Anda di halaman 1dari 13

MODUL 13

PELAKSANAAN CAMPURAN BETON

13.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah menentukan komposisi komponen atau unsur


beton basah dengan ketentuan kuat tekan karakteristik dan slump rencana.

13.2 Teori Dasar

Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(Putra, 2021). Dalam perencanaan beton, spesifikasi dan karakteristik bahan
penyusunnya seperti semen, air dan agregat menjadi faktor yang sangat
menentukan. Jika ingin membuat beton yang baik, dalam artian memenuhi
persyaratan yang lebih ketat karna tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
diperhitungkan dengan cara seksama agar memperoleh adukan beton yang baik
dan menghasilkan beton yang keras.

Oleh sebab itu, untuk menghasilkan beton yang baik dan sesuai rencana
diperlukan komposisi yang sesuai dari masing-masing material penyusun
beton. Semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai
bahan pengikat, sedangkan agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan
pengisi dan penguat. Campuran semen dengan air harus dapat mengisi lubang-
lubang antara bagian dari agregat halus. Selanjutnya adukan beton tidak hanya
harus mengeras bagianbagian pada kerikil atau batu pecah dengan sempurna
tapi harus juga mengisi pori-pori antara bagian-bagian yang kasar seluruhnya.
Untuk ini diperlukan suatu perbandingan yang tepat antara semen, air, agregat
kasar dan agregat halus beserta bahan tambahan lainnya. Setelah penetapan
komposisi campuran, hal yang perlu diperhatikan menyangkut cara
pelaksanaan campuran, efisiensi, bleeding (Air yang naik sesaat setelah beton

KELOMPOK 5B
segar dicetak), dan segregasi yang akan terjadi bila pencampuran telah
dilakukan (Pane, H. Tanudjaja, & R. S. Windah, 2015).

Tahap awal yang dilakukan yaitu kerikil dan pasir dicampur terlebih dahulu
sampai bercampur. Tahap selanjutnya semen dan marmer dimasukkan ke dalam
molen. Setelah teraduk merata, air dimasukkan secara bertahap yaitu
seperempat, setengah, lalu air sisa dimasukkan. Pengadukan dilakukan selama
2-3 menit. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan
yang merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum mesin
pengaduk diisi kembali (SNI 03-3976-1995). Perancangan campuran bahan-
bahan susun beton (mix design) dilakukan berdasarkan SK SNI 03-2834-2002
(Tjokrodimuljo, 1992)

13.3 Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan kali ini, yaitu:


a. Kontainer

Gambar 13.3.1. Kontainer

KELOMPOK 5B
b. Timbangan

Gambar 13.3.2. Timbangan


c. Sekop

Gambar 13.3.3. Sekop


d. Ember

Gambar 13.3.4. Ember

KELOMPOK 5B
e. Kerucut Abrams

Gambar 13.3.5. Kerucut Abrams


f. Tongkat Pemadat

Gambar 13.3.6. Tongkat Pemadat


g. Concrete Mixer

Gambar 13.3.7. Concrete Mixer

KELOMPOK 5B
13.4 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan pelaksanaan campuran


beton sebagai berikut:
a. Agregat Kasar

Gambar 13.4.1. Agregat Kasar


b. Agregat Halus

Gambar 13.4.2. Agregat Halus

KELOMPOK 5B
c. Semen Portland

Gambar 13.4.3. Semen Portland


d. Air

Gambar 13.4.4. Air

KELOMPOK 5B
13.5. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan pelaksanaan campuran beton sebagai


berikut :
a. Menyiapkan agregat kasar.

Gambar 13.5.1. Menyiapkan Agregat Kasar


b. Menimbang agregat kasar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Gambar 13.5.2. Menimbang Agregat Kasar

KELOMPOK 5B
c. Menyiapkan agregat halus.

Gambar 13.5.3. Menyiapkan Agregat Halus.


d. Menimbang agregat halus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Gambar 13.5.4. Menimbang Agregat Halus


e. Menyiapkan semen.

Gambar 13.5.5. Menyiapkan Semen

KELOMPOK 5B
f. Menimbang semen sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Gambar 13.5.6. Menimbang Semen


g. Menimbang air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Gambar 13.5.7. Menimbang Air


h. Menyiapkan concrete mixer

Gambar 13.5.8. Menyiapkan Concrete Mixer

KELOMPOK 5B
i. Menghidupkan concrete mixer.

Gambar 13.5.9. Menghidupkan Concrete Mixer


j. Memasukkan agregat kasar ke dalam mesin.

Gambar 13.5.10. Memasukkan Agregat Kasar ke Dalam Mesin


k. Memasukkan agregat halus ke dalam mesin.

Gambar 13.5.10. Memasukkan Agregat Halus ke Dalam Mesin

KELOMPOK 5B
l. Memasukkan semen ke dalam mesin.

Gambar 13.5.11. Memasukkan Semen ke Dalam Mesin


m. Memasukkan air sampai campuran beton merata.

Gambar 13.5.12. Memasukkan Air


n. Mengeluarkan campuran beton yang sudah jadi.

Gambar 13.5.13. Mengeluarkan Campuran Beton

KELOMPOK 5B
13.6 Analisis

Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui komposisi, alat, dan bahan yang
digunakan selama pelaksanaan campuran beton. Perhitungan sebelumnya
berguna untuk menentukan komposisi material beton. Material yang digunakan
yaitu agregat kasar sebanyak 12,72 kg, agregat halus sebanyak 13,23 kg, semen
sebanyak 5,515 kg, dan air sebanyak 4,424 kg. Komposisi material yang
digunakan pada pencampuran beton akan mempengaruhi kualitas beton. Maka
dari itu, jika takaran material campuran beton tidak sesuai bisa menghasilkan
campuran beton yang terlalu padat ataupun encer dan menyebabkan kualitas
beton akan rendah.
Pelaksanaan campuran beton dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan ke
dalam mesin pengaduk (concrete mixer). Penambahan air juga menyesuaikan
dengan keadaan saat pelaksanaan campuran beton. Berdasarkan SNI 03-2847-
2002 beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan yang
membentuk masa padat. Hal tersebut menunjukkan bahwa percobaan kali ini
sudah sesuai dengan standar ketentuan dan baik digunakan dalam pembuatan
beton.

13.7 Kesimpulan dan Saran

13.7.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :


1. Pelaksanaan campuran beton ini menggunakan agregat kasar
(kerikil), agregat halus (pasir), semen portland, dan air.
2. Proses pencampuran air dilakukan setelah adonan kering teraduk
merata.
3. Penambahan air dilakukan bertahap dengan memperhatikan
kondisi adonan saat pelaksanaan campuran beton

KELOMPOK 5B
13.7.2. Saran

Saran dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :


1. Praktikan diharapkan memahami modul praktikum yang akan
diuji coba terlebih dahulu sebelum melaksanakan praktikum agar
meminimalisir terjadinya kesalahan.
2. Praktikan lebih teliti dalam mengambil jumlah berat uji yang
digunakan karena jika kurang ataupun lebih akan mempengaruhi
kekuatan beton tersebut.
3. Sebaiknya praktikan melakukan prosedur percobaan dengan benar
agar hasil beton segar yang dihasilkan mencapai konsistensi yang
diinginkan.

KELOMPOK 5B

Anda mungkin juga menyukai