Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSALINAN KALA II (PENGELUARAN BAYI )
Kala II adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir .Proses ini biasanya berlangsung 2 Jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosi prsalina kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
dan kepala janinsudah tampak pada vulva.
Gejala Utama Kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit ,dengan durasi 50- 100 detik
2. Menjelang akhir kala I ,Ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keingina meneran
karena tertekannya fleksus frankenhouser
4. Dua kekuatan ,yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion ,berturut-
turut lahir ubun-ubun besar ,dahi,hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan di ikuti oleh putaran paksi luara,yaitu penyesuaian
kepala pada punggung.
6. Setelah putaran paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan berikut :
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian di
tarik curam kebawah untuk melahirkan sisa badan bayi.
b. Setelah kedua bahi bayi lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa sisa air ketuban
d. Lamanya kala II persalinan untuk primigarvida 50 menit dan multigravida 30
menit.

2
B. ASUHAN KALA II
Asuhan yang di berikan oleh bidan ,Asuhan yang berikan terbagi atas 2
yaitu:
1. Pemantauan Ibu
a) Kontraksi
His atau kontraksi harus selalu dipantau selama kala II Persalinan karena
selain dorongan meneran pasien, Kontraksi uterus merupakan kunci dari
proses persalinan .beberapa kriteris dalam pemantau kontraksi uterus pada
kala II :
1) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
2) Intensistas kontraksi kuat
3) Durasi lebih dari 40 detik
b) Tanda-tanda kala II
Bidan harus dapat mengidentifikasi keadaan pasien mengenai tanda –tanda
yang khas dari kala II sebagai patokan untuk melaksanakan asuhan
persalinan kala II yang tepat .
Beberapa kriteria pasien sudah dalam persalinan kala II :
1) Merasa ingin meneran dan biasanya sudah tidak bias menahannya
2) Perenium menonjol
3) Merasa seperti ingin buang air besar
4) Lubang vagina dan sfingter ani membuka
5) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (jika ketuban sudah pecah)
c) Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital pada pasien sangat perlu dilakukan dengan tujuan
untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyulit persalinan. Tekanan darah
diperiksa setiap 15 menit dengan waktu pemeriksaan diantara 2 kontraksi,
tanda vital lain seperti suhu, nadi, pernapasan diperiksa setiap jam.
d) Kandung Kemih
Pemantauan kandung kemih selama kala II persalinan merupakan lanjutan
dari pemantauan pada kala I persalinan. Selama kala I bidan harus berusaha
sedapat mungkin agar pasien dapat berkemih secara alamiah. Namun jika

3
ditemukan adanya distensi pada kandung kemih, bidan perlu
mempertimbangkan pemasangan kateter. Beberapa pertimbangan bidan
untuk melakukan pemasangan kateter pada kala II :
1) Ketidaknyamanan bagi pasien
2) Apakah kandung kemih memang perlu untuk dipasangkan
3) Peningkatan risiko infeksi kandung kemih akibat tindakan pemasangan
kateter
e) Hidrasi
Pemberian hidrasi pada kala II didasarkan pada perubahan fisiologis pada
pasien kala II yang mengalami peningkatan suhu sehingga akan
mengeluarkan lebih banyak keringat, kondisi kekurangan cairan akibat
berkeringat semakin meningkat sehingga pasien perlu mendapatkan suplai
energy berupa minuman.
f) Kemajuan Persalianan dan Upaya Meneran
Kriteria kemajuan persalinan hasil dari upaya mendorong pasien yang efektif
adalah :
1) Penonjolan perineum
2) Pembukaan anus
3) Mekanisme persalinan
4) Pada tahap selanjutnya semakin terlihatnya bagian terbawah janin dijalan
lahir
g) Integritas Perinuem
Dalam memantau perineum, bidan mengidentifikasi elastisitas perineum
beserta kondisi pasien serta TBJ (Taksiran Berat Janin) untuk membuat
keputusan dilakukannya episiotomy.
h) Kebutuhan dan Jenis Episiotomi
Indikasi utama untuk melakukan episiotomy adalah gawat janin, diharapkan
dengan memperluas jalan lahir akan dapat mempercepat proses kelahiran
sehingga tindakan resusitasi pada bayi dapat segera dilakukan.
Beberapa pertimbangan mengenai keputusan untuk melakukan
episiotomy adalah sebagai berikut :

4
1) Apakah lebih baik dilakukan episiotomy atau membiarkan perineum
robek jika kelahiran dengan perineum, perineum utuh tidak
memungkinkan.
2) Kebutuhan tehadap ruang untuk melakukan intervensi dan manipulasi
yang diperlukan, pertimbangan ini terjadi pada kasus malpresentasi dan
malposisi janin.
3) Ukuran bayi atau TBJ lebih dari 4000 gram.

i) Melahirkan kepala
Bimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan
diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada
perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan
melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu,
sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk
membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
j) Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas
cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar
lepaskan melewati kepala bayi.
k) Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali
pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan
kepala bayi.
Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan
beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan
tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang
punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat
kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk
melahirkan bahu posterior bayi.

5
l) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin
bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan
keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan
lahir.
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).Setelah seluruh badan bayi
lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi
menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut
ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu
pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.
m) Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali
pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong
tali pusat diantara kedua klem.

2. Pemantauan Janin
1) Saat bayi belum lahir
a. Frekuensi DJJ
Aspek pemantauan frekuensi DJJ adalah satu-satunya indikator yang
menunjukkan kesejahteraan janin dalam uterus. DJJ diperiksa setiap30
menit dan hasilnya dituliskan dalam partograf.
b. Bagian terendah janin
Bidan sangat perlu untuk melakukan pemantaun terhadap bagian terendah
janin, hal ini berkaitan dengan posisi ubun-ubun kecil dengan presentasi

6
kepala, letak muka, atau ubun-ubun besar yang mengindikasikan
kemungkinan akan ada kesulitan dalam proses kelahiran kepala.
c. Penurunan bagian terendah janin
Pemantauan ini berkaitan dengan proses kemajuan persalinan mulai dari
penurunan sampai dengan lahirnya kepala.
2) Saat Bayi Sudah Lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai
kesejahteraan bayi scara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan
tangis bayi. Jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis
spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa bayi dalam
kondisi baik.

C. KEBUTUHAN IBU DALAM KALA II


1. Pendampingan terus – menerus
2. Bebas dari pajanan dan kemungkinan terkontaminasi kuman penyebab
infeksi
3. Support dari keluarga
4. Bimbingan cara meneran , sebaiknya bukan instruksi
5. Hidrasi
6. Privasi
7. Suhu ruangan yang tidak terlalu panas
8. Informasi yang mendukung kepastian mengenai perjalanan persalinannya.
9. Dukungan dan penghargaan dari penolong persalinan
10. Penjelasan dan permintaan persetujuan dari penolong persalinan terhadap
tindakan apapun yang dilakukan terhadap dirinya.

Anda mungkin juga menyukai