Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN CHIKUNGUNYA
KELOMPOK 3
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA USADA BALI 2017
Anggota Kelompok
 I Gusti Ngurah Putu Jaya Antara (C2116023)
 Dewa Ayu Made Mety Utami (C2116002)
 Pande Putu Ida Oktayani (C2116022)
 Ni Luh Listyani (C2116010)
 I Wayan Natarimbawa (C2116041)
 Yospia Wanimbo (C2116028)
 Rosalina Takimai (C2116027)
Definisi
 Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Virus
chikungunya yang menginfeksi manusia yang dapat menimbulkan gejala
demam disertai nyeri tulang dan persendian. Nama chikungunya ini berasal
dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”,
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(arthralgia)
 Chikungunya mirip dengan Dengue hemorrhagic fever dimana timbul panas
yang disertai arthritis (radang sendi) yang terjadi pertama pada pergelangan
tangan, lutut, pergelangan kaki dan sendi kecil pada ekstremitas yang
berlangsung selama beberapa hari sampai bulanan.
Etiologi
 Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh
virus Chikungunya (CHIKV) yang termasuk
keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
 Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-
borne yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes sp yang
terinfeksi. Transmisi melalui darah mungkin bisa
terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan.
Gejala Klinis
 Demam
 Sakit persendian
 Nyeri otot
 Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
 Sakit kepala
 Kejang dan penurunan kesadaran
 Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Komplikasi

 Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi


berat, ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia.
Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi meskipun
jarang berupa gangguan perdarahan, komplikasi
neurologis, pneumonia dan gagal nafas
Patofisiologi
 Masainkubasi 3-5hari. Pada saat virus masuk ke dalam sel secara
endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulum
endoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sintesis DNA dan
sistesis RNA virus sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjadi
proses sintesis protein virus. Setelah masa inkubasi tersebut virion
matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang,limfa dan sel
kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel membrane maka
virus beredar dalam darah.
 Dapat menyebabkan peradangan hati ->bilirubin meningkat -> ikterik
Patofisiologi

 Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap
persendian(poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan
kaki dan tangan, serta sendi-sendi tulang punggung -> bungkuk
 Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian
kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada
dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa
nyeri pada bagian belakang bola mata. Meskipun gejala penyakit itu
bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya),
tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-
minggu bahkan berbulan-bulan.
Penatalaksanaan
Tatalaksana Periode Akut
Rawat jalan
Pasien stabil, demam dan nyeri dapat diatasi dengan PCT, makan minum baik, volume
cairan seimbang
Sarana kesehatan primer
Dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat lekosit dan trombosit. Pengobatan lain
merupakan simptomatis dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit
dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik.
Sarana kesehatan sekunder
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi IgM ELISA. Sebagai alternative dapat
diperiksa IgG diikuti dengan pemeriksaan sampel kedua dengan jarak 2-4 minggu.
Tanda gagal ginjal harus diperhatikan (jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium),
fungsi hati (transaminase dan bilirubi), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan
trombositopenia.
Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan bila dicurigai terdapat meningitis.
Dapat digunakan sistem scoring CURB 65 untuk penentuan perlu tidaknya rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
Tatalaksana Periode Akut
 Sarana kesehatan tersier
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan genetic
sesegera mungkin bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan kemungkinan
penyakit rematik lain seperti rematoid arthritis, gout, demam rematik
pada kasus-kasus yang tidak biasa. Pasien dengan mioperikarditis atau
meningoensefalitis mungkin membutuhkan perawatan intensif di ICU.
Pada kasus atralgia yang refrakter terhadap obat lain dapat digunakan
hidroksiklorokuin 200 mg per oral sekali sehari atau klorokuifosfat
300mg per oral tiap hari selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah
kecacatan dan direncanakan prosedur rehabilitasi.
Tatalaksana Fase Kronik
 Tatalaksana Masalah Osteoartikular
Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya membaik
dalam satu sampai dua minggu. Pada kurang dari 10% kasus, masalah
ini dapat berlangsung dalam beberapa bulan.
Proses imunologi pada kasus kronik dapat diberikan steroid jangka
pendek. Walaupun NSAID meringankan gejala pada sebagian besar
pasien harus diperhatikan juga efek samping pada ginjal,
gastrointestinal, jantung, dan sumsum tulang. Kompres dingin
dilaporkan dapat mengurangi keluhan sendi.
Tatalaksana Fase Kronik
 Tatalaksana Masalah Neurologis
Keluhan paling umum adalah neuropati perifer dengan komponen sensoris
dominan. Obat antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin)
dapat diberikan pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan
ocular selama fase akut pada kurang dari 0.5% kasus dapat
menyebabkan penurunan visus dan nyeri mata. Penurunan visus
karena uveitis atau retinitis dapat berespon terhadap steroid.
 Tatalaksana Masalah Dermatologi
Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah fase akut
terlewati. Namun apabila terjadi lesi psoriatic dan lesi atopic
diperlukan tatalaksana spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi popular
dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi luka persisten.
Pengobatan.
 Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin yang
berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan.
Pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan suppo rtif seperti
pemberian analgesik, antipiretik, anti inflamasi (Sudeep, A.B. and
Parashar, D. 2008).
 Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak
dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian
chloroquine phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya
kronis (Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007).
Pencegahan.
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau
dibatasi. Sasaran bagi PSN ini adalah semua tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya seperti:
 Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-
TPA).
 Tempat penampungan air alamiah.
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan
Chikungunya dapat dicegah atau dikurangi.
Diagnosa Keperawatan
 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi)
 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna
makanan, kurang asupan makanan
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang
sumber pengetahuan
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
Evaluasi
Merupakan tahap akhip dari proses asuhan keprawatan yang dimana pada
tahap evaluasi ini kita mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
Hasil tindakan keperawatan berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien seluruh tindakannya
harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai