Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERATING PROCEDURE

Doc. No. : ATS-SOP-300


PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN Rev. No :0
Review Date : 25-Apr-2022
PENILAIAN RESIKO (IBPR/HIRAC) Next Review Date : 24-Apr-2022
Page : 1/5

PT. ADARO TIRTA SARANA


PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO (IBPR)

Effective date : 26 April 2022


Di Buat Oleh Di Periksa Oleh Di Setujui Oleh

Operational Team HSE P. J. O

Revisi Tanggal Keterangan


0 22 Apr 2022 Dokumen baru
STANDAR OPERATING PROCEDURE
Doc. No. : ATS-SOP-300
PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN Rev. No :0
Review Date : 25-Apr-2022
PENILAIAN RESIKO (IBPR/HIRAC) Next Review Date : 24-Apr-2022
Page : 2/5

1. Tujuan
1.1 Memberikan panduan yang terstruktur kepada PIC (Person In Charge) dalam mengidentifikasi semua
bahaya, menilai tingkat risiko dan menentukan langkah pengendalian risiko yang ada di lokasi kerja
agar kecelakaan dapat dihindari.

1.2 Memastikan bahwa terdapat prosedur tentang kegiatan identifikasi semua bahaya, menilai risiko dan
pengendalian risiko sehingga semua sumber daya Perusahaan dapat terlindungi.

2. Ruang Lingkup
2.1 Meliputi semua area kerja PT. Adaro Tirta Sarana.
2.2 Prosedur ini dimulai dari pengidentifikasian semua bahaya, penilaian tingkat risiko, dan pemilihan
langkah pengendalian risiko dari bahaya yang ada di lokasi kerja PT. Adaro Tirta Sarana.
2.3 SOP ini ditunjukan untuk seluruh karyawan PT. Adaro Tirta Sarana.

3. Referensi
3.1 ISO 9001 : 5.1, 5.2, 6.4
3.2 ISO 14001 : 4.3.1
3.3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 1827 K 30 MEM 2018
3.4 Kepdirjen Minerba No.185.K/37.04/DJB/2019

4. Definisi

a. Bahaya adalah semua hal yang mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kerugian terhadap
manusia, asset Perusahaan, lingkungan dan/atau pihak lainnya. Sumber bahaya dapat berasal dari;

b. Risiko adalah bertemunya peluang/kemungkinan dengan dampak/konsekwensi yang


mengakibatkan timbulnya/munculnya tingkat/derajat kerugian misalnya; kematian, luka, penyakit
dan/atau biaya.

Hazard identification and Risk Assessment adalah proses yang digunakan untuk melakukan
identifikasi bahaya dan menilai dari bahaya tersebut serta menentukan pengendalian risiko yang
digunakan di seluruh lokasi kerja PT. Adaro Tirta Sarana
STANDAR OPERATING PROCEDURE
Doc. No. : ATS-SOP-300
PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN Rev. No :0
Review Date : 25-Apr-2022
PENILAIAN RESIKO (IBPR/HIRAC) Next Review Date : 24-Apr-2022
Page : 3/5

5. Prosedur Dan Alur Proses


PROSEDUR PIC
1. Menetapkan aktivitas yang akan dinilai risiko HSE
Supervisor menetapkan aktivitas yang akan dinilai resikonya dengan melakukan Supervisor
komunikasi dan konsultasi dengan pihak internal maupun eksternal dan para pemangku PJO
kepentingan.

2. Mengidentifikasi risiko HSE


Supervisor mengidentiikasi resiko HSE dengan melakukan penetapan resiko-resiko internal Supervisor
maupun eksternal dengan factor konteks resiko sebagai berikut : PJO
Faktor internal :
a. Kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin
b. Perubahan-perubahan pada organisasi, lingkungan kerja, kegiatan atau bahan
c. Modifikasi pada system manajemen keselamatan pertambangan, termasuk
perubahan-perubahan sementara, serta dampak pada operasi, proses dan kegiatan
d. Fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yan gbaru diperkenalkan, serta
kegiatan dan instalasi di dalam lokasi kerja
e. Kondisi normal dan abnormal dan/atau kondisi proses serta potensi insiden dan
keadaandarurat selama siklus pemakaian produk
f. Ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya, stnadar dan/atau prosedur
keselamatan pertambangan yang ada, atau ketidakpatuhan terhadap tindak lanjut
rekomendasi insiden
g. Factor personal pekerja
h. Desain area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja
termasuk kemampuan adaptasi manusia
i. System dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi serta
peralatan pertambangan
j. Pengamanan instalasi
k. Kelayakan sarana, prasarana, instalasi serta peralatan pertambangan
l. Kompetensi tenaga teknik
m. Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan

Faktor eksternal :

a. Budaya, politik, hokum, keuangan, teknologi,ekonomi, alam dan lingkungan yang


kompetitif secara local, nasional, regional, dan internasional
b. Pendorong utama dan perkembangan isu yan gberdampak signifikan terhadap tujuan
organisasi
c. Persepsi dan nilai-nilai dari para pemangku kepentingan eksternal
d. Kegiatan semua orang yang memiliki akses ke tempat kerja, termasuk yang dilakukan
oleh pemegang IUP/PKP2B dan para tamu
e. Fasilitas yang bari dibangun, peralatan atau proses yang baru diperkenalkan, serta
kegaitan dan instalasi pemegang IUP/PKP2B diluar lokasi kerja
f. Bahaya-bahaya terindentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan orang di tempat kerja yang berada dalam
kendali pemegang IUP/PKP2B
g. Insfrastruktur, peralatan, dan bahan-bahan di tempat kerja yang disediakan oleh pihak
lain
STANDAR OPERATING PROCEDURE
Doc. No. : ATS-SOP-300
PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN Rev. No :0
Review Date : 25-Apr-2022
PENILAIAN RESIKO (IBPR/HIRAC) Next Review Date : 24-Apr-2022
Page : 4/5

h. Kewajiban hokum yan gberkaitan dengan indentifikasi bahaya dan penilaian resiko
serta pengendalian yang diperlukan

3. Melakukan analisa risiko HSE


Supervisor melakukan analisa resiko dampak apa yang diberikan dari resiko yang telah Supervisor
diidentifikasi. PJO

4. Melakukan evaluasi risiko HSE


Supervisor melakukan evaluasi / penilaianan resiko melalui proses evaluasi resiko untuk Supervisor
menentukan resiko dapat diterima atau tidak dengan metodologi : PJO
a. Memperhatikan ruan glingkup, sifat dan waktu untuk memastikan metode yan
gdigunakan bersifat proaktif
b. Menyediakan cara melkukan indentifikasi bahaya, penentuan nilai resiko, penentuan
resiko, penentuan pengendalian yang sesuai dan pendokemtasiannya
c. Dan juga mengacu pada matriks resiko.
MATRIX RESIKO
Risk Matrix Tingkat Kemungkinan/Frekuensi
5 5 10 15 20 25 Level-5 Sangat sering terjadi
4 4 8 12 16 20 Level-4 Sering terjadi
3 3 6 9 12 15 F Level-3 Mungkin terjadi / terjadi di perusahaan lain
2 2 4 6 8 10 Level-2 Sangat jarang terjadi / hanya terjadi sekali
1 1 2 3 4 5 Level-1 Tidak pernah terjadi di perusahaan
FxS 1 2 3 4 5 Tingkat Resiko Keterangan
Tidak diperlukan pengendalian tambahan hanya
S FxS Low 1-5 pemantauan untuk memastikan pengendalian yang ada
dijalankan
Kondisi :
R : Rutin (dikerjakan minimal setiap hari) Pekerjaan dapat dilakukan tindakan pengendalian segera
Medium 6-11
NR : Non Rutin (dikerjakan tidak setiap hari) dilakukan untuk menurunkan tingkat resiko
N : Normal (kondisi dengan sesuai standard)
AB : Abnormal (kondisi tidak sesuai dengan standard)
Pekerjan tidak boleh dilakukan sampai tingkat resiko
E : Emergency (waktu dan kondisi tidak dapat ditentukan) High 12-25
diturunkan

Tingkat Keparahan / Severity


Keselamatan

5. Membuat pengendalian risiko HSE yang telah diindentifikasi dan analisa


Dapat menyebabkan cidera ringan yang tidak mempengaruhi kinerja atau menyebabkan ketidak kemampuan dalam bekerja
Contoh : Kecelakaan yang menimbulkan Firts Aid dan Medical Treatment yang tidak menimbulkan kehilangan hari kerja
Supervisor
Adapun langkah-langkah pengendalian terhadap resiko adalah dengan mengikuti hierarki PJO
Kesehatan
pengendalian resiko
Dapat sebagai
menyebabkan berikut
dampak kesehatan ringan yang tidak mempengaruhi kinerja atau menyebabakan ketidak kemampuan dalam bekerja
a. Rekayasa, seperti
Contoh eliminasi,
: terkena debu subtitusi,
tanpa menyebabkan iritasi, suhu dan isolasi
panas yang dapat menyebabkan dehidrasi, suhu dingin yang menyebabkan hypotermia,
potensi kebisingan, getaran, dan pencahayaan yang masih dibawah NAB, dll
b. Administrasi,
1 (Sangat Rendah)
Lingkungan seperti rambu peringatan, pemilihan pekerja, rotasi pekerja atau jadwal
kerja, pembatasan jam kerja, serta pemilihan perusahaan jasa pertambngan
Dapat menyebabkan dampak lingkungan ringan dan atau cakupan area dampak masih pada group kerja
c. Praktik kerja, seperti
Contoh : Ceceran prosedur
Hidrokarbon kerja
di area kerja, pencemaranbakuudara(standard operating
akibat penggunan kendaraan bermotorprocedure),
dan genset di bawah intruksi
NAB, dll

kerja (work Asset instructure) dan pelatihan (training)

d. Alat pelindung diri


Krugian material sangat kecil dengan kerugian kurang < US$ 100

Keselamatan
6. MenetapkanDapat
tambahan perlakuan risiko HSE
menyebabkan cidera yang dapat menimbulkan hilang dibawah 20 hari kerja
Supervisor setelah melakukan
Contoh : Kecelakaan penilaian
dan keracunan kemudian
yang membutuhkan proses 5-20 harimenetapkan tambahan perlakuan resiko
untuk pulih kembali bekerja
Supervisor
HSEnya. Dimana perlu dilakukan berdasarkan poin-poin berikut :
Kesehatan
PJO
 Pertemuan Dapat menyebabkan dampak penyakit akibat kerja yang menimbulkan hilang dibawah 20 hari kerja
K3LH makanan ringan, iritasi kulit dan mata, infeksi saluran pernafasan ringan, gejala pada otot, urat dan persendian ringan,
Contoh : Keracunan
 2 (Rendah)
Tujuan, Sasaran, Program
dehidrasi ringan, dll
Lingkungan
 Pengendalian APD
 Pertemuan
Dapat menyebabkan dampak lingkungan ringan dan cakjupan area dampak sudah diluar group kerja
K3LHHidrokarbon ke tanah di area tambang , ceceran hidrokarbon ke air di air sump dan tambang, pengurangan SDA yang ringan, dll
Contoh : Ceceran

Asset

Kerugian material sedang US$ 100 < US 1000

Keselamatan
Dapat menyebabkan cidera yang dapat menimbulkan hilang lebih dari 21 hari kerja dan atau menimbulkan cacat permanen
Contoh : retak tengkorak kepala, retak tulang pada bagian tubuh, persendian lepas dan kehilnagan anggota tubuh permanen dan kecelakaan yang
membutuhkan proses lebih dari 21 hari untuk pulih kembali bekerja
STANDAR OPERATING PROCEDURE
Doc. No. : ATS-SOP-300
PROSEDUR INDENTIFIKASI BAHAYA DAN Rev. No :0
Review Date : 25-Apr-2022
PENILAIAN RESIKO (IBPR/HIRAC) Next Review Date : 24-Apr-2022
Page : 5/5

7. Memprediksi risiko residual terhadap model tambahan perlakukan risiko HSE Supervisor
Supervisor memprediksi resiko residual terhadap model tambahan perlakukan resiko. PJO

8. Meminta persetujuan
Supervisor meminta persetujuan PJO untuk hasil identifikasi dan penilaian resiko dari Supervisor
setiap aktivitas pekerjaan yang dilakukan. PJO

9. Melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap risiko HSE Supervisor


Supervisor melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap hasil identifikasi dan PJO
penilaian resiko yang telah di kendalikan beserta dengan pengendalian tambahannya,
melakukan komunikasi dari hasil pemantauan dan peninjauan resiko HSE, dan melakukan
secara berkala atau apabila
a. Terjadi kecelakaan
b. Kejadian berbahaya
c. Terjad kejadian akibat penyakit tenaga kerja
d. Terjadi penyakit akibat kerja
e. Terjadi perubahan peralatan, instalasi, dan/atau proses serta kegiatan baru pemegang
IUP/PKP2B

Anda mungkin juga menyukai