Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(Putra, 2021). Dalam perencanaan beton, spesifikasi dan karakteristik bahan
penyusunnya seperti semen, air dan agregat menjadi faktor yang sangat
menentukan. Jika ingin membuat beton yang baik, dalam artian memenuhi
persyaratan yang lebih ketat karna tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
diperhitungkan dengan cara seksama agar memperoleh adukan beton yang baik
dan menghasilkan beton yang keras.
Oleh sebab itu, untuk menghasilkan beton yang baik dan sesuai rencana
diperlukan komposisi yang sesuai dari masing-masing material penyusun
beton. Semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai
bahan pengikat, sedangkan agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan
pengisi dan penguat. Campuran semen dengan air harus dapat mengisi lubang-
lubang antara bagian dari agregat halus. Selanjutnya adukan beton tidak hanya
harus mengeras bagianbagian pada kerikil atau batu pecah dengan sempurna
tapi harus juga mengisi pori-pori antara bagian-bagian yang kasar seluruhnya.
Untuk ini diperlukan suatu perbandingan yang tepat antara semen, air, agregat
kasar dan agregat halus beserta bahan tambahan lainnya. Setelah penetapan
komposisi campuran, hal yang perlu diperhatikan menyangkut cara
pelaksanaan campuran, efisiensi, bleeding (Air yang naik sesaat setelah beton
KELOMPOK 5B
segar dicetak), dan segregasi yang akan terjadi bila pencampuran telah
dilakukan (Pane, H. Tanudjaja, & R. S. Windah, 2015).
Tahap awal yang dilakukan yaitu kerikil dan pasir dicampur terlebih dahulu
sampai bercampur. Tahap selanjutnya semen dan marmer dimasukkan ke dalam
molen. Setelah teraduk merata, air dimasukkan secara bertahap yaitu
seperempat, setengah, lalu air sisa dimasukkan. Pengadukan dilakukan selama
2-3 menit. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan
yang merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum mesin
pengaduk diisi kembali (SNI 03-3976-1995). Perancangan campuran bahan-
bahan susun beton (mix design) dilakukan berdasarkan SK SNI 03-2834-2002
(Tjokrodimuljo, 1992)
13.3 Peralatan
KELOMPOK 5B
b. Timbangan
KELOMPOK 5B
e. Kerucut Abrams
KELOMPOK 5B
13.4 Bahan
KELOMPOK 5B
c. Semen Portland
KELOMPOK 5B
13.5. Prosedur Kerja
KELOMPOK 5B
c. Menyiapkan agregat halus.
KELOMPOK 5B
f. Menimbang semen sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
KELOMPOK 5B
i. Menghidupkan concrete mixer.
KELOMPOK 5B
l. Memasukkan semen ke dalam mesin.
KELOMPOK 5B
13.6 Analisis
Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui komposisi, alat, dan bahan yang
digunakan selama pelaksanaan campuran beton. Perhitungan sebelumnya
berguna untuk menentukan komposisi material beton. Material yang digunakan
yaitu agregat kasar sebanyak 12,72 kg, agregat halus sebanyak 13,23 kg, semen
sebanyak 5,515 kg, dan air sebanyak 4,424 kg. Komposisi material yang
digunakan pada pencampuran beton akan mempengaruhi kualitas beton. Maka
dari itu, jika takaran material campuran beton tidak sesuai bisa menghasilkan
campuran beton yang terlalu padat ataupun encer dan menyebabkan kualitas
beton akan rendah.
Pelaksanaan campuran beton dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan ke
dalam mesin pengaduk (concrete mixer). Penambahan air juga menyesuaikan
dengan keadaan saat pelaksanaan campuran beton. Berdasarkan SNI 03-2847-
2002 beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan yang
membentuk masa padat. Hal tersebut menunjukkan bahwa percobaan kali ini
sudah sesuai dengan standar ketentuan dan baik digunakan dalam pembuatan
beton.
13.7.1. Kesimpulan
KELOMPOK 5B
13.7.2. Saran
KELOMPOK 5B