Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH AGAMA

JIKA PEKERJAAN BERTENTANGAN DENGAN AGAMA

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Ahmad Fuad Effendy, MA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Satu Nur I.W P. D-IV / 1A / P17111181001
Rifdah Nur F. D-IV / 1A / P17111181014
Izza Habil M. D-IV / 1A / P17111181034
Riza Arifatul Aini D-IV / 1A / P17111181041

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2018
A. Definisi pekerjaan
Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban
atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki
oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat.

Dalam arti luas Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap
sinonim dengan profesi.

Pekerjaan menurut islam

Bekerja di dalam Islam merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan serius
dengan cara mengerahkan semua pikiran, aset dan juga dzikir untuk memperlihatkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus mentaklukkan dunia dan memposisikan dirinya
menjadi bagian masyarakat paling baik [Khairu Ummah].

Bekerja menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis serta sosial.
Dengan jalan bekerja, maka manusia bisa mendapatkan banyak kepuasan yang meliputi
kebutuhan fisik, rasa tenang dan aman, kebutuhan sosial dan kebutuhan ego masing-masing.
Sedangkan kepuasan di dalam bekerja juga bisa dinikmati sesudah selesai bekerja seperti
liburan, menghidupi diri sendiri dan juga keluarga.

Jika dilihat secara hakiki, maka hukum bekerja di dalam Islam adalah wajib dan
ibadah sebagai bukti pengabdian serta rasa syukur dalam memenuhi panggilan Ilahi supaya
bisa menjadi yang terbaik sebab bumi sendiri diciptakan sebagai ujian untuk mereka yang
memiliki etos paling baik.

‫ااز ي ن َ ةًاا ل َ هَ اا ل ِ ن َ ب ْل َو ه ْمااأ َي ُّه ْماا أ َ ْح سَ ناا ع َ َم ًلا‬


ِ ‫ض‬ ِ ‫ىااْل َ ْر‬
ْ َ ‫ج ع َ ل ْ ن َاا َم اا ع َ ل‬
َ ‫إ ِ ن َّ اا‬

“Sesungguhnya‫ا‬Kami‫ا‬telah‫ا‬menciptakan‫ا‬apa-apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,


supaya‫ا‬Kami‫ا‬menguji‫ا‬mereka‫ا‬siapakah‫ا‬yang‫ا‬terbaik‫ا‬amalnya”.‫(ا‬Al-Kahfi : 7)
Hukum Bekerja yang Sesuai Syariat Islam

Islam mengajak kita untuk berusaha dan bekerja. Islam juga memerintahkan kita agar
jauh dari sikap putus asa dan malas. Beberapa firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:“Dia-lah
yang menjadikan bumi ini budak bagi kamu, berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali) setelah dibangkitkan.”‫ا‬
(QS. Al-Mulk: 15).

Rezeki memang menjadi urusan Allah dan kita sebagai manusia hanya diwajibkan untuk
selalu berusaha sekuat tenaga sekaligus tidak merasa sombong dengan rezeki yang sudah
didapatkan. Meskipun sudah berusaha sekuat mungkin, namun tanpa adanya campur tangan
dari Allah SWT, maka bukan tidak mungkin jika rezeki tersebut tidak akan datang pada kita.
Seseorang yang bekerja apa saja biasanya akan cenderung melihat seberapa banyak upah atau
imbalan kerja yang akan didapat dan memikirkan apakah upah tersebut adalah baik dan juga
halal.

 Kewajiban Mencari Rezeki Halal

Berikut hadits yang menguatkannya:

“Bekerja mencari yang halal itu suatu kewajiban sesudah kewajiban beribadah”. (HR.
Thabrani dan Baihaqi)

 Ancaman Jika Tak Mau Bekerja Halal

Hadits Sahih mengatakan:

“Orang yang paling rugi di hari kiamat kelak adalah orang yang mencari harta secara tidak
halal, sehingga menyebabkan ia masuk neraka”. (HR. Bukhari)

 Etos Bekerja Dalam Islam

Seorang muslim yang dapat menghayati etos dalam bekerja dengan sikap dan tingkah laku
berlandaskan ibadah dan prestasi yang baik maka bisa dihasilkan dengan mengikuti beberapa
etos bekerja dalam Islam

 Istiqamah.
 Jujur.
 Menghargai waktu.
 Komitmen dengan akad, aqidah dan i’tikad.
 Memiliki harga diri.
 Bertanggung jawab.
 Hidup hemat dan efisien.
 Bahagia karena melayani.
 Memperhatikan kesehatan.
 Pantang menyerah.
 Memperluas jaringan silahturahmi dan sebagainya.

Tujuan Bekerja Menurut Islam

Bekerja dalam ajaran Islam tidak sekedar berlandaskan tujuan yang bersifat duniawi, namun
lebih kepada bekerja untuk ibadah. Bekerja akan membuahkan hasil dan hasil itulah yang
bisa memberikan makan, tempat tinggal, pakaian, menafkahi keluarga sekaligus menjalani
bentuk ibadah lain dengan baik.

“Bahwa Allah sangat mencintai orang-orang mukmin yang suka bekerja keras dalam usaha
mencari mata pencaharian”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

“Dari ‘Aisyah (istri Rasulullah), Rasulullah Saw bersabda : “Seseorang bekerja keras ia akan
diampuni Allah”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

 Memenuhi Kebutuhan Diri dan Keluarga

Bekerja di dalam Islam merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga
seperti istri, anak dan orangtua. Islam teramat menghargai semua itu sebagai sebuah sedekah,
ibadah dan amalan saleh.

 Memenuhi Ibadah dan Kepentingan Sosial

Apabila bekerja dianggap sebagai hal yang suci, maka begitu pun juga dengan harta benda
yang didapatkan dari bekerja. Alat untuk memuaskan kebutuhan dan juga sumber daya
manusia lewat proses kerja merupakan hak orang yang yang sudah bekerja dan harta
dianggap menjadi satu bagian yang suci. Jaminan hak milik perorangan dengan fungsi sosial
lewat institusi zakat, shadaqah dan juga infaq menjadi sebuah dorongan kuat untuk lebih
keras dalam bekerja yang pada dasarnya merupakan penghargaan Islam pada usaha manusia.
Dalam urusan mencari nafkah pun kita juga harus mencari rejeki yang halal baik
untuk diri sendiri maupun untuk keluarga kita. Jangan sampai ada penghasilan haram yang
kita bawa ke rumah untuk diberikan kepada keluarga maupun untuk diri sendiri, karena
sesuatu yang haram bisa membawa dampak buruk orang yang mengkonsumsinya baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Oleh sebab itu kita harus selalu berhati-hati dalam mencari
nafkah, agar tidak ada harta kita yang haram menurut Allah SWT.
Beberapa Daftar Pekerjaan / Profesi yang Haram dan Dilarang Allah SWT dalam Ajaran
Agama Islam :
1. Penjahat (pencuri, perampok, perompak, penodong, penjambret, penipu, bajing loncat,
penadah, dll)
2. Pedagang barang haram (narkoba, minuman keras, video porno, alat keperluan judi, dan
lain-lain)
3. Pedagang curang (yang memanipulasi timbangan, mengakali makanan, tidak menjelaskan
cacat, dsb)
4. Pelacur, germo, makelar wts, serta pengusaha hiburan yang mendukung zina dan pornoaksi
5. Orang yang merugikan negara dan rakyat (penjual pasal, koruptor, kolutor, nepotistor, dkk)
6. Spekulan (penimbun komoditi yang dibutuhkan masyarakat, forex, saham, dan sebagainya)
7. Pelaku riba (bank, usaha pemberi kredit, rentenir, lintah darat, meminjamkan uang
meminta imbalan, dll)
8. Penegak hukum jahat pembela kejahatan (oknum hakim, jaksa, pengacara, polisi, tni, kpk,
pol pp, dll)
9. Media massa yang menampilkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
10. Pengambil harta orang lain tidak sesuai syariat (pajak, bea, cukai, tarif, upeti, uang jago,
dll)
11. Orang-orang yang menyebarkan ajaran agama yang salah dan menyesatkan.

Untuk mengetahui apakah pekerjaan itu halal atau haram bisa dengan beberapa
cara:
1. Bertanya ke orang-orang yang mengerti agama dengan baik (ulama, ustadz, orang sholeh,
dsb)
2. Mencari tulisan di internet yang membahas profesi/pekerjaan tersebut secara benar dengan
dalil-dalil
3. Mendalami Al-qur'an dan Al-hadist beserta tafsir-tafsirnya atas suatu permasalahan
4. Bertanya dan meminta petunjuk Allah SWT melalui doa, sholat istikhoroh, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
https://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-pekerjaan/
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bekerja-dalam-islam

http://www.organisasi.org/1970/01/profesi-pekerjaan-yang-haram-hukumnya-dan-dilarang-
ajaran-agama-islam.html#.W7BwdC2B3aY

Anda mungkin juga menyukai