Anda di halaman 1dari 20

Asuhan kala II

Dhara Prapita Sari


Ira Septianingsih
Muzayyanah Ramadani
Nailah Mazaya
Nurwendah Tantikawati
Susana Elfika

KONSEP ASUHAN SAYANG IBU

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang aman


Asuhan sayang ibu membantu pasien merasa
nyaman dan aman selama proses persalinan
Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses alamiah
Asuhan sayang ibu berpusat pada pasien dan
bukan pada petugas kesehatan
Asuhan sayang ibu menjamin bahwa pasien
dan keluarganya diberitahu tentang apa yang
sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan

Asuhan Sayang Ibu pada


Kala II
Upaya penerapan asuhan
sayang ibu selama proses
persalinan meliputi kegiatan:
Memanggil ibu sesuai nama
panggilan sehingga akan ada
perasaan dekat dengan bidan.
Meminta ijin dan menjelaskan
prosedur tindakan yang akan
dilakukan bidan dalam
pemberian asuhan.

Lanjutan
Bidan memberikan penjelasan
tentang gambaran proses
persalinan yang akan dihadapi ibu
dan keluarga.
Memberikan informasi dan
menjawab pertanyaan dari ibu
dan keluarga sehubungan dengan
proses persalinan.
Mendengarkan dan menanggapi
keluhan ibu dan keluarga selama
proses persalinan.

ASUHAN SAYANG IBU PADA MASA PASCA


PERSALINAN
Anjurkan ibu untuk selalu
berdekatan dengan bayinya (rawat
gabung).
Bantu ibu untuk mulai
membiasakan menyusui dan
anjurkan pemberian ASI sesuai
permintaan.
Ajarkan kepada ibu dan keluarganya
mengenai nutrisi dan istirahat yang
cukup setelah melahirkan.

Lanjutan
Anjurkan suami dan anggota keluarga
untuk memeluk bayi dan mensyukuri
kelahiran bayi
Ajarkan kepada ibu dan anggota
keluarganya tentang bahaya dan tanda
tanda bahaya yang dapat diamati dan
anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika terdapat masalah atau
kekhawatiran.

GEJALA UTAMA KALA II


HIS semakin kuat dengan interval 2-3 menit
dengan durasi 50-100 detik
Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan meneran karena
tertekannya fleksus frankenhouser
Terjadi tekanan pada anus
Perineum terlihat menonjol
Vulva mulai terbuka

Dua kekuatan, yaitu His dan


meneran akan mendorong kepala
bayi sehingga kepala membuka
pintu; suboksiput bertindak sebagai
hipomochlion, berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung dan
muka, serta kepala seluruhnya
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti
oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.

Setelah putaran paksi luar berlangsung,


maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan berikut:
Pegang kepala dengan tulang oksiput
dan bagian bawah dagu, kemudian
ditarik curam kebawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam
keatas untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak
dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
Lamanya kala II untuk primigravida 50
menit dan multigravida 30 menit

PEMANTAUAN IBU
1. Kontraksi
Beberapa kriteria dalam pemantauan kontraksi uterus pada
kala II:
a) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
b) Intensitas kontraksi kuat
c) Durasi lebih dari 40 detik

2. Tanda-tanda kala II
a) Merasa ingin meneran dan biasanya sudah tidak
bisa menahannya
b) Perineum menonjol
c) Tekanan pada anus sehingga merasa seperti ingin
buang air besar
d) Lubang vagina membuka
e) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (jika
ketuban sudah pecah)

3. Tanda Vital
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
mendeteksi kemungkinan adanya penyulit
persalinan. Periksa nadi dan tekanan darah setiap
30 menit.
4. Kandung Kemih
Pemantauan kandung kemih selama kala II
persalinan merupakan lanjutan dari
pemantauan pada kala I persalinan. Jika
ditemukan adanya distensi pada kandung
kemih, bidan perlu mempertimbangkan
untuk melakukan pemasangan kateter.

5. Hidrasi
Pemberian hidrasi pada kala II didasarkan pada perubahan
fisiologi pada pasien kala II yang mengalami peningkatan
suhu sehingga akan mengeluarkan lebih banyak keringat.
Keadaan ini semakin bertambah jika ruangan tidak dilengkapi
dengan pendingin ruangan. Kondisi kekurangan cairan akibat
berkeringat semakin meningkat pada primigravida karena
lama kala II lebih panjang dari pada multigravida
6. Kemajuan persalinan dan upaya meneran
Kriteria kemajuan persalinan sebagai berikut:
a. penonjolan perineum
b. pembukaan anus
c. mekanisme persalinan
d. pada tahap selanjutnya semakin terlihatnya
bagian
terbawah janin di jalan lahir

7. Integritas Perineum
Dalam memantau perineum, bidan
mengidentifikasi elastisitas perineum
beserta kondisi pasien serta TBJ (Taksiran
Berat Janin) untuk membuat keputusan
dilakukannya episiotomi.
8. Indikasi utama
melakukan episiotomy adalah adanya
gawat janin, diharapkan dengan
memperluas jalan lahir akan dapat
mempercepat proses kelahiran sehingga
tindakan resusitasi pada bayi dapat
segera dilakukan

Lanjutan...
Beberapa pertimbangan mengenai
keputusan untuk melakukan episotomi
adalah sebaga berikut
Keyakinan bidan mengenai, apakah lebih
baik dilakukan episiotomy atau
memperbaiki perineum robek jika
kelahiran dengan perineum utuh tidak
memungkinkan.
Kebutuhan terhadap ruang untuk
melakukan intervensi dan manipulasi yang
diperlukan, pertimbangan ini terjadi pada
kasus malpresentasi dan malposisi janin.

Ukuran bayi dipertimbangkan untuk


dilakukan episiotomy; biasanya
episiotomy dilakukan jika bayi
premature, TBJ kecil atau pada TBJ
lebih dari 4000gram.
Pengendalian diri pasien. Jika pasien
dapat mengendalikan diri dengan baik
dan dapat melaksanakan intruksi bidan
mengenai teknik meneran yang benar,
bidan dapat mempertimbangkan
,untuk tidak melakukan episiotomi

PEMANTAUAN JANIN
1. Saat Bayi Belum Lahir
a. Frekuensi denyut jantung janin
Aspek yang dipantau pada janin sebelum lahir adalah
frekuensi denyut jantung janin, karena inilah satu-satunya
indikator yang menunjukkan kesejahteraan janin dalam
uterus. Denyut jantung janin diperiksa setiap 15 menit
atau lebih sering dilakukan dengan makin dekatnya
kelahiran.
b. Bagian terendah janin
Bidan sangat perlu untuk melakukan pemantauan
terhadap bagian terendah janin, hal ini berkaitan dengan
posisi ubun-ubun kecil jika janin dengan presentasi kepala,
letak muka, atau ubun-ubun besar yang mengindikasikan
kemungkinan aka nada kesulitan dalam proses kelahiran
kepala. Pemantauan molase harus dilakukan untuk menilai
apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan
lahir berlangsung baik.

Lanjutan...
c. Penurunan bagian terendah janin
Pemantauan ini berkaitan dengan
proses kemajuan persalinan mulai dari
penurunan sampai dengan lahirnya
kepala. Penurunan kepala yang
lambat disertai dengan frekuensi
denyut jantung janin abnormal yang
mengindikasikan adanya lilitan tali
pusat (jika kondisi ini belum
teridentifikasi melalui pemeriksaan
USG pada kunjungan kehamilan).

2. Saat bayi sudah lahir


Penilaian keadaan umum bayi dinilai satu
menit setelah lahir dengan menggunakan
nilai APGAR ( Hassan, rumpeno 2007;
h.1076). Atas dasar pengalaman klinis,
asfiksia neonatorium dapat dibagi dalam :
Vigorous baby. Skor APGAR 7-10, dalam
hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
Mild- moderate asphyxia (afiksia sedang).
Skor APGAR 4-6
Asfiksia berat dengan skor APGAR 0-3

Skala APGAR
Aspek
pengamatan
bayi baru
lahir
A

Appeareance
(Warna kulit)

Pulse
(Nadi)

Grimance
(reaksi
rangsangan)

Activity
(kontraksi
otot)

Respiratory
(Pernafasan)

Skor
0

Pucat
Denyut
jantung tidak
ada
Tidak ada
respon
terhadap
stimulasi
Tidak ada
gerakan

1
Badan merah,
ekstremitas
kebiruan
Denyut jantung
<100 kali
permenit

Seluruh tubuh
kemerahan
Denyut jantung
>100 kali
permenit

Gerakan sedikit

Bersin atau
batuk

Lengan dan kaki


dalam posisi
fleksi dengan
sedikit gerakan

Bergerak aktif
dan spontan

Menangis kuat,
Lemah atau tidak
pernapasan
Tidak bernafas
teratur
baik dan

Nilai

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai