Bangsa Deutro Melayu merupakan diambil dari kata Deutro yakni muda dan
Melayu sebagai bagian dari Melayu . Bangsa Deutro datang ke Nusantara
pada tahun 500 SM, dengan percampuran antara bangsa Proto Melayu dan
Bangsa Arya . Bangsa ini telah mengenal kebudayaan logam.
Persebarannya adalah:
1) Suku Melayu
2) Suku Minangkabau
3) Suku Minahasa
4) Suku Bugis
5) Dan lainnya
2) rambut lurus
Kapak Corong
Kapak corong atau juga disebut sebagai kapak perunggu bentuknya bermacam-macam, ada yang
besar dan diberi hiasan, pendek dan lebar, bulat, serta ada pula yang ukurannya kecil. Benda
peninggalan Deutro Melayu ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi
Tengah, dan Pulau Selayar.
Candrasa
Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya panjang. Benda ini umumnya digunakan
dalam upacara keagamaan dan sebagai perkakas rumah tangga.
Nekara
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang terutup di sisi atasnya dan berpinggang di
bagian tengahnya. Benda peninggalan yang dikatakan seperti dandang terbalik ini umumnya
digunakan dalam upacara keagamaan.
Moko
Moko adalah nekara yang ukurannya lebih kecil dan pernah ditemukan di Alor. Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk seperti periuk, tetapi lebih langsing dan gepeng. Benda peninggalan
bangsa Deutro Melayu ini ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura. Menhir Selain
dari bahan logam, hasil kebudayaan ras Deutro Melayu juga ada yang terbuat dari bahan batu
seperti menhir. Menhir atau batu tegak adalah batu alam yang telah dibentuk untuk keperluan
pemujaan atau sebagai tanda penguburan.
Dolmen
Dolmen atau meja batu adalah benda peninggalan berupa sebuah batu besar yang ditopang oleh
batu-batu berukuran lebih kecil sebagai kakinya. Kubur batu Kubur batu adalah wadah penguburan
mayat yang terbuat dari batu.
Sarkofagus
Sarkofagus adalah kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan
pada ujungnya. Punden berundak Punden berundak adalah hasil kebudayaan bangsa Deutro
Melayu yang berupa batu berbentuk anak tangga dan digunakan sebagai pemujaan terhadap arwah
nenek moyang.