Anda di halaman 1dari 2

Cerita inspiratif ditulis karena pembaca lebih suka terhadap cerita daripada nasihat.

Tujuan
dari teks cerita inspiratif adalah untuk menggugah inspirasi bersikap dan berbuat
lebih baik. Isi dari cerita inspiratif biasanya berupa perupamaan atau pengalaman, baik nyata
maupun rekaan. Sementara pokok masalah yang dibicarakan bisa masalah kejiwaan,
ketuhanan, kemanusiaan, cinta, dll.
Cerita inspiratif ditampilkan dengan narasi/ cerita, tentu saja mengandung tokoh, alur/
struktur (orientasi-komplikasi-resolusi-koda). Tokoh utama bisa jadi panutan baik atau yang
bersalah. Tokoh pada umumnya manusia, namun boleh juga binatang, tumbuhan, atau benda-
benda. Gaya bercerita bisa dengan jenaka atau serius.
Ciri-ciri kebahasaan
1. Menggunakan kata keterangan yang menunjukkan tempat, waktu, tujuan, dan cara.
Keterangan tempat berfungsi untuk menunjukkan lokasi atau wilayah pada cerita.
Contohnya di, ke, dari, pada dan sejenisnya. Keterangan waktu berfungsi untuk menyusun
kejadian atau peristiwa secara kronologis. Contohnya: abad lalu, kemarin, sekarang, lusa,
besok, dan sejenisnya. Keterangan tujuan berfungsi untuk menunjukkan informasi atau
maksud. Contohnya untuk, supaya, agar, dan sejenisnya. Keterangan cara berfungsi untuk
menunjukkan langkah atau tahap. contohnya dengan dan secara.
2. Menggunakan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi/kata penghubung,
berperan penting untuk menjadi jembatan antardasar kalimat dalam satu kalimat
majemuk. Beberapa konjungsi yang sering digunakan dalam cerita inspiratif antara lain:
a) Konjungsi pertentangan, contohnya tetapi, namun, walaupun, meskipun, sekalipun.
b) Konjungsi konsekuensi, contohnya dengan demikian/maka.
c) Konjungsi akibat, contohnya akibatnya/oleh sebab itu.
3. Menggunakan kalimat majemuk Terdapat dua jenis kalimat majemuk yang digunakan
dalam teks cerita inspiratif, yaitu majemuk setara dan majemuk bertingkat.
a) Majemuk setara: Kalimat majemuk setara disebut juga kalimat majemuk
koordinatif. Struktur kalimat di dalamnya terdapat paling sedikit dua kalimat dasar
dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
b) Kalimat majemuk bertingkat: jenis kalimat ini adalah kalimat yang mengandung
satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat
dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti tersebut.
4. Kalimat langsung dan tidak langsung. Dalam teks narasi tidak lepas dari Kalimat
langsung, yaitu kalimat yang secara cermat menirukan apa yang diujarkan orang atau
kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian dari sumber lain dengan lngsung
menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut. Kalimat tak
langsung adalah kalimat yang melaporkan apa yang diujarkan orang.
5. Kalimat berita yang berisi motivasi. Pada umumnya cerita inspiratif diakhiri dengan
simpulan yang berupa motivasi untuk bersikap dan berbuat lebih baik. Kalimat ini
biasanya merupakan amanat atau pesan terhadap pembaca. Kalimat ini biasanya pada
bagian akhir teks atau disebut bagian koda.
Materi KD 4.11 Menyimpulkan Isi Teks Cerita Inspiratif

1. Struktur Teks
a. Judul cerita, bagian kepala teks, tujuan untuk memberi nama teks, sebagai imaji
awal pembaca. Biasanya pilihan kata dibuat semenarik mungkin agar dipilih calon
pembaca dan agar menimbulkan kesan tertentu.
b. Nama pengarang, nama penulis teks, untuk menunjukkan pertanggung jawaban
ekspresi
c. Orientasi, pembuka peristiwa dengan kehadiran konflik yang terjadi pada tokoh
d. Komplikasi/perumitan peristiwa, peristiwa-peristiwa muncul menimbulkan
permasalahan yang semakin rumit
e. Klimaks, puncak ketegangan dalam peristiwa
f. Resolusi, peristiwa menyadarkan tentang kebaikan/ hikmah dalam peristiwa
g. Koda, keadaan sebagai simpulan, atau pesan moral
2. Aspek kebahasaan
a. Kata keterangan waktu, kata keterangan yang berkaitan dengan waktu, misalnya
pagi, zaman kemerdekaan, musim hujan, abad XXI. Biasanya menggunakan kata
depan pada, sejak, dan saat
b. Kata keterangan tempat, kata untuk menunjukkan tempat atau ruang, contoh
rumah, desa, kota, negara
c. Konjungsi waktu, kata hubung yang berkaitan dengan waktu, ketika, tatkala,
sewaktu.
d. Konjungsi urutan (waktu), kata hubung yang berkaitan dengan waktu urutan,
contoh: sebelum, sesudah, kemudian, berikutnya.
e. Konjungsi pertentangan, kata hubung yang menunjukkan berlawanan, misalnya
tetapi, namun .
f. Konjungsi pengakibatan, kata hubung yang menunjukkan hubungan akibat,
misalnya, sehingga
g. Konjungsi penambahan, kata hubung yang menunjukkan penambahan, yaitu dan
h. Kata ganti, kata untuk menunjukkan kata penunjuk atau orang (I, II, III) baik
tunggal maupun jamak, contoh: dia, Mirna, pedagang, orang tua itu.
i. Kata sandang, kata untuk memberi sandangan benda atau orang, si, sang, Sang
j. Kata seru, kata untuk menunjukkan ekspresi, misalnya aduh, lho, kok, wahai, hai.
k. Onomatope, kata untuk menunjukkan tiruan bunyi, misalnya “dor” untuk suara
tembakan, “tik-tik” untuk gerimis.
l. Kalimat pernyataan, kalimat yang menunjukkan pernyataan, tanda baca diakhiri
dengan tanda titik (.)
m. Kalimat perintah, kalimat yang menunjukkan perintah, ajakan, atau permintaan.
Untuk menunjukkan perintah atau permintaan tegas tanda baca diakhiri dengan
tanda seru (!). Jika lembut atau sopan menggunakan kata mohon, maaf, kalau,
seandainya atau kata tanya bisakah, dapatkah, bolehkah, dst.
n. Kalimat tanya, kalimat yang menunjukkan pertanyaan, tanda baca diakhiri
dengan tanda titik tanya (?)

2. Menyimpulkan teks inspiratif


a. Tema, pokok permasalahan yang dibahas. Cara menulis kalimat tema dengan satu
kata/ frase, contoh tema lingkungan, sosial, ketuhanan, kepahlawanan. (BUKAN
kesedihan, ketakutan, kelucuan! Ini suasana). Cara berikutnya dengan
menunjukkan pernyataan-penjelasan (sebab-akibat, akibat-sebab) contoh kerja
keras menimbulkan kepuasan pribadi.
b. Pesan/amanat adalah sesuatu yang disampaikan penulis. Cara menulisnya seperti
kalimat imperatif tanpa tanda seru. Menolong sesama makhluk seharusnya tanpa
berpikir manfaat untuk diri sendiri.
c. Nilai, nilai berkaitan dengan hal baik (positif) atau tidak baik (negatif). Cara
menulisnya seperti menulis tema, hanya ditunjukkan positif atau negatif dalam
suatu peristiwa. Contoh, sapi tidak mau menolong tikus dari perangkap karena
menganggap tidak berkaitan dengan dirinya merupakan nilai sosial negatif.
d. Perasaan, sikap pengarang terhadap tema, sikap pengarang terhadap pokok
persoalan, misalnya berbuat baik tidak perlu ditimbang-timbang dan merupakan
hal sehari-hari
e. Sikap pengarang terhadap pembaca, cara pengarang bersikap terhadap
pembaca, misalnya menggurui, bercanda, membujuk, dst.

Anda mungkin juga menyukai