Ibadah
15 Maret 2012 pukul 8:13
Apakah saat kita bekerja kita mengawalinya dengan niat yg baik.Ada orang yg
bekerja agar dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dan membahagiakan
mereka,ada juga yg bekerja agar dia bisa memiliki uang untuk bersenang-
senang,ada pula yg bekerja daripada dia menganggur di rumah atau agar dia
bisa berkontribusi dalam bermasyarakat.Terlepas dari apapun niat kita dalam
bekerja ada baiknya kita instropeksi diri.Apa yg menjadi niat atau tujuan kita
dalam mengawali pekerjaan kita?Apakah kita mengawalinya dengan niat yg
baik?
Jika saat ini kita dituntut untuk bergerak cepat di dunia yg penuh mobilitas
seperti ini,kita butuh setidaknya komputer jinjing seperti laptop atau
notebook.Dan karena Apple tahu bahwa,sekali lagi,orang butuh sesuatu yg
simpel dan efisien,mereka membuat iPad yg lebih mudah dibawa dengan
ukuran yg lebih kecil dan fleksibel(selain untuk bisnis bisa juga untuk
hiburan).Dan iPad menjadi perintis kemajuan komputer tablet di seluruh
dunia.
Dalam bekerja kita pasti menerima hasil,dalam hal ini adalah salary.Apakah
kita menggunakan gaji kita untuk hal yg baik?Oke,mungkin kita tidak
menyumbang atau beramal tapi apakah kita menggunakannya untuk hal-hal
yg baik.Menyekolahkan anak,mencukupi kebutuhan rumah tangga,biaya untuk
berobat,ada banyak hal lain yg bisa kita berikan untuk hal-hal yg baik.Bahkan
setidaknya kita bisa menggunakannya untuk sesuatu yg bersifat positif
seperti investasi.Apakah kita sudah menggunakan hasil yg kita peroleh dari
bekerja untuk hal yg baik?
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (Q.s. al-Dzariyat: 56)
Ya mengabdikan diri kita hanya kepada dan untuk Allah semata. Oleh sebab itulah, demi
memelihara hak dan kewajiban kita dalam menghadirkan Allah ta’ala dengan segenap perangkat
nilai tatanan ilahiah dalam tiap jejak kehidupan kita, maka mau tidak mau maka dalam setiap
aktifitas dan profesi hidup kita, selalu menghadirkan spirit ibadah kepada Allah. Bagaimana
caranya? Yaitu dengan mentaati dan mematuhi setiap aturan syariat Allah dalam segala bentuk
pekerjaan dunia kita.
Ada setidaknya lima (5) prinsip agar pekerjaan dunia kita bernilai ibadah di sisi Allah ta’ala,
hingga tidak sia-sia begitu saja. Berikut ini hal-hal tersebut.
Rasul Saw bersabda, “Sungguh tidak masuk syurga daging yang tumbuh dari harta haram,
maka neraka lebih berhak untuk memanggangnya hingga hancur” (Hr.Tirmidzi, al-Hakim dan
al-Thabrani).
Seorang muslim dilarang untuk memilih dan menjalankan profesi yang diharamkan oleh Allah
swt. Kriteria dasarnya adalah sabda Rasulullah saw:
“Jika Allah telah mengharamkan sesuatu, maka ia juga telah mengharamkan harga/upahnya
untuk (tidak) dimakan” (Hr. Abu Daud dan Ahmad).
Di dalam Al-Qur’an, Allah telah mengharamkan zina, mencuri, meminum khamr, berjudi, riba
dalam muamalat, dsb. Juga di dalam sunnah, Rasul telah melarang tiga jenis upah dari “menjual
anjing, prostitusi, dan perdukunan”. Bahkan, bukan hanya pekerjaan langsung yang terkait
dengan perkara haram yang dilarang oleh Islam, tetapi mencakup semua perangkat dan sistem
pendukung dari perkara haram. Maka apa saja perbuatan atau pekerjaan yang menjadi
supporting system dari perjudian, minuman keras, riba, mencuri, perdukunan, peramalan dan
lain-lain, maka pekerjaan itu menjadi haram. Perhatikanlah sabda Rasul Saw ini:
“Sungguh Allah melaknat pemakan riba, pemberi pinjaman riba, pencatatnya, dan 2
saksinya, “Sungguh Allah melaknat peminum khamr,
pembuatnya, penjualnya, pengecernya, pengantarnya, pencatatnya dan saksi-saksinya”.
Mengerikan bukan? Maka itu, hindarilah semua jenis pekerjaan, apa pun itu, jika ia telah
menjadi bagian sistem pendukung perbuatan yang Allah haramkan. Allah juga memerintahkan,
“Hai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal yang
shalih.” (Al Mukmin:51)
Dalam firmannya yang lain,
“Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain diantara kalian dengan
jalan yang batil.” (Al Baqarah:188)
2. Dengan akad yang sah
Bila pekerjaan yang kita jalan berupa kegiatan perdagangan atau jual-beli, harus diperhatikan
akadnya (caranya). Sudahkah sesuai dengan syariat Islam atau belum. Harus kita perhatikan
kaidah-kaidah dalam jual beli. Misalnya pelaku jual beli harus berakal, merdeka. Perhatikan juga
obyek dagangannya, tidak boleh barang-barang yang diharamkan untuk dikonsumsi. Lafal (ijab-
qabul) juga harus diperhatikan, agar terhindar dari gharar/penipuan apalagi riba,
3. Dengan cara jujur, tidak dzalim dan bijaksana
Dalam berusaha diperbolehkan untuk menyembunyikan berapa laba yang diperoleh, tetapi harus
diperhatikan kewajarannya. Sebaiknya tidak mengambil laba yang terlalu tinggi hingga
memberatkan pembeli, padahal ia sangat membutuhkan barang tersebut. Tidak bersikeras dalam
tawar menawar juga termasuk dalam bab ini.
Selain itu dalam usaha yang kita lakukan, tidak boleh menimbulkan kerugian pihak lain. Seperti
menimbun barang yang bisa menyebabkan melambungnya harga dan mempersempit perputaran
uang. Atau bisa juga memuji barang sendiri setinggi langit padahal kualitasnya rendah dan ada
cacat yang ditutup tutupi. Selain itu tidak boleh curang dalam timbangan. Kecurangan tersebut
jelas merupakan satu bentuk praktek sariqah (pencurian) terhadap milik orang lain dan tidak
mau bersikap adil dengan sesama.
Dengan demikian, bila mengambil milik orang lain melalui takaran dan timbangan yang curang
walaupun sedikit saja berakibat ancaman doa kecelakaan. Dan tentu ancaman akan lebih besar
bagi siapa saja yang merampas harta dan kekayaan orang lain dalam jumlah yang lebih banyak.
Bila kita sebagai pekerja hendanya kita bisa menjaga perilaku ketika bekerja. Menjauhi berbagai
hal yang tercela seperti bergunjing, menjegal rekan kerja, menjilat atasan, menginjak bawahan,
menerima suap, melakukan korupsi, atau mengambil milik orang lain tentu akan merusak nilai
ibadah dari aktivitas bekerja.
Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan
bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar
hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan
dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah
adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.
Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah
seperti mujahid, artinya nilainya sangat besar. Allah suka kepada hambanya
yang mau berusah payah mencari nafkah. Saya kira, ini lebih dari cukup
sebagai motivasi kerja kita sebagai muslim. Bahkan, kita pun berpeluang
mendapatkan ampunan dari Allah.
HUKUMNYA WAJIB
Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini
menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian,
motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi
sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.
Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu
(seperti shalat, puasa, dll). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Perlu diperhatikan dalam hadist di atas, ada kata sesudah. Artinya hukumnya
wajib sesudah ibadah lain yang fardhu. Jangan sampai karena merasa sudah
bekerja, tidak perlu ibadah-ibadah lainnya. Meski kita bekerja, kita tetap
wajib melakukan ibadah fardhu seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat, jihad,
dan dakwah. Jangan sampai kita terlena dengan bekerja tetapi lupa dengan
kewajiban lainnya.
Jika motivasi kerja kita sebagai ibadah, tentu yang namanya ibadah ada
aturannya. Memang berbeda dengan ibadah ritual atau ibadah mahdhah,
sebab bekerja sebagai ibadah ghair mahdhah. Artinya, dalam kaidah ushul
Fiqh, kita memiliki kebebasan yang luas untuk bekerja selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
Langkah pertama agar bekerja menjadi sebuah ibadah ialah harus diawali
dengan niat, sebab amal akan tergantung niat. Niatkanlah bahwa bekerja
sebagai salah satu ibadah kepada Allah.
Apa yang dikerjakan? Untuk apa kita bekerja? Apakah kita bekerja
untuk sesuatu yang dihalalkan oleh agama? Pastikan kita bekerja untuk
sesuatu yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Cara melakukan pekerjaan kita. Apakah cara-cara Anda bekerja sesuai
dengan ajaran Islam? Bagaimana dengan pakaian, batasan antara laki-
laki dan perempuan, dan sebagainya.
Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang Muslim dalam
bekerja. Motivasi kerja dalam Islam bukan semata mencari uang semata,
tetapi serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan
tentu saja ini adalah sebuah kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.
Salah satu bentuk profesional itu adalah ‘adil, yaitu menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Jika waktunya bekerja, Anda bekerja. Jika waktunya
istirahat atau shalat, Anda bisa shalat dan istirahat. Jika tidak, maka bisa
termasuk melakukan hal yang dzalim, tidak menempatkan sesuatu pada
tempatnya. ‘Adil juga berarti, Anda bekerja sesuatu tugas, wewenang, dan
tanggung jawab yang Anda miliki.
Semoga motivasi kerja kita semua sebagai ibadah dan dibuktikan dengan
melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
TIGA CARA MEMOTIVASI DIRI SENDIRI
DALAM BEKERJA YANG PALING DAHSYAT
Perusahaan atau atasan yang baik, tentu akan melihat sejauh mana
kontribusi Anda dalam bekerja. Kontribusi selalu menjadi penilaian utama
sebuah perusahaan berkaitan dengan jenjang karir si karyawan. Jika tidak,
maka perusahaan tersebut bodoh. Jangan habiskan hidup Anda bekerja di
perusahaan yang tidak menghargai kontribusi karyawannya.
Ada 3 cara terbaik yang sudah saya pilihkan disini agar Anda bisa memotivasi
diri Anda dalam bekerja. Mengapa harus bisa memotivasi diri? Sebab Andalah
yang bertanggung jawab untuk meningkatkan motivasi Anda. Tidak usah
menuntut orang lain atau perusahaan. Miliki inisiatif untuk memotivasi diri,
sebab hasilnya akan kembali kepada Anda.
Cara Hebat Memotivasi Diri Dalam Bekerja adalah Dengan Menjadi Juara
Saya sengaja, membahas cara ini menjadi pembahasan yang pertama. Bukan
berarti paling penting, namun saya lihat banyak orang yang melupakan ini.
Mereka bekerja hanya sekedar bertahan untuk mendapatkan gaji bulanan.
Cara kerja seperti ini memiliki motivasi yang rendah, sebab tujuannya hanya
sekedar tidak dipecat.
Coba bayangkan, jika Anda memiliki target menjadi juara, maka bukan hanya
tidak dipecat tetapi juga akan mendapatkan peluang mendapatkan gaji atau
posisi yang lebih baik. Untuk itu, miliki target menjadi juara. Artinya
memberikan kontribusi yang terbaik bagi perusahaan menjadi mindset Anda
dalam bekerja.
Ini cara hebat, Anda akan memiliki motivasi yang berlipat ganda, jika ingin
menjadi juara. Mulai sekarang, tekadkan dalam diri, bahwa Anda akan
menjadi juara dalam karir yang sedang Anda jalani saat ini.
Nah, ini adalah cara sederhana memotivasi diri dalam bekerja, namun
hasilnya sangat ampuh, plus berpahala. Apa itu? Ya, caranya ialah dengan
bersyukur. Syukuri Anda memiliki pekerjaan. Banyak orang yang antri
menginginkan posisi Anda dan sekarang Anda sudah memilikinya. Bukankah
ini nikmat yang perlu Anda syukuri?
Cara Yang Tidak Boleh Dilewatkan Dalam Memotivasi Diri Saat Bekerja
Dan satu hal paling penting dan tidak boleh dilewatkan adalah motivasi kerja
untuk ibadah. Bekerja adalah dalam rangka Anda mencari rezeki halal dan
memberi nafkah bagi anak dan keluarga Anda. Ini adalah ibadah. Untuk itu
tidak boleh dilakukan dengan asal atau seenaknya. Ingat, ibadah itu untuk
Allah, aneh rasanya jika kita melakukannya asal-asalan.
Saat kita sadar bahwa bekerja itu ibadah, ini akan menambah motivasi bagi
kita agar kita bekerja dengan serius, dengan cara-cara sesuai syariat, dan
tentu saja dengan niat ikhlas, beribadah hanya karena Allah. Bukan berarti
tidak berharap imbalan, tetapi justru kita bekerja keras mendapatkan imbalan
untuk menafkahi keluarga dengan ikhlas.
Jadi tidak cukup hanya dengan niat. Bekerja di tempat yang diharamkan tetap
haram meski pun niatnya untuk memberi nafkah. Begitu juga bekerja dengan
cara-cara yang dilarang juga tidak akan menjadi ibadah meski niatnya baik.
Sebaliknya, saat Anda sudah bekerja ditempat yang diridlai Allah, tetapi
niatnya hanya semata mencari uang, tidak akan bernilai ibadah.
Kesimpulan
Ada tiga cara yang akan memotivasi Anda dalam bekerja. Yang pertama,
tekadkan untuk memberikan konstribusi terbaik bagi perusahaan alias
menjadi juara. Kedua sadari bahwa kerja adalah nikmat yang patut kita
syukuri. Dan yang ketiga, sadari bahwa kerja adalah ibadah. Insya Allah
dengan ketiga hal ini terpatri dalam hati kita akan memotivasi kita saat
bekerja.