkan menghasilkan data tabular kelas kesesuaian lahan masing-masing
komoditas berdasarkan satuan peta tanah. Pada peta tanah, sebaran tanah
dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya (seperti: kedalaman efektif tanah, batuan
induk, sifat fisika dan kimia, drainase), termasuk topografi/relief dan iklim
setempat. Hasil analisis kesesuaian lahan terbagi atas:

Kelas S1, : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
sangat sesuai nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau
faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan
mereduksi produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2, : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini
cukup sesuai akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya
dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3, : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor
sesuai pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
marginal memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak
daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor

17 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu
adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah
atau pihak swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak
mampu mengatasinya.
Kelas N, tidak : Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor
sesuai pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palopo Tahun
2018-2023 bahwa pada Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi masuk pada
kawasan peruntukan pertanian yang terdiri dari kawasan peruntukan
pertabiangan tangan pangan yang terletak di Kelurahan Sendana dan masuk pada
kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, selain itu masuk juga pada
kawasan peruntukan perkebunan dan kawasan peruntukan pertanian
holtikultura. Dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 menyebutkan pada
Kecamatan Sendana yang merupakan lokasi PTSL Kategori K3 masuk sebagai
kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan perkebunan, dan kawasan
pertanian holtikultura.
Peruntukan pertanian holtikultura di lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi
dan Kelurahan Sendana terdiri dari jenis tanaman sayur bayam, sayur kangkung,
sayur kacang panjang, sayur pare, cabai, terong, dan tomat. Sedangkan
peruntukan kawasan perkebunan yaitu hanya perkebunan kakao. Berikut hasil
analisis kesesuaian lahan komoditi unggulan di lokasi PTSL kategori K3.

Gambar 8 Peta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan
Purang

18 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Integrasi Penataan Aset Dan Penataan Akses
Pada hari Selasa, tanggal 26 Oktober 2021 telah dilaksanakan rapat integrasi di
ruang Ratona Kantor Walikota Palopo Rapat Integrasi. Rapat integrasi dipimpin
oleh Drs. Muhammad Judas Amir, M.H selaku Ketua Tim GTRA Kota Palopo,
dihadiri oleh anggota Tim, dan Tenaga Pendukung GTRA Kota Palopo.

Gambar 9 Rapat Integrasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo

Success Strory Pilot Project Reforma Agraria


a. Kelembagaan
Pembentukan Kelompok Tani khusus petani sayur di kelurahan purangi
Kecamatan Sendana. Ini merupakan bentuk dukungan Dinas Pertanian Kota
Palopo terhadap program Pilot Project Kampung Reforma Agraria untuk
pengembangan pemberdayaan masyarakat di lokasi yang telah di tetapkan sebagai
Kampung Reforma Agraria.

Gambar 10 Pembentukan Kelompok Tani Baru di Kelurahan


Purangi Kecamatan Sendana
b. Akses Permodalan dari Salah Satu Bank di Kota Palopo
Terkait Akses permodalan, telah dilakukan pendampingan berupa pemberian
akses kepada masyarakat yang ingin mendapatkan modal dalam melakukan
pengembangan usaha sehingga dapat membantu perekonomiannya. Kegiatan ini
merupakan bentuk kerjasama dengan pihak permodalan yang menjadi salah satu
anggota tim Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo. Masyarakat mendapatkan
sosialisasi langsung oleh pihak permodalan sehingga masyarakat dapat mengerti
persyaratan dalam mengakses modal pembiayaan.

19 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Gambar 11 Sosialisasi akses permodalan Bank Syariah Indonesia
c. Bentuk-bentuk lain pemberdayaan
Sayur bayam merupakan hasil pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan
secara maksimal di Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi pada tanggal 23
Agustus 2021, telah dilaksanakan pelatihan pengelohan sayur bayam menjadi
keripik bayam, keripik bayam dapat menambah nilai tambah bayam sebagai bahan
baku keripik dan untuk menambah pendapatan petani. Kegiatan ini diharapkan
dapat memotivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan produksi cemilan keripik
bayam sehingga menjadi suatu jenis usaha industri rumah tangga dengan
memanfaatkan potensi alam.

Gambar 12 Pelatihan pengolahan sayur bayam menjadi keripik bayam

Masalah dan Kendala


Adapun hambatan dalam pelaksanaan GTRA Kota Palopo sebagai berikut :
a. Belum jelasnya Batas administrasi Kota Palopo pada tingkat kelurahan
maupun Kecamatan.
b. Berdasarkan kegiatan Rapat Koordinasi yang telah dilaksanakan pada tanggal
15 Maret 2021, bahwa terdapat usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan pada
peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) menjadi Area Penggunaan lain
(APL), pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) tersebut bersinggungan
dengan rencana jalur kereta api berdasarkan PERDA No 9 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032.

20 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
c. Kendala yang dialami pada TORA Transmigrasi yaitu belum mempunyai Hak
Pengelolaan Lahan (HPL) dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) pada
Transmigrasi yang terletak di Kelurahan Peta. Namun saat ini telah
pelaksanaan pengurusan HPL.
d. Pada legalisasi aset PTSL Kategori K3 subjek tanahnya belum memenuhi
syarat.
e. Terdapat tidak kesesuaian peruntukan kawasan hutan berdasarkan
SK.362/MENLHK/SETJEN/PLA.0/5/2019 Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dengan Rencana Tata Ruang Kota Palopo berdasarkan PERDA
No. 9 Tahun 2021.

Langkah-Langkah Penanganan Masalah


1. Kebijakan Satu Peta
2. Dilakukan pengusulan Pelepasan Kawasan Hutan berdasarkan peraturan
menteri bidang perekonomian republik indonesia selaku ketua tim percepatan
penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan nomor 3 tahun 2018
tentang pedoman pelaksanaan tugas tim inventarisasi dan verifikasi
penguasaan tanah dalam kawasan hutan
3. Melengkapi dokumen tata ruang sebagai satu syarat dilakukan pengukuran
4. Pada legalisasi aset PTSL Kategori K3 subjek Tanahnya Belum memenuhi
Syarat
5. Dilakukan penyesuaian kawasan hutan berdasarkan
SK.362/MENLHK/SETJAN/PLA.0/5/2019 Kementerian Lingkungan Hidup
dan kehutanan dengan rencana tata ruang kota palopo berdasarkan perda
No. 9 Tahun 2021.

Rencana Kegiatan Tahun 2022


Adapun Rencana lokasi tanah obyek reforma agraria Tahun 2022, Tidak terdapat
kegiatan tahun 2022, karena potensi objek TORA pada kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria tahun 2021 belum siap untuk dijadikan objek TORA di tahun
2022, Adapun alasannya sebagai berikut :
a. Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang,
Kelurahan Batu Walenrang, Kelurahan Pentojangan, Kecamatan Telluwanua,

21 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Kota Palopo, masih dalam bentuk usulan belum dilakukan permohonan
pelaksanaan inventarisasi dan verifikasi PTKH (Penyelesaian Penguasaan
Tanah dalam Kawasan Hutan)
b. Kawasan Transmigrasi WARA di kelurahan Peta Kecamatan Sendana Kota
Palopo merupakan kawasan transmigrasi baru, dan saat ini masih tahap
melengkapi berkas pengurusan SK HPL sehingga belum bisa menjadi objek
TORA untuk tahun 2022.

Arahan Program Akses Reform dan Pemberdayaan Reforma Agraria


Demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dalam Reforma Agraria diperlukan
Penyusunan rencana pengembangan penataan akses dilaksanakan berdasarkan
hasil peninjauan lapang atas potensi pengembangan penataan akses yang
didapatkan dan ketersediaan program/kegiatan serta anggaran pemberdayaan
masyarakat yang ada di Kementerian/Lembaga/ Dinas terkait. Adapun arahan
program akses dan pemberdayaan yang diperlukan di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana Kecamatan Sendana adalah Penyediaan sarana dan prasarana
pertania seperti :
1. Irigasi
2. Embung Air
3. Mesin Traktor
Selain Penyediaan srana dan prasarana pertanian juga di perlukan Penyuluhan
dan Pemberdayaan terkait metode pertanian yang ramah lingkungan, efektif dan
efisien serta pemberdayaan inovasi olahan produk pertanian merupakan salah satu
strategi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat adalah dengan memberikan
pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk berinovasi dalam pengolahan hasil
pertanian, dan teknologi – teknologi yang dapat menunjang dalam proses
berinovasi, sehingga tercipta kemandirian masyarakat dalam bertani dan
berwirausaha.
Pemasaran, merupakan unsur penting dalam peningkatan kesejahteraan, dimana
kegiatan jual – beli hasil produksi pertanian dapat mencapai manfaat bersama,
upaya yang telah dilakukan untuk membantu petani memasarkan hasil
pertaniannya melalui pasar Mungkajang, dinilai belum efektif, karena pengunjung
pasar mungkajang masih sepi. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian

22 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
pemerintah untuk membenahi dan melakukan evaluasi dalam mendorong
peningkatkan minat, daya tarik penjual/pembeli agar manfaat pasar sebagai
penegak roda perekonomian masyarakat dapat dicapai.

Kesimpulan

a. Tanah Bekas HGU


Lokasi eks HGU PT. HBI bersertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Palopo yang
terbit sesuai SK Mendagri Nomor SK.9/HGU/DA/72 tanggal 4 Juli 1972,
tanggal pembukuan sertipikat 29 Desember 1979 seluas 495 Ha terdaftar atas
nama PT. Hasil Bumi Indonesia. Sertipikat HGU Nomor 1/Palopo tersebut telah
berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001, kemudian Pemerintah Kota
Palopo tidak mengizinkan memperpanjangkan kontrak kerja usaha dengan PT.
Hasil Bumi Indonesia dengan pertimbangan mengantisipasi kerusakan
lingkungan.
Walikota Palopo mengeluarkan Keputusan Walikota Palopo Nomor 32/I/2004
tentang Penetapan Lokasi Tanah Eks Hak Guna Usaha PT. Hasil Bumi
Indonesia Buntu Marannu (PT.HBI.BM) di Kelurahan Battang, Kecamatan Wara
Barat Kota Palopo sebagai Kawasan Penyangga yang ditetapkan dan
dikeluarkan pada tanggal 27 Januari 2004.
Tahun 2017 melalui SK Nomor: SK.2629/MENLHK-PSKL/PSL.0/ 5/2017
Tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan kepada
GAPOKTANHUT Tandung Billa seluas 1.617 Ha pada Kawasan Hutan Lindung
di Kelurahan Battang dan Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat,
Kota Palopo;
Pada Tanah bekas HGU, kegiatan penataan aset tidak dapat dilaksanakan
karena masuk dalam kawasan hutan lindung, sehingga tidak menjadi lokasi
Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), kemudian hanya diberikan kebijakan
penataan akses, dikelola oleh GAPOKTAN Tandung Billa yakni kumpulan
kelompok tani di Kelurahan Battang
b. Tanah Usulan Masyarakat
Berdasarkan hasil laporan akhir GTRA Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020
bahwa usulan masyarakat dari Konsorium Pembaruan Agrarian (KPA) dengan

23 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Sulawesi Selatan/
Taman Wisata Alam Nanggala III di Kelurahan Battang Barat.
Berdasarkan Peruntukan Kawasan Hutan dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palopo 2012-2032 bahwa wilayah konflik klaim masyarakat terhadap
kawasan BKSDA wilayah III masuk dalam kawasan konservasi. wilayah klaim
masyarkat dengan balai konservasi sumberdaya alam (BKSDA) Wilayah III
Sulawesi Selatan/ Taman Wisata Alam Hutan Nanggala III, SELUAS : 844,74
Ha. BKSDA TWA Nanggala III Mengacu Pada; Keputusan Mentri Kehutanan No.
663/Kpts-11/1992, Keputusan Gubernur No. 276/IV/1999, Keputusan
Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 890/Kpts-II/1999, Tentang
Perubahan Status Hutan Lindung Menjadi Hutan Taman Wisata Alam, Seluas
500 Ha. Pada Tahun 2004 Terjadi Penambahan Wilayah BKSDA Dengan
Pengajuan Oleh Walikota Palopo Tahun 2004 menjadi 900an Ha, secara
Administratif masuk dalam Dua Kelurahan Yakni Battang Barat dan Kelurahan
Padang Lambe.
Tanah Usulan Masyarakat Kelurahan Battang Barat legalisasi aset tidak dapat
laksanakan dan bukan objek TORA di Kota Palopo karena masuk dalam
kawasan Konservasi dan hutan lindung, sehingga masyarakat hanya diberikan
kebijakan penataan akses dalam bentuk kemitraan perhutanan sosial.
c. Tanah Transmigrasi
Tanah Objek Reforma Agraria yang berasal dari tanah transmigrasi di Kota
Palopo, berdasarkan Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2019
Tentang Penetapan Kawasan Transmigrasi bahwa terdapat sebaran lokasi
Transmigrasi di Kota Palopo salah satunya adalah Transmigrasi WARA yang
terletak di Kelurahan Peta Kecamatan Sendana. berdasarkan analisis
menggunakan aplikasi SIG TORA di Kawasan Transmigrasi WARA, hasil
analisis menujukkan bahwa kawasan Transmigrasi Wara seluas 947,7Ha
masuk dalam kategori prioritas I. Hal ini berarti kawasan Transmigrasi Wara
layak/dapat dilakukan penataan aset yang saat ini masih dalam tahap
pengurusan HPL (kelengkapan berkas), dan yang masuk dalam prioritas 3
yang artinya tidak layak dilaksanakan penataan aset seluas 5,79 Ha, karena

24 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
berdasarkan data yang diinput terdapat kendala dengan kondisi kemiringan
lereng wilayah tersebut > 40%,
d. Pengusulan TORA dari Pelepasan Kawasan Hutan
Berdasarkan hasil rapat koordinasi GTRA Kota Palopo tanggal 30 Maret 2021,
mendapat tambahan usulan untuk pelepasan kawasan hutan di Kelurahan
Salubattang, yang merupakan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Berdasarkan
SK.362/MENLHK/SETJEN/PLA.0/5 /2019, yang termasuk dalam kawasan
hutan produksi terdapat di 3 (tiga) kelurahan yaitu Salubattang, Batu
Walenrang, Pentojangan.
Terdapat kawasan Hutan Produksi Terbatas dengan pertimbangan kawasan
hutan tersebut bersinggungan dengan rencana pembangunan prasarana
transportasi yaitu jalur kereta api berdasarkan Perda no.9 tahun 2012 tentang
RTRW Kota Palopo tahun 2012 – 2032. Berdasarkan hasil analisis SIGTORA
kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) masuk dalam prioritas 2, yang
pengusulan permohonan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi untuk
penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
e. Penataan Akses
Pilot Project Kampung Reforma Agraria Kota Palopo berlokasi di Kelurahan
Sendana, dan Kelurahan Purangi Kecamatan Sendana. Pada tahun 2019 di
kelurahan Sendana telah dilaksanakan penataan aset dari program PTSL
sejumlah 19 Bidang, kemudian pada tahun 2021 sebanyak 95 bidang, dengan
potensi alam dan pemanfaatan lahan sebagai kebun kakao dan perkebunan
sayur. Kemudian Pada Kelurahan Purangi Kegiatan Penataan Aset telah
dilaksanakan PTSL pada tahun 2018 sebanyak 165 bidang, tahun 2020
sebanyak 361 bidang, tahun 2021 sebanyak 79 Bidang dengan potensi alam
dan pemanfaatan lahan sebagai perkebunan sayur antara lain sayur bayam,
paria, kangkong, terong, kacang panjang dan lain lain.
Penataan Akses berupa pendampingan promosi penjualan sayur melalui media
sosial yang dapat diakses melalui link: https://linktr.ee/Sayurku_palopo untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, adapula program pelatihan pengolahan
sayur bayam menjadi keripik bayam yang menjadi stimulus untuk dapat
mengembangkan usaha dan menigkatkan pendapatan melalui program
pelatihan tersebut. Kegiatan penataan aset dan penataan akses telah

25 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
dilakukan pemetaan melalui aplikasi arcgis bedasarkan data yang telah
dikumpulkan dilapangan, dan berdasarkan data masih ada 51 bidang yang
masuk dalam kegiatan PTSL kategori K3 untuk ditindaklanjuti di kelurahan
Sendana dan Kelurahan Purangi.

26 Executive Summary | Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Tahun 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penyelenggaraan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo
Tahun Anggaran 2021 hingga penyusunan laporan akhir dapat diselesaikan.
Laporan ini memuat laporan hasil pelaksanaan Reforma Agraria Kota Palopo
pada Tahun Anggaran 2021, yang terdiri dari atas pelaksanaan Penataan Aset dan
Penataan Akses, data by name by address hasil pelaksanaan Reforma Agraria Kota
Palopo.
Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo ini telah melewati
tahapan-tahapan koordinasi baik ke tingkat Pemerintah Kota Palopo maupun ke
tingkat Provinsi untuk menyampaikan laporan hasil kegiatan yang dilakasanakan
Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun Anggaran 2021.
Terima kasih kepada seluruh pihak terkait atas saran dan masukan yang
sangat membantu dalam penyusunan laporan ini. Laporan ini tidak luput dari
kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dari berbagai pihak
demi perbaikan laporan ini. Semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,
dapat menambah ilmu pengetahuan, dapat memberikan manfaat terkhusus
pemerintah Kota Palopo tentang pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma
Agraria di tahun berikutnya.

Palopo, Desember 2021

Tim Gugus Tugas Reforma Agraria


Kota Palopo Tahun 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................... 2
1.2.1 MAKSUD 2
1.2.2 TUJUAN 2
1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN ............................................................................... 3
1.4 SISTEMATIKA........................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
2.1 REFORMA AGRARIA ............................................................................................... 4
2.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN ..... 13
2.3 RENCANA TATA RUANG KOTA PALOPO ........................................................ 16
BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA PALOPO ............................................................... 42
3.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Kota Palopo ...................................... 42
3.2 Kemiringan Lereng .................................................................................................... 43
3.3 Iklim Dan Curah Hujan ............................................................................................. 45
3.4 Demografi .................................................................................................................. 46
BAB 4 PELAKSANAAN GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA KOTA PALOPO .. 54
4.1 PERSIAPAN & PERENCANAAN........................................................................... 54
4.1.1 Pembetukan TIM GTRA 54
4.1.2 Penunjukkan Tenaga Pendukung GTRA 55
4.1.3 Penyiapan Rencana Kerja Pelaksanaan GTRA 55
4.2 PELAKSANAAN ...................................................................................................... 61
4.2.1 Rapat Koordinasi 61
4.2.2 Pendataan Data TORA dan Pengembangan Akses Reforma 64
4.2.3 Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 181
4.2.4 Pilot Project Kampung Reforma Agraria 190
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................................. 193
5.1 Rencana Kegiatan Tahun 2022 ................................................................................ 193
5.2 Arahan Program Akses Reform dan Pemberdayaan Reforma Agraria ................... 193
5.3 Hambatan dan Kendala ............................................................................................ 195
5.4 Saran ........................................................................................................................ 196
5.5 Kesimpulan .............................................................................................................. 196

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Indikator dan Parameter Kelayakan TORA ...................................... 11
Tabel 2. 2 Rencana Pengembangan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan 2009-2029
..................................................................................................... 13
Tabel 2. 3 Rencana Kawasan Strategis RTRW Provinsi Sulawesi Selatan .......... 16
Tabel 2. 4 Rencana Pusat Kegiatan RTRW Kota Palopo Tahun 2012-2032 ........ 17
Tabel 2. 5 Rencana Sistem Jaringan Prasarana RTRW Kota Palopo .................. 18
Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang kawasan Lindung RTRW Kota Palopo Tahun
2012-2032 ..................................................................................... 25
Tabel 2. 7 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya RTRW Kota Palopo Tahun
2012-2032 ..................................................................................... 28
Tabel 2. 8 Penetapan Kawasan Strategis RTRW Kota Palopo Tahun 2012-203239
Tabel 3. 1 Wilayah Administrasi Kota Palopo .................................................. 42
Tabel 3. 2 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo .................................... 44
Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Lereng di Kota Palopo ...................................... 44
Tabel 3. 4 Sebaran Lokasi Jenis Tanah di Kota Palopo .................................... 44
Tabel 3. 5 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kota Palopo Tahun 2021
..................................................................................................... 46
Tabel 3. 6 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Palopo Tahun
2020 .............................................................................................. 46
Tabel 3. 7 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kota Palopo,2017- 2020 ........... 47
Tabel 4. 1 Daftar Nama Tenaga Pendukung .................................................... 55
Tabel 4. 2 Jadwal Rencana Kerja Kegiatan Gugus Tugas Reforma Kota Palopo
Tahun Anggaran 2021 .................................................................... 56
Tabel 4. 3 Tabel Realisasi Kegiatan GTRA Kota Palopo T.A 2021 ...................... 57
Tabel 4. 4 Realisasi Penyerapan Anggaran GTRA Kota Palopo Tahun Anggaran
2021 .............................................................................................. 59
Tabel 4. 5 Daftar Narasumber Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria
Kota Palopo Tahun 2021 ................................................................ 61
Tabel 4. 6 Elevasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang ......................................................................................... 65
Tabel 4. 7 Kelerengan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang ......................................................................................... 66
Tabel 4. 8 Curah Hujan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ....................................................................... 67
Tabel 4. 9 Rencana Pola Ruang Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di

iv
Kelurahan Battang ......................................................................... 67
Tabel 4. 10 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada tanah bekas
HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang ...................... 76
Tabel 4. 11 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi
Indonesia Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo ..................... 77
Tabel 4. 12 Penggunaan Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di
Kelurahan Battang Barat ............................................................... 82
Tabel 4. 13 Elevasi Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat ................................................................................ 83
Tabel 4. 14 Kelerengan Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat ................................................................................ 83
Tabel 4. 15 Rencana Pola Ruang Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat ................................................................................ 84
Tabel 4. 16 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA Usulan Masyarakat
di Kelurahan Battang Barat ............................................................ 94
Tabel 4. 17 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Lokasi Usulan Masyarakat
Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo .................................... 95
Tabel 4. 18 Luas Kesesuaian Guna Lahan Lokasi Usulan Masyarakat Terhadap
Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo .................................... 96
Tabel 4. 19 Penggunaan Tanah TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta ............ 100
Tabel 4. 20 Elevasi Tanah dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta . 101
Tabel 4. 21 Kelerengan Tanah dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta
................................................................................................... 102
Tabel 4. 22 Curah Hujan dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta .. 102
Tabel 4. 23 Rencana Pola Ruang di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta ...... 103
Tabel 4. 24 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Transmigrasi di
Kelurahan Peta ............................................................................ 112
Tabel 4. 25 Analisis Kesesuaian Guna Lahan TORA Transmigrasi Terhadap
Rencana Pola Ruang Kota Palopo.................................................. 113
Tabel 4. 26 Luas Kesesuaian Guna Lahan TORA Transmigrasi Terhadap
Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo .................................. 114
Tabel 4. 27 Peruntukan Kawasan Hutan di Kota Palopo ................................ 118
Tabel 4. 28 Kelurahan Yang Masuk Dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas
................................................................................................... 119
Tabel 4. 29 Kepemilikan Tanah Yang Masuk dalam Kawasan Hutan Produksi
Terbatas ...................................................................................... 119

v
Tabel 4. 30 Penggunaan Tanah pada Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
................................................................................................... 123
Tabel 4. 31 Elevasi Tanah dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
di Hutan Produksi Terbatas .......................................................... 124
Tabel 4. 32 Kelerengan Tanah dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan
Hutan di Hutan Produksi Terbatas ............................................... 124
Tabel 4. 33 Curah Hujan dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
di Hutan Produksi Terbatas .......................................................... 125
Tabel 4. 34 Rencana Pola Ruang di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Hutan Produksi Terbatas ............................................................. 125
Tabel 4. 35 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Usulan TORA
Pelepasan Kawasan Hutan ........................................................... 134
Tabel 4. 36 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Usulan TORA Pelepasan Kawasan
Hutan Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo ........................ 135
Tabel 4. 37 Luas Kesesuaian Guna Lahan Usulan TORA Pelepasan Kawasan
Hutan Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo ........................ 136
Tabel 4. 38 Penggunaan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana ..................................................................... 140
Tabel 4. 39 Elevasi Tanah dan Luas Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana .................................................. 140
Tabel 4. 40 Kelerengan Tanah dan Luas di Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana .................................................. 141
Tabel 4. 41 Curah Hujan dan Luas Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana .................................................. 142
Tabel 4. 42 Rencana Pola Ruang di Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana .................................................. 142
Tabel 4. 43 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada PTSL Kategori
K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana ......................... 151
Tabel 4. 44 Analisis Kesesuaian Guna Lahan PTSL Kategori K3 Terhadap
Rencana Pola Ruang Kota Palopo.................................................. 152
Tabel 4. 45 Luas Kesesuaian Guna Lahan PTSL Kategori K3 Terhadap Terhadap
Rencana Pola Ruang Kota Palopo.................................................. 153
Tabel 4. 46 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan di Lokasi PTSL Kategori K3
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana ................................. 157
Tabel 4. 47 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sayur Bayam ........... 159
Tabel 4. 48 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sayur Kangkung ...... 161

vi
Tabel 4. 49 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai ....................... 163
Tabel 4. 50 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pare ......................... 165
Tabel 4. 51 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tomat ...................... 167
Tabel 4. 52 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Panjang ....... 169
Tabel 4. 53 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Terong ..................... 171
Tabel 4. 54 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kemangi .................. 173
Tabel 4. 55 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao ...................... 175
Tabel 4. 56 Data By Name By Address Pilot Project Reforma Agraria, Kelurahan
Sendana Kecamatan Sendana Kota Palopo .................................... 184
Tabel 4. 57 Data By Name By Address Pilot Project Reforma Agraria, Kelurahan
Purangi, Kecamatan Sendana, Kota Palopo ................................... 187
Tabel 4. 58 Pemeliharaan infrastruktur di Kelurahan Purangi ....................... 191

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tahapan dalam Analisis Data Lokasi TORA ................................. 12
Gambar 3. 1 Peta Wilayah Administrasi Kota Palopo ....................................... 48
Gambar 3. 2 Peta Topografi Kota Palopo ......................................................... 49
Gambar 3. 3 Peta Kemiringan Lereng Kota Palopo ........................................... 50
Gambar 3. 4 Peta Jenis Tanah Kota Palopo ..................................................... 51
Gambar 3. 5 Peta Tutupan Lahan di Kota Palopo 2021 ................................... 52
Gambar 3. 6 Peta Rawan Bencana di Kota Palopo 2021................................... 53
Gambar 4. 1 Tahapan penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota ......... 54
Gambar 4. 2 Susunan Keanggotaan Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Kota
Palopo tahun 2021 ..................................................................... 60
Gambar 4. 3 Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun
2021 .......................................................................................... 64
Gambar 4. 4 Peta Penggunaan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 68
Gambar 4. 5 Peta Elevasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 69
Gambar 4. 6 Peta Kemiringan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 70
Gambar 4. 7 Peta Tanah Gambut Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 71
Gambar 4. 8 Peta Tekstur Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 72
Gambar 4. 9 Peta Curah Hujan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang ..................................................................... 73
Gambar 4. 10 Peta Rencana Pola Ruang Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi
Indonesia di Kelurahan Battang ................................................. 74
Gambar 4. 11 Peta Citra Lokasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia Di
Kelurahan Battang ..................................................................... 75
Gambar 4. 12 Peta Kesesuaian RTRW Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi
Indonesia di Kelurahan Battang ................................................. 78
Gambar 4. 13 Peta Analisis Prioritas Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi
Indonesia di Kelurahan Battang ................................................. 80
Gambar 4. 14 Peta Citra Lokasi Usulan Masyrakat di Kelurahan Battang Barat86
Gambar 4. 15 Peta Penggunaan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 87
Gambar 4. 16 Peta Penggunaan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 88
Gambar 4. 17 Peta Kemiringan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 89
Gambar 4. 18 Peta Tanah Gambut Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 90
Gambar 4. 19 Peta Tekstur Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 91
Gambar 4. 20 Peta Curah Hujan Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat
................................................................................................. 92
Gambar 4. 21 Peta Rencana Pola Ruang Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat ............................................................................ 93
Gambar 4. 22 Peta Kesesuaian RTRW Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang
Barat ......................................................................................... 97
viii
Gambar 4. 23 Peta Analisis Prioritas TORA Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat ............................................................................ 99
Gambar 4. 24 Peta Citra Lokasi Tanah Transmigrasi di Kelurahan Peta ......... 104
Gambar 4. 25 Peta Penggunaan Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta 105
Gambar 4. 26 Peta Elevasi Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta ....... 106
Gambar 4. 27 Peta Kemiringan Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta 107
Gambar 4. 28 Peta Tanah Gambut TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta ..... 108
Gambar 4. 29 Peta Tekstur Tanah Transmigrasi di Kelurahan Peta ............... 109
Gambar 4. 30 Peta Curah Hujan Transmigrasi di Kelurahan Peta .................. 110
Gambar 4. 31 Peta Rencana Pola Ruang TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta
............................................................................................... 111
Gambar 4. 32 Peta Kesesuaian RTRW TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta 115
Gambar 4. 33 Peta Analisis Prioritas TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta .. 117
Gambar 4. 34 Peta Citra Lokasi Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 120
Gambar 4. 35 Peta Sebaran Kepemilikan Tanah Usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan ....................................................................... 121
Gambar 4. 36 Peta Hutan Produksi Terbatas Bersinggungan Dengan Rencana
Jalur Kereta Api Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan......... 122
Gambar 4. 37 Peta Penggunaan Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 127
Gambar 4. 38 Peta Elevasi Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Walenrang ............................................................................... 128
Gambar 4. 39 Peta Kemiringan Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 129
Gambar 4. 40 Peta Tanah Gambut Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 130
Gambar 4. 41 Peta Tekstur Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 131
Gambar 4. 42 Peta Curah Hujan Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 132
Gambar 4. 43 Peta Rencana Pola Ruang Usulan Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 133
Gambar 4. 44 Peta Kesesuaian RTRW Terhadap Usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan,
dan Kelurahan Batu Walenrang................................................ 137
Gambar 4. 45 Peta Analisis Prioritas Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang ....................................................................... 138
Gambar 4. 46 Peta Citra Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Sendana dan
Purangi .................................................................................... 143
Gambar 4. 47 Peta Penggunaan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi
dan Kelurahan Sendana ........................................................... 144
Gambar 4. 48 Peta Elevasi Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana ................................................................. 145
Gambar 4. 49 Peta Kemiringan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi

ix
dan Kelurahan Sendana ........................................................... 146
Gambar 4. 50 Peta Tanah Gambut PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendama ................................................................. 147
Gambar 4. 51 Peta Tekstur Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana ................................................................. 148
Gambar 4. 52 Peta Curah Hujan PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana ................................................................. 149
Gambar 4. 53 Peta Rencana Pola Ruang PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi
dan Kelurahan Sendana ........................................................... 150
Gambar 4. 54 Peta Kesesuaian RTRW PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi
dan Kelurahan Sendana ........................................................... 154
Gambar 4. 55 Peta Analisis Prioritas PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi
dan Kelurahan Sendana ........................................................... 155
Gambar 4. 56 Peta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan
Ke;urahan PurangiPeta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 158
Gambar 4. 57 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Sayur Bayam PTSL
Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ........... 160
Gambar 4. 58 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Sayur Kangkung PTSL
Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ........... 162
Gambar 4. 59 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Cabai PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 164
Gambar 4. 60 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Pare PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 166
Gambar 4. 61 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Tomat PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 168
Gambar 4. 62 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kacang Panjang PTSL
Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ........... 170
Gambar 4. 63 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Terong PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 172
Gambar 4. 64 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kemangi PTSL Kategori
K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ........................ 174
Gambar 4. 65 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kako PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi ............................. 176
Gambar 4. 66 Sosialisasi Kampung ReformaAgraria di Kantor CamatSendana 177
Gambar 4. 67 Peta Pola Sebaran Pengembangan Kelurahan Purangi ............. 179
Gambar 4. 68 Peta Pola Sebaran Pengembangan Kelurahan Sendana ............ 180
Gambar 4. 69 Rapat Integrasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo ...... 181
Gambar 4. 70 Peta Bidang Tanah Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan
Sendana .................................................................................. 186
Gambar 4. 71 Peta Bidang Tanah Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi
............................................................................................... 189
Gambar 4. 72 Pembentukan Kelompok Tani Baru di Kelurahan Purangi
Kecamatan Sendana ................................................................ 190
Gambar 4. 73 Sosialisasi akses permodalan Bank Syariah Indonesia ............ 190
Gambar 4. 74 Pelatihan pengolahan sayur bayam menjadi keripik bayam ..... 191
Gambar 4. 75 Kondisi jalan sebelum dilakukan pemeliharaan di RT 001/ RW
006 di Kelurahan Purangi ........................................................ 192
Gambar 4. 76 Kondisi drainase sebelum pemeliharaan ................................. 192
Gambar 4. 77 Kondisi drainase setelah pemeliharaan ................................... 192
Gambar 4. 78 Kondisi jalan sebelum dilakukan pemeliharaan ...................... 192
Gambar 5. 1 ilustrasi irigasi lahan perkebunan ............................................ 193
Gambar 5. 2 ilustrasi embung air ................................................................. 194
Gambar 5. 3 traktor pertanian ..................................................................... 194

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebijakan Reforma Agraria merupakan upaya untuk menata kembali
hubungan antara masyarakat dengan tanah, yaitu menata kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan permukaan bumi yang berkeadilan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) merupakan rujukan pokok bagi kebijakan dan pelaksanaan
reforma agraria. UUPA telah meletakkan dasar-dasar pengaturan, penguasaan,
pemilikan penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Kesadaran akan pentingnya menata kembali kehidupan bersama yang
berkeadilan sosial melalui reforma agraria mencapai puncaknya dengan
dikeluarnya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
yang mengharuskan dilakukannya reforma agraria. TAP MPR ini mengatur
mengenai pengertian, prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam yang dalam pelaksanaannya menugaskan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersama Presiden Republik Indonesia
untuk segera mengatur lebih lanjut pelaksanaan pembaruan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam serta mencabut, mengubahdan/atau mengganti
semua undang- undang dan peraturan pelaksanaannya yang tidak sejalan dengan
TAP MPR ini. Secara khusus, TAP MPR ini menekankan pentingnya penyelesaian
pertentangan dan tumpang tindih pengaturan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam.Selanjutnya Program kerja pemerintah Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dirumuskan sebagai Nawacita salah satunya
menyebutkan Cita ke-5 yaitu “Program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera
dengan mendorong landreform dan program kepemilikan tanah seluas 9
(sembilan) Juta hektar” yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional, adalah target program kepemilikan tanah seluas 9 (sembilan)
Juta Hektar, yang akan dilakukan melalui Redistribusi Tanah Objek Landreform
4,5 juta hektar dan Legalisasi aset lainnya 4,5 juta hektar.
Pada tanggal 24 September 2018, telah diundangkan Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria sebagai peraturan perundang-
undangan pelaksanaan Reforma Agraria. Dalam peraturan presiden dimaksud
disebutkan bahwa tujuan Reforma Agraria adalah untuk:

1
• Mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka
menciptakan keadilan;
• Menangani sengketa dan konflik agraria;
• Menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang
berbasis agraria melalui pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatantanah;
• Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan;
• Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi;
• Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan; dan
• Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
Guna memastikan pelaksanaan Reforma Agraria sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 agar berjalan efektif dan berhasil
mencapai tujuannya serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Kegiatan Gugus Tugas Reforma
Agraria tahun 2021 perlu dilakukan pelaporan kegiatan pelaksanaan GTRA
secara berjenjang dari GTRA Kota kepada GTRA Provinsi. Laporan ini berisi hasil
pelaksanaan kegiatan GTRA di Kota Palopo Tahun Anggaran 2021.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 MAKSUD
Laporan akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun Anggaran
2021 ini dimaksudkan sebagai penyampaian hasil pelaksanaan kegiatan Reforma
Agraria di Kota Palopo Tahun 2021
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari laporan akhir ini adalah memberikan gambaran tentang
pelaksanaan Kegiatan Penataan Aset dan Penataan Akses Reforma Agraria Kota
Palopo, dan arahan/usulan Rencana Lokasi TORA Kota Palopo untuk Tahun
berikutnya, memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria
di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan, memberikan informasi tentang progres
pelaksanaan Gugus Tugas Reforma Agraria agar bisa dijadikan sebagai acuan
untuk membuat kebijakan di kegiatan Reforma Agraria selanjutnya.
Memberikan informasi mengenai kendala-kendala yang ditemukan saat
pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria, sehingga dapat dilakukan tindakan
antisipasi ataupun solusi jika menemukan kendala yang sama pada kegiatan
selanjutnya.

2
1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan terdiri dari ruang lingkup substansi dan ruang
lingkup wilayah. Ruang lingkup pembahasan yang disajikan dalam laporan akhir
ini adalah hasil dari pelaksanaan Reforma Agraria yang dilaksanakan oleh Tim
Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun Anggaran 2021 yang terdiri dari
tahapan pelaksanaan, Rapat Koordinasi, Pendataan TORA, Pengembangan Akses
Reform, Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses, Pilot Project Kampung
Reforma Agraria dan tahapan pelaporan akhir kegiatan.
Ruang lingkup wilayah dalam laporan akhir ini adalah sebagai berikut;
a) Wilayah Transmigrasi Wara, Kelurahan Peta, Kecamatan Sendana
b) Usulan Pelepasan Kawasan Hutan yang meliputi 3 (tiga) kelurahan
yakni, Kelurahan Sallubattang, Pentojangan, dan Batu Walenrang,
Kecamatan Telluwanua
c) Eks. HGU, Kelurahan Battang, Kecamatan Wara Barat
Usulan Masyarakat, Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat.
1.4 SISTEMATIKA
Sistematika pembahasan yang tertuang dalam laporan akhir ini terdiri dari:
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Gambaran Umum Wilayah
BAB IV Realisasi Pelaksanaan
BAB V Rekomendasi Kegiatan
BAB VI Penutup

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 REFORMA AGRARIA
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui Penataan
Aset dan disertai dengan Penataan Akses untuk kemakmuran rakyat indonesia.
Selanjutanya Penataan Aset adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah dalam rangka menciptakan keadilan di
bidang penguasaan dan pemilikan tanah. Sedangkan Penataan Akses adalah
pemberian kesempatan akses permodalan maupun bantuan lainnya kepada
subjek Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang berbasis
pada pemanfaatan tanah yang disebut juga pemberdayaan masyarakat (Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria).
Pelaksanaan Reforma Agraria dilaksanakan melalui tahapan penataan aset
dan penataan akses. Penataan aset menjadi dasar dalam penataan akses.
Penataan aset dilaksanakan dengan cara redistribusi tanah dan legalisasi aset
atau pendaftaran tanah. Penataan akses dilaksanakan dalam rangka
meningktakan skala ekonomi, nilai tambah, serta mendorong inovasi
kewirausahaan subjek reforma agraria. Redistribusi tanah dapat dilaksanakan
apabila sudah jelas objek reformanya. Oleh karena itu, perencanaan penetapan
objek & subjek menjadi isu penting kedepan, terutama memastikan pelaksanaan
reforma agraria tepat sasaran.

Terdapat 11 macam Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) menurut


Peraturan Presiden 86 Tahun 2018, yaitu:
1 TORA dari HGU dan HGB yang telah habis harus dipastikan prioritasnya
untuk subjek reforma agraria, bukan perusahaan atau yang menguasai
sebelumnya;
2 Alokasi 20% dari HGU yang berubah menjadi HGB karena perubahan
peruntukan rencana tata ruang;
3 Alokasi 20% dari HGU dari luastanah Negara yang diberikan kepada
pemegang HGU dalam proses pemberian, perpanjangan atau pembaruan
haknya;
4 TORA dari pelepasan kawasan hutan harus dipastikan adanya proses
bersama masyarakat setempat untuk meninjau batas penunjukan-penepatan
kawasan hutan dan tanah yang dikuasai masyarakat. Selain itu harus sejalan

4
dengan amanat Putusan MK 35/PUUX/2012 dan Perpres Nomor 88 Tahun
2017 Tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan serta
Instruksi Presiden 2/2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap jo.
Inpres 1/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
5 Tanah Negara bekas tanah terlantar yang didayagunakan untuk kepentingan
masyarakat dan negara melalui Reforma Agraria;
6 Tanah hasil penyelesaian Sengketa dan Konflik Agraria;
7 Tanah bekas tambang yang berada di luar kawasan hutan;
8 Tanah timbul;
9 Tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah swapraja/ bekas
swapraja yang masih tersedia;
10 Tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak rakyat atas tanah,
meliputi:
a. Tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam CSR;
b. Tanah hasil konsolidasi;
c. Sisa tanah sumbangan tanah untuk pembangunan dan tanah pengganti
biaya pelaksanaan Konsolidasi Tanah; atau
d. Tanah Negara yang sudah dikuasai masyarakat.
11 Tanah bekas hak erpacht, tanah bekas partikelir dan tanah bekas eigendom
yang luasnya lebih dari 10 (sepuluh) bauw yang masih tersedia.

Selain tanah-tanah tersebut di atas terdapat juga tanah potensial untuk


dapat dijadikan objek TORA, yaitu:
Pertama, tanah-tanah yang pemegang haknya tidak memenuhi syarat
sebagai subjek hak, dan ia belum mengalihkan haknya kepada subjek hak yang
berhak pada waktunya, atau ia belum melakukan perubahan hak sesuai dengan
ketentuan, seperti ketentuan Pasal 21 UUPA.
Kedua, tanah-tanah hak milik yang beralih kepada orang asing secara
terselubung, misalnya dengan jalan kedok/nominee/trustee, yang diatur dalam
Pasal 26 ayat (2) UUPA.
Setelah menetapkan objek reforma agraria, tahap berikutnya menetapkan
subjeknya agar tepat sasaran. Subjek Reforma Agraria berdasarkan prioritas
adalah penduduk setempat, buruh tani, petani gurem, petani, penduduk miskin,
dan subjek lainnya. Hal tersebut sudah mendapat pengaturan dalam Pasal 12
Peraturan Presiden 86 Tahun 2018, bahwa yang termasuk subjek reforma agraria
adalah: perorangan, kelompok dan badan hukum terutama koperasi.

5
Pelaksanaan reforma agraria berdasarkan Peraturan Presiden 86 Tahun
2018 akan dijumpai beberapa tantangan, diantaranya:
1) Adanya upaya penolakan dari pemegang HGU.
2) Ekspektasi masyarakat sangat tinggi, sementara GTRA mengalami
banyak tekanan ataupun godaan.
3) Dominasi dan ekspansi badan-badan usaha raksasa dalam industri
ekstraktif, produksi perkebunan dan kehutanan, serta konservasi.
4) Instrumentasi badan-badan pemerintahan sebagai “lembaga
pengadaan tanah” melalui rejim-rejim pemberian hak/izin/lisensi atas
tanah dan sumber daya lahan.
5) Masih adanya peraturan perundang-undangan mengenai pertanahan/
kehutanan/ SDA lainnya yang tumpang-tindih dan bertentangan
antara satu dengan yang lain.
6) Terabaikannya hukum-hukum adat yang berlaku di kalangan
masyarakat atau ditiadakan keberlakuannya oleh perundang-
undangan agraria, kehutanan dan pertambangan.
7) Sektoralisme kelembagaan, sistem, mekanisme, dan administrasi yang
mengatur pertanahan/ kehutanan/SDA lainnya yang masih susah
dihilangkan.
Dalam peraturan presiden dimaksud disebutkan bahwa tujuan Reforma
Agraria adalah untuk:
1) Mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka
menciptakan keadilan;
2) Menangani sengketa dan konflik agraria;
3) Menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang
berbasis agraria melalui pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah;
4) Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan;
5) Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi;
6) Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan; dan
7) Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
Kelembagaan Reforma Agraria di Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari Tim
GTRA Kabupaten/Kota dan Tim Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/ Kota.
GTRA Kabupaten/Kota mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka Penataan Aset di
tingkat Kabupaten/Kota;

6
2) Memberikan usulan dan rekomendasi tanah-tanah untuk ditegaskan
sebagai tanah negara sekaligus ditetapkan sebagai TORA kepada menteri
atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri;
3) Melaksanakan penataan penguasaan dan pemilikan;
4) Mewujudkan kepastian hukum dan legalisasi hak atas TORA;
5) Melaksanakan Penataan Akses;
6) Melaksanakan integrasi pelaksanaan Penataan Aset dan Penataan Akses di
tingkat kabupaten/kota;
7) Memperkuat kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat
kabupaten/kota;
8) Menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria Kabupaten/Kota kepada
GTRA Provinsi;
9) Mengoordinasikan dan memfasilitasi penyelesaian Sengketa dan Konflik
Agraria di tingkat kabupaten/kota; dan
10) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan legalisasi aset dan
redistribusi tanah.

Susunan keanggotaan GTRA Kabupaten/Kota terdiri atas:


- Ketua : Bupati/Walikota
- Wakil Ketua : Sekertaris Daerah Kabupaten/Kota
- Ketua Pelaksanaan Harian : Kepala Kantor Pertanahan
- Anggota: Anggota yang berasal dari pejabat tinggi pratama perangkat
daerah kabupaten/kota, pejabat pada kantor pertanahan kabupaten/
kota, tokoh masyarakat dan/ atau akademisi.

Tim Pelaksana Harian GTRA Kota Palopo


Dalam melaksanakan tugasnya, GTRA Kabupaten/Kota dibantu oleh Tim
Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota yang bekerja di bawah pimpinan Ketua
Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota.
Tugas Tim Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota adalah:
1) Menyiapkan pelaksanaan administrasi kegiatan termasuk penyiapan
konsep SK dan keanggotaan GTRA tingkat Kabupaten/Kota;
2) Melaksanakan Inventarisasi, Identifikasi, Pengolahan, Analisa, Updating
data TORA hasil Pendataan TORA;
3) Melaksanakan analisis data penggunaan tanah dengan penggunaan tanah
tanah dengan tata ruang, aspek fisik (kemampuan tanah), penguasaan
tanah (hak atas tanah), kebijakan pembangunan, dan sosial ekonomi pada

7
lokasi potensi TORA yang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan penataan
aset.
4) Melaksanakan Inventarisasi dan Identifikasi (pengumpulan data) potensi
pemberian penataan akses baik oleh Pemerintah Daerah maupun pihak
terkait lainnya di tingkat kabupaten/Kota;
5) Menyusun data/rencana kerja pemberian penataan aset dan penataan
akses subyek Reforma Agraria baik oleh Pemerintah Daerah maupun pihak
terkait lainnya;
6) Menyiapkan bahan penyelesaian sengketa dan konflik agraria di tingkat
kabupaten/Kota;
7) Memfasilitasi pelaksanaan integrasi penataan aset dan penataan akses di
tingkat kabupaten/Kota;
8) Melakukan penjajagan kesepakatan kepada calon subyek reforma agraria
untuk dilakukan penataan penggunaan tanah supaya tercipta Tertib
Penggunaan Tanah dan Tertib Lingkungan Hidup (produktif berkeadilan
dan berkelanjutan)
9) Menyusun sket desain rencana penataan penggunaan tanah yang akan
ditindaklanjuti dengan penataan aset dan penataan akses;
10) Penyusunan data by name by address penataan aset dan penataan akses
di tingkat kabupaten/Kota;
11) Menyusun, menginput dan updating data base TORA di tingkat
Kabupaten/Kota pada aplikasi SIGTORA;
12) Menyusun dan menyampaikan Laporan GTRA Kabupaten/Kota kepada
GTRA Provinsi.
Susunan Tim Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota dan deskripsi
tugasnya adalah sebagai berikut:
1) Sekretariat, bertugas melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan dalam
rangka mendukung kelancaran koordinasi dan pelaksanaan
penyelenggaraan Reforma Agraria di Tingkat Kabupaten/Kota. Sebagai
koordinator Tim sekretariat adalah Kepala Seksi Penataan dan
Pemberdayaan.
2) Satuan Tugas Penatagunaan Tanah: bertugas melaksanakan analisis
penggunaan tanah tanah dengan tata ruang, aspek fisik (kemampuan
tanah), penguasaan tanah (hak atas tanah), kebijakan pembangunan, dan
sosial ekonomi pada lokasi potensi TORA yang akan ditindaklanjuti dengan
kegiatan penataan aset.

8
3) Satuan Tugas Legalisasi Aset: bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, verifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan
data TORA yang berasal dari kegiatan legalisasi aset (PTSL) yang masuk
dalam kategori K3 di tingkat Kabupaten/Kota.
4) Satuan Tugas Potensi TORA Pelepasan Kawasan Hutan, bertugas
melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating
data, dan pelaporan data TORA yang berasal dari pelepasan kawasan
hutan, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal
terkait dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat
Kabupaten/Kota.
5) Satuan Tugas Potensi TORA Tanah Transmigrasi, bertugas melaksanakan
inventarisasi, identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan
pelaporan data TORA yang berasal dari data tanah transmigrasi, serta
berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait
dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.
6) Satuan Tugas Potensi TORA dari HGU tidak diperpanjang, Tanah Terlantar,
Tanah Negara Lainnya bertugas melaksanakan inventarisasi, identifikasi,
pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data TORA yang berasal
dari HGU tidak diperpanjang, tanah terlantar, tanah negara lainnya, serta
berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait
dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.
7) Satuan Tugas Penanganan Sengketa dan Konflik Agraria/Potensi TORA
usulan daerah/masyarakat, bertugas melaksanakan inventarisasi,
identifikasi, pengolahan, analisa, updating data, dan pelaporan data TORA
yang berasal dari data Penanganan Sengketa dan Konflik Agraria dan
Potensi TORA usulan daerah/masyarakat, serta berkoordinasi dengan
pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.
8) Satuan Tugas Pengembangan Penataan Akses, bertugas melaksanakan
inventarisasi, identifikasi, dan pengembangan rencana dan kegiatan
pemberian penataan akses bagi penerima TORA, serta berkoordinasi
dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Kabupaten/Kota.

9
Dalam Pendataan TORA dapat menggunakan berbagai sumber data, yaitu
data sekunder dari OPD/Instansi terkait ataupun data primer hasil
pengumpulan data di lapangan Setelah peninjauan lapang dan diperoleh data
yang diperlukan kemudian dilakukan analisa prioritas TORA. Analisa spasial yang
dilakukan yaitu dengan overlay lokasi TORA kemudian dianalisis secara spasial
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (GIS). Hasil overlay tersebut
akan menghasilkan lokasi Prioritas TORA dan arahan program pertanahan yang
sesuai dengan lokasi TORA. Untuk memperoleh hasil analisis spasial dilokasi
TORA diperlukan data sebagai berikut:
1. Data Spasial Penggunaan Tanah, penggunaan tanah adalah wujud
tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami
maupun buatan manusia
2. Data Spasial Kemampuan Tanah, antara lain:
• Elevasi tanah
Ketinggian tanah atau elevasi adalah posisi vertikal suatu objek
tanah atau lahan dari permukaan laut. Ketinggian tanah
dinayatakan dalam satuan mdpl (meter di atas permukaan laut);
• Kelerengan tanah
Kelerengan tanah merupakan permukaan tanah alam yang terlihat
lebih menonjol karena adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat.
Proses pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan
juga pergerakan tanah. Kemiringan tanah secara umum
dinyatakan dalam persen atau derajat;
• Gambut
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan
organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk
secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan
vegetasi yang tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya
terhambat suasana anaerob dan basah;
• Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah di
wilayah Kota Palopo terbagi dua kategori yaitu tekstur tanah halus
dan tekstur tanah sedang;
• Curah hujan

10
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan
tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan
tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal.

3. Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Pada rencana tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Analisis kesesuaian
terhadap RTRW dilakukan dengan menguji kesesuaian penggunaan
lahan Rencana Pola Ruang yang tertuang dalam Peraturan Daerah No.
9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-
2032. Bertujuan agar tidak ada kegiatan atau pemanfaatan lahan yang
bertentangan dengan kebijakan sehingga pemanfatan dapat
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Untuk mengetahui
kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo
dilakukan menggunakan analisis spasial yang menggabungkan data
penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil yang dikeluarkan
dari analisis kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
yaitu apakah lahan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan rencana
pola ruang di Kota Palopo.

Analisis Kelayakan TORA


Analisis kelayakan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tingkat kelayakan lokasi
TORA. Tingkat kelayakan ini dikategorikan menjadi tiga kriteria yaitu
layak, layak konfirmasi, dan tidak layak. Tingkat kelayakan dinilai dari
kemampuan fisik tanah, lokasi, akurasi lokasi dan kelengkapan data
pendukung.
Untuk membantu penentuan tingkat kelayakan, dibutuhkan
data penggunaan tanah, ketinggian, lereng, gambut, dan tekstur tanah.
Dengan indikator dan parameter sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Indikator dan Parameter Kelayakan TORA

Parameter Kelayakan
No Indikator Layak
Layak Tidak Layak
Konfirmasi
▪ Sawah
Penggunaan
1 ▪ Pertanian lahan Hutan Badan air
Tanah
kering

11
▪ Permukiman
▪ Tambak
▪ Fungsi
Kawasan
Rencana Budidaya
2 Pola Ruang Pertanian
RTRW ▪ Fungsi
Budidaya Non
Pertanian
3 Elevasi <1000 mdpl 1000 mdpl >1000 mdpl
4 Lereng <40% >40%
5 Gambut Non Gambut Gabut < 3m Gambut > 3m
Sumber: Modul Diklat Reforma Agraria,2017 dan Panduan Pelaksanaan GTRA, 2021

Analisis Prioritas
Analisis prioritas Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
merupakan tahapan analisis untuk menentukan TORA yang dapat
ditindaklanjuti dengan legalisasi aset, redistribusi tanah, ataupun
konsolidasi tanah. Analisis prioritas TORA dilakukan dengan
menggunakan analisis spasial dengan menggunakan aplikasi SIGTORA
(Sistem Informasi Geografis Tanah Objek Reforma Agraria) Dekstop.
Analisa spasial yang dilakukan yaitu dengan overlay lokasi TORA
dengan peta penggunaan tanah eksisting, faktor pembatas (peta
kelerengan, peta elevasi dan peta gambut) serta kesesuaian dengan
RTRW. Hasil overlay tersebut akan menghasilkan lokasi Prioritas TORA.

Gambar 2. 1 Tahapan dalam Analisis Data Lokasi TORA


Sumber: Panduan Pelaksanaan Gugus Tugas Reforma Agraria 2021

12
Hasil prioritas TORA terbagi menjadi 3 Kategori Prioritas yaitu :
Kategori Prioritas 1 merupakan lokasi TORA dengan penggunaan tanah
budidaya (sawah, kebun, kampung) dan tidak ada faktor penghambat.
Kategori Prioritas 2 merupakan lokasi TORA dengan penggunaan tanah
masih berupa hutan lebat dan arahan tata ruang non budidaya.
Kategori Prioritas 3 merupakan lokasi-lokasi TORA yang terdapat faktor
penghambat fisik seperti lereng >10%, badan air atau terdapat gambut.

2.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tertuang dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tetang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029.
Tujuan umum penataan ruang wilayah Provinsi adalah untuk menata ruang
wilayah Sulawesi Selatan termasuk pesisir dan pulau-pulau kecilnya menjadi
simpul transportasi, industri, perdagangan, pariwisata, permukiman, pertanian,
lahan pangan berkelanjutan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan
daerah aliran sungai, secara sinergis antar sektor maupun antar wilayah,
partisipatif, demokratis, adil dan seimbang, dalam sistem tata ruang wilayah
nasional, yang bermuara pada proses peningkatan kesejahteraan rakyat,
khususnya warga Sulawesi Selatan secara berkelanjutan. Berdasarkan RTRW
Provinsi Sulawesi Selatan 2009 – 2029 diketahui bahwa sistem perkotaan Kota
Palopo tergolong dalam sistem Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029 mengatur mengenai rencana
sistem jaringan prasarana di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Rencana Pengembangan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan 2009-2029

Rencana
Keterangan
Pengembangan
Jaringan jalan nasional kolektor primer di
Provinsi meliputi Jalan Lintas Tengah Sulawesi
Selatan: Pangakejene (Kabupaten Sidrap) –
Rencana
Enrekang – Makale – perbatasan Kabupaten
Pengembangan
Mamasa Provinsi Sulawesi Barat; Makale –
Jaringan Transportasi
Rantepao – Palopo.
Jaringan jalur kereta api nasional lintas utama
di Provinsi meliputi perbatasan Kabupaten

13
Polman Provinsi Sulawesi Barat Pinrang–
Parepare–Barru–Pangkep-Maros–Makassar–
Takalar–Jeneponto Bantaeng – Bulukumba –
Sinjai Watampone – Belopa – Palopo – Wotu –
Tarengge perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah;
Wotu–Malili-perbatasan Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Pembangkit tenaga listrik di wilayah provinsi
meliputi: PLTD-PLTD Bantaeng, Barru, Bone,
Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu,
Maros, Pangkep, Pinrang, Selayar, Sinjai,
Takalar, Tana Toraja, Palopo, Suppa (Kota
Parepare), Sewatama (Mamminasata); PLTU-
PLTU Gowa, Bone, Tello (Kota Makassar),
Punagaya dan Lakatong (Kabupaten Takalar);
Rencana Jaringan transmisi tenaga listrik di wilayah
Pengembangan Sistem Provinsi meliputi wilayah: Pinrang –Pangkajene
Jaringan Energi (Kabupaten Sidrap) – Enrekang – Tana Toraja –
Toraja Utara - Palopo – Luwu – Luwu Utara -
Angkona (Kabupaten Luwu Timur) – ke
perbatasan Provinsi Sulwesi Tengah; Angkona –
Malili (Kabupaten Luwu Timur) – ke perbatasan
Provinsi Sulawesi Tenggara; Pinrang – Parepare –
Barru – Pangkep – Maros – Makassar – Gowa –
Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba –
Sinjai – Bone – Soppeng – Wajo.
Rencana
Rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL)
Pengembangan
Tahura Nanggala (Kota Palopo),
Kawasan Lindung
Kawasan andalan nasional di wilayah Provinsi
Rencana kawasan andalan Palopo dan sekitarnya dengan
Pengembangan sektor unggulan pariwisata, perkebunan,
Kawasan Budidaya pertanian, dan perikanan.
Kawasan hutan produksi dan hutan rakyat

14
meliputi: hutan-hutan produksi dan hutan-
hutan rakyat di wilayah Kota Parepare, Kota
Palopo,Kabupaten-Kabupaten Bulukumba,
Jeneponto, Takalar, Bantaeng, Wajo, Sinjai,
Selayar, Pangkep, Enrekang, Soppeng, Barru,
Tana Toraja, Toraja Utara, Sidrap, Pinrang,
Luwu, Maros,
Gowa, Bone, Luwu Timur, dan Luwu Utara.
Kawasan potensil budidaya rumput laut meliputi
wilayah perairan pantai dan atau tambak di
masing-masing Kabupaten: Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu,
Palopo, Luwu utara, dan Luwu Timur;
Kawasan aglomerasi industri skala kecil dan
menengah meliputi: Kota Palopo, Kabupaten
Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kabupaten
Enrekang, Kabupaten Sidrap, Kabupaten
Pinrang, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng
dan Kabupaten Jeneponto.
Kawasan perdagangan skala besar meliputi:
kawasan perdagangan di PKN Mamminasata dan
PKW-PKW Kota Palopo, Kota Parepare,
Kabupaten Bone, Kabupaten Barru, Kabupaten
Pangkajene, Kabupaten Jeneponto dan
Kabupaten Bulukumba,
Rencana pengembangan kawasan Pelabuhan
Internasional Soekarno, Hatta dan Sultan
Hasanuddin (Kota Makassar); Pelabuhan-
pelabuhan Nasional Malili (Kabupaten Luwu
Timur), Garongkong (Kabupaten Barru), Parepare
(Kota Parepare), Bajoe (Kabupaten Bone), Lepee
(Kabupaten Bulukumba), Tanjung Ringgit (Kota
Palopo), Benteng (Kabupaten Kepulauan
Selayar), dan Sinjai (Kabupaten Sinjai);
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029

15
Rencana Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi selatan yang meliputi
wilayah Kota Palopo, Sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Rencana Kawasan Strategis RTRW Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2009-2029
Rencana Kawasan Strategis Keterangan
kawasan pengembangan budidaya
rumput laut meliputi wilayah perairan
Rencana Kawasan strategis
pantai dan atau tambak di masing-
Provinsi dari sudut
masing Kabupaten: Takalar, Jeneponto,
kepentingan pertumbuhan
Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone,
ekonomi
Luwu, Palopo, Luwu utara, dan Luwu
Timur;
Kawasan Migas terdiri atas: Blok Bone
Utara (Kabupaten Luwu dan Kota
Palopo), Blok Enrekang (Kabupaten Tana
Toraja, Enrekang dan Pinrang), Blok
Sengkang (Kabupaten Wajo, Sidrap,
Soppeng dan Bone), Blok Bone di Teluk
Bone, dan Blok Sigeri di Selat
Rencana Kawasan strategis
Makassar, Blok Kambuno di teluk
Provinsi dari sudut
Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai dan
kepentingan pendayagunaan
Kabupaten
sumber daya alam dan/atau
Bulukumba, Blok Selayar di laut
teknologi
Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten
Kepulauan Selayar,
Blok Karaengta di laut Kabupaten
Bulukumba, Kabupaten Bantaeng,
Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Takalar dan Kabupaten
Kepulauan Selayar;
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029

2.3 RENCANA TATA RUANG KOTA PALOPO


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tertuang dalam Peraturan
Daerah Kota Palopo No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo Tahun 2032 yang terdiri dari :
a. Rencana Pusat Kegiatan
16
Tabel 2. 4 Rencana Pusat Kegiatan RTRW Kota Palopo Tahun 2012-2032

Hirarki/Orde Pusat Pengembangan


PPK sebagaimana dimaksud meliputi Kelurahan
Tompotikka Kecamatan Wara dan Kelurahan Salekoe
PPK
Kecamatan Wara Timur dengan fungsi sebagai
pusatpemerintahan, perdagangandan jasa.
a. SPPK I berada di Kelurahan Maroangin Kecamatan
Telluwanua dengan fungsi meliputi perdagangan
dan jasa, perkantoran, pelayanan kesehatan,
perumahan kepadatan rendah, dan pendidikan
menengah;
b. SPPK II berada di Kelurahan Rampoang Kecamatan
Bara, dengan fungsi meliputi pelayanan kesehatan
skala regional, perdagangan dan jasa, perkantoran,
perumahan kepadatan sedang, dan pendidikan
menengah;
c. SPPK III berada di Kelurahan Songka Kecamatan
Wara Selatan dengan fungsi meliputi perkantoran,
SPPK
perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan
sedang, pendidikan tinggi, simpul transportasi
regional, dan pelayanan kesehatan skala lokal;
d. SPPK IV berada di Kelurahan Sendana Kecamatan
Sendana dengan fungsi meliputi perumahan
kepadatan rendah, perkantoran, pelayanan
kesehatan skala lokal, pusat budaya dan olah raga;
dan
e. SPPK V berada di Kelurahan Battang Kecamatan
Wara Barat dengan fungsi meliputi perumahan
kepadatan rendah, perkantoran, dan pelayanan
kesehatan skala lokal.
PL sebagaimana dimaksud meliputi pelayanan
perkantoran, pemerintahan, perdagangan jasa dengan
PL
skala lingkungan, pelayanan sosial dan budaya, serta
perumahan yang tersebar di setiap kelurahan.
Sumber: RTRW Kota Palopo 2012-2032

17
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Tabel 2. 5 Rencana Sistem Jaringan Prasarana RTRW Kota Palopo


Tahun 2012-2032
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Jaringan Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. Ruas Jalan Dr. Sam Ratulangi sepanjang 1,342
(satu koma tiga empat dua) kilometer;
b. Ruas Jalan Jenderal Sudirman sepanjang 7,165
(tujuh koma satu enam lima) kilometer;
c. Ruas Jalan Sultan Hasanuddin sepanjang 0,293
(nol koma dua sembilan tiga) kilometer;
d. Rencana pengembangan ruas Jalan Lingkar Timur
sepanjang 20 (dua puluh) kilometer; dan
e. Rencana pengembangan ruas Jalan Lingkar Barat
sepanjang 27 (dua puluh tujuh) kilometer.
Jaringan Jalan kolektor primer K1 sebagaimana
dimaksud meliputi:
Sistem
a. Ruas jalan Jenderal Ahmad Yani sepanjang 0,591
Jaringan
(nol koma lima sembilan satu) kilometer;
Transportasi
b. Ruas jalan Veteran sepanjang 0,624 (nol koma
Darat
enam dua empat);
c. Ruas jalan ke Toraja Utara sepanjang 0,534 (nol
koma lima tiga empat);
d. Rencana perubahan fungsi jalan arteri primer
menjadi jalan kolektor primer yang terdiri dari:
1. Ruas Jalan Jenderal Sudirman sepanjang 7,165
(tujuh koma satu enam lima) kilometer; dan
2. Ruas Jalan Sultan Hasanuddin sepanjang
0,293 (nol koma duasembilan tiga) kilometer.
Jaringan prasarana lalulintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud merupakan terminal
penumpang terdiri atas :
a. terminal type B Dangerakko di Kelurahan
Dangerakko Kecamatan Wara;

18
b. pengembangan terminal type A di Kelurahan
Songka Kecamatan Wara Selatan; dan
c. pengembangan terminal type C Telluwanua di
Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua;
Jaringan jalur kereta api sebagai mana dimaksudkan
melintasi
wilayah Kecamatan Sendana, Kecamatan Wara Selatan,
Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan
Wara Utara, Kecamatan Bara dan
Kecamatan Telluwanua;
Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
a. tatanan kepelabuhanan yakni Pelabuhan utama
Tanjung Ringgit terdapat di Kelurahan Pontap
Kecamatan Wara Timur.
b. alur pelayaran yakni terdiri atas:
a) Alur pelayaran barang terdiri
Sistem
1. Palopo – Kolaka - Kendari.
Jaringan
2. Palopo – Maluku – Ternate.
Transportasi
3. Palopo – Surabaya – Semarang – Jakarta.
Laut
4. Palopo – Mamuju - Balikpapan – Batulicin.
5. Palopo- Majene –Balipapan – Batulicin.
6. Palopo – Luar Negeri.
b) Alur pelayaran penumpang dengan rute terdiri
atas :
1. Palopo – Kolaka Utara - Kendari.
2. Palopo-Siwa – Kolaka Utara – Kendari.
Pembangkit tenaga listrik sebagaimana terdiri atas:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Palopo dengan
kapasitas 2 (dua) mega wattterdapat di Kecamatan
Sistem Bara;
Jaringan Energi b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro dengan
kapasitas 320 (tiga ratus dua puluh) kilo
wattberlokasi di Bambalu Kelurahan Battang
KecamatanWara Barat; dan

19
c. Pengembangan energy listrik dengan memanfaatkan
energy terbarukan untuk mendukung ketersediaan
energi listrik pada daerah-daerah terpencildan
terisolir.
Jaringan energi listrik sebagaimana dimaksud meliputi;
a. saluran udara tegangan rendah sebesar 231/380
(dua ratus tiga puluh satu per tiga ratus delapan
puluh) Voll yang melalui semua wilayah kota:
b. saluran udara tegangan menengah sebesar 20 (dua
puluh) Kilo Voll yang melalui semua kecamatan:
c. saluran Udara Tegangan Tinggi sebesar 300 (tiga
ratus) Kilo Voll yang melalui Kecamatan Sendana.
d. rencana Saluran Udara Tegangan Eksra Tinggi
sebesar 275 (Dua Ratus Tujuh Puluh lima) Mega
Watt yang melalui Kecamatan Telluwanua,
Kecamatan Bara, Kecamatan Wara Utara,
Kecamatan Wara Barat dan Kecamatan Sendana.
e. Rencana pembangunan jaringan transmisi 275
(Dua Ratus Tujuh Puluh Lima)Kilo Voll dari Wotu ke
Palopo;
f. Rencana pembangunan jaringan transmisi 150
(seratus lima puluh) Kilo Voll dari Siwa/Keera ke
Palopo;
g. Gardu Induk Palopo tegangan 150 (Seratus Limah
Puluh) Kilo Voll dengan kapasitas trafo terpasang 2
X 20 (dua kali dua puluh ) MVA;
h. Rencana penambahan daya GI Palopo sebesar 30
(Tiga Puluh) MVA; dan
i. Rencana penambahan daya GI Bukaka PLTA Poso
sebesar 2 X 65 (Dua Kali Enam Puluh Lima) MW.
Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan
gas bumi Sengkang – Parepare – Makassar – Makale
– Palopo – Malili – Donggi – Pomalayang melintasi

20
Kecamatan Telluwanua, Kecamatan Wara Barat, dan
Kecamatan Mungkajang;
b. Fasilitas penyimpanan gas bumi berupa depo gas
bumi di Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua;
c. Fasilitas Tangki Timbun CPO di Pelabuhan Utama
Tanjung Ringgit Kelurahan Pontap Kecamatan Wara
Timur; dan
d. Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan
gas bumiKawasan Andalan LautTeluk Bone di
Kecamatan Wara Timur.
Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. Jaringan kabel yakni berupa Stasiun Telepon Otomat
Palopo dengan kapasitas 8.954 SST.
Sistem
b. Jaringan nirkabel meliputi:
Jaringan
1) penyediaan dan pemanfaatan menara Base
Telekomunikasi
Transceiver Station yang digunakan secara
bersama menjangkau seluruh wilayah kota; dan
2) penyebaran jaringan internet hotspot pada
pusat-pusat kegiatan dan kawasan strategis.
DAS sebagaimana dimaksud yaitu DAS Saddang
merupakan DAS Strategis Nasional, meliputi:
a. DAS Purangi dengan luas cakupan area lebih
kurang 1.037 (seribu tiga puluh tujuh) hektar;
b. DAS Bua dengan luas cakupan area lebih
kurang 1.168,04 (seribu seratus enam puluh
Sistem delapan koma nol empat) hektar;
Jaringan c. DAS Songkamati dengan luas cakupan area lebih
Sumber Daya kurang 136,20 (seratus tiga puluh enam koma
Air dua puluh) hektar;
d. DAS Pacangkuda dengan luas cakupan area
lebih kurang 6.412,80 (enam ribu empat ratus
dua belas koma delapan puluh) hektar;
e. DAS Boting dengan luas cakupan area lebih
kurang 3.087,25 (tiga ribu delapan puluh tujuh
koma dua puluh lima) hektar; dan

21
f. DAS Salubattang dengan luas cakupan area
lebih kurang 13.760,59 (tiga belas ribu tujuh
ratus enam puluh koma lima puluh sembilan)
hektar.
Daerah Irigasi (DI) sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. DI Mawa;
b. DI Murante;
c. DI Tomarundung I;
d. DI Padanglambe;
e. DI Padang Lipan;
f. DI Tong Sumei; dan
g. DI Sumarumbu Kabupaten Luwu.
Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud terletak di
Kelurahan Salubattang Kecamatan Telluwanua dengan
luas area lebih kurang 2.634,71 (dua ribu enam ratus
tiga puluh empat koma tujuh puluh satu) hektar.
Jaringan air baku untuk air minum sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
a. Rencana pengembangan sumber air baku meliputi:
1. Sungai Latuppa di Kelurahan Latuppa
Kecamatan Mungkajang;
2. Sungai Babak di Kelurahan Latuppa Kecamtan
Mungkajang;
3. Sungai Mangkaluku Kelurahan Kambo
Kecamatan Mungkajang; dan
4. Sungai Bambalu Kelurahan Battang Barat
Kecamatan Wara Barat.
b. Upaya pemenuhan kebutuhan air baku alternatif
dengan pengembangan sistem pompanisasi dan sumur
bor.
Sistem Sistem Penyediaan Air Minum sebagaimana dimaksud
Jaringan terdiri atas:
Infrastruktur a. jaringan perpipaan yakni
Perkotaan Unit air baku yang bersumber dari :

22
1. Sungai Mangkaluku,dengan potensi debit air
baku lebih kurang 4.800(empat ribu delapan
ratus) liter per detik;
2. Sungai Latuppa, dengan potensi debit air baku
lebih kurang 6.600 (enam ribu enam ratus) liter
per detik;
3. Sungai Magandang, dengan potensi debit air baku
lebih kurang 60 (enam puluh) liter per detik;
4. Sungai Buludatu dengan potensi debit air baku
lebih kurang 5 (lima) liter per detik; dan
5. Sungai Bambalu dengan potensi debit air baku
lebih kurang 8.200 (delapan ribu dua ratus)liter
per detik.
unit produksi air minum terdiri atas:
1. IPA Latuppa di Kelurahan Murante Kecamatan
Mungkajang, dengan kapasitas lebih kurang390
(tiga ratus sembilan puluh) liter per detik
melayani Kecamatan Wara, Kecamatan Wara
Utara, Kecamatan WaraTimur, Kecamatan Wara
Selatan, Kecamatan Wara Barat, dan Kecamatan
Sendana;
2. IPA Sungai Magandang di Kecamatan Bara,
dengan kapasitas terpasang lebih kurang30 (tiga
puluh) liter per detik melayani seluruh wilayah
Kecamatan Bara dan Kecamatan Telluwanua;
dan
3. IPA Bronceptering di Kelurahan Buntudatu
Kecamatan Bara dengan kapasitas lebih kurang
2,5 (dua koma lima) liter per detik melayani
seluruh wilayah Kecamatan Bara.
Sistem Pengolahan Sampah Terdiri dari
1. meliputi TPS sampah organic dan TPS sampah
an organic direncanakan pada unit lingkungan
permukiman dan kawasan PPK, SPPK dan PPL
2. Lokasi TPST ditetapkan akan dikembangkan di
Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua;

23
3. Lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c ditetapkan di Kelurahan Mancani
Kecamatan Telluwanua seluas lebih kurang 10
(sepuluh) Ha dengan menggunkan metode
Sanitary Landfill;
Sistem Jaringan Drainase Terdiri dari :
1. Saluran drainase primer sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. Sungai Latuppa yang melintasi wilayah
Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Sendana,
Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara, dan
Kecamatan Wara Timur;
b. Sungai Boting yang melintasi wilayah Kecamatan
Wara Barat, Kecamatan Wara, dan Kecamatan
Wara Utara;
c. Sungai Takkalala yang melintasi Kecamatan
Wara Selatan;
d. Sungai Amassangan yang melintasi Kecamatan
Wara dan Kecamatan Wara Timur;
e. Sungai Pikun yang melintasi Kelurahan
Rampoang Kecamatan Bara;
f. Sungai Salu Battang yang melintasi wilayah
Kecamatan Wara Barat dan Kecamatan
Telluwanua;
g. Sungai Batu yang melintasi wilayah Kecamatan
Telluwanua; dan
h. Sungai Andoli yang melintasi wilayah Kecamatan
Wara Utara dan Kecamatan Bara.
2. Saluran drainase sekunder sebagaimana
dimaksud melintasi wilayah Kecamatan Wara,
Kecamatan Wara Utara dan Kecamatan Wara
Timur.
3. Saluran drainase tersier sebagaimanaditetapkan di
saluran saluran berskala pelayanan lokal yang
menyebar di seluruh wilayah kota.

24
Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud atas:
a. jalur evakuasi bencana banjir;
Jalur Evakuasi b. jalur evakuasi bencana tanah longsor;
Bencana c. jalur evakuasi bencana gelombang pasang;
d. jalur evakuasi bencana abrasi; dan
e. jalur evakuasi bencana kebakaran.
Sumber: RTRW Kota Palopo 2012-2032

c. Rencana Pola Ruang Kota Palopo


Pola Ruang adalah peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Palopo Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota
Palopo Tahun 2012-2032.
1) Rencana Pola Ruang kawasan Lindung
Rencana pengembangan kawasan lindung terbagi atas Kawasan Hutan
Lindung; Kawasan Hutan Konservasi; Kawasan Yang Memberikan
Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya; Kawasan Perlindungan
Setempat; Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota; Kawasan Cagar Budaya;
Kawasan Rawan Bencana Alam; Dan Kawasan Lindung Lainnya.

Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang kawasan Lindung RTRW Kota Palopo Tahun 2012-2032

Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud
memiliki luas lebih kurang 8.297,58 (delapan ribu dua
ratus sembilan puluh tujuh koma lima puluh delapan)
Kawasan Hutan
hektar terletak di Kelurahan Latuppa, dan Kelurahan
Lindung
Kambo Kecamatan Mungkajang, Kelurahan Battang,
Kelurahan Battang Barat, dan Kelurahan
Padanglambe Kecamatan Wara Barat.
Kawasan Hutan Konservasi sebagaimana dimaksud
memiliki luas lebih kurang 968,21 (sembilan ratus
Kawasan Hutan
enam puluh delapan koma dua puluh satu) hektar
Konservasi
terletak di Kelurahan Battang Barat Kecamatan Wara
Barat.

25
Kawasan Yang Kawasan lindung yang memberikan perlindungan
Memberikan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
Perlindungan memiliki luas lebih kurang 12 (dua belas) hektar
Terhadap merupakan kawasan resapan air di Kawasan
Kawasan Mangkaluku dan sekitarnya Kelurahan Murante
Bawahannya Kecamatan Mungkajang.
1) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud
meliputi sempadan pantai yang terletak di
Kecamatan Telluwanua, Kecamatan Bara,
Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara,
Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan Wara
Selatan.
2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud
ditetapkan di sepanjang Sungai Amassangan
dan Sungai Boting ditetapkan
sekurangkurangnya 5(lima) meter di sebelah
luar kaki tanggul, dan sepanjang Sungai
Kawasan
Latuppa dan Sungai Boting tidak bertanggul
Perlindungan
ditetapkan sekurang-kurangnya 10(sepuluh)
Setempat
meter.
3) Kawasan Sempadan SUTT dan SUTET
sebagaimana dimaksud melintasi Kecamatan
Telluwanua, Kecamatan Bara, Kecamatan Wara
Utara, Kecamatan Mungkajang, dan Kecamatan
Sendana.
4) Kawasan Sempadan Rel Keretaapi
sebagaimana dimaksud meliputi Kecamatan
Sendana, Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan
Wara,Kecamatan Wara Utara, dan Kecamatan
Telluwanua menuju Kabupaten Luwu.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kotasebagaimana
dimaksud memiliki luas 5.079,6 (lima ribu delapan
Ruang Terbuka
puluh koma sebelas) atau sama dengan 30,69 %,
Hijau (RTH) Kota
terdiri atas Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik; dan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat.

26
Kawasan Cagar Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud
Budaya; merupakan cagar budaya provinsi berupa Masjid
Kawasan Rawan Djami Tua di Kelurahan Batupasi
Bencana Alam Kecamatan Wara Utara.
1) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud
berada di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Jaya, Kelurahan pentojangan Kecamatan
Telluwanua, Kelurahan Sabbamparu,
Kelurahan Batupasi Kecamatan Wara Utara,
Kelurahan Pontap, Kelurahan Ponjalae,
Kelurahan Salotellue Kecamatan Wara Timur,
Kelurahan Amassangan, Kelurahan
Dangerakko, Kelurahan Padanglambe
Kecamatan Wara Barat, dan Kelurahan
Tompotikka Kecamatan Wara.
2) Kawasan rawan gelombang pasang
sebagaimana dimaksud di sepanjang kawasan
pesisir kota lebih kurang 21 (dua puluh satu)
kilometer di sebagian Kecamatan Bara,
Kawasan Rawan
Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara
Bencana Alam
Timur, dan Kecamatan Wara Selatan.
3) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud
sepanjang kawasan pesisir kota lebih kurang 21
(dua puluh satu) kilometer di sebagian
Kecamatan Bara, Kecamatan Wara Utara,
Kecamatan Wara Timur, dan Kecamatan Wara
Selatan.
4) Kawasan rawan bencana kebakaran
sebagaimana dimaksud aterdiri atas
perumahan kepadatan tinggi di Kecamatan
Wara, Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan
Wara Utara; dan rawan bencana kebakaran
hutan dan lahan di Kecamatan Sendana,
Kecamatan Mungkajang, Kecamatan
Telluwanua dan Kecamatan Wara Barat.

27
1) Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud ditetapkan
di Pulau Libukang Kecamatan Bara;
2) Kawasan konservasi perairan sebagaimana
dimaksud ditetapkan di KawasanTerumbu
Karang Pasi Maloang dengan luas lebih kurang
2 Ha;
3) Kawasan konservasi dan perlindungan
Kawasan
ekosistem pesisir berupa kawasan pantai
Lindung Lainnya
berhutan bakau sebagaimana dimaksud
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Bara, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara
Timur dan Kecamatan Wara Selatan; dan
4) Kawasan konservasi maritim berupa
permukiman nelayan sebagaimanadimaksud
ditetapkan di Kecamatan Wara Timur dan
Kecamatan Wara Selatan
Sumber: RTRW Kota Palopo 2012-2032

Tabel 2. 7 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya RTRW Kota Palopo Tahun 2012-
2032

Rencana
Keterangan
Pengembangan
1) Kawasan perumahan kepadatan tinggi seluas
lebih kurang 1.024 (seribu dua puluh empat)
hektar ditetapkan di Kecamatan Wara;
Kecamatan Wara Utara; dan Kecamatan Wara
Timur.
Kawasan
2) Kawasan perumahan kepadatan sedang seluas
Peruntukan
lebih kurang 680(enam ratus delapan puluh)
Perumahan dan
hektar ditetapkan di Kecamatan Wara Selatan;
Permukiman
dan Kecamatan Bara.
3) Kawasan perumahan kepadatan rendah seluas
lebih kurang 1.794(seribu tujuh
4) ratus sembilan puluh empat) hektar ditetapkan
di Kecamatan Wara Barat; Kecamatan Sendana;

28
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kecamatan Mungkajang; dan Kecamatan
Telluwanua.
1) Kawasan peruntukan pasar tradisional seluas
lebih kurang 4 hektar meliputi pasar tradisional
skala pelayanan Kota yang ditetapkan di Pasar
Tradisional Modern Andi Tadda di
KecamatanWara Timur, Pasar Tradisional
Modert Mancani di Kecamatan Telluwanua,
Pasar Tradisional Modert Wara Selatan di
Kecamatan Wara Selatan: danPasar Tradisional
Modert Mungkajang di Kecamatan Mungkajang.
dan pasar tradisional skala pelayanan
lingkungan ditetapkan di KecamatanBara,
Kelurahan Padanglambe Kecamatan Wara
Barat, Kelurahan Peta Kecamatan Sendana.
2) Kawasan peruntukan pusat perbelanjaan
Kawasan
sebagaimana dimaksud terdiri atas Pusat Niaga
Peruntukan
Palopo di Kelurahan Dangerakko Kecamatan
Perdagangan Dan
Wara; Pusat perbelanjaan di Kelurahan
Jas
Batupasi, Kelurahan Sabbamparu, Kelurahan
Salobulo Kecamatan Wara Utara; dan Pusat
perbelanjaan di Kelurahan Amasangan dan
Kelurahan Tompotikka Kecamatan Wara.
3) Kawasan peruntukan pertokoan modern
dikembangkan di Kecamatan Wara, Kecamatan
Wara Utara, Kecamatan Wara Timur,
Kecamatan Wara Selatan, dan Kecamatan Bara;
4) Kawasan Peruntukan pelayanan jasa
merupakan kawasan peruntukan jasa
keuangan dan perbankan skala
regionalditetapkan di Kecamatan Wara,
Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara Timur
dan Kecamatan Wara Selatan;

29
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kawasan peruntukan pemerintahan kota di
Kawasan
Kelurahan Tompotikka, Kelurahan Amassangan dan
Peruntukan
Kelurahan Boting Kecamatan Wara, dan Kelurahan
Perkantoran
Salekoe Kecamatan Wara Timur
Kawasan Kawasan peruntukan industri dan pergudangan
Peruntukan ditetapkan di Kawasan Industri Palopo (KIPA)
Industri dan Kelurahan Maroangin Kecamatan Telluwanua.
Pergudangan
1) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana
dimaksud meliputi: Istana Kedatuan Luwu
(Kawasan Lalebata) terletak di Kelurahan
Amassangan Kecamatan Wara; Rumah adat
Peta dan tempat tarian adat di Kelurahan Peta
Kecamatan Sendana; Rumah adat Mungkajang
dan Latuppa dan tempat tarian adat di
Kecamatan Mungkajang; Maccera Tasi (Pesta
Laut) di Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan
Wara Utara; Tempat pendaratan Belanda di
Kelurahan Balandai Kecamatan Bara
dan;Tempat pementasan kesenian di Kelurahan
Kawasan
Temmalebba Kecamatan Bara.
Peruntukan
2) Kawasan pariwisata alam sebagaimana
Pariwisata
dimaksud meliputi kawasan Agrowisata
Latuppa di Kelurahan Latuppa, Kelurahan
Murante Kecamatan Mungkajang dan
Kelurahan Peta Kecamatan Sendana; kawasan
Air Terjun Babak di Kelurahan Latuppa
Kecamatan Mungkajang; kawasan Air Terjun
Siguntu di Kelurahan Latuppa Kecamatan
Mungkajang; kawasan Air Terjun Rantenase di
Kelurahan Peta Kecamatan Sendana; kawasan
Kali Jodoh di Kelurahan Murante Kecamatan
Mungkajang; pemandangan alam Kambo di
Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang;

30
Rencana
Keterangan
Pengembangan
kawasan Air Terjun Mawa di Kelurahan Mawa
Kecamatan Sendana; Puncak Sampoddo di
Kelurahan Sampoddo Kecamatan Wara Selatan;
kawasan wisata Pantai Labombo di Kelurahan
Salekoe Kecamatan Wara Timur; kawasan
wisata Permandian alam Batupapan, Batiok
dan Lumarrang (kurungan batu) di Kelurahan
Padanglambe Kecamatan Wara Barat; Gua Kalo
Dewata di Kelurahan Battang Kecamatan Wara
Barat; kawasan wisata Pantai Songka di
Kelurahan Songka Kecamatan Wara Selatan;
kawasan wisata Permandian alam Batutongkon
di Kelurahan Battang Kecamatan Wara Barat;
kawasan tempat pelelangan ikan (TPI) di
Kelurahan Ponjalae Kecamatan Wara Timur;
kawasan wisata Pulau Libukang di Kelurahan
Balandai Kecamatan Bara; dan kawasan wisata
Lembah Kattun di Kelurahan Battang Barat
Kecamatan Wara Barat.
3) kawasan pariwisata buatansebagaimana
dimaksud terdiri atas:
Kawasan Wisata Religi Mesjid Agung Luwu
Palopo di Kelurahan Boting Kecamatan Wara;
permandian Agrowisata di Kelurahan
Murante Kecamatan Mungkajang;
permandian Swimbath di Kelurahan Murante
Kecamatan Mungkajang; waterboom di
Kelurahan Binturu dan Kelurahan Takkalala
Kecamatan Wara Selatan; kawasan Hiburan
Labombo di Kelurahan Salekkoe Kecamatan
Wara Timur; dan kawasan Wisata Kuliner
Jalan Lingkar Timur di Kecamatan Wara
Utara;

31
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
sebagaimana dimaksud digunakan untuk menampung
kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota
meliputi;
1) Lapangan upacara yang meliputi Lapangan
Upacara Gaspa di Kelurahan Boting Kecamatan
Wara, Lapangan Pancasila di Kelurahan
Tompotikka Kecamatan Wara, Lapangan
Kawasan
Rampoang di Kelurahan Rampoang Kecamatan
Peruntukan
Bara, dan Lapangan Komando Distrik Militer di
Ruang Terbuka
Kelurahan Salobulo Kecamatan Wara Utara.
Non Hijau
2) Pelataran parkir yang meliputi lapangan parkir
(RTNH);
Songka di Kelurahan Songka Kecamatan Wara
Selatan; dan lapangan parkir Rampoang di
Kecamatan Bara.
3) Kawasan ruang terbuka biru yang meliputi
badan air Sungai Latuppa, Sungai Boting,
Sungai Takkalala, Sungai Amassangan, Sungai
Pikun, Sungai Salu Battang, Sungai Batu dan
Sungai Andoli.
Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud terdiri atas;
1) Kawasan ruang evakuasi bencana banjir dan
kebakaran, meliputi Lapangan Pancasila,
Lapangan Lagaligo,Lapangan Gaspa di
Kawasan Kecamatan Wara, Lapangan Kodim di
Peruntukan Kecamatan Wara Utara, Lapangan Islamic
Ruang Evakuasi Centre di Kecamatan Wara Selatan,
Bencana danLapangan Rampoang di Kecamatan Bara.
2) Kawasan ruang evakuasi bencana tanah
longsor, meliputi Lapangan Kelurahan Battang
di Kecamatan Wara Barat, Kantor Kecamatan
Mungkajang, dan Kantor Kecamatan Wara
Selatan.

32
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kawasan peruntukan ruang kegiatan sektor informal
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1) Kawasan pelataran Lagota Pusat Niaga Palopo
di Kelurahan Lagaligo Kecamatan Wara; dan
2) Rencana pengembangan kawasan peruntukan
Kawasan
ruang kegiatan sektor informal ditetapkan di
Peruntukan
kawasan terminal Tipe A Kelurahan Songka
Ruang Kegiatan
Kecamatan Wara Selatan, pusat jajanan
Sektor Informal
Kelurahan Amasangan Kecamatan Wara,
kawasan wisata kuliner Kelurahan Balandai
Kecamatan Bara, dan kawasan lapangan
Pancasila Kelurahan Tompotikka Kecamatan
Wara.
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud
meliputi:
1) Kawasan peruntukan pelayanan pendidikan
tinggi ditetapkan di Kecamatan Wara Utara dan
Kecamatan Wara Selatan.
2) kawasan peruntukan pelayanan pusat
kesehatan sebagaimana dimaksud terdiri atas
a. pelayanan pusat kesehatan RSU
Sawerigading Tipe B Rampoang skala
Kawasan
regional ditetapkan di Kelurahan
Peruntukan
Rampoang Kecamatan Bara;
Lainnya.
b. RS Ibu dan Anak Sawerigading ditetapkan
di Kelurahan Amassangan Kecamatan
Wara;
c. Rumah Sakit Tentara di Kelurahan
Amassangan Kecamatan Wara;
d. Rumah Sakit Swasta Tipe C di Kelurahan
Tompotikka Kecamatan Wara; Kelurahan
Salekoe Kecamatan Wara Timur,
Kelurahan Patene Kecamatan Wara Barat,

33
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Kelurahan Benteng Kecamatan Wara
Timur; dan
e. Kawasan peruntukan pelayanan pusat
kesehatan skala pelayanan lingkungan
berupa pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) yang tersebar merata pada
tiap kecamatan.
3) Kawasan peruntukan peribadatan
sebagaimana dimaksud terdiri atas;
a. Kawasan Mesjid Agung Luwu Palopo di
Kelurahan Boting Kecamatan Wara.
b. Kompleks Islamic Centre di Kelurahan
Takkalala Kecamatan Wara Selatan;
4) Kawasan peruntukan pertemuan, pameran,
dan sosial budayasebagaimana di maksud
terdiri atas;
a. Kompleks Islamic Centre di Kelurahan
Takkalala Kecamatan Wara Selatan;
b. SaodenraE Convention Centre di
Kelurahan Batupasi Kecamatan Wara
Utara;
c. Gedung Kesenian di Kelurahan Lagaligo
Kecamatan Wara;
d. Gedung Pemuda di Kelurahan Binturu
Kecamatan Wara Selatan;
e. Gedung Merdeka Convention Hall di
Kelurahan SalekoE Kecamatan Wara
Timur; dan
f. Gedung Rasdiana Convention Hall di
Kelurahan Lagaligo Kecamatan Wara;
5) Kawasan peruntukanolahraga sebagaimana di
maksud terdiri atas;
a. Kawasan olahraga terpadu Lagaligo di
Kelurahan Lagaligo Kecamatan Wara;

34
Rencana
Keterangan
Pengembangan
b. Kawasan olah raga terpadu lapangan
gaspa di Kelurahan Boting Kecamatan
Wara Utara;
c. Rencana pengembangan lapangan
sepakbola diarahkan di setiap wilayah
kecamatan;
d. Rencana pengembangan lapangan
bulutangkis dan sepak takraw diarahkan
di setiap wilayah kelurahan;
e. Rencana pengembangan Rode race
Kecamatan Sendana;
f. Rencana pengembangan olah raga air
Kelurahan Pontap Kecamatan Wara Utara;
dan
g. Rencana pengembangan lapangan golf
Kecamatan Telluwanua.
6) Kawasan peruntukanhutan produksi
sebagaimana dimaksud terletak di Kelurahan
Mancani dan Kelurahan Salubattang
Kecamatan Telluwanua dengan luas lebih
kurang 620 (enam ratus dua puluh) hektar.
7) Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas;
a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan sebagaimana dimaksud memilik
luas lebih kurang 1.610,39 (seribu enam
ratus sepuluh koma tiga puluh sembilan)
Ha yang tersebar di Kecamatan
Telluwanua, Kecamatan Wara Barat,
Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Wara
Selatan dan Kecamatan Sendana;
b. Kawasan peruntukan perkebunan
sebagaimana dimaksud memiliki luas
lebih kurang 5.660,93 (lima ribu enam
ratus enam puluh koma sembilan puluh

35
Rencana
Keterangan
Pengembangan
tiga) Ha yang tersebar di Wilayah
Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan
Sendana, Kecamatan Mungkajang,
Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara
Barat, Kecamatan Bara dan Kecamatan
Telluwanua;
c. Kawasan peruntukan pertanian
holtikultura sebagaimana dimaksud
memiliki luas lebih kurang 4.083,09
(empat ribu delapan puluh tiga koma nol
sembilan) ha tersebar di wilayah
Kecamatan Sendana, Kecamatan
Mungkajang, Kecamatan Wara Barat dan
Kecamatan Telluwanua.
d. Kawasan peruntukan peternakan
sebagaimana dimaksud memiliki luas
lebih kurang 9,5 Ha tersebar di beberapa
kecamatan.
8) Kawasan peruntukan perikanan;
a. Kawasan Peruntukan Perikanan tangkap
sebagaimana dimaksud meliputi
Perikanan tangkap yang berada di
Perairan Teluk Bone dan didukung oleh
ketersedian Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Ponjalae/ Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI).
b. Kawasan Peruntukan Perikanan budidaya
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1. Perikanan budidaya tambak seluas
lebih kurang 1.566,5 Ha di Kecamatan
Wara Selatan, Kecamatan Wara Timur,
Kecamatan Wara Utara, Kecamatan
Bara dan Kecamatan Telluwanua;

36
Rencana
Keterangan
Pengembangan
2. Budidaya air tawar seluas lebih
kurang 355,8 Ha di Kecamatan Wara
Barat, Kecamatan Mungkajang,
Kecamatan Sendana dan Kecamatan
Telluwanua;
3. Kawasan potensil budidaya rumput
laut meliputi tambak dan atau pantai
yang berada di Perairan Teluk Bone
seluas lebih kurang 1.000 Ha; dan
4. Balai Benih Ikan Salopao dengan luas
lebih kurang 1,3 Ha di Kelurahan
Mancani Kecamatan Telluwanua.
9) Kawasan peruntukan pertambangan
sebagaimana di maksud terdiri atas;
a. Pengembangan kawasan peruntukan
pertambangan minyak dan gas yang
terletak di Blok Bone Utara:
b. Pengembangan kawasan peruntukan
pertambangan mineral sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
1. Penambangan emas terletak di
Kelurahan Latuppa Kecamatan
Mungkajang;
2. Penambangan galena terletak di
Kelurahan Latuppa Kecamatan
Mungkajang, Kelurahan Battang,
Kelurahan Battang Barat Kecamatan
Wara Barat;
3. Penambangan marmer terletak di
Kelurahan Battang, Kelurahan
Padanglambe Kecamatan Wara Barat;
dan
4. Penambangan granit terletak di
Kelurahan Latuppa Kecamatan

37
Rencana
Keterangan
Pengembangan
Mungkajang, Kelurahan Battang Barat
Kecamatan Wara Barat, Kelurahan
Sumarambu Kecamatan Telluwanua.
c. Pengembangan kawasan peruntukan
pertambangan rakyat sebagaimana
dimaksud berupa pertambangan sirtu
(batu dan kerikil) yang terletak di
Kecamatan Mungkajang; Kecamatan Wara
Selatan; Kecamatan Wara Barat;
Kecamatan Sendana; Kecamatan
Telluwanua; Kecamatan Bara; Kecamatan
Wara Utara;
10) Kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud
dalam iterdiri atas:
a. Komando Distrik Militer 1403
Sawerigading berada di Jalan Jenderal
Ahmad Yani Kecamatan Wara;
b. Rumah jabatan Komando Distrik Militer
1403 Sawerigading berada di Jalan Wolter
Mongsidi Kecamatan Wara;
c. Kantor Polisi Militer (PM) di Jalan Jenderal
Ahmad Yani Kecamatan Wara Utara;
d. Kawasan Lapangan Tembak di Kelurahan
Balandai Kecamatan Wara Utara;
e. Lapangan Kodim di Jalan Dr.
Samratulangi Kecamatan Wara Utara;
f. Lapangan Asrama TNI AD 721 Makkasau
di Jalan Opu Tosappaile Kelurahan Boting
Kecamatan Wara;
g. Kantor Polisi Resort Palopo di Jalan Opu
Tosappaile Kelurahan Boting Kecamatan
Wara;

38
Rencana
Keterangan
Pengembangan
h. Zibang Palopo di Jalan Opu Tosappaile
Kelurahan Boting Kecamatan Wara;
i. Tepbek Palopo di Jalan Opu Tosappaile
Kelurahan Boting Kecamatan Wara; dan
j. Koramil di Jalan Opu Tosappaile Kelurahan
Boting Kecamatan Wara dan Polsek
tersebar di masing-masing wilayah
kecamatan.
Sumber: RTRW Kota Palopo 2012-2032

Tabel 2. 8 Penetapan Kawasan Strategis RTRW Kota Palopo Tahun 2012-2032

Rencana
Keterangan
Pengembangan
KSP sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1) KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi, sebagaimana dimaksud merupakan
kawasan pengembangan budidaya rumput laut
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Wara Utara, Kecamatan Wara Timur,
Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Bara, dan
sebagian wilayah Kecamatan Telluwanua;
2) KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan
Kawasan sumber daya alam dan/atau teknologi,
Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud merupakan kawasan
penambangan minyak dan gas bumi Blok Bone
Utara.
3) KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung ditetapkan di
sebagian wilayah Kecamatan Mungkajang,
dan sebagian wilayah Kecamatan Wara
Barat; dan

39
Rencana
Keterangan
Pengembangan
b. Kawasan TWA Nanggala ditetapkan di
sebagian wilayah Kecamatan Wara Barat.
KSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1)
huruf b meliput
1) KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. kawasan Pusat Niaga Palopo;
b. kawasan Pasar Besar;
c. kawasan Koridor Jalan Andi Djemma;
d. kawasan Koridor Jalan Andi Kambo;
e. kawasan Koridor Jalan DR. Sam Ratulangi;
f. kawasan Pelabuhan Tanjung Ringgit;
g. kawasan Hiburan Labombo;
h. Kawasan Industri Palopo (KIPA).
i. kawasan kota baru di wilayah Kecamatan Wara
Selatan dan Kecamatan Sendana; dan
j. kawasan cepat tumbuh di Kelurahan Benteng,
Kawasan
Kelurahan Pontap, Kelurahan Surutanga
Strategis Kota
Kecamatan Wara Timur, Kelurahan Songka
Kecamatan Wara Selatan, Kelurahan
Sumarambu Kecamatan Telluwanua,
Kelurahan Latuppa Kecamatan Mungkajang.
2) KSK dari sudut kepentingan sosial budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri atas:
a. Kawasan Bersejarah Istana Datu Luwu dan
Mesjid Djami Tua;
b. Kawasan Mesjid Agung Luwu Palopo;
c. Kawasan Islamic Centre Palopo;
d. Kawasan Komunitas Adat Peta, Latuppa,
Mungkajang dan Battang; dan
e. Kawasan Desa Wisata Peta Kecamatan Sendana,
Murante, Latuppa dan Kambo Kecamatan
Mungkajang.

40
Rencana
Keterangan
Pengembangan
3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud terdiri atas
a. Kawasan TWA Nanggala III dan sekitarnya di
Kecamatan Wara Barat; dan
b. Kawasan Terumbu Karang Pasi Maloang di
Teluk Bone.
Sumber: RTRW Kota Palopo 2012-2032

41
BAB 3
GAMBARAN UMUM KOTA PALOPO

3.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Kota Palopo


Kota Palopo terletak di bagian Utara wilayah Provinsi Sulawesi Selatan atau
disebelah utara Kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) dengan jarak
tempuh antara 6-7 jam (366 km). Kota Palopo secara geografis terletak antara
2º53’15” - 3º04’08” Lintang Selatan dan 120º03'10" - 120º14'34" Bujur Timur.
Kota Palopo yang merupakan daerah otonom kedua terakhir dari empat daerah
otonom di Tanah Luwu. Adapun batas administrasi wilayah Kota Palopo adalah :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten
Luwu
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatam Bua Kabupaten Luwu
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Teluk Bone dan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala
Kabupaten Toraja Utara.
Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 km2 atau seluas
0,39% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif terbagi
menjadi 9 (sembilan) kecamatan dan 48 kelurahan dapat dilihat dalam Tabel 3.1
berikut:
Tabel 3. 1 Wilayah Administrasi Kota Palopo

Persentase
Jumlah Ibu Kota Luas Terhadap
No Kecamatan
Desa/Kel Kecamatan (km²) Luas
Kabupaten
1 Wara Selatan 4 Songka 10,66 4,32
2 Sendana 4 Sendana 37,09 14,98
3 Wara 6 Dangerakko 11,49 4,64
4 Wara Timur 7 Malatunrung 12,08 4,88
5 Mungkajang 4 Mungkajang 53,80 21,74
6 Wara Utara 6 Salubulo 10,58 4,27
7 Bara 5 Tamalebba 23,35 9,43
8 Telluwanua 7 Maroangin 34,34 13,87
9. Wara Barat 5 Tomarundung 54,13 21,87
Total 48 - 247,52 100,00 %
Sumber: BPS Kota Palopo, 2021

42
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan luas wilayah Kota Palopo di setiap
kecamatan. Luas wilayah Terbesar di Kota Palopo adalah Kecamatan Wara Barat
dengan luas wilayah mencapai 54 Km2. Sedangkan luas wilayah terkecil adalah
kecamatan Wara Utara dengan luas wilayah 10,58 Km 2.

3.2 Kemiringan Lereng


Kondisi topografi Kota Palopo berada pada ketinggian 0-1 500 meter dari
permukaan laut, dengan bentuk permukaan datar hingga berbukit dan
pegunungan. Tingkat kemiringan lereng wilayah cukup bervariasi yaitu 0 – 2%, 2
–15%, 15 – 40% dan kemiringan diatas 40%. Kondisi topografi (ketinggian dan
kemiringan lereng) tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang merupakan
daerah pesisir pada bagian Timur, sedangkan pada bagian barat merupakan
daerah berbukit.
Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan dataran rendah, sesuai
dengan keberadaannya sebagai daerah yang terletak di pesisir pantai. Sekitar
62,85% dari luas Kota Palopo merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0–500m dari permukaan laut, 24,00% terletak pada ketinggian 501–
1000m dan sekitar 14,00% yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000m.
Keadaan permukaan tanah bergunung dan berbukit terutama pada
sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Toraja Utara. Daerah
dengan kondisi topografi relatif rendah dan berbukit pada bagian Utara,
sedangkan pada bagian timur merupakan daerah pantai yang membujur dari
Utara ke Selatan dengan panjang pantainya kurang lebih 25 Km. Bagian Selatan
berbukit terutama bagian Barat, sedangkan bagian lainnya merupakan dataran
rendah yang datar dan bergelombang.
Ada tiga kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan daerah
pegunungan yaitu Kecamatan Sendana, Kecamatan Mungkajang dan Kecamatan
Wara Barat, sedangkan enam kecamatan lainnya sebagian besar wilayahnya
merupakan dataran rendah. Selanjutnya dari segi luas nampak bahwa kecamatan
terluas adalah Kecamatan Wara Barat dengan luas 54,13 km2 dan yang tersempit
adalah Kecamatan Wara Utara dengan luas 10,58 km 2.
Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan
bumi secara global, regional atau di khususkan dalam bentuk suatu wilayah
tertentu variabel yang di gunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng
adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas muka laut dan bentang
alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja.

43
Secara definisi lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut
miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga dapat di tarik suatu
kesimpulan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda
tinggi antara dua tempat, yang di bandingkan dengan daerah yang relatif lebih
rata atau datar. Kemiringan lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di
atas permukaan air laut. antara 0-25, 26-100, 101-500, 501-1000 dan 1000+.
Adapun luas daerah dan ketinggian daerah di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel
3.2 di bawah ini :
Tabel 3. 2 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo

Ketinggian Luas
No Keterangan
Daerah (km²)
1 0-25(Km2) 55,33 Rendah
2 26-100(Km2) 30,82 Sedang
3 101-500(Km2) 78,97 Sedang
4 501-1000(Km2) 60,84 Tinggi
5 1000+(Km2) 32,84 Sangat Tinggi
Sumber: RTRW Kota Palopo, 2012

Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Lereng di Kota Palopo

Kemiringan Letak
0–2% Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara Timur,
Kecamatan Wara, Sebagian Kecamatan Wara Utara,
Sebagian Kecamatan Bara, dan Sebagian Kecamatan
Telluwanua
2 -15 % Sebagian Kecamatan Wara Utara, Sebagian Kecamatan
Bara, dan Sebagian Kecamatan Telluwanua
15 – 40 % Kecamatan Wara Barat, Sebagian Kecamatan
Sendana, Sebagian Kecamatan Mungkajang
>40 % Kecamatan Wara Barat
Sumber: RTRW Kota Palopo, 2012

Tabel 3. 4 Sebaran Lokasi Jenis Tanah di Kota Palopo

Jenis Tanah Lokasi


Oxic Distropepts- Orange Kecamatan Wara barat, Kecamatan
Mungkajang, Kecamatan Sendana.
Typic Sulfaquepts – Coklat Sebagian Kecamatan Wara Selatan,
Sebagian Wara Timur, Sebagian Wara

44
Utara, Sebagian Kecamatan Bara, dan
Sebagian Kecamatan Telluwanua
Typic Tropacuepts- Coklat Sebagian Kecamatan Wara Selatan,
Muda Sebagian Wara Timur, dan Sebagian
Kecamatan Telluwanua
Sumber: RTRW Kota Palopo, 2012

3.3 Iklim Dan Curah Hujan


Pada umumnya, Kota Palopo mempunyai iklim tropis basah yang sama
seperti keadaan di Kabupaten Luwu atau di Provinsi Sulawesi Selatan pada
umumnya, dengan kelembaban udara bervariasi antara 78,8%-85% tergantung
dari lamanya penyinaran matahari yang bervariasi antara 5,2-8,5 jam/hari.
Keadaan iklim dan curah hujan umumnya dipengaruhi oleh ketinggian dari
permukaan laut. Iklim di Kota Palopo merupakan iklim subtropis dengan suhu
rata - rata 29oC sampai 31oC. Suhu maksimum terjadi pada bulan Juli hingga
September mencapai 31oC, dan suhu minimum terjadi pada bulan Januari hingga
Juni dan Oktober hingga Desember dengan suhu rata-rata 29–30oC. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu rata-rata Kota Palopo tergolong rendah.
Berdasarkan data curah hujan Kota Palopo dari Badan Meteriologi dan
Geofisika di pusat pencatatan di wilayah Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo,
menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah mempunyai variasi
antara 500-1000 mm/tahun, sedangkan untuk daerah hulu (pegunungan)
berkisar antara 1000-2000 mm/tahun.Kondisi hari hujan harian di Kota Palopo
tidak menentu karena udara dan butir air yang diuapkan dari laut mengumpul
menjadi awan dan mengenai pegunungan, akhirnya menjadi hujan sewaktu-
waktu di Kota Palopo.
Sedangkan keadaan curah hujan umumnya dinilai berdasarkan intensitas
curah hujan dan banyaknya hari hujan setiap bulan. Intensitas curah hujan di
Kota Palopo pada setiap bulannya memiliki kelembaban yang beragam, intensitas
curah rata-rata 3.873 MmHg. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari
dan bulan Maret yang mencapai 421 hingga 543 MmHg. Sedangkan hari hujan
rata-rata 16 hari hujan setiap bulannya. Data curah hujan dan banyaknya hari
hujan pada tahun 2021 dapat lihat pada tabel berikut (table 3.5):

45
Tabel 3. 5 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kota Palopo Tahun 2021

Curah Hujan Hari Hujan


Bulan
(MM) (HH)
Januari 236 20
Februari 421 16
Maret 543 25
April 313 24
Mei 269 26
Juni 374 24
Juli 377 22
Agustus 92 13
September 311 21
Oktober 375 14
November 375 16
Desember 187 18
Rata-Rata 3.873 239
Sumber: BPS Kota Palopo, 2021

3.4 Demografi
Penduduk Kota Palopo pada akhir 2020 tercatat sebanyak 184.681 jiwa,
secara terinci menurut jenis kelamin masing-masing 92.444 jiwa laki-laki dan
92.237 jiwa perempuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan penyebaran penduduk Kota Palopo
di setiap kecamatan sangat tidak merata atau cukup bervariasi. Kepadatan
penduduk di Kota Palopo 746 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan tertinggi
Kecamatan Wara Timur dengan 3.174 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan
kepadatan penduduk terendah Kecamatan Mungkajang yaitu 187 jiwa/km2.

Tabel 3. 6 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Palopo Tahun


2020

Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Kepadatan
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Wara Selatan 9343 9336 18679 1752
2 Sendana 3739 3642 7381 199
3 Wara 15675 15864 31539 2745
4 Wara Timur 19126 19218 38344 3174
5 Mungkajang 5079 4983 10062 187

46
Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Kepadatan
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
6 Wara Utara 10254 10391 20645 1951
7 Bara 15337 15323 30660 1313
8 Telluwanua 8041 7846 15887 463
9. Wara Barat 5850 5634 11484 212
Total 92444 92237 184681 746
Sumber: BPS Kota Palopo, 2021

Tabel 3. 7 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kota Palopo,2017- 2020

Jumlah Penduduk
No Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021

1 Wara Selatan 11.335 11.598 11.846 12.106 18.679


2 Sendana 6.399 6.546 6..685 6.829 7.381
3 Wara 37.421 38.286 39101 39.955 31.539
4 Wara Timur 37.183 38.042 38.853 39.701 38.344
5 Mungkajang 7.754 7.933 8.102 8.279 10.062
6 Wara Utara 22.125 22.637 23.119 23.621 20.645
7 Bara 26.959 27.580 28.169 28.781 30.660
8 Telluwanua 13.028 13.328 13.614 13.911 15.887
9 Wara Barat 10.712 10.957 11.189 11.431 11.484
Total 172.916 176.907 180.678 184.614 184.681
Sumber: BPS Kota Palopo, 2021

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan pertumbuhan jumlah penduduk Kota


Palopo tahun 2017-2021. Pertumbuhan penduduk tahun 2017 sebesar 172.916
jiwa, tahun 2018 sebesar 176.907 jiwa, tahun 2019 meningkat sebesar 180.678
jiwa, tahun 2020 meningkat sebesar 184.614 jiwa, dan tahun 2021 meningkat
sebesar 184.681 jiwa. Tampak peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2017-
2020 cukup signifikan dengan Laju pertumbuhan penduduk pertahun rata-rata
sebesar 2,17 persen.

47
Gambar 3. 1 Peta Wilayah Administrasi Kota Palopo

48
Gambar 3. 2 Peta Topografi Kota Palopo

49
Gambar 3. 3 Peta Kemiringan Lereng Kota Palopo

50
Gambar 3. 4 Peta Jenis Tanah Kota Palopo

51
Gambar 3. 5 Peta Tutupan Lahan di Kota Palopo 2021

52
Gambar 3. 6 Peta Rawan Bencana di Kota Palopo 2021

53
BAB 4
PELAKSANAAN GUGUS TUGAS REFORMA AGRARIA KOTA PALOPO

Berdasarkan tahapan Penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota,


kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021 dan
pendanaannya bersumber dari DIPA Kantor Pertanahan Kota Palopo tahun
anggaran 2021. Kegiatan Reforma Agraria di Kota Palopo tahun anggaran 2021
dimulai pada Januari hingga Desember 2021 memiliki beberapa tahapan
penyiapan & perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan, Rincian pelaksaan
kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan TIM GTRA 1. Rapat Koordinasi 1. Laporan Triwulan


2. Penujukkan Tenaga 2. Pendataan Data TORA dan 2. Laporan Akhir
Pendukung GTRA Pengembangan Akses Reform
3. Penyiapan Rencana Kerja 3. Integrasi Penataan Aset dan
Pelaksanaan GTRA Penataan Akses
4. Pilot Project Kampung Reforma
Agraria

Gambar 4. 1 Tahapan penyelenggaraan Reforma Agraria di tingkat Kota

4.1 PERSIAPAN & PERENCANAAN


4.1.1 Pembetukan TIM GTRA
Pembentukan TIM GTRA Reforma Agraria merupakan tugas pemerintah
yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga terkait. Kelembagaan
Penyelenggara Reforma Agraria dibentuk ditingkat Pusat dan Daerah, terdiri dari
Tim Reforma Agraria Nasional, GTRA Pusat, GTRA Provinsi dan GTRA Kabupaten/
Kota. Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Kota Palopo diketuai oleh Walikota
Palopo, susunan keanggotaan TIM GTRA Kota Palopo ditetapkan berdasarkan SK
Nomor: 58/I/2021 Tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas Reforma Agraria di
Kota Palopo Tahun 2021 tanggal 4 Januari 2021.
Secara operasioanal Walikota Palopo menyelenggarakan Reforma Agraria
dibantu oleh Tim Pelaksana Harian yang diketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kota Palopo. Tim Pelaksana Harian GTRA Kota Palopo dibentuk berdasarkan
Kepala Kantor Pertanahan Kota Palopo SK Nomor:19/SK-73.73.NT.02.03/I/2021
tentang Tim Pelaksana Harian Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun

54
Anggaran 2021 pada tanggal 4 Januari 2021, struktur keanggotaan Gugus Tugas
Reforma Agraria Kota Palopo tahun 2021 dapat dilihat pada gambar 3.2

4.1.2 Penunjukkan Tenaga Pendukung GTRA


Pada tahap Persiapan dan Perencanaan dalam penyelenggaraan Reforma
Agraria dibutuhkan Tenaga Pendukung GTRA (Konsultan Perorangan) untuk
mengatasi permasalahan kurangnya sumber daya manusia dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan GTRA di Kota Palopo. Kantor Pertanahan Kota Palopo
Provinsi Sulawesi Selatan melakukan proses rekrutmen tenaga konsultan
dengan metode penunjukkan langsung berdasarkan panduan pelaksanaan
GTRA tahun 2021, Adapun hasil perekrutan tenaga ahli yang sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan tenaga ahli adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Daftar Nama Tenaga Pendukung


No Nama Pendidikan No. SPK
1 Siti Ardillah Meliawati, S.T S-1 Teknik Perencanaan UP.03.01/276-
Wilayah dan Kota 73.73.100/III/2021
Universitas Hasanuddin
2 Muhammad Adhim Arasy, S.T S-1 Teknik Perencanaan UP.03.01/277-
Wilayah dan Kota 73.73.100/III/2021
Universitas Hasanuddin
3 Deddy Triatmono, S.T S-1 Teknik Perencanaan UP.03.01/278-
Wilayah dan Kota 73.73.100/III/2021
Universitas Hasanuddin
Sumber : Penulis, 2021
Tim Tenaga Pendukung tersebut bekerja secara efektif mulai dari tanggal
03 Maret 2021, tim tenaga ahli direkrut untuk membantu pelaksanaan penataan
aset dan akses reform kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo.

4.1.3 Penyiapan Rencana Kerja Pelaksanaan GTRA


Persiapan Rencana Kerja GTRA dibuat pada bulan Maret tahun 2021, dan
dimasukkan dalam Laporan Triwulan I. Rencana Kerja disusun sebagai panduan
dalam melaksanakan kegiatan Reforma Agraria Kota Palopo agar pelaksanaannya
lebih efektif. Rencana Kerja terbagi atas Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(time schedule), Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), Rencana Penyerapan
Anggran (RPA), dan Penyiapan Data

55
Jadwal rencana pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk menyesuaikan
kegiatan dengan jadwal yang telah ditentukan agar menjadi panduan dalam
melaksanakan setiap kegiatan GTRA sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Tabel 4. 2 Jadwal Rencana Kerja Kegiatan Gugus Tugas Reforma Kota Palopo Tahun
Anggaran 2021

Masa Pelaksanaan Pekerjaan (Bulan ke-)


No Kegiatan Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PERSIAPAN dan PERENCANAAN

Pembentukan Gugus
Tugas Reforma Agraria
(GTRA)

Penunjukan Tenaga
Pendukung GTRA
Penyiapan Rencana Kerja
Pelaksanaan GTRA
2 PELAKSANAAN
Rapat Koordinasi GTRA
Pendataan Data TORA
Pengembangan Penataan
Akses
Integrasi Penataan Aset
dan Penataan Akses
Pilot Project Kampung
Reforma Agraria
3 PELAPORAN
Laporan Triwulan I
Laporan Triwulan II
Laporan Triwulan III
Laporan Akhir

Rencana penyerapan anggaran bertujuan untuk menyusun pembagian


waktu berkaitan dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini
dimaksudkan agar mendorong percepatan penyerapan anggaran dan target
pekerjaan seperti yang tercantum di dalam paduan pelaksanaan GTRA Tahun
Anggaran 2021 dapat dicapai dengan baik dan dilaksanakan dengan efektif.
Adapun realisasi kegiatan dapat dilihat pada tabel 4.3.

56
Tabel 4. 3 Tabel Realisasi Kegiatan GTRA Kota Palopo T.A 2021

No Kegiatan Masa Pelaksanaan (Bulan Ke - ) Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

PERSIAPAN dan PERENCANAAN


1 Pembentukan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA)

Pembentukan TIM GTRA GTRA Kota Palopo 4 Januari 2021

Pembentukan Tim Pelaksana Harian GTRA Kota Palopo 4 Januari 2021


2 Penunjukan Tenaga Pendukung GTRA 3 Maret 2021
3 Penyiapan Rencana Kerja Pelaksanaan GTRA Mulai 3 Maret 2021
PELAKSANAAN
4 Rapat Koordinasi GTRA
24 Maret 2021, Aula Bhumi Bhakti
Rapat Tim GTRA Kota Palopo Adhiguna Kantor Pertanahan Kota
Palopo.
30 Maret 2021, Meeting Room Hotel
Rapat Koordinasi GTRA Kota Palopo
Value Kota Palopo.
5 Pendataan Data TORA
Kelurahan Purangi tanggal 3
Pengumpulan data TORA
Agustus,
3 Agustus 2021, Nomor 286/ST-
Pendataan di Kelurahan Salubattang
20.25/VIII/2021
30, 31 Agustus 2021, Nomor
Pendataan di Kelurahan Battang 338/ST-20.25/VIII/2021, Nomor
341/ST-20.25/VIII/2021.
18 Agustus 2021Nomor 309/ST-
Pendataan di Kelurahan Battang Barat 20.25/VIII/2021, 25 Agustus 2021,
Nomor 326/ST-20.25/VIII/2021
5 Agustus 2021, Nomor 288/ST-
Pendataan di Kelurahan Peta
20.25/VIII/2021

57
19 Agustus 2021, Nomor 655/UND-
Kelurahan Sendana
73.73.NT.01.02/VIII/2021
7 Pengembangan Penataan Akses
5 Mei 2021, Aula Bhumi Bhakti
Rapat Penataan Aset dan Akses (Tim Pelaksana Harian GTRA
Adhiguna Kantor Pertanahan Kota
Kota Palopo)
Palopo.
13 September 2021 Aula Bhumi
Rapat pendataanTORA dan Pengembangan Akses Reforma Bhakti Adhiguna Kantor Pertanahan
Kota Palopo.
10 Agustus 2021, Kantor Kecamatan
Bimbingan masyarakat
Sendana
Bimbingan Masyrakat Kelurahan Sendana Kec. Sendana 16, 29 September 2021
Bimbingan Masyrakat Kelurahan Purangi Kec. Sendana 8, 20 September
23 Agustus 2021, di Kelurahan
Pengembangan penataan akses GTRA Kota Palopo T.A 2021
Purangi
8 Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses
26 Oktober 2021, Ruang Ratona
Rapat Integrasi
Kantor Walikota Palopo.
9 November 2021, Aula Bhumi
Rapat Integrasi II Bhakti Adhiguna Kantor Pertanahan
Kota Palopo.
9 Pilot Project Kampung Reforma Agraria
PELAPORAN
10 Laporan Triwulan I
11 Laporan Triwulan II
12 Laporan Triwulan III
13
Laporan Akhir

58
Tabel 4. 4 Realisasi Penyerapan Anggaran GTRA Kota Palopo Tahun Anggaran 2021

Rencana Penyerapan Realisasi Penyerapan


Kegiatan Anggaran Anggaran
Vol Fisik Keuangan Fisik Keuangan
GTRA
1 100% 482.511.000 99,79% 481.511.000
Kota Palopo

Penyiapan data TORA Kota Palopo berdasarkan pengumpulan data awasl


berasal dari data sekunder. Data sekunder yang dimaksud didapatkan pada
instansi-instansi terkait yang tergabung dalam Tim Gugus Tugas Reforma Agraria,
data dari hasil rapat kegiatan GTRA, dan dari data dokumen laporan akhir Gugus
Tugas Reforma Agraria Sulawesi Selatan. Data yang telah dikumpulkan menjadi
acuan untuk kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo tahun 2021,
Adapun potensi TORA yang telah didata berasal dari 5 (lima) sumber yakni : tanah
bekas HGU yang telah habis masa berlakunya di Kelurahan Battang, Tanah
usulan masyarakat dari konflik masyarakat dengan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Sulawesi Selatan/Taman Wisata Alam Hutan
Nanggala III di Battang Barat, Tanah transmigrasi di Keluraha Peta, usulan
pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Pentojangan, dan Batu
Walenrang, dan tanah legalisasi aset kegiatan PTSL kategori K3.

59
Gambar 4. 2 Susunan Keanggotaan Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo tahun 2021

60
4.2 PELAKSANAAN
4.2.1 Rapat Koordinasi
Menindaklanjuti hasil pertemuan Rapat Tim Gugus Tugas Reforma Agraria,
pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2021 di Baruga Bhumi Bhakti Adhiguna Kantor
Pertanahan Kota Palopo, bahwa pembahasan rapat selanjutnya adalah
menentukan potensi data yang menjadi TORA yang ada di Kota Palopo, maka
dilaksanakan Rapat Koordinasi GTRA Kota Palopo yang bertempat di meeting room
Hotel Value Kota Palopo, tanggal 30 Maret 2021 pada pukul 10.00 WITA sampai
dengan selesai.
Pelaksanaan Rapat Koordinasi dilaksanakan sesuai dengan surat
undangan Nomor 341/UND-73.73.NT.01.02/III/2021 tentang Undangan Rapat
Koordinasi Tim Gugus tugas Reforma Agraria Kota Palopo T.A. 2021, rapat dibuka
oleh Walikota Palopo yang diwakili oleh Bapak Drs. H. Burhan Nurdin, M.Si,
selaku Asisten I Bidang Pemerintahan Kota Palopo. Narasumber yang menjadi
pembawa materi dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma
Agraria Kota Palopo Tahun 2021 yaitu:

Tabel 4. 5 Daftar Narasumber Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota
Palopo Tahun 2021

NO NARASUMBER JABATAN INSTANSI


Kepala Kantor Kantor Pertanahan Kota
1. Didik Purnomo, S.ST, M.Si
Pertanahan Kota Palopo Palopo
Kepala Balai Pemantapan Balai Pemantapan
2. Hariyani Samal S.Hut, M.Si Kawasan Hutan Wilayah Kawasan Hutan Wilayah
VII Makassar VII Makassar
Kepala Dinas Dinas Transmigrasi Kota
3. Drs. Ilham Tahier, SE, MM
Transmigrasi Kota Palopo Palopo
Sumber : Penulis 2021

Berikut point-point hasil dari Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma


Agraria Kota Palopo Tahun 2021 :
i. Legalisasi aset di Kota Palopo terbagi menjadi dua jenis yaitu
Pendaftaran Tanah Sistematsis Lengkap (PTSL) dan redistribusi
tanah. Berdasarkan data KKP Kementerian ATR/BPN bahwa telah
dilaksanakan kegiatan PTSL berada di hampir seluruh kelurahan di
Kota Palopo kecuali di Kelurahan Battang dan Battang Barat

61
dikarenakan daerah tersebut masuk dalam kawasan Hutan lindung
dan kawasan konservasi.

ii. Diperoleh kesepahaman, kesepakatan, dan dukungan mengenai arah


kebijakan dan penanganan Reforma Agraria serta penguatan
kapasitas pelaksanaan Reforma Agraria di Kota Palopo Tahun
Anggaran 2021.
iii. Potensi objek TORA tanah bekas HGU, berdasarkan data pemilikan
tanah KKP2 Kementerian ATR/BPN bahwa terdapat pemilikan tanah
Bekas Hak Guna Usaha (HGU) yang merupakan bekas dari
perusahaan PT. Hasil Bumi Indonesia yang tidak diperpanjang izin
Hak Guna Usaha oleh Pemerintah Kota Palopo. Berdasarkan history
penguasaan atas tanah bahwa lokasi eks HGU PT. HBI bersertipikat
Hak Guna Usaha No. 1/Palopo yang terbit sesuai SK Mendagri No
SK.9/HGU/DA/72 tanggal 4 Juli 1972 dengan tanggal pembukuan
sertipikat 29 Desember 1979 seluas 495 Ha terdaftar atas nama PT.
Hasil Bumi Indonesia. Namun sertipikat HGU No 1/ Palopo tersebut
telah berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001. Setelah
selesainya kontrak, pemerintah Kota Palopo tidak mengizinkan
memperpanjangkan kontrak kerja usaha dengan PT. Hasil Bumi
Indonesia dengan pertimbangan mengantisipasi kerusakan
lingkungan. Walikota Palopo mengeluarkan Surat Keputusan dengan
Nomor 32/I/2004 tentang Penetapan Lokasi Tanah bekas Hak Guna
Usaha PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (PT.HBI.BM) di
Kelurahan Battang, Kecamatan Wara Barat Kota Palopo sebagai
Kawasan Penyangga yang ditetapkan dan dikeluarkan pada tanggal
27 Januari 2004. Rencana pola ruang RTRW Kota Palopo Tahun 2012-
2032, serta berdasarkan peruntukan kawasan hutan ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung. Wilayah tanah bekas HGU saat ini
dikelola oleh GAPOKTAN Tandung Billa yakni kumpulan kelompok
tani yang hanya diberikan izin untuk mengambil dan mengelola hasil
hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada rapat
koordinasi ditegaskan bahwa tanah bekas HGU dengan
mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan maka kawasan
tersebut tetap menjadi kawasan konservasi dan kawasan penyangga
untuk Kota Palopo;
iv. Potensi TORA tanah usulan masyarakat, berdasarkan hasil laporan
62
akhir Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2020 bahwa terdapat usulan masyarakat dari Konsorium Pembaruan
Agrarian (KPA) bahwa terdapat daerah konflik kawasan konservasi di
Kelurahan Battang Barat mengenai konflik wilayah Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Sulawesi Selatan/Taman
Wisata Alam Nanggala III dengan Kelola masyarakat seluas 365,32 Ha.
Konflik klaim masyarakat terhadap wilayah BKSDA. Mendapat
tanggapan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan bahwa kawasan tersebut
masuk dalam kawasan konservasi dan telah diberlakukan skema
perhutanan sosial bagi masyarakat sebagai hak akses mengelola
kawasan tersebut tanpa mendapatkan hak aset atas kawasan
tersebut.
v. Potensi TORA transmigrasi, berdasarkan Keputusan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2019 Tentang Penetapan Kawasan
Transmigrasi bahwa terdapat sebaran lokasi transmigrasi di Kota
Palopo di Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Mungkajang, Kecamatan Wara Barat, dan Kecamatan Teluwanua.
Untuk saat ini rencana lokasi kegiatan transmigrasi berada di
Kelurahan Peta dengan didasari telah dibuatkan dokumen Rencan
Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Peta/SP1, SKP A, Kawasan Wara,
Kota Palopo. Rencana lokasi transmigrasi baru dapat menampung
300 KK, dengan luas wilayah yaitu 953,49 Ha. Status saat ini dalam
proses pengajuan SK HPL.
vi. Terdapat usulan lokasi potensi TORA pelepasan kawasan hutan oleh
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Latimojong terletak di
Kelurahan Salubattang Kecamatan Telluwanua berdasarkan
peruntukan kawasan hutan wilayah tersebut termasuk Hutan
Produksi Terbatas (HPT) yang bersinggungan dengan rencana jalur
kereta api yang ditetapkan dalam Perda No.9 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032, dan terdapat
persil pemilikan lahan yang masuk dalam kawasan Hutan Produksi
Terbatas. Perubahan peruntukan kawasan hutan melalui usulan
TORA dengan cara melakukan inventarisasai dan verifikasi PTKH,
berdasarkan Peraturan Menteri Bidang Perekonomian Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

63
Tim Inventarisasi dan Verifikasi Penguasaan Tanah Dalam Kawasan
Hutan dimana Menteri Bidang Perekonomian selaku ketua tim
percepatan penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
Untuk melakukan perubahan peruntukan kawasan hutan dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui usulan revisi RTRW, melalui
perubahan peruntukan secara parsial, dan melalui usulan TORA.

Gambar 4. 3 Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021

4.2.2 Pendataan Data TORA dan Pengembangan Akses Reforma


4.2.2.1 Data TORA
Adapun data Potensi TORA yang telah dikumpulkan berasal dari 5 (lima)
sumber yakni : Tanah Bekas HGU yang telah habis masa berlakunya di Kelurahan
Battang, Tanah usulan Masyarakat dari konflik masyarakat dengan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Sulawesi Selatan/Taman
Wisata Alam Hutan Nanggala III di Battang Barat, tanah transmigrasi, usulan
pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, kelurahan Pentojangan,
dan kelurahan Batu Walenrang, dan data kegiatan legalisasi (PTSL kategori K3).
Adapun penjelasan dari data yang telah dikumpulkan sebagai berikut :

A. Tanah Bekas HGU


Berdasarkan data yang didapatkan dari Seksi Penataan dan
Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kota Palopo, terdapat data pemilikian
tanah yang terdiri dari HGU, HGB, hak milik, hak wakaf, dan hak pengelolaan.
Khusus Hak Guna Usaha (HGU) terdapat satu persil yang merupakan bekas
dari perusahaan PT. Hasil Bumi Indonesia.
64
Berdasarkan sejarahnya bahwa Hak Guna Usaha No.1/Palopo yang
terbit sesuai SK Mendagri No SK.9/HGU/DA/72 bahwa HGU PT.HBI mulai
dengan tanggal sertipikat 29 Desember 1979 sampai tanggal 31 Desember
2001. Pada saathabis/selesainya kontrak, pemerintah daerah Kota Palopo
tidak mengizinkan memperpanjang kontrak kerja usaha dengan PT.HBI
sehingga Walikota Palopo menetapkan tanahbekasHGU sebagai Kawasan
Penyangga dituangkan dalam SK Walikota No. 32/I/2004 Tahun 27 Januari
2004
1) Data dan Analisis Kawasan TORA
Data dan analisis tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang dalam kegiatan Reforma Agraria Kota Palopo dilakukan
dengan mengumpulan data primer dan data sekunder kemudian dianalisis
secara spasial menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (GIS).
Analisis pengolahan data secara spasial dilakukan untuk memperoleh
informasi kelayakan lokasi TORA dengan mempertimbangan faktor
kemampuan fisik dan faktor yuridis sehingga memperoleh informasi prioritas
dan arahan program pertanahan yang sesuai dengan lokasi TORA, setelah
dilakukan inventarisasi, identifikasi, dan hasil peninjauan lapangan pada
lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang.
Berikut hasil data dan analisis tanah bekas HGU.
a) Data Spasial Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang yaitu hutan campuran yang dimanfaatkan sebagai
area perkebunan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Kelurahan
Battang. Luas penggunaan tanah hutan campuran yaitu dengan luas
495,67 Ha.
b) Data Kemampuan Tanah
1. Elevasi Tanah
Posisi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 250-1.000
meter di atas permukaan laut. Berikut data ketinggian berada dalam
kawasan tanah bekas HGU PT. Bumi Indonesia di Kelurahan Battang.

Tabel 4. 6 Elevasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang

No Elevasi Luas (Ha)


1 250-300 1,63

65
No Elevasi Luas (Ha)
2 300-350 23,44
3 350-400 35,32
4 400-450 57,78
5 450-500 74,60
6 500-550 62,04
7 550-600 51,52
8 600-650 54,93
9 650-700 37,57
10 700-750 25,71
11 750-800 18,11
12 800-850 15,50
13 850-900 19,26
14 900-950 14,00
15 950-1.000 4,27
Total 495,67
Sumber: Hasil Analisis, 2021
2. Kelerengan Tanah
Lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang secara geografis lebih dominan berada di daerah perbukitan
dengan kemiringan lereng 8-15% dengan luas kawasan paling besar
191,28 Ha, sedangkan luas kawasan paling kecil yaitu dengan
kemiringan lereng 0-2% merupakan kategori datar dengan luas 12,02
Ha.
Tabel 4. 7 Kelerengan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang

No Lereng Luas (Ha)


1 0-2% 12,02
2 2-8% 74,40
3 8 - 15 % 191,28
4 15 - 25 % 147,32
5 25 - 40 % 70,64
Total 495,67
Sumber: Hasil Analisis, 2021

3. Gambut
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah non gambut sehingga
lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang
Kota Palopo masuk kategori tanah non gambut.
4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah di wilayah Kota Palopo terbagi dua kategori yaitu
tekstur tanah halus dan tekstur tanah sedang. Pada lokasi tanah bekas

66
HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang masuk pada
kategori tekstur tanah halus dan sedang.
5. Curah Hujan
Pada lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang terbagi dua kawasan berdasarkan jumlah curah hujan yaitu
303-355 mm dengan luas 264,52 Ha dan jumlah curah hujan 355-407
mm dengan luas 231,14 Ha.

Tabel 4. 8 Curah Hujan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang

No Curah Hujan Luas (Ha)


1 303 - 355 mm 264,52
2 355 - 407 mm 231,14
Total 495,67
Sumber: Hasil Analisis, 2021

c) Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Pada rencana tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Berikut ini rencana
pola ruang di lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di
Kelurahan Battang.

Tabel 4. 9 Rencana Pola Ruang Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia
di Kelurahan Battang

No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)


1 Kawasan Hutan Lindung 494,70
2 Kawasan Pertambangan 0,97
Total 495,67
Sumber: PERDA No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo 2012-2032

Berdasarkan tabel di atas, bahwa kawasan rencana pola ruang di


lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia lebih dominan
merupakan kawasan hutan lindung degan luas 494,70 Ha, sedangkan
pada peruntukan kawasan pertambangan mempuinyai luas 0,97 Ha.

67
Gambar 4. 4 Peta Penggunaan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

68
Gambar 4. 5 Peta Elevasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

69
Gambar 4. 6 Peta Kemiringan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

70
Gambar 4. 7 Peta Tanah Gambut Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

71
Gambar 4. 8 Peta Tekstur Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

72
Gambar 4. 9 Peta Curah Hujan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

73
Gambar 4. 10 Peta Rencana Pola Ruang Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

74
Gambar 4. 11 Peta Citra Lokasi Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia Di Kelurahan Battang

75
2) Analisis Kelayakan TORA
Adapun data yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan
TORA pada lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesa di Keluraha
Battang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berikut ini penilaian
kelayakan TORA pada tanah bekas HGU.

Tabel 4. 10 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada tanah bekas HGU PT.
Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan


Penggunaan
1 Hutan Campuran Layak Konfirmasi
Tanah
Rencana Pola
2 Kawasan Hutan Lindung Layak Konfirmasi
Ruang RTRW
Kawasan Pertambangan Layak
3 Elevasi 200-400 Layak
400-600 Layak
600-800 Layak
800-1000 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan


secara spasial bahwa pada tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indone masuk
pada kategori layak konfirmasi. Hal ini dikarenakan pada lokasi tanah bekas
HGU berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 merupakan peruntukan
kawasan hutan lindung, selain itu berdasarkan peruntukan kawasan hutan
pada Surat Keputusan No. 362 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
merupakan kawasan hutan lindung.
Pada lokasi tanah bekas HGU di PT. Hasil Bumi Indonesia bahwa
Walikota Palopo mengeluarkan Keputusan Walikota Palopo Nomor 32/I/2004
tentang Penetapan Lokasi Tanah Eks Hak Guna Usaha PT. Hasil Bumi
Indonesia Buntu Marannu (PT.HBI.BM) di Kelurahan Battang, Kecamatan
Wara Barat Kota Palopo sebagai Kawasan Penyangga. Berdasarkan

76
pernyataan tersebut sehingga pada lokasi tanah bekas HGU tidak dapat di
tindak lanjuti sebagai objek TORA.
3) Analisis Kesesuaian Terhadap RTRW
Pengguaan tanah di lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia
di Kelurahan Battang yaitu hutan campuran. Sedangkan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032 lokasi tanah bekas HGU
merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan pertambangan.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo dilakukan menggunakan analisis spasial yang
menggabungkan data penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil yang
dikeluarkan dari analisis kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah yaitu kesesuaian lahan dengan rencana pola ruang di Kota Palopo.
Berikut hasil analsisi kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah di lokasi tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan
Battang.

Tabel 4. 11 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi
Indonesia Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo

Penggunaan Luas
No RTRW Keterangan
Tanah (Ha)
1 Kawasan Hutan Lindung ▪ Hutan Campuran 514,05 Sesuai
2 Kawasan Pertambangan ▪ Hutan Campuran 0,68 Tidak Sesuai
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

77
Gambar 4. 12 Peta Kesesuaian RTRW Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

78
4) Analisis Prioritas
Analisis prioritas Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) merupakan
tahapan analisis untuk menentukan TORA yang dapat ditindaklanjuti dengan
legalisasi aset, redistribusi tanah, ataupun konsolidasi tanah. Analisis
prioritas TORA dilakukan dengan menggunakan analisis spasial dengan
menggunakan aplikasi SIGTORA (Sistem Informasi Geografis Tanah Objek
Reforma Agraria) Dekstop. Analisa spasial yang dilakukan yaitu dengan
overlay lokasi TORA dengan peta penggunaan tanah eksisting, faktor
pembatas (peta kelerengan, peta elevasi dan peta gambut) serta kesesuaian
dengan RTRW. Hasil overlay tersebut akan menghasilkan lokasi Prioritas
TORA.
Setelah dilakukan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop
bahwa tanah bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang masuk
pada kategori prioritas 2. Berdasarkan hasil analisis spasial menggunakan
aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa pada berdasarkan rencana pola ruang RTRW
Kota Palopo di tanah bekas HGU merupakan kawasan hutan lindung.
Berdasarkan Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan mengenai peruntukan kawasan hutan Sulawesi Selatan bahwa lokasi
tanah bekas HGU sebagai peruntukan kawasan hutan lindung. Sedangkan
berdasarkan penggunaan tanah pada lokasi tanah bekas HGU merupakan hutan
campuran yang dimanfaatkan sebagai hutan sosial sehingga pada lokasi tanah
bekas HGU termasuk pada kategori prioritas kedua.

79
Gambar 4. 13 Peta Analisis Prioritas Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia di Kelurahan Battang

80
B. Tanah Usulan Masyarakat
Kelurahan Battang Barat merupakan daerah pemekaran yang
sebelumnya adalah desa ba’tan yang terletak di sebelah barat kota palopo,
yang berbatasan langsung dengan kabupaten tanah toraja. Sebagian
besar penduduk/komunitas masyarakat Battang Barat terdiri dari
masyarakat adat yang masih mempraktekkan cara hidup leluhur mereka
dengan memanfaatkan kawasan pertanian hutan Masyarakat yang
memiliki cara pengelolaan sumberdaya hutan yang dipraktekkan secara
turun temurun dari leluhur mereka.
Kawasan Hutan Konservasi TWA Nanggala III sebelumnya
merupakan Kawasan Hutan Lindung yang ditunjuk berdasarkan Tata
Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Kawasan ini diusulkan menjadi
Kawasan Hutan Konservasi Taman Wisata Alam berdasarkan Surat
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Sulawesi Selatan
Nomor: 101/Kwss-6/1/1990 tanggal 18 Januari 1990. Usulan ini
didukung oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian
Alam melalui Surat Nomor: 2435/DJ-VI/TN/90 tanggal 24 Nopember
1990 yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan.
Pada Tahun 1992, saat itu Kota Palopo masih berada dalam wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten Luwu, Mentri Kehutanan
menunjuk sebahagian Kawasan Hutan Nanggala III seluas ± 500 Ha untuk
diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam dengan Keputusan Menteri
Nomor : 663/Kpts-II/92 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli
1992 dengan status Hukum Penunjukan. Tentang Perubahan Fungsi dan
Penunjukan sebagian kawasan hutan lindung Nanggala III yang terletak
di Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu, Propinsi Sul Sel menjadi Taman
Wisata Alam Nanggala III.
Selanjutnya pada tahun 2004 dilakukan Tata Batas Fungsi Kawasan
Hutan TWA Nanggala III oleh Tim Terpadu yang dibentuk oleh Pemerintah
Kota Palopo sesuai SK Walikota Palopo Nomor: 294/VIII/2004 tanggal 31
Agustus 2004 tentang Panitia Tata Batas Kota Palopo. Setelah dilakukan
Tata Batas ini Luas Kawasan Hutan Konservasi TWA Nanggala III menjadi
± 968.82 dengan panjang batas 16.001,08 meter.
Perluasan tersebut maka, wilayah pemukiman dan Lahan garapan
masyarakat Kelurahan Battang Barat didiami dan dihuni oleh masyarakat

81
sebanyak ± 230 KK, Masuk sebagai wilayah Konservasi Taman Wisata
Alam Naggala III yang secara administratif masuk dalam wilayah
Kelurahan Battang Barat Kecamatan Wara Barat Kota Palopo.

1) Data dan Analisis Kawasan TORA


Data dan analisis TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta dalam kegiatan
Reforma Agraria Kota Palopo dilakukan dengan mengumpulan data primer
dan data sekunder kemudian dianalisis secara spasial menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Geografis (GIS).
Berikut hasil data dan analisis usulan masyarakat di Kelurahan Battang
Barat. Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a) Data Spasial Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Penggunaan tanah
pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat terdiri dari hutan
campuran dan permukiman. Jenis tanaman yang berada dalam hutan
campuran di lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat yaitu
cegkeh, kopi, coklat, langsat, dan durian. Berikut ini rincian penggunaan
tanah usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat.

Tabel 4. 12 Penggunaan Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan


Battang Barat

NO PENGGUNAAN TANAH LUAS


(HA)
1 Hutan Campuran 195,05
2 Permukiman 9,30
TOTAL 204,35
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Penggunaan tanah pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang


Barat paling dominan yaitu kebun campuran dengan luas 195,05 Ha. Sedangkan
penggunaan tanah permukiman mempunyai luas 9,30 Ha.

b) Data Kemampuan Tanah


1. Elevasi Tanah
Ketinggian tanah atau elevasi adalah posisi vertikal suatu objek tanah
atau lahan dari permukaan laut. Ketinggian tanah dinayatakan dalam
satuan mdpl (meter di atas permukaan laut). Posisi lokasi usulan

82
masyarakat di Kelurahan Battang Barat merupakan daerah perbukitan
dengan ketinggian 400-1.000 meter di atas permukaan laut. Berikut data
ketinggian berada dalam lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang
Barat.
Tabel 4. 13 Elevasi Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan
Battang Barat

NO ELEVASI TANAH LUAS (HA)


1 400-500 9,21
2 500-600 40,15
3 600-700 72,13
4 700-800 40,66
5 800-900 32,37
6 900-1.000 9,83
TOTAL 204,34
Sumber: Hasil Analisis, 2021

2. Kelerengan Tanah
Kelerengan tanah merupakan permukaan tanah alam yang terlihat
lebih menonjol karena adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat.
Proses pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan juga
pergerakan tanah. Kemiringan tanah secara umum dinyatakan dalam
persen atau derajat. Lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang
Barat secara geografis lebih dominan berada di daerah landai dan agak
curam dengan kemiringan lereng 8-15% dengan luas kawasan paling
besar 70,79 Ha dan kemiringan lereng 15-25% dengan luas 63,33 Ha.
sedangkan luas kawasan paling kecil yaitu dengan kemiringan lereng
lebih dari 40% merupakan kategori sangat curam dengan luas 0,80 Ha.

Tabel 4. 14 Kelerengan Tanah dan Luas Lokasi Usulan Masyarakat di


Kelurahan Battang Barat

NO LERENG LUAS (HA)


1 2-8% 23,58
2 8 - 15 % 70,79
3 15 - 25 % 63,33
4 25 - 40 % 45,86
5 > 40 % 0,80
TOTAL 204,34
Sumber: Hasil Analisis, 2021
3. Gambut

83
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan
organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara
alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang
tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya terhambat suasana
anaerob dan basah. Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
wilayah non gambut sehingga lokasi TORA Tansmigrasi di Kota Palopo
masuk kategori tanah non gambut.
4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi
karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah di wilayah Kota
Palopo terbagi dua kategori yaitu tekstur tanah halus dan tekstur tanah
sedang. Pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat
masuk pada kategori tekstur tanah halus dan sedang.
5. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
milimeter (mm) di atas permukaan horizontal. Pada lokasi usulan
masyarakat di Kelurahan Battang Barat berada pada kawasan dengan
jumlah curah hujan 303-355 mm.

c) Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana
Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 bahwa Kelurahan Battang Barat
masuk pada kawasan lindung yang terdiri kawasan hutan konservasi dan
kawasan hutan lindung.
Pada rencana tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Berikut ini rencana pola
ruang di lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat.

Tabel 4. 15 Rencana Pola Ruang Lokasi Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang


Barat

No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)


1 Kawasan Hutan Lindung 62,99
2 Kawasan Pelestarian Alam 134,19
3 Kawasan Pertambangan 0,38
4 Pertanian Lahan Kering 5,03
84
5 Sempadan Sungai 1,75
Total 204,34
Sumber: PERDA No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo 2012-2032

Berdasarkan tabel di atas, bahwa kawasan paling dominan pada rencana


pola ruang di lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat yaitu
kawasan pelestarian alam dengan luas 134,19 Ha dan kawasan hutan
lindung dengan luas 62,99 Ha. Sedangkan peruntukan rencana pola ruang
dengan luas paling kecil di lokasi usulan masyarakat yaitu kawasan
pertambangan dengan luas 0,38 Ha.

85
Gambar 4. 14 Peta Citra Lokasi Usulan Masyrakat di Kelurahan Battang Barat
86
Gambar 4. 15 Peta Penggunaan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

87
Gambar 4. 16 Peta Penggunaan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

88
Gambar 4. 17 Peta Kemiringan Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

89
Gambar 4. 18 Peta Tanah Gambut Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

90
Gambar 4. 19 Peta Tekstur Tanah Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

91
Gambar 4. 20 Peta Curah Hujan Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

92
Gambar 4. 21 Peta Rencana Pola Ruang Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

93
2) Analisis Kelayakan TORA
Adapun data yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan
TORA pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat telah
dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berikut ini penilaian kelayakan TORA
pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat.

Tabel 4. 16 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA Usulan Masyarakat di


Kelurahan Battang Barat

NO INDIKATOR PARAMETER KRITERIA


KELAYAKAN
1 Penggunaan Hutan Campuran Layak Konfirmasi
Tanah
Permukiman Layak
2 Rencana Pola Kawasan Hutan Layak Konfirmasi
Ruang RTRW Lindung
Kawasan Pelestarian Layak Konfirmasi
Alam
Kawasan Layak
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering Layak
Sempadan Sungai Tidak Layak
3 Elevasi 400-500 Layak
500-600 Layak
600-700 Layak
700-800 Layak
800-900 Layak
900-1.000
4 Lereng 2-8% Layak
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
> 40 % Tidak Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan


secara spasial bahwa pada usulan masyarakat di Kelurahan Peta masuk pada
kategori layak konfirmasi dan tidak layak. Penyebab layak konfirmasi pada
lokasi usulan masyarakat dikarenakan berdasarkan rencana pola ruang
RTRW Kota Palopo 2012-2032 masuk pada kawasan lindung yang terdiri
kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung. Sedangkan
berdasarkan Surat Keputusan No. 362 Kemnterian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan bahwa pada lokasi usulan masyarakat masuk pada peruntukan
kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung.

94
Sedangkan tidak layaknya pada lokasi usulan masyarakat di Kelurahan
Battang yaitu berdasarkan rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032
diperuntukan sebagai sempadan sungai. Selain itu dikarenakan pada lokasi
usulan masyarakat memili kemiringan lereng yang sangat curam dengan
kemiringan lebih dari 40%.

3) Analisis Kesesuaian Terhadap RTRW


Analisis kesesuaian terhadap RTRW dilakukan dengan menguji
kesesuaian penggunaan lahan saat ini dilokasi TORA Transmigrasi di
Kelurahan Peta terhadap arahan Rencana Pola Ruang yang tertuang dalam
Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palopo 2012-2032. Bertujuan agar tidak ada kegiatan atau pemanfaatan
lahan yang bertentangan dengan kebijakan sehingga pemanfatan dapat
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pengguaan tanah di lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang
Barat terdiri dari hutan campuran dan permukiman. Sedangkan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032 lokasi usulan masyarakat
merupakan kawasan hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan
pertambangan, pertanian lahan kering, sempadan sungai.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo dilakukan menggunakan analisis spasial yang
menggabungkan data penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil yang
dikeluarkan dari analisis kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah yaitu apakah lahan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan rencana
pola ruang di Kota Palopo. Berikut hasil analsisi kesesuaian lahan terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah di lokasi usulan masyarakat di Kelurahan
Battang Barat.

Tabel 4. 17 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Lokasi Usulan Masyarakat Terhadap


Rencana Pola Ruang Kota Palopo

Luas
No RTRW ▪ Penggunaan Tanah Keterangan
(Ha)
Kawasan Hutan
1 Lindung ▪ Hutan Campuran 62,54 Sesuai
▪ Permukiman 0,45 Tidak Sesuai
Kawasan Pelestarian
2 Alam ▪ Hutan Campuran 127,07 Sesuai
▪ Permukiman 7,13 Tidak Sesuai
Kawasan
3 Pertambangan ▪ Hutan Campuran 0,19 Tidak Sesuai

95
▪ Permukiman 0,19 Tidak Sesuai
4 Pertanian Lahan Kering ▪ Hutan Campuran 3,57 Tidak Sesuai
▪ Permukiman 1,46 Tidak Sesuai
5 Sempadan Sungai ▪ Hutan Campuran 1,68 Tidak Sesuai
▪ Permukiman 0,07 Tidak Sesuai
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

Tabel 4. 18 Luas Kesesuaian Guna Lahan Lokasi Usulan Masyarakat Terhadap Terhadap
Rencana Pola Ruang Kota Palopo

No Kesesuaian Luas (Ha)


1 Sesuai 189,61
2 Tidak Sesuai 14,74
Total 953,49
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

96
Gambar 4. 22 Peta Kesesuaian RTRW Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

97
4) Analisis Prioritas
Hasil analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop
menunjukkan bahwa lokasi usulan masyarakat di Kelurahan Battang Barat
masuk kategori prioritas 2 dengan luas 947,70 dan kategori prioritas 3 dengan
luas 5,79 Ha.
Dalam melakukan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA
Dekstop bahwa dalam rencana pola ruang berdasarkan Peraturan Daerah No
9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-
2032 di lokasi usulan masyarakat masuk pada kawasan lindung yang terdiri
dari kawasah hutan lindung dan kawasan hutan konservasi. Sedangkan
berdasarkan Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan bahwa peruntukan kawasan hutan di lokasi usulan masyarakat
masuk pada kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung, sehingga
hasil analisis prioritas masuk kategori prioritas 2.
Berdasarkan kemampuan fisik di lokasi usulan masyarakat di
Kelurahan Battang Barat bahwa kemiringan lereng di lokasi usulan
masyarakat sangat curam dengan kemiringan lebih dari 40%. Sehingga
berdasarkan hasil analisis prioritas pada lokasi usulan masyarakat masuk
pada kategori prioritas 3.

98
Gambar 4. 23 Peta Analisis Prioritas TORA Usulan Masyarakat di Kelurahan Battang Barat

99
C. Tanah Transmigrasi
Tanah Objek Reforma Agraria yang berasal dari tanah transmigrasi di Kota
Palopo, berdasarkan Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2019
Tentang Penetapan Kawasan Transmigrasi bahwa terdapat sebaran lokasi
Transmigrasi di Kota Palopo salah satunya terletak di Kecamatan Sendana,
Transmigrasi WARA merupakan kawasan transmigrasi di Kelurahan Sendana
dapat menampung 300 KK dengan luas 953,49 Ha.
1) Data dan Analisis Kawasan TORA
Hasil peninjauan lapangan pada lokasi TORA Transmigrasi Kelurahan
Peta. Berikut data dan hasil analisis TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta,
Adapun data yang diperlukan dalam analisis sebagai berikut:
a) Data Spasial Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Penggunaan tanah
TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta yaitu kebun campuran, lahan
terbuka, permukiman, sungai, tegalan. Berikut ini rincian penggunaan
tanah TORA Tansmigrasi:

Tabel 4. 19 Penggunaan Tanah TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta

No Penggunaan Tanah Luas


1 Kebun Campuran 922,49
2 Lahan Terbuka 2,72
3 Permukiman 8,46
4 Sungai 0,09
5 Tegalan 19,73
Total 953,49
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Penggunaan tanah pada lokasi TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta


yang paling luas yaitu kebun campuran dengan luas 922,49 Ha,
sedangkan penggunaan tanah dengan luas paling kecil yaitu sungai
dengan luas 0.09 Ha.
b) Data Kemampuan Tanah
1. Elevasi Tanah
Ketinggian tanah atau elevasi adalah posisi vertikal suatu objek
tanah atau lahan dari permukaan laut. Ketinggian tanah dinayatakan
100
dalam satuan mdpl (meter di atas permukaan laut). Posisi TORA
Tansmigrasi di Kelurahan Peta merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian 50-1000 meter di atas permukaan laut. Berikut data
ketinggian berada dalam kawasan TORA Tansmigrasi di Kelurahan
Peta.

Tabel 4. 20 Elevasi Tanah dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan


Peta

No Elevasi Luas (Ha)


1 50 - 100 22,25
2 100 - 150 66,35
3 150 - 200 71,94
4 200 - 250 88,99
5 250 - 300 97,01
6 300 - 350 97,13
7 350 - 400 82,03
8 400 - 450 73,58
9 450 - 500 68,25
10 500 - 550 58,53
11 550 - 600 47,85
12 600 - 650 38,60
13 650 - 700 34,33
14 700 - 750 34,97
15 750 - 800 36,64
16 800 - 850 27,61
17 850 - 900 5,94
18 900 - 950 1,45
19 950 - 1000 0,05
Total 953,49
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021

2. Kelerengan Tanah
Kelerengan tanah merupakan permukaan tanah alam yang terlihat
lebih menonjol karena adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat.
Proses pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan juga
pergerakan tanah. Kemiringan tanah secara umum dinyatakan dalam
persen atau derajat. Lokasi TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta secara
geografis lebih dominan berada di daerah perbukitan dengan kemiringan
lereng 8-15% dengan luas kawasan paling besar 405,80 Ha, sedangkan
luas kawasan paling kecil yaitu dengan kemiringan lereng 0-2%
merupakan kategori datar dengan luas 4,44 Ha.

101
Tabel 4. 21 Kelerengan Tanah dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta
No Lereng Luas (Ha)
1 0-2% 4,44
2 2-8% 118,05
3 8 - 15 % 405,80
4 15 - 25 % 262,13
5 25 - 40 % 157,29
6 > 40 % 5,79
Total 953,49
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021
3. Gambut
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan
organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara
alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang
tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya terhambat suasana
anaerob dan basah. Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
wilayah non gambut sehingga lokasi TORA Tansmigrasi di Kota Palopo
masuk kategori tanah non gambut.
4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi
karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah di wilayah Kota
Palopo terbagi dua kategori yaitu tekstur tanah halus dan tekstur tanah
sedang. Pada lokasi TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta masuk pada
kategori tekstur tanah halus.
5. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter
(mm) di atas permukaan horizontal. Pada lokasi TORA Tansmigrasi di
Kelurahan Peta terbagi tiga kawasan berdasarkan jumlah curah hujan
yaitu 147-199 mm dengan luas paling kecil 114,22 Ha, curah hujan 199-
251 mm dengan luas paling besar 550,44 Ha, dan curah hujan 251-303
mm dengan luas 288,84 Ha.
Tabel 4. 22 Curah Hujan dan Luas di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta

No Curah Hujan Luas (Ha)


1 251 - 303 mm 288,84

102
No Curah Hujan Luas (Ha)
2 199 - 251 mm 550,44
3 147 - 199 mm 114,22
Total 953,49
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021

c) Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana
Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 bahwa Kelurahan Peta merupakan
lokasi kawasan pariwisata untuk peruntukan kawasan pariwisata alam
dikarenakan sebagai lokasi kawasan agrowisata dan sebagai kawasan
pariwisata budaya karena terdapat rumah ada Peta.
Pada rencana tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Berikut ini rencana pola
ruang di lokasi TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta.

Tabel 4. 23 Rencana Pola Ruang di TORA Tansmigrasi di Kelurahan Peta

No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)


1 Hutan Kota 519,89
2 Kawasan Pertambangan 95,35
3 Kawasan Perumahan 0,58
4 Kawasan Peternakan 23,94
5 Pertanian Lahan Kering 313,68
6 Sempadan Sungai 0,06
Total 953,49
Sumber: PERDA No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo 2012-2032

Berdasarkan tabel 4.24, bahwa kawasan paling luas pada rencana


pola ruang di lokasi TORA Tansmigrasi yaitu hutan kota dengan luas
519,89 Ha. Sendangkan kawasan rencana pola ruang dengan luas paling
kecil yaitu sempadan sungai dengan luas 0.06 Ha.

103
Gambar 4. 24 Peta Citra Lokasi Tanah Transmigrasi di Kelurahan Peta

104
Gambar 4. 25 Peta Penggunaan Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

105
Gambar 4. 26 Peta Elevasi Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

106
Gambar 4. 27 Peta Kemiringan Tanah TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

107
Gambar 4. 28 Peta Tanah Gambut TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

108
Gambar 4. 29 Peta Tekstur Tanah Transmigrasi di Kelurahan Peta

109
Gambar 4. 30 Peta Curah Hujan Transmigrasi di Kelurahan Peta

110
Gambar 4. 31 Peta Rencana Pola Ruang TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

111
2) Analisis Kelayakan TORA
Adapun data yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan
TORA pada lokasi TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta telah dipaparkan
pada bagian sebelumnya. Berikut ini penilaian kelayakan TORA pada TORA
Transmigrasi.

Tabel 4. 24 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Transmigrasi di


Kelurahan Peta

No Indikator Parameter Kriteria


Kelayakan
1 Penggunaan Kebun Campuran Layak
Tanah
Lahan Terbuka Layak
Permukiman Layak
Sungai Tidak Layak
Tegalan Layak
2 Rencana Pola Hutan Kota Layak
Ruang RTRW Konfirmasi
Kawasan Pertambangan Layak
Kawasan Perumahan Layak
Kawasan Peternakan Layak
Pertanian Lahan Kering Layak
Sempadan Sungai Tidak Layak
3 Elevasi 0-200 Layak
200-400 Layak
400-600 Layak
600-800 Layak
800-1000 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
15 - 25 % Layak
25 - 40 % Layak
> 40 % Tidak Layak
5 Gambut Non gambut Layak

Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan


secara spasial bahwa pada TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta masuk
pada kategori layak. Hal yang perlu di perhatikan bahwa pada rencana
ruang Kota Palopo berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di
Kelurahan Peta sebagai hutan kota yang masuk pada kawasan lindung.

112
Akan tetapi berdasarkan Surat Keputusan No. 362 Kemnterian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang dikeluarkan pada tahun 2019 bahwa hutan
kota yang masuk dalam delinasi TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta
berubah peruntukan menjadi Area Penggunaan Lain (APL), sehingga
rencana pola ruang menjadi kawasan budidaya dan statusnya adalah
layak.

3) Analisis Kesesuaian Terhadap RTRW


Analisis kesesuaian terhadap RTRW dilakukan dengan menguji
kesesuaian penggunaan lahan saat ini dilokasi TORA Transmigrasi di
Kelurahan Peta terhadap arahan Rencana Pola Ruang yang tertuang dalam
Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palopo 2012-2032. Bertujuan agar tidak ada kegiatan atau
pemanfaatan lahan yang bertentangan dengan kebijakan sehingga
pemanfatan dapat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pengguaan tanah di lokasi TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta terdiri
dari kebun campuran, lahan terbuka, permukiman, sungai, dan tegalan.
Sedangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-
2032 lokasi TORA Transmigrasi merupakan hutan kota, kawasan
pertambangan, kawasan perumahan, kawasan peternakan, pertanian
lahan kering, dan sempadan sungai.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo dilakukan menggunakan analisis spasial yang
menggabungkan data penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil
yang dikeluarkan dari analisis kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah yaitu apakah lahan tersebut sesuai atau tidak sesuai
dengan rencana pola ruang di Kota Palopo. Berikut hasil analsisi
kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di lokasi TORA
Transmigrasi di Kelurahan Peta.

Tabel 4. 25 Analisis Kesesuaian Guna Lahan TORA Transmigrasi Terhadap Rencana Pola
Ruang Kota Palopo

No RTRW Penggunaan Tanah Luas (Ha) KET


1 Hutan Kota ▪ Kebun Campuran 514,05 Sesuai
▪ Permukiman 0,68 Tidak
Sesuai
▪ Tegalan 5,15 Tidak
Sesuai

113
2 Kawasan ▪ Kebun Campuran 94,19 Tidak
Pertambangan Sesuai
▪ Tegalan 1,15 Tidak
Sesuai
3 Kawasan Perumahan ▪ Permukiman 0,58 Sesuai
4 Kawasan Peternakan ▪ Kebun Campuran 22,95 Tidak
Sesuai
▪ Tegalan 0,98 Tidak
Sesuai
5 Pertanian Lahan ▪ Kebun Campuran 291,30 Sesuai
Kering
▪ Tegalan 12,44 Sesuai
▪ Lahan Terbuka 2,72 Tidak
Sesuai
▪ Permukiman 7,19 Tidak
Sesuai
▪ Sungai 0,03 Tidak
Sesuai
6 Sempadan Sungai ▪ Sungai 0,06 Sesuai
▪ Kebun Campuran 0,00 Tidak
Sesuai
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

Tabel 4. 26 Luas Kesesuaian Guna Lahan TORA Transmigrasi Terhadap Terhadap


Rencana Pola Ruang Kota Palopo

No Kesesuaian Luas (Ha)


1 Sesuai 818,43
2 Tidak Sesuai 135,06
Total 953,49
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

114
Gambar 4. 32 Peta Kesesuaian RTRW TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

115
4) Analisis Prioritas
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop
menujukkan bahwa TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta masuk kategori
prioritas 1 dengan luas 947,70 dan kategori prioritas 3 dengan luas 5,79
Ha. Dalam melakukan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA
Dekstop bahwa dalam rencana pola ruang berdasarkan Peraturan Daerah
No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun
2012-2032 di lokasi transmigrasi Kelurahan Peta merupakan hutan kota
yang masuk kawasan lindung. Namun setelah keluarnya Surat Keputusan
No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai
peruntukan kawasan hutan Sulawesi Selatan bahwa lokasi transmigrasi di
Kelurahan Peta sebagai peruntukan Area Penggunaan Lain (APL) sehingga
masuk kawasan budidaya. Tedapatnya kategori prioritas 3 di lokasi TORA
Transmigrasi di Kelurahan Peta dikarenakan kemiringan tanah pada
kawasan TORA lebih dari 40% sehingga masuk kategori tidak layak atau
tidak dapat ditindaklanjuti penataan asetnya.

116
Gambar 4. 33 Peta Analisis Prioritas TORA Transmigrasi di Kelurahan Peta

117
D. Tanah Usulan Pelepasan Kawasan Hutan
Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria
Kota Palopo pada hari Selasa 30 Maret 2021, bahwa terdapat usulan
potensi TORA pelepasan kawasan hutan yang diajukan oleh Kepala
Kesatuan Pengelolaan Hutan Latimojong yaitu untuk melepaskan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) menjadi Area Penggunaan Lain (APL) yang berada
di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu
Walenrang. Berdasarkan peruntukan kawasan hutan yaitu Hutan
Produksi Terbatas (HPT) yang bersinggungan dengan rencana jalur kereta
api yang ditetapkan dalam Perda No.9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032 Berdasarkan Surat Keputusan
Nomor 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Peta
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan
Hutan, dan Penunjukan bukan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan
bahwa terdapat Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Telluwanua
dengan luas kawasan hutan yaitu 599,93 Ha di Kelurahan Salubattang,
Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang.
Berdasarkan Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Tentang Peta Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan bahwa terdapat empat jenis
peruntukan kawasan hutan di Kota Palopo yaitu Hutan Konservasi, Hutan
Lindung, Hutan Produksi Terbatas, dan Area Penggunaan Lain. Berikut
ini peruntukan kawasan hutan di Kota Palopo.
Tabel 4. 27 Peruntukan Kawasan Hutan di Kota Palopo

Peruntukan Kawasan Hutan Luas (Ha)

Area Penggunaan Lain 15.872,49

Hutan Lindung 8.449,11

Hutan Produksi Terbatas 599,83

Kawasan Koservasi 891,18


Total 25.812,62
Sumber: SK No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Peruntukan Kawasan hutan di Kota Palopo paling luas yaitu


peruntukan Area Penggunaan Lain (APL) dengan luas 15.872,49 Ha,
sedangkan luas peruntukan kawasan paling kecil yaitu Hutan Produksi

118
Terbatas (HPT) dengan luas 599,83 Ha berada di Kelurahan Telluwanua
dengan luas area yaitu 599,83 Ha yang masuk dalam Kelurahan
Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang
yang merupakan lokasi usulan TORA pelepasan kawasan hutan. Berikut
ini luas area yang masuk dalam kawasan peruntuntukan kawasan Hutan
Produksi Terbatas.

Tabel 4. 28 Kelurahan Yang Masuk Dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Kelurahan Luas (Ha)


570.85
Salubattang
27.57
Pentojangan
1.42
Batu Walenrang
Total 599.83
Sumber: SK No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kawasan peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) paling luas


berada di Kelurahan Salubattang degan luas 570,85 Ha, sedangkan paling
kecil berada di Kelurahan Batu Walenrang dengan luas 1,42 Ha. Dalam
kawasan peruntukan kawasan Hutan Produksi Terbatas bersinggungan
dengan kepemilikan tanah yang berada di Kelurahan Salubattang yang
terdiri legalisasi aset kegiatan Redistribusi Tanah pada tahun 2014 dan
2015, serta kegiatan rutin. Berikut ini kepemilikan tanah yang
bersinggungan dengan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Kepemilikan tanah yang masuk dalan kawasan Hutan Produksi
Terbatas (HPT) di Kelurahan Salubattang yaitu sebanyak 205 bidang.
Kepemilikan tanah yang paling banyak berasal legalisasi aset Redistribusi
Tanah pada tahun 2015 dengan jumlah 128 bidang, sedangkan yang
paling sedikit yaitu pada kegiatan rutin dengan jumlah 43 bidang.

Tabel 4. 29 Kepemilikan Tanah Yang Masuk dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Legalisasi Aset Bidang


Redistribusi Tanah 2015 128
Redistribusi Tanah 2014 34
Rutin 43
Total 205
Sumber: KKP2 Kementerian ATR/BPN

119
Gambar 4. 34 Peta Citra Lokasi Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan
Batu Walenrang

120
Gambar 4. 35 Peta Sebaran Kepemilikan Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan

121
Gambar 4. 36 Peta Hutan Produksi Terbatas Bersinggungan Dengan Rencana Jalur Kereta Api Usulan TORA
Pelepasan Kawasan Hutan

122
1) Data dan Analisis Kawasan TORA
Hasil data dan analisis usulan TORA pelepasan kawasan hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu
Walenrang di Kecamatan Telluwanua, Adapun data yang diperlukan
sebagai berikut:
a) Data Spasial Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Penggunaan tanah
usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang,
Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang di Kecamatan
Telluwanua terdiri hutan sejenis alami, jalan, kebun campuran,
mangrove, sungai, dan tambak. Berikut ini rincian penggunaan tanah
usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan:
Penggunaan tanah yang paling luas yaitu hutan sejenis alami yang
merupakan pohon sagu yang masuk dalam kawasan Hutan Produksi
Terbatas dengan luas 81,22 Ha, sedangkan penggunaan tanah dengan
luas paling kecil yaitu jalan dengan luas 0,52 Ha.

Tabel 4. 30 Penggunaan Tanah pada Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan

Penggunaan Tanah Luas (Ha)


Hutan Sejenis Alami 81,12
Jalan 0,52
Kebun Campuran 11,18
Mangrove 7,38
Sungai 20,43
Tambak 479,19
Total 599,83
Sumber: Hasil Analisis, 2021

b) Data Kemampuan Tanah


1. Elevasi Tanah
Ketinggian tanah atau elevasi adalah posisi vertikal suatu objek tanah
atau lahan dari permukaan laut. Ketinggian tanah dinayatakan dalam
satuan mdpl (meter di atas permukaan laut). Posisi usulan TORA
pelepasan kawasan hutan berada di pinggiran laut dengan ketinggian 0-
90 meter di atas permukaan laut. Berikut ketinggian berdasarkan
kelurahan yang masuk dalam kawasan usulan TORA pelepasan kawasan
hutan yaitu:

123
Tabel 4. 31 Elevasi Tanah dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
di Hutan Produksi Terbatas
Elevasi Luas (Ha)
0 - 10 503,80
10 -20 67,67
20 - 30 8,10
30 - 40 4,97
40 - 50 8,53
50 - 60 2,38
60 - 70 2,32
70 - 80 1,24
80 - 90 0,73
90 - 100 0,10
Total 599,83
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021
2. Kelerengan Tanah
Kelerengan tanah merupakan permukaan tanah alam yang terlihat
lebih menonjol karena adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat. Proses
pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan juga pergerakan
tanah. Kemiringan tanah secara umum dinyatakan dalam persen atau
derajat. Lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan secara geografis
lebih dominan berada di pinggiran pantai memiliki kemiringan lereng 0-2%
merupakan kategori datar dengan luas kawasan 567,68 Ha, kemiringan
lereng 2-8% merupakan kategori landai dengan luas 28,91 Ha, sedangkan
yang luas kawasan paling kecil itu dengan kemiringan lereng 8-15%
merupakan kategori berombak dengan luas yaitu 3,24 Ha.

Tabel 4. 32 Kelerengan Tanah dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan


Hutan di Hutan Produksi Terbatas

Lereng Luas (Ha)


0-2% 567,68
2-8% 28,91
8 - 15 % 3,24
Luas 599,83
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021
3. Gambut
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan
organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara
alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang
tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya terhambat suasana
anaerob dan basah. Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan merupakan

124
wilayah non gambut sehingga lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan
Hutan di Kota Palopo masuk kategori tanah non gambut.
4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi
karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah di wilayah Kota Palopo
terbagi dua kategori yaitu tekstur tanah halus dan tekstur tanah sedang.
Pada lokasi usulan TORA Pelepasan Kawawasan Hutan masuk pada
kategori tekstur tanah halus.
5. Curah hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter
(mm) di atas permukaan horizontal. Pada lokasi Usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan terbagi dua kawasan berdasarkan jumlah curah hujan
yaitu 303-355 mm dengan luas 288,19 Ha dan 355-407 mm dengan luas
311,64 Ha (Tabel 4.36).

c) Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana
Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 bahwa Kelurahan Salubattang dan
Kelurahan Pentojangan masuk pada kawasan rawan banjir. Pada rencana
tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang. Berikut ini rencana pola ruang di lokasi
usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan, dapat dilihat pada tabel 4.37 :

Tabel 4. 33 Curah Hujan dan Luas di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Hutan Produksi Terbatas
Curah Hujan Luas (Ha)
303 - 355 mm 288,19
355 - 407 mm 311,64
Luas 599,83
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021

Tabel 4. 34 Rencana Pola Ruang di Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Hutan
Produksi Terbatas

Rencana Pola Ruang Luas (Ha)

125
Hutan Kota 5,97
Hutan Mangrove 3,61
Kawasan Pergudangan 9,27
Kawasan Perlindungan Setempat 427,71
Mangrove Sempadan Pantai 17,73
Pertanian Lahan Kering 100,97
Sabuk Hijau Kawasan Industri Palopo 20,29
Sempadan Sungai 14,28
Total 599,83
Sumber: PERDA No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo 2012-2032

Berdasarkan tabel di atas, bahwa kawasan paling luas di rencana pola


ruang pada lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan yaitu Kawasan
Perlindungan Setempat dengan luas 427,71 Ha. Sendangkan kawasan
dengan luas paling kecil yaitu Hutan Mangrove dengan luas 3,61 Ha.

126
Gambar 4. 37 Peta Penggunaan Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan
Kelurahan Batu Walenrang

127
Gambar 4. 38 Peta Elevasi Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Walenrang

128
Gambar 4. 39 Peta Kemiringan Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

129
Gambar 4. 40 Peta Tanah Gambut Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

130
Gambar 4. 41 Peta Tekstur Tanah Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

131
Gambar 4. 42 Peta Curah Hujan Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

132
Gambar 4. 43 Peta Rencana Pola Ruang Usulan Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

133
2) Analisis Kelayakan TORA
Adapun data yang digunakan untuk menganalisis penilaian
kelayakan TORA pada lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di
Kelurahan Salubattang, Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu
Walenrang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berikut ini penilaian
kelayakan TORA pada usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan.

Tabel 4. 35 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada Usulan TORA
Pelepasan Kawasan Hutan

No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan


1 Penggunaan Hutan Sejenis Alami Layak Konfirmasi
Tanah
Kebun Campuran Layak
Mangrove Tidak Layak
Sungai Tidak Layak
Tambak Layak
2 Rencana Pola Hutan Produksi Terbatas Layak Konfirmasi
Ruang RTRW
3 Elevasi 0-50 Layak
50-100 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan


secara spasial bahwa pada usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan masuk
pada kategori layak konformasi. Hal ini dikarenakan pada rencana pola
ruang Kota Palopo berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di
lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan masuk pada kawasan
Hutan Produksi Terbatas.

3) Analisis Kesesuaian Terhadap RTRW


Pengguaan tanah di lokasi usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
terdiri dari hutan sejenis alami yang merupakan perkebunan sagu, kebun
campuran, mangrove, sungai, dan tambak. Sedangkan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032 lokasi usulan TORA

134
Pelepasan Kawasan Hutan merupakan kawasan Hutan Produksi
Terbatas.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo dilakukan menggunakan analisis spasial yang
menggabungkan data penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil
yang dikeluarkan dari analisis kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah yaitu apakah lahan tersebut sesuai atau tidak sesuai
dengan rencana pola ruang di Kota Palopo. Berikut hasil analsisi
kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di lokasi usulan
TORA Pelepasan Kawasan Hutan.

Tabel 4. 36 Analisis Kesesuaian Guna Lahan Usulan TORA Pelepasan Kawasan


Hutan Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo

No RTRW Penggunaan Tanah Luas Keterangan


Ha
1 Hutan Kota ▪ Hutan Sejenis Alami 1,29 Sesuai
▪ Tambak 4,68 Tidak Sesuai
2 Hutan Mangrove ▪ Hutan Sejenis Alami 0,22 Tidak Sesuai
▪ Tambak 3,40 Tidak Sesuai
3 Kawasan Pergudangan ▪ Hutan Sejenis Alami 9,27 Tidak Sesuai
4 Kawasan Perlindungan ▪ Sungai 14,92 Sesuai
Setempat
▪ Hutan Sejenis Alami 0,16 Tidak Sesuai
▪ Mangrove 0,09 Tidak Sesuai
▪ Tambak 412,54 Tidak Sesuai
5 Mangrove Sempadan ▪ Mangrove 6,07 Sesuai
Pantai
▪ Sungai 0,01 Tidak Sesuai
▪ Tambak 11,65 Tidak Sesuai
6 Pertanian Lahan Kering ▪ Hutan Sejenis Alami 59,59 Sesuai
▪ Kebun Campuran 1,85 Sesuai
▪ Jalan 0,24 Tidak Sesuai
▪ Sungai 0,72 Tidak Sesuai
▪ Tambak 38,57 Tidak Sesuai
7 Sabuk Hijau Kawasan ▪ Hutan Sejenis Alami 10,59 Tidak Sesuai
Industri Palopo
▪ Jalan 0,28 Tidak Sesuai
▪ Kebun Campuran 9,34 Tidak Sesuai
▪ Sungai 0,08 Tidak Sesuai
8 Sempadan Sungai ▪ Sungai 4,70 Sesuai
▪ Mangrove 1,22 Tidak Sesuai
▪ Tambak 8,36 Tidak Sesuai
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

135
Tabel 4. 37 Luas Kesesuaian Guna Lahan Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan
Terhadap Rencana Pola Ruang Kota Palopo

No Kesesuaian Luas (Ha)


1 Sesuai 88,42
2 Tidak Sesuai 511,41
Total 599,83
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

4) Analisis Prioritas
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop bahwa usulan
TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan dan Kelurahan Batu Walenrang, Kecamatan Telluwanua
masuk kategori prioritas 2. Hal ini dikarenakan status kawasan usulan
TORA masih masuk dalam kawasan hutan, sehingga perlu dilakukan
pelepasan kawasan hutan untuk mengubah status hutan menjadi Area
Penggunaan Lain, dengan pertimbangan kawasan Hutan Produksi Terbatas
bersinggungan dengan rencana pembangunan sarana umum yaitu jalur
kereta api berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032. Selain itu
bersinggungan dengan kepemilikan tanah yang telah dilakukan kegiatan
legalisasi aset Redistribusi Tanah pada tahun 2014 dan 2015.

136
Gambar 4. 44 Peta Kesesuaian RTRW Terhadap Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang,
Kelurahan Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

137
Gambar 4. 45 Peta Analisis Prioritas Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang, Kelurahan
Pentojangan, dan Kelurahan Batu Walenrang

138
E. PTSL kategori K3
Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi secara administatif masuk
dalam Kecamatan Sendana. Adapun kegiatan legalisasi aset (PTSL) pada tahun
2021 telah dilaksanakan penataan aset sebanyak 95 bidang di Kelurahan
Sendana, dan 79 bidang di Kelurahan Purangi, Namun masih ada total 51
bidang yang masuk dalam kategori k3 di kelurahan Purangi dan Kelurahan
Sendana.
Pemanfaatan lahan di Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi
dimanfaatkan warga untuk berkebun kakao dan sayur seperti bayam,
kangkung, paria, dan kacang panjang.

1) Data dan Analisis Kawasan TORA


Data dan analisis tanah kategori K3 di Kelurahan Peta dalam kegiatan
Reforma Agraria Kota Palopo dilakukan dengan mengumpulan data primer dan
data sekunder kemudian dianalisis secara spasial menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Geografis (GIS).
Analisis pengolahan data secara spasial dilakukan untuk memperoleh
informasi kelayakan lokasi TORA dengan mempertimbangan faktor
kemampuan fisik dan faktor yuridis sehingga memperoleh informasi prioritas
dan arahan program pertanahan yang sesuai dengan lokasi TORA, setelah
dilakukan inventarisasi, identifikasi, dan hasil peninjauan lapangan pada
lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana. Berikut
hasil data dan analisis lokasi PTSL kategori K3. Adapun data yang diperlukan
adalah sebagai berikut:

a) Data Spasial Penggunaan Tanah


Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Penggunaan tanah di
lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana yaitu
tegalan, permukiman, dan tanah terbuka. Jenis tanaman pada lahan tegalan
yaitu sayur bayam, kakao, sayur kangkong, cabai, tomat, sayur pare, sayur
terong, kemangi, dan sayur kacang Panjang. Berikut ini rincian penggunaan
tanah di lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana.
Penggunaan tanah pada lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana yang paling dominan yaitu pada penggunaan tanah tegalan

139
dengan luas 11,58 Ha. Sedangkan penggunaan lahan dengan luas lahan paling
kecil yaitu pada penggunaan tanah tanah terbuka dengan luas 0,06 Ha.

Tabel 4. 38 Penggunaan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan


Sendana

No Penggunaan Tanah Luas (Ha)


1 Permukiman 1,36
2 Permukiman dan Tegalan 1,82
3 Tanah Terbuka 0,06
4 Tegalan 11,58
Total 14,82
Sumber: Hasil Analisis, 2021

b) Data Kemampuan Tanah


1. Elevasi Tanah
Ketinggian tanah atau elevasi adalah posisi vertikal suatu objek tanah
atau lahan dari permukaan laut. Ketinggian tanah dinayatakan dalam
satuan mdpl (meter di atas permukaan laut). Lokasi PTSL kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana merupakan daerah datar
dengan ketinggian 0-110 meter di atas permukaan laut. Berikut data
ketinggian berada dalam kawasan lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana.

Tabel 4. 39 Elevasi Tanah dan Luas Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana

No Elevasi Tanah Luas (Ha)


1 0 - 10 0,46
2 10 - 20 0,56
3 20 - 30 3,19
4 30 - 40 6,32
5 40 - 50 1,40
6 50 - 60 1,08
7 60 - 70 0,70
8 70 - 80 0,29
9 80 - 90 0,42
10 90 - 100 0,27
11 100 - 110 0,13
Total 14,82
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021

2. Kelerengan Tanah
Kelerengan tanah merupakan permukaan tanah alam yang terlihat
lebih menonjol karena adanya perbedaan tinggi pada kedua tempat. Proses

140
pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan juga pergerakan
tanah. Kemiringan tanah secara umum dinyatakan dalam persen atau
derajat. Lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan
Sendana secara geografis lebih dominan berada di daerah dataran dengan
kemiringan lereng 0-2% dengan luas kawasan 9,64 Ha, sedangkan luas
kawasan paling kecil yaitu dengan kemiringan lereng 8-15% merupakan
kategori perbukitan dengan luas 1,49 Ha.

Tabel 4. 40 Kelerengan Tanah dan Luas di Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan


Purangi dan Kelurahan Sendana

No Kemiringan Lereng Luas


1 0-2% 9,64
2 2-8% 3,69
3 8 - 15 % 1,49
Total 14,82
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021
3. Gambut
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik
dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara alami dalam jangka
waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang proses
dekomposisinya terhambat suasana anaerob dan basah. Secara umum Provinsi
Sulawesi Selatan merupakan wilayah non gambut sehingga lokasi PTSL kategori
K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk kategori tanah non
gambut.
4.Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Tekstur tanah di wilayah Kota Palopo terbagi dua kategori
yaitu tekstur tanah halus dan tekstur tanah sedang. Pada lokasi PTSL kategori
K3 di Kelurahan Punragi dan Kelurahan Sendana masuk pada kategori tekstur
tanah halus.
5. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Pada lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana terbagi tiga kawasan berdasarkan jumlah curah hujan yaitu
dengan kawasan jumlah curah hujan 199-251 mm dengan luas kawasan paling
besar 8,27 Ha, kawasan dengan jumlah curah hujan 147-199 mm dengan luas

141
4,81 Ha, dan kawasan jumlah curah hujan yaitu 251-303 mm dengan luas
kawasan paling kecil 1,74 Ha.
Tabel 4. 41 Curah Hujan dan Luas Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana

No Curah Hujan Luas (Ha)


1 147 - 199 mm 4,81
2 199 - 251 mm 8,27
3 251 - 303 mm 1,74
Total 14,82
Sumber: Pengolahan Arcgis, 2021

c) Peta Rencana Tata Ruang Kota Palopo


Berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Ruang
Wilayah Kota Palopo 2012-2032 bahwa Kelurahan Purangi dan Kelurahan
Sendana yang masuk di Kecamatan Sendana masuk pada kawasan peruntukan
pertanian tanaman pangan, kawasan peruntukan perkebunan, dan kawasan
peruntukan pertanian hultikultura. Sedangkan berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palopo Tahun 2018-2023 bahwan
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk pada kawasan peruntukan
perkebunan dan kawasan peruntukan pertanain hultikultura.
Pada rencana tata ruang terbagi menjadi dua bentuk rencana yaitu rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang. Berikut ini rencana pola ruang di lokasi
PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana.
Tabel 4. 42 Rencana Pola Ruang di Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan
Kelurahan Sendana

No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)


1 Hutan Kota 1,19
2 Kawasan Perumahan 3,07
3 Pertanian Lahan Basah 0,58
4 Pertanian Lahan Kering 9,82
5 Sempadan Sungai 0,16
Total 14,82
Sumber: PERDA No. 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Palopo 2012-2032

Berdasarkan tabel diatas, bahwa pada rencana pola ruang RTRW Kota
Palopo 2012-2032 di lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan
Sendana bahwa kawasan rencana pola ruang yang paling luas yaitu pertanian
lahan kering dengan luas 9,82 Ha. Sedangkan kawasan rencana pola ruang
dengan luas paling kecil yaitu sempadan sungai dengan luas 0,16 Ha.

142
Gambar 4. 46 Peta Citra Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Sendana dan Purangi

143
Gambar 4. 47 Peta Penggunaan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

144
Gambar 4. 48 Peta Elevasi Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

145
Gambar 4. 49 Peta Kemiringan Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

146
Gambar 4. 50 Peta Tanah Gambut PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendama

147
Gambar 4. 51 Peta Tekstur Tanah PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

148
Gambar 4. 52 Peta Curah Hujan PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

149
Gambar 4. 53 Peta Rencana Pola Ruang PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

150
2) Analisis Kelayakan TORA
Adapun data yang digunakan untuk menganalisis penilaian kelayakan TORA
pada lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana telah
dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berikut ini penilaian kelayakan TORA pada
lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana.

Tabel 4. 43 Data Indikator dan Parameter Kelayakan TORA pada PTSL Kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

No Indikator Parameter Kriteria Kelayakan


1 Penggunaan Tanah Permukiman Layak
Permukiman dan
Layak
Tegalan
Tanah Terbuka Layak
Tegalan Layak
Rencana Pola
2 Hutan Kota Layak Konfirmasi
Ruang RTRW
Kawasan
Layak
Perumahan
Pertanian Lahan
Layak
Basah
Pertanian Lahan
Layak
Kering
Sempadan Sungai Tidak Layak
3 Elevasi 0 - 10 Layak
20 - 30 Layak
20 - 30 Layak
30 - 40 Layak
40 - 50 Layak
50 - 60 Layak
60 - 70 Layak
70 - 80 Layak
80 - 90 Layak
90 - 100 Layak
100 - 110 Layak
4 Lereng 0-2% Layak
2-8% Layak
8 - 15 % Layak
5 Gambut Non gambut Layak
Sumber: Hasil Pendataan dan Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan TORA yang dilakukan secara


spasial bahwa pada lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan
Sendana masuk pada kategori layak. Hal yang perlu di perhatikan bahwa pada
rencana ruang Kota Palopo berdasarkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032 di Kelurahan

151
Purangi dan Kelurahan Sendana diperuntukan sebagai kawasan hutan kota yang
masuk pada kawasan lindung. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan No. 362
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa lokasi PTSL kategori K3
di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana diperuntukkan sebagai Area
Penggunaan Lain (APL). Sehingga pada lokasi PTSL kategori K3 diperuntukkan
sebagai kawasan budidaya, sehinnga status kelayakannya menjadi layak.

3) Analisis Kesesuaian Terhadap RTRW


Pengguaan tanah di lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi terdiri dari
permukiman, permukiman dan tegalan, tanah terbuka, dan tegalan. Sedangkan
berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota Palopo Tahun 2012-2032 lokasi PTSL
kategori K3 merupakan hutan kota, kawasan perumahan, pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, sempadan sungai.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palopo dilakukan menggunakan analisis spasial yang menggabungkan data
penggunaan tanah dan rencana pola ruang. Hasil yang dikeluarkan dari analisis
kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu apakah lahan
tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan rencana pola ruang di Kota Palopo.
Berikut hasil analsisi kesesuaian lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di
lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana.

Tabel 4. 44 Analisis Kesesuaian Guna Lahan PTSL Kategori K3 Terhadap Rencana Pola
Ruang Kota Palopo

No RTRW Penggunaan Tanah Luas (Ha) Keterangan


1 Hutan Kota ▪ Permukiman 0,05 Tidak Sesuai
▪ Tegalan 1,14 Tidak Sesuai
Kawasan
2 Perumahan ▪ Permukiman 0,91 Sesuai
▪ Permukiman dan Tegalan 0,65 Sesuai
▪ Tegalan 1,50 Tidak Sesuai
Pertanian Lahan
3 Basah ▪ Tegalan 0,58 Sesuai
Pertanian Lahan
4 Kering ▪ Tanah Terbuka 0,06 Sesuai
▪ Tegalan 8,19 Sesuai
▪ Permukiman 0,40 Tidak Sesuai
▪ Permukiman dan Tegalan 1,17 Tidak Sesuai
5 Sempadan Sungai ▪ Tegalan 0,16 Tidak Sesuai
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

152
Tabel 4. 45 Luas Kesesuaian Guna Lahan PTSL Kategori K3 Terhadap Terhadap Rencana
Pola Ruang Kota Palopo

No Kesesuaian Luas (Ha)


1 Sesuai 10,40
2 Tidak Sesuai 4,42
Total 14,82
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 dan hasil analisis, 2021

4) Analisis Prioritas
Analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA Dekstop menunjukkan
bahwa PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk
kategori prioritas 1 dengan luas 14,66 hA dan kategori prioritas 2 dengan luas
0,16 Ha. Pada pelaksanaan analisis spasial menggunakan aplikasi SIGTORA
Dekstop terdapat peruntukan rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032
diperuntukan sebagai hutan kota yang masuk pada kawasan lindung. Namun
berdasarkankan Surat Keputusan No. 362 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang peruntukan kawasan hutan, bahwa lokasi PTSL kategori K3
di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana diperuntukan sebagai Area
Penggunaan Lain (APL). Berdasarkan hal tersebut lokasi PTSL kategori K3 di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana masuk kategori prioritas 1.
Sedangkan pada rencana pola ruang RTRW Kota Palopo 2012-2032 di lokasi
PTSL kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana terdapat
peruntukan sebagai sempadan sungai yang masuk pada kategori prioritas 2.

153
Gambar 4. 54 Peta Kesesuaian RTRW PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

154
Gambar 4. 55 Peta Analisis Prioritas PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana

155
5) Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan
Menurut Badan Litbang pertanian (2003), komoditas unggulan merupakan
komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu
wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara
teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan
(pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan
kondisi sosial budaya setempat). Ditambahkan pula oleh (Bachrein, 2003:28)
bahwa penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah menjadi suatu keharusan
dengan pertimbangan bahwa komoditas-komoditas yang mampu bersaing secara
berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah yang lain adalah
komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi
serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.
Penentukan peruntukan komoditi unggulan di lokasi PTSL kategori K3
dilakukan dengan analisis Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL) yang akan
menghasilkan menghasilkan data tabular kelas kesesuaian lahan masing-masing
komoditas berdasarkan satuan peta tanah. Pada peta tanah, sebaran tanah
dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya (seperti: kedalaman efektif tanah, batuan
induk, sifat fisika dan kimia, drainase), termasuk topografi/relief dan iklim
setempat. Hasil analisis kesesuaian lahan terbagi atas:
Kelas S1, : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
sangat nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau
sesuai faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan
mereduksi produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2, : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini
cukup akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
sesuai tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya
dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3, : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor
sesuai pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
marginal memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak
daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu
adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah
atau pihak swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak
mampu mengatasinya.

156
Kelas N, : Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor
tidak sesuai pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palopo


Tahun 2018-2023 bahwa pada Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi masuk
pada kawasan peruntukan pertanian yang terdiri dari kawasan peruntukan
pertanian pangan yang terletak di Kelurahan Sendana dan masuk pada kawasan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), selain itu masuk juga pada
kawasan peruntukan perkebunan dan kawasan peruntukan pertanian
holtikultura, dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012-2032 menyebutkan pada
Kecamatan Sendana yang merupakan lokasi PTSL Kategori K3 masuk sebagai
kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan perkebunan, dan kawasan
pertanian holtikultura.
Peruntukan pertanian holtikultura di lokasi PTSL kategori K3 di Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana terdiri dari jenis tanaman sayur bayam, sayur
kangkung, sayur kacang panjang, sayur pare, cabai, terong, dan tomat.
Sedangkan peruntukan kawasan perkebunan yaitu hanya perkebunan kakao.
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan komoditi unggulan di lokasi PTSL kategori
K3:
Tabel 4. 46 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan di Lokasi PTSL Kategori K3 Kelurahan
Purangi dan Kelurahan Sendana

Kelas Kesesuaian Luas Kawasan


Komoditi
Lahan (Ha)
Cabai 0,60
S2 Cukup Sesuai Pare 0,02
Kakao 2,82
Sayur Bayam 9,26
Sayur Kangkung 0,77
Tomat 0,15
S3 Sesuai Marginal
Terong 0,04
Kemangi 0,35
Kacang Panjang 0,15
Sumber: Hasil Analisis, 2021

157
Gambar 4. 56 Peta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan PurangiPeta Sebaran Komoditi PTSL Kategori K3
Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

158
a. Sayur Bayam
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman sayur bayam
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan sayur bayam:
Tabel 4. 47 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sayur Bayam

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi sayur bayam masuk


kelas S3 atau sesuai marginal. Faktor pembatas pada komoditi sayur bayam
yaitu temperatur rata-rata 27,27 oC dan kemiringan lereng 8-15% masuk
landai. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi para petani.

159
Gambar 4. 57 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Sayur Bayam PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

160
b. Sayur Kangkung
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman sayur kangkung
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan sayur kangkung:

Tabel 4. 48 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sayur Kangkung

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi sayur kangkung


masuk kelas S3 yaitu sesuai marginal. Faktor pembatas pada komoditi sayur
kangkung yaitu temperatur rata-rata 27,27 oC, namun hal tersebut tidak
menjadi hambatan menanam bagi para petani.

161
Gambar 4. 58 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Sayur Kangkung PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

162
c. Cabai
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman cabai
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan cabai:
Tabel 4. 49 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi cabai masuk kelas


S2 yaitu cukup sesuai. Faktor pembatas pada komoditi cabai yaitu curah
hujan tahunan yaitu 2467 mm/th dan jumlah bulan basah yaitu 4 bulan,
namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi para petani.

163
Gambar 4. 59 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Cabai PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

164
d. Pare
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman pare berdasarkan
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Berikut kriteria
kesesuaian lahan pare:

Tabel 4. 50 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pare

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi pare masuk kelas


S2 yaitu cukup sesuai. Faktor pembatas pada komoditi cabai yaitu
temperature rata-rata yaitu 27,27 oC, namun hal tersebut tidak menjadi
hambatan menanam bagi para petani.

165
Gambar 4. 60 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Pare PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

166
e. Tomat
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman tomat
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan tomat:
Tabel 4. 51 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tomat

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi tomat masuk kelas


S3 yaitu sesuai margiral. Faktor pembatas pada komoditi tomat yaitu curah
hujan pada masa pertumbuhan lebih dari 800 mm namun hal tersebut tidak
menjadi hambatan bagi para petani.

167
Gambar 4. 61 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Tomat PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

168
f. Kacang Panjang
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman kacang panjang
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan kacang panjang:
Tabel 4. 52 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Panjang

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi kacang panjang


masuk kelas S3 yaitu sesuai margiral. Faktor pembatas pada komoditi kacang
panjang yaitu temperatur rata-rata adalah 27,27 oC namun hal tersebut tidak
menjadi hambatan menanam bagi para petani.

169
Gambar 4. 62 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kacang Panjang PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

170
g. Terong
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman terong
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan terong:
Tabel 4. 53 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Terong

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi terong masuk kelas


S3 yaitu sesuai margiral. Faktor pembatas pada komoditi terong yaitu curah
hujan pada masa pertumbuhan adalah 1794 mm, namun hal tersebut tidak
menjadi hambatan menanam bagi para petani.

171
Gambar 4. 63 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Terong PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

172
h. Kemangi

Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman kemangi


berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan kemangi:

Tabel 4. 54 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kemangi

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi kemangi masuk


kelas S3 yaitu sesuai margiral. Faktor pembatas pada komoditi kemangi yaitu
curah hujan pada masa pertumbuhan adalah 1794 mm dan temperatur rata-
rata 27,27 oC, Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan menanam bagi
para petani.

173
Gambar 4. 64 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kemangi PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

174
i. Kakao
Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditi tanaman kakao
berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Berikut kriteria kesesuaian lahan kakao:
Tabel 4. 55 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao

Sumber: Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, 2011

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, komoditi kakao masuk kelas S2


yaitu cukup sesuai. Faktor pembatas pada komoditi kemangi yaitu temperatur
rata-rata 27,27 oC, namun hal tersebut bersifat minor sehingga tidak menjadi
hambatan bagi para petani.

175
Gambar 4. 65 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Komoditi Kako PTSL Kategori K3 Kelurahan Sendana dan Ke;urahan Purangi

176
4.2.2.2 Pengembangan Akses
Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan tahapan pelaksanaan Kegiatan
Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021. untuk menentukan
Lokasi kelurahan sebagai tempat dilaksanakannya Kegiatan Penanganan Akses
Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo Tahun 2021 dalam bentuk
pemberdayaan masyarakat. Penetapan lokasi kegiatan dilakukan dengan
peninjauan lokasi dibeberapa kelurahan/tempat-tempat usaha yang dinilai
memiliki potensi untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi penanganan akses di
Kota Palopo berdasarkan pertimbangan yaitu potensi wilayah dari segi
ketersediaan lahan, infrastruktur serta akses menjangkau lokasi.
Berdasarkan hasil peninjauan lokasi dan identifikasi potensi usaha yang
dilakukan, dilakukan rapat koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria. Dari hasil
rapat koordinasi Gugus Tugas Reforma Agraria maka ditetapkan lokasi
pelaksanaan Kegiatan Pilot Project Kampung Reforma Agraria Kota Palopo Tahun
2021 di tetapkan di Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi, Kecamatan.

Gambar 4. 66 Sosialisasi Kampung ReformaAgraria di Kantor CamatSendana

Sendana Kota Palopo. Pemanfaatan lahan pada kelurahan Purangi di


dominasi oleh perkebunan sayur antara lain : bayam, kangkung, paria , kacang
panjang, dan pada kelurahan Sendana sebagaian masyarakatnya memanfaatkan
lahannya dengan berkebun coklat.
Sosialisasi Kampung Reforma Agraria pada tanggal 12 Agustus 2021 di
Kantor Kecamatan Sendana dihadiri oleh Tim Pelaksana Harian GTRA, Camat
Sendana, dan warga Kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi. Kampung
Reforma Agraria merupakan wujud dan bentuk keberhasilan dari
penyelenggaraan Reforma Agrariayang didalamnya telah dilaksanakan penataan
aset, penataan penggunaan tanah,dan penataan akses. Pembentukan Kampung

177
Reforma Agraria dapat dilaksanakan secara parallel dengan kegiatan penataan
aset dan penataan akses sesuai dengan skema yang dipilih.
Kampung Reforma Agraria diharapkan mampu menjadi etalase
keberhasilan pelaksanaan reforma agraria dalam skala kecil yang meliputi
penataan aset, penatagunaan tanah, dan penataan akses dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya dan potensi yang ada dalam suatu wilayah yang
berbasis pada penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan
masyarakat secara adil, berasaskan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil
guna, serasi, selaras. Sosialisasi dibuka oleh Ketua Tim Pelaksana Harian GTRA
Kota Palopo, kemudian dilanjut sambutan oleh Bapak Camat Sendana, dan
penjelasan terkait kampung reforma oleh tenaga pendukung GTRA Kota Palopo,
dan kegiatan terakhir pihak Bank BRI memberikan sosialisasi terkait akses
permodalan.

178
Gambar 4. 67 Peta Pola Sebaran Pengembangan Kelurahan Purangi

179
Gambar 4. 68 Peta Pola Sebaran Pengembangan Kelurahan Sendana

180
4.2.3 Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses
Pada hari Selasa, tanggal 26 Oktober 2021 telah dilaksanakan rapat
integrasi di ruang Ratona Kantor Walikota Palopo Rapat Integrasi. Rapat
integrasi dipimpin oleh Drs. Muhammad Judas Amir, M.H selaku Ketua
Tim GTRA Kota Palopo, dihadiri oleh anggota Tim, dan Tenaga Pendukung
GTRA Kota Palopo.
Rapat integrasi Adapun poin – poin dari hasil rapat antara lain :
i. Tanah Bekas HGU PT. Hasil Bumi Indonesia yang terletak di
Kelurahan Battang dengan Sertipikat HGU No.1/Palopo tersebut telah
berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001, tanah bekas HGU
untuk penataan aset tidak dapat dilaksanakan karena masuk dalam
kawasan hutan lindung, sehingga tidak dapat menjadi objek TORA,
kemudian hanya diberikan kebijakan penataan akses, dikelola oleh
GAPOKTAN Tandung Billa yakni kumpulan kelompok tani di
Kelurahan Battang.

Gambar 4. 69 Rapat Integrasi Gugus Tugas Reforma Agraria Kota Palopo

ii. Tanah Usulan Masyarakat melalui Konsorsium Pembaruan Agraria


(KPA) terjadi konflik klaim masyarakat terhadap kawasan hutan
konservasi dan kawasan hutan lindung di kelurahan Battang Barat,
penetapan kawasan hutan tersebut mengacu pada : Keputusan

181
Mentri Kehutanan No. 663/Kpts-11/1992, Keputusan Gubernur No.
276/IV/1999, dan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan
No. 890/Kpts-II/1999, Tentang Perubahan Status Hutan Lindung
Menjadi Hutan Taman Wisata Alam, Seluas 500 Ha kemudian, pada
tahun 2004 terjadi penambahan Wilayah BKSDA melalui Pengajuan
Walikota Palopo Tahun 2004 menjadi 900an Ha dan secara
administratif masuk dalam dua Kelurahan yakni Battang Barat Dan
Kelurahan Padang Lambe.
Pada Kelurahan Battang Barat kegiatan legalisasi aset tidak dapat
laksanakan karena masuk dalam kawasan Konservasi dan hutan
lindung, sehingga wilayah kelurahan Battang Barat tidak menjadi
objek TORA usulan masyarakat, tidak dapat dilakukan kegiatan
penataan aset, hanya diberikan kebijakan penataan akses dalam
bentuk kemitraan, perhutanan sosial.
iii. Tanah Transmigrasi di Kelurahan Peta Kecamatan Sendana
merupakan salah satu kawasan transmigrasi di Kota Palopo yang
telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2019 Tentang Penetapan Kawasan Transmigrasi. Adapun luas
kawasan transmigrasi WARA dengan luas 953,49 Ha, analisis
menggunakan aplikasi SIG TORA di Kawasan Transmigrasi WARA,
hasil analisa menujukkan bahwa kawasan Transmigrasi Wara seluas
947,7 Ha masuk dalam prioritas I. Hal ini berarti kawasan
Transmigrasi Wara dapat dilakukan penataan aset, dan yang masuk
dalam prioritas 3 seluas 5,79 Ha, karena berdasarkan data yang
diinput terdapat daerah dengan kondisi kemiringan lereng > 40%, dan
sedang dalam tahap pengurusan HPL (Kelengkapan berkas) belum
dapat ditindaklanjuti legalisasi aset pada tahun 2021 karena Dinas
Transmigrasi Kota Palopo perlu melengkapi berkas pengurusan HPL
Kawasan Transmigrasi Wara.
iv. Berdasarkan hasil rapat koordinasi GTRA Kota Palopo tanggal 30
Maret 2021, kemudian mendapat tambahan usulan untuk pelepasan
kawasan hutan di Kelurahan Salubattang, yang merupakan Hutan
Produksi Terbatas(HPT),Berdasarkan SK.362/MENLHK/SETJEN/
PLA.0/5/2019, yang termasuk dalam kawasan hutan produksi

182
terdapat di 3 (tiga) kelurahan yaitu Salubattang, Batu Walenrang,
Pentojangan.
Pada kawasan Hutan Produksi Terbatas bersinggungan dengan
kepemilikan tanah dan rencana jalur kereta api berdasarkan Perda
no.9 tahun 2012 tentang RTRW Kota Palopo tahun 2012 – 2032.
Pengajuan Pelepasan Kawasan Hutan diperuntukkan untuk Jalur
Kereta Api. Berdasarkan hasil analisis SIGTORA kawasan HPT masuk
dalam prioritas 2, untuk tahun 2021 belum dapat dilakukan
penataan aset karena belum dilakukan inver untuk perubahan tata
batas kawasan hutan.
v. Penataan Akses
Pilot Project Kampung Reforma Agraria Kota Palopo berlokasi di
Kelurahan Sendana, dan Kelurahan Purangi Kecamatan Sendana.
Pada tahun 2019 di kelurahan Sendana telah dilaksanakan penataan
aset dari program PTSL sejumlah 19 Bidang, kemudian pada tahun
2021 sebanyak 95 bidang, dengan potensi alam dan pemanfaatan
lahan sebagai kebun kakao dan perkebunan sayur. Kemudian Pada
Kelurahan Purangi Kegiatan Penataan Aset telah dilaksanakan PTSL
pada tahun 2018 sebanyak 165 bidang, tahun 2020 sebanyak 361
bidang, tahun 2021 sebanyak 79 Bidang dengan potensi alam dan
pemanfaatan lahan sebagai perkebunan sayur antara lain sayur
bayam, paria, kangkong, terong, kacang panjang dan lain lain.
Kemudian melalui kegiatan GTRA dilakukan penataan Akses berupa
pendampingan promosi penjualan sayur melalui media sosial yang
dapat diakses melalui link: https://linktr.ee/Sayurku_palopo untuk
meningkatkan pendapatan penduduk, adapula program pelatihan
pengolahan sayur bayam menjadi keripik bayam yang menjadi
stimulus untuk dapat mengembangkan usaha dan menigkatkan
pendapatan melalui program pelatihan tersebut. Kegiatan penataan
aset dan penataan akses telah dilakukan pemetaan melalui aplikasi
arcgis bedasarkan data yang telah dikumpulkan dilapangan, dan
berdasarkan data masih ada beberapa bidang yang masuk dalam
kegiatan PTSL kategori K3 untuk ditindaklanjuti.

183
Tabel 4. 56 Data By Name By Address Pilot Project Reforma Agraria, Kelurahan Sendana Kecamatan Sendana Kota Palopo

LAMA LUAS TANAH PEMILIKAN PEROLEHAN STATUS INDIKASI PENGGUNAAN JJENIS POLA PEROLEHAN PENDAP
No NAMA NIK ALAMAT PEKERJAAN UMUR DOMISILI POTENSI
KEPEMILIKAN (HA) TANAH TANAH TANAH TERLANTAR TANAH USAHA RA BANTUAN ATAN

Aset
Yasin Jl. Andi 33 Kelurahan Tidak Tidak Sayur Rp.
1 7373071608780001 Petani 15 Tahun 0.13731826133 Pemilik Warisan Tanah Kebun Mengikuti Pertanian Pernah
Danduru Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Kangkung 3.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 39 Kelurahan Tidak Tidak Rumah dan Sayur Rp.
2 Haliani 7373074908820003 IRT 40 Tahun 0.06759459134 Pemilik Warisan Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Kebun Kangkung 2.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 60 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
3 Aba 7373073012600001 Petani 60 Tahun 0.16505702087 Pemilik Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 1.000.000
Akses
Aset
Jl.Yogie 55 Kelurahan Tidak Tidak Sayur Rp.
4 Syukur 7317081212860005 Wiraswasta 40 Tahun 1.07975072765 Pemilik Warisan Tanah Kebun Mengikuti Pertanian Pernah
S. Memet Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Bayam 3.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 47 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
5 Lepu 7373070101740003 Petani 47 Tahun 0.15075588694 Pemilik Warisan Tanah Kebun Tomat Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 3.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 51 Kelurahan Tidak Tidak Sayur Rp.
6 Suhaeda 7373074910700002 IRT 20 Tahun 0.05902047231 Pemilik Warisan Rumah Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Kangkung 3.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 44 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
7 Harum 7373070202770003 IRT 44 Tahun 0.28243851041 Pemilik Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 3.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 43 Kelurahan Tidak Tidak Rumah dan Sayur Rp.
8 Rahmat 7322080708780001 Petani 15 Tahun 0.31913041222 Pemilik Warisan Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Kebun Bayam 3.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 37 Kelurahan Tidak Tidak Sayur Rp.
9 Ecce 7373077112840002 IRT 20 Tahun 0.03991907948 Pemilik Warisan Tanah Kebun Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Bayam 2.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 50 Kelurahan Tidak Tidak Rumah dan Sayur Rp.
10 Kamaruddin 7373071809710002 Wiraswasta 50 Tahun 0.50249161051 Pemilik Warisan Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Kebun Kangkung 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 31 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
11 Rajing 7373073112300017 Petani 31 Tahun 1.23489079466 Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 59 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
12 Nastiana 7373075807820001 Wiraswasta 59 Tahun 0.13661330084 Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 45 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rumah dan Sayur Rp.
13 Piddi 7373071010550000 petani 35 Tahun 0.93251791970 Warisan Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar Kebun Bayam 1.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 37 Kelurahan Tidak Tidak Sayur Rp.
14 Sitti Asrah 7371064606700010 IRT 20 Tahun 0.04427328464 Pemilik Warisan Tanah Kebun Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar Terong 2.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 74 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
15 Firdaus 7373070107470002 Petani 74 Tahun 0.21597781047 Pemilik Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 40 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
16 Nurhayati 7373076311730001 Wiraswasta 32 Tahun 0.49336276868 Warisan Tanah Kebun Cabai Mengikuti Pertanian Pernah
Bintang Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 1.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 54 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
17 Samsuri 7373073112690011 Wiraswasta 20 Tahun 0.10704951116 Warisan Tanah Kebun Cabai Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 3.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 49 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
18 Nursalam 7373073012720001 Petani 49 Tahun 0.07012083395 Pemilik Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 53 Kelurahan Tidak Tidak Rp.
19 Summang 7373073006840002 Petani 59 Tahun 0.08441290116 Pemilik Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Bersertifikat Terlantar 1.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 34 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
20 Jumrana 7373034104720000 Petani 25 Tahun 0.34744399194 Warisan Tanah Kebun Kemangi Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 1.500.000
Akses
Aset
Jl. Andi 43 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
21 Nirmala 7373077112790009 IRT 43 Tahun 0.18142798502 Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 2.500.000
Akses

184
LAMA LUAS TANAH PEMILIKAN PEROLEHAN STATUS INDIKASI PENGGUNAAN JJENIS POLA PEROLEHAN PENDAP
No NAMA NIK ALAMAT PEKERJAAN UMUR DOMISILI POTENSI
KEPEMILIKAN (HA) TANAH TANAH TANAH TERLANTAR TANAH USAHA RA BANTUAN ATAN

Aset
Jl. Andi 43 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
22 Syamsibar 7373075510760000 IRT 43 Tahun 0.29300667601 Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Bintang Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses
Aset
Jl. Andi 45 Kelurahan Bukan Tidak Tidak Rp.
23 Imma 7373087112670000 IRT 32 Tahun 0.15665362418 Warisan Tanah Kebun Kakao Mengikuti Pertanian Pernah
Paso Tahun Ini Pemilik Bersertifikat Terlantar 2.000.000
Akses

185
Gambar 4. 70 Peta Bidang Tanah Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Sendana

186
Tabel 4. 57 Data By Name By Address Pilot Project Reforma Agraria, Kelurahan Purangi, Kecamatan Sendana, Kota Palopo
INDIK
STATU LAMA
ALAMA UMU DOMI LUAS Kepem ASI PENGGUN PEKERJ PEROLE PENDAMPI JNS_US Pendapata
NO NAMA NIK RT/RW S KEPEMILI AKSES Pola_RA
T R SILI (HA) ilika TERLA AAN AAN HAN NG AHA n
KAWIN KAN
NTAR
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
HAMZA 73730709108 36 Menika 0.239123 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
1 OpuTohal 001/005 ahanIn 13 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
H 50001 Tahun h 67651 Kebun kung yam ses 3.500.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
HAMZA 73730709108 36 Menika 0.577256 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
2 OpuTohal 001/005 ahanIn 13 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
H 50001 Tahun h 30909 Kebun kung yam ses 3.500.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730701077 48 Menika 0.301950 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
3 RUSLI OpuTohal 002/004 ahanIn 48 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
30013 Tahun h 63120 an kung ses 2.000.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730717087 45 Menika 0.153333 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
4 ANCE OpuTohal 002/004 ahanIn 23 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
00002 Tahun h 28878 Kebun kung yam ses 3.500.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
JUNAIMI 73730741074 0.039357 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk
5 OpuTohal - - - ahanIn - ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan - -
L 50016 92502 an kung ses
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
JUMRA 73730731126 62 Menika 0.059157 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
6 OpuTohal 002/003 ahanIn 51 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
N 10012 Tahun h 51406 an kung ses 1.500.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730741074 76 Menika 0.032525 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
7 SAINI OpuTohal 002/003 ahanIn 76 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
50016 Tahun h 38109 an kung ses 1.500.000
ide i kat r Akses
SAHARI Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730763026 55 Menika 0.036946 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
8 A OpuTohal 002/004 ahanIn 55 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
60001 Tahun h 14477 an kung ses 3.000.000
PAGALLA ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730702027 44 Menika 0.032535 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
9 HARUM OpuTohal 002/003 ahanIn 44 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
70003 Tahun h 36856 Kebun kung yam ses 3.000.000
ide i kat r Akses
Jln. 62 Kelur TidakB TidakT Telah
RAIS 73730705026 Menika 0.042562 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
10 OpuTohal 001/003 TAhu ahanIn 18 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
RU'TUNG 90001 h 02096 an kung ses 3.500.000
ide n i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
HAMZA 73730709108 0.056437 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk
11 OpuTohal 001/005 ahanIn - ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
H 50001 10919 Terbuka kung yam ses
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730731125 63 Menika 0.063199 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
12 ALO OpuTohal 002/006 ahanIn 63 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
60005 Tahun h 00694 an kung ses 2.000.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730731125 44 Menika 0.083906 Permukim AksesPendu AsetMengikutiAk Rp.
13 BADARI OpuTohal 002/006 ahanIn 14 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan -
80006 Tahun h 71740 an kung ses 3.000.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730731126 56 Menika 0.079589 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
14 JANNA OpuTohal 001/006 ahanIn 56 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
50022 Tahun h 39140 Kebun kung yam ses 2.000.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730707074 47 Menika 0.467217 Tanah AksesPendu SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
15 RASULU OpuTohal 001/005 ahanIn 47 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
740001 Tahun h 82441 Kebun kung yam ses 3.000.000
ide i kat r Akses
SayurBa
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730712120 52 Menika 0.003937 Permukim AksesPendu yam dan AsetMengikutiAk Rp.
16 BABBA OpuTohal 002/004 ahanIn 13 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
00008 Tahun h 16206 an kung SayurKan ses 3.000.000
ide i kat r Akses
gkung
E-
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730757126 52 Menika 0.152085 Permukim Commerce SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
17 NAWIA OpuTohal 001/003 ahanIn 41 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
90002 Tahun h 88343 an dan yam ses 2.500.000
ide i kat r Akses
Permodalan
E-
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah commerce
73730767078 60 Menika 0.053707 Tanah SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
18 HERMIN OpuTohal 002/003 ahanIn 60 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan dan
10001 Tahun h 93468 Kebun yam ses 2.500.000
ide i kat r Akses AksesPendu
kung
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
HERMA 73730725028 36 Menika 0.027316 Tanah E- SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
19 OpuTohal 001/003 ahanIn 36 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
N 50002 Tahun h 16886 Kebun Commerce yam ses 1.000.000
ide i kat r Akses
E- SayurBa
RONI Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730719117 48 Menika 0.731194 Tanah Commerce yam dan AsetMengikutiAk Rp.
20 PABANGL OpuTohal 002/004 ahanIn 48 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
30001 Tahun h 43393 Kebun dan SayurKan ses 2.500.000
O ide i kat r Akses
Permodalan gkung

187
INDIK
STATU LAMA
ALAMA UMU DOMI LUAS Kepem ASI PENGGUN PEKERJ PEROLE PENDAMPI JNS_US Pendapata
NO NAMA NIK RT/RW S KEPEMILI AKSES Pola_RA
T R SILI (HA) ilika TERLA AAN AAN HAN NG AHA n
KAWIN KAN
NTAR
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730708096 57 Menika 2.652953 Tanah SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
21 ISMAIL OpuTohal 001/003 ahanIn 57 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan Permodalan
40009 Tahun h 07687 Kebun yam ses 2.500.000
ide i kat r Akses
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah AksesPendu
73730752015 71 Menika 0.263820 Tanah SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
22 SANIA OpuTohal 002/005 ahanIn 71 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan kung dan
00001 Tahun h 95003 Kebun yam ses 2.500.000
ide i kat r Akses Packaging
E-
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730731127 51 Menika 0.055467 Permukim Commerce SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
23 UDi OpuTohal 002/004 ahanIn 51 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
00010 Tahun h 51669 an dan yam ses 2.000.000
ide i kat r Akses
Permodalan
E-
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
SUMARL 31720324097 45 Menika 0.278921 Permukim Commerce SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
24 OpuTohal 002/004 ahanIn 45 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
IN 60016 Tahun h 68062 an dan yam ses 2.000.000
ide i kat r Akses
Permodalan
E-
commerce,
Y. Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730728097 51 Menika 0.904462 Tanah Packaging SayurBa AsetMengikutiAk Rp.
25 PERY.KU OpuTohal 002/001 ahanIn 51 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
00001 Tahun h 73334 Kebun dan yam ses 2.000.000
MUKU ide i kat r Akses
AksesPendu
kung
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730755128 42 Menika 0.022039 Tanah E- Sayur AsetMengikutiAk Rp.
26 KUDU OpuTohal 002/005 ahanIn 42 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
00001 Tahun h 63495 Kebun Commerce pare ses 3.000.000
ide i kat r Akses
SayurBa
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah
73730701078 70 Menika 0.074795 Permukim E- yamdan AsetMengikutiAk Rp.
27 BARA OpuTohal 002/001 ahanIn 11 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan
10009 Tahun h 14910 an Commerce SayurKan ses 3.000.000
ide i kat r Akses
gkung
E-
commerce,
Jln. Kelur TidakB TidakT Telah Packaging, SayurKa
73730702018 36 Menika 0.151714 Tanah AsetMengikutiAk Rp.
28 ROMAN OpuTohal 001/005 ahanIn 36 Tahun ersertifi erlanta Petani Warisan Dilaksanakan Permodalan cang
50001 Tahun h 93069 Kebun ses 2.500.000
ide i kat r Akses dan Panjang
AksesPendu
kung

188
Gambar 4. 71 Peta Bidang Tanah Lokasi PTSL Kategori K3 di Kelurahan Purangi

189
4.2.4 Pilot Project Kampung Reforma Agraria
a. Kelembagaan
Pembentukan Kelompok Tani khusus petani sayur di kelurahan
purangi Kecamatan Sendana. Ini merupakan bentuk dukungan Dinas
Pertanian Kota Palopo terhadap program Pilot Project Kampung Reforma
Agraria untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di lokasi yang
telah di tetapkan sebagai Kampung Reforma Agraria.

Gambar 4. 72 Pembentukan Kelompok Tani Baru di Kelurahan Purangi Kecamatan


Sendana

b. Akses permodalan
Terkait Akses permodalan, telah dilakukan pendampingan berupa
pemberian akses kepada masyarakat yang ingin mendapatkan modal
dalam melakukan pengembangan usaha sehingga dapat membantu
perekonomiannya. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama dengan
pihak permodalan yang menjadi salah satu anggota tim Gugus Tugas
Reforma Agraria Kota Palopo. Masyarakat mendapatkan sosialisasi
langsung oleh pihak permodalan sehingga masyarakat dapat mengerti
persyaratan dalam mengakses modal pembiayaan.

Gambar 4. 73 Sosialisasi akses permodalan Bank Syariah Indonesia

190
c. Bentuk-bentuk lain pemberdayaan
Sayur bayam merupakan hasil pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan secara maksimal di Kelurahan Sendana dan Kelurahan
Purangi pada tanggal 23 Agustus 2021, telah dilaksanakan pelatihan
pengelohan sayur bayam menjadi keripik bayam, keripik bayam dapat
menambah nilai tambah bayam sebagai bahan baku keripik dan untuk
menambah pendapatan petani. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi
masyarakat untuk melakukan kegiatan produksi cemilan keripik bayam
sehingga menjadi suatu jenis usaha industri rumah tangga dengan
memanfaatkan potensi alam.

Gambar 4. 74 Pelatihan pengolahan sayur bayam menjadi keripik bayam

d. Penataan Fisik
Penataan akses dikoordinasikan oleh GTRA dalam rangka mensinkronisasikan
program dan kegiatan yang pelaksanaan dan anggarannya berada pada
Kementerian/Lembaga/Dinas terkait yang telah masuk sebagai anggota GTRA,
Adapun salah satu bentuk koordinasi yang dilakukan dalam penataan fisik di
Kelurahan Purangi, TIM GTRA Kota Palopo berkoordinasi dengan Dinas
Perumahan dan Permukiman, dalam kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada program KOTAKU, dimana telah dilakukan infrastuktur
antara lain : pemeliharaan drainase, pemeliharaan bangunan Paud dan Posyandu,
dan pemliharaan jalan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. 58 Pemeliharaan infrastruktur di Kelurahan Purangi

Lokasi
No. Uraian Pekerjaan Volume Satuan
RT / RW
A Pemeliharaan Drainase
1 Pemeliharaan Drainase 002/006 117 Meter
2 Pemeliharaan Drainase 001/004 119 Meter

191
3 Pemeliharaan Drainase 002/003 66.5 Meter
4 Pemeliharaan Drainase 001/003 129.5 Meter
5 Pemeliharaan Drainase 002/002 433.8 Meter
6 Pemeliharaan Drainase 002/001 265 Meter
7 Pemeliharaan Drainase 001/006 120 Meter
8 Pemeliharaan Drainase 002/006 133 Meter
B Pemeliharaan Bangunan Paud dan Posyandu
1 Pemeliharaan Paud 001/006 1 Unit
2 Pemeliharaan Posyandu 001/005 1 Unit
C Pemeliharaan Jalan
1 Pemeliharaan Jalan 002/004 73 Meter
2 Pemeliharaan Jalan 001/006 143 Meter

Sumber : Kementerian PUPR kegiatan Kotaku (Cash for Work Sulawesi Selatan tahun 2021)

Gambar 4. 76 Kondisi drainase Gambar 4. 77 Kondisi drainase


sebelum pemeliharaan setelah pemeliharaan

Gambar 4. 75 Kondisi jalan Gambar 4. 78 Kondisi jalan


sebelum dilakukan pemeliharaan sebelum dilakukan pemeliharaan
di RT 001/ RW 006 di Kelurahan di RT 001/ RW 006 di Kelurahan
Purangi Purangi

192
BAB 5
PENUTUP
5.1 Rencana Kegiatan Tahun 2022
Adapun Rencana lokasi tanah obyek reforma agraria Tahun 2022, Tidak terdapat
kegiatan tahun 2022, karena potensi objek TORA pada kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria tahun 2021 belum siap untuk dijadikan objek TORA di tahun
2022, Adapun alasannya sebagai berikut :
a. Usulan TORA Pelepasan Kawasan Hutan di Kelurahan Salubattang,
Kelurahan Batu Walenrang, Kelurahan Pentojangan, Kecamatan
Telluwanua, Kota Palopo, masih dalam bentuk usulan belum dilakukan
permohonan pelaksanaan inventarisasi dan verifikasi PTKH
(Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan)
b. Kawasan Transmigrasi WARA di kelurahan Peta Kecamatan Sendana
Kota Palopo merupakan kawasan transmigrasi baru, dan saat ini masih
tahap melengkapi berkas pengurusan SK HPL sehingga belum bisa
menjadi objek TORA untuk tahun 2022.

5.2 Arahan Program Akses Reform dan Pemberdayaan Reforma Agraria


Demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dalam Reforma Agraria diperlukan
Penyusunan rencana pengembangan penataan akses dilaksanakan berdasarkan
hasil peninjauan lapang atas potensi pengembangan penataan akses yang
didapatkan dan ketersediaan program/kegiatan serta anggaran pemberdayaan
masyarakat yang ada di Kementerian/Lembaga/ Dinas terkait.
Adapun arahan program akses dan pemberdayaan yang diperlukan di
Kelurahan Purangi dan Kelurahan Sendana Kecamatan Sendana adalah :
1. Irigasi, merupakan upaya pengairan yang dilakukan untuk mengairi
lahan pertanian, melalui irigasi teratus, lahan pertanian atau sawah tidak
hanya mengandalkan hujan saja sebagai sumber air, Adapun kondisi
eksisting di kelurahan Purangi dan Sendana belum maksimal.

Gambar 5. 1 ilustrasi irigasi lahan perkebunan


Sumber : https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/320/jenis-jenis-irigasi

193
2. Embung air / Penampungan air. Permasalahan air bagi petani di Musim
kemarau menjadikan lahan pertanian menjadi kering, persoalan
ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan ketersediaan
menurut waktu (temporal) dan tempat (spatial) menjadi semakin
kompleks, oleh karena itu diperlukan teknologi tepat guna, murah, dan
dapat dengan mudah digunakan untuk mengatur kesesuaiann
ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan lahan. Embung air
merupakan salah satu pilihan, dimana pada musim hujan dapat
digunakan untuk menampung kelebihan air, dan pada musim kemarau
dapat menjadi sumber pengairan.

Gambar 5. 2 ilustrasi embung air


Sumber : www.kompas.com

3. Mesin Alat pertanian.


Traktor, digunakan untuk membajak tanah, dengan teknologi modern
mengelola tanah menjadi lebih cepat, efesien dan hemat tenaga. Berikut
contoh gambar tractor.

Gambar 5. 3 traktor pertanian


Sumber : Quick.co.id

194
4. Penyuluhan dan Pemberdayaan
Penyuluhan dan Pemberdayaan terkait metode pertanian yang rmah
lingkungan, efektif dan efisien serta pemberdayaan inovasi olahan produk
pertanian merupakan salah satu strategi untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat adalah dengan memberikan pemahaman dan kesadaran
masyarakat untuk berinovasi dalam pengolahan hasil pertanian, dan
teknologi – teknologi yang dapat menunjang dalam proses berinovasi,
sehingga tercipta kemandirian masyarakat dalam bertani dan
berwirausaha.
5. Pemasaran, merupakan unsur penting dalam peningkatan kesejahteraan,
dimana kegiatan jual – beli hasil produksi pertanian dapat mencapai
manfaat bersama, upaya yang telah dilakukan untuk membantu petani
memasarkan hasil pertaniannya melalui pasar Mungkajang, dinilai belum
efektif, karena pengunjung pasar mungkajang masih sepi. Kondisi
tersebut perlu mendapat perhatian pemerintah untuk membenahi dan
melakukan evaluasi dalam mendorong peningkatkan minat, daya tarik
penjual/pembeli agar manfaat pasar sebagai penegak roda perekonomian
masyarakat dapat dicapai.

5.3 Hambatan dan Kendala


Adapun hambatan dalam pelaksanaan GTRA Kota Palopo sebagai berikut :
a. Belum jelasnya Batas administrasi Kota Palopo pada tingkat kelurahan
maupun Kecamatan.
b. Berdasarkan kegiatan Rapat Koordinasi yang telah dilaksanakan pada
tanggal 15 Maret 2021, bahwa terdapat usulan TORA Pelepasan
Kawasan Hutan pada peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
menjadi Area Penggunaan lain (APL), pada kawasan Hutan Produksi
Terbatas (HPT) tersebut bersinggungan dengan rencana jalur kereta api
berdasarkan PERDA No 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032.
c. Kendala yang dialami pada TORA Transmigrasi yaitu belum mempunyai
Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT)
pada Transmigrasi yang terletak di Kelurahan Peta, saat ini telah
pelaksanaan pengurusan HPL.
d. Pada legalisasi aset PTSL Kategori K3 subjek tanahnya belum
memenuhi syarat.

195
e. Terdapat tidak kesesuaian peruntukan kawasan hutan berdasarkan
SK.362/MENLHK/SETJEN/PLA.0/5/2019 Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dengan Rencana Tata Ruang Kota Palopo
berdasarkan PERDA No. 9 Tahun 2021.

5.4 Saran
a. Kebijakan Satu Peta / kebijakan pemetaan partisipatif
b. Dilakukan pengusulan pelepasan berdasarkan Peraturan Menteri Bidang
Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Tim Percepatan
Penyelesaian Penguasaan tanah dalam kawasan hutan nomor 3 tahun
2018 tentang pedoman pelaksanaan tugas tim inventarisasi dan verifikasi
penguasaan tanah dalam kawasan hutan;
c. Melengkapi Dokumen Tata Ruang sebagai salah satu syarat dilakukan
pengukuran pada kawasan transmigrasi wara;
d. Dilakukan pendataan lebih lengkap; pendataan mengenai keagrariaan
secara komprehensif dan akurat, dan ini merupakan basis dalam
perencanaan selanjutnya. Subjek dan/atau objek haknya belum
memenuhi persyaratan tertentu
5. Dilakukan penyesuaian kawasan hutan berdasarkan SK.362/MENLHK/
SETJEN/PLA.0/5/2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dengan Rencana Tata Ruang Kota Palopo berdasarkan PERDA No. 9 Tahun
2021.

5.5 Kesimpulan
a. Tanah Bekas HGU
Lokasi eks HGU PT. HBI bersertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Palopo
yang terbit sesuai SK Mendagri Nomor SK.9/HGU/DA/72 tanggal 4 Juli
1972, tanggal pembukuan sertipikat 29 Desember 1979 seluas 495 Ha
terdaftar atas nama PT. Hasil Bumi Indonesia. Sertipikat HGU Nomor
1/Palopo tersebut telah berakhir haknya pada tanggal 31 Desember
2001, kemudian Pemerintah Kota Palopo tidak mengizinkan
memperpanjangkan kontrak kerja usaha dengan PT. Hasil Bumi
Indonesia dengan pertimbangan mengantisipasi kerusakan
lingkungan.
Walikota Palopo mengeluarkan Keputusan Walikota Palopo Nomor
32/I/2004 tentang Penetapan Lokasi Tanah Eks Hak Guna Usaha PT.

196
Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (PT.HBI.BM) di Kelurahan
Battang, Kecamatan Wara Barat Kota Palopo sebagai Kawasan
Penyangga yang ditetapkan dan dikeluarkan pada tanggal 27 Januari
2004.
Tahun 2017 melalui SK Nomor: SK.2629/MENLHK-PSKL/PSL.0/
5/2017 Tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan kepada GAPOKTANHUT Tandung Billa seluas 1.617
Ha pada Kawasan Hutan Lindung di Kelurahan Battang dan Kelurahan
Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo;
Pada Tanah bekas HGU, kegiatan penataan aset tidak dapat
dilaksanakan karena masuk dalam kawasan hutan lindung, sehingga
tidak menjadi lokasi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), kemudian
hanya diberikan kebijakan penataan akses, dikelola oleh GAPOKTAN
Tandung Billa yakni kumpulan kelompok tani di Kelurahan Battang
b. Tanah Usulan Masyarakat
Berdasarkan hasil laporan akhir GTRA Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2020 bahwa usulan masyarakat dari Konsorium Pembaruan
Agrarian (KPA) dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Wilayah III Sulawesi Selatan/ Taman Wisata Alam Nanggala III di
Kelurahan Battang Barat.
Berdasarkan Peruntukan Kawasan Hutan dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palopo 2012-2032 bahwa wilayah konflik klaim
masyarakat terhadap kawasan BKSDA wilayah III masuk dalam
kawasan konservasi. wilayah klaim masyarkat dengan balai konservasi
sumberdaya alam (BKSDA) Wilayah III Sulawesi Selatan/ Taman
Wisata Alam Hutan Nanggala III, seluas : 844,74 Ha. BKSDA TWA
Nanggala III Mengacu Pada;
1. Keputusan Mentri Kehutanan No. 663/Kpts-11/1992
2. Keputusan Gubernur No. 276/IV/1999
3. Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 890/Kpts-
II/1999, Tentang Perubahan Status Hutan Lindung Menjadi
Hutan Taman Wisata Alam, Seluas 500 Ha. Pada Tahun 2004
Terjadi Penambahan Wilayah BKSDA Dengan Pengajuan Oleh
Walikota Palopo Tahun 2004 menjadi 900an Ha, secara
Administratif masuk dalam Dua Kelurahan Yakni Battang Barat
dan Kelurahan Padang Lambe.

197
Tanah Usulan Masyarakat Kelurahan Battang Barat legalisasi aset
tidak dapat laksanakan dan bukan objek TORA di Kota Palopo
karena masuk dalam kawasan Konservasi dan hutan lindung,
sehingga masyarakat hanya diberikan kebijakan penataan akses
dalam bentuk kemitraan perhutanan sosial.
c. Tanah Transmigrasi
Tanah Objek Reforma Agraria yang berasal dari tanah transmigrasi di
Kota Palopo, berdasarkan Keputusan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2019 Tentang Penetapan Kawasan Transmigrasi bahwa
terdapat sebaran lokasi Transmigrasi di Kota Palopo salah satunya
adalah Transmigrasi WARA yang terletak di Kecamatan Sendana,
dapat menampung 300 KK dengan luas 953,49 Ha, berdasarkan
analisis menggunakan aplikasi SIG TORA di Kawasan Transmigrasi
WARA, hasil analisis menujukkan bahwa kawasan Transmigrasi Wara
seluas 947,7Ha masuk dalam prioritas I. Hal ini berarti kawasan
Transmigrasi Wara layak/dapat dilakukan penataan aset yang saat
ini masih dalam tahap pengurusan HPL (kelengkapan berkas), dan
yang masuk dalam prioritas 3 uang artinya tidak layak dilaksanakan
penataan aset seluas 5,79 Ha, karena berdasarkan data yang diinput
terdapat kendala dengan kondisi kemiringan lereng wilayah tersebut
> 40%,
d. Pengusulan TORA dari Pelepasan Kawasan Hutan
Berdasarkan hasil rapat koordinasi GTRA Kota Palopo tanggal 30
Maret 2021, mendapat tambahan usulan untuk pelepasan kawasan
hutan di Kelurahan Salubattang, yang merupakan Hutan Produksi
Terbatas (HPT), Berdasarkan SK.362/MENLHK/SETJEN/PLA.0/5
/2019, yang termasuk dalam kawasan hutan produksi terdapat di 3
(tiga) kelurahan yaitu Salubattang, Batu Walenrang, Pentojangan.
Terdapat kawasan Hutan Produksi Terbatas dengan pertimbangan
kawasan hutan tersebut bersinggungan dengan rencana
pembangunan prasarana transportasi yaitu jalur kereta api
berdasarkan Perda no.9 tahun 2012 tentang RTRW Kota Palopo tahun
2012 – 2032. Berdasarkan hasil analisis SIGTORA kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) masuk dalam prioritas 2, yang pengusulan

198
permohonan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi untuk
penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan.
e. Penataan Akses
Pilot Project Kampung Reforma Agraria Kota Palopo berlokasi di
Kelurahan Sendana, dan Kelurahan Purangi Kecamatan Sendana.
Pada tahun 2019 di kelurahan Sendana telah dilaksanakan penataan
aset dari program PTSL sejumlah 19 Bidang, kemudian pada tahun
2021 sebanyak 95 bidang, dengan potensi alam dan pemanfaatan
lahan sebagai kebun kakao dan perkebunan sayur. Kemudian Pada
Kelurahan Purangi Kegiatan Penataan Aset telah dilaksanakan PTSL
pada tahun 2018 sebanyak 165 bidang, tahun 2020 sebanyak 361
bidang, tahun 2021 sebanyak 79 Bidang dengan potensi alam dan
pemanfaatan lahan sebagai perkebunan sayur antara lain sayur
bayam, paria, kangkong, terong, kacang panjang dan lain lain.
Penataan Akses berupa pendampingan promosi penjualan sayur
melalui media sosial yang dapat diakses melalui link:
https://linktr.ee/Sayurku_palopo untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, adapula program pelatihan pengolahan sayur bayam
menjadi keripik bayam yang menjadi stimulus untuk dapat
mengembangkan usaha dan menigkatkan pendapatan melalui
program pelatihan tersebut. Kegiatan penataan aset dan penataan
akses telah dilakukan pemetaan melalui aplikasi arcgis bedasarkan
data yang telah dikumpulkan dilapangan, dan berdasarkan data
masih ada 51 bidang yang masuk dalam kegiatan PTSL kategori K3
untuk ditindaklanjuti di kelurahan Sendana dan Kelurahan Purangi.

199

Anda mungkin juga menyukai