Anda di halaman 1dari 7

A.

Kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.

Ialah kalimat yang disampaikan sudah sesuai kaidah tetapi penyampaiannya tidak lugas,
padat, tidak logis, dan menyulitkan komunikan untuk memahaminya.
Ketidakkomunikatifan dapat ditinjau dari:
a.

Kalimatnya terlalu luas/kompleks (semakin panjang kalimat semakin susah dimengerti).

b.
Kata penjelas tak efektif (kata dijelaskan dengan deret kata yang rumit padahal bentuk
aslinya lebih jelas)
contoh: Rudi membeli baju dengan kerah pendek yang biasa dipakai untuk shalat di masjid yang
umumnya berwarna putih dan berlengan panjang. Kalimat tersebut dapat diganti: Rudi membeli
baju koko.
c.

Kalimat tidak logis (menimbulkan salah tafsir)

Contoh: pemenang terbaik ke-2 diraih oleh Sujarwo. kalimat tersebut dapat diganti: pemenang
ke-2 diraih oleh Sujarwo. Kata terbaik dihilangkan karena bermakna paling baik, jadi tidak ada
terbaik kedua, terbaik itu selalu pertama.
B.

Kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat

Ialah kalimat yang dapat dipahami maknanya oleh komunikan karena sudah terbiasa
diucapkan/ditulis tetapi tidak memenuhi kaidah (aturan kebahasaan) kalimat yang baik/cermat.
Artinya, nyambung tapi salah.
Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari:

Ketidaklengkapan unsur-unsurnya (tidak memenuhi syarat minimal kalimat yakni subjek


predikat, tidak terdapat objek untuk kalimat yang disertai predikat transitif)
contoh:
1.
Dengan mengucap bismillah, acara ini dibuka. (tidak bersubjek/siapa yang membuka acara
tidak disebutkan).
2. Adik membaca (tidak disertai objek padahal predikat membaca membutuhkan objek
contoh buku/komik,dsb)

Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya (menjadikan kalimat bermakna rancu, dan


janggal).
Contoh: Pada malam itu, membahas pelebaran jalan oleh warga RT 03. (kata membahas tidak
tepat karena kalimat tersebut bersifat pasif seharusnya dibahas,)

Penggunaan unsur kalimat yang berlebihan (mubazir)

Ketentuan mubazir bisa dengan cara:


1.

Pemakaian kata tugas semakna

contoh: Mencuri adalah merupakan perbuatan dosa


Ia rajin belajar agar supaya naik kelas
2.

Pengulangan bentuk jamak

contoh: Para hadirin dimohon berdiri (hadirin sudah bermakna jamak)


Beberapa negara-negara hadir pada KTT XV (negara-negara sudah
bermakna jamak.
3.

Pleonasme/deret kata semakna

contoh: ia naik ke atas bukit Surowiti, Adik masuk ke dalam rumah

Pilihan kata tidak tepat Contoh: Jalan akbar itu menghubungkan Gresik dengan
Lamongan (kata akbar tidak tepat seharusnya raya biarpun bersinonim

Penggunaan kata tugas yang salah

Kata tugas (pada, di, ke, dari, daripada, kepada) harus sesuai kegunaannya.
Kesalahan yang sering terjadi: kata tugas pada untuk menyebut tempat/orang contoh: Pada
bukit itu ditemukan Candi, Ia memberi uang pada pengemis. Kata tugas daripada untuk makna
asal contoh: Benda itu terbuat daripada karet.
C.

Kalimat yang cermat dan komunikatif (kalimat efektif)

ialah kalimat yang memenuhi kaidah sebagai kalimat dan maknanya mudah dipahami.
kalimat ini bisa juga disebut kalimat efektif. Artinya, nyambung dan benar. Syarat-syaratnya:
a. tidak menyimpang dari kaidah bahasa (Gramatikal), misal harus ada S-P, Predikat butuh
objek harus disertai objek, dsb.
b.

logis atau dapat diterima nalar

c.

tidak mengandung unsur mubazir (efisien)

d. jelas dan dapat menyampaikan maksud/pesan dengan tepat (tidak ambigu)


e. Diksi kata baku.

Contoh untuk jenis ini Bisa diperbandingkan dengan dua kriteria sebelumnya yakni kalimat yang
komunikatif tetapi tidak cermat dan kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.

Kelas kata
Secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini:
a.
kata kerja (verba): menyatakan perbuatan/tindakan/proses/keadaan yang bukan bermakna
sifat, berfungsi sebagai akibat, dapat berupa kata dasar, maupun turunan. ciri utama: dapat diberi
aspek waktu, dapat diingkari dengan kata tidak, kata kerja + dengan + KB/KS. contoh: pergi
dengan cepat, lari dengan Adik.
b.
Kata sifat (adjektiva): menerangkan sifat, watak, tabiat. umumnya berfungsi sebagai
predikat, objek, dan penjelas subjek. bisa disertai kata lebih, kurang, sangat, paling, se-diulangnya, tidak, terlalu, sedikit, dsb.
c.
kata keterangan (adverbial) memberi keterangan pada verba, sifat, benda predikatif, atau
kalimat. contoh: agak, alangkah, amat, pernah, belum, sudah, tidak, saling, dsb.
d.
Kata benda (nomina): mengacu pada sesuatu (konkret/abstrak). berfungsi sebagai subjek,
objek, pelengkap, dan keterangan. ciri-ciri: dapat diingkari dengan kata bukan dan bisa disertai
kata yang + sifat atau yang sangat + sifat. contoh. buku yang baru, angin yang sejuk.
e.

Kata ganti (pronominal); -nya (orang ketiga), -mu(orang kedua), -ku(orang pertama), dsb.

f.
Kata bilangan (numeralia); tentu (satu, kesatu, kedua, dsb) dan tak tentu (banyak, beberapa,
segelintir, sedikit, para, dsb)
g.

Kata tugas

Terdiri atas: kata sandang (sang, para, si, sri, tuan, dsb), kata depan (di, ke, dari, pada, kepada,
dsb), kata hubung/konjungsi (dan, atau, sehingga, maka, ketika, bahwa, dsb), partikel (kata
Tanya, pun, lah, kah, tah, yah, dsb), kata seru/interjeksi (hai, wow, amboi, duh, brengsek, dsb)

Tema, topik, dan judul karangan


Tema adalah hal yang menjadi dasar/pedoman menyusun karangan. Bisa pula berarti hal/ide apa
yang ingin ditulis dalam karangan. Ciri utama tema adalah berupa kata/frase (bukan kalimat) dan
masih bersifat umum/menyeluruh. contoh Lalu Lintas, bahaya kecanduan rokok, perpustakaan
sekolah, dsb.

Topik merupakan hasil rincian dari tema yang berupa pokok-pokok pikiran. topik bisa dikatakan
penjabaran dari tema karangan sehingga bentuknya lebih khusus. contoh: kemacetan lalu lintas
di kota besar, bahaya kecanduan rokok bagi perokok usia dini, manfaat perpustakaan sekolah,
dsb.
Judul merupakan identitas sebuah karangan. Khusus karya ilmiah (nonfiksi), judul bisa menjadi
acuan tema apa yang akan dibahas dan merupakan pengejawantahan atas isi karangan. Sebagai
identitas, judul harus dibuat semenarik mungkin dengan kalimat/kata yang lugas dan padat.
Contoh: Awas Macet!, Rokok gerogoti tubuh anda, menguak manfaat perpustakaaan sekolah,
dsb.
Selain tiga hal tersebut, sebelum menyusun sebuah karangan perlu dibuat tujuan karangan. ini
dilakukan untuk menjadikan karangan lebih terarah. Selain itu, tujuan juga dapat menentukan
jenis karangan apa yang cocok. Apakah narasi (bercerita), deskripsi (menggambarkan), eksposisi
(menjelaskan/memberitahu), persuasi (mengajak), maupun argumentasi (berpendapat).
Jenis karangan
1.
Narasi (cerita): menitikberatkan pada alur dan urutan waktu, berbentuk kronologis.
Umumnya berupa peristiwa/kejadian,cerita fiksi, cerpen, dsb. Contoh:
Pada saat itulah, Aku berlari sekencang mungkin. Tiba-tiba tanpa sengaja Aku Menabrak sebuah
gerobak kecil. Aku mengerang kesakitan. Selang beberapa menit kemudian, dari sisi gerobak,
muncullah seorang gadis berwajah cantik. Kami pun saling meminta maaf atas apa yang telah
terjadi.
2.
Deskripsi (gambaran): menitikberatkan pada penggambaran agar apa yang dilihat,
dirasakan, dialami penulis bisa terlihat, terasakan, dan teralami orang lain/yang membaca.
Contoh:
Rumah itu tampak megah. Bangunannya mencerminkan kesan kuno namun artistik. Besarnya
sekitar 10 x 25 m. Dominasi warna biru menjadinya tampak asri. Pintu rumah tersebut terbuat
dari ukiran kayu jati dengan motif ala jepara. Selain itu, Terali pagar yang kokoh namun terkesan
ramah dengan warna hijaunya memberi arti tersendiri.
3.
Eksposisi (paparan): menitikberatkan pada tersampaikannya informasi sejelas mungkin
tanpa maksud menyuruh mengikuti paparannya. Contoh:
Pendidikan yang baik adalah yang berorientasi pada ketercapaian siswa dalam memperoleh ilmu,
pengetahuan, dan pengalaman. Tidak hanya terfokus pada pembangunan infrastruktur dan segi
fisik belaka. Selain itu, siswa juga diberikan pelayanan yang ekstrabaik sehingga tidak ada lagi
istilah siswa melayani guru tetapi sekolah memberikan pelayanan kepada siswanya agar mereka,
setelah lulus, bisa hidup dengan layak, patuh pada norma dan fokus atas apa yang dicita-citakan.

4. Argumentasi (pendapat): menitikberatkan pada penyampaian opini agar disetujui oleh


orang lain/yang mendengar/yang membaca. Argumentasi yang baik harus disertai:
a. Sikap (setuju/tidak) dengan bahasa yang santun
b. Alasan atas sikap yang disampaikan secara logis dan tepat sasaran
c. Jika dimungkinkan harus disertai saran/solusi untuk pemecahan masalah
d. Menggunakan kalimat yang efektif dan tidak bertele-tele.
5.
Persuasi (ajakan): menitikberatkan pada fakta-fakta yang mendukung gagasannya agar
ajakan/imbauannya diikuti (Argumentasi yang disertai ajakan/suruhan/larangan).

Ide Pokok Paragraf/Karangan


Kenyataannya, seringkali paragraf dibuat dengan sekenanya. Hal ini sering menyebabkan
tumpang tindih ide yang ingin disampaikan. Padahal, paragraf yang baik harus memilik satu
pokok pikiran yang tertuang dalam kalimat utama. untuk memudahkan, tentukan dulu kalimat
utamanya lalu kembangkan dalam kalimat-kalimat penjelas dengan menggunakan pola tertentu
(sebab-akibat, akibat sebab, rincian, kesimpulan, definisi, dsb)
Contoh: kalimat utama Rokok adalah konsumsi penyakit secara langsung.
Kalimat penjelas: Di dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan penyakit kanker,
jantung, dsb. Hasil pembakarannya juga mengandung racun. Asap yang dihisap mengandung
CO2 yang sangat berbahaya bagi tubuh (pola kesimpulan alasan-alasan)
Ide pokok paragraf adalah tema yang jadi acuan penjabaran/penjelasan. Ide pokok
bisa terdapat pada kalimat utama, bisa pula merupakan inti sari paragraf. Yang membedakan ide
pokok dengan kalimat utama adalah bentuknya lebih ringkas (bukan kalimat tetapi frase).
Contoh: ide pokok paragraf di atas adalah bahaya rokok.

Kalimat tanya
Ialah kalimat yang yang ditujukan agar memperoleh respon/jawaban, baik berupa kata-kata
maupun tidak, dari orang yang diberi pertanyaan.
Kalimat Tanya bercirikan:

penggunaan kata Tanya: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana (5W+1H),
berapa, bilamana, dari mana, dsb

Penggunaan kata bukan/tidak disertai partikel -kah

Penggunaan intonasi naik pada suku kata akhir

Tujuan umum orang bertanya:

Ingin tahu. Contoh: Dimana kamu tinggal?

Ragu-ragu. Contoh: Apakah benar jalan ini menuju pasar Gresik?

Menguji. Contoh: Sebutkan syarat kalimat efektif? (diberikan guru kepada siswa)

Maksud lain (tersamar)

Jenis kalimat tanya

Kalimat Tanya klarifikasi dan konfirmasi (mengharap jawaban ya/tidak, benar/salah,


sudah/belum)
contoh: Inikah tempat tinggalmu? (ya/tidak)
Apakah benar kamu yang terpilih jadi perwakilan pelajar teladan? (benar/salah)
Apakah kamu sudah mandi? (sudah/belum)

Kalimat Tanya Retoris (tidak memerlukan jawaban karena baik yang bertanya maupun
yang diberi pertanyaan pasti sudah tahu jawabannya.)
contoh: Apa kalian ingin terus hidup sengsara seperti ini?
Siapa yang menduga aku akan terpilih?

Kalimat Tanya tersamar (mempunyai maksud lain)

Meminta. contoh: Dapatkah kamu menolong saya?


Mengajak. contoh: Bagaimana kalau kamu ikut aku ke pasar?
Memohon. contoh: Apakah kamu bersedia menerima cintaku?
Menyuruh. contoh: Bagaimana kalau lantai ini dibersihkan supaya enak dilihat?
Merayu. contoh: Sudikah kau menerima lamaranku yang sederhana ini?
Menyindir. contoh: Seperti ini caramu berterima kasih?
Menyanggah. contoh: Apakah caramu itu cukup masuk akal?
Meyakinkan. contoh: Apakah saya ada tampang pembohong?

menyetujui. contoh: Bagaimana mungkin saya dapat berkata tidak?

Parafrasa
Ialah kalimat/kata yang dibentuk sendiri (kata-kata baru) untuk menguraikan maksud/makna
yang tersembunyi dari teks asli. parafrase bisa berupa kata, frasa, maupun kalimat. Istilah ini
juga berarti penggunaan kata/frasa kepada kata yang sepadan/bersinonim, mengubah kalimat
aktif menjadi pasif/sebaliknya, mengubah kalimat langsung menjadi tidak langsung, mengubah
bentuk uraian menjadi rincian, mengubah wacana panjang menjadi rangkuman/ringkasan.

Anda mungkin juga menyukai