NIM : 23611008
JUDUL PENELITIAN :
LATAR BELAKANG :
Research on Cancer (IARC) didapatkan data pada tahun 2014 bahwa setiap
Salah satu jenis kanker yang sering ditemukan pada wanita adalah
kanker serviks. Dengan jumlah kasus 550,000 diseluruh dunia (IARC, 2014).
kanker dengan jumlah kasus kanker serviks sebanyak 522.354 kasus. Kanker
serviks (kanker leher rahim) adalah kanker yang terjadi pada servik yaitu
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
menyerang wanita menikah dan dampak dari kanker serviks ini bisa
eksternum.
kasus ialah dengan cara melakukan deteksi dini. Deteksi dini kanker serviks
dengan pap smear, pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
estimasi data World Health Organization (WHO) Tahun 2013 terdapat hanya
diberbagai negara yaitu dengan cara inspeksi visual asam asetat (IVA),
rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan kedalam asetat atau
cuka 3-5% dengan mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah
pap smear dalam mendeteksi perubahan pada serviks secara dini sebelum
dan Pustu dengan hasilnya langsung dapat diketahui pada saat pemeriksaan
(Depkes, 2009). Program deteksi dini khusunya IVA telah dimasukan oleh
sampai tahun 2019 mencakup minimal 80% wanita menikah (WUS) telah
suatu objek yang reaksinya dapat berbentuk positif dan negatif. Pengetahuan
2012).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elkanah, Omeng
kemauan dan sikap wanita itu sendiri yang masih rendah dan dipengaruhi
oleh rasa takut dan malu akan organ reproduksi yang sensitif wanita.
serviks.
merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis sebagai bukti bahwa mereka
Pangkalan Lesung didapatkan data bahwa dari 480 sasaran WUS di Desa
periksa, alasan wanita itu mengatakan takut karena itu merupakan area
sensitif wanita jadi mereka takut dan malu jika kemaluannya di lihat.
informasi dari petugas kesehatan dan tidak memperoleh izin dari suami serta
dukungan dan informasi dari teman- teman sekitaran lingkungan rumah, hal
ini membuat wanita malas dan takut melakukan dalam melakukan tindakan
pemeriksaan IVA.
Pelalawan.
RUMUSAN MASALAH :
Pelalawan?.
TUJUAN PENELITIAN:
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus
Kabupaten Pelalawan.
Kabupaten Pelalawan.
4. Untuk mengetahui hubungan pendidikan terhadap minat pemeriksaan
Kabupaten Pelalawan.
MANFAAT PENELITIAN
2. Bagi Puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi saran dan informasi bagi
3. Bagi Responden
IVA.
LANDASAN TEORI :
tertentu. Minat bisa merupakan dorongan dari naluri yang fitri terdapat
manusia, namun bisa pula dorongan dari pemikiran yang disertai perasaan
kondisi ini minat seseorang bisa sangat lemah dan tidak stabil sesuai dengan
segera.
Eysenck dkk (2002) mendefinisikan minat sebagai suatu kecenderungan
suatu soal atau situasi yang bersangkut paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran
seseorang pada suatu objek, maka individu tidak akan pernah mempunyai
8
minat terhadap sesuatu. Menurut Hurlock (1996) dalam Purwanto (2002)
pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya.
Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka
akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan
minatnya.
2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu
3. Satu keadaan atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju
sebagai kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat
dapat dilihat atas dasar perbedaan rasa suka terhadap sesuatu hal, pekerjaan,
dikutip oleh Handoyo, bahwa minat merupakan kondisi rangsang yang terarah
disebutkan di atas, minat yang berbentuk perhatian yang intens tadi merupakna
suatu reaksi organisme, baik yang tampak nyata maupun yang imajiner, yang
disebabkan karena rasa suka terhadap suatu objek tertentu. Minat ini
tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa minat dalam diri individu
sangat penting artinya bagi kesuksesan yang akan dicapai. Individu yang
untuk menyukainya. Dari sana kemudian, segala tingkah laku menjadi terarah
terhadap suatu objek, yaitu objek yang relevan atau mempunyai karakteristik
yang serupa dengan objek tertentu. Ada yang mengatakan bahwa hubungan
minat dengan motivasi itu bersifat gradual, dimana timbulnya motivasi setelah
adanya sikap, dan sikap timbul karena adanya minat. Ada yang mengatakan
bahwa minat itu adalah aspek kognitif dari motivasi, dan ada pula yang
mengatakan bahwa minat timbul bersamaan dengan motivasi. Ada juga yang
(Handoyo, 2001).
unutk memperhatikan suatu objek atau melakukan suatu aktivitas tertentu yang
1. Perasaan sadar dari individu terhadap suatu objek atau aktivitas, karena
3. Perasaan sadar dan suka tersebut pada gilirannya akan menimbulkan rasa
diminati, dan
Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982) dalam Purwanto (2004),
Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru
Yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu
3. Faktor Emosional
diantaranya :
1. Status Ekonomi
keluarga tatu usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk
2. Pendidikan
seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang
maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”.
4. Keadaan Psikis
bertahap selama beberapa menit, jam atau hari. Kecemasan bisa berlangsung
mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak sampai letupan kepanikan
(Perry, 2003).
IVA adalah salah satu cara melakukan tes kanker leher rahim yang
memberikan hasil yang segera kepada ibu. Selain itu juga bisa dilakukan oleh
RI, 2007).
Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher rahim
2010).
sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak
dengan 50 tahun atau yang memiliki faktor resiko seperti resiko tinggi IMS
akan dapat meningkatkan nilai prediktif positif dari IVA. Karena angka
penyakit lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, maka lebih besar
a. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah
atau lebih.
sebelumnya.
sekali.
seksual yang pertama, namun tidak lebih dari usia 21 tahun; interval skrining
tiap tahun, atau tiap 2 – 3 tahun untuk wanita usia = 30 tahun dengan 3 kali
berturut-turut hasil skrining negative; penghentian skrining pada wanita usia =
70 tahun dengan = 3 kali berturut-turut hasil tes negatif dan tanpa hasil tes
skrining pada wanita usia 20 – 30 tahun; interval skrining tiap 3 – 5 tahun; dan
sekali. Jika hasil pemeriksaan negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan
jika hasilnya positif maka dilakukan ulangan 1 tahun kemudian (Depkes RI,
2007).
kunjungan prenatal, atau post partum/nifas, pemakaian awal atau lanjutan KB,
asuhan paska keguguran, Kontap, atau asesmen IMS. Oleh karena itu, riwayat
perdarahan (paska coitus atau mens tidak teratur); paritas; usia pertama kali
sarana seperti antara lain meja periksa ginekologi dan kursi, sumber cahaya /
lampu yang memadai agar cukup menyinari vagina dan leher rahim,
speculum/cocor bebek, rak atau nampan wadah alat yang telah didesinfeksi
tingkat tinggi sebagai tempat untuk meletakkan alat dan bahan yang akan
dipakai, sarana pencegahan infeksi berupa tiga ember plastik berisi larutan
klorin, larutan sabun dan air bersih bila tidak ada wastafel (Depkes RI, 2010).
Persiapan bahan antara lain kapas lidi atau forcep untuk memegang kapas,
sarung tangan periksa untuk sekali pakai, spatula kayu yang masih baru,
larutan asam asetat 3-5 % (cuka putih dapat digunakan), dan larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi alat dan sarung tangan serta formulir cacatan
tindakan (bagaiman hal tersebut akan dikerjakan dan apa artinya hasil tes
rahim, dan fornik. (Rasjidi, 2008). Teknik pemeriksaan IVA adalah klien
mengenali tiga hal yaitu curiga kanker, curiga infeksi, leher rahim normal
(1925) dengan cara memulas leher rahim dengan kapas yang telah
pada leher rahim. Setelah minimal 1 menit, leher rahim dan seluruh SSK,
(positif atau negatif) harus dibahas bersama ibu, dan pengobatan diberikan
b. Positif 1(+) : Samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih
yang ireguler pada serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk
sambungan skuamos.
c. Positif 2 (++) : Lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas
jambu. Bila area bercak putih yang berada jauh dari zona
transformasi. Area bercak putih halus atau pucat tanpa batas jelas.
garis yang terlihat pada batas endocerviks. Tak ada lesi bercak putih
skuamokolumnar.
terletak di bagian bawah yang sempit dari rahim (uterus atau womb).
Sedangkan, rahim adalah suatu organ berongga yang berbentuk buah per
pada perut bagian bawah. Adapun penghubung rahim menuju vagina adalah
2009).
Kanker leher rahim atau dalam bahasa latin disebut Carcinoma
Cervicis Uteri, merupakan tumor ganas yang paling ganas dan paling
sering dijumpai pada wanita, juga merupakan tumor ganas yang paling
banyak diderita dari semua tumor ganas alat kelamin wanita. Bila ingin
mengetahui seberapa tinggi angka kejadian tumor ganas ini ialah bahwa
wanita dan merupakan 66% dari semua tumor ganas pada alat kelamin
bisa ditemukan adanya lesi prakanker atau disebut dengan sel-sel serviks
4. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya
sudah diobati.
6. Timbul nyeri panggul atau perut bagian bawah bila ada radang
panggul
99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus
kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16,
18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker
menghilang sendiri karena ada sistem kekebalan tubuh alami, tetapi ada
sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah
Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker hingga
menjadi kanker serviks memakan waktu 10-20 tahun. Pada tahap awal
berlanjut akan menjadi kanker. Pada tahap atau stadium awal (pra kanker)
tidak ada gejala yang jelas, setelah berkembang menjadi kanker timbul
seks, perdarahan di luar siklus haid dan lain-lain. Pada stadium lanjut
keluhan nyeri daerah panggul, sulit buang air kecil, buang air kecil
akan tetapi bukti terkini menunjukan bahwa kanker serviks juga telah
menyerang wanita berusia antara 20–30 tahun. Untuk itu meskipun masih
yang mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau
kanker serviks.
yang tidak diganti kurang dari 2 kali, hal ini dapat menyebabkan
waktu lebih dari 4 jam. Adanya darah yang tidak terserap pembalut
seperti duduk membuat pembalut akan tertekan dan darah yang dalam
pembalut akan tertekan keluar sehingga organ wanita lembab pada waktu
2.3.4.3. Usia
rendah. faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi berupa radang yang
terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Arifatulul, 2013).
displasia ringan atau sedang. Selain itu, infeksi virus herpes simpleks
(HSV-2) dan virus papiloma atu virus kondiloma akuinata juga diduga
2008).
2.3.5.1. Stadium 0
ini, perubahan sel yang tidak wajar hanya ditemukan pada permukaan
serviks. Ini termasuk kondisi pra kanker yang bisa diobati dengan
100%. Tetapi kalau dibiarkan, pada beberapa wanita pra-kanker ini bisa
ini dibagi menjadi dua yaitu, Stadium 1A dan Stadium 1B. Saat ini,
yaitu, Stadium 1A1 dan Stadium 1A2, Stadium 1B1 dan Stadium 1B2.
hanya bisa dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada Stadium
1A1, kanker telah tunbuh kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan
lebarnya kurang dari 7 mm. Pada Stadium 1A2, kanker telah tumbuh antar
Pada Stadium 1B, area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada
dalam jaringan serviks dan biasanya masih belum menyebar. Kanker ini
1B1, kanker tidaklebih besar dari 4 cm. Pada Stadium 1B2, kanker
2.3.5.3. Stadium 2
tumbuh ke dalam otot- otot atau ligamen dinding panggul, atau menuju ke
2B.
Pada Stadium 2A kanker telah menyebar ke vagina bagian atas.
Stadium 2A dibagi lagi menjadi Stadium 2A1 dan Stadium 2A2. Pada
kanker bukuran lebih dari 4 cm. Pada Stadium 2B ada penyebaran ke dalam
2.3.5.4. Stadium 3
tumbuh ke dalam vagina bagian bawah dan otot-otot serta ligamen yang
Stadium 3B.
kanker telah tumbuh menuju dinding panggul atau memblokir satu atau
2.3.5.5. Stadium 4
telah menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini
bening lainnya.
beberapa tes yang dapat dilakukan untuk pada deteksi dini kanker serviks,
praganas maupun ganas di porsio atau serviks uteri. Pap Smear sebagai
pengertian Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan cara
bahwa Pap Smear yaitu pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk
asam cuka (asam asetat 2%) dan larutan iosium lugol pada leher rahim dan
dari IVA tes adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia
paramedik terhadap leher rahim yang diberi asam asetat 3-5% secara
kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan dan pasien segera dirujuk
yang melakukannya yaitu perawat terlatih, bidan, dokter umum, dan dokter
spesialis obgyn.
kolposkopi, dan dapat mengambil biopsi dari setiap daerah yang tidak
apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks yang hadir
(Rahayu, 2015).
Pap dan (IVA). Tes Pap memiliki sensitivitas 51% dan spesifitas 98%,
96% dan spesifitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat
b. Memahami (comprehension)
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
c. Aplikasi (aplication)
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
d. Analisis (analisys)
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
e. Sintesis (sintesys)
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn
formulasin baru dari formulasin-formulasin yang sudah ada. Misalnya
f. Evaluasi (evaluation)
deteksi dini kanker serviks memiliki perilaku cukup atau melakukan suatu
serviks melalui tanya jawab saat mereka datang untuk berobat ke tempat
2 yaitu :
2.4.2. Sikap
tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan
yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan
kita terpenga/ruh oleh ingatan masalalu, oleh apa yang kita ketahui dan
kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Priyoto, 2014).
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis
Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan
mengukur sikap dan survei (misal public option survey). Sedangkan secara
langsung yang berstruktur yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan
yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti
skor jawaban ≥ mean / median dan negatif Jika skor jawaban < mean
2.4.3. Pendidikan
bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial
kecil yang terdiri individu- individu yang mempunyai hubungan satu sama
sehingga tampak bahwa peran dari keluarga sangat penting untuk setiap
kanker serviks. Dalam hal ini dukungan suami terbagi dua yaitu mendukung
≥75% benar menjawab soal dan tidak mendukung <75% benar menjawab
(reference group) antara lain; guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala
sudah menikah untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Faktor dari
tenaga kesehatan itu sebagai pendorong atau penguat dari individu untuk
dijadikan tempat untuk bertanya dan pemberi input atau masukan untuk
panca indera untuk kemudian diterima oleh otak dan disusun secara
sistematis karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
pada WUS dibagi dua kategori yaitu terpapar (≥75% benar menjawab soal)
cetak (koran, majalah, leaflet, booklet, poster, lembar balik) (Utami, 2014).
keyakinan dalam pikiran seseorang adalah apa yang dilihat, didengar dan
teman. Teman adalah orang yang dikenal WUS dan memiliki hubungan
baik dengan orang itu yang ikut memberikan informasi tentang deteksi
dini kanker serviks dengan metode IVA. Peran keluarga / teman sangat
yang erat satu dengan yang lain, saling ketergantungan sebagai bagian
menumbuhkan
Teman adalah orang yang kita kenal dan memiliki hubungan baik
wanita sehingga informasi yang diberikan lebih dipercaya. Dalam hal ini
faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor dari luar perilaku. Perilaku
sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagian dari orang atau masyarakat yang
yaitu:
2.5.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensor
2.5.1.2. Sikap
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
2.5.1.3. Nilai-nilai
sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang lebih melekat pada diri seseorang
(Fitriani. 2012).
2.5.1.4. Kepercayaan
Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan
2.5.1.5. Persepsi
merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu, oleh karena itu
baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial. Faktor pemungkin
bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan dan sebagian
diantaranya lebih kuat dari pada yang lain dalam mempengaruhi perilaku.
Dalam hal ini yang termasuk dalam faktor penguat meliputi pendapat,
penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau
(Notoatmodjo, 2005).
dilakukan hanya satu kali, pada satu saat yang bersamaan (Sastroasmoro,
2011).
POPULASI DAN SAMPEL :
Populasi
sudah menikah.
Sampel
responden.
Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-35 tahun dan bertempat di desa
Pesaguan
b. Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-35 tahun yang sudah menikah dan
2. Kriteria Eksklusi
b. WanitaUsia Subur (WUS) usia 15-35 tahun yang sudah menikah dan
VARIABEL :
1. Independen :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Dukungan Suami
d. Akses Informasi
DEFENISI OPERASIONAL:
INSTRUMEN PENELITIAN :
sebanyak 10 pertanyaan.
Tahap pra penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum penelitian itu
Tahap Penelitian
2. Analisis data.
3. Penarikan kesimpulan.
Pengolahan Data
sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kembali dan memperbaiki
data yang telah dikumpulkan dan untuk memastikan bahwa tidak ada data
2. Coding
3. Scoring
diberi skor ( Arikunto, 2007 ). Scoring pada penelitian ini dapat ditentukan
4. Tabulating
Analisa Data
1. Analisa Univariat
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
2. Analisa Bivariat
dapat dilakukan dengan pengujian statistik Chi Square. Uji hipotesis Chi
melakukan uji Chi Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Aturan
1. Jika pada tabel silang 2x2 dijumpai Expected Count kurang dari lebih
dari 20% jumlah sel, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji
alternatif Chi Square, yaitu uji Fisher. Hasil yang dibaca pada bagian
Fisher’s Exact Test. Namun jika terjadi pada tabel selain 2x2 atau
2. Jika pada tabel silang 2x2 tidak dijumpai Expected Count kurang
dari 5 atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel, maka
dari 5 atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel, maka
jika ρ value > 0,05 ini berarti kedua variabel “tidak ada hubungan”.
REFERENSI :
Adi D. Tilong. (2012). Bebas dari Ancaman Kanker Serviks. Flashbook. Jogjakarta
Ahmad Kholid. (2012). Promosi Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers.
Amrantara. (2009). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta : Sinar
Kejora
Arifah, Siti. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur
(PUS) Tentang Kanker Serviks Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Tes IVA Di Puskesmas Sangkrah Surakarta. Surakarta: Universitas
sebelas Maret.
Arifatulul. (2013). Infeksi Human Papilloma Virus. Jakarta: Badan penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arumaniez. (2010). Human Papilloma Virus (HPV) Penyebab Kanker Serviks. Jakarta :
EGC
Ayurai. (2009). Aborsi dengan sikap remaja luntas. EGC. Jakarta.
Azwar,azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa. Aksara.
Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah : Kartini Kartono.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Dahlan, Sopiyudin., (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta,
Salemba Medika
Dalimartha, S. (1999). Panduan Lengkap Mengenal Kanker : Serviks, Payudara.
Jakarta : EGC
Depkes RI. (2007). Seri PHBS. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Depkes RI. (2008). Seri PHBS. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Depkes RI. (2009). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Jakarta
Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Jakarta
Dewi, Lutfina. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WUS dalam Deteksi
Dini Kanker Serviks Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Hulu
Pontianak Timur Tahun 2014. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Elkanah,Omeng et al. (2016). Developing a Comprehensive Approach to Cervix
Cancer in Africa: Is It Possible?. Conference Paper
Emilia Ova, Hananta I Putu Y, Kusumanto Dhanu, Freitag Harry. (2012). Vitamin
yang Penting Untuk Mencegah Kanker Dalam Buku Bebas
Ancaman Kanker Serviks. Jakarta : MedPress. Hal 73-93.
Eysenck, H.J. & Wilson, G.D. (2002). Know Your Own Personality. Anglesburg :
Pelican.
Fitriani. S. (2011). Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik. Jakarta. :
EGC.
Good, Carter V. (1977). Dasar Konsep Pendidikan. Jakarta: Alfabet
Gustiana, Dwikha, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur. JOM
PSIK. Vol. 1. No 2. Oktober 2014. hlm. 1-8.
Handoyo, S., (2001), Stress pada Masyarakat Surabaya, Jurnal Insan Media. Psikologi 3
Hurlock, E.B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang. Rentang
Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima.
Jakarta:
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2014).
GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and
prevalence world wide in 2012.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buletin Jendela Data & informasi kesehatan,
semester 1, 2015. Jakarta
Khosidah, Amik dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Rumah
Tangga Dalam Melakukan Tes IVA Sebagai Upaya Deteksi Dini
Kanker Serviks. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 6. No 2.
Desember 2015. Hlm 94-105.
Kumalasari. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Rineka Cipta
Lapau, Prof.Dr.Buchari,dr.MPH. (2012). Metode Penelitian Kesehatan Metode
Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertai Pedoman bagi
Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Lestadi, L. (2009). Sitologi Pap Smear. Jakarta: EGC.
Lestari, Sri. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu
Rumah Tangga dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks
Metode IVA di Puskesmas Jaten II Kabupaten Karanganyar.
Surakrta: Universitas Sebelas Maret.Lapau, Buchari. (2012).
Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan disertai Pedoman bagi Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Maharani, Sabrina. (2009). Mengenal 13 Jenis Kanker Dan Pengobatannya.
Jogjakarta: Katahati
Musa, Muhammad dan Titi Nurfitri. (2010). Manusia dan lingkungan. Jakarta:
C.V. Fajar Agung.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya.Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka. Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nugroho,U dan Utami B.I .(2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta : Nuha Medika
Nursalam. (2010). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Nurana, Laila. (2008). Skrinning Kanker Serviks Dengan Metode IVA. Jurnal
Dunia Kedokteran.
Nurmadina. (2016). Anaisis Faktor-faktor Televisi dan Interaksi Reference Group
terhadap Minat Bertransaksi. Secara Online. Skripsi.
Palimbo, Adriana. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dengan
Kapatuhan Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur
Di Kelurahan Kertak Baru Ilir Rt 07. Artikel Kesehatan. Vol 10. No
10. Desember 2012. Hlm 10-19.
Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purba, Evi Misrawaty. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemeriksaan Pap Smear pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas
Belawan Kota Medan. Skripsi. FKM UI
Purwanto. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Rahayu, Dedeh sri. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.
Rasjidi, Imam. (2008). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: CV Sagung Seto
Rina. (2009). Kanker Serviks. Jakarta : Rineka Cipta
Sastroasmoro, Sudigdo. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Sastroasmoro, dan Sofyan ismael. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung seto
Savitri, Astrid, dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan. Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press