Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (ALL)

DI SUSUN OLEH :
DISKA PUTRI LETYSIA
071222020

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2023
KONSEP LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (ALL)

A. Definisi
Akut Lymphoblastic Leukemia (ALL) merupakan jenis kanker yang sering terjadi
pada anak (Tomlinson & Kline, 2010). Tanda dan gejala yang timbul berhubungan
dengan infiltrasi sumsum tulang dan organ lain yang terkena sebagai dampak proliferasi
sel limfoblastik adalah anemia yang menyebabkan pucat, kelelahan, takikardi, dispnea,
kadang-kadang disertai gagal jantung kongestif; neutropenia yang merupakan
penyebab demam, ulserasimukosa bukal, dan infeksi; trombositopenia penyebab dari
petekie, purpura dan perdarahan. (Price, S.A., 2016)
Leukemia Limfositik Akut (ALL) adalah suatu penyakit yang berakibat fatal,
dimana sel-sel yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah
menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum
tulang. ALL merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anakanak. Sekitar
85% dari semua tipe leukemia pada anak merupakan ALL. Leukemia jenis ini
merupakan 25% dari semua jenis kanker yang mengenai anak-anak di bawah umur 15
tahun. Paling sering terjadi pada anak usia antara 3- 10 tahun, tetapi kadang terjadi pada
usia dewasa dengan umur 30-50 tahun. (Price, S.A., 2016)

B. Etiologi
Secara umum, Leukemia Limfositik Akut (ALL) terjadi karena beberapa faktor berikut
(Yenni, 2020) :
1. Reaksi obat yang menambah produksi sel darah putih.
2. Merokok yang berlebihan
3. Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
4. Kelainan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan produksi sel darah putih.
5. Produksi sel darah putih tidak normal karena gangguan di sumsum tulang.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang sering dijumpai anak dengan leukemia adalah: demam,
pucat, perdarahan, letargi, malaise, anoreksia, nyeri tulang dan persendian. Pendarahan
di bawah kulit serta nyeri persendian merupakan tanda utama dari kegagalan sumsum
tulang. Pembesaran hati dan limpa juga dapat terjadi. Jika leukemia telah menyebar ke
susunan saraf pusat maka akan muncul keluhan sakit kepala, muntah, papilledema serta
gangguan saraf ke empat (ketidak mampuan menggerakan bola mata). Pembesaran
testis, supresi sumsum tulang dan spinal merupakan infiltrasi dari sel leukemia. (Yenni,
2020)

D. Patofisiologi
ALL dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia akut, kerusakan
mungkin pada tingkat sel punca limfopoetik atau prekursor limfoid yang lebih muda.
Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel normal, sehingga menjadi crowding
out phenomenon di sumsum tulang. Perkembangan yang cepat ini bukan disebabkan
oleh proliferasi yang lebih cepat daripada sel normal, tetapi sel- sel leukemia
menghasilkan faktor-faktor yang selain menghambat proliferasi dan diferensiasi sel
darah normal, juga mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah normal. Perubahan
genetik yang mengarah ke leukimia dapat mencakup (Hasyimzoem, 2018) :
1. Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan
proliferasi.
2. Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi,
3. Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal.
4. Hilangnya sinyal apoptosis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit lebih dari
100.000/mmk yaitu 166.000/mmk. Pemeriksaan X-foto thoraks menunjukkan adanya
corakan bronkovaskular yang meningkat. Pada pasien ALL dengan infiltrasi leukemik
ke paru-paru dapat menyebabkan adanya gambaran infiltrat mikroskopik. Hal in sering
dikaitkan dengan adanya hiperleukositosis. Dari hail analisa gas darah didapatkan Pa02
dan PCO2 yang menurun. Hal ini juga mendukung temuan laboratoris
adanya leukostasis. (Kosanke, 2019)

F. Pencegahan
Pencegahan leukositosis tergantung pada penyebabnya. Langkah-langkah pencegahan
tersebut mencakup (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020) :
• Menghindari hal-hal pemicu alergi.
• Menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah infeksi.
• Tidak mengonsumsi obat sembarangan, khususnya obat untuk peradangan
• Konsumsilah obat seshai instruksi dokter.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah – masalah
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan
lingkungan. (tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
1. Identitas Pasien
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15
tahun (85%), puncakya berada pada usia 2 - 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia)
dan kecenderungan terjadi perdarahan.
• Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang erpapar ole chemical toxins (benzene dan arsen),
infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan
obat-obatann seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi
maupun kemoterapi.
3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
• Kepala dan leher
• Pemeriksaan dada dan thorax
• Pemeriksaan abdomen
• Pemeriksaan genetalia
• Pembesaran pada testis : hematuria
• Pemeriksaan integument
• Pemeriksaan ekstermitas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin (D.0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D. 0077)
3. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin) (D. 0142)

C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Tujuan : Setelah Intervensi : (SIKI Hal. 345)
Efektif berhubungan dilakukan intervensi
dengan Penurunan keperawatan selama 1. Monitor panas,
konsentrasi 3x24 jam maka kemerahan, nyeri, atau
hemoglobin diharapkan perfusi bengkak pada
(D.0009) perifer meningkat . ekstremitas R/ Untuk
(SLKI Hal : 84) mengetahui panas,
Kriteria Hasil : Warna kemerahan, nyeri, atau
kulit pucat menurun bengkak pada
(warna kulit yang ekstremitas setiap
kembali ke keadaan menitnya
normal), Nyeri 2. Hindari pemasangan
ekstremitas menurun infus atau pengambilan
(skala nyeri menjadi darah di area
0), Akral membaik keterbatasan perfusi R/
(akral hangat Agar tidak menambah
kelembaban), Turgor tingkat keparahan pada
kulit membaik (dalam sirkulasi
waktu <1 dtk) 3. Lakukan pencegahan
infeksi R/ Agar nyeri
tidak semakin parah
4. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki) R/
Untuk mengurangi
resiko infeksi pada
kulit
2. Nyeri akut Tujuan : Setelah Intervensi : (SIKI Hal. 251 -
berhubungan dengan dilakukan intervensi 252)
agen pencedera keperawatan 3 x 24 1. Observasi tanda-tanda
fisiologis (D. 0077) jam maka tingkat vital : tekanan darah
nyeri menurun . nadi, pernafasan, suhu,
(SLKI Hal. 145) saturasi R/ mengetahui
kriteria hasil : keluhan perkembangan dan
nyeri menurun , skala menyakinkan
nyeri berkurang 1 (0- perkembangan data
10), meringis yang akurat.
menurun, gelisa 2. Monitor derajat dan
menghilang / kualitas nyeri (PQRST)
menurun, kesulitan R/ mengetahui tingkat
tidur menurun rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
3. Ajarkan teknik
manajemen nyeri non
farmakologi distraksi,
relaksasi, nafas dalam
R/ mengurangi rasa
nyeri.
4. Berikan posisi yang
nyaman R/ untuk
mengurang rasa nyeri.
5. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
kebutuhan pasien R/
memenuhi kebutuhan
pasien.
6. Anjurkan untuk cukup
istirahat R/
mempercepat proses
penyembuhan.
3. Resiko infeksi Tujuan : Setelah Intervensi : (SIKI Hal. 278)
ditandai dengan dilakukan intervensi 1. Monitor tanda dan
ketidakadekuatan keperawatan selama gejala infeksi dan
pertahanan tubuh 3x24 jam maka sistemik R/agar kita
sekunder (D. 0142) tingkat infeksi bisa mendeteksi resiko
menurun . (SLKI Hal. infeksi lebih awal
139) Kriteria Hasil : 2. Batasi jumlah
Nafsu makan pengunjung R/agar
meningkat menjadi tidak mudah terjangkit
setengah porsi, Nyeri virus bakteri yang
menurun skala 2, dibawa oleh
Kadar sel darah putih pengunjung
membaik menjadi 3. Ajarkan meningkatkan
7.000 sel/µL asupan nutrisi R/
mempertahankan
nutrisi pasien yang
adekuat
4. Anjurkan
meningkatkan asuhan
keperawatan cairan
R/agar terpenuhinya
kebutuhan cairan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hasyimzoem, N. (2018). Acute Limphoblastic Leukemia in Adult With Multiple


Lymphadenophaty. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 02(1), 01.
Kosanke, R. M. (2019). Pengaruh Madu Terhadap Mukositis Akibat Kemoterapi Leukimia
ALL pada Anak. 7–27.
Price, S.A., dan L. M. W. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. In Balai
Penerbit FKUI (Ed.), Buku Kedokteran EGC (6th ed., Vol. 2, Issue 5, pp. 156–158).
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Leukimia Akut. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3),
248–253.
tim pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Yenni, . (2020). Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan Leukemia Limfoblastik Akut. Jurnal
Biomedik (Jbm), 6(1), 1–7. https://doi.org/10.35790/jbm.6.1.2014.4156

Anda mungkin juga menyukai