Anda di halaman 1dari 26

KASUS PEMBUNUHAN AKTIVIS INDONESIA, MUNIR SAID THALIB

PENGHILANGAN AKTIVIS INDONESIA SECARA PAKSA

(untuk mata pelajaran PPKN kelas XI MIPA 2)


TUGAS KELOMPOK

Disusun Oleh:
Aileen Calosa (03)
Alisya Suci Nur Wiyanti (04)
Dimas Amrizal (13)
Ridho Laksono (27)
Naufal Razan Ibrahim (31)
Siti Zalfa Nafisah (34)

(2022/2023)
SMA NEGERI 1 KARAWANG
Jl. Ahmad Yani No. 22 (0267) 402335 Fax : (0267) 417539 KARAWANG 41314
e-mail : smansa_karawang@yahoo.com website : www.sman1-krw.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya
kepada kita sekalian. Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmatnya kepada kita sekalian. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan tauladan kita, nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
pengikutnya dan mudah-mudahan kita termasuk sebagai pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Penulis Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai
semester 1 untuk mata pelajaran PPKN. Dalam penyusunan dan penulisan Makalah ini tidak
terlepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati
menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Putri Utami Ningrum. S. Pd. selaku guru mata pelajaran PPkn yang telah
membimbing kami selama mata pelajaran diselenggarakan.
2. Orang tua kami yang telah mendoakan dan membantu kami selama pengerjaan
Makalah ini.
3. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberi dorongan, semangat, kasih
sayang dan bantuan baik secara moral dan materi demi lancarnya penyusunan
Makalah ini.
4. Berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Dengan demikian, selesainya Makalah ini penulis dengan bangga dan mempersembahkannya
untuk orang-orang tersayang. Semoga ini semua bermanfaat khususnya bagi saya sendiri
selaku penulis dan umumnya bagi pembaca.

Karawang, 15 Agustus 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

2.1 Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 4

3.1 Tujuan ............................................................................................................................ 4

4.1 Manfaat .......................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5

2.1 Teori Dari Para Ahli................................................................................................................ 5

BAB III ANALISA MASALAH ........................................................................................... 10

3.1 Indikasi Ketidakjelasan Mengenai Kapan Waktu Pak Munir Diracun .......................... 10

3.2 Mastermind Atau Otak Pembunuh Munir Sebenarnya Bukanlah Pollycarcus ............. 12

3.3 Apakah Ada indikasi kesengajaan dalam tidak terpecahkannya kasus Kematian Munir

said Thalib? Adakah andil dari pihak tertentu yang bertujuan membungkam aktivis

Indonesia secara permanen? ............................................................................................... 13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 20

4.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 20

4.2 Saran ......................................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut HAM), merupakan suatu hasil
perjuangan yang sejak dahulu sampai sekarang terus diperjuangkan agar mendapat
tempat sebagaimana mestinya. Dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai istilah hak-hak
dasar manusia atau hak dan kewajiban dasar manusia, sedangkan dalam bahasa asing
dikenal dengan berbagai istilah, misalnya human rights (bahasa Inggris), droit de
I’homme (bahasa Perancis), dan menselijkerechten atau grondrechten (bahasa Belanda)
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia dari lahir dan Negara
mempunyai tanggung jawab untuk melindungi hak asasi setiap individu tersebut.
Belajar dari peristiwa di masa lalu, Indonesia mempunyai sejarah kelam mengenai
HAM yang sampai saat ini belum terselesaikan, sejak beralihnya rezim pada tahun 1998,
serangan terhadap para Pembela HAM tidak mengalami penurunan.
Salah satunya adalah kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM dan juga salah
satu tokoh pejuang HAM di Indonesia, yaitu Munir Said Thalib (selanjutnya disebut
Munir). Sosok pejuang yang terkenal dengan kegigihannya dalam memperjuangkan
HAM ini pada tanggal 7 September 2004 dinyatakan tewas diracun didalam pesawat
Garuda saat sedang melakukan perjalanan ke Singapura-Amsterdam untuk melanjutkan
studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht, Belanda.
Munir yang lahir di Malang, 8 Desember 1965 telah merintis karir pembelaan
hukum di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang dan Surabaya sebelum bergabung
dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di Jakarta. Sewaktu di
Surabaya, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menangani kasus
pembunuhan aktivis buruh perempuan yang banyak menarik perhatian masyarakat,
yakni kasus Marsinah. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras) yang didirikannya pada Maret 1998 telah menjadi model organisasi
nonpemerintah dalam penanganan kasus kekerasan negara.
Upaya ini sangat beresiko karena represivitas rezim di waktu itu. Berkat
kegigihannya menyebabkan organisasi itu mampu mengungkapkan penculikan aktivis
oleh Tim Mawar, Kopassus. Munir juga menangani berbagai kasus pelanggaran HAM

1
berat lainnya seperti kasus Tanjung Priok, Aceh, dan Talangsari Lampung. Munir yang
berada di garis terdepan dalam upaya pembelaan HAM di tanah air memperoleh
berbagai penghargaan dari dalam negeri (Yap Tiam Hien Award) dan luar negeri
(Swedia dan UNESCO). Sepak terjang Munir dalam memperjuangkan HAM di
Indonesia merupakan suatu keberanian yang tidak dimiliki oleh semua orang, sebagai
manusia tentu kita memiliki rasa takut, tapi apakah kita mampu mengatasi rasa takut
itu.
Keberangkatan yang juga menjadi awal petaka kematian Munir tersebut dihiasi
oleh kejadian-kejadian janggal di bandara. Menjelang Munir check in, kamera cctv mati
dan tidak ada adegan yang bisa digambar. Anehnya, kamera cctv mati waktu itu
mencapai 58 dari 60 kamera dan lainya sengaja dimatikan atau rekaman sengaja
dihapus. “Beberapa waktu sebelum keberangkatan Munir, Pollycarpus berkali-kali
menelpon ke rumah apa Munir jadi berangkat naik Garuda? Dan ketika saya bilang jadi
berangkat kemudian ia diam.” Ujar Suciwati, Istri Mendiang Munir.
Kecurigaan semakin terendus ketika pemimpin Kontras ini (Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan setelah berpisah dengan rombongan, bertemu
dengan seorang pilot yang berjabat tangan dan mengenalkan diri. Setelah take off,
penerbangan Garuda GA-974 meluncur ke udara menuju Amsterdam. Ditengah
perjalanan seorang pramugari menawarkan sajian kepada Munir. Dia memesan mie
goreng dan jus jeruk. Tak lama kemudian pesawat transit di Bandara Changi, Singapura.
Sesampainya disana, pollycarcus, pak Munir, dan ada lagi salah satu orang yang
ikut bersama mereka. Mereka bertiga sepakat untuk mampir dulu di café untuk
menunggu jadwal penerbangan selanjutnya menuju Belanda, waktu itu yang mentraktir
mereka adalah Pollycarpus. Kemudian ia memesan minuman Hot Chocolate sesuai
permintaan pak Munir. Selama duduk di café shop tersebut mereka bertiga asik
berbincang-bincang. Waktu cepat berlalu, hingga akhirnya jadwal untuk keberangkatan
ke Belanda sudah dekat. Mereka segera pergi keruang tunggu keberangkatan. Namun
anehnya, Pollycarpus yang awalnya mengaku ingin pergi ke Belanda. Pollycarpus justru
tidak masuk ke ruang tunggu dan dia tidak mengikuti penerbangan.
Pasca transit, pesawat kembali mengudara. Munir yang awalnya duduk di kelas
bisnis kembali ke kelas ekonomi. Dia mulai mutah dan berkali-kali keluar masuk toilet.
Seorang pramugari melaporkan pada kapten pesawat bahwa ada penumpang yang
sedang kesakitan. Lalu kapten menanyakan apakah ada penumpang yang bisa bantu.

2
Dan akhirnya ada seseorang yang mengaku dokter, memeriksa kondisi Munir dan
menyuntikkan injeksi untuk menyembuhkannya. 3 jam sebelum Amsterdam, Munir
menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pesawat.
Kematian Munir terasa memilukan, tim Investigasi menduga karena adanya zat
arsenik logam berat yang berada diatas tingkat kewajaran dan mematikan di dalam
tubuh Munir. Kemungkinan racun dibubuhkan melalui makanan dan minuman yang
diberikan kepada Munir. Ditambah lagi, racun arsenik itu akan tambah makin parah
kalau diberi injeksi dokter. Dibawah ini adalah kronologi lengkap kejadian setelah
Munir said Thalib meninggal dunia.
1) 7 September 2004
Munir tewas di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 Munir meninggal
dalam usia 39 tahun.
2) 12 September 2004
Jenazah Munir dimakamkan di Kota Batu, Jawa Timur
3) 11 November 2004
Institut Forensik Belanda (NFI): Munir tewas akibat racun arsenik.
4) 18 Maret 2005
Pollycarpus, Budi Haripriyanto seorang pilot maskapai Garuda Indonesia
sebagai tersangka pembunuh Munir dan ia pun ditahan dirumah tahanan
5) 4 April 2005
Polri tetapkan 2 kru Garuda Indonesia, Oedi Irianto dan Yeti Susmiarti yang
bekerja sebagai pramugari maskapai tersebut menjadi tersangka
6) 23 Juni 2005
Rekonstruksi kasus kematian Munir dilakukan secara tertutup
7) 9 Agustus 2005
Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana
8) 12 Desember 2005
Pengadilan negeri menjatuhi hukuman 14 tahun penjara
9) 3 Oktober 2006
MA menyatakan Pollycarpus tidak terbukti melakukan tindak pidana
pembunuhan berencana terhadap munir

3
2.1 Identifikasi Masalah
1. sudah diketahui bahwa penyebab kematian Pak Munir adalah racun arsenik yang
disebutkan akan bekerja dalam waktu tiga jam. Namun, ada indikasi
ketidakjelasan mengenai kapan waktu pak Munir diracun, apakah saat berada
didalam penerbangan Jakarta-Singapura atau saat transit di singapura?
2. Mastermind atau otak pembunuh Munir sebenarnya bukanlah Pollycarpus?
3. Apakah Ada indikasi kesengajaan dalam tidak terpecahkannya kasus Kematian
Munir said Thalib? Adakah andil dari pihak tertentu yang bertujuan
membungkam aktivis Indonesia secara permanen?

3.1 Tujuan
Untuk menggambarkan dan menganalisis perlindungan hukum bagi pembela
HAM Bapak Munir Said Thalib

4.1 Manfaat
Manfaat yang diberikan melalui Makalah ini adalah dari segi teoris dan praktis
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Segi Teoris
Untuk memperjelas pelanggaran HAM terhadap Munir dan bagaimana
seharusnya perlindungan hukum itu diberikan agar tercapai suatu keadilan yang
bermanfaat.
Segi Praktis
Kepada Pembela HAM, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
ataupun masuknya bagi para pembela HAM dalam kerja-kerja HAM yang dilakukan
mereka.
Kepada Masyarakat maupun pelajar, makalah ini digunakan oleh penulis dalam
penelitian hukum (legal research) yang dituliskan secara deskriptif dan perundang-
undangan baik nasional maupun internasional. Pendektan perundang-undangan
dilakukan dengan 12 menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori dari Para Ahli


Jika kita lihat dari kronologi yang terjadi, kasus ini tidak terlihat terlalu rumit.
Tapi, kalian harus tau beberapa teori-teori yang beredar di media mengenai dalang dari
kasus pembunuhan Munir saib Thalib, yang akan mengubah pandangan pembaca
mengenai kasus ini. Jadi ada beberapa teori yang beredar di Indonesia mengenai kasus
pak Munir, diantaranya:
1. Teori pertama, Teori pertama, teori conditio sine qua non apa yang menjadi
sebab dari suatu kejadian itu adalah beberapa sebab tertentu yang mempunyai
hubungan satu sama lain. Jadi sebab nya ada banyak. Dengan kata lain, ada
beberapa sebab yang satu sama lain tidak ada yang utama. tetapi semua itu
menyebabkan timbulnya akibat. Padahal menurut pandangan chairul teori
keseimbangan jauh lebih mudah membuktikan. Dalam prakteknya, yang lebih
mudah untuk membuktikan adalah teori adequat.
2. Teori kedua, Teori a de quat pada umumnya didasari cara berfikir yang
sederhana. Ada satu sebab yang terdekat saja, yaitu ada orang yang memasukkan
racun ke dalam minuman dan makanan Munir dalam penerbangan Jakarta-
Singapura. Jadi sebabnya hanya itu saja, ujarnya.
3. Teori ketiga, Teori Aposteriori berarti dari suatu akibat, dicari petunjuk untuk
menemukan sebab nya. Dalam pendapat berbeda tersebut, artidjo mengatakan
seharusnya pollycarpus diputus bersalah. Teori ini mirip dengan teori conditio
sine qua non.

Selain dari ketiga teori diatas, ada beberapa tanggapan dari pihak-pihak tertentu
yang beredar di masyarakat Indonesia setelah pembunuhan Munir yang kontrofersi.

Menurut mantan Deputi Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasi Badan


Intelijen Negara Budi Santoso, pernah ada rapat internal lembaganya membahas Munir.
Direktur Imparsial itu disebut akan menjual negara dengan data-datanya, yang ia bawa
ke Belanda untuk studi hukum di Utrecht Universiteit. “Hendropriyono meminta upaya
Munir itu dicegah,” kata Budi dalam kesaksianya yang direkam dan disaksikan Tempo
pekan lalu.

5
A.M Hendropriyono, Kepala BIN 2001-2004, sudah menyangkal lembaga yang
dipimpinnya mengincar Munir. “Munir bukan orang yang membahayakan,” katanya.
Hendro mengatakan tahun 2004 bahkan Munir sudah merapat ke kubu PDI Perjuangan
yang dipimpin Megawati Soekarnoputri, presiden yang dekat dengannya.

Selain teori para ahli yang berpendapat dalam kasus ini, kematian Munir yang
sangat mendadak membuat banyak masyarakat bertanya-tanya akan kebenaran kasus
ini, maka banyak teori konspirasi yang tersebar dimasyarakat, diantaranya

1) Benarkah Munir dibunuh setelah menyatakan Prabowo tidak bersalah?


Tirto.id-sebuah video wawancara lawas kembali muncul di linimasa
media sosial. Video tersebut menampilkan almarhum Munir Said Thalib dan
Fadli Zon pada sebuah wawancara dengan stasiun televisi swasta. Klaim Video
tersebut tak hanya menyebar luas, tetapi disertai narasi. Ada dua klaim yang
melekat pada konten video itu:
1. Munir tewas terbunuh satu bulan setelah wawancara di stasiun televisi
swasta itu terjadi
2. Pembunuhan Munir terkait dengan pernyataan Munir di dalam
wawancara itu, bahwa Prabowo Subianto tidak bersalah dalam kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Video berdurasi 59 detik tersebut awalnya berjudul “Rekaman sejarah
pendapat Alm. Munir, SH tentang ketidakadilan yang ditimpakan kepada sosok
Prabowo Subianto”. Terdapat keterangan bahwa video dilengkapi dengan alih
bahasa Indonesia. Asal sumbernya: “Liputan 6 & Fadli Zon Library Youtube
Channel”. Melalui pelacakan di internet, benar bahwa sumber arsip video itu
tersimpan di kanal Fadli Zon Library YouTube Channel. Data memperlihatkan
arsip video tersebut diterbitkan pada 8 Mei 2013 dengan judul “Talk Show:
Kerusuhan Mei 1998 Prabowo Tidak Terlibat”.
Durasi videonya lebih panjang dan lengkap, 8 menit 25 detik. Bagian
awal video itu menampilkan bagian awal pembukaan topik wawancara dari
presenter dan berakhir dengan ucapan terima kasih kepada kedua narasumber,
Fadli Zon dan Munir. Sementara itu, keterangan ‘Liputan 6’ bisa jadi
dimaksudkan sebagai informasi bahwa wawancara berasal dari sebuah program
berita televisi swasta bernama Liputan 6. Tidak ada arsip video secara resmi dari
kanal Liputan 6 di YouTube untuk kegiatan wawancara tersebut.
6
Menguji Dua Klaim (1) Munir terbunuh setelah wawancara? Wawancara
Fadli Zon dan Munir oleh program berita Liputan 6 itu terjadi pada 8 Oktober
1999. Sementara itu, Munir tewas 7 September 2004. Artinya, klaim bahwa
Munir tewas terbunuh satu bulan setelah terjadinya wawancara (8 Oktober 1999)
adalah informasi keliru. Munir tewas hampir lima tahun setelah momen
wawancara. (2) Munir dibunuh karena menyatakan dalam wawancara bahwa
Prabowo Subianto tidak bersalah dalam pelanggaran HAM?
Pertama, hasil proses peradilan kasus Munir hingga saat ini hanya
memberi fakta hukum bahwa pembunuhan berencana terhadap Munir terkait
dengan tindak pidana Pollycarpus. Pollycarpus, yang pada vonis Pengadilan
Negeri, 12 Desember 2005 disebut bersalah, sempat dinyatakan tidak bersalah
pada vonis kasasi Mahkamah Agung, 3 Oktober 2006. Kasasi MA saat itu hanya
menyebut Pollycarpus terbukti bersalah menggunakan surat dokumen palsu
untuk perjalanan.
Namun, vonis bersalah kembali dijatuhkan kepada Pollycarpus, 25
Januari 2007, setelah PK yang diajukan Kejaksaan Agung dikabulkan MA.
Kedua, jika cermat dalam melihat wawancara presenter dengan Fadli Zon dan
Munir seperti dari video yang beredar, Munir tidak pernah menyatakan
“Prabowo Subianto tidak bersalah dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM)”. Potongan video yang lebih pendek, seperti yang disebarkan oleh akun
Twitter @anonLokal, dapat mengecoh orang jika tidak hati-hati. Orang tidak
dapat memahami konteks secara utuh dari wawancara termasuk dengan
pernyataan yang diucap oleh Munir.
Berbekal dengan arsip video itu tersimpan di kanal Fadli Zon Library
YouTube Channel. Konteks Umum Wawancara Konteks umum dari wawancara
program berita Liputan 6 adalah perbincangan dan tanggapan soal rencana
Keluarga Djojohadikusumo menuntut pemerintah agar membersihkan nama
mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto. Presenter
menyatakan hal ini saat membuka wawancara. Pernyataan Munir Pembaca dapat
melihat video tersebut mulai menit 3:35. Presenter membuka pembicaraan
dengan topik soal ketidakpuasan terhadap hasil keputusan Dewan Kehormatan
Perwira (DKP) untuk Prabowo.

7
Munir membukanya dengan analisis bahwa pemerintah terkesan tidak
konsisten. Munir menyebut pada awalnya pemberhentian Prabowo adalah
rekomendasi dari DKP. Namun, pada perjalanan waktu lainnya, kasus tersebut
disebut berhubungan dengan kerusuhan Mei 1998. Bahkan, menurut Munir,
kasus telah masuk dalam konteks politik, yang membuat kasus jadi penuh
kerancuan.
Dengan demikian, klaim bahwa Munir menyebut Prabowo tidak
bersalah dalam kasus pelanggaran HAM adalah kekeliruan dalam mencerna
konteks wawancara. Tanggapan Suciwati Saat diminta tanggapannya oleh Tirto,
19 Desember 2018, Suciwati, istri dari almarhum Munir, menyatakan orang
perlu melihat secara teliti atas video-video yang beredar. Suciwati juga
mengirimkan beberapa video lain sebagai pembanding untuk dapat memahami
pendapat Munir atas (kasus) Prabowo.
Suciwati juga menekankan bahwa Munir tidak pernah berucap seperti
itu. "Monggo dibaca dengan teliti dan dimaknai semua yang sudah saya kirim,”
tegasnya. Video yang dikirim Suciwati adalah cuplikan dari film dokumenter
berjudul “Batas Panggung” dan diarsipkan oleh lembaga Kontras melalui kanal
resmi YouTube mereka. Potongan video yang sama, sebelumnya pernah beredar
pada momen Pemilihan Presiden 2014 berlangsung. Video itu muncul dan
tersebar di beberapa grup dan fanpage Facebook salah satu pendukung kandidat
pada waktu itu. Suciwati kala itu telah membuat tanggapan kepada media. Dia
pun mengiyakan pernyataan tersebut saat Tirto menanyakan hal itu.
2) Pollycarpus hanyalah Operator lapangan,
Jakarta-14 Tahun lalu, Munir dihabisi nyawanya. Tapi pembunuhan itu
hanya mendudukkan 3 pelaku di jajaran Garuda Indonesia. Yaitu Indra Setiawan
selaku Dirut, Pollycarpus selaku pilot dan seorang pramugari. Tapi siapa di balik
mereka? Adanya konspirasi itu terungkap dalam persidangan atas Pollycarpus.
Lima hakim yang mengadili Pollycarpus yaitu Cicut Sutiarso, Sugito, Agus
Subroto, Ridwan Mansyur dan Lilik Mulyadi meyakini Pollycarpus hanyalah
operator lapangan.
"Tuntutan hukuman Penuntut Umum jika dibandingkan dengan
perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa yang terbukti tidak sendirian dan
masih harus diselidiki lagi siapa dan siapa saja yang turut serta berperan di dalam

8
peristiwa hilangnya jiwa korban Munir," kata majelis sebagaimana dikutip
detikcom, Jumat (7/9/2018).
Lima hakim PN Jakpus itu menyatakan tidak terdapat hal-hal atau pun
alasan pembenar akan perbuatan yang telah dilakukan Pollycarpus. Namun
tuntutan penjara seumur hidup dinilai berlebihan karena Pollycarpus hanyalah
'suruhan' orang lain. "Menurut hemat Pengadilan tuntutan hukuman tersebut
dirasa terlalu berat dan berlebihan," ujar majelis.
Cicut Sugito Agus Ridwan Lilik meyakini pembunuhan Munir
merupakan pembunuhan terencana. "Hal-hal yang memberatkan atas penjatuhan
hukuman atas diri Terdakwa adalah bentuk perbuatan pidana yang dilakukan
secara berkawan atau berkomplot (conspiracy) yang berakibat hilangnya jiwa
orang lain, memberikan alasan perbuatannya yang kurang masuk akal dan
terdakwa menunjukkan sikap yang tidak terus terang, memberikan keterangan
dengan berbelit dan tidak benar, meskipun Terdakwa menyimpan suatu
kebenaran yang Ia ketahui," papar majelis pada 20 Desember 2005.

9
BAB III

ANALISIS MASALAH

1.1 Indikasi Ketidakjelasan Mengenai Kapan Waktu Pak Munir Diracun


Sebelum pesawat tinggal landas, di kelas bisnis, Yeti Susmiarti menyajikan
welcome drink. Penumpang diminta mengambil gelas berisi sampanye, jus jeruk, atau
jus apel, lalu Munir memilih jus jeruk. Selesai minuman pembuka, pramugari senior itu
membagikan sauna towel (handuk panas), yang biasa digunakan untuk mengelap
tangan, lalu memberikan surat kabar kepada penumpang yang ingin membacanya.
Semua layanan itu disajikan Yeti sendiri, dengan bantuan Oedi Irianto, pramugara
senior, yang menyiapkan segala keperluannya di pantry. Pukul 22.02 WIB pesawat yang
dikendalikan Kapten Pilot Sabur Muhammad Taufik itu tinggal landas.
Sekitar 15 menit setelah tinggal landas, pramugari menawarkan beberapa pilihan
makanan dalam kemasan yang masih panas di atas nampan. Di kursi 3K, Munir
memilih mi goreng. Selesai mi, Yeti kembali memberi tawaran minuman, kali ini lebih
banyak pilihan daripada welcome drink. Munir kembali memilih jus jeruk. Setelah
mengarungi langit pulau Jawa, Sumatera, dan laut di sekitarnya selama 1 jam 38 menit,
pesawat GA 974 mendarat di Bandara Changi, Singapura pukul 00.40 waktu setempat.
Zona waktu Singapura satu jam lebih awal ketimbang WIB. Awak kabin memberi
penumpang waktu untuk jalan-jalan atau kegiatan apa saja di Bandara Changi selama
45 menit.
Karena keluar dari pintu bisnis, Munir pun lebih cepat mencapai Coffee Bean
dibanding jika keluar dari pintu ekonomi. Usai singgah di kedai itu, dia kembali menuju
ke pesawat melaui gerbang D 42. Di perjalanan menuju pintu Garuda, dia disapa oleh
seorang laki-laki bernama dr. Tarmizi dari Rumah Sakit Harapan Kita. Karena Polly
hanya sampai Singapura, Munir pun kembali ke tempat duduk aslinya untuk
penerbangan Singapura-Amsterdam. Total waktu transit di Changi (antara block on dan
block off) adalah 1 jam 13 menit, jumlah waktu yang digunakan pesawat untuk
pengisian bahan bakar, penggantian seluruh awak kokpit dan kabin, serta penambahan
penumpang dari Singapura.
Sebelum pesawat mengangkasa, pramugari Tia mengecek kesiapan penumpang
untuk tinggal landas. Saat melakukan kewajibannya, dia dipanggil oleh Munir yang

10
meminta obat Promag, namun tidak memiliki obat. Munir lalu meminta teh hangat. Tia
pun menyajikan teh panas yang dituangkan dari teko ke gelas di atas troli. Ketika Tia
melanjutkan melayani penumpang lain, Munir melewatinya di gang menuju toilet. Ini
kali pertama Munir pergi ke toilet, sekitar 30 menit setelah tinggal landas dan itu terjadi
terus menerus, bahkan sampai muntaber.
Munir pun meminta seorang petugas mencarikan dr. Tarmizi. Kepadanya, munir
mengeluh kesakitan dan mulai batuk-batuk. Munir sempat masuk ke kamar mandi
selama sepuluh menit dan terlihat lemas. Madjib membuka pintu lebih lebar dan melihat
laki-laki 38 tahun itu sedang bersandar lemas di dinding toilet. Setelah di bawa ke ruang
duduknya, Munir pun tertidur.
Sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat, jam 05.10 GMT atau 12.10 WIB,
ketika sarapan masih berlangsung dan lampu kabin masih menyala, Madjib kembali
melangkahkan kaki mengunjungi “tempat tidur” Munir. Di depan kursi 4D-E, dia
melihat tubuh Munir dalam posisi miring menghadap kursi, mulutnya mengeluarkan
air liur tidak berbusa, dan telapak tangannya membiru. Dia memegang tangan Munir
dan mendapati rasa dingin. Madjib yang kaget bergegas menuju kursi sang dokter.
Dokter memegang pergelangan tangan Munir sambil dengan tangan satunya menepuk-
nepuk punggung. Dia berulang-ulang berujar, “Pak Munir… Pak Munir….“ Akhirnya,
memandang purser Madjib, dr. Tarmizi berkata pelan, “Purser, Pak Munir meninggal.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda
(Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah
meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang
ingin menyingkirkannya. Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto
dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim
menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh
arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah
tersebut.
Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen
intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga
membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak
pernah diterbitkan ke publik. Salah satu yang membuat Pollycarpus didakwa juga

11
berasal dari dr. Forensik yang memperkirakan dimanakah racun itu dimasukkan.
Apakah saat makan di pesawat atau saat transit di Changi.

2.1 Mastermind Atau Otak Pembunuh Munir Sebenarnya Bukanlah Pollycarcus


13 tahun yang lalu, Munir dibunuh. Dia meregang nyawa, lalu mengembuskan
nafas penghabisan dalam pesawat Garuda Indonesia, kurang lebih 40 ribu kaki di atas
tanah Rumania. Munir hendak ke Belanda untuk melanjutkan studi. Di Universitas
Utrecht. Dia mendapatkan beasiswa. Tetapi kedua kakinya yang kurus dan lincah itu
tak sempat menyentuh tanah negeri Belanda. Hanya tubuhnya yang sudah tak lagi
bernyawa, untuk diperiksa.
Kelak, tim dokter yang memeriksa Munir menyatakan di tubuhnya (pada darah,
lambung, dan air seni) ditemukan 83% Arsenik 3 dan 17% Arsenik 5. Inilah yang
membunuhnya. Konsentrasi Arsenik menyebab blokade reaksi detoksifikasi dan
penekanan ekskresi melalui ginjal. Keterangan sejumlah saksi mata yang disiarkan
surat-surat kabar ketika itu menyebut Munir berkali-kali ke toilet dan muntah-muntah
sebelum mati lemas.
Telah berlalu 13 tahun dan siapa pembunuh Munir masih belum terungkap
terang. Konon, Arsenik masuk ke tubuh Munir lewat makanan yang dikonsumsinya saat
pesawat transit di Singapura. Namun siapa eksekutornya? Siapa pemberi perintah?
Sejumlah nama ditengarai berada dalam lingkaran konspirasi. Di antaranya
Muchdi Prawiro Pranjono (PR), perwira tinggi TNI. Dia sempat menjalani pemeriksaan
dan sidang di pengadilan selama enam bulan. Pada 31 Desember 2008, hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membebaskannya dari segala tuduhan. Muchdi PR
dinyatakan tidak terlibat.
Kasus Munir, oleh pemerintah waktu itu, dianggap selesai dengan pemenjaraan
Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot senior Garuda Indonesia. Pollycarpus divonis
bersalah sebagai pembunuh Munir dan dihukum 14 tahun penjara. Hal yang tidak
pernah diakuinya, bahkan hingga dibebaskan pada 29 November 2014, kurang delapan
tahun dari seharusnya. Pollycarpus memang mendapatkan banyak pemotongan
hukuman sebelum akhirnya bebas bersyarat.
Keluarga Munir dan para aktivis Hak Azasi Manusia (HAM), baik di Kontras,
Imparsial, juga Tim Pencari Fakta (TPF) Kasus Munir, cenderung mempercayai
pengakuan Pollycarpus. Benar dia terlibat dalam konspirasi. Namun bukan pembunuh

12
tunggal. Bukan eksekutor tunggal. Bukan otak. Bukan dalang. Pollycarpus, mungkin,
hanya bidak. Lantas, siapa perwira-perwira, menteri, dan rajanya?
Sampai detik ini tak terungkap karena memang tak pernah diupayakan untuk
diungkap. Jangan- jangan memang sudah benar-benar dianggap selesai. Berhenti pada
Pollycarpus Budihari Priyanto sebagaimana Lee Harvey Oswald terus didongengkan
Pemerintah Amerika Serikat sebagai dalang tunggal sekaligus eksekutor pembunuhan
Presiden John F Kennedy.
Pembunuhan Munir terjadi di penghujung pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri, dan kasusnya, katakanlah, dianggap selesai di awal masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rezim berganti sepuluh tahun berselang.
Harapan sempat mencuat. Joko Widodo diharap dapat membuka kembali kasus ini.
Sayang harapan tinggal harapan. Setidak sampai detik ini. Sampai hari kematian
Munir berulang untuk kali ke 13, belum ada tanda-tanda pemerintah menunjukkan
keseriusan yang lebih baik untuk mengungkapkan fakta sebenarnya. Jusuf Kalla, wakil
SBY pada periode pemerintahannya yang pertama, dalam wawancara dengan Merdeka
pada 8 September 2015, menegaskan tidak ada lagi persoalan.

3.1 Apakah Ada indikasi kesengajaan dalam tidak terpecahkannya kasus Kematian
Munir said Thalib? Adakah andil dari pihak tertentu yang bertujuan
membungkam aktivis Indonesia secara permanen?
TPF menyimpulkan kematian Munir adalah hasil kejahatan konspiratif yang
melibatkan Garuda Indonesia. Dalam laporan yang dirilis Kontras disebutkan bahwa
TPF "menyimpulkan terdapat sejumlah bukti materil yang menunjukkan pejabat dan
karyawan Garuda bersekongkol atau terlibat dalam meninggalnya aktivis HAM Munir".
Bahkan, TPF menilai kasus itu "hasil dari suatu kejahatan konspiratif".
Kesimpulan tersebut lahir dari fakta bahwa Garuda Indonesia tidak melakukan
investigasi internal terkait tewasnya Munir. Ketua TPF Brigadir Jenderal (Pol) Marsudi
Hanafi menegaskan investigasi internal seharusnya dilakukan Garuda Indonesia seperti
tertuang dalam UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Kemudian, TPF juga
menemukan adanya tiga surat tak lazim yang dikeluarkan Garuda Indonesia dan
ketiganya ditujukan langsung untuk Pollycarpus. Salah satu surat ditandatangani oleh
Vice President Corporate Security Garuda Indonesia, Ramelgia Anwar, yang bertanggal
4 September 2004 atau tiga hari sebelum Munir meninggal.

13
Padahal, tanggal itu jatuh pada hari Sabtu sehingga kantor Garuda Indonesia
tutup. Dari penyelidikan polisi, ternyata surat itu sejatinya dikeluarkan pada 15
September dan baru ditandatangani Ramelgia dua hari kemudian. Menurut TPF
kejanggalan ini bisa dibaca sebagai tidak profesionalnya Garuda Indonesia atau upaya
menutupi cerita sebenarnya
Hasil penyelidikan TPF saat ini disebut telah hilang atau sengaja disembunyikan
agar tak diketahui publik. Menjelang akhir tahun 2016 lalu muncul kabar bahwa
dokumen yang berisi hasil penyelidikan TPF telah hilang. Presiden Joko Widodo
(Jokowi) memerintahkan Jaksa Agung HM Prasetyo untuk mencari dokumen tersebut.
Hanya saja, hingga kini belum ada kejelasan.
Seperti dilaporkan Rappler, Koordinator Kontras, Yati Andriyani, meyakini
bahwa hilangnya dokumen TPF Munir hanya dalih pemerintah saja. Apalagi juru bicara
presiden, Johan Budi, mengatakan dokumen itu telah diserahkan oleh bekas Menteri
Sekretaris Negara era SBY, Sudi Silalahi, kepada Istana. KontraS sendiri mengaju siap
menggugat pemerintah jika dokumen itu memang sengaja dihilangkan. "Apabila ada
unsur–unsur kesengajaan menghilangkan, menyembunyikan dokumen TPF Munir oleh
otoritas pemerintah, maka menempuh langkah pelaporan pidana dan maladministrasi
akan sangat mungkin kami lakukan," tegas Yati.
Istri mendiang Munir, Suciwati dan para aktivis HAM lainnya kemudian tetap
rutin menggelar aksi Kamisan di depan Istana Negara. Dalam pemberian keterangan
pers di kantor Kontras pada Jumat (6/9), Suciwati mengatakan aksi Kamisan bisa
dihentikan, asal negara mampu menyelesaikan kasus pembunuhan terhadap aktivis
HAM tersebut.
"Kalau Presiden menyatakan akan membuat pengadilan HAM dan mulai
membawa para penjahatnya ke pengadilan, saya pikir selesai aksi Kamisan. Tapi, kalau
masih belum dan para penjahatnya justru ada di sekitar Presiden ya bagaimana mungkin
Kamisan itu berhenti," tutur Suciwati kemarin. Sudah sejak lama, publik mengkritik
pemerintah yang dianggap tak serius dalam menyelesaikan kasus pembunuhan Munir,
termasuk untuk membuka misteri di mana dokumen TPF sekarang berada. Suciwati pun
mengaku kecewa terhadap Presiden Joko "Jokowi" Widodo, lantaran janjinya untuk
mengungkap dalang di balik kematian Munir tidak juga terealisasi.

14
"Ternyata lima tahun itu, tidak ada action, akhirnya kami kembali bergerak
untuk mengatakan bahwa ini harus didorong, mungkin harus dengan strategi yang
cukup keras," kata dia lagi.
Selain Munir, sebenarnya banyak sekali aktivis Indonesia yang
“dibungkamkan” secara permanen. Aktivis-aktivis itu diberitakan menghilang karena
kecelakaan. Namun, bukan rahasia umum lagi kalau aktivis-aktivis itu dihilangkan
secara paksa oleh pihak tertentu. Terutama Semasa era Orde Baru, Soeharto melakukan
segala cara untuk mempertahankan kuasanya. Ia meredam segala kritik yang ditujukan,
bahkan dengan lewat cara kekerasan.
Sejumlah aktivis diculik. Beberapa dilepaskan, namun sebagian tak pernah
kembali hingga kini. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KONTRAS) mencatat terdapat 23 orang telah dihilangkan oleh negara. Dari angka
penculikan tersebut, 1 orang dinyatakan meninggal, yaitu Leonardus Gilang, 9 orang
dilepaskan, dan 13 lainnya masih menghilang sampai saat ini.
a. Tim Mawar
Dalam kasus penculikan aktivis 1997/1998, Kopassus membuat tim
kecil untuk melakukan operasi penculikan tersebut. Tim kecil ini disebut Tim
Mawar, dibentuk karena peristiwa 27 Juli 1996. Kala itu, para preman didukung
tentara merampas kantor dan menyerang simpatisan yang mendukung Megawati
di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat Tim Mawar bertugas untuk mendeteksi
kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror.
Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta
Pusat. Kejadian ini membuat Tim Mawar semakin berpengaruh dalam urusan
keamanan. Tim Mawar menyusun rencana untuk menangkap sejumlah aktivis
yang dicurigai terlibat dalam insiden ledakan bom tersebut.
b. Daftar Aktivis yang Hilang Tahun 1997/1998
Mayor Bambang Kristiono, mendapat sembilan nama dari data intelijen
untuk ditangkap. Adapun daftar-daftar aktivis yang hilang tahun 1997/1998
adalah sebagai berikut:
1. Desmond Junaidi Mahesa
Desmond Junaidi Mahesa adalah seorang aktivis dan pengacara
Lembaga Bantuan Hukum Nasional. Pada 3 Februari 1998, sekitar pukul

15
09.30 WIB, Kapten Fauzani memerintah Kapten Dadang, Kapten
Nugroho, dan Kapten Djaka untuk menangkap Desmond.
Desmond tertangkap ketika ia pergi ke luar kantor sekitar pukul
12.00 siang. Penangkapan dilancarkan saat Desmond tengah turun dari
mikrolet yang ia tumpangi. Setelah tertangkap, Desmond dalam keadaan
tangan terikat dan mata dibalut kain hitam dibawa ke markas Kopassus
di Cijatung. Selama di markas, Desmond banyak menerima siksaan fisik,
salah satunya dipukul. Ia juga dibawa ke sel bawah tanah.
2. Haryanto Taslam Haryanto
Taslam diculik pada 8 Maret 1998. Taslam merupakan salah satu
aktivis PDI Pro-Megawati.
3. Pius Lustrilanang
Pada 4 Februari, Pius Lustrilanang berhasil diciduk oleh Tim
Mawar di depan RS Cipto Mangunkusumo di Salemba, Jakarta Pusat.
Pius merupakan aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera). Operasi
penculikan Pius dipimpin oleh Kapten Dadang Hendra Yudha, Kapten
Fauka Noor Farid, dan Serka Sigit Sugianto. Setelah tertangkap, Pius
dibawa ke Poskotis dan disekap di sel 6.
4. Faizol Reza
Faizol Reza diculik di RSCM setelah konferensi pers KNPD di
YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998 Pasca-tertangkap, Faizol diinterogasi
dan disiksa. Setelah itu, ia disekap di sel bawah tanah di sel 3.
5. Rahardjo Waluyo Jati
Rahardjo Waluyo Jati diculik di RSCM setelah konferensi pers
KNPD di YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998. Usai berhasil ditangkap, Jati
segera diinterogasi dan disiksa oleh petugas. Ia kemudian disekap dan
ditahan di sel bawah tanah, sel 5.
6. Nezar Patria
Nezar Patria diculik di Rumah Susun Klender, tanggal 13 Maret
1998. Menurut kesaksian Nezar, sewaktu diculik, ia banyak mendapat
siksaan fisik. Nezar diestrum selama 3-4 jam dengan tongkat listrik
ditempel di kaki, jempol kaki, paha belakang, yang di mana semakin
lama voltasenya semakin tinggi dan ditempel ke betis dan paha.

16
7. Aan Rusdianto
Aan Rusdianto diculik di Rumah Susun Klender, tanggal 13
Maret 1998. Operasi penculikan Aan dilakukan oleh Kapten Yulius,
Kapten Djaka, Serka Sunaryo, dan Serka Sigit Sugianto. Malam itu,
Kapten Yulis menyamar sebagai pak RT. Ia mengetuk pintu rumah Aan.
Sesaat begitu pintu dibuka, Aan langsung ditangkap dan dibawa ke
markas. Aan kemudian ditangkap dan dibawa ke markas dan tiba sekitar
pukul 20.30.
8. Mugianto Mugianto
diculik pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender. Ketika
Kapten Djaka hendak masuk ke unit yang disewa oleh para aktivis Partai
Rakyat Demokratik (PRD), ternyata sudah ada petugas Koramil Duren
Sawit di sana. Mereka kemudian menangkap Mugiyanto yang sedang
berada di dalam kamar.
9. Andi Arief
Pada 27 Maret, atas perintah Mayor Bambang, Kapten Fauzani
diminta menangkap Andi Arief. Andi Arief adalah ketua umum
Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi dan Komite
Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik. Andi Arief ditangkap di
rumah kakaknya. Ia kemudian dibawa ke markas dan ditahan di sel
bawah tanah.

Dari sembilan aktivis tersebut, Desmond, Pius, Haryanto, Raharja, dan


Faizol Riza yang disekap selama kurang lebih 1,5 - 2 bulan dipulangkan ke
kampung halamannya. Sedangkan Aan Rusdianto, Mugiyanto, dan Nezar Patria,
yang disekap selama tiga hari diserahkan oleh Tim Mawar ke Polda Metro Jaya
pada 15 Maret. Ketiganya baru dibebaskan 5 Juni 1998.

c. 13 Aktivis yang Masih Hilang


Meskipun terdapat 9 aktivis yang dipulangkan ke kampung halaman,
masih ada 13 aktivis lain yang menyandang status hilang atau meninggal.
1. Petrus Bima Anugrah
Petrus hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998. Ia merupakan
mahasiswa Universitas Airlangga dan STF Driyarkara. Sebenarnya,
penangkapan Petrus sudah terjadi dari jauh-jauh hari. Ia ditangkap tahun
17
1997 karena ketahuan menyebarkan kampanye Mega-Bintang, yang saat
itu direpresi oleh pemerintahan Orde Baru.
Sejak tanggal 12 Maret 1998, satu per satu aktivis diculik,
dibunuh, dan disekap. Petrus pun mulai menyadari keganjalan tersebut.
Ia memutuskan untuk menghilang. Guna menghindari kejaran dari para
aparat, Petrus bersembunyi dan diberni nama sandi Marcell. Namun,
pada 1 April 1998, Petrus sudah tidak lagi terdengar.
2. Herman Hendrawan
Herman Hendrawan adalah mahasiswa Universitas Airlangga. Ia
hilang ketika konferensi pers KNPD di YLBHI, Jakarta 12 Maret 1998.
3. Suyat
Suyat adalah aktivis yang tergabung dalam Partai Rakyat
Demokratik (PRD). Ia dinyatakan hilang di Solo tanggal 12 Februari
1998.
4. Wiji Thukul
Wiji Thukul adalah penyair dan aktivis Hak Asasi Manusia
(HAM) asal Solo. Thukul merupakan salah satu tokoh yang turut
melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejak bulan Juli 1996, Thukul
kerap berpindah keluar-masuk daerah dari satu kota ke kota lainnya
karena bersembunyi dari kejaran aparat. Wiji Thukul terakhir terlihat di
Jakarta pada April 1998 dan sampai saat ini masih belum diketahui
keberadaannya.
5. Yani Afri
Yani adalah seorang sopir dan pro-PDI Megawati. Tahun 1997,
ia sempat ikut dalam Pemilu 1997 dan sempat ditahan di Makodim
Jakarta Utara. Ia dinyatakan hilang di Jakarta pada 26 April 1997.
6. Sonny
Sonny hilang di Jakarta pada 26 April 1997. Ia merupakan
seorang sopir dan pendukung PDI Megawati juga, teman dari Yani Afri.
7. Dedi Hamdun
Dedi adalah pengusaha yang aktif dalam Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Ia juga sempat terlibat dalam kampanye 1997
Mega-Bintang. Dedi Hamdun hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.

18
8. Noval Al Katiri
Noval merupakan teman dari Dedi Hamdun yang juga bekerja
sebagai seorang pengusaha. Ia juga merupakan aktivis dalam PPP. Noval
Al Katiri menghilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
9. Ismail
Ismail adalah sopir dari Deddy Hamdun yang hilang di Jakarta
pada 29 Mei 1997.
10. Ucok Mundandar Siahaan
Berbeda dari yang sebelumnya, Ucok adalah mahasiswa
Perbanas. Ia diculik ketika Kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta.
11. Hendra Kambali
Hendra adalah siswa SMU yang raib ketika kerusuhan terjadi di
Glodok. Karena insiden tersebut, ia pun hilang di Jakarta, 15 Mei 1998.
12. Yadin Muhidin
Yadin Muhidin merupakan alumnus Sekolah Pelayaran. Ia
sempat ditahan di Polres Jakarta Utara dan dinyatakan hilang pada 14
Mei 1998.
13. Abdun Nasser
Abdun adalah kontraktor yang hilang saat kerusuhan 14 Mei
1998 di Jakarta.

Peliknya kasus penculikan aktivis 1997/1998 ini kemudian diselidiki oleh


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) berdasarkan UU No 26/2000. Tim
penyelidik Komnas HAM mengusut kasus penculikan tersebut sejak 1 Oktober 2005
hingga 30 Oktober 2006. Setelah mendapat hasil penyelidikan, di mana 1 orang
terbunuh, 11 orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara paksa, dan
19 orang dirampas.

Komnas HAM pun menyimpulkan terdapat bukti permulaan pelanggaran HAM


berat dalam kasus penghilangan orang secara paksa tahun 1997/1998. Kesimpulan ini
diambil berdasarkan penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga. Akhirnya,
tanggal 22 Desember 2006, Komnas HAM meminta DPR agar mendesak Presiden
mengerahkan dan memobilisasi semua aparat penegak hukum untuk menuntaskan kasus
penculikan tersebut.

19
BAB IV

Kesimpulan dan Saran

1.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan
YangMaha Esa kepada seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang
dapatmengganggu gugat, tidak terkecuali pemerintah. Jadi sudah sepatutnya
pemerintahmemberikan apa yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah hak
untukmendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39
Tahun1999 yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak
hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak
memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas
kesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak anak
Dengan begitu kasus Munir merupakan pelanggaran HAM yang harus di jadikan
pelajan untuk bangsa ini kedepannya agar lebih menghargai HAM itu sendiri. Untuk itu
diperlukan perhatian pemerintah yang mendalam dan pemahaman yang lebih dari
seluruh rakyat agar dapat bersama-sama menegakkan HAM di bangsa yang kita cintai
ini.
Selain itu, dari investigasi yang sudah dilakukan terhadap pembunuhan Munir
yang sudah terjadi belasan tahun lalu, terlihat bahwa hak warga negara dalam
mendapatkan kebenaran belum dipenuhi pemerintah. Sampai saat ini kasus
pembunuhan Munir masih menjadi misteri. Terlebih dengan dibebaskannya tersangka
yang dinyatakan tidak bersalah. Kasus ini belum sampai pada kesimpulan hukum karena
fakta-fakta yang diketahui hanyalah bahwa Munir sengaja dibunuh namun siapa
pelakunya, apa kepentingannya, apa motifnya, serta pemufakatan jahatnya seperti apa
pun masih tidak jelas.

20
2.1 Saran
Dalam konteks penuntasan kasus pembunuhan politik terhadap Munir,
Pemerintah Indonesia perlu membentuk komisi independen dengan kewenangan yang
lebih luas untuk melakukan penyelidikan lanjutan. Keputusan hakim Pengadilan Negeri
yang menyimpulkan adanya sebuah kejahatan konspirasi dalam kasus pembunuhan ini,
memberikan legitimasi untuk menyelidiki lebih lanjut pelaku lainnya.
Pejabat negara harus lebih partisipatif dalam melakukan penyelidikan, terutama
untuk kasus pembunuhan politik, dengan memanfaatkan komisi-komisi yang ada, sepeti
komisi kepolisian, kejaksaan, HAM dan hukum untuk melakukan audit terhadap proses
pengungkapan kasus.
Perlu adanya audit terhadap lembaga kepolisian yang terlibat dalam
penyelidikan kasus pembunuhan ini. Perubahan ketua penyelidik kasus pembunuhan
Munir di Mabes Polri diduga kuat adanya usaha melemahkan pengungkapan kasus
pembunuhan Munir. Tanpa adanya audit terhadap kinerja aparat yang selama ini terlibat
dalam pengungkapan kasus Munir, penyelesaian kasus Munir tetap akan berada di titik
nol dan upaya untuk mencari dalang pembunuhan Munir tetap tidak akan terjangkau.
Satu catatan tersisa dalam temuan pengadilan adalah, pentingnya peran KPK
dalam menyelidiki akuntabilitas pejabat publik, seperti fakta yang terungkap pada
nomor telpon genggam Muchdi yang dibiayai PT Barito. Walaupun dari segi nilai kecil,
namun pola hubungan antara birokrat dan korporasi tidak dibenarkan. Pasalnya, pejabat
negara harusnya mendapat fasilitas dari negara saja.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali. “Pro-kontra teori untuk menjerat pembunuh Munir,” hukumonline.com, 2007

Andi Saputra, “Misteri Konspirasi Pembunuhan Munir Yang Belum Terungkap.” Detik News,
2018

Asvi Warman Adam, Menguak Misteri Sejarah, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2010, h. 37-
38.

CRA, “Kejaksaan Gunakan Teori Hukum Baru Menjerat Pembunuhan Munir,”


hukumonline.com, 2007

Edi Hidayat dan M. Fadli, “Kilas Balik: Hari Ini 17 Tahun Lalu, Aktivis Munir Tewas Diracun
di Pesawat Garuda.” Indozone.Id, 2004.

Eko Prasetyo dan Terra Bajagrhosa, Mereka Bunuh Munir, Penerbit Social Movement , 2014

Frendy Kurniawan, “Benarkah Munir Dibunuh Setelah Menyatakan Prabowo Tidak bersalah,”
Tempo.id, 2018

Hani Nur Fajrina, “Kronologi Misteri Kematian Munir,” CNN Indonesia, 2018

Ibid., hukumonline.com

Rosa Folia, “Menolak Lupa, 5 Hal tentang Pembunuhan Munir yang Wajib Kamu Tahu.”
Surabaya, IDN News. 2020

T. Agus Khaidir, “Siapa Sebenarnya Anjing Kurap Pembunuh Munir?” Tribun-Medan, 2017

Verelladevanka Adryamarthanino, “"Daftar Aktivis yang Diculik dan Hilang Tahun


1997/1998" Kompas.com, 2021

Widiarsi Agustina. “Munir Dibunuh Karena Sejumlah Motif, Apa Saja?” Tempo.co, 2014

Widiada Gunakarya, Hukum Hak Asasi Manusia, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta, 2017, h.
48.

22
Referensi :

Laporan Praktik HAK ASASI MANUSIA 1998 untuk Indonesia. Kedutaan Besar
Amerika Serikat untuk Indonesia.

Nurmalita, Ristia. (2017). Widji Thukul Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa.
Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai