Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Nur Khaliza Putri

Nim : 2213141004

Kelas : Pendidikan Tari /B

Dosen Pengampu : Apiek Gandamana, S. Pd, M. Pd

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TATABOGA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, untuk setiap
rahmat-Nya yang mengiringi kita sehingga dapat menyelesaikan tugas “Critical book
report” dengan baik dan tepat waktu.

Tulisan ini sebagai bagian dalam tugas mata kuliah Pendidikan Tari ini di
Universitas Negeri Medan. Tulisan ini berisikan tujuan penulisan buku, ringkasan
buku, dan komentar terhadap buku yaitu kelebihan dan kekurangan buku.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa/i calon


pendidik sebagai pedoman dalam membuat media sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar.

Medan, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..

DAFTAR ISI . ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A.Latar Belakang ...…

B.Tujuan Penulisan … ...

C.Manfaat Penulisan … ..

D.Identitas Buku …

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ...

A.Buku Utama … ...

B.Buku Pembanding I

BAB III PEMBAHASAN .......................................

A.Kelebihan Buku .

B.Kekurangan Buku ..

BAB IV PENUTUP ..

A.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA ...


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Critical Book Review sangat lah penting, karena bukan hanya sekedar laporan
atau tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih menitik beratkan pada
evaluasi (penjelasan, interprestasi & analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan
buku atau artikel tersebut dan apa yang menarik dari artikel tersebut, bagaimana isi
buku tersebut yang bias mempengaruhi cara berpikir & dan menambah pemahaman
terhadap suatu bidang kajian tersebut dan lebih kritis menanggapinya. Dengan kata
lain dengan Critical Book Review akan menguji pikiran pengarang atau penulis
berdasarkan sudut pandang, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

B.Tujuan Penulisan

Alasan dibuatnya CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan penyelesaian
tugas, khususnya mata kuliah Ilmu Kesejahteraan Keluarga, serta untuk menambah
wawasan yang luas akan pengetahuan khususnya di bagian kesejahteraan keluarga.
Meningkatkan daya kritis serta menguatkan materi Dasar .

C.Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah wawasan yang luas, khususnya tentang materi Psikologi


pendidikan

2. Penulis dapat lebih berpikir kritis lebih dari yang ia tahu.

3. Pembaca dapat mengetahui bahwa ada kekurangan dan kelebihandari buku


yang di kritisi oleh penulis

4. Untuk memenuhi tugas Critical Book Review Mata Kuliah Psikologi


pendidikan

5. Penulis mampu berfikir logis


D.Identitas Buku

Buku Utama (buku satu) Buku Pembanding I (buku kedua)

Judul Buku : PSIKOLOGI BELAJAR Judul Buku : PSIKOLOGI


Pengarang : Syarifan Nurjan, M.A. BELAJAR & MENGAJAR
Penerbit : WADE GROUP Pengarang : Eni Fariyatul Fahyuni, S.Psi,
M.Pd.I
Tahun Terbit : 2015
Dra. Istikomah, M.Ag
Tebal Buku : 244 Halaman
Penerbit : Kunci Sukses Guru dan
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia Peserta didik dalam Interaksi Edukatif
ISBN : 978-602-6802-30-9 Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 194 Halaman
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A.Buku Utama

BAB I

MOTIVASI BELAJAR

Definisi/Pengertian Motivasi Belajar

Secara etimologis kata motivasi berasal dati kata motiv yang artinya dorongan,
kehendak, alasan atau kemauan. Maka, Motivasi, adalah tenaga-tenaga (forces) yang
membangkitkan dan mengarahkan kelakuan individu. Motivasi bukanlah tingkah
laku, melainkan kondisi internal yang komplek, dan tidak dapat diamati secara
langsung, akan tetapi mempengaruhi tingkah laku. Penafsiran motivasi berdasakan
tingkah laku, baik yang verbal maupun non verbal. (Mahfudl , 1990)

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu. (Isbandi, 1994)

Motivasi dan Motif menurut Nur Hidayah, (2005) Motivasi adalah suatu proses
untuk menggerakkan motif menjadi perilaku/tindakan untuk memuaskan atau
mencapai tujuan. Sedangkan motif adalah setiap kondisi atau keadaan pada diri
seseorang yang siap untuk memulai atau melanjutkan seperangkat perilaku.

Menurut Sardiman (2007) Kata ”motif” diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern(kesiapsiagaan). Berawal dari kata ”motif” itu maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat tujuan sangat dirasakan mendesak.

Jenis-jenis Motivasi

Para ahli psikologi berusa mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan motif


yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan
menurut pendapatnya masing-masing. Oleh karena itu hingga saat ini terdapat
berbagai cara dalam mengklasifikasikan motif manusia. Ada yang
mengklasifikasikan motif berdasar pada reaksi seseorang terhadap stimulus yang
datang ada yang mendasarkan pada asalusul tingkahlaku , ada pula yang berdasarkan
pada tingkat kesadaran orang bertingkahlaku, disamping dasar-dasar lainnya.
Klasifikasi/jenis-jenis motivasi itu antara lain :

 Motivasi Primer dan Motivasi Sekunder

Pengklasifikasian motif menjadi motif primer dan motif sekunder didasarkan


pada latarbelakang perkembangan motif (Handoko, 1992) Suatu motif disebur
primer apabila dilatarbelakangi oleh proses fisio-kemis didalam tubuh, atau biasa
disebut motivasi dasar yang berupa:1) Kebutuhan fisiologis: lapar, haus, istirahat,
dsb. 2) Kebutuhan keamanan: terlindung, bebas dari kecemasan, dan motif primer
bersifat bawaan. Sedangkan motivasi sekunder adalah suatu motif yang tidak
langsung pada keadaan organisme individu. Motif sekunder ini sangat bergantung
pada pengalaman individu. Yang termasuk dalam motif sekunder adalah: 1)
Kebutuhan cinta clan kasih, rasa diterima clan clihargai dalam suatu kelompok.2)
Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri: pengembangan bakat, pembentukan
pribadi.

 Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik.

Motif Instrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang
dari luar. Dalam diri individu itu sendiri memang telah ada dorongan itu.
Seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Sedangkan motif
Ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar.
Misalnya seseorang melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan hadiah.

 Motif Tunggal dan Motif Bergabung

Berdasarkan banyaknya motif yang bekerja di belakang tingkahlaku manusia,


motif dapat kita bagi menjadi motif tunggal dan motif bergabung (Sastropoetro,
1986). Handoko (1992) menyebut motif bergabung ini sebagai motif
kompleks.Motif kegiatan-kegiatan kita bisa merupakan motif tunggal atau motif
bergabung. Misalnya, membaca surat kabar itu mungkin mempunnyai motif yang
umum seperti diuraikan di atas, mungkin pula bermotif lain misalnya membaca
artikel tertentu yang berhubungan dengan tugas ma kuliah.

 Motif Mendekat dan Motif Menjauh

Pengklasifikasian motif menjadi motif mendekat danmotif menjah didasarkan


pada reaksi organisme terhadap rangsang yang datang. Suatu motif disebut motif
mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus;
sedangkan motif menjauh terjadi bila respons terhadap stimulus yang datang
sifatnya menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang datang. Stimulus
yang menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif, sedangkan
stimulus yang menimbulkan respons menjauh disebut stilumus negatif. Respons
mendekat maupun menjauh ini bisa diperoleh dengan pengalaman maupun tanpa
pengalaman. Dengan kata lain, yang menimbulkan'' reaksi mendekat maupun
menjauh itu dapat berupa motif primer maupun'' motif sekunder.

 Motif Sadar dan Motif Tak Sadar

Pengklasifikasian motif menjadi motif sadar dan motif tidak sadar semata-mata
didasarkan pada taraf kesadaran manusia terhadap motif yang melatarbelakangi
tingkah lakunya (Handoko, 1992). Apabila ada orang yang bertingkah laku
tertentu, namun orang tersebut tidak bisa mengatakan alasannya, motif yang
menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya, jika
seseorang bertingkah laku tertentu dan mengerti alasannya berbuat demikian,
motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar. Dalam
kehidupan sehari-hari, ternyata tidak semua tingkah laku selalu disadari motifnya.

 Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis

Ditinjau dari sudut asalnya, motif pada diri manusia dapat digolongkan dalam
motif biogenetis dan motif yang sosiogenetis, yaitu motif yang berkembang pada
diri orang dan berasal dari organismenya sebagai makhluk biologis, motifmotif
yang berasal dari lingkungan kebudayaannya (Gerungan, 1987). Motif biogenetis
merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan organisme orang demi
kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini bercorak universal
dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tempat manusia berada dan
berkembang. Motif biogenetis ini adalah asli dalam diri orang, dan berkembang
dengan sendirinya Contoh motif biogenetis misalnya lapar, haus, kebutuhan akan
kegiatan dan istirahat, mengambil nafas, seks, buang air

Fungsi Motivasi

Ketika di siang bolong ada tukang becak dengan mengangkut penumpang yang
menggayuh becaknya dengan mantap, demi mencari makan untuk anak istrinya. Para
pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah dalam menghadapi olimpiade
sepak bola, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam
pertandingan yang akan dijalaninya. Para siswa/siswi yang mengurung dirinya demi
mengikuti ebtanas,supaya siswa/siswi tersebut bisa lulus ujian nasional. Anak kecil
yang degan gigih memberi warna pada gambar kucing kesayangannya, karena dia
merasa sangat mencintai kucingnya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
mereka itu adalah dilatarbelakangi sesuatu yang secara umum disebut dengan
motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka melakukan suatu
kegiatan/pekerjaan.

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an


essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada
motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sifat Motivasi Belajar

Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak
usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, la sudah rajin mencari bukubuku
untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu sendiri.

Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sebagal contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji
oleh orang tuanya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahi sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat
hadiah. Jadi, kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, motif itu
tidak secara langsung mengikuti dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh
karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya terdapat aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiata belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan be sar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen
lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.
B.Buku Kedua

BAB I

MOTIVASI BELAJAR

Definisi Motivasi

Motivasi merupakan adanya dorongan di dalam diri untuk melakukan sesuatu.


Motivasi diartikan secara berbeda oleh beberapa ahli. Menurut As'ad (1998: 25)
menyatakan motivasi adalah suatu pemberian motif atau hal yang diberikan motif.
Hal itu diberikan agar seseorang menjadi mempunyai motivasi. Menurut Mitchell
dalam Winardi (1992: 76) "motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela (volunteer) yang diarahkan ke tujuan tertentu."

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2005 : 73)
mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (2008 :
149) mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.

Menurut Santrock (2007), motivasi merupakan proses yang memberi semangat,


arah, dan kegigihan perilaku, artinya perilaku yang memiliki motivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Brophy (2004) mengatakan,
motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa
untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Seseorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Sardiman (2003) juga menambahkan bahwa dengan
adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik.

Definisi Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak
(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu,
membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan
keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha
berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku, artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar,
maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon


kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang
bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari
aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan
pelajaran yang disampaikan,membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan
menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa
juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin
tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Teori Motivasi Belajar

Teori motivasi dari Abraham Maslow (1987) merupakan aspek sentral dari
humanism, suatu perspektif yang sangat terkenal dalam psikologi selama tahun
1960an dan 1970an. Dengan berakar pada psikologi klinis dan psikologi konseling,
humanism berfokus pada bagaimana individu memperoleh emosi, sikap, nilai, dan
ketrampilan interpersonal. Teori-teori humanis lebih berakar pada filosofi
dibandingkan pada temuan-temuan penelitian.

Teori motivasi belajar yang sangat banyak dianut adalah teori kebutuhan Maslow.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan
psikis. Oleh kerena itu menurut teori ini, apabila seorang pendidik bermaksud
memotivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa
kebutuhankebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Maslow melihat motivasi dari
kebutuhan manusia.

Susunan kebutuhan secara hierarkis merupakan suatu penjelasan tentang


kebutuhan-kebutuhan individu yang dikemukakan oleh Maslow. Teori Maslow ini
akan banyak menolong karena teori tersebut menjelaskan mengapa beberapa
kebutuhan sangat dominan pada waktuwaktu tertentu atau pada suatu taraf
perkembangan tertentu. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi
bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan melawan
kekuatankekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Penerapan Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang
optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelegensi, dan bakat minat
(Rustam, 1988). Seorang anaka didik bukan tidak bias mengerjakan sesuatu, tetapi
ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap
pekerjaan itu. Motif yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat,
sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan. Menurut teori humanistic
dari Maslow (Kolesnik, 1970), motivasi seseorang berasal dari kebutuhannya,
sehingga orientasi manusia berorientasi pada pemuasan kebutuhan dan pencapaian
tujuan.

Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan


belajar mengajar dapat menciptakan kerjasama dengan siswa lain dan dapat
memperoleh informasi yang banyak. Hamalik (2012:57), menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, kemampuan pemahaman tentang peserta didik


secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak, kesehatan anak, lingkungan sosial dan kemampuan
orang tua murid merupakan siklus pemahaman yang harus dipahami guru dalam
meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini merupakan pertanda bahwa seseorang yang akan dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat oranglain belum tentu
menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya.
BAB III

PEMBAHASAN

A.Kelebihan Buku

• Pada akhir setiap bab penulis membuat latihan-latihan untuk mengulas


kembali dari pembahasan sebelumnya.

• Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang


sebenarnya.

• Isi buku memiliki banyak pengertian dari para-para pendapat

• Penulis banyak mneggunakan ilustrasi untuk mengajak pembaca lebih


memahami isi dari buku tersebut

• Di setiap Bab memiliki daftar pustaka.

• Cover buku tersebut menarik.

B.Kelemahan Buku

• Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kosa kata.

• Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah asing yang sulit untuk
dipahami

pembaca.

• Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasan selanjutnya.

• Kualitas kertas yang kurang bagus


BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan


diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan[1]. Studi mengenai proses pembelajaran, baik dari sudut pandang
kognitif maupun perilaku, mengijinkan ilmuwan untuk memahami perbedaan
individu dalam hal intelegensi, perkembangan kognitif, afek, motivasi, regulasi
diri, konsep diri, serta peranannya dalam proses belajar. Bidang psikologi
pendidikan banyak mengandalkan pengujian dan pengukuran dengan metode
kuantitatif, untuk meningkatkan aktivitas pendidikan seperti desain pemberian
instruks, manajemen kelas, dan asesmen, yang bertujuan untuk memfasilitasi
proses pembelajaran dalam berbagai setting pendidikan sepanjang hidup.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

Demikian dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki
dorongan motivasi orang tua untuk berhasil lebih besar dalam diri siswa itu.
Sebab ada kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi
mungkin akan gagal berprestasi karena kurang adanya motivasi dari orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjan, Syarifan. 2015. Psikologi Belajar. Ponorogo : Wade Group.

Eni, dkk. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sidoarjo : Kunci Sukses Guru dan
Peserta didik dalam Interaksi Edukatif.

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_pendidikan

https://www.kajianpustaka.com/2013/04/motivasi-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai